Analisis Finansial dan Kontribusi Usahatani Kopi Arabika (Coffea arabica) Terhadap Pendapatan Keluarga di Desa Paraduan Kecamatan Ronggur Nihuta Kabupaten Samosir

(1)

ARABIKA (Coffea arabica) TERHADAP PENDAPATAN KELUARGA DI DESA PARADUAN KECAMATAN RONGGUR NIHUTA

KABUPATEN SAMOSIR

SKRIPSI

OLEH :

AGFANTI SIANIPAR 110304033 AGRIBISNIS

PROGRAM STUDI AGRIBISNIS FAKULTAS PERTANIAN UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

MEDAN 2016


(2)

KABUPATEN SAMOSIR

SKRIPSI OLEH :

AGFANTI SIANIPAR 110304033 AGRIBISNIS

Skripsi sebagai Salah Satu Syarat untuk dapat Memperoleh Gelar Sarjana di Program Studi Agribisnis Fakultas Pertanian

Universitas Sumatera Utara, Medan

Disetujui Oleh : Komisi Pembimbing

Ketua Komisi Pembimbing Anggota Komisi Pembimbing

(Ir Luhut Sihombing, MP) (Sri Fajar Ayu, SP, MM,DBA)

NIP. 196510081992031001 NIP. 197008272008122001

PROGRAM STUDI AGRIBISNIS FAKULTAS PERTANIAN UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

MEDAN 2016


(3)

AGFANTI SIANIPAR (110304033) dengan judul penelitian ANALISIS

FINANSIAL DAN KONTRIBUSI USAHATANI KOPI ARABIKA (Coffea

arabica) TERHADAP PENDAPATAN KELUARGA DI DESA PARADUAN

KECAMATAN RONGGUR NIHUTA KABUPATEN SAMOSIR. Penelitian

ini dibimbing oleh Bapak Ir. Luhut Sihombing, MP dan Ibu Sri Fajar Ayu, SP,MM,DBA.

Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui bagaimana kelayakan finansial agribisnis kopi Arabika di daerah penelitian, untuk mengetahui besar kontribusi pendapatan agribisnis kopi Arabika terhadap pendapatan keluarga di daerah penelitian dan untuk mengetahui hambatan-hambatan teknis usahatani kopi Arabika dalam upaya peningkatan produktivitas normal.

Penentuan daerah penelitian dilakukan secara purposive sampling (sampling dengan maksud tertentu), karena Desa Paraduan memiliki luas lahan terbesar di Kecamatan Ronggur Nihuta tetapi memiliki produktivitas terendah kedua dan dengan pertimbangan bahwa di Desa Paraduan penduduknya 93% adalah petani kopi Arabika. Metode analisis yang digunakan adalah analisis kelayakan yaitu metode analisis NPV, Net B/C dam IRR, serta metode analisis proporsi (kontribusi pendapatan keluarga) dana analisis deskriptif tentang hambatan-hambatan teknis usahatani kopi Arabika terhadap upaya peningkatan produktivitas normal.

Hasil dari penelitian adalah analisis kelayakan yaitu NPV yaitu sebesar Rp. 2.113.081 dan Net B/C yaitu sebesar Rp. 1.546 dan IRR yaitu sebesar 4,9% , kontribusi pendapatan usahatani kopi Arabika terhadap pendapatan keluarga yaitu sebesar 50% dan hambatan hambatan teknis yaitu hambatan internal yaitu kurangnya modal dan sikap pasrah petani serta hambatan internal yaitu kurangnya perhatian seta peran pemerintah dan harga juaal kopi yang rendah.


(4)

Agfanti Hanna Lamhinsa Sianipar lahir di Kampung Sukarame, Kecamatan Tanah Jawa, Kabupaten Simalungun pada tanggal 06 Agustus 1993 anak dari Bapak Manson Sianipar (Alm) dan Ibu Dameria Siallagan. Penulis merupakan anak kelima dari lima bersaudara.

Pendidikan yang pernah ditempuh penulis adalah sebagai berikut :

1. Tahun 1999 masuk Sekolah Dasar di SD Negeri 095199 Kampung Melayu , Kecamatan Tanah Jawa dan tamat pada tahun 2005.

2. Tahun 2005 masuk Sekolah Menengah Pertama di SMP Negeri 1 Balimbingan, Kecamatan Tanah Jawa dan tamat tahun 2018.

3. Tahun 2008 masuk Sekolah Menengah Atas di SMA Swasta RK Budi Mulia Pematangsiantar dan tamat tahun 2011.

4. Tahun 2011 diterima di Program Studi Agribisnis, Fakultas Pertanian, Universitas Sumatera Utara melalui jalur SNMPTN tertulis.

5. Bulan Agustus hingga September 2014 melaksanakan Praktek Kerja Lapangan (PKL) di Desa Secanggang, Kecamatan Secanggang, Kabupaten Langkat.

