STUDI PRODUKTIVITAS SEKOLAH DASAR : Analisis Pengaruh Kinerja Kepala Sekolah, Kinerja Mengajar Guru, Budaya Sekolah, dan Supervisi Manajerial Pengawas Terhadap Produktivitas Sekolah Dasar di Kabupaten Garut.

(1)

STUDI PRODUKTIVITAS SEKOLAH DASAR

(Analisis Pengaruh Kinerja Kepala Sekolah, Kinerja Mengajar Guru, Budaya Sekolah, dan Supervisi Manajerial Pengawas Terhadap

Produktivitas Sekolah Dasar di Kabupaten Garut)

D I S E R T A S I

Diajukan Untuk Memenuhi Sebagian dari Syarat Memperoleh Gelar Doktor Ilmu Pendidikan

Dalam Bidang Administrasi Pendidikan

PROMOVENDUS

H. USEP KURNIADIN

NIM. O706286

SEKOLAH PASCA SARJANA

UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA

BANDUNG


(2)

DISETUJUI DAN DISYAHKAN OLEH

PANITIA DISERTASI

Promotor Merangkap Ketua,

Prof. Dr. H. Nanang Fattah, M.Pd.

Ko-Promotor Merangkap Sekretaris,

Prof. H. Udin S. Saud, PhD

Anggota,

Prof. Dr. H. Akdon, MPd

Menyetujui dan Mengesyahkan

Ketua Program Studi Administrasi Pendidikan

Sekolah Pascasarjana Universitas Pendidikan Indonesia

,


(3)

Prof. H. Udin S. Saud, PhD

P E R N Y A T A A N

Dengan ini saya menyatakan bahwa disertasi dengan judul Studi Produktivitas Sekolah Dasar (Analisis Pengaruh Kinerja Kepala Sekolah, Kinerja Mengajar Guru, Budaya Sekolah, dan Supervisi Manajerial Pengawas Terhadap Produktivitas Sekolah Dasar di Kabupaten Garut), ini beserta seluruh isinya adalah benar-benar karya saya sendiri, dan saya tidak melakukan plagiat atau pengutipan dengan cara-cara yang tidak sesuai dengan etika keilmuan.

Atas pernyataan ini, saya siap menanggung risiko/sangsi yang dijatuhkan kepada saya apabila di kemudian hari ditemukan adanya pelanggaran terhadap etika keilmuan dalam karya ini, atau ada klaim dari pihak lain terhadap karya saya ini.

Bandung, Januari 2013 Yang membuat pernyataan,

H. USEP KURNIADIN NIM. O706286


(4)

ABSTRAK

H. Usep Kurniadin (2013). STUDI PRODUKTIVITAS SEKOLAH DASAR (Analisis Pengaruh Kinerja Kepala Sekolah, Kinerja Mengajar Guru, Budaya Sekolah, dan Supervisi Manajerial Pengawas Terhadap Produktivitas Sekolah Dasar di Kabupaten Garut). Disertasi. Bandung: Sekolah Pascasarjana, Universitas Pendidikan Indonesia.

Penelitian ini bertolak dari masalah apakah kinerja kepala sekolah, kinerja mengajar guru, budaya sekolah, dan supervisi manajerial pengawas berpengaruh terhadap produktivitas Sekolah. Berdasarkan masalah di atas, penelitian ini bertujuan untuk mendeskripsikan dan menganalisis tentang pengaruh kinerja kepala sekolah, kinerja mengajar guru, budaya sekolah, dan supervisi manajerial pengawas terhadap produktivitas sekolah dasar di Kabupaten Garut. Metode yang digunakan dalam penelitian ini yaitu metode survei penjelasan (explanatory survey method) dengan pendekatan kuantitatif melalui hubungan kausal dengan teknik analisis jalur (path analysis). Data primer diperoleh menggunakan teknik angket dan dilengkapi dengan teknik wawancara dan observasi, sedangkan untuk data sekunder diperoleh melalui dokumen-dokumen yang relevan. Populasi penelitian ini adalah seluruh sekolah dasar baik negeri maupun swasta di Kabupaten Garut yang berjumlah 1552 sekolah, dengan besar sampel menggunakan rumus Slovin sebanyak 94 sekolah. Subjek penelitian ini adalah seluruh Guru dan Kepala Sekolah Dasar pada sekolah yang menjadi sampel di Kabupaten Garut. Pengambilan sampel dilakukan secara proporsional dengan teknik random.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa Kinerja Kepala Sekolah, Kinerja Mengajar Guru, Budaya Sekolah, dan Supervisi Manajerial Pengawas, berpengaruh positif dan signifikan terhadap Produktivitas Sekolah dengan klasifikasi sedang. Hasil pengaruh dengan angka terbesar dari ke empat variabel tersebut adalah kinerja mengajar guru, dan angka terkecil adalah budaya sekolah.

Rekomendasi hasil temuan dalam penelitian yaitu: (1) mengadakan pendidikan dan pelatihan peningkatan kompetensi kepala sekolah dan kompetensi guru secara berkala dan berkelanjutan. (2) menciptakan lingkungan sekolah yang terbuka terhadap berbagai perubahan yang terjadi di masyarakat. (3) mewujudkan budaya sekolah budaya mutu yang kondusif dengan menumbuhkan keterbukaan dan komunikasi yang harmonis diantara orang-orang yang terlibat dalam pekerjaan di sekolah. (4) Melaksanakan penilaian kinerja guru dan penilaian kinerja kepala sekolah. (5) Melaksanakan pendidikan dan pelatihan ESQ.

Kata Kunci: Kinerja Kepala Sekolah, Kinerja Mengajar Guru, Budaya Sekolah, Supervisi Manajerial Pengawas, Produktivitas Sekolah


(5)

ABSTRACT

H. Usep Kurniadin (2013). THE STUDI OF ELEMENTARY SCHOOL

PRODUCTIVITY (Analysis of the Effect of Principal Performance, Teachers Teaching Performance, School Culture, and Supervisors Managerial Supervision to Elementary School Productivity in Garut). Dissertation. Bandung: Post Graduate School, Indonesia University of Education.

This research starts from the issue of whether principal performance, teachers teaching performance, school culture, and supervisors managerial supervision affect to school productivity. Based on that problem, this research aims to analysis and describe the influence of principal performance, teachers teaching performance, school culture, and supervisors managerial supervision to Elementary School in Garut.

The method used in this research is expalanatory survey method with a quantitative approach through a causal relationship with the part analysis technique. The primary data obtained using a questionnaire technique and equipped with interview techniques and observation, while the secondary data obtained through the relevant documents. Population of this research is all of elementary school in Garut that number 1552 school, sample size using Slovin formula 94 school. Subject of this study is the entire Teacher and Principal Elementary at school become sample in Garut. Sampling technique is proportionate random sampling.

The research results showed that Principal Performance, Teachers Teaching Performance, School Culture, and Supervisors Managerial Supervision of Trustees, in a real and effective influence School Productivity with classification of medium The result of the influence of the fourth largest variable is teacher teaching performance, and the smallest is school culture. Recommendations findings in the research are: (1) conduct education and training for enhancing competencies principals and teachers competencies periodically and continuously. (2) creating a school environment that is open to a variety of changes that occur in the community. (3) realize the school culture of quality cultural that is conducive to foster openness and harmonious communication between people involved in the work at the school. (4) Implement the performance of teachers and principals performance assessment. (5) Implement education and training ESQ.

Keywords: Principals Performance, Teachers Teaching Performance, School Culture, Supervisors Managerial Supervision, School Productivity


(6)

DAFTAR ISI

PERNYATAAN ... i

KATA PENGANTAR ... ii

UCAPAN TERIMA KASIH ... iii

ABSTRAK ... v

ABSTRACT ... vi

DAFTAR ISI ... vii

DAFTAR TABEL ... x

DAFTAR GAMBAR ... xi

DAFTAR LAMPIRAN ... xiii

BAB I PENDAHULUAN ... 1

A. Latar Belakang Penelitian ... 1

B. Identifikasi dan Perumusan Masalah ... 20

C. Tujuan Penelitian ... 23

D. Manfaat Penelitian ... 24

E. Struktur Organisasi Disertasi ... 25

BAB II KAJIAN PUSTAKA, KERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS PENELITIAN ... 27

A. Produktivitas Sekolah dalam Perspektif Administrasi Pendidikan ... 27

1. Produktivitas Sekolah ... 31

2. Kinerja Kepala Sekolah ... 45

3. Kinerja Mengajar Guru ... 72

4. Budaya Sekolah ... 84

5. Supervisi Manajerial Pengawas ... 100

6. Asumsi ... 121


(7)

B. Penelitian Terdahulu yang Relevan ... 125

C. Kerangka Pemikiran Penelitian ... 131

D. Hipotesis Penelitian ... 134

BAB III METODOLOGI PENELITIAN ... 135

A. Lokasi dan Subjek Populasi/Sampel Penelitian ... 135

B. Desain Penelitian ... 139

C. Metode Penelitian ... 142

D. Definisi Operasional ... 144

E. Proses Pengembangan Instrumen ... 149

F. Teknik Pengumpulan Data ... 160

G. Analisis Data ... 161

1. Uji Validitas ... 164

2. Uji Reliabilitas ... 166

3. Analisis Jalur ... 169

4. Pengujian Hipotesis ... 175

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ... 181

A. Deskripsi Data Hasil Penelitian ... 181

1. Gambaran Mengenai Kinerja Kepala Sekolah (X1) .... 182

2. Gambaran Kinerja Mengajar Guru (X2) ... 184

3. Gambaran Budaya Sekolah (X3) ... 186

4. Gambaran Supervisi Manajerial Pengawas (X4) ... 188

5. Gambaran Produktivitas Sekolah (Y) ... 190

B. Hasil Analisis jalur ... 192

1. Uji Normalitas ... 192


(8)

F. Pengujian Hipotesis ... 196

1. Uji Simultan ... 196

2. Uji Parsial ... 197

3. Uji Pengaruh ... 199

D. Pembahasan Hasil Penelitian ... 201

E. Strategi Alternatif Peningkatan Produktivitas Sekolah .... 219

F. Keterbatasan Penelitian ... 231

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN ... 234

A. Kesimpulan ... 234

B. Rekomendasi ... 236

DAFTAR PUSTAKA ... 238

LAMPIRAN-LAMPIRAN ... 246 1. Daftar Riwayat Hidup

2. Kisi-Kisi Instrumen Penelitian 3. Instrumen Penelitian

4. Hasil Pengolahan Data SPSS 5. Hasil Uji Validitas dan Realibilitas 6. SK Direktur Pascasarjana UPI 7. Surat Izin Penelitian

8. Surat Izin Penelitian Kepala Dinas Pendidikan Kabupaten Garut 9. Surat Undangan Bimbingan Bersama


(9)

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Penelitian

Pendidikan berfungsi majemuk terutama dalam membangun anak bangsa yang lebih bermutu. Hal tersebut dapat dilihat dalam Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sisdiknas, yang menyebutkan bahwa:

“… pendidikan nasional berfungsi mengembangkan kemampuan dan membentuk watak serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa, bertujuan untuk berkembangnya potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi warga negara yang demokratis serta bertanggung jawab”.

Demikian juga pendapat ahli, Engkoswara (2004:5) menyampaikan bahwa “Pendidikan menjadi primadona pembangunan nasional untuk membina karakter bangsa yang tangguh dan dilandasi nilai-nilai atau budaya Pancasila”. Institusi yang memegang peranan penting untuk mencapai tujuan pendidikan nasional adalah sekolah, dalam hal tulisan ini kita meninjau Sekolah Dasar. Posisi Sekolah Dasar sangat penting dalam masyarakat dan tidak terlepas dari fungsi sekolah sebagai lembaga pendidikan bagi masyarakat yang memiliki peranan dalam menentukan perkembangan masyarakat di masa yang akan datang. Dewasa ini, harapan masyarakat terhadap sekolah mengalami perubahan ke arah perhatian mereka pada peningkatan kualitas pendidikan di sekolah. Sekolah sebagai institusi pencetak sumber daya manusia yang memiliki kompetensi dan


(10)

berkualitas harus bekerja secara efektif dan efisien sebagai kriteria produktivitas suatu organisasi.

