Pengaruh Dukungan Sosial dan Strategi Nafkah terhadap Kesejahteraan Subjektif Keluarga Usia Pensiun

PENGARUH DUKUNGAN SOSIAL DAN STRATEGI NAFKAH
TERHADAP KESEJAHTERAAN SUBJEKTIF KELUARGA
USIA PENSIUN

SRI SULASTRI

DEPARTEMEN ILMU KELUARGA DAN KONSUMEN
FAKULTAS EKOLOGI MANUSIA
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
2013

PERNYATAAN MENGENAI SKRIPSI DAN
SUMBER INFORMASI SERTA PELIMPAHAN HAK CIPTA*
Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi berjudul Pengaruh Dukungan
Sosial dan Strategi nafkah terhadap Kesejahteraan Subjektif Keluarga Usia
Pensiun adalah benar karya saya dengan arahan dari komisi pembimbing dan
belum diajukan dalam bentuk apa pun kepada perguruan tinggi mana pun. Sumber
informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan maupun tidak
diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam
Daftar Pustaka di bagian akhir skripsi ini.

Dengan ini saya melimpahkan hak cipta dari karya tulis saya kepada Institut
Pertanian Bogor.
Bogor, Desember 2013
Sri Sulastri
NIM I24090084

ABSTRAK
SRI SULASTRI. Pengaruh Dukungan Sosial dan Strategi Nafkah terhadap
Kesejahteraan Subjektif Keluarga Usia Pensiun. Dibimbing oleh HARTOYO.
Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis pengaruh dukungan sosial dan
strategi nafkah terhadap kesejahteraan subjektif keluarga usia pensiun. Disain
yang digunakan dalam penelitian adalah cross sectional study. Penelitian ini
melibatkan 154 keluarga dengan suami dan atau istri berusia lebih atau sama
dengan 56 tahun dan sudah pensiun. Contoh dipilih secara purposive sampling
dengan riwayat pekerjaan dibedakan menjadi PNS dan non PNS. Data
dikumpulkan melalui wawancara dengan alat bantu kuesioner dan dianalisis
dengan uji beda Independent sample t-test dan uji regresi linier berganda. Hasil
penelitian ini menunjukkan kesejahteraan subjektif keluarga PNS lebih tinggi
dibandingkan dengan non PNS. Faktor yang mempengaruhi kesejahteraan
subjektif keluarga usia pensiun adalah pendapatan keluarga, dukungan sosial, dan

strategi nafkah.
Kata kunci: dukungan sosial, kesejahteraan subjektif, strategi nafkah

ABSTRACT
SRI SULASTRI. Effect Of Social Support And Livelihood Strategies On
Subjective Well-Being Of Family At Retirement Age. Supervised by HARTOYO.
This aim of this study was to analyzed the influence of social support and
livelihood strategies on subjective well-being at retirement age. This study used
cross sectional study design. This research involves 154 families with husband or
wives aged greater than or equal to 56 years old and being retired. The samples
were selected purposively and grouped into two types (civil servant and non civil
servant). Data were collected by interview using questionnaire and analyzed by
compare means independent sample t-test and multiple linear regression. Results
of this study indicated that subjective well-being civil servant families was higher
than the non civil servant. Factors that influence subjective well-being at
retirement age family were family income, social support, and livelihood
strategies.
Keyword : livelihood strategies, social support, subjective well-being

PENGARUH DUKUNGAN SOSIAL DAN STRATEGI NAFKAH

TERHADAP KESEJAHTERAAN SUBJEKTIF KELUARGA
USIA PENSIUN

SRI SULASTRI

Skripsi
sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar
Sarjana Sains
pada
Departemen Ilmu Keluarga dan Konsumen

DEPARTEMEN ILMU KELUARGA DAN KONSUMEN
FAKULTAS EKOLOGI MANUSIA
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
2013

Judul Skripsi: Pengaruh Dukungan Sosial dan Strategi Nafkah terhadap
Kesejahteraan Subjektif Keluarga Usia Pensiun
Nama

: Sri Sulastri
NIM
: I24090084

Disetujui oleh

Dr. Ir. Hartoyo, M.Sc.
Pembimbing

Diketahui oleh

Prof. Dr. Ir. Ujang Sumarwan, M.Sc.
Ketua Departemen Ilmu Keluarga dan Konsumen

Tanggal Lulus:

PRAKATA
Puji dan syukur Alhamdulillah penulis ucapkan kepada Allah SWT atas
rahmat, hidayah, dan karunia-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan proposal
penelitian yang berjudul “Pengaruh Dukungan Sosial dan Strategi Nafkah

terhadap Kesejahteraan Subjektif Keluarga Usia Pensiun”. Terimakasih dan rasa
hormat penulis ucapkan kepada:
1. Dr. Ir. Hartoyo, M.Sc selaku pembimbing skripsi, yang telah memberikan
arahan dan masukan dalam penyelesaian tugas akhir ini.
2. Prof. Dr. Ir. Euis Sunarti, M.Si dan Megawati Simanjuntak, SP, M.Si. selaku
dosen penguji yang telah memberikan saran dan masukan yang membangun untuk
perbaikkan skripsi ini.
3. Neti Hernawati, SP, M.Si selaku pembimbing akademik, yang selalu
memberikan kemudahan dalam proses bimbingan akademik selama ini serta
seluruh dosen IKK yang telah memberikan ilmu serta pengetahuan berharga bagi
penulis.
4. Kedua orangtua, ayahanda H. Maryono (alm), ibunda Hj. Sukatmi yang selalu
memberikan doa, semangat, dan kasih sayangnya yang tak terhingga. Kakakkakak tersayang Suyanto dan Sulistiyo dan keluarga besar yang selalu
memberikan dukungan serta motivasi kepada penulis
5. Teman seperjuangan Dyah Purnamasari, Halisa Rohayu, Silvia Dewi S. A, dan
Sri Wahyuni Muhsin atas waktu, kebersamaan, dan motivasinya serta kepada
seluruh pihak yang telah membantu selama penelitian. Nur Fauzia, Nuke A.P,
Fulan, Ayulia, Novy, Ani, Dinni, Amel, Indri, dan seluruh teman-teman IKK
angkatan 46 yang selalu memberi dukungan, motivasi, dan kebersamaan
selama empat tahun terakhir.

6. Kepada semua pihak yang belum disebutkan, yang telah memberikan
kontribusi dalam penyelesaian tugas akhir ini, penulis ucapkan terima kasih.
Demikian ucapan terima kasih ini dipersembahkan dari hati yang paling
dalam. Semoga penelitian ini memberikan manfaat.