6. Melaksanakan Penelitian pada bulan Oktober 2015 di Desa Paraduan, Kecamatan Ronggur Nihuta, Kabupaten Samosir.


(5)

Puji syukur penulis panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa yang telah mencurahkan hikmat dan karunia-Nya serta kesehatan sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini dengan baik dan lengkap. Adapun judul skripsi adalah “Analisis Finansial dan Kontribusi Usahatani Kopi Arabika (Coffea arabica) terhadap Pendapatan Keluarga di Desa Paraduan, Kecamatan Ronggur

Nihuta, Kabupaten Samosir” Penyelesaian skripsi ini tidak terlepas dari bimbingan,dukungan,dan bantuan dari berbagai pihak. Oleh karena itu, pada kesempatan ini secara khusus penulis mengucap terimakasih yang sebesar-besarnya kepada Bapak Ir. Luhut Sihombing,MP, selaku Ketua Komisi Pembimbing skripsi yang telah meluangkan waktunya memberikan bimbingan dan arahan serta banyak pengetahuan dan pengalaman hidup serta saran dengan penuh kesabaran sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini dengan baik. Serta Ibu Sri Fajar Ayu, SP,MP,DBA selaku Anggota komisi Pembimbing yang telah meluangkan waktunya memberikan bimbingan dan rahan serta saran dengan penuh kesabaran sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini dengan baik. Pada kesempatan ini penulis juga ingin mengucapkan terima kasih kepada pihak-pihak berikut ini yang telah memberikan banyak dukungan dan bantuan kepada penulis,

1. Ibu Dr. Ir. Salmiah, MS dan Bapak Dr. Ir. Satia Negara Lubis, Mec selaku Ketua dan Sekretaris Program Studi Agribisnis Fakultas Pertanian Universitas Sumatera Utara.


(6)

3. Bapak dan Ibu Dosen serta Staf Pegawai Program Studi Agribisnis Fakultas Pertanian Universitas Sumatera Utara yang telah banyak memberikan banyak pengetahuan selama masa pendidikan di Fakultas Pertanian.

4. Kedua orangtua penulis, Ayahanda tercinta Manson Sianipar (Alm) dan Ibunda tercinta Dameria Siallagan ,yang telah membesarkan dan memberikan dukungan baik secara moril maupun materi dan mendoakan penulis setiap waktu dalam menyelesaikan pendidikan di Fakultas Pertanian Universitas Sumatera Utara.

5. Abang dan Kakak Penulis, Abangda Andi Sianipar,SE & kak Novelina Suryani Tampubolon, SE, Abangda Herbeth Sianipar, Abangda Pandapotan Sianipar, SE & kak Ririn Rena Simbolon, AMK, Abangda Octava Formen Sianipar & kak Florentina Silaen, yang telah memberikan semangat, materi dan doa kepada penulis.

6. Kepala Desa Paraduan , Kecamatan Ronggur Nihuta, Kabupaten Samosir, Bapak Hotdin Gurning, Petugas Penyuluh Lapangan (PPL) Desa Paraduan, Bapak Togar Malau,SP, Ibu-ibu Pembinaan Kesejahteraan Keluarga (PKK) Desa Paraduan serta masyarakat Desa Paraduan yang sudah saya anggap seperti keluarga sendiri secara khusus kepada Keluarga J. Gurning/br. Simbolon (Op. Berliana), yang telah memberikan banyak bantuan kepada penulis serta izin untuk melakukan penelitian di Desa Paraduan.

7. Unit Kegiatan Mahasiswa , Kegiatan Mahasiswa Kristen (UKM KMK) Universitas Sumatera Utara, yang menjadi tempat Penulis dapat bertumbuh


(7)

8. secara rohani, dan kepada Kelompok Kecil Letare (Rany Sitohang,SP, Ismael Limbong,SP, Donna Hutagalung), kedua kakak PKK terhebat yaitu kak Ester Purba,SP & kak Octa Manurung, SP serta Panitia Retreat Pembinaan UKM KMK USU, yang telah memberikan dukungan dan doa kepada penulis.

9. Sahabat-sahabat penulis, Apryanti Siagian, SKep, Arga Saragih, Johana Batubara, Vyvyan Siagian, Vanny Vitha dan keluarga, Rut Siahaan, Budi Bramantara Telaumbanua, Daniel Siahaan,SP, serta Titus Sembiring,SP, yang telah memberikan dukungan semangat dan doa dan yang telah menemani penulis dari awal hingga akhir dapat memperoleh gelar sarjana pertanian.

10. Kawan-kawan Seperjuangan, Agri Manda Damanik, SP, Novita Sinaga,SP, Surya Alexander,SP, Febri Al Rasyid, Claudia Laia, Robby Rumapea, Hermawan Damanik, Alun Faruqi, Putri Filza Hidayat, Ahmad Riandy Hrp, Abdillah Al Hazmi, Denti Juli, Dena Ambarita,SP, Dian Pebriyani serta Anak Sukses-KRD dan Kawan-Kawan 2011 yang tidak bisa saya sebutkan satu persatu.

