Strategi nafkah dan tingkat kesejahteraan pada keluarga miskin

STRATEGI NAFKAH DAN TINGKAT KESEJAHTERAAN
PADA KELUARGA MISKIN

NENGGI OKTA PRAMUDITA

DEPARTEMEN ILMU KELUARGA DAN KONSUMEN
FAKULTAS EKOLOGI MANUSIA
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
2014

PERNYATAAN MENGENAI SKRIPSI DAN
SUMBER INFORMASI SERTA PELIMPAHAN HAK CIPTA*
Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi berjudul Strategi Nafkah dan
Tingkat Kesejahteraan pada Keluarga Miskin adalah benar karya saya dengan
arahan dari komisi pembimbing dan belum diajukan dalam bentuk apa pun kepada
perguruan tinggi mana pun. Sumber informasi yang berasal atau dikutip dari karya
yang diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam
teks dan dicantumkan dalam Daftar Pustaka di bagian akhir skripsi ini.
Dengan ini saya melimpahkan hak cipta dari karya tulis saya kepada Institut
Pertanian Bogor.


Bogor, Agustus 2014
Nenggi Okta Pramudita
NIM I24100045

ABSTRAK
NENGGI OKTA PRAMUDITA. Strategi Nafkah dan Tingkat Kesejahteraan pada
Keluarga Miskin. Dibimbing oleh HARTOYO.
Penelitian ini bertujuan untuk mengkaji strategi nafkah dan tingkat
kesejahteraan keluarga miskin pada wilayah desa dan kota. Penelitian ini
menggunakan desain cross-sectional study. Penarikan contoh dilakukan
menggunakan stratified random sampling dengan status kesejahteraan sebagai
kriteria stratifikasi. Penelitian ini dilaksanakan di Kabupaten Bogor dan Kabupaten
Indramayu. Sampel dalam penelitian ini adalah keluarga yang mempunyai anak
terakhir balita, contoh penelitian ini adalah 60 keluarga miskin. Hasil penelitian
menunjukkan srategi nafkah yang banyak digunakan pada keluarga miskin di desa
dan kota adalah strategi rekayasa sumber nafkah dan pola nafkah ganda. Meskipun
mereka miskin, namun lebih dari separuh keluarga merasa secara subjektif
sejahtera. Faktor yang mempengaruhi jumlah strategi nafkah yang digunakan
keluarga meliputi pendidikan suami, besar keluarga, dan modal sosial. Faktor yang

mempengaruhi tingkat kesejahteraan subjektif istri adalah besar keluarga, lama
pendidikan suami, dan modal fisik. Sedangkan faktor-faktor yang memengaruhi
tingkat kesejahteraan subjektif suami adalah lama pendidikan istri dan modal
manusia.
Kata kunci: strategi nafkah, kesejahteraan subjektif, modal aset

ABSTRACT
NENGGI OKTA PRAMUDITA. Livelihoods Strategies and Levels of Well-being
of Poor Families. Supervised by HARTOYO.
The objective of this research is to assess the livelihood strategies of poor
families and welfare levels in different areas. This research used a cross-sectional
study design. Stratified random sampling with the welfare status of the family as
stratification criteria is used. This research was conducted in Bogor and Indramayu
Regency. Sample of the reseacrh are families with the last children is under five
years old, the number of respondents are 60 families. The results showed that
livelihood strategies widely used in poor families in rural and urban are source of
income engineering and multiple livelihood patterns strategies. Even though they
are poor families, more than half of families feel better subjective well-being level.
Factors which affected the number of livelihood strategies applied by families are
education of husband, family size, and social capital. Factors which affect the wife

level of subjective well-being applied by families are family size, education of
husband, and physical capital. Meanwhile the factors that the affect the level of
husband subjective well-being are education of wife and human capital.
Keywords: capital assets, livelihood strategies, subjective well-being

STRATEGI NAFKAH DAN TINGKAT KESEJAHTERAAN
KELUARGA MISKIN

NENGGI OKTA PRAMUDITA

Skripsi
sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar
Sarjana Sains
pada
Departemen Ilmu Keluarga dan Konsumen

DEPARTEMEN ILMU KELUARGA DAN KONSUMEN
FAKULTAS EKOLOGI MANUSIA
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR

2014

PRAKATA

Tidak mudah untuk membuat suatu penelitian sebagai tugas akhir (skripsi)
untuk mendapatkan gelar sarjana bidang Ilmu Keluarga dan Konsumen di Insitut
Pertanian Bogor. Membutuhkan kesabaran, semangat yang lebih besar lagi, dan doa
yang tiada hentinya diucapkan. Namun penulis yakin bahwa tidak ada jalan yang
tidak berujung. Alhamdulilah dengan segala puji dan syukur kehadirat Allah SWT
atas limpahan rahmat, hidayah, dan karunia-Nya, serta usahan dan doa yang tiada
hentinya penulis telah menyelesaikan penelitian ini yang berjudul “Strategi Nafkah
dan Tingkat Kesejahteraan pada Keluarga Miskin”. Pada kesempatan ini penulis
menyampaikan terimaksih dan penghargaan kepada pihak-pihak yang berhak
mendapatkannya, atas segala bantuan dan jasanya sehingga tugas ini bisa
terselesaikan. Penulis ucapkan terimakasih kepada:
1. Dr. Ir. Hartoyo, M.Sc selaku dosen pembimbing skripsi dan pembimbing
akademik, dengan segala kesabaran dan arahan membimbing penulis sehingga
banyak memberikan pencerahan tentang banyak hal.
2. Ir. Retnaningsih, M.Si selaku dosen pemandu seminar dan dosen penguji skripsi
yang telah berkenan memberikan masukan yang berarti dalam penulisan karya

ini.
3. Dr. Ir. Istiqlaliyah Muflikhati, M.Si selaku dosen penguji skripsi yang telah
berkenan memberikan saran dan masukan yang berarti untuk perbaikan
penulisan karya ini.
4. Seluruh Dosen dan Staff Departemen Ilmu Keluarga dan Konsumen yang telah
memberikan pembelajaran dan ilmu yang bermanfaat.
5. Bapak Sri Baskoro dan Ibu Suyatni, Oki Melandani, dan Ai Yosi Tanjung
sebagai keluarga yang tiada hentinya memberikan dukungan dan doa untuk
penulis.
6. Pihak beasiswa bidik misi atas bantuan dana selama penulis menunut ilmu di
Institut Pertanian Bogor.
7. Teman-teman IKK 47 dan temen seperjuangan penelitian, Wida, Ulfa, dan Dian,
atas waktu, kebersamaan, dan motivasinya serta kepada seluruh pihak yang telah
membantu menyelesaikan penelitian ini yang tidak bisa penulis sebutkan satu
per satu.
Demikian ucapan terima kasih penulis yang dipersembahkan dari hati, Allah
SWT akan membalas semuanya dengan kebaikan. Semoga penelitian ini akan
memberikan manfaat bagi banyak pihak.
Bogor, Agustus 2014
Nenggi Okta Pramudita