Bogor, Desember 2013
Sri Sulastri

DAFTAR ISI
DAFTAR TABEL

vi

DAFTAR GAMBAR

vi

DAFTAR LAMPIRAN

vi


PENDAHULUAN

1

Latar Belakang

1

Perumusan Masalah

2

Tujuan Penelitian

4

Manfaat Penelitian

4


KERANGKA PEMIKIRAN

4

METODE PENELITIAN

6

Disain, Lokasi, dan Waktu Penelitian

6

Teknik Pengambilan Contoh

7

Jenis dan Cara Pengumpulan Data

7


Pengolahan dan Analisis Data

9

Definisi Operasional

10

HASIL DAN PEMBAHASAN

11

SIMPULAN DAN SARAN

23

Simpulan

23


Saran

23

DAFTAR PUSTAKA

24

LAMPIRAN

27

RIWAYAT HIDUP

32

DAFTAR TABEL
1 Rataan dan uji beda karakteristik contoh dan keluarga
2 Sebaran kategori dukungan emosi dan uji beda berdasarkan riwayat

pekerjaan
3 Sebaran kategori dukungan instrumental dan uji beda berdasarkan
riwayat pekerjaan
4 Sebaran kategori dukungan informasi dan uji beda berdasarkan riwayat
pekerjaan
5 Sebaran kategori dukungan self-esteem dan uji beda berdasarkan
riwayat pekerjaan
6 Sebaran kategori dukungan sosial total dan uji beda berdasarkan
riwayat pekerjaan
7 Sebaran strategi nafkah dan uji beda berdasarkan riwayat pekerjaan
8 Sebaran kategori kesejahteraan ekonomi dan uji beda berdasarkan
riwayat pekerjaan
9 Sebaran kategori kesejahteraan fisik dan uji beda berdasarkan riwayat
pekerjaan
10 Sebaran kategori kesejahteraan psikologis dan uji beda berdasarkan
riwayat pekerjaan
11 Sebaran kategori kesejahteraan sosial dan uji beda berdasarkan riwayat
pekerjaan
12 Sebaran kategori kesejahteraan subjektif total dan uji beda berdasarkan
riwayat pekerjaan
13 Faktor-faktor yang memengaruhi kesejahteraan subjektif keluarga

11
12
12
13
13
14
15
15
16
16
17
17
18

DAFTAR GAMBAR
1 Kerangka pemikiran pengaruh dukungan sosial dan strategi nafkah
terhadap kesejahteraan subjektif keluarga usia pensiun
2 Teknik pengambilan contoh

6
7

DAFTAR LAMPIRAN
1 Persentase sebaran jawaban contoh berdasarkan pernyataan dukungan
sosial dan riwayat pekerjaan (%)
2 Persentase sebaran jawaban contoh berdasarkan pernyataan strategi
nafkah dan riwayat pekerjaan (%)
3 Persentase sebaran jawaban contoh berdasarkan pernyataan
kesejahteraan subjektif dan riwayat pekerjaan (%)

27
29
30

PENDAHULUAN
Latar Belakang
Peningkatan pelayanan kesehatan dan membaiknya keadaan ekonomi
membawa dampak terhadap peningkatan harapan hidup, sehingga semakin banyak
orang yang akan mencapai usia lanjut (Oswari 1985). Sebagai akibat dari usia
harapan hidup yang semakin lama, jumlah penduduk usia diatas 60 tahun
mengalami peningkatan. Hasil Sensus Penduduk tahun 2010 menunjukkan bahwa
jumlah penduduk lansia di Indonesia adalah 18.57 juta jiwa, meningkat
dibandingkan jumlah pada tahun 2000 yaitu 14.44 juta jiwa. Jumlah penduduk
lansia di Indonesia diperkirakan akan terus bertambah sekitar 450 000 jiwa per
tahun. Dengan demikian, pada tahun 2025 jumlah penduduk lansia di Indonesia
diperkirakan berjumlah sekitar 34.22 juta jiwa (BPS 2010).
Secara umum, usia lanjut dini dibatasi oleh rentang usia antara 60-70 tahun,
dimana pada masa tersebut ditandai oleh berbagai perubahan baik secara fisik
maupun mental (Hurlock 1980). Saat memasuki usia lanjut, lansia dihadapkan
pada berbagai tantangan baru seperti pensiun, kehilangan pasangan, tinggal jauh
dari anak-anak maupun cucu, dan penurunan fungsi fisik. Hal tersebut merupakan
stresor utama bagi lansia, yang menyebabkan lansia merasa tidak berguna dan
tidak mampu berbuat apa-apa. Disfungsi yang dialami oleh lansia memungkinkan
lansia akan merasa sedih, cemas, dan tidak berharga (Bozo et al. 2009).
Selain hal perubahan fisik pada lansia, masa pensiun memang menjadi
momok masalah pada sebagian lansia karena pensiun merupakan akhir pola hidup
atau masa transisi ke pola hidup yang baru. Pensiunan selalu menyangkut
perubahan peran, perubahan keinginan dan nilai, dan perubahan secara
keseluruhan terhadap pola hidup setiap individu (Schwartz 1974). Masa pensiun
tidak terlepas dari masa tua. Pendapat ini dipertegas oleh Havighurst (1961)
bahwa salah satu tugas-tugas perkembangan pada masa tua adalah menyesuaikan
diri dengan masa pensiun dan berkurangnya penghasilan sehingga individu yang
telah memasuki masa pensiun harus dapat menyesuaikan diri pada masa
pensiunnya dengan baik.
Apabila individu mampu menyelesaikan suatu tahap perkembangan dengan
penyesuaian diri yang baik, maka individu tersebut akan lebih mudah dalam
menempuh tahap perkembangan selanjutnya. Begitu pula bila individu yang telah
pensiun mampu menyelesaikan tugas perkembangannya pada masa pensiun maka
individu tersebut mencapai successfull atau optimum aging di hari tuanya karena
individu yang pensiun sudah semakin dekat dengan masa tuanya. Successfull atau
optimum aging adalah kesejahteraan yang dicapai oleh seseorang individu dimasa
tuanya. Beberapa penelitian menunjukkan bahwa successfull aging terdiri dari tiga
dimensi yaitu fisik, mental, dan kesehatan sosial (Rowe dan Kahn 1997; Reig
2003).
Sering kali keluarga inti tidak dapat membantu secara ekonomi maupun
sosial (Prayitno 1984). Padahal masalah yang paling serius dalam penyesuaian
terhadap pensiun adalah yang berhubungan dengan anggota keluarga sehingga
pada masa ini seseorang yang pensiun membutuhkan dukungan sosial. Menurut
Kuntjoro (2002) dukungan sosial merupakan bantuan atau dukungan yang
diterima individu dari orang-orang tertentu dalam kehidupannya dan berada pada