11. Abang Kakak Senior , khususnya stambuk 2005,2008,2009,2010 yang telah banyak membantu serta memberiakan motivasi baik secara langsung maupun tidak langsung.

12. Teman-teman PKL , Cutyunita Sari, Risayanti Diannisa Siregar,SP, Budi Ginting, SP, dan Alief Ya Hutomo.


(8)

dan penulisan skripsi ini.

Penulis menyadari bahwa skripsi ini masih jauh dari sempurna. Oleh karena itu, penulis mengharapkam kritik dan saran demi kesempurnaan skripsi ini. Akhirnya penulis ucapkan terimakasih dan berharap semoga skripsi ini bermanfaat bagi semua pihak yang bersangkutan.

Medan, Januari 2016


(9)

ABSTRAK ... i

RIWAYAT HIDUP ... ii

KATA PENGANTAR ... iii

DAFTAR ISI ... v

DAFTAR TABEL ... vii

DAFTAR GAMBAR ... viii

DAFTAR LAMPIRAN ... ix

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang ... 1

1.2 Identifikasi Masalah ... 7

1.3 Tujuan Penulisan ... 7

1.4 Kegunaan Penulisan ... 8

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Tinjauan Pustaka ... 9

2.1.1 Tinjauan Agronomi Tanaman Kopi ... 9

2.1.2 Tinjauan Ekonomi Tanaman Kopi ... 11

2.1.3 Prospek dan Keberhasilan tanaman Kopi sebagai Tanaman Penyegar ... 13

2.1.4 Tinjauan Finansial Tanaman Kopi ... 15

2.2 Landasan Teori ... 18

2.3 Penelitian Terdahulu ... 25

2.4 Kerangka Pemikiran ... 27

2.5 Hipotesis Penelitian ... 31

BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Metode Penentuan Daerah Penelitian... 32

3.2 Metode Penentuan Sampel ... 33

3.3 Metode Pengumpulan Data ... 34

3.4 Metode Analisis Data ... 35

3.5 Defenisi dan Batasan Operasional ... 40

3.5.1 Defenisi ... 40


(10)

4.1.2 Demografi ... 42

4.1.3 Sarana dan Prasarana... 44

4.1.4 Distribusi Penduduk Menurut Agama Yang Dianut…………...45

4.2 Karakteristik Sampel ... 46

4.2.1 Umur Petani Sampel ... 46

4.2.2 Pendidikan Petani Sampel ... 47

4.2.3 Luas lahan kopi arabika Petani Sampel ... 48

4.2.4 Jumlah Tanggungan Keluarga ... 49

4.2.5 Umur Tanaman Kopi Arabika ... 50

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN 5.1 Kelayakan Usahatani kopi Arabika ... 52

5.1.1 Secara Teori ... 52

5.1.2 Secara Aktual (Pengamatan lapangan) ... 55

5.2 Ketersediaan Lahan dan Sarana Produksi ... 57

5.2.1 Lahan ... 57

5.2.2 Tenaga Kerja ... 57

5.2.3 Sarana Produksi ... 59

5.2.4 Alat alat Pertanian ... 62

5.3 Penerimaan Petani ... 64

5.4 Pendapatan Bersih Petani Kopi ... 65

5.5 Analisis Finansial Usahatani Kopi ... 66

5.5.1 Net Present Value (NPV) ... 66

5.5.2 Internal Rate of Return (IRR) ... 67

5.5.3 Benefit-cost ratio (B/C) ... 67

5.6 Kontribusi Pendapatan Usahatani kopi Arabika terhadap Total Pendapatan Keluarga ... 68

5.7 Hambatan-Hambatan Teknis dalam Usahatani Kopi Arabika ... 70

BAB IV KESIMPULAN DAN SARAN 6.1 Kesimpulan ... 73

6.2 Saran ... 74

DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN


(11)

No Judul Halaman

1 Luas Tanaman dan Produksi kopi Arabika Perkebunan Rakyat Menurut Kabupaten Tahun 2013

3 2 Luas Tanaman dan produksi Kopi Menurut Kecamatan

di Kabupaten Samosir 2006 – 2012

5 3 Luas Tanam, Produksi, dan Produktivitas Kopi Arabika

menurut Kecamatan di Kabupaten Samosir Tahun 2012.