Memahami pendapat ahli, Thomas (1986:12) tentang produktivitas pendidikan, yang menyampaikan teori bahwa produktivitas pendidikan ada tiga fungsi yaitu: 1) the adminstrator’s production function 2) the psychologist’s production function, and 3) the economist’s production function. Teori tersebut mengangkat fungsi-fungsi yang melekat pada produktivitas pendidikan. Fungsi administrasi menyangkut apa dan bagaimana peran dan fungsi administrasi (administrasi pendidikan) dalam produktivitas sekolah, seperti pelayanan sekolah dalam hal administrasi, Pendidik dan Tenaga Kependidikan (PTK), peserta didik, dan hasil yang diperoleh (ouput) sekolah. Fungsi psikologi berkaitan dengan behavioral, perubahan tingkah laku, sosial, aspek kognitif, dan psikomotor peserta didik. Dalam hal ini lebih lanjut, Thomas (1986:13) mengemukakan bahwa; “ ...the function whose outputs are behavioral changes in students, including additions to knowledge, the acquisition of value, or the increased

ability to relate to others…”. Fungsi ini melihat produktivitas dari perubahan perilaku yang terjadi pada peserta didik dengan melihat nilai-nilai yang diperoleh siswa sebagai suatu gambaran dari prestasi akademik yang telah dicapai dalam kurun waktu belajar tertentu di sekolah. Fungsi psikologis ini berkaitan dengan perubahan perilaku, perubahan kognitif, perubahan sikap, pemahaman nilai, dan peningkatan kemampuan. Fungsi ekonomi, berkaitan dengan nilai, dan hasil, dengan standar pengukuran secara ekonomi adanya nilai untung, seperti timbal


(11)

balik dari nilai investasi (Human Investment) yang keluar dapat diimbangi oleh nilai lulusan yang terampil, kompeten, dan memiliki nilai lebih.

Secara umum ada beberapa prinsip untuk meningkatkan hasil pendidikan (produktivitas sekolah) yang merupakan salah satu strategi dalam pencapaiannya seperti mempercepat proses produksi dalam dunia pendidikan yaitu peningkatan proses pencapaian tujuan pembelajaran, penempatan PTK sesuai dengan kompetensi, manajemen rasio PTK dengan volume siswa, kelas dan pekerjaan, dan penilaian kinerja secara kontinue. Merujuk pada teori yang dikemukakan oleh Thomas, ada beberapa unsur yang menentukan hasil pendidikan (produktivitas sekolah) diantaranya adalah kinerja kepala Sekolah, kinerja mengajar guru, lingkungan organisasi, sarana prasarana, siswa, unsur psikologis seperti supervisi manajerial pengawas, dan unsur lain seperti adanya kebijakan yang menunjang meningkatnya produktivitas sekolah, seperti adanya desentralisasi pendidikan, akuntabilitas, sistem manajemen sekolah seperti MBS dan lain sebaginya.

Produktivitas dalam arti teknis mengacu kepada derajat keefektifan, efisiensi dalam penggunaan sumberdaya yang ada dalam satu institusi, sedangkan dalam pengertian perilaku, produktivitas merupakan sikap mental yang selalu berusaha berkembang (Fattah, 1999:15). Secara kuantitatif produktivitas (productivity) adalah rasio antara hasil produksi dengan masukan (Samuelson dan

Nordhaus, 1996, Stoner dan Freeman, 1996). Masukan dimaksud terdiri dari bahan (material), tenaga kerja, modal, termasuk tanah dan seluruh aset yang dapat dijadikan modal investasi. Pemahaman tentang produktivitas tidak hanya


(12)

diartikan sebagai perbandingan antara masukan dengan keluaran dalam periode tertentu, akan tetapi juga memperhatikan segi kualitas produksi (output) seperti pandangan yang dikemukan oleh Koontz dan Weihrich (1990:439) sebagai berikut: “… Productivity is the input-output ratio within a time period with due consideration for quality”. Pengertian di sini dapat diartikan untuk mengukur kinerja lingkungan organisasi, kemampuan para manajer, kepala-kepala unit kerja, dan pekerja dalam mengelola komponen yang mempengaruhi hasil pendidikan (produktivitas sekolah) menjadi berlipat ganda dan berkualitas.

Dalam dunia usaha dan industri banyak orang melihat produktivitas dalam bentuk “kuantitatif”, yaitu berupa selisih dari keluaran dikurangi masukan, dengan mengesampingkan proses transformasi sebagai usaha sumber daya manusia seperti tenaga kerja yang memproduksi barang ataupun jasa. Oleh karena itu, perlu diperhatikan bahwa produktivitas tidak hanya dilihat dari segi keluaran secara kuantitas akan tetapi juga memperhatikan kualitas barang atau jasa yang dihasilkan. Sebagaimana dikemukakan oleh Robbins (1999:127) produktivitas sebagai ukuran kuantitas dan kualitas kerja dengan mempertimbangkan kemanfaatan sumber daya seperti bahan, teknologi, informasi, dan kinerja manusia. Kesimpulannya adalah aspek penting dalam memahami produktivitas yaitu kualitas.

Dalam organisasi pendidikan, seperti pendapat yang dikemukakan oleh Wibowo (2003:58) bahwa pada organisasi pendidikan atau lembaga pendidikan yang tidak memproduksi barang melainkan memberikan pelayanan jasa pendidikan, maka tujuan utamanya adalah untuk meningkatkan hasil pendidikan


(13)

(produktivitas sekolah) atau mutu lulusan. Sekolah sebagai suatu organisasi yang dirancang untuk dapat memberikan sumbangan atau kontribusi dalam upaya meningkatkan kualitas kehidupan perlu ditata, diatur, dikelola dan diberdayakan agar sekolah mampu menghasilkan keluaran (output) yang mampu bersaing di lingkungan masyarakat.

Pemberdayaan dan Pengelolaan sekolah berkaitan dengan gaya manajemen sekolah dalam menghasilkan keluaran atau lulusan yang lebih baik dan berkualitas dalam meningkatkan mutu pendidikan. Demikian juga sumber daya yang ada di sekolah, seperti guru, peserta didik, dan lingkungan organisasi maupun psikologis mempengaruhi kuantitas dan kualitas hasil pendidikan atau produktivitas sekolah. Secara lebih spesifik, Satori (2000:77) menegaskan bahwa hasil yang dicapai lembaga pendidikan secara umum adalah para lulusannya, dan ini mencakup berbagai segi nilai-nilai, di dalamnya ada kecerdasan dan pengetahuan, kecakapan serta keterampilan, sikap atau pola perilaku. Dengan demikian, hasil pendidikan atau produktivitas sekolah berkenaan dengan ilmu pengetahuan, kompetensi yaitu berupa mutu lulusan yang mempunyai kecerdasan, pengetahuan, nilai-nilai, sikap termasuk kepribadian yang sesuai dengan tujuan pendidikan yang diharapkan.

Kondisi di lapangan bila kita amati produktivitas sekolah sudah menunjukkan kinerja yang baik di dalam menjalankan tugas fungsi dan peran sekolah, namun masih ada sebagian sekolah yang belum menunjukkan kinerja maksimal, tentunya secara parsial kinerja sekolah akan berdampak pada kualitas lulusan (peserta didik), dan akhirnya berdampak pada kualitas peserta didik


(14)

secara nasional. Pengukuran kinerja sekolah (Sekolah Dasar/SD) terlihat dari tanggungjawab PTK menjalankan tugas dan fungsi berdasarkan profesi yang melekat padanya, profesi dan tanggungjawab moral dipundaknya. Sikap profesi PTK SD akan dibarengi pula dengan rasa tanggungjawabnya mempersiapkan segala keperluan pembelajaran baik di kelas maupun pada situasi budaya sekolah yang menjadi tatanan pola pendidikan dalam melaksanakan proses pembelajaran. Pertimbangan metodologi yang akan digunakan dalam pembelajaran, termasuk media pendidikan yang akan dipakai, serta alat penilaian apa yang digunakan di dalam pelaksanaan evaluasi, hal tersebut menjadi strategi pembelajaran dengan menggunakan pendekatan manajemen pembelajaran yang sangat penting dan berpengaruh dalam pencapaian tujuan kinerja sekolah secara optimal sehingga menghasilkan mutu lulusan atau produktivitas sekolah yang optimal.

Kondisi lapangan tempat penelitian, sebagaimana pengamatan peneliti sebelum melaksanakan penelitian ini, gambaran yang dapat diungkapkan oleh peneliti sebagai dasar melaksanakan penelitian. Tempat penelitian yaitu Kabupaten Garut merupakan salah satu kabupaten di Provinsi Jawa Barat yang meliputi daerah-daerah perkotaan dan pedesaan, letak sekolahnya juga tersebar di berbagai wilayah kecamatan. Tentu saja hal ini sangat berpengaruh terhadap penampilan sekolah baik secara fisik maupun non fisik, termasuk kualitas kinerja kepala sekolah, kinerja mengajar guru, dan budaya sekolah serta supervisi manajerial pengawas. Kondisi eksternal sekolah juga dipengaruhi oleh budaya masyarakat setempat yang tentunya akan mempengaruhi budaya sekolah dan berpengaruh pula pada budaya kegiatan belajar mengajar di sekolah. Bisa kita


(15)

lihat budaya disiplin penduduk sekitar sekolah, budaya disiplin guru akan berdampak pada budaya disiplin kegiatan pembelajaran juga. Kondisi itu dapat kita contohkan budaya penduduk sekitar sekolah yang disiplin, akan berpengaruh pada kebudayaan, kebiasaan seorang guru yang terbiasa menyiapkan bahan ajar, menyiapkan metode pembelajaran, menyiapkan perencanaan dalam pembelajaran, atau menyiapkan Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) sebagai kebiasaan yang rutin tetap dilakukan seorang guru dalam melaksanakan tugas rutinnya. Kebiasaan guru membuat RPP sebelum mengajar, menyiapkan segala sesuatunya sebelum masuk kelas, menjadi budaya sekolah yang sangat potensi mempengaruhi keberhasilan tercapainya tujuan pembelajaran yang akan berpengaruh pula terhadap hasil dan produktivitas sekolah secara menyeluruh.

Gambaran data tempat penelitian ini dilakukan, dapat dijelaskan bahwa data kondisi pendidikan yang ada tahun 2012, Kabupaten Garut memiliki 1552 SD Negeri dan Swasta, 165 SD diantaranya berada di dalam kota, sedangkan yang lainnya tersebar di sekitar kota dan pedesaan. Dengan demikian, secara sepintas dapat dilihat adanya keanekaragaman sekolah di Kabupaten Garut, baik dilihat dari segi penampilan sekolah, pengelolaannya, maupun produkitivitasnya. Keberadaan produktivitas sekolah ditinjau dari aspek hasil perolehan lulusan dalam mengikuti Ujian Sekolah dan Ujian Nasional Sekolah Dasar dan hasil mengikuti berbagai lomba kreativitas siswa tingkat provinsi dalam dua tahun terakhir belum mencapai sepuluh besar. Berikut adalah tabel perolehan produktivitas sekolah, ditinjau dari hasil ujian.