DAFTAR ISI

DAFTAR TABEL

x

DAFTAR GAMBAR

xi

DAFTAR LAMPIRAN

xi

PENDAHULUAN

1

Latar Belakang


1

Perumusan Masalah

3

Tujuan Penelitian

5

Manfaat Penelitian

5

KERANGKA PEMIKIRAN

5

METODE PENELITIAN


7

Desain, Lokasi, dan Waktu Penelitian

7

Jumlah dan Cara Pemilihan Contoh

8

Jenis dan Cara Pengumpulan Data

10

Pengolahan dan Analisis Data

11

Definisi Operasional


13

HASIL PENELITIAN

14

Modal Aset Keluarga Contoh

18

Strategi Nafkah Keluarga Contoh

24

Tingkat Kesejahteraan Subjektif Keluarga Contoh

25

Faktor-faktor yang Mempengaruhi Strategi Nafkah dan Tingkat Kesejahteraan

Suami-Istri pada Keluarga Contoh
26
KESIMPULAN DAN SARAN

34

Simpulan

34

Saran

35

DAFTAR PUSTAKA

35

LAMPIRAN


39

RIWAYAT HIDUP

42

DAFTAR TABEL
1 Jumlah penduduk miskin kabupaten/kota di Jawa Barat
2 Jenis dan pengumpulan data variabel penelitian
3 Sebaran karateristik contoh dan keluarga berdasarkan karateristik
wilayah
4 Sebaran pencari nafkah utama keluarga berdasarkan karateristik wilayah

3
10
15
16

5 Sebaran suami berdasarkan jenis pekerjaan suami di karateristik wilayah
yang berbeda
6 Sebaran istri berdasarkan jenis pekerjaan di karateristik wilayah yang
berbeda
7 Sebaran suami dan istri berdasarkan pendidikan di karateristik wilayah
yang berbeda
8 Sebaran kepemilikan modal alam keluarga contoh berdasarkan
karateristik wilayah
9 Sebaran kepemilikan modal finansial keluarga contoh berdasarkan
karateristik wilayah
10 Sebaran sumber kredit/hutang keluarga contoh berdasarkan karateristik
wilayah
11 Sebaran kepemilikan asuransi keluarga contoh berdasarkan karateristik
wilayah
12 Sebaran kepemilikan sumber dana darurat keluarga contoh berdasarkan
karateristik wilayah
13 Sebaran kepemilikan modal sosial keluarga contoh berdasarkan
karateristik wilayah
14 Kepemilikan modal manusia keluarga contoh berdasarkan karateristik
wilayah
15 Kepemilikan modal fisik keluarga contoh berdasarkan karateristik
wilayah
16 Sebaran responden berdasarkan kepemilikan rumah pada wilayah yang
berbeda
17 Sebaran responden berdasarkan kepemilikan alat elektronik pada
wilayah yang berbeda
18 Sebaran strategi nafkah keluarga contoh
19 Sebaran kesejahteraan subjektif keluarga contoh
20 Koefisien model regresi pengaruh karateristik keluarga terhadap
strategi nafkah
21 Ringkasan analisis regresi logistik untuk faktor-faktor yang diduga
mempengaruhi kesejahteraan subjektif istri
22 Ringkasan analisis regresi logistik untuk faktor-faktor yang diduga
mempengaruhi kesejahteraan subjektif suami

16
17
17
19
20
20
21
21
22
22
23
21
22
25
26
27
27
28

DAFTAR GAMBAR
1 Kerangka pemikiran strategi nafkah dan tingkat kesejahteraan keluarga
miskin
2 Alur pemilihan lokasi dan penarikan contoh

7
9

DAFTAR LAMPIRAN
1 Model kerangka suistainable livelihood
2 Koefisien korelasi antara karateristik keluarga contoh, modal aset
keluarga, dan kesejahteraan subjektif suami-istri
3 Sebaran jawaban suami berdasarkan kesejahteraan subjektif
4 Sebaran jawaban istri berdasarkan kesejahteraan subjektif