5

4 Komposisi kimia, Vitamin dan Mineral Kopi Arabika 14 5 Luas Tanaman dan produksi Kopi Menurut Kecamatan

di Kabupaten Samosir 2014

32 6 Distribusi Penduduk Berdasarkan Jenis Kelamin di

Desa Paraduan Kecamatan Ronggur Nihuta Kabupaten Samosir Tahun 2015

42

7 Distribusi Penduduk Berdasarkan Umur di Desa Paraduan , Kecamatan Ronggur Nihuta, Kabupaten Samosir, Tahun 2015

43

8 Distribusi Penduduk Berdasarkan Jenis Pekerjaan di Desa Paraduan Kecamatan Ronggur Nihuta Kabupaten Samosir Tahun 2015

44

9 Sarana dan Prasarana di Desa Paraduan, Kecamatan Ronggur Nihuta, Kabupaten Samosir, Tahun 2015

45 10 Sarana dan Prasarana di Desa Paraduan, Kecamatan

Ronggur Nihuta, Kabupaten Samosir, Tahun 2014

45 11 Keadaan Umur Petani Sampel di Desa Paraduan,

Kecamatan Ronggur Nihuta, Kabupaten Samosir, Tahun 2015

46

12 Tingkat Pendidikan Petani Sampel di Desa Paraduan, Kecamatan Ronggur Nihuta, Kabupaten Samosir, Tahun 2015

47

13 Luas lahan Penanaman kopi Arabika Petani Sampel di Desa Paraduan, Kecamatan Ronggur Nihuta, Kabupaten Samosir, Tahun 2015

48

14 Jumlah Tanggungan Petani Sampel di Desa Paraduan, Kecamatan Ronggur Nihuta, Kabupaten Samosir, Tahun 2015.

49

15 Umur Tanaman kopi Arabika Petani Sampel di Desa Paraduan, Kecamatan Ronggur Nihuta, Kabupaten Samosir, tahun 2015.

50

16 Rata-Rata biaya Penggunaan Tenaga Kerja di Desa Paraduan, Kecamatan Ronggur Nihuta, Kabupaten Samosir Tahun 2015


(12)

18 Rata-Rata Jumlah dan Biaya Pupuk untuk Usahatani kopi Arabika di Desa Paraduan, Kecamatan Ronggur Nihuta , Kabupaten Samosir tahun 2015

61

19 Rata-Rata Jumlah dan Biaya Pestisida untuk Usahatani kopi Arabika di Desa Paraduan, Kecamatan Ronggur Nihuta , Kabupaten Samosir tahun 2015

62

20 Rata-Rata Biaya Penyusutan Peralatan Usahatani kopi Arabika di Desa Paraduan, Kecamatan Ronggur Nihuta , Kabupaten Samosir tahun 2015

63

21 Rata-Rata Total Biaya Produksi Kopi Arabika Petai Sampel Selama Tahun 2015 Di Desa Paraduan, Kecamatan Ronggur Nihuta , Kabupaten Samosir

64

22

23 24

25

Rata-Rata Penerimaan Petani Kopi Arabika Per Petani Dan Per Hektar Di Desa Paraduan Kecamatan Ronggur Nihuta, Kabupaten Samosir Tahun 2015

Rata-Rata Pendapatan Bersih Petani Kopi Arabika Per Petani Dan Per Hektar Di Desa Paraduan Kecamatan Ronggur Nihuta, Kabupaten Samosir Tahun 2015 Kriteria Kelayakan Finansial Usahatani Kopi Arabika di Desa Paraduan, Kecamatan Ronggur Nihuta, Kabupaten Samosir 2015.

Kontribusi Masing-Masing Sumber Pendapatan Petani Sampel Terhadap Total Pendapatan Petani Sampel Selama Tahun 2015 Di Desa Paraduan, Kecamatan Ronggur Nihuta, Kabupaten Samosir.

65

65 68


(13)

No Judul Halaman


(14)

No Judul Lampiran

1 Karakteristik Petani Sampel

2 Data Penggunaan Input Produksi Bibit(per petanitahun) 3 Data Penggunaan Input Produksi Pupuk Per Petani/tahun 4 Biaya Penggunaan Input Produksi Pupuk Per petani/tahun 5 Data Penggunaan Pestisida Per Petani/tahun

6 Data Penggunaan Pestisida dan Biaya Pestisida Per Petani/tahun 7 Data Penggunaan Peralatan Usahatani Per Petani/tahun

8 Data Penggunaan Peralatan Usahatani dan Biaya Peralatan Usahatan Per Petani/tahun

9 Data Penggunaan Tenaga Kerja Per Petani/tahun

10 Data rekapitulasi Penggunaan Tenaga Kerja dalam dan Luar Keluarga (per petani/tahun)

11 Data Penggunaan Tenaga Kerja dan Biaya Tenaga kerja (per petani/tahun)

12 Biaya tanaman Usahatani Kopi arabika (per petani/tahun)

13 Biaya Variabel (Variable Cost) dan Biaya Tetap (Fixed Cost) Usahatani Kopi arabika (Per petani/tahun)

14 Data produksi, harga Jual, dan penerimaan Kopi Arabika (per petani/tahun)

15 Data Biaya Penggilingan Kopi Arabika (per petani/tahun)

16 Data jumlah Penerimaan,Biaya Tanaman, Biaya Penggilingan Kopi Usahatani Kopi Arabika (per petani/tahun)

17 Biaya produksi Kopi Arabika (per petani/tahun)

18 Data Jumlah Penerimaan, Biaya Produksi, dan Pendapatan Usahatani Kopi Arabika (per petani/tahun)

19 Analisis Finansial Usahatani Kopi Arabika di Desa Paraduan, Kecamatan Ronggur Nihuta, Kabupaten Samosir

20 Data Penggunaan Input Produksi Bibit(per hektar/tahun) 21 Data Penggunaan Input Produksi Pupuk Per hektar/tahun 22 Biaya Penggunaan Input Produksi Pupuk Per hektar/tahun 23 Data Penggunaan Pestisida Per hektar/tahun