2
lingkungan sosial tertentu yang membuat si penerima merasa diperhatikan,
dihargai dan dicintai. Dukungan sosial berperan untuk melindungi seorang dari
dampak negatif yang diakibatkan oleh stres (Smet 1994).
Di antara semua komponen succesfull aging, menurut Hsu (2010)
diperlukan keamanan ekonomi. Semakin baik kondisi keuangan maka semakin
besar kepuasan hidup (Gray et al 1992.; Krause 1991). Saat seseorang memasuki
masa pensiun, salah satu perubahan yang dialami yaitu berkurangnya penghasilan
yang didapat. Temuan sebelumnya menunjukkan bahwa stabilitas ekonomi sangat
penting untuk kesejahteran pada masa tua (Hsu 2010). Orang tua memiliki tiga
sumber utama dukungan finansial yaitu individu, keluarga, dan masyarakat.
Beberapa orang tua masih memiliki kesulitan keuangan yang serius dan tidak puas
dengan standar hidup yang rendah pada tingkat dasar. Hal ini membutuhkan
upaya yang lebih dari pemerintah untuk memperbaiki sistem pensiun pedesaan
dan meningkatkan investasi keuangan untuk proyek-proyek kesejahteraan bagi
mereka (Shen et al. 2011).
Selain dukungan dari keluarga, masyarakat, dan pemerintah perlu adanya
strategi nafkah dalam menghadapi perubahan kondisi keuangan yang terjadi di
masa pensiun. Strategi nafkah merupakan cara manusia untuk memenuhi
kebutuhan dan memperbaiki hidup (Chambers dan Conway 1991). Berbagai aset
yang ada akan menentukan bagaimana strategi nafkah dibentuk dalam rangka
meningkatkan kesejahteraan karena aset (capital) tersebut memberikan orang
kemampuan (capability). Penelitian-penelitian sebelumnya terkait strategi nafkah
banyak dilakukan pada usia produktif yang menghadapi berbagai permasalahaan
yang menyebabkan kemiskinan dan memiliki pendapatan yang tidak menentu
seperti keluarga nelayan dan petani yang sangat bergantung pada musim. Berbeda
dengan penelitian sebelumnya, penelitian ini ingin melihat strategi nafkah yang
dilakukan oleh seseorang pada usia yang sudah tidak produktif.
Kesejahteraan merupakan aspek atau tujuan akhir yang diharapkan oleh
semua orang. Chen (2010) mendefinisikan bahwa kesejahteraan subjektif
merupakan kepuasan kehidupan secara keseluruhan. Kualitas hidup itu sendiri
dipengaruhi oleh keadaan psikologis, mental, sosial, dan ekonomi (Osborne et. Al
2003). Liu dan Guo (2008) juga menyatakan bahwa status ekonomi dan masalah
keuangan dapat menyebabkan pembatasan dalam kemampuan seseorang untuk
mandiri dan memenuhi kebutuhan sehingga akan berdampak pada kesejahteraan.
Hasil penelitian Chen (2010) menyatakan usia, jenis kelamin, pendidikan, status
keuangan, status perkawinan, kesehatan fisik, self eficacy, kegiatan personal,
hubungan anggota keluarga merupakan faktor yang memengaruhi kesejahteraan.
Berdasarkan latar belakang tersebut, maka penelitian ini menjadi penting
untuk melihat pengaruh dukungan sosial dan strategi nafkah terhadap
kesejahteraan subjektif keluarga usia pensiun.

Perumusan Masalah
Masa pensiun merupakan masa perubahan yang penting dalam hidup
seseorang, individu yang bekerja menjadi tidak bekerja (berakhirnya karier di
bidang pekerjaan), berkurangnya penghasilan, berkurangnya interaksi dengan
teman sebaya dan relasi-relasi, dan meningkatnya waktu luang. Serangkaian

3
perubahan tersebut pada umumnya merupakan dari ada menjadi tidak ada
sehingga perasaan kehilangan merupakan kondisi utama yang menyertai pensiun
(Hurlock 1980; Kimmel 1980). Dalam menghadapi masa pensiun, individu
umumnya mengeluarkan berbagai macam reaksi. Hal ini tergantung dari kesiapan
dalam menghadapinya. Secara garis besar ada tiga sikap ataupun reaksi yang
umumnya dikeluarkan seseorang, yaitu (1) menerima, (2) terpaksa menerima, dan
(3) menolak. Sikap penolakan terhadap masa pensiun umumnya terjadi
dikarenakan yang bersangkutan tidak mau mengakui bahwa dirinya sudah harus
pensiun (Isnaini 2009).
Permasalahan-permasalahan yang muncul akibat pensiun umumnya
disebabkan oleh ketidaksiapan seseorang dalam mengahadapi masa pensiun.
Ketidaksiapan ini timbul karena adanya kekhawatiran tidak dapat memenuhi
kebutuhan–kebutuhan tertentu akibat pensiun. Perubahan yang diakibatkan oleh
masa pensiun ini memerlukan penyesuaian diri (Eliana 2003). Seseorang yang
tengah menghadapi masa pensiun membutuhkan orang lain yang dapat
membuatnya merasa dicintai, diperhatikan, serta tidak merasa sendirian dalam
menghadapi masa pensiun. Penting kiranya melihat dukungan sosial yang
seseorang miliki pada masa pensiun guna membantu individu dalam
menyesuaikan diri dengan kondisi pada masa pensiun.
Pada dasarnya manusia mempunyai naluri kreatif dalam upaya
mempertahankan hidupnya. Di tengah-tengah berbagai tekanan dan ancaman
terhadap keberadaannya, biasanya cara dan strategi manusia agar tetap bisa
survive kemudian muncul dengan sendirinya. Berkurangnya penghasilan pada
masa pensiun dan adanya perbedaan antara PNS dan non PNS dari segi
pendapatan yang diterima ketika masih bekerja maupun setelah pensiun, juga
dapat membuat seseorang merasa stres bahkan frustasi dan kecewa karena takut
kebutuhan-kebutuhannya tidak terpenuhi. Perubahan ini bagi sebagian besar
pensiun tidaklah mudah, terutama bagi pensiunan yang berpenghasilan rendah dan
mempunyai keterampilan sangat terbatas di luar sektor pekerjaan yang selama ini
digeluti. Dengan asumsi ini, seiring dengan tekanan ekonomi yang dialami
pensiun, bersamaan dengan adanya perubahan-perubahan lain seperti perubahan
fisik, pensiunan harus mempunyai strategi nafkah (livelihood strategy) untuk tetap
bisa mempertahankan kelangsungan hidupnya.
Terjadinya perubahan pendapatan juga akan memengaruhi nilai dan tujuan
yang akan dicapai oleh sebuah keluarga. Nilai dan tujuan tersebut akan
menentukan tingkat kepuasan dan tingkat kebahagiaan keluarga yang pada
akhirnya menentukan tingkat kesejahteraan keluarga. Penelitian ini menduga
bahwa pada keluarga PNS maupun Non PNS memiliki perbedaan dalam
dukungan sosial, strategi nafkah, dan kesejahteraan subjektif keluarga.
Berdasarkan hal tersebut, permasalahan yang akan menjadi pokok bahasan dalam
penelitian adalah:
1. Bagaimana karakteristik contoh dan keluarga PNS dan non PNS ?
2. Bagaimana dukungan sosial, strategi nafkah, dan kesejahteraan subjektif
keluarga PNS dan non PNS ?
3. Bagaimana karakteristik contoh, karakteristik keluarga, dukungan sosial, dan
strategi nafkah memengaruhi kesejahteraan subjektif keluarga usia pensiun ?