39
40
41
41

PENDAHULUAN
Latar Belakang
Keberadaan keluarga yang merupakan sebuah unit terkecil dalam
masyarakat memiliki peranan yang penting dan strategis dalam pembangunan
nasional. Menurut Hartoyo (2009), posisi keluarga termasuk dalam sebuah sistem
yang rentan mengalami permasalahan baik dalam ranah internal maupun eksternal
keluarga. Permasalahan di keluarga mencakup kemiskinan dan kualitas
sumberdaya manusia yang rendah, yang menyebabkan kurangnya keberfungsian
keluarga secara optimal. Merujuk terhadap hal tersebut, banyak di antara keluarga
masih hidup dalam kemiskinan yang identik dengan ketidak-cukupan sumberdaya
untuk menghasilkan manusia yang berkualitas. Kemiskinan yang dialami keluarga
juga berdampak pada permasalahan sosial lainnya karena kemiskinan merupakan
permasalahan yang multidimensional dan multisektoral. Dengan demikian,
kemiskinan dan tekanan ekonomi yang besar membawa keluarga dalam ketidaktahanan yang lebih besar (Hartoyo 2009).
Penanggulangan kemiskinan merupakan salah satu cara yang dilakukan
untuk mengurangi jumlah masyarakat miskin. Sesuai dengan Millenium
Development Goals yang memiliki salah satu tujuan untuk mengurangi tingkat
kemiskinan dan kelaparan. Banyak program yang digalakan oleh pemerintah untuk
mendukung penurunan tingkat kemiskinan, salah satunya program Bantuan
Langsung Sementara Masyarakat (BLSM). Penangulangan kemiskinan yang
dilakukan pemerintah saat ini belum mampu mengcover seluruh masyarakat miskin
yang ada di Indonesia, khususnya Jawa Barat. Berdasarkan data Badan Pusat
Statistika 2013, jumlah penduduk miskin yang berada di Jawa Barat sebesar 9.61
persen atau 4 382 648 orang, yang mana terbagi dalam penduduk miskin perkotaan
sebesar 2 626 162 orang (8.69 persen) dan penduduk miskin pedesaan 1 756 486
orang (11.42 persen) pada bulan Maret 2013. Berbagai upaya yang dilakukan oleh
pemerintah untuk penurunan kemiskinan telah dilaksanakan namun masalah
kemiskinan tidak kunjung selesai, besarnya penduduk miskin saat ini menimbulkan
sebuah pertanyaan mungkinkah pembangunan yang dilaksanakan pemerintah
mengalami kegagalan (Widodo 2009).
Lahirnya pendekatan Sustainable livelihood merupakan sebuah kritik
terhadap pembangunan, baik dari sisi hasil, cara ataupun ide. Faktanya, sampai saat
ini tujuan pembangunan sangat dipersempit hanya sebagai proses mengumpulkan
kekayaan finansial dan komoditas. Pembangunan identik dengan meningkatkan
produksi, meningkatkan export yang dijanjikan akan membawa kesejahteraan
masyarakat. Upaya untuk peningkatan tersebut mendorong pembangunan dijadikan
sebagai armada eksploitasi, yang mendorong individu untuk mengeksploitasi alam
dan individu lainnya, sehingga berbuah kehancuran alam dan hubungan disharmoni
antar individu yang membahayakan kehidupan individu atau komunitas itu sendiri
(Saragih, Lassa, dan Ramli 2007). Sustainable livelihood merupakan salah satu
pendekatan untuk memahami kemiskinan yang membicarakan pada pemahaman
bagaimana kehidupan orang miskin dan apa prioritas hidup serta apa yang harus
dilakukan untuk membantu mereka, sehingga tidak hanya terkait pendapatan

2
(income poverty) dan pekerjaan (jobs), namun lebih holistik memahami bagaimana
kehidupan orang miskin (Widiyanto 2009).
Keterbatasan dan kerentanan yang dimiliki dapat menjadikan keluarga
terjebak dalam kemiskinan. Keluarga harus berusaha untuk mempertahankan
kelangsungan hidupnya dan berupaya untuk mencapai kesejahteraan keluarga.
Tidak hanya pemerintah yang harus berusaha untuk menangani kemiskinan namun
perlu juga adanya usaha individu agar mampu keluar dari kemiskinan dan menuju
kesejahteraan keluarga. Menurut Iskandar (2007) kesejahteraan keluarga
merupakan suatu keadaan yang relatif tercukupi atau kondisi dimana seseorang
berusaha untuk melepaskan diri dari semua tekanan, kesulitan, kesukaran, dan
gangguan. Kesejahteraan keluarga dapat dicapai ketika keluarga mampu mengelola
dengan baik sumberdaya atau aset yang dimilikinya (Hartoyo 2009). Menurut
Saragih, Lassa, dan Ramli (2007), unit keluarga atau komunitas tertentu
melangsungkan hidup dan penghidupannya dengan bertumpu kepada berbagai aset
yang dimilikinya, baik secara material dan non-material melekat pada unit yang
dimaksud. Aset tersebut termasuk didalamnya adalah modal sosial, modal alam,
modal manusia, modal finansial ekonomi, dan modal fisik insfrastruktur.
Sekarang ini banyak kajian terkait bagaimana cara masyarakat untuk
bertahan dan memperbaiki kehidupannya (Widiyanto 2009). Taktik dan aksi yang
diciptakan oleh individu ataupun kelompok dalam rangka mempertahankan
kehidupan disebut strategi nafkah atau livelihood strategy (Dharmawan 2007).
Penelitian terdahulu banyak membahas bagaimana strategi nafkah yang dilakukan
oleh masyarakat miskin maupun tidak miskin dalam upaya untuk mempertahankan
hidup baik di pedesaan maupun perkotaan.
Penghidupan masyakat dibentuk atau ditopang oleh berbagai kekuatan dan
faktor yang beragam dimiliki oleh keluarga yang dengan sendirinya terus berubah.
Kekuatan dan faktor tersebut diantaranya merupakan aset-aset (sering juga disebut
capital asset, modal dasar atau sumber daya majemuk) keluarga, dengan
mengkombinasikan aset-aset tersebut akan menghasilkan capaian penghidupan
yang mereka harapkan dan strategi-strategi penghidupan yang mereka gunakan
untuk mencapai tujuan-tujuan yang dirumuskan ideal tersebut yakni tercapainya
kondisi yang aman (kesejahteraan keluarga) (Saragih, Lassa, dan Ramli 2007).
Pilihan strategi nafkah sangat ditentukan oleh ketersediaan akan
sumberdaya dan kemampuan mengakses sumber-sumber nafkah tersebut. Menurut
Dharmawan (2001), sumber nafkah rumahtangga sangat beragam (multiple source
of livelihood), karena rumahtangga tidak tergantung hanya kepada satu pekerjaan
dan satu sumber nafkah tidak mampu memenuhi semua kebutuhan rumahtangga.
Namun demikian dengan keterbatasan kualitas sumberdaya manusia, seringkali
kepala atau anggota rumahtangga memiliki akses yang terbatas terhadap sumbersumber nafkah.
Scoones (1998) membagi konsep modal menjadi lima modal aset, yaitu
modal alam, modal fisik, modal manusia, modal keuangan, dan modal sosial.
Berdasarkan kelima modal tersebut, modal keuangan dan modal manusialah yang
sering disebut sebagai “modal” dalam arti ekonomi. Keduanya dinilai mampu
menghasilkan pendapatan dengan segera dan mudah untuk diperhitungkan
(Scoones 1998). Modal alam tergantung kepada kemampuan individu untuk
mengakses sumberdaya alam yang ada. Kemampuan untuk mengakses tersebut
yang membuat perbedaan antar kelas-kelas dalam masyarakat. Sedangkan modal

