Analisis Kelayakan Finansial Usaha Pengolahan Kopi Arabika Dan Bioetanol (Studi Kasus: Unit Pengolahan Kopi Arabika Usaha Tani Empat Desa Sukorejo, Kecamatan Sumberwringin, Kabupaten Bondowoso)

ANALISIS KELAYAKAN FINANSIAL USAHA
PENGOLAHAN KOPI ARABIKA DAN BIOETANOL
(Studi kasus: Unit Pengolahan Kopi Arabika Usaha Tani Empat
Desa Sukorejo, Kecamatan Sumberwringin,
Kabupaten Bondowoso)

MUHAMMAD FAJAR DJAMANA

DEPARTEMEN EKONOMI SUMBERDAYA DAN LINGKUNGAN
FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
2015

PERNYATAAN MENGENAI SKRIPSI DAN
SUMBER INFORMASI SERTA PELIMPAHAN HAK CIPTA
Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi berjudul Analisis Kelayakan
Finansial Usaha Pengolahan Kopi Arabika Dan Bioetanol (Studi kasus: Unit
Pengolahan Kopi Arabika Usaha Tani Empat Desa Sukorejo, Kecamatan
Sumberwringin, Kabupaten Bondowoso) adalah benar karya saya dengan arahan
dari komisi pembimbing dan belum diajukan dalam bentuk apa pun kepada

perguruan tinggi mana pun. Sumber informasi yang berasal atau dikutip dari karya
yang diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam
teks dan dicantumkan dalam Daftar Pustaka di bagian akhir skripsi ini.
Dengan ini saya melimpahkan hak cipta dari karya tulis saya kepada
Institut Pertanian Bogor.
Bogor, Juni 2015
Muhammad Fajar Djamana
NIM H44110014

ABSTRAK
MUHAMMAD FAJAR DJAMANA. Analisis Kelayakan Finansial Usaha
Pengolahan Kopi Arabika dan Bioetanol (Studi kasus: Unit Pengolahan Kopi
Arabika Usaha Tani Empat Desa Sukorejo, Kecamatan Sumberwringin,
Kabupaten Bondowoso). Dibimbing oleh ADI HADIANTO.
Kopi arabika merupakan salah satu produk ekspor unggulan Indonesia.
Proses pengolahan basah kopi arabika akan menghasilkan limbah cair yang dapat
diolah menjadi bioetanol. Tujuan dari penelitian ini adalah (1) mengidentifikasi
kondisi usaha pengolahan kopi arabika dan bioetanol apabila dilihat dari aspek
non finansial meliputi aspek komersial, aspek teknis, dan aspek institusionalorganisasi-manajerial, (2) menganalisis kelayakan usaha pengolahan kopi arabika
apabila dilihat dari aspek finansial, (3) menganalisis kelayakan usaha pengolahan

kopi arabika dengan adanya pengolahan bioetanol apabila dilihat dari aspek
finansial, dan (4) menganalisis manfaat pengolahan bioetanol terhadap usaha
pengolahan kopi arabika jika dilihat melalui perhitungan Incremental Net Benefit.
Dalam menganalisis kelayakan finansial digunakan kriteria investasi yaitu Net
Present Value, Internal Rate of Return, Net Benefit Cost Ratio, dan Payback
Period. Sedangkan identifikasi aspek non finansial yang meliputi aspek
komersial, aspek teknis, dan aspek institutional-organisational-managerial
dilakukan secara deskriptif. Untuk mengetahui manfaat tambahan dari adanya
pengolahan bioetanol pada usaha pengolahan kopi arabika digunakan perhitungan
Incremental Net Benefit. Hasil penelitian ini menunjukkan usaha pengolahan kopi
arabika dan bioetanol yang dilakukan Usaha Tani Empat di Desa Sukorejo,
Kecamatan Sumberwringin, Kabupaten Bondowoso secara finansial dinyatakan
layak dilaksanakan. Dari aspek non finansial tidak ditemukan kendala yang berarti
dalam menjalankan usaha pengolahan kopi arabika dan bioetanol Usaha Tani
Empat. Selain itu, perhitungan Incremental Net Benefit menunjukkan bahwa
pengolahan bioetanol pada usaha pengolahan kopi arabika menguntungkan untuk
dilaksanakan, sehingga dapat dijadikan sebagai referensi bagi pemerintah dalam
menentukan kebijakan energi nasional khususnya di sektor perkebunan kopi.
Kata kunci: analisis kelayakan, bioetanol, pengolahan kopi arabika.


ABSTRACT
MUHAMMAD FAJAR DJAMANA. Financial Feasibility Analysis of Arabica
Coffee and Bioethanol Unit Processing (Case study: Usaha Tani Empat Arabica
Coffee Unit Processing Sukorejo Village, Subdistrict of Sumberwringin, District
of Bondowoso). Supervised by ADI HADIANTO.
Arabica coffee is one of featured Indonesia export commodities. Wet
processing of Arabica coffee will generate liquid waste that can be processed into
bioethanol. The purpose of this study were (1) to identify the condition of non
financial aspect includes commercial aspects, technical aspects, and managerial
aspects, (2) to analyse the feasibility of arabica coffee unit processing if seen from
financial aspect, (3) to analyse the feasibility of arabica coffee unit processing by
processing bioethanol if seen from financial aspect, and (4) to analyse the benefit
of bioetanol processing on arabica coffee unit processing if seen by using
Incremental Net Benefit calculation. In terms of analyzing financial feasibility this
study used investment criteria namely Net Present Value, IRR, Net Benefit Cost
Ratio, and Payback Period. Whereas the identification of non financial aspects
comprise of commertial aspect, technical aspect, and managerial aspect explained
descriptively. In order to comprehend the additional benefit of processing
bioethanol on arabica coffee unit processing, formulated by Incremental Net
Benefit. This study shows that arabica coffee and bioetanol processing by Usaha

Tani Empat in Sukorejo Village, Subdistrict of Sumberwringin, District of
Bondowoso financial determined feasible. In terms of non financial aspect, there
is no essential obstacles to run arabica coffee and bioetanol processing unit in
Usaha Tani Empat. In addition, the formulation of Incremental Net Benefit shows
that the bioethanol processing in arabica coffee processing unit is beneficial to
run, so that it can be reference for government in determining national energy
policies, particularly in the sector of coffee plantation.
Key words: arabica coffee processing, bioethanol, feasibility analysis

ANALISIS KELAYAKAN FINANSIAL USAHA
PENGOLAHAN KOPI ARABIKA DAN BIOETANOL
(Studi kasus: Unit Pengolahan Kopi Arabika Usaha Tani Empat Desa
Sukorejo, Kecamatan Sumberwringin,
Kabupaten Bondowoso)

MUHAMMAD FAJAR DJAMANA

Skripsi
Sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar
Sarjana Ekonomi

pada
Departemen Ekonomi Sumberdaya dan Lingkungan

DEPARTEMEN EKONOMI SUMBERDAYA DAN LINGKUNGAN
FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
2015

Judul Skripsi

Analisis

Kelayakan

Arabika dan Bioetanol
Arabika

Usaha


Tani

Finansial

Usaha
Desa

Sukorejo,

Sumberwringin, Kabupaten Bondowoso)
Muhammad Fajar Djamana

NIM

H44110014

Disetujui oleh

� J.
•.