24 Data Penggunaan Pestisida dan Biaya Pestisida Per hektar/tahun 25 Biaya Peralatan Usahatan Per hektar/tahun

26 Data Penggunaan Tenaga Kerja Per Hektar/tahun

27 Data rekapitulasi Penggunaan Tenaga Kerja dalam dan Luar Keluarga (per hektar/tahun)

28 Data Penggunaan Tenaga Kerja dan Biaya Tenaga kerja (per hektar/tahun)

29 Biaya tanaman Usahatani Kopi arabika (per hektar /tahun)

30 Biaya Variabel (Variable Cost) dan Biaya Tetap (Fixed Cost) Usahatani Kopi arabika (Per hektar /tahun)


(15)

/tahun)

32 Data Biaya Penggilingan Kopi Arabika (per hektar/tahun)

33 Data jumlah Penerimaan,Biaya Tanaman, Biaya Penggilingan Kopi Usahatani Kopi Arabika (per hektar/tahun)

34 Biaya produksi Kopi Arabika (per hektar/tahun)

35 Data Jumlah Penerimaan, Biaya Produksi, dan Pendapatan Usahatani Kopi Arabika (per hektar/tahun)

36 37 38

Total Pendapatan dari Usahatani Non-kopi Arabika Total Pendapatan dari Non-Usahatani

Kontribusi Pendapatan dari Usahatani Kopi Arabika Terhadap Total Pendapatan Petani Sampel


(16)

AGFANTI SIANIPAR (110304033) dengan judul penelitian ANALISIS

FINANSIAL DAN KONTRIBUSI USAHATANI KOPI ARABIKA (Coffea

arabica) TERHADAP PENDAPATAN KELUARGA DI DESA PARADUAN

KECAMATAN RONGGUR NIHUTA KABUPATEN SAMOSIR. Penelitian

ini dibimbing oleh Bapak Ir. Luhut Sihombing, MP dan Ibu Sri Fajar Ayu, SP,MM,DBA.

Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui bagaimana kelayakan finansial agribisnis kopi Arabika di daerah penelitian, untuk mengetahui besar kontribusi pendapatan agribisnis kopi Arabika terhadap pendapatan keluarga di daerah penelitian dan untuk mengetahui hambatan-hambatan teknis usahatani kopi Arabika dalam upaya peningkatan produktivitas normal.

Penentuan daerah penelitian dilakukan secara purposive sampling (sampling dengan maksud tertentu), karena Desa Paraduan memiliki luas lahan terbesar di Kecamatan Ronggur Nihuta tetapi memiliki produktivitas terendah kedua dan dengan pertimbangan bahwa di Desa Paraduan penduduknya 93% adalah petani kopi Arabika. Metode analisis yang digunakan adalah analisis kelayakan yaitu metode analisis NPV, Net B/C dam IRR, serta metode analisis proporsi (kontribusi pendapatan keluarga) dana analisis deskriptif tentang hambatan-hambatan teknis usahatani kopi Arabika terhadap upaya peningkatan produktivitas normal.

Hasil dari penelitian adalah analisis kelayakan yaitu NPV yaitu sebesar Rp. 2.113.081 dan Net B/C yaitu sebesar Rp. 1.546 dan IRR yaitu sebesar 4,9% , kontribusi pendapatan usahatani kopi Arabika terhadap pendapatan keluarga yaitu sebesar 50% dan hambatan hambatan teknis yaitu hambatan internal yaitu kurangnya modal dan sikap pasrah petani serta hambatan internal yaitu kurangnya perhatian seta peran pemerintah dan harga juaal kopi yang rendah.


(17)

BAB I

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Perkembangan sektor pertanian di Indonesia sangat dirasakan manfaatnya lewat hasil-hasil pembangunan yang telah dicapai selama ini. Hal ini tidak dapat dipungkiri mengingat Indonesia memiliki modal kekayaan sumberdaya alam yang sangat besar, sehingga memberikan peluang bagi berkembangnya usaha-usaha pertanian, yang salah satunya adalah tanaman perkebunan khususnya tanaman kopi. Perkebunan kopi berbeda dengan perkebunan lainnya yang banyak dikuasai oleh perusahaan dan usaha perkebunan pemerintah, perkebunan kopi lebih banyak dikuasai oleh rakyat. Permasalahan yang sering dihadapi dalam mendapatkan kopi yang berkualitas adalah kesadaran dan kemampuan petani kopi yang berbeda-beda. Misalnya kampanye “petik merah” adalah usaha untuk mendorong petani untuk menunggu kopi menjadi matang dipetik, karena hal ini sangat mempengaruhi harga jual dan kualitas kopi dan yang lebih luas lagi adalah pencitraan kopi di daerah tersebut (Anggraini, 2006).