3
sosial menurut De Haan (2012) mendefinisikan modal sosial dapat memfasilitasi
tindakan aktor-aktor di dalam struktur sekaligus menetapkan aktor-aktor tersebut
dalam aspek-aspek struktural. Singkatnya modal sosial diartikan sebagai kegiatan
tolong-menolong antar tetangga, organisasi keagamaan, arisan, dan sebagainya
(Stephanie 2008). Akses terhadap kelima modal dan penggunaaan modal tersebut
yang didukung oleh faktor sosial dan faktor luar lainnya seperti pasar yang akan
membentuk strategi nafkah (Ellis 1998).
Setiap wilayah memiliki strategi nafkah atau strategi penghidupan yang
berbeda-beda, hal tersebut memperlihatkan bahwa struktur agaria ataupun
demografi mempengaruhi bagaimana strategi nafkah yang dilakukan oleh
rumahtangga dengan tujuan akhir adalah kesejahteraan keluarga. Pernyataan
tersebut sejalan dengan Masithoh (2005) yang menyatakan bahwa perbedaan
strategi nafkah tergantung kepada sumberdaya yang dimiliki pada sebuah
komunitas, dapat berupa keberadaan dimensi ekologi, struktur sosial, sosialkultural, ekonomi, serta sistem pertanian, struktur agraria yang dapat
mempengaruhi derajat kehidupan.
Salah satu alasan mengapa studi terkait srategi nafkah menarik untuk
dilakukan adalah penerapan strategi nafkah pada rumahtangga miskin berbeda-beda
sesuai dengan capital asset yang dimilikinya (Musyarofah 2006). Strategi nafkah
yang berbeda-beda pada demografi yang berbeda merupakan hal yang menarik
untuk dilakukan. Studi strategi nafkah ini, menelaah mengenai strategi nafkah yang
diterapkan oleh rumahtangga miskin pada demografi yang berbeda dalam rangka
mempertahankan kelangsungan hidup rumahtangga menuju kesejahteraan
keluarga. Melalui studi ini diharapkan mampu mengetahui berbagai potensi dan
kendala yang dihadapi oleh masyarakat dalam memenuhi kebutuhan hidup menuju
kesejahteraan keluarga sehingga dapat menjadi bahan pertimbangan dalam
pengabilan keputusan untuk meminimalisir kemiskinan yang semakin meningkat.
Perumusan Masalah
Jawa Barat merupakan lima besar provinsi dengan jumlah penduduk miskin
terbesar di Indonesia, sebesar 4 382 650 orang miskin berada dalam kondisi miskin
baik di perkotaan maupun pedesaan (BPS 2013). Berikut data lima teratas jumlah
penduduk miskin kabupaten/kota di Jawa Barat yang tercermin dalam Tabel 1.
Kabupaten Bogor dan Indramayu merupakan deretan lima teratas yang mewakili
penduduk miskin terbesar di Jawa Barat. Beberapa perbedaan kunci antara
rumahtangga miskin dan tidak miskin, yaitu terkait pendidikan, ketenakerjaan,
ukuran rumahtangga, akses terhadap pelayanan, jaminan kepemilikan, dan kondisi
perumahan (Menkokesra 2013). Kemiskinan yang terjadi tidak hanya berada di
pedesaan saja, tetapi juga perkotaan. Kendati menurut BPS (2013) menyatakan
bahwa kebanyakan penduduk miskin berada dipedesaan.
Tabel 1 Jumlah penduduk miskin kabupaten/kota di Jawa Barat
No
Kabupaten/Kota
1
Bogor
2
Cirebon
3
Garut
4
Bandung
5
Indramayu
Sumber: BPS 2010

Jumlah Penduduk Miskin
537 750
435 500
365 390
349 110
319 530

4
Pendapatan yang rendah membuat keterbatasan masyarakat miskin dalam
memenuhi kebutuhan khusunya kebutuhan dasar, seperti sandang, pangan, dan
papan. Selaras dengan harga kebutuhan bahan pokok yang semakin meningkat,
memaksa masyarakat miskin memiliki pekerjaan ganda. Pilihan tersebut dilakukan
untuk mempertahankan hidup menuju kesejahteraan keluarga. Selain permasalahan
ekomoni, masyarakat miskin juga mengalami permasahan kurangnya akses
terhadap pendidikan, kesehatan, akses keluar (luar daerah/kota), dan rendahnya
keterampilan sehingga memicu masih rendahnya kesempatan kerja dengan
penghasilan yang memadai karena dewasa ini banyak perusahaan ataupun unit
usaha yang mensyaratkan tingkat pendidikan dan ketrampilan tertentu. Salah satu
upaya untuk mengurangi angka kemiskinan khususnya pada tingkat masyarakat
yang bekerja di bidang menengah kebawah yaitu dengan mengupayakan
peningkatan kesejahteraan penduduk (Aniri 2008).
Mardiyaningsih (2003) menunjukan bahwa mereka yang memiliki
keunggulan dalam percapaian tingkat ekonomi, memiliki kelenturan dalam
menyusun strategi bertahan hidup (livelihood strategy). Hal tersebut menunjukan
bahwa mereka yang memiliki kelenturan dalam struktur nafkah (livelihood
strategy) akan menunjukan tingkat stabilitas ekonomi yang lebih baik. Faktanya,
mereka dari lapisan ekonomi menengah ke atas menunjukan kinerja yang lebih baik
dalam bernafkah. Melalui penerapan berbagai startegi nafkah yang bertumpu pada
sumberdaya yang dimiliki, rumahtangga petani berhasil menigkatkan derajat
kesejahteraannya (Dharmawan 2001). Madiyaningsih (2003) juga menyatakan
bahwa faktor kesejahteraan sosial ekonomi dan kelimpahan modal (available
resources) yang dimiliki oleh masing-masing rumahtangga akan menentukan
strategi nafkah yang dipilih ke depan.
Banyak upaya yang dilakukan oleh masyarakat miskin untuk memenuhi
kebutuhan keluarga atau mewujudkan keadaan hidup yang lebih layak. Salah satu
upaya yang dilakukan yaitu dengan pola nafkah ganda, memperkerjaan anggota lain
dalam keluarga, migrasi, dan masih banyak upaya lainnya. Hal tersebut sesuai
dengan penelitian terdahulu oleh Musyarofah (2006) yaitu strategi nafkah yang
dilakukan oleh rumah tangga miskin adalah strategi nafkah non-tunggal yaitu
kombinasi dari strategi nafkah yang digunakan dalam memenuhi kebutuhan hidup
dan mempertahankan hidup rumahtangga, diantaranya pola nafkah ganda,
pemanfaatan jaringan sosial, pemanfaatan kelembagaan ekonomi, berdagangan,
berhutang, menjual asset rumahtangga. Melalui modal asset yang dimiliki (modal
fisik, modal manusia, modal sosial, dan modal finansial) rumahtangga miskin
membangun startegi nafkah utama untuk memenuhi kebutuhan keluarga. Strategi
nafkah pada rumahtangga miskin didasarkan pada ketersediaan sumber nafkah yang
dapat diakses dengan segala keterbatasannya (Musyarofah 2006).
Dengan demikian banyak masyarakat yang menerapkan berbagai bentuk
strategi nafkah untuk bertahan hidup dalam rangka menuju kesejahteraan keluarga.
Oleh karena itu, studi terkait strategi nafkah dan kesejahteran keluarga pada
wilayah yang berbeda ini menjadi suatu kajian yang penting dan menarik untuk
dilakukan. Berdasarkan pemaparan rumusan masalah diatas, untuk lebih
memahami berbagai permasalahan yang terjadi dengan lebih seksama, berikut
beberapa poin pertanyaan yang muncul mendasari penelitian ini:

5
1. Bagaimana rumahtangga melakukan strategi nafkah sebagai strategi
bertahan hidup dengan memanfaatkan modal asset yang dimiliki pada
wilayah yang berbeda?
2. Bagaimana kesejahteraan subjektif keluarga miskin pada wilayah yang
berbeda?
3. Apa sajakah faktor-faktor yang mempengaruhi strategi nafkah dan
kesejahteraan subjektif keluarga miskin pada wilayah yang berbeda?

Tujuan Penelitian
Tujuan Umum: Tujuan umum dari penelitian ini adalah untuk mengkaji strategi
nafkah dan tingkat kesejahteraan keluarga miskin.
Tujun khusus dari penelitian ini adalah:
1. Mengidentifikasi strategi nafkah keluarga miskin dengan memanfaatkan
modal asset yang dimiliki keluarga miskin pada dua wilayah yang berbeda.
2. Mengidentifikasi kesejahteraan subjektif keluarga miskin pada dua wilayah
yang berbeda.
3. Menganalisis faktor-faktor yang mempengaruhi strategi nafkah dan
kesejahteraan subjektif keluarga miskin pada wilayah yang berbeda.

Manfaat Penelitian
Dengan adanya penelitian ini, diharapkan dapat berguna untuk memahami
permasalahan yang terjadi dalam komunitas masyarakat miskin di Desa Lokasi
Penelitian, kemudian menganalisis strategi nafkah keluarga yang dilakukan oleh
masyarakat miskin agar sejahtera dan tetap survive dalam kehidupannya. Bagi
masyarakat, penelitian ini dapat dijadikan sebagai bahan pertimbangan atau rujukan
dalam mengatasi masalah yang dihadapi. Sedangkan bagi pemerintah daerah,
penelitian ini dapat memberikan alternatif dan strategi dalam melakukan pembinaan
dan pengembangan masyarakat, khususnya masyarakat miskin.

KERANGKA PEMIKIRAN
Kerangka pemikiran yang dirancang dalam penelitian ini didasarkan pada
model kerangka Suistainable Livelihood (DFID’s Suistainable Livelihoods
Framework) (Lampiran 1). Variabel awal yang diteliti dalam penelitian ini adalah
karateristik sosio demografi dan karateristik ekonomi rumah tangga miskin pada
dua wilayah yang berbeda. Kedua karaterisktik tersebut diduga berhubungan
dengan variabel modal asset yang dimiliki oleh rumah tangga, yang diukur melalui
kepemilikan asset dalam rumah tangga miskin reponden, modal aset tersebut
diantaranya modal finansial, modal alam, modal fisik, modal manusia, dan modal
sosial. Strategi nafkah rumah tangga miskin dibedakan menjadi 3 bagian menurut
Scoones (1998) yaitu pertanian, non-farm, off-farm, dan migrasi. Sementara itu,
penelitian ini juga mendasarkan pada konsep bahwa kelima modal asset yang
dimiliki oleh masyarakat miskin dapat dijadikan sumberdaya untuk menentukan

6
strategi nafkah yang dapat dilakukan oleh rumah tangga miskin dalam upaya untuk
mempertahankan hidup dan meningkatkan kesejahteraannya.
Berdasarkan landasan pemikiran tersebut, penelitian ini ingin membuktikan
secara ilmiah apakah strategi nafkah yang dilakukan rumah tangga miskin
mempunyai potensi untuk meningkatkan kesejahteraan keluarga secara subjektif
pada rumahtangga miskin. Selain itu, dengan melihat pada asumsi bahwa kelima
modal asset sebagai sumber nafkah dalam rumah tangga akan mempengaruhi
strategi nafkah yang dilakukan oleh rumah tangga miskin. Identifikasi sumbersumber nafkah ini dilakukan untuk melihat sumber nafkah apa saja yang digunakan
untuk memenuhi kebutuhan hidupnya. Terkait aktivitas nafkah yang dilakukan
rumahtangga berkaitan dengan ketersediaan sumber nafkah rumahtangga. Studi
aktivitas nafkah dilakukan untuk mengidentifikasi strategi nafkah yang dilakukan
oleh rumahtangga dalam bertahan hidup, selain itu juga untuk melihat pemanfaatan
sumber nafkah rumah tangga terhadap strategi nafkah yang dilakukan, serta
bagaimanakan wilayah yang berbeda dapat mempengaruhi modal asset yang
dimiliki dan strategi nafkah yang digunakan.
Kesejahteraan keluarga diukur untuk melihat hubungan tingkat
kesejahteraan keluarga dengan karateristik keluarga dan strategi nafkah yang
dilakukan rumahtangga. Karateristik keluarga yang diteliti adalah usia, jenis
kelamin, besar keluarga, pendapatan keluarga, pekerjaan, dan kepemilikan asset.
Penelitian terdahulu menyatakan bahwa tingkat kesejahteraan keluarga dipengaruhi
oleh karateristik ekonomi dan lingkungan keluarga (Aniri 2008). Selanjutnya untuk
mengidentifikasi bagaimana strategi nafkah yang dilakukan berpengaruh terhadap
kesejahteraan keluarga. Kerangka pemikiran penelitian tergambar dalam gambar
dibawah ini.