ianto SP M.Si
Dosen Pembimbing

Diketahui oleh

'

';'



''·



Dr : ·.I r?&'ceng Hidayat, M.T
Ketua Departemen

Tanggal Lulus:


. _::

2015

Kopi

(Studi kasus: Unit Pengolahan Kopi
Empat

Nama

'

Pengolahan

Kecamatan

PRAKATA
Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Allah subhanahu wa ta’ala atas

segala karunia-Nya sehingga karya ilmiah ini berhasil diselesaikan. Tema yang
dipilih dalam penelitian yang dilaksanakan sejak bulan Maret 2015 ini ialah
analisis kelayakan, dengan judul Analisis Kelayakan Finansial Usaha Pengolahan
Kopi Arabika Dan Bioetanol (Studi kasus: Unit Pengolahan Kopi Arabika Usaha
Tani Empat Desa Sukorejo, Kecamatan Sumberwringin, Kabupaten Bondowoso).
Terima kasih penulis ucapkan kepada Bapak Adi Hadianto, SP, M.Si dan
ibu Fitria Dewi Raswatie SP, M.Si yang telah banyak memberi saran. Di samping
itu, penghargaan penulis sampaikan kepada Bapak Subaili, Bapak Soni, dan
Bapak Gatot yang telah membantu selama pengumpulan data. Ungkapan terima
kasih juga disampaikan kepada ayah, ibu, seluruh keluarga, dan Lina Mulyana
atas segala doa, dukungan, dan kasih sayangnya.
Semoga karya ilmiah ini bermanfaat.

Bogor, Juni 2015
Muhammad Fajar Djamana

DAFTAR ISI
Halaman
DAFTAR TABEL .....................................................................................
DAFTAR GAMBAR ................................................................................

DAFTAR LAMPIRAN .............................................................................

viii
x
x

BAB 1 PENDAHULUAN ......................................................................
1.1 Latar Belakang .....................................................................
1.2 Perumusan Masalah .............................................................
1.3 Tujuan Penelitian .................................................................
1.4 Manfaat Penelitian ...............................................................
1.5 Ruang Lingkup ....................................................................

1
1
5
8
9
9


BAB 2 KAJIAN PUSTAKA ...................................................................
2.1 Kopi .....................................................................................
2.2 Usaha Tani Kopi ..................................................................
2.3 Bioetanol ..............................................................................
2.4 Bioetanol dari Limbah Cair Kopi ........................................
2.5 Tijauan Studi Terdahulu ......................................................

11
11
12
16
18
20

BAB 3 KERANGKA PEMIKIRAN .......................................................
3.1 Kerangka Pemikiran Teoritis ...............................................
3.1.1 Teori Biaya dan Manfaat..........................................
3.1.2 Studi Kelayakan Usaha ............................................
3.1.3 Aspek-aspek Persiapan dan Analisis Proyek ...........
3.1.4 Analisis Kelayakan Finansial ..................................
3.1.5 Perhitungan Incremental Net Benefit .......................
3.2 Kerangka Pemikiran Operasional ........................................

23
23
23
25
26
28
30
30

BAB 4 METODE PENELITIAN............................................................
4.1 Lokasi dan Waktu ................................................................
4.2 Jenis dan Sumber Data .........................................................
4.3 Metode Pengumpulan Data ..................................................
4.4 Metode Pengolahan Data .....................................................
4.5 Analisis Data ........................................................................
4.5.1 Identifikasi Aspek-aspek Non-Finansial ..................
4.5.2 Komponen Biaya dan Manfaat ................................
4.5.3 Analisis Kelayakan Finansial ...................................
4.5.4 Kriteria Investasi ......................................................
4.6 Asumsi Dasar .......................................................................

35
35
35
35
36
36
36
37
37
37
40

BAB 5 GAMBARAN UMUM ...............................................................
5.1 Gambaran Umum Usaha Tani Empat .................................
5.2 Gambaran Umum Desa Sukorejo .......................................

43
43
47

BAB 6 HASIL DAN PEMBAHASAN ...................................................
6.1 Identifikasi Aspek-aspek Non-Finansial .............................
6.1.1 Aspek Komersial (Pasar) .........................................
6.1.2 Aspek Teknis ............................................................
6.1.3 Aspek Institusional-organisasi-manajerial ...............
6.2 Analisis Aspek Finansial ......................................................
6.2.1 Analisis Finansial Usaha Pengolahan Kopi
Arabika .....................................................................
6.2.2 Kelayakan Investasi Usaha Pengolahan Kopi
Arabika Usaha Tani Empat ......................................
6.2.3 Analisis Finansial Usaha Pengolahan Kopi
Arabika dan Bioetanol Usaha Tani Empat ...............
6.2.4 Kelayakan Investasi Usaha Pengolahan Kopi
Arabika dan Bioetanol Usaha Tani Empat ...............
6.2.5 Perhitungan Incremental Net Benefit........................

51
51
51
57
75
80
80
90
91
97
99

BAB 7 KESIMPULAN DAN SARAN ................................................... 105
7.1 Kesimpulan........................................................................... 105
7.2 Saran ..................................................................................... 106
DAFTAR PUSTAKA ................................................................................ 107
LAMPIRAN .............................................................................................. 111
RIWAYAT HIDUP ................................................................................... 127

DAFTAR TABEL
Nomor

Halaman

1

Luas areal dan produksi kopi Indonesia tahun 2012-2014 .........

2

2

Luas areal dan produksi kopi perkebunan rakyat
Kecamatan Sumberwringin per desa tahun 2013........................

5

Luas areal tanam kopi Kecamatan Sumberwringin
per desa tahun 2009-2013 (hektar) .............................................

6

Produksi kopi Kecamatan Sumberwringin per desa
tahun 2009-2013 (ton).................................................................

6

Rincian harga peralatan pengolah kopi bantuan pemerintah
Provinsi Jawa Timur 2012 ..........................................................

59

Biaya investasi usaha pengolahan kopi arabika
Usaha Tani Empat .......................................................................

81

Umur teknis dari investasi yang ditanamkan dalam usaha
pengolahan kopi arabika Usaha Tani Empat ..............................

82

Biaya re-investasi yang diperlukan pada usaha
pengolahan kopi arabika Usaha Tani Empat .............................

85

Biaya tetap yang dikeluarkan pada usaha
pengolahan kopi arabika Usaha Tani Empat per tahun ..............

86

Biaya variabel yang dikeluarkan pada usaha
pengolahan kopi arabika Usaha Tani Empat per tahun ..............

87

Salvage value usaha pengolahan kopi arabika
Usaha Tani Empat .......................................................................

89

Hasil perhitungan kriteria investasi usaha pengolahan kopi
arabika Usaha Tani Empat ..........................................................

90

Biaya investasi tambahan usaha pengolahan kopi arabika
Usaha Tani Empat untuk memproduksi bioetanol ......................

92

Umur teknis dari investasi tambahan yang ditanamkan pada
usaha pengolahan kopi arabika dan bioetanol
Usaha Tani Empat .......................................................................

93

Biaya re-investasi untuk investasi tambahan yang ditanamkan
dalam usaha pengolahan kopi arabika dan bioetanol
Usaha Tani Empat .......................................................................