(16)

Tabel 1.1

Rata-rata Perolehan Nilai Ujian Sekolah dan Ujian Nasional Sekolah Dasar Tingkat Kabupaten Garut

No Mata Pelajaran

Ujian Sekolah Ujian Nasional Tahun

Pelajaran 2010-2011

Tahun Pelajaran 2011-2012

Tahun Pelajaran 2010-2011

Tahun Pelajaran 2011-2012

1 Bahasa Indonesia 6,82 6,95 6,65 6,93

2 Matematika 6,73 6,85 6,57 6,85

3 Ilmu Pengetahuan Alam

6,75 6,93 6,73 6,95

Jumlah Rata-rata 6,76 6,91 6,65 6,91

* Sumber: Dinas Pendidikan Kabupaten Garut, 2012

Berdasarkan tabel di atas dinyatakan bahwa perolehan prestasi akademik dalam hal ini nilai ujian sekolah dan ujian nasional belum memuaskan. Selain itu fenomena yang ada di daerah penelitian berkaitan dengan produktivitas sekolah masih ada siswa yang mengulang, siswa yang drop out, motivasi belajar siswa rendah, begitu juga dari pendidik dan tenaga kependidikan etos kerja, disiplin, tanggung jawab terhadap tugas profesinya, dan kreativitasnya masih kurang. Dari segi dukungan orang tua peserta didik dan kepercayaan orang tua peserta didik terhadap produktivitas sekolah masih kurang.

Berikut adalah gambaran kondisi produktivitas sekolah dasar di Kabuputen Garut, ditinjau dari kondisi siswa yang mengulang dan putus sekolah seperti pada tabel berikut ini:


(17)

Tabel 1.2

Data Siswa yang Mengulang dan Putus Sekolah (DO) Sekolah Dasar Tingkat Kabupaten Garut Tahun Pelajaran 2010-2011 dan 2011-2012

No Kondisi Siswa Tahun

Pelajaran 2010-2011

Tahun Pelajaran 2011-2012

1. Jumlah Siswa 324.284 Siswa 325.280 Siswa

2. Siswa yang Mengulang 2.950 Siswa 3.050 Siswa 3. Siswa yang Putus Sekolah (DO) 1.560 Siswa 1.730 Siswa

4. % Siswa yang Mengulang 0,91 0,94

5. % Siswa yang Putus Sekolah (DO) 0,48 0,53

* Sumber Dinas Pendidikan Kabupaten Garut Tahuin 2012

Peningkatan hasil pendidikan yang sedang dilakukan pemerintah sekarang ini berfokus pada seluruh unsur internal dan eksternal pendidikan yang ada di sekolah, seperti kepala sekolah, guru, dan budaya sekolah juga mempengaruhi hasil atau produktivitas sekolah, selain itu unsur eksternal seperti pengawas, serta berbagai kebijakan lain juga sangat mempengaruhi hasil tersebut. Tidak hanya itu, peran dan fungsi pengawas dan kepala sekolah sebagai pemimpin pendidikan sekaligus yang mendorong serta mengendalikan kinerja guru di sekolah, tentu hal ini berarti kepala sekolah dan pengawas harus memiliki berbagai kompetensi agar dapat mengembangkan sekolah efektif dan produktif. Kompetensi yang harus dimiliki pengawas dan kepala sekolah agar dapat mengembangkan sekolah yang efektif, berkualitas, dan produktif yaitu dituntut untuk mampu melakukan berbagai upaya guna peningkatan manajemen yang mendukung kinerja sekolah dalam menghasilkan produktivitas yang unggul.


(18)

Dalam satuan pendidikan yaitu sekolah dasar, kepala sekolah sebagai seorang pemimpin atau seorang manager harus menjalankan fungsi-fungsi manajemen, mulai dari perencanaan sampai dengan evaluasi. Selain itu, seorang kepala sekolah perlu melakukan pengawasan atau penilaian dan pengendalian terhadap seluruh kegiatan di sekolah seperti menyangkut disiplin, memberikan pananaman nilai-nilai sosial, psikologis dan akademis, melakukan pertemuan untuk membicarakan berbagai hal sebagai pelaksanaan tugas supervisi. Dalam tugasnya seorang kepala sekolah harus membuat perencanaan sekolah setiap tahunnya. Perencanaan sekolah tersebut yang menyangkut tujuan yang dicapai, materi belajar baik yang bersifat akademis maupun yang bersifat praktis. Dalam kesempatan ini, peneliti melihat berbagai kekurangan kepala sekolah di lapangan, seperti kurangnya mengelola administrasi ketenagaan, mengelola administrasi sarana dan prasarana baik administrasi gedung/ruang, meubeler, alat laboratorium, perpustakaan dan lain sebagainya.

Saat ini kebanyakan kepala sekolah dalam membuat RKS, Kurikulum sekolah masih menggunakan metode copy-paste, banyak kepala sekolah saat ini perhatiannya terpokus pada pengelolaan dana BOS, dan dana-dana lain yang datang dari pemerintah pusat mulai dari perencanaan sampai pelaporan kurang memperhatikan terhadap aktivitas guru dan peserta didik, dan kurang menggunakan kompetensi manajerial yang dimilikinya dalam mengelola sekolah agar efektif, efisien dan berproduktivitas tinggi.

Guru atau lebih dikenal saat ini menurut Undang Undang tentang Sisdiknas yaitu “Pendidik” adalah tenaga profesional yang bertugas


(19)

merencanakan dan melaksanakan proses pembelajaran, menilai hasil pembelajaran, melakukan pembimbingan dan pelatihan, serta melakukan penelitian dan pengabdian kepada masyarakat. (UU No.20 Tahun 2003, Pasal 39 ayat 2). Dalam kaitan sebagai seorang yang menjadi tenaga profesional adalah tuntutan jabatan, pekerjaan ataupun profesi. Aspek yang penting dalam sebuah profesi adalah sikap profesional dan kualitas kerja, dan seorang ahli tentunya berkualitas dalam melaksanakan pekerjaannya. Guru sebagai ujung tombak dalam meningkatkan sumber daya manusia (SDM) yang berkualitas harus memiliki profesionalitas sebagai pendidik, pengajar dan pembimbing, serta pembina atau pengasuh bagi objek didik yaitu peserta didik. Pada saat ini yang menjadi fokus kajian peneliti dalam hal kinerja mengajar guru di Kabupaten Garut, kebanyakan guru dalam membuat perencanaan pembelajaran masih bersifat copy-paste, dalam melaksanakan pembelajaran jarang menggunakan media pembelajaran, kurang tepat dalam menggunakan strategi dan metode pembelajaran yang sesuai.

Substansi kegiatan pembinaan oleh pengawas pendidikan, dilakukan dalam bentuk memberikan arahan, saran, bantuan, dan bimbingan hal itu sesuai dengan ketentuan dalam (Keputusan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia Nomor 020/U/1998 tanggal 6 Februari 1998). Dalam proses, pelaksanaan, dan implementasi pendidikan, pengawasan atau supervisi merupakan bagian tidak terpisahkan dalam upaya peningkatan mutu prestasi belajar dan mutu sekolah. Mutu adalah bagian dari produktivitas sekolah. Substansi hakikat pengawasan, menunjukkan pada segenap upaya bantuan


(20)

supervisor kepada stakeholder pendidikan terutama guru yang ditujukan pada perbaikan-perbaikan dan pembinaan aspek pembelajaran. Aktivitas pengawas sekolah selanjutnya adalah menilai dan membina penyelenggaraan pendidikan pada sejumlah satuan pendidikan yang menjadi tanggung jawabnya. Pembinaan kepada guru harus berdasarkan penelitian yang cermat dan penilaian yang objektif serta mendalam dengan acuan perencanaan program dan manajemen pembelajaran yang telah dibuat, proses yang berorientasi pada upaya peningkatan kualitas proses belajar itu penting, sehingga benar-benar tepat sasaran.

Bila dilihat kondisi lapangan tentang keberadaan pengawas, masalah yang muncul adalah kinerja pengawas sekolah yang dinilai belum baik, bukan hanya dari segi kompetensi yang memang ternyata belum optimal. Kinerja pengawas sekolah di jenjang sekolah dasar, khusus di Kabupaten Garut pengawas dalam melaksanakan tugas pokok dan fungsinya khususnya dalam supervisi manajerial baru melaksanakan standar minimal, melaksanakan supervisi satu bulan sekali. Demikian beberapa pengamatan peneliti, sebelum melaksanakan kajian pustaka dan juga sebelum melakukan penelitian secara empirik di lapangan.

Keberhasilan hasil (produk) pelaksanaan pendidikan di sekolah tidak terlepas dari peranan unsur yang ada di sekolah, terutama kepala sekolah sebagai pimpinan. Kepala sekolah memimpin pendidik, peserta didik, dan tenaga kependidikan di sekolah dalam proses pembelajaran dan membantu mengatasi masalah yang dihadapi. Kepala sekolah melakukan evaluasi, supervisi dan memberikan bantuan atau bimbingan kepada guru dan siswa dalam mengatasi persoalan yang dihadapi selama proses pendidikan berlangsung. Banyak


(21)

permasalahan yang timbul di sekolah yang terkait dengan pengelolaan sekolah dan kegiatan belajar mengajar. Masalah tersebut diantaranya berhubungan dengan kinerja mengajar guru dan berbagai tugas dan fungsi kinerja kepala sekolah yang belum maksimal dalam upaya peningkatan produktivtas sekolah. Sehubungan dengan berbagai persoalan yang timbul di sekolah, dibutuhkan peranan kinerja kepala sekolah yang cerdas dalam melakukan manajemen peningkatan produktivitas sekolah. Peranan tersebut dapat saja berupa peningkatan kinerja mengajar guru, pelaksanaan supervisi manajerial pengawas, melakukan hal-hal yang bersifat psikologis dalam menciptakan suasana yang kondusif, iklim kerja, dan budaya sekolah yang dapat mendukung terciptanya kondisi dan situasi yang menyenangkan dalam proses pencapaian hasil pendidikan di sekolah berupa produktivias pendidikan.

Penelitian terdahulu tentang faktor-faktor yang mempengaruhi produktivitas sekolah telah dilakukan oleh Kussriyanto (1996:2) yang mengemukakan bahwa faktor-faktor yang besar pengaruhnya terhadap produktivitas organisasi dari segi tenaga kerja adalah tingkat pendidikan, tingkat kesehatan, tingkat penghasilan, kesempatan berprestasi, keterampilan, disiplin, sikap, etika kerja, dan motivasi, sedangkan aspek lainnya yang berpengaruh terhadap produktivitas sekolah adalah teknologi, manajemen, kebijakan pemerintah, budaya, dan iklim kerja. Begitu juga yang dilakukan oleh Satori (2000) dalam mengidentifikasi faktor-faktor yang berpengaruh terhadap produktivitas pendidikan yaitu:


(22)

1) pembinaan atau pengawasan instruksional oleh kepala sekolah maupun pengawas,

2) peran masyarakat dalam penyediaan sumber daya pendidikan dan penyediaan lingkungan belajar yang kondusif,

3) penugasan guru yang sesuai dengan latar belakang keahlian (ijazah) yang dimiliki, menggiatkan wadah pembinaan profesional, kelengkapan fasilitas belajar, kebijakan pemerintah, lingkungan yang kondusif, dan

4) manajemen yang tepat.

Agar hasil produktivitas sekolah meningkat, dibutuhkan karakter kepala sekolah yang mampu menyatukan SDM dengan konsep manajemen yang tepat, guna peningkatan produksi sekolah. Penggunaan konsep manajemen yang baik, adalah salah satu bentuk upaya perubahan yang dapat meningkatkan produktivitas sakolah. Sebagai seorang pemimpin, kepala sekolah bertanggung jawab untuk tercapainya tujuan pendidikan yang telah ditetapkan baik secara institusional, regional, maupun secara nasional. Dalam hal ini hendaknya kepala sekolah melaksanakan fungsi fungsi manajemen, baik yang berhubungan dengan pencapaian tujuan pendidikan yang efektif dan efisien guna tercapainya produktivitas sekolah yang bermutu. Seperti yang diungkapkan oleh Widodo S (2007:89) bahwa satu hal yang perlu disadari adalah bahwa produktivitas pendidikan harus dimulai dari menata SDM tenaga pendidik dan tenaga kependidikan. Hal lain dalam penataan SDM harus dilaksanakan dengan prinsip efektivitas dan efisien, karena konsep dan implementasi efektivitas dan efisien


(23)

adalah kriteria dan ukuran yang mutlak bagi produktivitas pendidikan untuk menghasilkan lulusan baik secara kuantitas maupun kualitas.