4
Tujuan Penelitian
Tujuan Umum
Secara umum, penelitian ini bertujuan untuk menganalisis pengaruh
dukungan sosial dan strategi nafkah terhadap kesejahteraan subjektif keluarga usia
pensiun.
Tujuan Khusus
Berdasarkan perumusan masalah di atas, tujuan khusus penelitian ini adalah
sebagai berikut :
1. Mengidentifikasi karakteristik contoh dan karakteristik keluarga PNS dan non
PNS
2. Menganalisis perbedaan dukungan sosial, strategi nafkah, dan kesejahteraan
subjektif keluarga PNS dan non PNS
3. Menganalisis pengaruh karakteristik contoh, karakteristik keluarga, dukungan
sosial, strategi nafkah, terhadap kesejahteraan subjektif keluarga usia pensiun

Manfaat Penelitian
Penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat bagi peneliti. Penelitian ini
merupakan sarana untuk mengembangkan diri dari ilmu yang telah didapatkan
selama perkuliahan serta dapat memberikan tambahan pengetahuan/referensi bagi
peneliti sendiri serta bagi penelitian selanjutnya terkait dengan dukungan sosial,
strategi nafkah, dan kesejahteraan subjektif keluarga. Bagi masyarakat, penelitian
ini dapat memberikan gambaran kepada masyarakat mengenai kondisi pada masa
pensiun, dukungan sosial dari lingkungan sekitarnya serta strategi nafkah yang
dilakukan keluarga usia pensiun sehingga masyarakat umum mengetahui strategi
apa yang paling efektif ketika dihadapkan dalam kondisi yang serupa.

KERANGKA PEMIKIRAN
Penelitian ini dilandasi oleh teori struktur fungsional yang berlandaskan
empat konsep (sistem, struktur, sosial, fungsi, dan keseimbangan). Teori ini
memandang tidak ada individu dan sistem yang berfungsi secara independen,
melainkan dipengaruhi dan pada gilirannya memengaruhi orang lain atau sistem
lain (Winton 1995), serta mengakui adanya keragaman dalam kehidupan sosial,
yang merupakan sumber utama struktur masyarakat (Megawangi 1999).
Sementara itu, teori perkembangan memandang sistem keluarga akan menghadapi
proses perubahan (perkembangan) yang meliputi perubahan pola interaksi dan
hubungan antar anggota keluarga di sepanjang waktu (Duvall 1971).
Masing-masing keluarga memiliki tugas perkembangan yang khas dalam
setiap fase sesuai dengan tahap perkembangan keluarga. Pemenuhan tugas
perkembangan keluarga ini dapat berbeda-beda untuk setiap keluarga. Apabila
keluarga berhasil dalam tugas tersebut, maka akan menimbulkan rasa bahagia dan
membawa keberhasilan untuk menyelesaikan tugas perkembangan pada tahapan
selanjutnya (Megawangi 1999). Pada masa tua pun memiliki tugas perkembangan

5
yang harus dipenuhi. Salah satu tugas perkembangannya adalah menyesuaikan
diri dengan masa pensiun dan berkurangnya penghasilan keluarga. Pada saat
seseorang memasuki usia pensiun terjadi beberapa perubahan yang dialami,
diantaranya terjadi perubahan yang awalnya bekerja menjadi tidak bekerja,
berkurangnya penghasilan, berkurangnya interaksi dengan teman sebaya dan
relasi-relasi, dan meningkatnya waktu luang (Hurlock 1980; Kimmel 1980).
Seluruh anggota keluarga bertanggung jawab dalam mengelola sumber daya
keluarga. Keluarga yang dapat memenuhi tugas perkembangan dengan baik, maka
dapat menjalankan fungsi dan perannya dalam keluarga, sehingga mempermudah
keluarga melalui tantangan yang dihadapi di setiap fase kehidupannya.
Pemenuhan tugas perkembangan keluarga tidak terlepas dari karakteristik
keluarga itu sendiri. Karakteristik keluarga dibedakan berdasarkan jumlah
tanggungan keluarga, usia, pendidikan, lama pernikahan, pendapatan keluarga,
dan riwayat pekerjaan.
Berbagai perubahan yang terjadi pada masa pensiun terkadang
menimbulkan permasalahan. Salah satu cara untuk mengatasi permasalahanpermasalahan pada masa pensiun adalah dengan adanya dukungan sosial. Cutrona
(1996) menyatakan bahwa dukungan sosial dapat melindungi penerima dukungan
sosial dari terjadinya kemunduran kesehatan dan kesejahteraan yang disebabkan
oleh tekanan (baru terjadi maupun secara terus menerus terjadi) atas kejadian yang
penuh stres.
Keluarga pada usia pensiun secara finansial mengalami penurunan
pendapatan sehingga membutuhkan strategi nafkah demi mencapai kesejahteraan
subjektif. Strategi nafkah dilakukan oleh keluarga usia pensiun untuk
mempertahankan hidup atau memperbaiki keadaan hidupnya. Dukungan sosial
dijadikan sebagai salah satu proses yang mendukung keefektifan dari strategi
nafkah fungsi ekonomi keluarga. Kualitas kesejahteraan subjektif yang dicapai
selain ditentukan oleh kualitas sumberdaya yang dimiliki juga ditentukan oleh
keefektifan strategi nafkah fungsi ekonomi yang dilakukan. Dengan menerapkan
berbagai strategi nafkah (livelihood diversity) bertumpu pada sumberdaya yang
dimiliki setiap rumahtangga dapat meningkatkan derajat kesejahteraannya (Tulak
et.al 2009).
Strategi nafkah yang sesuai dengan sumberdaya keluarga yang dimiliki akan
mempermudah pencapaian tujuan keluarga. Apabila tujuan yang dicapai sesuai
dengan nilai yang dianut maka diharapkan kepuasan akan terpenuhi (Guhardja et
al. 1992). Menurut Diener (2002) kesejahteraan subjektif didefinisikan sebagai
evaluasi seseorang terhadap kehidupannya. Evaluasi dapat berupa pendapat
kognitif, seperti kepuasan hidup dan respon emosi terhadap suatu peristiwa.
seperti perasaan emosi yang positif. Dengan demikian, tingginya tingkat kepuasan
yang dirasakan akan menentukan tingkat kesejahteraan subjektif keluarga.
Kerangka pemikiran yang dapat lebih menjelaskan penelitian ini dapat dilihat
pada Gambar 1.