93

Biaya variabel tambahan per tahun yang dikeluarkan pada
usaha pengolahan kopi arabika dan bioetanol
Usaha Tani Empat .......................................................................

94

Manfaat tambahan yang diperoleh usaha pengolahan kopi
arabika dan bioetanol Usaha Tani Empat ...................................

96

3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
13
14

15

16

17

Salvage value barang investasi tambahan usaha
pengolahan kopi arabika dan bioetanol Usaha Tani Empat ........

97

Hasil perhitungan kriteria investasi usaha pengolahan
kopi arabika dan bioetanol Usaha Tani Empat ............................

98

20

Perbandingan kriteria investasi ...................................................

99

21

Komponen biaya manfaat usaha pengolahan kopi arabika
(tanpa bioetanol) .......................................................................... 101

22

Komponen biaya manfaat usaha pengolahan kopi arabika
dan bioetanol (dengan bioetanol) ................................................ 102

23

Perhitungan Incremnetal Net Benefit .......................................... 102

18
19

DAFTAR GAMBAR
Nomor
1

Halaman
Konsumsi (■) dan produksi (●) minyak bumi Indonesia
tahun 2008-2013 ..........................................................................

1

2

Struktur buah kopi .......................................................................

19

3

Fungsi biaya ................................................................................

23

4

Kerangka pemikiran operasional .................................................

33

5

Struktur organisasi kelompok pekebun kopi
Usaha Tani Empat .......................................................................

46

6

Saluran pemasaran kopi Usaha Tani Empat ................................

55

7

Buah kopi arabika gelondongan ..................................................

59

8

Mesin pengupas kulit buah kopi silinder tiga (pulper) (a)
dan mesin pencuci kopi (b) .........................................................

60

9

Terpal (a), para-para (b), dan bak persegi 750 liter (c) ...............

60

10

Destilator bertingkat berbahan Stainless Steel (a),
tank air 225 liter (b), dan tong plastik 150 liter (c) .....................

62

Standar Operasional Prosedur pengolahan kopi arabika
olah basah usaha pengolahan kopi arabika Usaha Tani Empat ...

67

12

Tahapan proses produksi bioetanol .............................................

69

13

Thermometer pengontrol suhu pada destilator bertingkat ...........

70

14

Struktur organisasi usaha pengolahan kopi arabika
Usaha Tani Empat .......................................................................

78

11

DAFTAR LAMPIRAN
Nomor

Halaman

1

Kuisioner Penelitian ....................................................................

113

2

Perhitungan salvage value dari investasi usaha pengolahan
kopi arabika Usaha Tani Empat (tanpa pengolahan bioetanol) ..

118

Cash flow usaha pengolahan kopi arabika Usaha Tani Empat
(tanpa pengolahan bioetanol) ......................................................

119

Perhitungan salvage value dari investasi usaha pengolahan
kopi arabika dan bioetanol Usaha Tani Empat ...........................

121

Cash flow usaha pengolahan kopi arabika dan bioetanol
Usaha Tani Empat .......................................................................

122

Cash Flow usaha pengolahan kopi arabika dan bioetanol
Usaha Tani Empat (Incremental Net Benefit) .............................

124

Dokumentasi penelitian ..............................................................

125

3
4
5
6
7

BAB 1
PENDAHULUAN

1.1

Latar Belakang
Indonesia merupakan salah satu negara yang masih menggantungkan

pemenuhan kebutuhan energinya pada minyak bumi, batu bara, dan gas alam.
Menurut Pusat Data dan Informasi Departemen Energi dan Sumber Daya Mineral
(PUSDATIN ESDM) tahun 2014, pemakaian energi di Indonesia pada tahun 2013
didominasi oleh minyak bumi, biomassa, batu bara, dan gas alam masing-masing
sebesar 399 259; 284 980; 178 817; 125 529 Barrel of Oil Equivalent (BOE).
PUSDATIN ESDM juga mencatat cadangan minyak bumi Indonesia pada tahun
2012 hanya sekitar 3.7 miliar barel (0.2% cadangan dunia). Semakin rendahnya
cadangan energi fosil di Indonesia saat ini diperparah dengan pertumbuhan
penduduk yang semakin meningkat dan pemborosan dalam penggunaan energi
fosil.

Ribu barrel/hari

2000
1600
1200
800
400
0
2008

2009

2010
2011
Tahun

2012

2013

Sumber: British Petroleum (2014)

Gambar 1 Konsumsi (■) dan produksi (●) minyak bumi Indonesia
tahun 2008-2013
Gambar 1 menunjukkan bahwa sepanjang tahun 2008 hingga tahun 2013
konsumsi minyak bumi di Indonesia terus mengalami peningkatan. Pada tahun
2008 konsumsi minyak bumi di Indonesia mencapai 1.29 juta barel/hari, tahun
2011 mengalami peningkatan menjadi 1.57 juta barel/hari, dan pada tahun 2013
terus meningkat menjadi 1.62 juta barel/hari. Sementara itu, Gambar 1 juga
menunjukkan bahwa pada kurun waktu yang sama produksi minyak bumi di
Indonesia mengalami penurunan. Pada tahun 2008 produksi minyak bumi di

2

Indonesia mencapai satu juta barel/hari, tahun 2011 mengalami penurunan
menjadi 952 ribu barel/hari, dan pada tahun 2013 menurun menjadi 882 ribu
barel/hari.
Meningkatnya konsumsi dan menurunnya produksi minyak bumi di
Indonesia mendorong Indonesia untuk melakukan impor minyak. Menurut
PUSDATIN ESDM (2014), pada tahun 2013 Indonesia tercatat mengimpor
minyak sebanyak 205.63 juta barel. Kebutuhan minyak yang sangat besar ini
mendorong pemerintah dalam mengembangkan suplai energi alternatif terbarukan
untuk mengurangi penggunaan energi fosil melalui Peraturan Presiden No. 5
Tahun 2006 tentang Kebijakan Energi Nasional. Kebijakan tersebut bertujuan
untuk mengembangkan energi terbarukan yang dapat memenuhi kebutuhan
masyarakat secara murah dan terjangkau. Salah satu program pemerintah dalam
mengembangkan energi alternatif adalah pengembangan bioenergi. Bioenergi atau
bahan bakar bio adalah bahan bakar yang dihasilkan dari biomassa, yaitu material
yang dihasilkan dari makhluk hidup melalui proses fotosintesis baik berupa
produk maupun buangan (Abdullah et al. 1998).
Pengembangan energi terbarukan yang dicanangkan oleh pemerintah
mendorong usaha-usaha diberbagai bidang pertanian untuk memproduksi energi
alternatif dari berbagai limbah yang dihasilkan. Salah satu usaha yang cukup
potensial dalam pengembangan energi terbarukan adalah Usaha Tani kopi.
Menurut International Coffee Organization (2014), Indonesia merupakan salah
satu negara penghasil kopi terbesar di dunia setelah Brazil, Vietnam, dan
Colombia. Areal tanam kopi Indonesia tersebar hampir diseluruh wilayah
nusantara. Selain merupakan salah satu penghasil kopi terbesar, Indonesia juga
merupakan negara eksportir kopi terbesar di dunia.
Tabel 1 Luas areal dan produksi kopi di Indonesia tahun 2012-2014
No Coffee, Green Indonesia
1
2
3
4
5