Dalam wilayah kabupaten Garut, peneliti melihat kondisi lingkungan bahwa produktivitas Sekolah Dasar perlu ditingkatkan melalui faktor-faktor yang mempengaruhi peningkatan produktivitas sekolah, seperti kinerja kepala sekolah, kinerja mengajar guru, budaya sekolah, dan supervisi manajerial pengawas.

Posisi sekolah memiliki posisi yang sangat penting dalam upaya pengembangan pembangunan mutu Sumber Daya Manusia (SDM), dan secara signifkan akan mempengaruhi Human Development Index Nasional, dan akan mempengaruhi tingkat per kapita penduduk, yang akhirnya akan berdampak pada kesejahteraan masyarakat secara nasional. Pembangunan memerlukan SDM yang handal dan mampu menyelenggarakan dan melaksanakan kegiatan pembangunan secara nyata dan serius. Diyakini bahwa orang-orang yang mampu melaksanakan pembangunan di bidang pendidkan tersebut dapat tercipta melalui proses pendidikan yang panjang. Oleh karena itu salah satu sasaran strategis pembangunan nasional adalah peningkatan kualitas pendidikan, yang dimulai pada satuan pendidikan sekolah dasar. Hasil pendidikan yang berkualitas akan diperoleh dari sekolah yang berkualitas, kemudian sekolah yang berkualitas akan menghasilkan sumber daya manusia yang berkualitas secara nasional.

Peningkatan kualitas pendidikan berupa produktivitas sekolah ditentukan oleh kesiapan sumber daya manusia yang terlibat dalam proses pendidikan itu sendiri. Kinerja kepala sekolah dan PTK adalah salah satu komponen penentu


(24)

tinggi rendahnya kualitas hasil pendidikan mempunyai posisi strategis, maka setiap usaha peningkatan kualitas pendidikan perlu memberikan perhatian besar kepada peningkatan guru, baik dalam segi kuantitas maupun kualitasnya. Dalam upaya meningkatkan kualitas pendidikan nasional, pemerintah khususnya melalui Kemendikbud terus menerus melakukan berbagai perubahan dan pembaharuan sistem pendidikan nasional. Salah satu upaya yang sudah dan sedang dilakukan, yaitu berkaitan dengan posisi strategis guru dalam pembangunan nasional dengan lahirnya Undang-Undang No. 14 tahun 2005 tentang Guru dan Dosen dan Peraturan Pemerintah No. 19 Tahun 2005 tentang SNP, pada dasarnya merupakan program dan kebijakan pemerintah yang di dalamnya memuat usaha pemerintah untuk mengelola dan memperbaiki kualitas guru di Indonesia, perlu diingat bahwa perbaikan kualitas guru akan berdampak pada perbaikan kualitas produktivitas sekolah.

Dalam hal ini kinerja mengajar guru dapat dimaknai sebagai gambaran tentang apa yang seharusnya dapat dilakukan oleh seseorang guru dalam melaksanakan pekerjaannya di sekolah, baik berupa kegiatan, berperilaku mengajar maupun hasil yang dapat ditunjukkan. Melalui Peraturan Pemerintah, pemerintah telah merumuskan empat jenis kompetensi guru sebagaimana tercantum dalam Penjelasan Peraturan Pemerintah No 19 Tahun 2005 tentang Standar Nasional Pendidikan dan Permendiknas Nomor 16 Tahun 2007 tentang Kualifikasi Akademik dan Kompetensi Guru, yakni kompetensi pedagogik, kompetensi kepribadian, kompetensi sosial, dan kompetensi profesional.


(25)

Secara garis besar pada penjelasan Permendiknas Nomor 16 Tahun 2007 yang dirangkum dalam sepuluh kompetensi inti, bahwa kompetensi pedagogik guru adalah meliputi tahapan kegiatan belajar mengajar, mulai dari pemahaman wawasan atau landasan kependidikan, pemahaman terhadap silabus, perancangan dan perencanaan pembelajaran, pelaksanaan pembelajaran, evaluasi proses dan hasil belajar, pemahaman terhadap peserta didik, pengembangan kurikulum, pemanfaatan teknologi pembelajaran, dan pengembangan peserta didik untuk mengaktualisasikan berbagai potensi yang dimilikinya.

Guru merupakan faktor strategis dalam pendidikan sebab secara langsung berupaya membina, mempengaruhi, dan mengembangkan peserta didik, guru dituntut untuk memiliki kemampuan dasar yang diperlukan sebagai pendidik, pembimbing, dan pengajar dan kemampuan tersebut tercermin pada kompetensi guru. Berhasil tidaknya produktivitas sekolah dipengaruhi berhasil tidaknya guru melakukan proses pendidikan yang sangat tergantung pada kreativitas dan inovasi yang dimiliki guru. Mulyasa, (2008:35) mengemukakan bahwa guru merupakan perencana, pelaksana sekaligus sebagai evaluator pembelajaran di kelas, dengan demikian maka peserta didik merupakan subjek yang terlibat langsung dalam proses untuk mencapai tujuan pendidikan.

Guru dalam melaksanakan tugas dan fungsinya membutuhkan pengembangan profesional (professional development). Menurut Maggioli,

(2004:5) ” .. Professional development can be defined as a career-long process

in whch educators fine-tune their teaching to meet student needs”. Artinya bahwa Pengembangan profesional dapat didefinisikan sebagai proses


(26)

pengembangan karir seorang pendidik dengan menyempurnakan kemampuan mengajar mereka untuk memenuhi kebutuhan siswa. Pengembangan kemampuan profesional akan memberikan kontribusi pada peningkatan kompetensi guru yang pada akhirnya akan berpengaruh pada makin meningkatnya kualitas pendidikan. Pengembangan profesional guru dapat menjadikan kondisi pendidikan makin meningkat, karena kemampuan dan kompetensi guru akan terus berkembang mengikuti perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi. Pendapat King dan Newmann (Cuttance, 2001:125) bahwa upaya meningkatkan proses pembelajaran, pengembangan profesional dapat memberikan kontribusinya melalui hal-hal seperti meningkatkan pengetahuan, keterampilan, dan perbaikan organisasi, serta lembaga sekolah secara fokus dan berkelanjutan. Oleh karena itu upaya yang dilakukan oleh guru dalam pengembangan profesi sebagai pendidik merupakan unsur yang amat penting, karena hal tersebut dapat meningkatkan kompetensi dan kemampuan guru.

Pendidikan dapat dikatakan berkualitas bila sekolah berhasil mencetak output atau lulusan yang sesuai dengan tujuan atau cita-cita pendidikan itu

sendiri, sedangkan untuk merealisasikan tujuan pendidikan dalam proses pendidikannya banyak kendala yang dihadapi oleh pimpinan dalam hal ini kepala sekolah dan guru. Untuk dapat mencapai sebuah pendidikan yang berkualitas diperlukan manajemen pendidikan yang mampu memobilisasi segala sumber daya pendidikan. Implementasi manajemen merupakan salah satu komponen strategis sebuah sekolah maupun institusi-institusi yang lain. Untuk mencapai tujuan tersebut secara efektif dan efisien, maka dibutuhkan adanya


(27)

manajemen yang professional, dengan melaksanakan manajemen pendidikan secara professional diharapkan dapat meningkatkan kualitas pendidikan. Menurut Fattah (2001:49), sekolah memiliki sistem yang kompleks dan dinamis. Sekolah dalam menjalankan kegiatan belajar mengajarnya diposisikan sebagai sebuah tempat yang dilengkapi dengan berbagai fasilitas dalam bentuk sarana dan prasarananya berupa kelas yang bukan hanya sekedar tempat berkumpul para guru dan murid, melainkan diposisikan berada pada tatanan sistem pembelajaran yang kompleks dan saling berkaitan, oleh sebab itu sekolah dipandang sebagai suatu organisasi yang membutuhkan pengelolaan.

Satuan pendidikan Sekolah Dasar sebagai institusi pendidikan, dalam hal ini tentu masyarakat membutuhkan sekolah yang berkualitas, unggul dan efektif. Pelaksanaan kegiatan belajar mengajar yang mengandung efisiensi dan efektivitas yang tinggi dipengaruhi oleh beberapa unsur antara lain ketersediaan tenaga yang profesional, mulai dari kepala sekolah, guru dan staf, dana, fasilitas yang memadai, keaktifan siswa dalam belajar, hubungan sekolah dan masyarakat terjalin dengan baik, sistem pembelajaran yang baik, dan budaya sekolah yang kondusif. Posisi strategis komponen yang mempengaruhi produktivitas sekolah, memegang kunci keberhasilan peningkatan mutu pendidikan. Komponen yang mempengaruhi peningkatan produktivitas sekolah, seperti kinerja kepala sekolah, kinerja mengajar guru, budaya sekolah, dan supervisi manajerial pengawas merupakan faktor penentu peningkatan produktivitas sekolah di dalam satuan pendidikan.


(28)

Untuk peningkatkan produktivitas sekolah dasar, sebagai pengaruh dari adanya kinerja kepala sekolah, kinerja mengajar guru, budaya sekolah, dan supervisi manajerial pengawas, harus dilakukan penelitian dan pengkajian melalui penelitian ilmiah. Berbagai upaya peningkatan produktivitas sekolah akan sangat berguna bila upaya-upaya itu terbukti dan nyata adanya. Hingga saat ini penelitian yang mengkaji tentang studi produktivitas sekolah dasar di Kabupaten Garut masih minim, diharapkan dengan adanya penelitian tersebut, maka produktivitas sekolah baik kuantitas dan kualitas sekolah dasar dapat di uji secara ilmiah dan dapat dipertanggungjawabkan.

Berdasarkan uraian di atas, penulis melakukan penelitian dengan judul Studi Produktivitas Sekolah Dasar (Analisis Pengaruh Kinerja Kepala Sekolah, Kinerja Mengajar Guru, Budaya Sekolah, dan Supervisi Manajerial Pengawas Terhadap Produktivitas Sekolah Dasar di Kabupaten Garut). Guna mendapatkan hasil yang optimal dan relevan, peneliti menggunakan pendekatan kuantitatif dengan metode survei penjelasan dalam penelitian ini, yaitu dengan melakukan survei terhadap sampel yang dianggap dapat mewakili populasi sesuai dengan subjek penelitian.

B. Identifikasi dan Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan di atas, maka dapat diidentifikasi bahwa peran sekolah dalam melaksanakan tugas dan fungsinya agar menghasilkan produk yang baik masih perlu dikembangkan dan ditingkatkan secara efektif dan efisien yang akan berpengaruh pada mutu pendidikan. Produk


(29)

sekolah yang bermutu bukan sesuatu yang berdiri sendiri, tetapi dipengaruhi oleh berbagai faktor, baik faktor internal maupun faktor eksternal. Faktor faktor yang mempengaruhi produktivitas sekolah dasar adalah kinerja kepala sekolah, kinerja mengajar guru, disiplin, kesempatan berprestasi, kemampuan, motivasi, etika kerja, dana, peran masyarakat dalam penyediaan sumber daya pendidikan dan penyediaan lingkungan belajar yang kondusif, teknologi, manajemen, kebijakan pemerintah, budaya sekolah, iklim kerja, pembinaan atau pengawasan instruksional oleh kepala sekolah maupun pengawas, menggiatkan wadah pembinaan profesional, dan kelengkapan fasilitas belajar, sebagaimana terangkum pada gambar berikut ini:

Gambar 1.1


(30)

Berdasarkan gambar di atas faktor-faktor yang mempengaruhi produktivitas sekolah yaitu kinerja kepala sekolah, kinerja mengajar guru, budaya sekolah, supervisi manajerial pengawas, kebijakan pemerintah, fartisipasi dan dukungan masyarakat, dana, dan sarana prasarana atau fasilitas sekolah. Dari sejumlah faktor yang mempengaruhi produktivitas sekolah tersebut, penulis memilih faktor-faktor yang sangat penting dan berperan sekali serta membedakan antara satu daerah dengan daerah lainnya dalam menentukan produktivitas sekolah yaitu kinerja kepala sekolah, kinerja mengajar guru, budaya sekolah, dan supervisi manajerial pengawas untuk dijadikan faktor yang mempengaruhi produktivitas sekolah dalam penelitian ini. Mengingat luasnya permasalahan tentang produktivitas sekolah yang perlu diteliti, maka penulis membatasi masalah yang akan dikaji dan dirumuskan sebagai berikut: “Bagaimana Pengaruh Kinerja Kepala Sekolah, Kinerja Mengajar Guru, Budaya Sekolah, dan Supervisi Manajerial Pengawas Terhadap Produktivitas Sekolah Dasar di Kabupaten Garut?”.