6

Karakteristik individu
Usia
Pendidikan
Riwayat pekerjaan

Karakteristik keluarga
Jumlah tanggungan
Pendapatan keluarga
Lama Pernikahan

Strategi nafkah
1. Rekayasa sumber nafkah
2. Pola nafkah ganda
3. Rekayasa spasial (migrasi)

Lingkungan sosial
Keluarga
Masyarakat
Pemerintah

Dukungan sosial
1. Dukungan Emosi
2. Dukungan Informasi
3. Dukungan Instrumental
4. Dukungan Self-esteem

Kesejahteraan subjektif
1. Kesejahteraan Ekonomi
2. Kesejahteraan Fisik
3. Kesejahteraan Psikologis
4. Kesejahteraan Sosial

Keterangan:
Variabel yang diteliti
Variabel yang tidak diteliti
Gambar 1 Kerangka pemikiran pengaruh dukungan sosial dan strategi nafkah
terhadap kesejahteraan subjektif keluarga usia pensiun

METODE PENELITIAN
Disain, Lokasi, dan Waktu Penelitian
Penelitian ini merupakan penelitian “payung” dengan tema “Manajemen
Sumberdaya Keluarga Usia Pensiun”. Disain yang digunakan dalam penelitian ini
adalah cross sectional study, yaitu pengukuran variabel-variabel penelitian pada
satu waktu bersamaan dengan objek yang berbeda. Penelitian ini dilakukan di
Kabupaten Bogor dan Kota Bogor, masing-masing diwakili dua perumahan.
Perumahan yang berada di wilayah Kabupaten Bogor diwakili oleh perumahan
Taman Pagelaran dan Ciomas Permai sedangkan di wilayah Kota Bogor diwakili
oleh perumahan Bantarjati dan Indraprasta. Pemilihan lokasi dilakukan secara
purposive dengan pertimbangan terdapat banyak keluarga usia pensiun yang

7
memiliki latar belakang pekerjaan sebelum pensiun yang sesuai dengan kriteria
penelitian. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Februari sampai Desember
2013 yang mencakup persiapan, pengumpulan, pengolahan, analisis data, dan
penulisan laporan.

Teknik Pengambilan Contoh
Populasi penelitian ini adalah keluarga yang telah memasuki usia pensiun
(≥56 tahun) dan tinggal di wilayah Kota Bogor dan Kabupaten Bogor yaitu di
empat perumahan yang telah ditentukan. Kerangka contoh dalam penelitian ini
adalah PNS dan non PNS (termasuk didalamnya pegawai swasta, wiraswasta dan
pegawai BUMN) dari berbagai tingkat ekonomi dengan usia diatas atau sama
dengan 56 tahun dan tinggal di empat perumahan tersebut. Jumlah contoh yang
diambil sebesar 160 orang. Karena ada data pencilan maka contoh yang
digunakan dalam penelitian ini berjumlah 154 orang.
Penarikan contoh dilakukan secara purposive sampling. Penjelasan lebih
lengkap dapat dilihat pada Gambar 2.
Provinsi Jawa
Barat