7

Karateristik Keluarga
-

Usia anggota keluarga
Pendidikan anggota keluarga
Besar Keluarga anggota keluarga
Pekerjaan anggota keluarga
Pendapatan anggota keluarga

Tempat tinggal
Desa

Kota

Strategi Nafkah

Tipe Modal
Rumahtangga
-

Modal Fisik
Modal Finansial
Modal Alam
Modal Sosial
Modal Manusia

Kesejahteraan Subjektif
Keluarga

Keterangan:
Variabel yang diteliti
Variabel yang tidak diteliti

Gambar 1 Kerangka pemikiran strategi nafkah dan tingkat kesejahteraan
keluarga miskin

METODE PENELITIAN

Desain, Lokasi, dan Waktu Penelitian
Penelitian ini menggunakan desain penelitian cross-sectional study, yaitu
penelitian pada objek yang berbeda dengan pengukuran variabel-variabel penelitian
dilakukan dalam satu kali waktu secara bersamaan. Penelitian ini merupakan
penelitian bagian dari penelitian Hartoyo, et al. (2013) yang berjudul “Transfer

8
Kemiskinan Antar Generasi Di Desa dan Kota”. Pelaksanaan penelitian ini berada
pada dua lokasi yang berbeda secara demografi di Jawa Barat, yaitu Kabupaten
Bogor dan Kabupaten Indramayu.
Provinsi Jawa Barat dipilih secara purposive (sengaja) dengan
pertimbangan bahwa Jawa Barat merupakan lima besar provinsi dengan jumlah
penduduk terbanyak di Indonesia dan merupakan tiga besar provinsi dengan jumlah
penduduk miskin terbayak. Kabupaten Bogor dan Indramayu dipilih dengan
pertimbangan kesesuaian karateristik wilayah yang diharapkan dapat dibandingkan
yaitu wilayah dataran tinggi dan wilayah dataran rendah. Pemilihan kedua
kabupaten tersebut dengan pertimbangan kedua kabupaten tersebut memiliki
proposi penduduk miskin yang tinggi di Provinsi Jawa Barat. Selanjutnya dari
masing-masing kabupaten akan dipilih wilayah yang mewakili daerah kota dan
desa. Waktu Penelitian dilaksanakan pada bulan Juli 2013 sampai Juni 2014 dan
pengambilan data dilakukan pada bulan Juli sampai Oktober 2013.
Jumlah dan Cara Pemilihan Contoh
Populasi dalam penelitian ini adalah keluarga yang bertempat tinggal di
Provinsi Jawa Barat. Contoh dalam penelitian ini adalah 60 keluarga miskin terpilih
yang tersebar dalam empat lokasi penelitian berdasarkan status kesejateraan miskin
dan tidak miskin menurut penerima bantuan langsung sementara masyarakat
(BLSM) dari pemerintah. Terdapat pro dan kontra dalam permasalahan terkait
pendapatan rumah tangga miskin, salah satunya permasalahan yang dihadapi oleh
BPS dalam menentukan penerima dana BLSM oleh pemerintah. Munculnya
beberapa kasus terkait dengan penerima dana BLSM, banyak masyarakat yang
megeluh tentang ketidak adilan dalam pembagian dana BLMS, yang mana banyak
keluarga yang tidak layak memperoleh dana BLMS justru memperolehnya.
Sedangkan rumah tangga yang seharusnya mendapatkan dana terebut, ternyata
tidak memperolehnya. Sebenarnya kasus ini sebelumnya telah terjadi dalam
program BLT yang lebih dulu dilaksanakan, kasus ini terjadi karena adanya
“human error” atau kolusi dan nepotisme (Alfiasari 2007). Dalam pengukuran
penerima BLSM sesuai dengan 14 kriteria rumah tangga miskin yang ditentukan
oleh BPS. Berdasarkan alasan ini, rumah tangga miskin yang dimaksud dalam
penelitian ini yaitu rumah tangga miskin penerima BLSM tahap II yang dilakukan
pada bulan Agustus 2013.
Penarikan contoh dilakukan secara stratified random sampling dengan
status kesejahteraan keluarga sebagai kriteria stratifikasi. Stratified random
sampling merupakan teknik pemilihan contoh yang digunakan dengan melihat
kelompok subjek satu dengan lainnya yang terdapat tingkatan yang membedakan
(Idrus 2009). Pencarian data awal dilakukan dengan mendapatkan nama-nama
rumah tangga penerima BLSM dan data balita, kemudian digabungkan dengan
melihat rumah tangga miskin yang menerima BLSM dan memiliki balita.
Selanjutnya pemilihan desa dan RW (Rukun Warga) dari masing-masing wilayah
dipilih secara purposive dengan syarat jumlah yang memiliki balita tertinggi.
Contoh dipilih dengan mengacak keluarga yang memenuhi kriteria di RW (Rukun
Warga) terpilih pada masing-masing lokasi penelitian dengan proposi yang sama
antar jumlah keluarga miskin dan tidak miskin. Berikut gambaran alur pemilihan
lokasi dan contoh penelitian yang tersaji dalam Gambar 2.