Saat ini luas areal perkebunan kopi di seluruh wilayah Indonesia telah mencapai kurang lebih 1,3 juta hektar dengan luas areal produktif mencapai 980.000 hektar. Dengan tingkat produktivitas rata-rata per tahun berkisar antara 740-850 kilogram per hektar, maka produksi kopi Indonesia per tahun dewasa ini mencapai 680.000 ton. Dari produksi tersebut , 90% berupa kopi robusta dan sisanya 10% berupa kopi arabika. Rendahnya tingkat produktivitas tersebut disebabkan karena 92%


(18)

kopi Indonesia dihasilkan oleh petani kopi rakyat yang rata-rata kepemilikan lahan per keluarga berkisar antara 0,8-1,5 hektar dengan tingkat pendidikan dan kemampuan budidaya kopi masih tergolong rendah sampai sedang (AEKI, 2012).

Bidang usaha kopi merupakan sumber penghidupan masyarakat diberbagai daerah dan menjadi salah satu sumber pendapatan devisa bagi negara. Perlu kiranya diadakan pengkajian mendalam mengenai prospek perkopian dunia dan peluang-peluang nyata bagi perkopian Indonesia untuk memenuhi kebutuhan pasar agar dapat meningkatkan perekonomian nasioanal maupun memperbaiki pendapatan masyarakat, terutama masyarakat petani-petani kopi (Siswoputranto, 1993).

Keberhasilan agribisnis kopi membutuhkan dukungan semua pihak yang terkait dalam proses produksi kopi pengolahan dan pemasaran komoditas kopi. Upaya meningkatkan produktivitas dan mutu kopi terus dilakukan sehingga daya saing kopi di Indonesia dapat bersaing dipasar dunia. Kandungan yang ada di dalam kopi selain protein, larutan kopi mengandung asam chiorogen, pembangkit chlor, yang merangsang keluarnya sama chloride dalam lambung. Juga kandungan kafein, yang bisa memacu peredaran darah. Namun dalam situasi yang peka, kafein murni bisa menjadi racun (Rahardjo, 2012).

Provinsi Sumatera Utara (Sumut) selama ini dikenal sebagai salah satu daerah penghasil kopi Arabika terbesar di Indonesia. Belakangan ini , klon yang banyak digunakan yaitu, Sigarar Utang Aceh Tengah (Ateng). Kopi arabika merupakan salah satu komoditas eksport, hal terlihat dari besarnya produksi yang dihasilkan oleh setiap Kabupaten di Sumatera Utara khususnya Tapanuli Utara, Humbahas, Dairi dan kabupaten lainnya. Berdasarkan data yang diperoleh dari Badan Pusat


(19)

Statistik (BPS) tahun 2013, Kabupaten dengan luas areal tanam kopi arabika terbesar di Sumatera Utara salah satunya ialah Kabupaten Samosir, yakni sebesar 2.712 ha selama tahun 2013, hal ini disebabkan karena di Kabupaten samosir semua petani kopi menanam Kopi Arabika. Hal ini dapat dilihat dari Tabel 1 :

Tabel 1. Luas Tanaman dan Produksi kopi Arabika Perkebunan Rakyat Menurut Kabupaten Tahun 2013

Sumber: Dinas Perkebunan Provinsi Sumatera Utara, 2013

Kabupaten/Kota Luas Tanaman(Ha) Produksi

TBM TM TTM Jumlah (ton)

Kabupaten

1. Nias - - - - -

2. Mandailing Natal 516,00 1 188,00 60,00 1 764,00 1 273,00

3. Tapanuli Selatan - - - - -

4. Tapanuli Tengah - - - - -

5. Tapanuli Utara 3 660,00 9 809,00 299,00 13 768,00 10 123,00 6. Toba Samosir 640,00 2 003,00 194,00 2 837,00 2 353,00

7. Labuhanbatu - - - - -

8. Asahan - - - - -

9. Simalungun 882,00 5 991,00 206,00 7 079,00 8 475,00 10. Dairi 2 292,00 7 398,00 927,00 10 617,00 9 583,00

11. Karo 895,00 4 797,00 198,00 5 890,00 6 848,00

12. Deli Serdang 145,00 543,00 12,00 700,00 546,00

13. Langkat - - - - -

14. Nias Selatan - - - - -

15. Humban

Hasundutan 2 896,00 7 298,00 1 131,00 11 325,00 5 899,00 16. Pakpak Bharat 150,00 1 170,00 65,00 1 385,00 1 233,00

17. Samosir 1 230,00 2 659,00 304,00 4 193,00 2 712,00

18. Serdang Bedagai - - - - -

19. Batu Bara - - - - -

20. Padang Lawas

Utara - - - - -

21. Padang Lawas - - - - -

22. Labuhanbatu

Selatan - - - - -

23. Labuhanbatu Utara - - - - -

24. Nias Utara - - - - -

25. Nias Barat 3,00 13,00 4,00 20,00 7,00

Kota


(20)

terletak pada wilayah dataran tingggi dengan ketinggian antara 700-1.700 mdpl dengan komposisi : 700 m s/d 1.000 mdpl = ± 10% 1.000 m s/d 1.500 mdpl = ±25% >1.500 mdpl = ±65% merupakan daerah yang cocok untuk pengembangan berbagai jenis tanaman agribisnis dan hortikultura khususnya kopi dengan syarat tumbuh 1000 mdpl (Anonimus, 2013).