Areal tanam (juta hektar)
Produksi arabika (juta GBE)
Produksi robusta (juta GBE)
Produksi total (juta GBE)
Total ekspor (juta GBE)

2012/2013
USDA
New Post
Official
1.24
1.23
1.70
1.70
8.80
8.80
10.50
10.50
8.90
8.90

Sumber: United States Department of Agriculture (2014)

2013/2014
USDA
New Post
Official
1.24
1.24
1.65
1.65
7.85
7.85
9.50
9.50
7.80
7.80

3

Menurut data United States Department of Agriculture (2014) (Tabel 1),
luas areal tanam kopi Indonesia pada tahun 2013 dan 2014 adalah seluas 1.24 juta
hektar dengan produksi 9.5 juta Green Bean Equivalent (GBE) kopi. Pada tahun
2014 Indonesia memproduksi kopi arabika sebesar 1.65 juta GBE dan kopi
robusta sebesar 7.85 juta GBE. Total produksi rata-rata kopi jenis arabika adalah
sekitar 17% dari total produksi kopi keseluruhan. Selain itu, data pada Tabel 1
menunjukkan total ekspor kopi Indonesia tahun 2014 mencapai 7.80 juta GBE.
Usaha Tani kopi menghasilkan limbah yang berasal dari proses pengolahan
kopi. Proses pengolahan kopi secara basah akan menghasilkan limbah dalam
bentuk cair. Limbah cair dari pengolahan kopi belum dimanfaatkan secara
optimal. Umumnya limbah tersebut dibuang di sekitar lokasi unit pengolahan kopi
selama

beberapa

bulan,

sehingga

menimbulkan

bau

busuk.

Menurut

Shanmukhappa et al. (1998) dalam Samanvitha (2013) limbah cair kopi yang
dibuang tanpa perlakuan dapat menyebabkan pencemaran lingkungan. Untuk itu
perlu adanya pengolahan terhadap limbah cair yang ada. Pengolahan limbah
merupakan hal penting untuk dijadikan pijakan bagi unit pengolahan kopi karena
dapat memberikan berbagai keuntungan. Keuntungan pemanfaatan tersebut antara
lain dapat meningkatkan pendapatan petani, menjaga ketahanan energi, memiliki
sinergitas dengan kebutuhan pangan dan pakan, dan mencegah pencemaran
lingkungan (Hill et al. 2006)
Salah satu cara untuk memanfaatkan limbah cair kopi adalah dengan
mengolahnya menjadi bioetanol. Bioetanol merupakan etanol atau etil alkohol
yang diproses dari bagian tumbuhan tertentu (Yudiarto 2008). Menurut Dodic et
al. (2009) bioetanol memiliki bilangan oktan tinggi dan menghasilkan panas lebih
tinggi untuk penguapan, sehingga dapat digunakan sebagai campuran bensin.
Bioetanol sebagai bahan bakar, bersifat lebih ramah lingkungan dibandingkan
bensin karena emisi yang dihasilkan sangat kecil (Demirbas T dan Demirbas A
2010).
Salah satu daerah penghasil kopi di Indonesia adalah Kecamatan
Sumberwringin, Kabupaten Bondowoso. Kecamatan Sumberwringin merupakan
salah satu sentra produksi kopi rakyat utama di Kabupaten Bondowoso. Menurut
data Badan Pusat Statistik (BPS) Kabupaten Bondowoso (2014), pada tahun 2013

4

Kecamatan Sumberwringin memiliki areal tanam kopi seluas 1 125.79 hektar
dengan kemampuan produksi mencapai 900.63 ton. Dari hasil pra-survey yang
telah dilakukan, produktivitas rata-rata kopi arabika di wilayah Sumberwringin
mencapai lima hingga delapan ton kopi arabika gelondongan per hektarnya.
Adapun menurut Pusat Penelitian Kopi dan Kakao Indonesia, produktivitas
tanaman kopi arabika rata-rata mencapai satu hingga dua ton kopi gelondongan
per hektarnya.
Kegiatan produksi kopi di wilayah Kecamatan Sumberwringin dari sisi
budidaya (on-farm) relatif tidak terdapat permasalahan. Hal tersebut dikarenakan
para pekebun kopi di Kecamatan Sumberwringin merupakan para pekebun kopi
yang telah berpengalaman selama bertahun-tahun dalam kegiatan budidaya kopi.
Selain itu, para pekebun kopi tersebut merupakan target binaan Dinas Perkebunan
dan Kehutanan Kabupaten Bondowoso dan telah mendapat bimbingan dari Pusat
Penelitian Kopi dan Kakao Kabupaten Jember. Kondisi tersebut menyebabkan
produktivitas kopi arabika di wilayah ini bisa lebih tinggi dari produktivitas kopi
arabika pada umumnya. Kopi arabika gelondongan yang dihasilkan dari kegiatan
budidaya tersebut, selanjutnya diolah hingga menjadi biji kopi arabika agar dapat
dijual kepada pihak eksportir.
Pada tahun 2012 Pemerintah Provinsi Jawa Timur memberikan bantuan
berupa pembangunan unit-unit pengolahan kopi di Kecamatan Sumberwringin.
Berbagai alat modern diberikan oleh Pemerintah Provinsi melalui Dinas
Perkebunan dan Kehutanan Kabupaten Bondowoso ke pekebun kopi di
Kecamatan Sumberwringin, Kabupaten Bondowoso. Bantuan tersebut diberikan
untuk meningkatkan produksi biji kopi di wilayah Sumberwringin. Teknik
pengolahan yang digunakan dalam mengolah kopi arabika gelondongan hingga
menjadi biji kopi arabika di wilayah Sumberwringin adalah teknik olah basah.
Dalam prosesnya teknik ini menggunakan banyak air untuk mencuci kopi,
sehingga akan menghasilkan limbah cair dengan volume yang sangat besar.
Salah satu desa yang memiliki luas areal tanam dan produksi kopi tertinggi
di Kecamatan Sumberwringin adalah Desa Sukorejo. Kopi yang dikembangkan
oleh masyarakat desa ini adalah kopi jenis arabika. Pada tahun 2013, luas areal
tanam kopi di Desa Sukorejo mencapai 650.44 hektar dengan kapasitas produksi

5

sebesar 520.35 ton (Tabel 2). Besarnya produksi kopi arabika tersebut
menyebabkan kegiatan pengolahan kopi berlangsung dalam skala besar.
Pengolahan kopi arabika dalam skala besar tentu akan menghasilkan limbah cair
kopi yang sangat besar volumenya di unit-unit pengolahan kopi di Desa Sukorejo.
Limbah cair tersebut sangat potensial untuk dikembangkan menjadi sumber bahan
bakar alternatif berupa bioetanol.
Tabel 2 Luas areal dan produksi kopi
Sumberwringin per desa tahun 2013
No
1
2
3
4
5
6

Desa
Sukasari Kidul
Tegaljati
Rejoagung
Sukorejo
Sumber gading
Sumberwringin
Jumlah

perkebunan

Luas areal (hektar)
7.50
73.91
258.70
650.44
18.99
116.25
1 125.79

rakyat

Kecamatan

Produksi (ton)
6.00
59.13
206.96
520.35
15.19
93.00
900.63

Sumber: Badan Pusat Statistik Kabupaten Bondowoso (2014)