Provinsi Jawa Barat
Kabupaten Bogor

Kabupaten Indramayu

Purposive

Kecamatan
Cigombong mewakili
wilayah desa

Kecamatan
Ciomas mewakili
wilayah kota

Kecamatan
Terisi mewakili
wilayah desa

Kecamatan
Indramayu mewakili
wilayah kota

Purposive

Desa Cibaduyut
dan Desa Ciadeg

Desa Ciomas dan
Desa Padasuka

Desa
Kendayakan dan
Desa Plosokerep

Desa Mergadadi
dan Desa Paoman

Purposive

Masing-masing
desa terpilih RW
balita terbanyak
n=30 keluarga

Masing-masing
desa terpilih RW
balita terbanyak
n=30 keluarga

Masing-masing
desa terpilih RW
balita terbanyak
n=30 keluarga

Masing-masing
desa terpilih RW
balita terbanyak
n=30 keluarga

Purposive

BLSM
n=15

NON
BLSM
n=15

BLSM
n=15

NON
BLSM
n=15

BLSM
n=15

NON
BLSM
n=15

BLSM
n=15

Keterangan: Contoh dalam penelitian ini adalah penerima BLSM

Gambar 2 Alur pemilihan lokasi dan penarikan contoh

NON
BLSM
n=15

Stratified random
sampling

Jenis dan Cara Pengumpulan Data
Jenis data yang dikumpulkan adalah data primer dan data sekunder. Data
primer merupakan data yang diperoleh dari sumber asli (langsung dari responden)
yang memiliki informasi atau data tersebut (Idrus 2009). Data primer merupakan
hasil survei Transfer Kemiskinan Antargenerasi Di Desa dan Kota oleh Hartoyo et
al 2013. Penelitian ini menggunakan sebagian data yang memungkinkan dalam
analisis pengaruh strategi nafkah terhadap kesejahteraan keluarga miskin pada
wilayah yang berbeda. Data primer diperoleh melalui wawancara dengan
menggunakan kuisioner kepada suami dan istri dari keluarga contoh dengan
panduan kuesioner, data tersebut meliputi: karateristik sosio-demografi keluarga,
kepemilikan asset, strategi nafkah keluarga (livelihood strategy), dan kesejahteraan
subjektif keluarga (Tabel 2).
Tabel 2 Jenis dan pengumpulan data variabel penelitian
Variabel

Data yang diteliti

Alat Bantu dan
Skala Data

Keterangan

Karateristik Sosio-demografi
Karateristik
Ayah dan Ibu

Kuisioner
a. Usia
b. Pendidikan

Rasio (tahun)
Interval (tahun)

c. Pekerjaan

Rasio

d. Pendapatan

Rasio
(Rp/bulan)

Karateristik
keluarga

Kuisioner
a. Usia
b. Besar keluarga
c. Lama pernikahan
d. Pendapatan keluarga
e. Kepemilikan
asset
(Modal SDA, modal
fisik, modal finansial,
modal manusia, modal
sosial)

Strategi Nafkah

Rasio (tahun)
Rasio
Rasio (tahun)
Rasio
(Rp/bulan)
Rasio

Kuisioner
a. Rekayasa sumber nafkah
b. Pola nafkah ganda
c. Rekayasa Spasial

Kesejahteraan
Subjektif

[0] Tidak tamat sekolah
[1] Tidak tamat SD
[2] SD/sederajat
[3] SMP/sederajat
[4] SMA/sederajat
[5] Akademi/diploma/PT
[1] Pekerjaan utama
[2]Pekerjaan tambahan

Ordinal

[1] tidak pernah
[2] jarang
[3] sering
[4] selalu

Kuisioner
Ordinal

[1] Ya
[2] Tidak

11
Kepemilikan aset rumahtangga diukur melalui kepemilikan modal, yaitu
modal fisik, modal finansial, modal alam, modal sumberdaya manusia, dan modal
sosial. Instrumen yang digunakan untuk mengukur variabel dalam penelitian inni
telah diuji reliabilitasnya dengan nilai a-crobbach sebesar 0.717 (strategi nafkah
yang dilakukan oleh keluarga) dan 0.741 (kesejahteraan subjektif keluarga).
Strategi nafkah (Livelihood Strategy) diukur dengan hasil konstrak yang diadopsi
dari teori Scoones (1998) yang terdiri dari tiga jenis strategi nafkah yaitu pola
nafkah ganda, rekayasa sumber nafkah, dan rekaysa spasial (migrasi). Instrumen ini
terdiri dari 18 item pertanyaan yang terdiri dari enam pertanyaan mengenai
rekayasa sumber nafkah, enam pertanyaan mengenai pola nafkah ganda, dan enam
pertanyaan mengenai rekayasa spasial (migrasi). Variabel strategi nafkah diukur
dengan skala likert dari 1-4 dengan keterangan 1=tidak pernah, 2=jarang, 3=sering,
dan 4=selalu.
Kesejahteraan keluarga subjektif yang diukur dengan modifikasi instrumen
yang dikembangkan oleh Puspitawati (2012) yang terdiri dari 20 pertanyaan.
Kesejahteraan subjektif terdiri dari dua jawaban yaitu “ya” dan “tidak’’. Jawaban
“ya” diberi skor satu dan jawaban “tidak” diberi skor nol. Dengan demikian akan
diperoleh skor berisar 0-20. Skor tersebut kemudian dikategorikan menjadi
keluarga sejahtera jika skor jawaban “ya” lebih besar atau sama dengan 75 persen
dan dikatakan tidak sejahtera jika skor jawaban kurang dari 75 persen (Rambe
2004). Data sekunder merupakan data yang diperoleh untuk diproses lebih lanjut
(Umar 2005), data sekunder diperoleh sebagai penunjang dalam penelitian, berupa
data demografi desa, data balita, data penerima BLSM (bantuan langsung
sementara masyarakat), dan studi kepustakaan.
Pengolahan dan Analisis Data
Pengolahan data dilakukan secara bertahap dimulai dari data yang
terkumpul di lapangan sampai data siap untuk dianalisis. Data yang diperoleh
selanjutnya diolah melalui proses editing, coding, scoring, entryng, cleaning data,
dan analisis. Pengolahan dan analisis data dilakukan secara kuantitatif. Pengolahan
secara kuantitatif dilakukan dengan menggunakan program komputer yang sesuai.
Analisis data dilakukan secara deskriptif dengan melakukan tabulasi data yang
diperoleh untuk melihat nilai dari setiap variabel yang diteliti dan analisis data
inferensia melalui uji hubungan antar variabel yang ditentukan dan tujuan
penelitian. Analisis inferensia menggunakan tabulasi data yang diperoleh, uji
korelasi Pearson, uji regresi linier berganda, dan uji regresi logistik.
Data karateristik keluarga yang mencakup usia, pendidikan, pekerjaan,
pendapatan, dan jumlah anggota keluarga dianalisis dengan menggunakan analisis
deskriptif. Secara rinci analisis data yang digunakan untuk menjawab masing-masig
tujuan adalah sebagai berikut:
1. Karateristik keluarga, modal aset, strategi nafkah, dan kesejahteraan
subjektif dianalisis dengan menggunakan statistik deskriptif dan tabulasi
silang. Data karateristik keluarga mencakup usia, pendidikan, pekerjaan,
pendapatan, pendapatan per kapita dan jumlah anggota keluarga. Analisis
deskriptif yang digunakan meliputi uji rata-rata dan standar deviasi.
2. Modal aset keluarga yang terdiri dari modal alam, modal fisik, modal
finansial, modal manusia, dan modal sosial dianalisis dengan menggunakan

12

3.