Kabupaten Samosir merupakan daerah perkebunan kopi arabika yang memiliki potensi yang baik apabila dikelola dengan baik dengan meningkatkan kualitas budidaya tanaman dan luas lahan dari tanaman. Berdasarkan keterangan tersebut maka Kabupaten Samosir dipilih sebagai daerah penelitian dengan harapan agar daerah tersebut dapat menjadi salah satu sentra produksi kopi arabika di masa yang akan datang melalui kerja sama antara semua pihak yang terkait dalam upaya mengembangkan komoditi kopi arabika. Berdasarkan data yang diperoleh dari Badan Pusat Statistika, berikut disajikan luas tanaman selama kurun waktu 7 tahun terakhir :


(21)

Kabupaten Samosir 2006 – 2012

Tahun TBM TM TTM Jumlah

Total

Produksi (ton)

2012 1.218,80 2.588,40 499,70 4.306,90 2.831,07

2011 1.361,30 2.398,40 415,70 4.175,40 2.542,69

2010 1.341,90 2.326,50 423,70 4.092,10 2.467,65

2009 978,60 2.506,10 409,20 3.893,90 2.573,40

2008 992,80 2.298,62 456,20 3.747,62 2.418,70

2007 831,00 2.476,50 591,70 3.899,20 7.495,22

2006 672,37 1.768,02 318,97 2.759,36 1.742,64

Sumber : Dinas Kehutanan dan Perkebunan Kabupaten Samosir, 2012

Dari Tabel 2 dapat dilihat bahwa produksi kopi Arabika mengalami fluktuasi. Terjadi peningkatan yang signifikan produksi tahun 2006 ke tahun 2007, selanjutnya dari tahun 2007 ke tahun 2008 mengalami penurunan signifikan dan selanjutnya hingga tahun 2012 terjadi fluktuasi produksi kopi.

Tabel 3. Luas Tanam, Produksi, dan Produktivitas Kopi Arabika menurut Kecamatan di Kabupaten Samosir Tahun 2012

No Kecamatan Luas Tanam

(Ha)

Produksi (ton)

Produktivitas (ton/ha)

1 Sianjur Mulamula 405,40 334,22 0,82

2 Harian 194,70 114,09 0,585

3 Sitiotio 128,50 124,98 0,972

4 Onanrunggu 286,50 192,18 0,670

5 Nainggolan 218,00 158,71 0,728

6 Palipi 602,50 332,62 0,552

7 Ronggurnihuta 1.447,00 997,11 0,689

8 Pangururan 626,00 447,39 0,714

9 Simanindo 523,30 247,57 0,470

Jumlah 4.431,90 2.948,68 0,68

Sumber : Dinas Kehutanan dan Perkebunan Kabupaten Samosir diolah, 2012

Dari Tabel 3 dapat dilihat bahwa Kecamatan Ronggur Nihuta merupakan Kecamatan dengan luas tanam terbesar dari Sembilan kecamatan yang ada di Kabupaten Samosir dengan luas tanam terbesar yakni 1.447 ha, produksi 997,11 ton dan produktivitas 0,689 ton/ha dan bukan merupakan produktivitas tertinggi meskipun produksi dan luas tanam terbesar dari antar kecamatan, sedangkan


(22)

menurut Direktorat Jenderal Perkebunan tahun 2002 dalam Panggabean (2011), hasil produktivitas kopi arabika dapat mencapai 0,8 – 2,5 ton/ha/tahun. Namun, menurut Tabel 3, produktivitas rata – rata kopi Arabika di Kabupaten Samosir adalah 0,68 ton/ha, sedangkan di Kecamatan Ronggur Nihuta hanya mencapai 0,689. Hal ini membuktikan bahwa ada perbedaan antara teori dan fakta. Berdasarkan analisis tersebut, dapat disimpulkan bahwa terjadi suatu masalah sehingga penulis tertarik untuk meneliti bagaimana tingkat kelayakan finansial agribisnis kopi berdasarkan tingkat pendapatan dan biaya yang dikeluarkan, seberapa besar kontribusi pendapatan agribisnis kopi terhadap pendapatan keluarga, serta hambatan teknis dalam usahatani yang mengakibatkan produksi dan produktivitas tidak mencapai standar yang ditetapkan.