Purposive

Purposive

Kota Bogor

Kabupaten
Bogor

Kec. Bogor
Utara

Kec. Ciomas

Purposive

Perumahan
Bantarjati

Perumahan
Indraprasta

Perumahan
Taman
Pagelaran

Perumahan
Ciomas
Permai

Purposive

n = 40
keluarga

n = 40
keluarga

n = 40
keluarga

n = 40
keluarga

Purposive

PNS
n=20

Non
PNS
n=20

PNS
n=20

Non
PNS
n=20

PNS
n=20

Non
PNS
n=20

PNS
n=20

Gambar 2 Skema penarikan contoh

Non
PNS
n=20

8
Jenis dan Cara Pengumpulan Data
Jenis data yang dikumpulkan adalah data primer dan sekunder. Data primer
dikumpulkan melalui pengisian kuesioner yang kemudian diuji validitas dan
reliabilitasnya. Data primer diperoleh langsung dengan melakukan wawancara
kepada suami atau istri yang berusia diatas atau sama dengan 56 tahun dan telah
pensiun dari pekerjaan utamanya. Data primer yang diperoleh dengan bantuan
kuesioner meliputi karakteristik contoh, karakteristik keluarga, dukungan sosial,
strategi nafkah, dan kesejahteraan subjektif keluarga. Data sekunder yang
diperoleh adalah data monografi dari Kelurahan Bantarjati di Kota Bogor dan
Kelurahan Ciomas di Kabupaten Bogor. Data yang diambil dari kelurahan
tersebut adalah data jumlah keluarga yang termasuk usia pensiun.
Kuesioner berisi tentang karakteristik contoh dan karakteristik keluarga
yang terdiri dari usia, pendidikan, jumlah tanggungan keluarga, pendapatan, dan
lama pernikahan. Selain itu kuesioner juga berisi tentang dukungan sosial, strategi
nafkah, dan kesejahteraan subjektif keluarga. Instrumen dukungan sosial
dimodifkasi dari Djakiman (2013) yang didasari oleh teori Cutrona (1996) yang
terdiri dari dukungan emosi, instrumental, informasi, dan self-esteem. Jumlah total
pernyataan dukungan sosial adalah sebanyak 30 item pernyataan yang terdiri dari
delapan peryataan mengenai dukungan emosi, delapan pernyataan mengenai
dukungan instrumental, enam pernyataan mengenai dukungan informasi, dan
delapan pernyataan mengenai dukungan self-esteem.
Instrumen untuk mengukur strategi nafkah terdiri dari 15 item pernyataan.
Instrumen strategi nafkah merupakan hasil konstrak yang diadopsi teori Scoones
(1998) yang menggolongkan menjadi tiga golongan yaitu rekayasa sumber nafkah,
pola nafkah ganda, dan rekayasa spasial (migrasi). Di dalam instrumen ini
terdapat 15 item pernyataan yang terdiri dari lima pernyataan mengenai rekayasa
sumber nafkah, lima penyataan mengenai pola nafkah ganda, dan lima pernyataan
mengenai rekayasa spasial (migrasi).
Sedangkan instrumen untuk mengukur kesejahteraan subjektif keluarga
terdiri dari 22 item pernyataan. Pernyataan pada variabel kesejahteraan subjektif
diacu dan dimodifikasi oleh peneliti dari Puspitawati (2012) yang mengukur
kesejahteraan subjektif dengan empat dimensi yaitu ekonomi, fisik, psikologis,
dan sosial. Khusus untuk kesejahteraan subjektif dimensi ekonomi pernyataan
merujuk pada material living standards yang termasuk dalam key dimension of
well being pada Commission on the Measurement of Economic Performance and
Social Progress. Pernyataan mengenai material living standards mencakup
pernyataan mengenai pendapatan, konsumsi, dan kekayaan yang dirasakan. Di
dalam kuesioner ini terdapat 22 item pernyataan yang terdiri dari tujuh peryataan
mengenai dimensi ekonomi, lima pernyataan mengenai dimensi fisik, lima
pernyataan mengenai dimensi psikologis dan lima pernyataan mengenai dimensi
sosial.
Variabel dukungan sosial dan strategi nafkah diukur dengan menggunakan
skala likert dari 1-5 (sangat tidak setuju-sangat setuju). Kesejahteraan subjektif
keluarga juga diukur dengan skala likert dari 1-5 (sangat tidak puas-sangat puas).
Nilai cronbach alpha untuk instrumen dukungan sosial, strategi nafkah, dan
kesejahteraan subjektif berturut-turut sebesar 0.809, 0.845, dan 0.865.

9
Pengolahan dan Analisis Data
Data yang diperoleh selanjutnya diolah melalui proses editing, coding,
scoring, entry data, cleaning data, dan analisis data. Data dianalisis secara statistik
deskriptif dan inferensia dengan menggunakan program Microsoft Excel 2007 dan
SPSS for Windows. Analisis data yang digunakan meliputi uji beda Independent
Samples T-Test dan uji regresi linier berganda.
Pengkategorian data yang berdasarkan sebaran data menggunakan tiga
interval kelas yang sebelumnya skor total ditransformasi ke dalam bentuk indeks
dengan rumus sebagai berikut:

Pengkategorian variabel dukungan sosial dan kesejahteraan subjektif
keluarga menggunakan kategori tiga kelompok, yaitu:
1. Rendah bila skor 80%
Analisis data yang digunakan untuk menjawab masing-masing tujuan adalah
sebagai berikut:
1. Karakteristik contoh, karakteristik keluarga, dukungan sosial, strategi nafkah,
dan kesejahteraan subjektif dianalisis dengan menggunakan statistik deskriptif
dan tabulasi silang. Karakteristik keluarga meliputi usia, jumlah tanggungan
keluarga, lama pendidikan, pendapatan keluarga, dan lama pernikahan.
Statistik deskriptif adalah bidang statistik yang berhubungan dengan metode
pengelompokan, peringkasan, dan penyajian data dalam cara yang lebih
informatif (Santoso dan Ashari 2005). Statistik deskriptif yang digunakan
meliputi nilai rata-rata, standar deviasi, maksimum, dan minimum.
2. Uji beda digunakan untuk melihat perbedaan karakteristik contoh,
karakteristik keluarga, dukungan sosial, strategi nafkah, dan kesejahteraan
subjektif keluarga menurut riwayat pekerjaan (PNS dan non PNS). Uji beda
dilakukan menggunakan Independent sample t-test.
3. Uji regresi linier berganda digunakan untuk melihat pengaruh karakteristik
contoh, karakteristik keluarga, dukungan sosial, strategi nafkah terhadap
kesejahteraan subjektif keluarga. Berikut adalah persamaan dari uji yang
dilakukan:
Y=a + b1X1 + b2X2 + b3X3 + b4X4 + b5X5 b6X6 + b7X7 + b8X8 + b9X9
Keterangan:
Y
: Kesejahteraan subjektif keluarga
a
: konstanta
b
: koefisien regresi
X1 : usia (tahun)
X2 : lama pendidikan (tahun)
X3 : lama pernikahan (tahun)
X4 : jumlah tanggungan keluarga (orang)

10
X5
X7
X8
X9

: pendapatan keluarga (Rp/bulan)
: riwayat pekerjaan (0=non PNS; 1=PNS)
: dukungan sosial
: strategi nafkah