4.

5.

6.

statistik deskriptif untuk melihat melihat presentase kepemilikan kelima
modal aset yang dimiliki oleh keluarga miskin.
Uji beda Independent Samples T-Test digunakan untuk melihat perbedaan
karateristik keluarga, sosial, dan ekonomi, modal aset, strategi nafkah, dan
kesejahteraan subjektif keluarga menurut wilayah yang berbeda (pedesaan
dan perkotaan).
Strategi nafkah keluarga dianalisis secara deskriptif untuk melihat strategi
nafkah yang digunakan oleh keluarga miskin. Strategi nafkah dilihat dari
tiga jenis strategi yang digunakan, yaitu strategi rekayasa sumber nafkah,
pola nafkah ganda, dan migrasi. Skoring dilakukan terhadap semua
pertanyaan terkait strategi nafkah yang dilakukan oleh keluarga miskin
sehingga diperoleh skor total. Skor tersebut kemudian dijumlahkan untuk
setiap dimensi. Total skor dalam setiap dimensi akan dilihat skor yang
paling dominan dari ketiga dimensi tersebut kemudian dikategorikan dalam
tiga strategi nafkah, yaitu strategi rekayasa sumber nafkah, pola nafkah
ganda, dan migrasi.
Kesejahteraan subjektif keluarga diukur dengan cara mengumpulkan data
terkait persepsi atau pendapat responden mengenai tingkat kesejahteraan
keluarga. Skoring dilakukan terhadap semua pertanyaan tentang persepsi
kesejahteraan respoden sehingga diperoleh skor total. Skoring untuk setiap
pertanyaan yang berjumlah 20 pertanyaan. Jawaban “ya” diberikan skor
satu, sedangkan untuk jawaban “tidak” diberikan nilai nol. Dengan
demikian, akan diperoleh skor yang berkisar 0-20. Skor tersebut kemudian
dikategorikan menjadi keluarga sejahtera dan tidak sejahtera. Menurut
Rambe (2004) menyatakan bahwa pengkategorian variabel kesejahteraan
subjektif keluarga menggunakan kategori dua kelompok, yaitu:
1. Sejahtera bila skor ≥75%
2. Tidak sejahtera bila skor 7 orang).
Jenis Pekerjaan merupakan usaha tertentu yang digeluti oleh anggota keluarga dan
menghasilkan uang. Jenis pekerjaan dibedakan menjadi pekerjaan utama dan
pekerjaan tambahan.
Pendapatan keluarga merujuk kepada besarnya penerimaan dan pemasukkan gaji,
upah, dan barang yang diperoleh anggota keluarga yang dapat dinilai dalam
rupiah baik pekerjaan utama ataupun tambahan dalam kurun waktu satu bulan
terakhir yang dinyatakan dalam rupiah/bulan.
Pendidikan merupakan jenjang pendidikan formal yang pernah ditempuh oleh
contoh semasa hidupnya. Pendidikan yang dimaksud dalam penelitian ini
yaitu dimulai dari tidak tamat sekolah dasar (SD) hingga mencapai perguruan
tinggi (PT).
Usia merupakan lama hidup contoh yang dihitung sejak lahir hingga tahun 2013
yang dinyatakan dalam tahun.
Kepemilikan asset banyakanya kekayaan yang dimiliki oleh keluarga contoh
berupa kepemilikan modal sumberdaya alam, modal finansial, modal fisik,
modal manusia, dan modal sosial.

14
Modal alam merupakan modal alam yang dimilik oleh keluarga contoh yang
diukur berdasarkan kepemilikan lahan dan kepemilikan hewan ternak.
Modal finansial merupakan modal yang dimiliki oleh keluarga contoh yang diukur
berdasarkan kepemilikan uang tunai, kepemilikan tabungan di Bank,
kepemilikan kredit/hutang kepemilikan sumber dana darurat, dan
kepemilikan asuransi.
Modal manusia merupakan modal yang dimiliki oleh keluarga contoh yang diukur
berdasarkan rata-rata lama pendidikan keluarga contoh.
Modal fisik merupakan modal yang dimiliki oleh keluarga contoh yang diukur
berdasarkan kepemilikan rumah, kepemilikan kendaraan roda dua,
kepemilikan alat elektronik, kepemilikan emas, dan kepemilikan
perlengkapan usaha.
Modal sosial merupakan modal yang dimiliki oleh keluarga contoh yang diukur
berdasarkan adanya bantuan yang diberikan oleh pemerintah, kepemilikan
jaringan pinjaman modal usaha, dan pemberian dukungan sosial kepada orang
lain.
Miskin merupakan kondisi seseorang atau rumahtangga yang tidak mampu
mencukupi kebutuhan sehari-hari.
Kesejahteraan keluarga merupakan kondisi seseorang atau keluarga secara fisik
yaitu sandang, pangan, dan papan yang dirasakan contoh.
Kesejahteraan subjektif adalah nilai atau tingkat kepuasan yang dirasakan setiap
individu menyangkut diri sendiri dan keluarga dalam terpenuhinya kebutuhan
hidup.
Strategi nafkah upaya pencarian sumber nafkah yang dilaksanakan oleh individu
ataupun keluarga untuk mempertahankan hidup, yang terdiri dari strategi
rekayasa sumber nafkah, pola nafkah ganda, dan migrasi.

HASIL PENELITIAN
Karateristik Keluarga
Hasil penelitian data deskriptif pada keluarga contoh yang tersaji dalam
Tabel 3 menunjukkan bahwa rata-rata usia suami berbeda nyata (p