Berdasarkan identifikasi dan rumusan masalah di atas, maka dibuat pertanyaan penelitian yang dapat menjadi pedoman dan arah penelitian sebagai berikut:

1. Bagaimana deskripsi Kinerja Kepala Sekolah, Kinerja Mengajar Guru, Budaya Sekolah, Supervisi Manajerial Pengawas, dan Produktivitas Sekolah Dasar di Kabupaten Garut?

2. Bagaimana pengaruh Kinerja Kepala Sekolah terhadap Produktivitas Sekolah Dasar di Kabupaten Garut?


(31)

3. Bagaimana pengaruh Kinerja Mengajar Guru terhadap Produktivitas Sekolah Dasar di Kabupaten Garut?

4. Bagaimana pengaruh Budaya Sekolah terhadap Produktivitas Sekolah Dasar di Kabupaten Garut?

5. Bagaimana pengaruh Supervisi Manajerial Pengawas terhadap Produktivitas Sekolah Dasar di Kabupaten Garut?

6. Bagaimana pengaruh secara bersama-sama Kinerja Kepala Sekolah, Kinerja Mengajar Guru, Budaya Sekolah, dan Supervisi Manajerial Pengawas terhadap Produktivitas Sekolah Dasar di Kabupaten Garut?

Pembatasan masalah sesuai dengan judul yang menjadi kajian penelitian yaitu sekolah dasar yang berada di Kabupaten Garut, dalam kurun waktu berlangsungnya penelitian ini.

C. Tujuan Penelitian 1. Tujuan Umum

Berdasarkan rumusan masalah yang dikemukakan, maka dibuatlah tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui data empirik pengaruh kinerja kepala sekolah, kinerja mengajar guru, budaya sekolah, dan supervisi manajerial pengawas terhadap produktivitas sekolah dasar di kabupaten Garut.

2. Tujuan Khusus

1. Mendeskripsikan kinerja kepala sekolah, kinerja mengajar guru, budaya sekolah, supervisi manajerial pengawas, dan produktivitas Sekolah Dasar di Kabupaten Garut.


(32)

2. Menganalisis pengaruh kinerja kepala sekolah terhadap produktivitas Sekolah Dasar di Kabupaten Garut.

3. Menganalisis pengaruh kinerja mengajar guru terhadap produktivitas Sekolah Dasar di Kabupaten Garut.

4. Menganalisis pengaruh budaya sekolah terhadap produktivitas Sekolah Dasar di Kabupaten Garut.

5. Menganalisis pengaruh supervisi manajerial pengawas terhadap produktivitas Sekolah Dasar di Kabupaten Garut.

6. Menganalisis pengaruh secara bersama-sama kinerja kepala sekolah, kinerja mengajar guru, budaya sekolah, dan supervisi manajerial pengawas terhadap produktivitas Sekolah Dasar di Kabupaten Garut.

D. Manfaat Penelitian

Penelitian ini dapat memberikan manfaat baik secara teoritis maupun secara praktis. Secara teoritis penelitian ini bermanfaat memberikan sumbangan yang berdaya guna secara teoritis, metodologis, dan empiris bagi kepentingan akademis dalam bidang ilmu pendidikan khususnya administrasi pendidikan, terutama pada kinerja kepala sekolah, kinerja mengajar guru, budaya sekolah, supervisi manajerial pengawas, dan produktivitas sekolah dasar di Kabupaten Garut.

Secara praktis hasil penelitian ini bermanfaat untuk dijadikan bahan informasi bagi para pengelola pendidikan dalam upaya memperbaiki, meningkatkan, dan mengembangkan kinerja kepala sekolah, kinerja mengajar


(33)

guru, budaya sekolah, dan supervisi manajerial pengawas dalam meningkatkan produktivitas Sekolah Dasar, bahan masukan bagi Dinas Pendidikan Kabupaten Garut dalam merencanakan, melaksanakan, menempatkan, dan melakukan pengawasan, serta mengevaluasi kinerja kepala sekolah, kinerja mengajar guru, dan pelaksanaan tugas dan fungsi pengawas sekolah sehingga dapat memperbaiki dan meningkatkan produktivitas Sekolah Dasar sesuai dengan Renstra yang sudah ditentukan. Sebagai wawasan dan referensi akademik, serta sebagai materi dasar untuk penelitian lebih lanjut dan proses generalisasi, serta bahan perbandingan dalam melaksanakan penelitian pada bidang kajian yang sama. Hasil kajian dan kesimpulan penelitian ini dapat dijadikan acuan penelitian lanjutan pada satuan pendidikan yang sama atau lebih tinggi dan juga pada penelitian yang lebih detail dengan menggunakan komponen atau variabel lain yang mempengaruhi produktivitas sekolah.

E. Struktur Organisasi Disertasi

Struktur organisasi dan sistematika penulisan disusun dengan dua tujuan. Pertama, sebagai pedoman atau petunjuk bagi penulis untuk menyusun kontens bab yang belum terselesaikan, yaitu bab satu, bab dua, dan seterusnya. Kedua, untuk mempermudah pembaca dalam menyimak dan memahami keseluruhan bagian disertasi. Penulisan disertasi disusun dengan sistematika penulisan yang baik. Dengan demikian maka akan terbentuk suatu tulisan yang tersusun, runtut, logis, terpola dan saling terkait sehingga emperical evidence dan fenomena penelitian, sampai pada kesimpulan dan implikasi penelitian.


(34)

Struktur organisasi penulisan disertasi ini terdiri dari 5 (lima) bab. Sistematika penulisan disertasi disajikan sebagai berikut:

BAB I PENDAHULUAN terdiri dari Latar Belakang, Identifikasi dan Rumusan Masalah, Tujuan Penelitian, Manfaat Penelitian, dan Struktur Organisasi Disertasi.

BAB II KAJIAN PUSTAKA, KERANGKA PEMIKIRAN, DAN HIPOTESIS PENELITIAN terdiri dari penjelasan tentang Produktivitas Sekolah dalam Persfektif Administrasi Pendidikan (Produktivitas Sekolah, Kinerja Kepala Sekolah, Kinerja Mengajar Guru, Budaya Sekolah, dan Supervisi Manajerial Pengawas), Asumsi, Penelitian Terdahulu yang Relevan, Kerangka Pemikiran, dan Hipotesis Penelitian.

BAB III METODOLOGI PENELITIAN terdiri dari penjelasan tentang Lokasi dan Subjek Populasi atau Sampel Penelitian, Desain Penelitian, Metode Penelitian, Definisi Operasional, Proses Pengembangan Instrumen, Teknik Pengumpulan Data, Analisis Data (Uji Validitas, Uji Reliabilitas, Analisis Jalur, dan Pengujian Hipotesis).

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN terdiri dari penjelesan tentang Deskripsi Data Hasil Penelitian, yaitu Kinerja Kepala Sekolah (X1) Kinerja Mengajar Guru (X2), Budaya Sekolah (X3), Supervisi Manajerial Pengawas (X4), dan Produktivitas Sekolah (Y), Hasil Analisis Hasil Jalur (Uji Normalitas dan Analisis Pengaruh), Pengujian Hipotesis (Uji Simultan, Uji Persial, dan Uji Pengaruh), Pembahasan Hasil Penelitian, Strategi Alternatif Peningkatan Produktivitas Sekolah, dan Keterbatasan Penelitian.


(35)

BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI terdiri dari penjelasan tentang Kesimpulan Hasil Penelitian dan Rekomendasi. Terakhir, Daftar Pustaka dan Lampiran-Lampiran yang relevan.


(36)

BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

A. Lokasi dan Subjek Populasi/Sampel Penelitian 1. Lokasi dan Subjek Penelitian

Lokasi penelitian ini dilakukan di Sekolah Dasar (SD) di Kabupaten Garut. Jumlah SD di Kabupaten Garut adalah 1552 yang terdiri dari SD Negeri 1505 sekolah dan SD Swasta 47 sekolah, dengan demikian jumlah Kepala Sekolah sama dengan jumlah SD yaitu 1552 orang. Berikut adalah Tabel keberadaan Sekolah dan unsur yang ada di dalamnya, yang nantinya dijadikan subjek penelitian ini.

Tabel 3.1 Jumlah Sekolah Dasar di Kabupaten Garut

NO STATUS SEKOLAH JUMLAH

SEKOLAH

JUMLAH KEPSEK

JUMLAH KOMITE

JUMLAH GURU

1 SD NEGERI 1505 1505 1505 9.030

2 SD SWASTA 47 47 47 287

JUMLAH 1552 1552 1552 9.312

*Sumber : Dinas Pendidikan Kabupaten Garut, Tahun 2012

Pada penelitian ini, yang menjadi subjek penelitian adalah kepala sekolah dan guru sekolah dasar di Kabupaten Garut. Berdasarkan subjek penelitian ini, maka nantinya dapat dianalisis komponen sebagai variabel penelitian, yaitu sebagai berikut: 1) Tingkat pengaruh kinerja kepala sekolah terhadap produktivitas sekolah, 2) Tingkat pengaruh kinerja mengajar guru terhadap produktivitas


(37)

sekolah, 3) Tingkat pengaruh budaya sekolah terhadap produktivitas sekolah, 4) Tingkat pengaruh supervisi manajerial pengawas terhadap produktivitas sekolah, dan 5) Tingkat pengaruh variabel-variabel kinerja kepala sekolah, kinerja mengajar guru, budaya sekolah, dan supervisi manajerial pengawas terhadap produktivitas Sekolah Dasar di Kabupaten Garut.

Fokus sasaran subjek penelitian ini adalah:

1) Kepala Sekolah Dasar, dengan melakukan survei kepada setiap Kepala Sekolah Dasar yang berada di Kabupaten Garut untuk memperoleh data hasil jawaban kuesioner berkaitan dengan variabel-variabel penelitian.

2) Guru Sekolah Dasar, dengan melakukan survei kepada setiap Guru Sekolah Dasar yang berada di Kabupaten Garut untuk memperoleh data hasil jawaban kuesioner berkaitan dengan variabel-variabel penelitian.

3) Pengawas Sekolah Dasar, dengan melakukan survei kepada pengawas Sekolah Dasar yang berada di Kabupaten Garut untuk memperoleh data hasil jawaban kuesioner berkaitan dengan variabel-variabel penelitian.

Pelaksanaan pengumpulan data ini dimaksudkan untuk memperoleh data primer melalui penyebaran kuesioner dan wawancara, maupun sekunder yang akurat baik itu berupa dokumen, observasi, ataupun data kepustakaan dalam mendukung penelitian yang dilakukan.

2. Populasi

Populasi menurut Sugiyono (2008:55) adalah wilayah generalisasi yang terdiri atas objek/subjek yang mempunyai kuantitas dan karakteristik tertentu yang ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari dan kemudian ditarik


(38)

kesimpulannya. Dalam penelitian ini yang dijadikan populasi adalah Sekolah Dasar yang ada di Kabupaten Garut dengan jumlah 1552 Sekolah Dasar. Berikut ditampilkan tabel jumlah populasi Sekolah Dasar di Kabupaten Garut.