Limbah cair yang dihasilkan oleh unit-unit pengolahan kopi arabika di Desa
Sukorejo dibuang disekitar lokasi pengolahan tanpa ada perlakuan. Limbah cair
kopi arabika tersebut sangat potensial untuk diolah menjadi bioetanol. Pengolahan
limbah cair kopi menjadi bioetanol dapat memberikan keuntungan tambahan bagi
unit-unit pengolahan kopi yang ada di Desa Sukorejo.
Berdasarkan pra-survey yang dilakukan peneliti, di Desa Sukorejo telah
dilakukan penelitian mengenai pengolahan bioetanol dengan pemanfaatan limbah
cair kopi sejak tahun 2014 dan saat ini masih memasuki tahap uji coba. Dengan
demikian, usaha pengolahan kopi arabika dengan pemanfaatan limbah cair kopi
menjadi bioetanol di Desa Sukorejo masih merupakan usaha baru. Oleh karena
itu, perlu dilakukan penelitian mengenai uji kelayakan terhadap usaha pengolahan
kopi arabika dan bioetanol tersebut.

1.2

Perumusan Masalah
Kopi merupakan salah satu komoditi unggulan yang memiliki peranan

penting bagi perekonomian

masyarakat di Desa Sukorejo, Kecamatan

Sumberwringin, Kabupaten Bondowoso. Usaha perkebunan kopi di wilayah ini
merupakan usaha kopi rakyat yang terdiri dari 21 kelompok pekebun kopi.
Pengusahaan kopi yang dilakukan oleh para anggota dari kelompok pekebun kopi

6

di Desa Sukorejo merupakan sasaran wilayah binaan langsung Dinas Perkebunan
dan Kehutanan Kabupaten Bondowoso. Berdasarkan data dari BPS Kabupaten
Bondowoso (2014), pada tahun 2013 Desa Sukorejo memiliki luas areal tanam
kopi seluas 650.44 hektar (Tabel 3).
Tabel 3 Luas areal tanam kopi Kecamatan Sumberwringin per desa tahun 20092013 (hektar)
No
1
2
3
4
5
6

Desa
Tegaljati
Sukosari Kidul
Sumbergading
Rejoagung
Sukorejo
Sumberwringin
Jumlah

2009
40
10
26
140
352
568

2010
40
4
5
140
352
50
591

Tahun
2011
73.92
7.39
9.24
258.70
650.44
92.39
1 092.08

2012
73.92
7.39
9.24
258.70
650.44
92.39
1 092.08

2013
73.91
7.50
18.99
258.70
650.44
116.25
1 125.79

Sumber: Badan Pusat Statistik Kabupaten Bondowoso (2014)

Tabel 3 di atas menunjukan luasan areal tanam kopi di Desa Sukorejo dari
tahun 2009 hingga tahun 2013. Pada tahun 2009 hingga tahun 2013 luasan areal
tanam kopi di Desa Sukorejo terus mengalami peningkatan dari 352 hektar pada
tahun 2009 hingga 650.44 hektar pada tahun 2013. Peningkatan luas areal tanam
kopi Desa Sukorejo menunjukkan tren positif disepanjang tahun 2009 hingga
tahun 2013. Selain itu, BPS Kabupaten Bondowoso (2014) juga mencatat
produksi kopi di Desa Sukorejo menunjukan peningkatan tiap tahunnya (Tabel 4).
Tabel 4 Produksi kopi Kecamatan Sumberwringin per desa tahun 2009-2013
(ton)
No

Desa

1
2
3
4
5
6

Tegaljati
Sukosari Kidul
Sumbergading
Rejoagung
Sukorejo
Sumberwringin
Jumlah

2009
2.43
0.49
0.80
10.53
25.11
39.36

2010
2.50
0.50
11.53
26.11
0.90
41.54

Tahun
2011
47.46
9.49
218.87
495.64
17.08
788.54

2012
6.00
59.13
206.96
520.35
73.00
865.44

2013
6.00
59.13
15.19
206.96
520.35
93.00
900.63

Sumber: Badan Pusat Statistik Kabupaten Bondowoso (2014)

Tabel 4 menunjukkan pada tahun 2009 hingga tahun 2013 produksi kopi di
Desa Sukorejo terus mengalami peningkatan dari 25.11 ton pada tahun 2009
hingga 520.35 ton pada tahun 2013. Hasil produksi kopi arabika dari para anggota
kelompok pekebun kopi tersebut selanjutnya diolah pada tiap-tiap unit pengolahan
kopi yang ada. Pada tahun 2012 terdapat 21 kelompok pekebun kopi di Desa

7

Sukorejo yang masing-masing telah memiliki unit pengolahan kopi sendiri.
Banyaknya unit pengolahan kopi di Desa Sukorejo dan besarnya produksi kopi
yang dihasilkan tiap tahunnya menyebabkan Desa Sukorejo memiliki kontribusi
besar dalam pencemaran lingkungan yang diakibatkan oleh limbah cair kopi yang
dihasilkan oleh unit-unit pengolahan kopi di Desa Sukorejo. Oleh karena itu,
kegiatan pengolahan limbah cair kopi menjadi bioetanol sangat diperlukan untuk
mengatasi permasalahan lingkungan yang dihadapi.
Kegiatan pengolahan limbah cair kopi menjadi bioetanol hanya dilakukan di
unit pengolahan kopi arabika milik kelompok pekebun kopi Usaha Tani Empat.
Kegiatan pengolahan limbah cair kopi menjadi bioetanol yang dilakukan baru
memasuki tahap uji coba. Kegiatan pengolahan limbah cair kopi arabika menjadi
bioetanol ini diharapkan mampu menghasilkan 20 liter bioetanol per hari.
Bioetanol yang dihasilkan dapat dipasarkan dengan harga Rp 6 500 per liternya.
Bahan baku utama dalam kegiatan pengolahan bioetanol ini adalah limbah cair
kopi arabika yang diperoleh dari unit pengolahan kopi arabika Usaha Tani Empat
di Desa Sukorejo, Kecamatan Sumberwringin, Kabupaten Bondowoso.
Pengolahan limbah cair kopi di Desa Sukorejo memiliki beberapa
keuntungan. Keuntungan tersebut antara lain dapat mengurangi pencemaran yang
diakibatkan oleh limbah cair kopi dan dapat menghasilkan bahan bakar alternatif
berupa bioetanol. Kedepannya, kegiatan pengolahan limbah cair kopi dapat
menjadikan usaha pengolahan kopi menjadi usaha yang zero waste. Selain itu,
bioetanol yang dihasilkan juga dapat mendorong kemandirian energi bagi unitunit pengolahan kopi di Desa Sukorejo
Kegiatan pengolahan limbah cair kopi menjadi bioetanol merupakan sebuah
program yang baru diajukan, sehingga belum diketahui apakah program ini layak
atau tidak jika dilaksanakan pada unit pengolahan kopi arabika yang telah ada.
Selain itu, berdasarkan hasil pengujian awal menunjukkan bahwa bioetanol dari
limbah cair kopi arabika yang telah dibuat memiliki sifat fisika dan kimia yang
hampir sama dengan bensin. Berdasarkan hal tersebut, maka sangat terbuka
kesempatan untuk membuat bioetanol yang dihasilkan sebagai pengganti bensin.
Namun dari segi ekonomis biaya pembuatan bioetanol dari limbah cair kopi
arabika masih lebih tinggi dari bahan bakar bensin.