Definisi Operasional
Keluarga usia pensiun adalah susunan orang-orang yang disatukan oleh ikatan
perkawinan darah atau adopsi, terdiri dari suami, istri, dan anak-anak serta
anggota keluarga lainnya dengan suami dan atau istri termasuk ke dalam
usia pensiun yaitu dengan usia diatas atau sama dengan 56 tahun dan telah
mengalami pensiun
Contoh adalah suami atau istri yang telah memasuki usia pensiun (≥56 tahun) dan
memiliki riwayat pekerjaan sebagai Pegawai Negeri Sipil (PNS) dan non
PNS (pegawai swasta, wiraswasta, dan pegawai BUMN) dari berbagai
tingkat ekonomi.
Karakteristik contoh dan keluarga adalah segala informasi yang berkaitan
dengan identitas diri contoh dan keluarganya, seperti: nama, jenis kelamin,
usia, pekerjaan, jumlah anggota keluarga, kepemilikan aset, status kesehatan,
pendapatan, dan lama pernikahan
Usia adalah umur yang dimiliki contoh atau lama hidup contoh yang dinyatakan
dalam tahun
Lama Pendidikan adalah lama contoh menempuh pendidikan formal yang
dinyatakan dalam tahun.
Pekerjaan adalah jenis profesi yang dilakukan oleh contoh yang dapat dibedakan
menjadi pekerjaan utama dan pekerjaan sampingan untuk mendapat
imbalan/gaji/upah
Jumlah tanggungan keluarga adalah banyaknya jumlah anggota keluarga yang
tinggal bersama dalam satu rumah dan masih dibiayai oleh kepala keluarga.
Pendapatan keluarga adalah total pengeluaran yang dikeluarkan oleh keluarga
dan saving.
Dukungan sosial adalah bantuan yang didapatkan pensiunan dari orang-orang di
sekitarnya, yang dilihat dari aspek emosi, instrumental, informasi, dan
penghargaan diri.
Strategi nafkah adalah cara contoh dan keluarga untuk memenuhi kebutuhan dan
mempertahankan hidup atau memperbaiki keadaan hidupnya.
Kesejahteraan subjektif adalah kesejahteraan yang berupa kesejahteraan fisik,
ekonomi, psikologis, dan sosial yang diukur dengan pendekatan tingkat
kebahagiaan dan kepuasan yang dirasakan oleh contoh dan keluarga
sendiri bukan orang lain terhadap pemenuhan kebutuhan hidup dalam
keluarga.

11

HASIL DAN PEMBAHASAN
HASIL
Karakteristik Contoh dan Keluarga
Hasil penelitian ini menunjukkan sebagian besar contoh baik PNS (81.82%)
maupun non PNS (85.71%) berjenis kelamin laki-laki. Rata-rata usia contoh PNS
adalah 61.5 tahun sedangkan contoh non PNS 60.3 tahun. Berdasarkan lama
pendidikan, rata-rata contoh PNS menempuh pendidikan selama 13.5 tahun
sedangkan contoh non PNS menempuh pendidikan selama 12.7 tahun. Rata-rata
lama pernikahan contoh PNS adalah 33.9 tahun sedangkan contoh non PNS 32.7
tahun. Rata-rata jumlah tanggungan keluarga PNS dan non PNS sebanyak 3 orang.
Berdasarkan pendapatan keluarga, contoh PNS rata-rata memperoleh pendapatan
sebesar Rp5 117 262.3 sedangkan contoh non PNS sebesar Rp4 666 235.9. Hasil
uji beda menunjukkan perbedaan nyata dalam hal lama pendidikan antara contoh
PNS dan non PNS (p 0.05).
Tabel 4 Sebaran kategori dukungan informasi dan uji beda berdasarkan riwayat
pekerjaan (%)
Dukungan Informasi
Rendah (80%)
Total
Rataan±SD
p-value

PNS
n
%
52
67.5
23
29.9
2
2.6
77
100.0
47.7±23.1

Non PNS
n
%
48
62.3
25
32.5
4
5.2
77
100.0
50.1±22.2
0.506

Total
n
%
100
64.9
48
31.2
6
3.9
154
100.0
48.9±22.6

Dukungan Self-esteem
Dukungan self-esteem adalah penghargaan yang diberikan terhadap kualitas
yang dimiliki seseorang, percaya dengan kemampuan seseorang, dan juga
memberikan persetujuan terhadap gagasan, perasaan, dan apa yang dilakukan oleh
orang tersebut (Cutrona 1996). Berdasarkan hasil tabulasi silang pada Tabel 5,
lebih dari satu pertiga contoh PNS (39.0%) dan kurang dari satu pertiga contoh
non PNS (28.6%) memiliki dukungan self-esteem terkategori tinggi. Nilai rata-rata
dari kedua kelompok contoh tidak jauh berbeda. Hasil uji beda menunjukkan tidak
terdapat perbedaan nyata antara contoh PNS dan non PNS pada dukungan selfesteem (p>0.05).
Tabel 5 Sebaran kategori dukungan self-esteem dan uji beda berdasarkan riwayat
pekerjaan (%)
Dukungan Self-esteem
Rendah (80%)
Total
Rataan±SD
p-value

PNS
n
%
12
15.6
35
45.4
30
39.0
77
100.0
75.8±17.4

Non PNS
n
%
12
15.6
43
55.8
22
28.6
77
100.0
73.7±13.7
0.405

Total
n
24
78
52
154
74.8±15.6

%
15.6
50.6
33.8
100.0

14
Dukungan Sosial Total
Tabel 6 menunjukkan hanya 5.2 persen contoh PNS dan 6.5 persen contoh
non PNS memiliki dukungan sosial total terkategori tinggi. Hal ini dimungkinkan
karena berdasarkan jenis kelaminnya, baik contoh PNS maupun non PNS lebih
banyak laki-laki yang menurut Cutrona (1996) agak kurang memiliki variasi
sumber dukungan dihari tuanya. Pria juga cenderung menutupi masalah mereka
dibandingkan wanita (Cutrona 1996), sehingga kurang mendapatkan dukungan
dari lingkungan sekitar. Lebih lanjut Sheely (1998) diacu dalam Galvin et al.
(2003) mengatakan bahwa pria lebih kesulitan pada masa transisi dari usia paruh
baya menuju usia tua dan pria jarang mencari teman baru di masa paruh baya
tersebut. Berdasarkan nilai rata-rata, terlihat bahwa rataan kepemilikan dukungan
sosial total kedua kelompok contoh tidak jauh berbeda. Hasil uji beda
menunjukkan tidak terdapat perbedaan nyata antara contoh PNS dan non PNS
pada dukungan sosial total (p>0.05).
Tabel 6 Sebaran kategori dukungan sosial total dan uji beda berdasarkan riwayat
pekerjaan (%)
Dukungan Sosial Total
Rendah (80%)
Total
Rataan±SD
p-value