Tabel 3.2

Jumlah Populasi Sekolah Dasar di Kabupaten Garut

No Status Sekolah Jumlah Sekolah

Jumlah Kepala Sekolah

Jumlah Guru

1 SD Terakreditasi A 168 168 1.008

2 SD Terakreditasi B 1.304 1.304 7.824

3 SD Terakreditasi C 80 80 480

Jumlah 1.552 1.552 9.312

*Sumber : Dinas Pendidikan Kabupaten Garut, Tahun 2012

3. Sampel

Sampel adalah sebagian dari jumlah dan karakteristik yang dimiliki oleh populasi tersebut (Sugiyono, 2008:56). Berkaitan dengan teknik pengambilan sampel menurut Akdon (2008:253), maka harus diperhatikan mutu penelitian tidak selalu ditentukan oleh besarnya sampel, akan tetapi oleh kokohnya dasar-dasar teorinya, desain penelitiannya (asumsi-asumsi statistik), dan pelaksanaan dan pengolahannya. Dalam penelitian ini sampel diambil secara random dan penentuan jumlah sampel menggunakan rumus Slovin (Sudjana, 2001:70). Sebagai berikut:

N n = ________ 1 + Ne2


(39)

Keterangan:

n = Ukuran sampel N = Ukuran populasi

e = Nilai kritis (batas ketelitian) yang diinginkan (persen kelonggaran ketelitian karena pengambilan sampel populasi) batas kesalahan (dalam penelitian ini ditetapkan 10%).

Berdasarkan rumus tersebut, maka diperoleh jumlah sampel sebagai berikut: N

n = _________ 1 + Ne2

1552 n = _________ 1 + (1552) x 0,12

1552 n = _________

1 + (1552) x 0,01 1552

n = _________ 1 + 15,52 1552 n = _________ 16,52

n = 93,94  94

Dari jumlah sampel sebanyak 94 tersebut ditentukan jumlah sampel untuk masing-masing sekolah yang berstatus terakreditasi secara proporsional (proportionate random sampling) dengan rumus:

Ns

ns = _______ x n N


(40)

Berdasarkan rumus tersebut, maka diperoleh jumlah sampel untuk tiap strata sebagai berikut:

Tabel 3.3

Jumlah Sampel Sekolah Dasar, Kepala Sekolah Dasar, Guru, dan Pengawas Sekolah Dasar di Kabupaten Garut

No Status Sekolah

Jumlah Populasi Sekolah Dasar Jumlah Populasi Kepala Sekolah Jumlah Sampel Sekolah Dasar Jumlah Sampel Kepala Sekolah Jumlah Sampel Guru Pengawas Sekolah Dasar

1 SD Terakreditasi A 168 168 10 10 20 -

2 SD Terakreditasi B 1.304 1.304 79 79 158 -

3 SD Terakreditasi C 80 80 5 5 10 -

Jumlah 1.552 1.552 94 94 188 28

Adapun responden untuk penelitian ini adalah 1 kepala sekolah dan 2 guru dari tiap sekolah sehingga diperoleh 94 Sekolah Dasar x 1 kepala sekolah = 94 kepala sekolah dan 94 Sekolah Dasar x 2 guru = 188 guru serta 28 pengawas Sekolah Dasar, jadi jumlah responden adalah 310 responden.

B. Desain Penelitian

Pelaksanaan penelitian adalah suatu aktivitas yang sistematis diarahkan kepada pengungkapan dan pengembangan tentang suatu struktur pengetahuan yang terorganisasi. Sering terjadi bahwa data yang dikumpulkan ternyata tidak atau kurang berfaedah untuk keperluan analisis persoalan yang harus dihadapi. Untuk mengatasi hal ini, sebuah cara yang harus ditempuh yang dikenal dengan nama desain eksperimen. Seperti pendapat Sudjana (2001:7):


(41)

“ … Suatu rancangan percobaan sedemikian sehingga informasi yang berhubungan dengan atau diperlukan untuk persoalan yang sedang diselidiki dapat dikumpulkan. Dengan kata lain desain sebuah eksperimen merupakan langkah-langkah lengkap yang perlu diambil jauh sebelum eksperimen dilakukan agar data yang semestinya diperlukan dapat diperoleh sehingga akan membawa kepada analisis objektif dan kesimpulan yang berlaku untuk persoalan yang sedang dibahas”.

Kegiatan penelitian dilakukan dengan tujuan tertentu, dan pada umumnya tujuan itu dapat dikelompokkan menjadi tiga hal utama yaitu untuk menemukan, membuktikan, dan mengembangkan pengetahuan tertentu. Dengan ketiga hal tersebut, maka implikasi dari hasil penelitian akan digunakan untuk memecahkan, memahami, dan mengantisipasi masalah. Pada kegiatan penelitian diperlukan metode yang tepat, sehingga memberikan kemudahan untuk memecahkan masalah yang sedang diteliti.

Guna mendapatkan hasil yang diinginkan, dalam penelitian ini digunakan desain penelitian dengan menggunakan pendekatan penelitian kuantitatif, dimana bahwa penelitian kuantitatif dipandang sebagai sesuatu yang bersifat konfirmasi dan deduktif. Penelitian kuantitatif adalah penelitian ilmiah, sistematis terhadap bagian-bagian dan fenomena serta hubungan-hubungannya. Pada penelitian kuantitatif menggunakan model-model matematis, untuk menguji suatu teori, untuk menyajikan suatu fakta atau mendeskripsikan statistik, untuk menunjukkan hubungan antar variabel, mengembangkan konsep, dan mengembangkan pemahaman atau mendeskripsikan yang berkaitan dengan fokus dan objek penelitian. Data kuantitatif dapat disimpulkan sebagai data yang berupa angka dan dapat diolah dengan matematika atau statistik.


(42)

Dengan demikian penelitian kuantitaif dengan menggunakan pendekatan statistik digunakan untuk memperkuat dan mempertegas penelitian yang bersifat kualitatif. Demikian juga pendapat Singarimbun (2003:3) mengemukakan bahwa:

“Beberapa jenis penelitian sosial, yaitu: (1) penelitian survey, (2) eksperimen, (3) grounded research, (4) kombinasi pendekatan kuantitatif dan kualitatif, dan (5) analisis data sekunder. …. Penelitian survey dapat digunakan untuk maksud (1) penjajagan (eksploratif); (2) deskriptif; (3) penjelasan (eksplanatory atau confirmatory) yakni untuk menjelaskan hubungan kausal dari pengujian hipotesis; (4) evaluasi; (5) prediksi atau meramalkan kejadian tertentu dimasa yang akan datang; (6) penelitian operasional; (7) pengembangan indikator-indikator sosial”

Penelitian deskriptif dimaksudkan untuk mengukur secara cermat terhadap problema sosial tertentu, misalnya perceraian, pengangguran, keadaan gizi, dan lain-lain. Terdapat kesimpangsiuran dalam apa yang dimaksud dengan penelitian deskriptif. Umpamanya menurut Nosanchuk dan Erickson (1997:3-9) dibedakan antara “penelitian penjajagan” dan penelitian penjelasan (confirmatory) tanpa menyinggung “penelitian deskriptif” sementara menurut Bailey (1999:31-32) descriptive study dibedakan dengan exploratory study, sedangkan menurut Surakhmad (2000:131) penelitian deskriptif ditujukan kepada “pemecahan masalah yang ada pada masa sekarang”, untuk membedakan dengan penelitian historis. Singarimbun (2003:5) mengungkapkan bahwa penelitian deskriptif untuk pengembangan konsep dan menghimpun fakta, tetapi tidak melakukan pengujian hipotesis. Apabila data yang sama, peneliti menjelaskan hubungan kausal antara komponen atau variabel-variabel melalui pengujian hipotesis, maka penelitian tersebut tidak lagi dinamakan penelitian


(43)

deskriptif, tetapi menjadi penelitian pengujian hipotesis atau penelitian penjelasan (explanatory research). Dengan demikian perbedaan pokok antara penelitian deskriptif dan penelitian penjelasan bukanlah terletak pada sifat datanya, melainkan pada sifat analisisnya.

Sesuai dengan pendapat Prasetyo (2005:23), bahwa:“Penelitian explanatory yaitu penelitian yang dilakukan untuk menemukan penjelasan

tentang mangapa suatu kejadian atau gejala terjadi.” Tujuan dari penelitian explanatory adalah untuk menjelaskan atau menguji hubungan antar variabel

yang dikaji atau diteliti. Hal ini senada dengan apa yang dikemukakan oleh Suryana (2000:8) bahwa: “… survey explanatory yaitu metode yang menjelaskan hubungan kausal antara variabel-variabel yang diteliti melalui pengujian hipotesis”. Sedangkan menurut Singarimbun (2003:3) menyatakan , bahwa; “ .. penelitian survey adalah penelitian yang mengambil sampel dari satu populasi dan menggunakan kuesioner sebagai alat pengumpulan data yang pokok”. Adapun metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah survey explanatory.

C. Metode Penelitian

Konsep penelitian descriptive adalah suatu metode yang menggambarkan apa yang dilakukan berdasarkan kejadian-kejadian atau fakta-fakta pada objek yang diteliti, kemudian diolah menjadi data dan dilakukan suatu kajian analisis sehingga dihasilkan suatu kesimpulan. Menurut Nazir (2005:63), mengemukakan metode deskriptif yang lebih lengkap, bahwa metode deskriptif


(44)

adalah suatu metode dalam meneliti status sekelompok manusia, suatu objek, suatu set kondisi, suatu sistem pemikirian ataupun suatu kelas peristiwa pada masa sekarang. Mengutip pendapat yang dikemukakan oleh, Sugiyono (2008:1) mengemukakan bahwa metode penelitian adalah cara ilmiah yang digunakan untuk mendapatkan data dengan tujuan tertentu. Metode yang digunakan dalam penelitian ini, adalah survey explanatory. Suryana (2000:8) mengemukakan bahwa: “… survey explanatory yaitu metode yang menjelaskan hubungan kausal antara variabel-variabel yang diteliti melalui pengujian hipotesis”. Sedangkan menurut Singarimbun (2003:3) menyatakan , bahwa: “ .. penelitian survey adalah penelitian yang mengambil sampel dari satu populasi dan menggunakan kuesioner sebagai alat pengumpulan data yang pokok”.

Pengkajian dalam penelitian ini mencakup pengidentifikasian upaya peningkatan produktivitas sekolah dasar di Kabupaten Garut untuk melaksanakan penelitian ini agar terarah, efektif, efisien dan informatif, metode deskriptif yang dipergunakan dilakukan dengan analisis secara kuantitatif dengan pendekatan analisis korelasional menggunakan analisis jalur untuk memperoleh hubungan manajemen peningkatan produktivitas sekolah. untuk lebih memahami kondisi lapangan, berdasarkan pendekatan penelitian descriptive dan verificatif maka dilakukan penelitian descriptive survey dan

explanatory survey. Tipe penelitian yang dilakukan adalah causalities karena


(45)

D. Definisi Operasional

Definisi operasional dimaksudkan untuk menjelaskan makna variabel yang sedang diteliti. Singarimbun (2003:46) memberikan pengertian tentang definisi operasional adalah unsur penelitian yang memberitahukan cara mengukur suatu variabel. Dengan kata laini definisi variabel adalah petunjuk pelaksanaan cara mengukur variabel. Dalam penelitian ini variabel-variebel yang akan dikaji terdiri atas lima variabel yaitu Kinerja Kepala Sekolah (X1), Kinerja Mengajar Guru (X2), Budaya Sekolah (X3), Supervisi Manajerial Pengawas (X4) dan Produktivitas Sekolah (Y). Variabel-variabel tersebut dikelompokan ke dalam dua jenis variabel yaitu variabel bebas (independent variable) dan variabel terikat (dependent variable), atau variabel eksogen dan variabel endogen.