8

Perhitungan dan penilaian terhadap biaya dan manfaat, penting dilakukan
untuk mengetahui implikasi penanaman modal yang dilakukan oleh pemerintah
dalam pengembangan sumber energi alternatif dan pengurangan pencemaran
lingkungan pada usaha pengolahan kopi arabika. Melalui perhitungan dan
penilaian terhadap biaya dan manfaat dapat diketahui tingkat kelayakan secara
finansial pengolahan kopi arabika tanpa dan dengan adanya pemanfaatan limbah
cair kopi arabika untuk menghasilkan bioetanol.
Bedasarkan uraian di atas, permasalahan yang akan dibahas dalam
penelitian ini adalah sebagai berikut:
1.

Bagaimana kondisi usaha pengolahan kopi arabika dan bioetanol apabila
dilihat dari aspek non finansial meliputi aspek komersial, aspek teknis, dan
aspek institusional-organisasi-manajerial?

2.

Bagaimana kelayakan usaha pengolahan kopi arabika apabila dilihat dari
aspek finansial?

3.

Bagaimana kelayakan usaha pengolahan kopi arabika dengan adanya
pengolahan bioetanol apabila dilihat dari aspek finansial?

4.

Bagaimana manfaat pengolahan bioetanol terhadap usaha pengolahan kopi
arabika jika dilihat melalui perhitungan Incremental Net Benefit?

1.3

Tujuan Penelitian
Berdasarkan latar belakang dan perumusan masalah tersebut, tujuan

penelitian ini adalah:
1.

Mengidentifikasi kondisi usaha pengolahan kopi arabika dan bioetanol
apabila dilihat dari aspek non finansial meliputi aspek komersial, aspek
teknis, dan aspek institusional-organisasi-manajerial.

2.

Menganalisis kelayakan usaha pengolahan kopi arabika apabila dilihat dari
aspek finansial.

3.

Menganalisis kelayakan usaha pengolahan kopi arabika dengan adanya
pengolahan bioetanol apabila dilihat dari aspek finansial.

4.

Menganalisis manfaat pengolahan bioetanol terhadap usaha pengolahan
kopi arabika jika dilihat melalui perhitungan Incremental Net Benefit.

9

1.4

Manfaat Penelitian
Penelitian ini diharapkan dapat memberi manfaat bagi berbagai pihak yang

berkepentingan, yaitu:
1.

Para petani, dengan penelitian ini para petani dapat mengetahui kelayakan
usaha pengolahan kopi arabika dalam menghasilkan bioetanol dan hal-hal
apa saja yang perlu dilakukan demi keberlangsungan usahanya.

2.

Penulis, penelitian ini merupakan salah satu sarana bagi penulis untuk
mengaplikasikan ilmu yang telah diperoleh di bangku kuliah.

3.

Pemerintah, penelitian ini merupakan salah satu referensi untuk mengetahui
kelayakan usaha pengolahan kopi arabika dan bioetanol. Selain itu, juga
dapat menjadi referensi dalam menentukan kebijakan energi nasional yang
bertujuan untuk mengembangkan energi yang dapat memenuhi kebutuhan
masyarakat secara murah dan terjangkau terutama bioetanol, sehingga
program ini dapat diaplikasikan di wilayah lainnya.

4.

Pembaca, penelitian ini diharapkan dapat menambah wawasan pembaca,
dan dapat dijadikan acuan atau perbandingan dalam melanjutkan studi
lanjutan, khususnya dibidang studi analisis biaya dan manfaat.

1.5

Ruang Lingkup
Penelitian ini dilakukan untuk menganalisis kelayakan usaha pengolahan

kopi arabika dan bioetanol. Pembahasan penelitian ini hanya mencakup aspekaspek yang ada pada unit pengolahan kopi arabika Usaha Tani Empat di Desa
Sukorejo, Kecamatan Sumberwringin, Kabupaten Bondowoso.

BAB 2
KAJIAN PUSTAKA

2.1

Kopi
Kopi termasuk kelompok tanaman semak belukar dengan genus Coffea.

Kopi termasuk kedalam famili Rubiacea, subfamili Ixoroidea, dan suku Coffea.
Seorang bernama Linnaeus merupakan orang yang pertama mendeskripsikan
spesies kopi (Coffea arabica) pada tahun 1753. Menurut Bridson dan Vercourt
(1988) dalam Panggabean (2011) kopi dibagi menjadi dua genus, yakni Coffea
dan Psilanthus. Genus Coffea terbagi menjadi dua subgenus, yakni Coffea dan
Baracoffea. Subgenus coffea terdiri dari 88 spesies dan subgenus Baracoffea tujuh
spesies (Panggabean 2011).
Tanaman kopi diduga berasal dari Benua Afrika tepatnya dari Negara
Ethiopia. Pada abad ke-9 seorang pemuda bernama Kaldi tidak sengaja memakan
biji kopi mentah yang didapat dari semak belukar. Kaldi merasakan perubahan
yang luar biasa setelah memakan biji kopi tersebut, lalu dia menceritakan hal
tersebut kepada warga sekitar. dan menyebar hingga ke berbagai daerah. Biji
mentah yang dimakan tersebut merupakan biji kopi (coffea bean) atau sering
disingkat dengan “bean”. Selain coffea bean atau bean, penyebutan lainnya adalah
coffea, qawah, café, buni, mbuni, koffie, akeita, kafe, kava, dan kafo. Pada abad
ke-17 biji kopi dibawa ke India dan ditanam oleh beberapa orang. Selanjutnya,
seorang berkebangsaan Belanda tidak sengaja melihat perkebunan kopi di India
dan tertarik untuk membudidayakannya. Berawal dari para pedagang Venezia biji
kopi mulai menyebar ke seluruh benua Eropa.
Indonesia adalah tempat perkebunan kopi pertama di luar Arabia dan
Ethiopia. Penyebaran tanaman kopi di Indonesia khususnya di Pulau Jawa berawal
ditahun 1696. Pada tahun 1696 Gubernur Belanda di Malabar mengirim biji kopi
kepada Gubernur Belanda di Batavia. Pengiriman biji kopi pertama hilang karena
banjir yang terjadi di Batavia, pengiriman kedua dilakukan pada tahun 1699.
Perkebunan kopi di Indonesia dimonopoli oleh Vereenigde Oostindische
Compagnie (VOC) dari tahun 1725 hingga tahun 1780 (Budiman 2012). Ekspor

12

kopi pertama dilakukan pada tahun 1711 oleh VOC, dalam tempo 10 tahun ekspor
meningkat hingga 60 ton/bulan.
Pada tahun 1700an harga kopi yang dikirim dari Batavia sekitar tiga
guilder/kg, dihitung dengan kurs saat ini harga kopi menjadi sangat mahal pada
saat itu. Akhir abad 18 harga kopi mulai turun menjadi 0.6 guilder/kg, sehingga
kopi dapat dinikmati oleh kalangan luas. Terlihat bahwa perdagangan kopi sangat
menguntungkan VOC tetapi tidak bagi petani kopi di Indonesia saat itu, karena
VOC menerapkan sistem cultivation (tanam paksa) dalam budidaya kopi di
Indonesia. VOC kemudian melebarkan sayap dengan menanam kopi di luar Jawa
seperti di Sumatera, Bali, Sulawesi, dan Timor. Kopi robusta mulai diperkenalkan
di Indonesia ditahun 1900an sebagai penganti kopi arabika yang hancur karena
penyakit (Budiman 2012).