PNS
n
%
26
33.8
47
61.0
4
5.2
77
100.0
62.5±12.6

Non PNS
n
%
35
45.4
37
48.0
5
6.5
77
100.0
61.6±10.5
0.634

Total
n
61
84
9
154

%
39.6
54.5
5.8
100.0
62.1±11.6

Strategi Nafkah
Scoones (1998) menggolongkan strategi nafkah menjadi tiga golongan,
yaitu rekayasa sumber nafkah , pola nafkah ganda, dan rekayasa spasial (migrasi).
Berdasarkan Tabel 7, hampir tiga perempat contoh PNS (71.4%) dan contoh non
PNS (71.4%) menggunakan rekayasa sumber nafkah dalam melakukan strategi
nafkah. Melakukan peminjaman uang ke bank atau koperasi jika pendapatan tidak
mencukupi untuk memenuhi kebutuhan lebih banyak dilakukan oleh contoh PNS
dibandingkan contoh non PNS (Lampiran 2). Sedangkan strategi memanfaatkan
pendapatan yang dimiliki secara maksimal adalah strategi yang banyak dilakukan
oleh contoh PNS dan contoh non PNS pada strategi rekayasa sumber nafkah
(Lampiran 2).
Lebih dari satu pertiga contoh PNS (38.9%) dan contoh non PNS (35.1%)
menggunakan pola nafkah ganda dalam melakukan strategi nafkah. Pola nafkah
ganda yang banyak dilakukan yaitu melibatkan anggota keluarga (istri atau suami
dan anak) untuk bekerja meskipun contoh sudah memiliki penghasilan tetap
(Lampiran 2). Hal tersebut dilakukan untuk menambah pendapatan keluarga.
Keterlibatan seluruh anggota keluarga dalam mencari nafkah merupakan suatu
strategi nafkah sebagai upaya untuk bertahan hidup sekaligus respon keluarga
terhadap kondisi kehidupan (Zid 2011).

15
Begitupun dengan rekayasa spasial (migrasi) dalam melakukan strategi
nafkah lebih banyak dilakukan oleh contoh PNS (12.9%) dibandingkan dengan
contoh non PNS (10.4%). Hasil uji beda juga menunjukkan tidak terdapat
perbedaan nyata pada stategi nafkah antara contoh PNS dan non PNS (p>0.05).
Tabel 7 Sebaran golongan strategi nafkah dan uji beda berdasarkan riwayat
pekerjaan (%)
Strategi Nafkah
Rekayasa sumber nafkah
Pola nafkah ganda
Rekayasa spasial
Rataan±SD
p-value

PNS (n=77)
n
%
55
71.4
30
38.9
10
12.9
36.8±12.3

Non PNS (n=77)
n
%
55
71.4
27
35.1
8
10.4
38.3±10.5
0.396

Total
n
%
110
71.4
57
37.0
18
11.7
37.6±11.4

Kesejahteraan Subjektif
Kesejahteraan subjektif berdasarkan pendekatan Quality of Life adalah
mengukur kepuasan atau kesenangan seseorang secara subjektif terhadap semua
materi dan perilaku yang dilakukan untuk mencapai tujuan hidup (Puspitawati
2012). Menurut Guhardja et al. (1992), kepuasan merupakan output yang telah
diperoleh akibat kegiatan suatu manajemen. Ukuran kepuasan ini dapat berbedabeda untuk setiap individu atau bersifat subjektif. Puas atau tidaknya seseorang
dapat dihubungkan dengan nilai yang dianut oleh orang tersebut dan tujuan yang
diinginkan, nilai tersebut dapat berubah akibat banyaknya pengalaman.
Kesejahteraan Ekonomi
Kesejahteraan subjektif keluarga dimensi ekonomi terdiri dari pendapatan,
konsumsi, dan kekayaan yang dirasakan. Berdasarkan hasil tabulasi silang pada
Tabel 8, hanya 11.7 persen keluarga PNS dan 9.1 persen keluarga non PNS
memiliki kesejahteraan ekonomi terkategori tinggi yang berarti masih sedikit
keluarga yang merasa sangat puas dengan keadaan ekonomi setelah pensiun. Nilai
rata-rata dari kedua kelompok keluarga tidak jauh berbeda. Hasil uji beda
menunjukkan tidak terdapat perbedaan nyata antara keluarga PNS dan keluarga
non PNS pada kesejahteraan ekonomi (p>0.05).
Tabel 8 Sebaran kategori kesejahteraan ekonomi dan uji beda berdasarkan riwayat
pekerjaan (%)
Kesejahteraan Ekonomi
Rendah (80%)
Total
Rataan±SD
p-value

PNS
n
%
28
36.4
40
51.9
9
11.7
77
100.0
62.1±15.9

Non PNS
n
%
37
48.0
33
42.9
7
9.1
77
100.0
59.6±16.0
0.342

Total
n
65
73
16
154

%
42.2
47.4
10.4
100.0
60.9±15.9

16
Kesejahteraan Fisik
Kesejahteraan subjektif keluarga dimensi fisik terdiri dari keadaan
kesehatan contoh dan keluarga. Berdasarkan hasil tabulasi silang pada Tabel 9,
hanya 5.2 persen keluarga PNS dan 3.9 persen keluarga non PNS memiliki
kesejahteraan fisik terkategori rendah yang berarti lebih sedikit keluarga merasa
tidak puas dengan keadaan fisik setelah pensiun. Baik keluarga PNS maupun
keluarga non PNS sangat puas dengan keadaan rumah, pakaian, dan kesehatan
setelah pensiun. Nilai rata-rata dari kedua kelompok keluarga tidak jauh berbeda.
Hasil uji beda menunjukkan tidak terdapat perbedaan nyata antara keluarga PNS
dan keluarga non PNS pada kesejahteraan fisik (p>0.05).
Tabel 9 Sebaran kategori kesejahteraan fisik dan uji beda berdasarkan riwayat
pekerjaan (%)
Kesejahteraan Fisik
Rendah (80%)
Total
Rataan±SD
p-value

PNS
n
%
4
5.2
28
36.4
45
58.4
77
100.0
86.8±15.5

Non PNS
n
%
3
3.9
34
44.2
40
51.9
77
100.0
85.1±14.2

Total
n
7
62
85
154

%
4.5
40.3
55.2
100.0
85.9±14.9

0.466

Kesejahteraan Psikologis
Kesejahteraan subjektif keluarga dimensi psikologis terdiri dari keadaan
mental dan spiritual contoh dan keluarga. Berdasarkan hasil tabulasi silang pada
Tabel 10, hanya 3.9 persen keluarga PNS dan 9.1 persen keluarga non PNS
memiliki kesejahteraan psikologis terkategori rendah yang berarti lebih sedikit
keluarga merasa tidak puas dengan keadaan psikologis setelah pensiun. Hasil uji
beda menunjukkan terdapat perbedaan nyata antara keluarga PNS dan keluarga
non PNS pada kesejahteraan psikologis (p