Variabel Kinerja Kepala Sekolah (X1), Kinerja Mengajar Guru (X2), Budaya Sekolah (X3), dan variabel Supervisi Manajerial Pengawas (X4) adalah variabel bebas untuk variabel Produktivitas Sekolah (Y). Variabel Produktivitas Sekolah (Y) adalah variabel terikat untuk variabel Kinerja Kepala Sekolah (X1), Kinerja Mengajar Guru (X2), Budaya Sekolah (X3), dan variabel Supervisi Manajerial Pengawas (X4). Dalam konteks analisis jalur variabel Kinerja Kepala Sekolah (X1), Kinerja Mengajar Guru (X2), Budaya Sekolah (X3), dan variabel Supervisi Manajerial Pengawas (X4) merupakan variabel eksogen sedang variabel Produktivitas Sekolah (Y) merupakan variabel endogen.

Dalam hubungannya dengan pelaksanaan penelitian, maka variabel variabel tersebut perlu dijabarkan ke dalam bentuk operasional untuk melakukan


(46)

pengukuran bagi kepentingan analisis. Berikut ini akan dikemukakan definisi operasional dari variabel tersebut dan penjabarannya ke dalam indikator-indikator sebagai acuan dalam penyusunan instrumen penelitian.

1. Kinerja Kepala Sekolah (X1)

Kinerja kepala Sekolah berarti tindakan dan unjuk kerja yang dilakukan oleh kepala Sekolah dalam melaksanakan tugas, fungsi, dan perannya sebagai kepala Sekolah. Kinerja kepala sekolah adalah hasil kerja yang dicapai dalam melaksanakan tugas pokok, fungsi, dan tanggung jawabnya dalam mengelola sekolah yang dipimpinnya. Konsep Kinerja diartikan sebagai pelaksanaan pekerjaan dan tindakan mewujudkan suatu karakter dalam sebuah institusi atau sekolah, kemampuan untuk melaksanakan, dan cara untuk memperoleh atau menggapai prestasi. Kinerja adalah tindakan yang dilakukan oleh seseorang dalam melaksanakan tugas pokok atau pekerjaan utamanya..

Dalam penelitian ini Kinerja kepala sekolah dilihat dalam lima dimensi yaitu; (a) Quality of work (kualitas hasil kerja), (b) Promptness (ketepatan), (c) Initiative (prakarsa), (d) Capability (kemampuan), dan (e) Communication

(komunikasi). Konsep operasional Kinerja Kepala Sekolah dikembangkan dari konsep operasional Aspek-aspek Kinerja dikembangkan oleh Mitchel dan Larson (2008: 343)


(47)

2. Kinerja Mengajar Guru (X2)

Kinerja merupakan suatu wujud perilaku atau tindakan seseorang atau organisasi dengan orientasi prestasi. Kinerja mengajar guru merupakan performan mutu kerja guru dalam menjalankan tugasnya yang meliputi membuat persiapan dan perencanaan pembelajaran, pelaksanaaan pembelajaran, evaluasi pembelajaran, mendayagunakan media pembelajaran, melibatkan peserta didik dalam berbagai pengalaman belajar, dan menilai peserta didik. Mengajar adalah proses mengatur, mengelola, dan mengorganisasi yang ada di sekitar kelas, dan peserta didik sehingga dapat menumbuhkan dan mendorong untuk melaksanakan proses pembelajaran. Kinerja mengajar guru merupakan kualitas kerja guru dalam melaksanakan tugas pokok, fungsi, dan peran profesionalnya di sekolah. Kinerja mengajar guru adalah perilaku kerja guru dalam memberikan pelayanan pembelajaran kepada peserta didik yang meliputi perencanaan pembelajaran, pelaksanaan pembelajaran, dan penilaian hasil pembelajaran.

Kinerja mengajar guru dalam penelitian ini dilihat dalam dua dimensi yaitu (a) ability (Kemampuan) dan (b) Motivation (Motivasi). Konsep operasional Kinerja Mengajar Guru dikembangkan dari konsep operasional Unsur-unsur Kinerja dari Davis (2001: 347)

3. Budaya Sekolah (X3)

Budaya sekolah merupakan budaya organisasi yang dilaksanakan di sekolah. Budaya sekolah adalah nilai, norma yang mendasari perilaku pendidik


(48)

dan tenaga kependidikan dalam melaksanakan tugasnya. Budaya sekolah merupakan kepribadian organisasi yang membedakan antara sekolah yang satu dengan sekolah lainnya. Budaya sekolah adalah sekumpulan nilai yang melandasi tradisi, kebiasaan keseharian, perilaku, dan simbol-simbol yang dilakukan oleh seluruh unsur sekolah seperti kepala sekolah, guru, petugas administrasi, peserta didik, dan masyarakat sekitar sekolah.

Dimensi atau indikator budaya sekolah yang digunakan dalam penelitian ini adalah inovasi, stabilitas/pengambilan resiko, perhatian pada rincian, orientasi pada hasil, orientasi pada orang, orientasi pada tim, dan keagresifan dan kemantapan. Konsep operasional Budaya Sekolah dikembangkan dari konsep operasional Karakteristik Budaya Sekolah dari Hoy dan Miskel (2008:171)

4. Supervisi Manajerial Pengawas (X4)

Supervisi Manajerial Pengawas adalah supervisi yang berkaitan dengan aspek pengelolaan dan administrasi sekolah yang terkait langsung dengan peningkatan efisiensi dan efektivitas sekolah yang meliputi perencanaan, pelaksanaan, penilaian, koordinasi, pengembangan kompetensi sumber daya manusia kependidikan dan sumber daya lainnya. Kegiatan dari supervisi manajerial adalah berupa kegiatan pemantauan, penilaian, pengawasan dan pembinaan terhadap kepala sekolah dan seluruh unsur yang ada di sekolah, dalam mengelola, melaksanakan dan mengadministrasikan seluruh kegiatan sekolah, sehingga dapat berjalan dengan efektif dan efisien dalam rangka


(49)

mencapai sasaran serta tujuan sekolah serta memenuhi standar pendidikan. Supervisi manajerial menitikberatkan pada pelaksanaan dan pengamatan aspek-aspek pengelolaan dan administrasi sekolah yang berfungsi sebagai pendukung (supporting) terlaksananya pembelajaran yang efektif dan efisien.

Supervisi manajerial pengawas dalam penelitian ini dilihat dalam lima dimensi yaitu (a) inspecting, (b) coordinator, (c) consultant, (d) monitoring, dan (e) evaluator. Konsep operasional Supervisi Manajerial Pengawas dikembangkan dari konsep operasional Tugas Pokok dan Peran Pengawas dari Ofsted (2006:19).

5. Produktivitas Sekolah (Y)

Produktivitas Sekolah merupakan keseluruhan proses perencanaan, penataan, dan pendayagunaan sumber daya untuk mewujudkan tujuan pendidikan. Produktivitas sekolah adalah kemampuan sekolah dalam menjalankan fungsinya secara maksimal, baik fungsi ekonomis, fungsi politis, fungsi sosial, fungsi budaya maupun fungsi pendidikan. Fungsi sosial sekolah salah satunya adalah sebagai media bagi peserta didik untuk beradaptasi dengan kehidupan masyarakat. Fungsi ekonomis sekolah seperti memberi bekal kepada peserta didik agar dapat melakukan aktivitas ekonomi sehingga dapat hidup sejahtera. Fungsi politis sekolah salah satunya adalah sebagai wahana bagi peserta didik untuk memperoleh pengetahuan tentang hak dan kewajiban sebagai warga negara. Fungsi budaya sekolah adalah sebagai wahana bagi peserta didik untuk melakukan transmisi dan transformasi budaya, sementara itu fungsi


(1)

Handoko, T. H. (1995). Manajemen. Yogyakarta: BPFE.

Harefa, A. (2000). Menjadi Manusia Pembelajar. Jakarta: Kompas.

Hardjapamekas, E. R. (2000). Esensi Kepemimpinan: Mewujudkan Visi Menjadi

Aksi. Jakarta: Elex Media Komputido.

Harris, M. & A. Raviv. (1998). Corporate Governance: Voting Right and

Majority Rules. Journal of Financial Economic, 20, 203-235.

Hasibuan, M.S.P. (2001). Manajemen Sumber Daya Manusia. Jakarta: Bumi Aksara.

Hoy, W. K., & Miskel, C. G. (2008). Educational Administration. New York: Mc Graw Hill Co.

Irawan, P., Suciati, & Wardani, I.G.A.K. (1994). Teori Belajar, Motivasi, dan

Keterampilan Mengajar. Jakarta: Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi

Departemen Pendidikan dan Kebudayaan.

Ivancevich, J. M. & Mattenson, M. T. (1999). Organizational Behavior and

Management. New York: Mc Graw Hill, Inc.

Jalal, F. (2005). Profesionalisasi Pendidik Dan Tenaga Kependidikan Dalam

Pembangunan SDM Berkualitas di Era Globalisasi, Presentasi Seminar,

Bukittinggi

Journal Of Leadership Education. (2003). Supervisory oftion for Instruction

Leaders In Education. Vol 2 Number 2.

Jurnal Pendidikan dan Kebudayaan. (2001). Analisis Komparatif Antara Sekolah

Efektif dengan Tidak Efektif. No. 31 Thn ke-7.

Jurnal Administrasi Pendidikan. (2005). Kepemimpinan dan Budaya Sekolah. Vol. 3 No. 1.

Jurnal Administrasi Pendidikan. (2011). Studi Pengembangan Produktivitas

Madrasah Aliyah di Jawa Barat. Vol. XIII No. 2.

Jurnal Administrasi Pendidikan. (2012). Pengaruh Kinerja Kepala Sekolah dan

Kinerja guru Terhadap Pembelajaran. SMK. Vol. XIV No. 1.

Keputusan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia Nomor 020/U/1998 Tentang Petunjuk Teknis Pelaksanaan Jabatan Fungsional

Pengawas Sekolah dan Angka Kreditnya. Jakarta: Depdiknas.

Keputusan Menteri Pendidikan Nasional RI No. 056/U/2001 Tentang Pedoman

Pembiayaan Penyelenggaraan Pendidikan di Sekolah. Jakarta:

Depdiknas.

Keputusan Menteri Pendayagunaan Aparatur Negara Nomor 118 Tahun 1996

Tentang Jabatan Fungsional Pengawas Sekolah dan Angka Kreditnya.


(2)

Keputusan Bersama Mendikbud No. 03420/0/1996 dan Kepala BAKN No. 38 Tahun 1996 Tentang Petunjuk Pelaksanaan Jabatan Fungsional

Pengawas. Jakarta: Depdikbud.

Klimann, R. & Marya, S. (1998). Gaining Control of The Corporate Culture. San Francisco: Jossey Bass Publishers, Inc.

Komariah, A.,& Triatna, C. (2004). Visionary Leadership Menuju Sekolah Efektif. Jakarta : Bumi Aksara.

Koontz, S., O’Donnel, C., and Weihrich, H. (1990). Essentials of Management. (5th Ed). New York: Mc Graw Hill International Book Company.

Kusnendi. (2004). Analisis Jalur Konsep dan Aplikasi dengan Program SPSS dan

LISREL 8. Bandung : JPE FPIPS UPI.

Kussriyanto, B. (1996). Meningkatkan Produktivitas Karyawan. Jakarta: Pustaka Binawan Pressindo.

Lipsey, R.G. & Steiner, P.O. (1996). Pengantar Ilmu Ekonomi. Alih Bahasa: Anas Sidik. Jakarta: Bina Aksara.

Maggioli, G. D. (2004). Teacher Centered Professional Development. New York: Association for Supervision and Curriculum Development.

Majid, A. (2005). Perencanaan Pembelajaran dan Mengembangkan Standar.

Kompetensi Guru. Bandung: Remaja Rosda Karya.

Makmun, A. S. (1999). Pemberdayaan system Perencanaan dan maanjemen

Berbasis Seklah Menuju Kearah Penigkatan Kualitas Kerja Pendidikan yang Diharapkan. Bandung: UPI, Pengukuhan Jabatan guru besar.