2.2

Usaha Tani Kopi
Di Indonesia tanaman kopi dibudidayakan oleh rakyat dan perkebunan besar

seperti di Aceh, Sumatera Utara, Sumatera Barat, Sumatera Selatan, Lampung,
Bengkulu, Jawa Timur, Bali, Sulawesi Selatan, NTT, dan Timur-timur. Tanaman
kopi dapat tumbuh dengan baik apabila faktor yang berpengaruh terhadap
pertumbuhan dan pemeliharaan tanaman dapat dioptimalkan dengan baik. Syarat
pertumbuhan kopi secara umum, yaitu varietas unggul atau klon, tanah, iklim,
ketinggian tempat, dan pemeliharaan. Setiap daerah memiliki varietas dan klon
unggul yang berbeda-beda. Artinya suatu klon unggul yang baik di suatu daerah
belum tentu hasilnya optimal jika ditanam di daerah lainnya. Jenis arabika dari
suatu daerah memiliki karakter (cita rasa dan aroma) yang berbeda dengan daerah
lainnya begitu juga dengan jenis robusta (Murtiningrum 2013).
Tanah yang digunakan sebagai media tumbuh tanaman kopi adalah tanah
yang baik, yang memiliki ciri mempunyai lapisan topsoil yang tebal. Umumnya
ini terdapat di daerah dataran tinggi yang memiliki kandungan organik yang
cukup banyak dan tidak terlalu banyak terkontaminasi polusi udara. Tanaman kopi
sebaiknya ditanam di tanah yang memiliki kandungan hara dan organik yang
tinggi. Curah hujan mempengaruhi pembentukan bunga hingga menjadi buah.
Jumlah curah hujan yang masih bisa ditolerir untuk menanam kopi arabika sekitar

13

1 000-1 500 mm/tahun. Sementara itu, curah hujan untuk kopi robusta maksimum
2 000 mm/tahun.
Penanaman perkebunan kopi di suatu daerah perlu melihat data klimatologi
daerah tersebut selama lima tahun terakhir. Pasalnya daerah yang berada di atas
ketinggian 1 000 meter di atas permukaan laut (mdpl) dan memiliki curah hujan
yang baik, umumnya justru memiliki musim kering relatif pendek. Sebaliknya,
tanaman kopi membutuhkan musim kering yang agak panjang untuk memperoleh
produksi yang optimal. Ketinggian tempat untuk perkebunan kopi arabika sekitar
1 000-2 100 mdpl. Semakin tinggi lokasi perkebunan kopi arabika, rasa atau
karakter kopi yang dihasilkan semakin baik dan enak. Sementara ketinggian yang
optimal untuk kopi robusta sekitar 400-1 200 mdpl (Panggabean 2011).
Secara umum bibit dapat dibedakan menjadi dua, yakni generatif dan
vegetatif. Bibit yang berasal dari penyambungan atau okulasi (vegetatif) relatif
lebih baik. Pasalnya, petani dapat memilih batang yang pertumbuhannya baik
dengan klon yang menghasilkan buah relatif banyak dan sudah diuji sebelumnya.
Selain itu bibit vegetatif umumnya sudah teruji dari hama dan penyakit. Jika
menggunakan bibit yang berasal dari vegetatif, umur bibit sebaiknya sekitar
delapan bulan. Bibit yang digunakan baiknya sudah teruji hingga beberapa
generasi. Tujuannya agar dapat memprediksikan hasil produksi yang akan
diperoleh. Sementara itu, jika bibit yang akan digunakan berasal dari persemaian
(generatif) biasanya membutuhkan waktu yang lebih lama, yaitu bibit yang
berumur satu tahun (Panggabean 2011).
Tanaman kopi memerlukan pupuk sebagai salah satu sumber hara. Namun,
sebagian petani sering meninggalkan perlakuan ini, khususnya setelah tanaman
kopi mulai panen. Pemupukan sebaiknya dilakukan dua kali setahun atau
menyesuaikan dengan pertumbuhan dan perkembangan tanaman kopi. Waktu
pemupukan sebaiknya dilakukan pada akhir musim kemarau dan akhir musim
hujan. Pemberian pupuk dilakukan hingga tanaman kopi berumur dua tahun.
Pupuk yang digunakan pada umumnya harus mengandung unsur-unsur Nitrogen,
Phospat, dan Kalium dalam jumlah yang cukup banyak serta unsur-unsur mikro
lainnya yang diberikan dalam jumlah kecil. Ketiga jenis tersebut dijual di pasaran

14

sebagai pupuk urea atau Za yang merupakan sumber Nitrogen, Triple Super
Phospat (TSP), dan KCl.
Selain penggunaan pupuk tunggal, di pasaran juga tersedia penggunaan
pupuk majemuk. Pupuk tersebut berbentuk tablet atau briket yang mengandung
unsur NPK dan unsur-unsur mikro. Selain pupuk anorganik tersebut, tanaman
kopi sebaiknya juga dipupuk dengan pupuk organik seperti pupuk kandang atau
kompos. Pemberian pupuk anorganik dilakukan dua kali setiap tahun yaitu pada
awal dan akhir musim hujan dengan meletakkan pupuk tersebut di dalam tanah
(sekitar 10-20 cm dari permukaan tanah) dan disebarkan di sekeliling tanaman.
Adapun pemberian pupuk kandang hanya dilakukan pada tahun pertama
(penanaman pertama).
Beberapa

kegiatan

dalam

pemeliharaan

tanaman

kopi

menurut

Murtiningrum (2013), yaitu:
a.

Pemupukan
1.

Pupuk anorganik diberikan dua kali setahun, pada awal dan akhir
musim hujan. Setiap tanaman dipupuk dengan urea sebanyak 50 gr, SP
36 sebanyak 25 gr, dan KCl 20 gr.

2.

Pupuk organik yang diberikan adalah mulsa yang berasal dari daundaun atau serasah di sekitar tanaman kopi. Pupuk tersebut diberikan
satu sampai dua tahun pada awal musim hujan bersamaan dengan
pemberian pupuk buatan.

b.

Pemangkasan
Pemangkasan sebaiknya dilakukan pada awal atau akhir musim hujan
setelah pemupukan, sehingga tanaman sudah mempunyai simpanan
makanan yang cukup sebelum dipangkas. Hal ini dilakukan agar tanaman
tidak mudah terserang penyakit dan berproduksi dengan optimal serta tidak
sulit dipanen. Ada empat tahap pemangkasan kopi, yaitu pemangkasan
pembentukan tajuk, produksi atau pemeliharaan, cabang primer, dan
peremajaan.

c.