Mangkunegara, A.P. (2001). Manajemen Sumber Daya Manusia. Bandung: Remaja Rosdakarya.

Mangkunegara, A.P. (2006). Evaluasi Kinerja SDM. Bandung: Rafika Aditama. Mantja, W. (2001). Organisasi dan Hubungan Kerja Pengawas Pendidikan.

Makalah disampaikan dalam Rapat Konsultasi Pengawasan antara Inspektorat Jenderal Depdiknas dengan Badan Pengawasan Daerah di Solo.

Mathis, Robert L. & Jakson J. H. (2001). Manajemen Sumber Daya Manusia. Edisi Indonesia. Jakarta: Salemba Empat.

Maxwell, J. C. (1995). Mengembangkan Kepemimpinan di Dalam Diri Anda. Alih Bahasa oleh Anton Adiwiyoto. Jakarta: Binarupa Aksara.

Maxwell, J. C. (1995). Developing The Leaders Around You: How to Help Others

Reach Their Full Potential. USA: Sae International, Inc.

Mc Namara, C. (2002). Organizational Culture. The Management Assistance Program for Nonprofits. http: //www.mapnp.org/library/culture.htm.


(3)

Mitchel, T.R. & Larson. (2008). People and Organization: An Intoduction to

Organizational Behavior. Singapore: Mc Graw Hill, Inc.

Mitchel, T.R. (2008). People in Organization: Understanding Their Behaviors. New York: Mc Graw Hill, Inc.

Muid, F. (2003). Standar Pelayanan Pendidikan. Jakarta: Badan Diklat Depdagri & Badan Diklat Depdiknas.

Mulyasa, E. (2007). Menjadi Kepala Sekolah Professional. Bandung: Remaja Rosdakarya

Mulyasa, E. (2008). Menjadi Guru Professional. Bandung: Remaja Rosdakarya. Mulyono, (2008). Manajemen Administrasi dan Organisasi Pendidikan.

Jogjakarta: Ar-Ruzz Media.

Munandar. (2001). Psikologi Industri dan Organisasi. Jakarta: UI-Press

Munir. (2008). Kurikulum Berbasis Teknologi Informasi dan Komunikasi. Bandung: Alfabeta.

Ndraha, T. (1997). Budaya Organisasi. Jakarta: Rineka Cipta.

Nasution. (2000). Metode Research (Penelitian Ilmiah). Jakarta: Bumi Aksara.

Nawawi, H. (1994). Administrasi Pendidikan. Jakarta: Cv. Haji Masagung Nazir, M. (2005). Metode Penelitian. Jakarta : Ghalia Indonesia.

Nosanchuk, T. A., & Erickson, B. H. (1997). Understanding Data. Milton Keynes: Open University.

Nimran, U. (1997). Perilaku Organisasi. Surabaya: Citra Media.

Ofsted. (2006). Inspecting School Framework for Inspecting School. London: Office for Standards in Education.

Pandong, A. (2003). Jabatan Fungsional Pengawas. Jakarta: Badan Diklat Depdagri & Badan Diklat Depdiknas.

Peraturan Pemerintah Nomor 28 Tahun 1990 Tentang Sekolah Dasar. Jakarta: Depdikbud.

Peraturan Pemerintah Nomor 19 Tahun 2005 Tentang Standar Nasional

Pendidikan. Jakarta: Depdiknas.

Peraturan Pemerintah Nomor 74 Tahun 2008 Tentang Guru. Jakarta: Depdiknas. Peraturan Mendiknas RI Nomor 16 Tahun 2007 Tentang Kualifikasi Akademik

dan Kompetensi Guru. Jakarta: Depdiknas.

Peraturan Mendiknas RI Nomor 13 Tahun 2007 Tentang Standar Kepala

Sekolah/Madrasah. Jakarta: Depdiknas.

Peraturan Mendiknas RI Nomor 28 Tahun 2010 Tentang Penugasan Guru


(4)

Peraturan Mendiknas Nomor 35 Tahun 2010 Tentang Petunjuk Teknis

Pelaksanaan Jabatan Fungsional Guru dan Angka Kreditnya. Jakarta:

Depdiknas.

Posner, B.Z. & Kouzes J.M. (1999). The Leadership Challenge (Tantangan

Kepemimpinan). Alih Bahasa oleh Anton Adiwiyoto. Batam: Interaksara.

Prasetyo, B. (2005). Metode Penelitian Kuantitatif. Jakarta: Raja Grafindo Persada.

Purwanto, Ng. (2004). Administrasi dan Supervisi Pendidikan. Bandung: Remaja Rosdakarya.

Rahmanto, Isnan. Pemikiran Kinerja dan Imbalan Suatu Alternatif Keluar dari

Krisis. www. Feupak.web.id/jima/isna.txt.

Rivai, M. (1992). Administrasi dan Supervisi Pendidikan. Bandung: Jemmars. Rivai, V. & Basri, A.F.M. (2004). Performance Appraisal. Jakarta: Raja Grafindo

Persada.

Robbins, S. P. (1999). Perilaku Organisasi: Konsep Kontroversi, dan Aplikasi. Alih Bahasa oleh Pujaatmaka Hadyana. Jakarta. Prenhallindo.

Rudianto. (2006). Akuntansi Manajemen: Informasi untuk Pengambilan

Keputusan Manajemen. Jakarta: Grasindo.

Ruky, A. S. (2000). Sistem Manajemen Kinerja. Jakarta: Gramedia.

Sagala, S. (2006). Manajemen Berbasis Sekolah dan Masyarakat Strategi

Memenangkan Persaingan Mutu. Jakarta: Nimas Multima

Sahertian, P. A. (2000). Konsep Dasar dan Teknik Supervisi Pendidikan dalam

Rangka Pengembangan Sumber Daya Manusia. Jakarta: Rineka Cipta.

Sallis. B. E. (2008). Manajemen Mutu Terpadu dalam Pendidikan. Alih Bahasa oleh Ahmad Ali Riyadi. Jogjakarta: IRCISoD.

Samuelson, P.A., & Nordhaus, W.D. (1996). Makro Ekonomi. Alih Bahasa oleh A. Jaka Wasana. Jakarta: Erlangga

Sarwono, J. (2007). Panduan Cepat dan Mudah SPSS 17. Yogyakarta: Penerbit Andi.

Satori, D. (1997). Supervisi Akademik (Teori dan Praktik). Jakarta: Depdikbud. Satori, Dj. (2000). Quality Assurance dalam Desentralisasi Pendidikan, Makalah.

Bandung: Journal Farmasi PPS UPI.

Schermerhorn, J. R., Hunt, J. G., & Osborn, R.N. (2000). Managing

Organizational Behavior. New York: John Willey & Son.

Schuler, R. & Jackson, S. E. (1996). Manajemen Sumber Daya Manusia

Menghadapi Abad 21, Edisi Keenam, Jilid Kedua. Alih Bahasa oleh


(5)

Schein, E. H. (2002). Organizational Culture and Leadership. San Francisco: Jossey Bass Publisher, Inc.

Siagian, P. S. (1994). Kiat Meningkatkan Produktivitas Kerja. Jakarta: Rineka Cipta.

Simanjuntak, P. J. (2005). Manajemen dan Evaluasi Kinerja. Jakarta: LFEUI. Singarimbun, Masri, Effendi, Sofian. (2003). Metode Penelitian Survey. Jakarta:

LP3ES.

Sinungan, M. (1997). Produktivitas Apa dan Bagaimana. Jakarta: Angkasa Persada.

Sitepu. N. S. K. (1994). Analisis Jalur. Bandung: Jurusan Statistika, Fakultas MIPA, Unpad.

Smith, N. &Hatton. (1992). Efectivity School. Boston: Allyn and Bacon.

Soehartona, I. (1995). Metode Penelitian Sosial. Bandung: Remaja Rosdakarya. Steller, A. W. (1993). Curricullum Planning. Virginia: Fundamental Decision. Stoner, J.A.F., & Freeman, R.E. (1996). Manajemen. Alih Bahasa oleh Alexander

Sindoro. Jakarta: Prenhalindo.

Stoner, J.A.F. & Freeman, R.E. (1999). Management. Fifth Edition. Englewood Cliffs. New Jersey: Prentice Hall A Division of Simon & Schuster, Inc. Sudjana. (1995). Teknik Analisis Data Kualitatif. Bandung: Tarsito

Sudjana. (2001). Teknik Analisis Regresi dan Korelasi. Bandung: Tarsito

Sugiyono. (2008). Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif, dan R&D. Bandung: Alfabeta.

Sugiyono. (2009). Metode Penelitian Administrasi. Bandung: Alfabeta.

Suhardan, D. (2010). Supervisi Profesional Layanan dalam Meningkatkan Mutu

Pembelajaran di Era Otonomi Daerah. Bandung: Alfabeta

Suharsaputra. Uhar. (2008). Manajemen Pengembangan Kinerja Guru (Studi

Tentang Pengaruh Kepemimpinan Enterpreuner Kepala Sekolah, Budaya Sekolah dan Sistem Kompetensi terhadap Kreativitas dan Kinerja Inovatif Guru pada Sekolah Menengah Kejuruan di Kabupaten Kuningan). Bandung: SPs UPI. Disertasi tidak diterbitkan.

Suharsaputra. Uhar. (2011). Menjadi Guru Berkarakter. Yogyakarta: Paramitra Publishing Yogyakarta.

Surakhmad, W. (2000). Metodologi Penelitian. Bandung: Alfabeta.

Suriasumantri, J. (2001). Filsafat ilmu: Sebuah Pengantar Populer. Jakarta: Pustaka Sinar Harapan.


(6)

Suryana. (2000). Filsafat dan Metodologi Penelitian. Bandung: Jurusan Pendidikan Ekonomi.

Tampubolon. (2001). Perguruan Tinggi Bermutu. Jakarta: Gramedia Pustaka Utama.

Taylor, B.O. (Ed). (1990). Case Studies in Effective School Research. Hunt Publishing Company.

Terry, G. R. (2000). Asas-Asas Manajemen. Terjemahan Winardi. Bandung: Mandar Maju.

Thomas, J. A. (1986). The Productive School A System Analysis Approach to

Educational Administration. Canada: John Wiley&Sons, Inc.

Tim Dosen, Jurusan Adpen. (2008). Pengelolaan Pendidikan. Bandung: Jurusan Administrasi Pendidikan UPI.

Tjahjono, H. K. (2003). Budaya Organisasional & Balanced Scorecard. Yogjakarta: UPFEUMY.

UPI. (2012). Pedoman Penulisan Karya Ilmiah. Bandung: Universitas Pendidikan Indonesia.

Umar, H. (2003). Evaluasi Kinerja Perusahaan. Jakarta: Gramedia Pustaka Utama.

Undang Undang Republik Indonesia Nomor 20 Tahun 2003 Tentang Sistem

Pendidikan Nasional. Jakarta: Depdiknas.

Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 14 Tahun 2005 Tentang Guru dan

Dosen. Jakarta: Depdiknas.

Usman, U. (2009). Menjadi Guru Profesional. Bandung: Remaja Rosdakarya.

Van Peursen, C.A. (1994). Strategi Kebudayaan. (Terjemahan) Dick Hartoko. Jakarta: Yayasan Kanisius.

Wahjosumidjo. (1999). Kepemimpinan Kepala Sekolah. Jakarta: Rajagrafindo Persada.

Wahyudi. (2012). Kepemimpinan Kepala Sekolah dalam Organisasi Pembelajar

(Learning Organization). Bandung: Alfabeta.

Wibowo, M.E. (2003). Menjawab Pendidikan Berbasis Masyarakat. Semarang: Lembaga Kajian dan Pengembangan Pendidikan.

Widodo, S. (2007. Psikologi Belajar. Jakarta: Rineka Cipta.

Wilson, A. (1996). Manajemen Pemasaran Jasa. Jakarta: Pustaka Binaman Pressindo.

Yaqin, A. (2003). Pendidikan Multikultural Cross Cultural Understanding untuk