Pencegahan dan pengendalian hama penyakit serta gulma
Tanaman kopi harus dihindarkan dari serangan hama, penyakit, dan gulma.
Hal ini dikarenakan ketiga faktor tersebut dapat menurunkan produksi dan

15

mutu kopi yang dihasilkan. Oleh sebab itu kegiatan tersebut harus dilakukan
dengan baik dan intensif.
Setelah dilakukan proses pemupukan, pemeliharaan tanaman, dan
pengendalian hama tibalah masa panen. Panen dilakukan ketika buah kopi sudah
berwarna merah hingga merah tua. Panen umumnya dilakukan pada bulan Maret
hingga Agustus setiap dua minggu sekali. Tanaman kopi yang dirawat dengan
baik biasanya sudah mulai berproduksi pada umur 2.5-3 bahkan empat tahun,
tergantung pada iklim dan jenisnya. Tanaman kopi robusta biasanya sudah dapat
berproduksi pada umur 2.5 tahun. Adapun kopi arabika dapat mulai berproduksi
pada umur 2.5-3 tahun dan bahkan ada yang delapan bulan sudah menghasilkan
jika menggunakan bibit vegetatif (Najiyati dan Danarti 1995).
Umur ekonomis kopi dapat mencapai 10-15 tahun. Kopi arabika dapat
berproduksi hingga 10 tahun, sedangkan kopi robusta dapat mencapai 15 tahun.
Tingkat produksi kopi sangat dipengaruhi oleh tingkat pemeliharaannya, seperti
pemupukan, pemberantasan terhadap hama penyakit, dan juga pada pemilihan
bibit (Najiyati dan Danarti 1995). Awalnya jumlah buah kopi yang dipanen masih
sedikit. Setelah itu, jumlah buah kopi yang dipanen terus meningkat, dari panen
tahun kedua hingga tahun ke-14. Satu pohon kopi dapat menghasilkan 1.5-2.5 kg
biji kopi (green bean) per tahun. Dalam satu hektar perkebunan kopi, tenaga
panen yang digunakan biasanya sebanyak 2-4 orang (Panggabean 2011).
Buah kopi hasil panen, seperti halnya produk pertanian yang lain, perlu
segera diolah menjadi bentuk akhir yang stabil agar aman untuk disimpan dalam
jangka waktu tertentu. Kriteria mutu biji kopi yang meliputi aspek fisik, cita rasa
dan kebersihan serta aspek keseragaman dan konsistensi sangat ditentukan oleh
perlakuan pada setiap tahapan proses pengolahannya. Oleh karena itu, tahapan
proses dan spesifikasi peralatan pengolahan kopi yang menjamin kepastian mutu
harus didefinisikan secara jelas. Demikian juga perubahan mutu yang terjadi pada
setiap tahapan proses, perlu dimonitor secara rutin agar pada saat terjadi
penyimpangan dapat dikoreksi secara cepat dan tepat. Sebagai langkah akhir,
upaya perbaikan mutu akan mendapatkan hasil yang optimal jika disertai dengan
mekanisme tata niaga kopi rakyat yang berorientasi pada mutu (Budiman 2012).
Pada pengolahan biji kopi dikenal dua macam proses, antara lain:

16

1.

Proses kering
Proses kering amat sederhana dan tidak memerlukan peralatan khusus.
Setelah dipetik, kopi biasanya dikeringkan dengan cara dijemur selama 10
sampai 15 hari setelah itu kopi tersebut dikupas. Hampir semua kopi
Arabika dari Brazil melalui proses kering dan kualitasnya tetap bagus
karena kopi yang dipetik biasanya telah betul-betul matang atau berwarna
merah.

2.

Proses basah
Pada proses basah diperlukan peralatan khusus dan hanya bisa memproses
biji kopi yang telah benar-benar matang. Proses jenis ini biasanya dilakukan
oleh perkebunan besar dengan peralatan yang memadai termasuk mekanik
yang memadai, sehingga mereka tidak tergantung pada cahaya matahari
untuk mengeringkan kopi tersebut.
Pengolahan secara basah memiliki keunggulan dari pengolahan secara

kering. Beberapa keunggulan tersebut adalah proses lebih cepat, kapasitas
pengolahan lebih besar dan biji kopi yang dihasilkan mutunya relatif lebih baik.
Sedangkan kelemahan pengolahan secara basah antara lain biaya pengolahan lebih
mahal, memerlukan investasi sarana yang cukup mahal, dan menyebabkan
pencemaran lingkungan karena air buangan pengolahan.

2.3

Bioetanol
Bioetanol merupakan senyawa alkohol yang diperoleh melalui proses

fermentasi biomassa dengan bantuan mikroorganisme. Menurut Yudiarto (2008),
bioetanol adalah etanol atau alkohol yang diproses dari bagian tertentu tumbuhan.
Bioetanol dapat diolah dari berbagai sumber bahan baku yang mudah diperoleh.
Sumber bioetanol adalah tanaman yang mengandung pati seperti umbi singkong,
gula (batang tebu), dan serat selulosa (rumput dan jerami) (Yudiarto 2008).
Menurut Chemiawan (2007), substrat yang dapat difermentasikan menjadi
bioetanol ada tiga, yaitu:
1.

Bahan bergula (sugary materials): tebu dan sisa produknya (molase,
bagase), gula bit, tapioka, kentang manis, sorgum manis, dan lain - lain.

17

2.

Bahan-bahan berpati (starchy materials): tapioka, maizena, barley, gandum,
padi, dan kentang. Jagung dan ubi kayu adalah dua kelompok substrat yang
menarik perhatian. Sebanyak 11.7 kg tepung jagung dapat dikonversi
menjadi tujuh liter etanol.

3.

Bahan-bahan lignoselulosa (lignosellulosic material): sumber selulosa dan
lignoselulosa berasal dari limbah pertanian dan kayu. Akan tetapi, hasil
etanol dari lignoselulosa sedikit karena kurangnya teknologi untuk
mengkonversi gula pentosa menjadi etanol. Sebanyak 409 liter etanol dapat
diproduksi dari satu ton lignoselulosa.
Dalam dunia industri, etanol umumnya dipergunakan sebagai bahan baku

industri turunan alkohol, campuran untuk minuman keras, serta bahan baku
farmasi dan kosmetika. Menurut Prihardana dan Samsuri (2008) berdasarkan
kadar alkoholnya, etanol terbagi menjadi tiga grade sebagai berikut:
a.

Grade industri dengan kadar alkohol 90-94%,

b.

Netral dengan kadar alkohol 96-99.5%, umumnya digunakan untuk
minuman keras atau bahan baku obat dalam industri farmasi,

c.

Grade bahan bakar dengan kadar alkohol di atas 99.5%.
Secara umum produksi bioetanol mencakup tiga rangkaian proses yaitu,

persiapan bahan baku, fermentasi dan pemurnian. Bahan baku bioetanol bisa
diperoleh dari berbagai tanaman yang menghasilkan gula misal tebu dan molase
dan juga tanaman penghasil pati atau tepung seperti jagung, singkong dan juga
sagu. Pada tahapan persiapan, bahan baku berupa padatan harus dikonversi
terlebih dahulu menjadi larutan gula sebelum akhirnya difermentasi untuk
menghasilkan etanol, sedangkan bahan-bahan yang sudah dalam bentuk larutan
gula misal molase dapat secara langsung difermentasi. Bahan padatan dikenai
perlakuan pengecilan ukuran dan juga tahap pemasakan.
Tahap fermentasi merupakan tahap kedua dalam proses produksi bioetanol.
P