Walaupun kopi merupakan salah satu komoditi yang sudah berkembang, namun dalam berusahatani kopi ada beberapa hambatan yang dihadapi oleh petani dalam berusahakopi, yaitu pengelolaan kopi yang masih bersifat sederhana, tingkat kemampuan petani dalam penggunaan teknologi yang masih rendah, seperti pohon pelindung yang masih kurang , kurangnya pemeliharaan pada tanaman kopi seperti tidak dilakukannya pemangkasan pada tanaman kopi serta pada pemasarannya yaitu pedagang yang bukan berasal dari Kabupaten Samosir merupakan penentu harga sedangkan petani tidak mempunyai posisi tawar yang memadai. Dengan kondisi demikian mungkin saja petani hanya mendapatkan keuntungan yang sedikit. Di Desa Paraduan Kecamatan Ronggur Nihuta Kabupaten Samosir saat ini 93% petani yang berada di daerah tersebut berusahatani kopi, sampai saat ini belum pernah diteliti mengenai usahatani kopi


(23)

di Desa Paraduan Kecamatan Ronggur Nihuta Kabupaten Samosir (PPL Desa Paraduan, 2015).

1.2. Identifikasi Masalah

Berdasarkan uraian diatas maka masalah penelitian ini di identifikasikan sebagai berikut :

1) Bagaimana kelayakan finansial agribisnis kopi Arabika di daerah penelitian?

2) Berapa besar kontribusi pendapatan agribisnis kopi Arabika terhadap pendapatan keluarga di daerah penelitian?

3) Apa hambatan – hambatan teknis usaha tani kopi arabika dalam upaya peningkatan produktivitas normal?

1.3. Tujuan penelitian

1) Untuk mengetahui bagaimana kelayakan finansial agribisnis kopi Arabika di daerah penelitian.

2) Untuk mengetahui besar kontribusi pendapatan agribisnis kopi Arabika terhadap pendapatan keluarga di daerah penelitian.

3) Untuk mengetahui hambatan – hambatan teknis usaha tani kopi arabika dalam upaya peningkatan produktivitas normal.


(24)

1.4. Kegunaan Penelitian

Adapun kegunaan dari penelitian yang harus dilakukan adalah :

1) Sebagai bahan informasi dan referensi bagi petani dan pihak-pihak yang terkait pada usahatani Kopi Arabika.

2) Sebagai bahan masukan dan pertimbangan bagi pemerintah terhadap pengembangan usahatani komoditi kopi

3) Sebagai informasi ilmiah yang dapat menjadi bahan acuan dan sumbangan data bagi peneliti selanjutnya berhubungan dengan penelitian ini.


(25)

TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Tinjauan Pustaka

2.1.1. Tinjauan Agronomi Tanaman Kopi

Kopi adalah spesies tanaman berbentuk pohon yang termasuk dalam familia

Rubiaceae dan genus Coffea. Tanaman ini tumbuh tegak, bercabang, dan bila dibiarkan tingginya dapat mencapai 12 m. Daunnya bulat telur dengan ujung agak meruncing. Daun tumbuh berhadapan pada batang , cabang, dan ranting-rantingnya . Kopi mempunyai sistem percabangan agak berbeda dengan tanaman lain. Tanaman ini mempunyai beberapa jenis cabang yang sifat dan fungsinya berbeda.

Kopi umumnya tidak menyukai sinar matahari langsung dalam jumlah banyak, tetapi menghendaki sinar matahari yang teratur. Sengatan sinar matahari langsung dan dalam jumlah banyak akan meningkatkan penguapan dari tanah maupun daun, yang pada gilirannya dapat mengganggu keseimbangan proses fotosintesis pada musim kemarau. Dengan demikian untuk mengatur datangnya sinar matahari, biasanya diantara tanaman ditanami tanaman pelindung

(Najiyati dan Danarti, 2004).

Menurut Panggabean (2011), jenis kopi yang banyak dibudidayakan yakni kopi arabika (Coffea Arabica) dan robusta (Coffea canephora). Sementara itu, ada juga jenis Coffea liberica dan Coffea congensis yang merupakan perkembangan dari jenis robusta.


(26)

Dalam Rahardjo (2012), kopi arabika pertama kali dibudidayakan di Indonesia tahun 1996. Dalam rangka mengatasi karat daun, telah dilakukan seleksi pohon induk dari populasi kopi arabika yang ada serta penyilangan antartipe kopi arabika atau dengan varietas lain.

Menurut Nadjiyati (2004), ada beberapa sifat penting kopi Arabika yaitu:

1. Menghendaki daerah dengan ketinggian antara 700-1700 m dpl, dan suhu 16-20º C

2. Menghendaki daerah yang mempunyai iklim kering atau bulan kering 3 bulan/tahun secara berturut-turut, yang sesekali mendapat hujan kiriman. 3. Umumnya peka terhadap serangan penyakit Hemeleia vastatrix, terutama

bila ditanam di dataran rendah 500 mdpl.

4. Rata-rata produksi sedang sekitar 4,5-5 kw/ha/tahun, tetapi mempunyai kualitas dan harga yang relatif lebih tinggi dari kopi lainnya. Dan bila dikelola secara intensif produksinya bisa mencapai 15-20 kw/ha/tahun. 5. Umumnya panen raya terjadi dalam setahun.

Jika dibandingkan dengan varietas biji kopi yang lain misalnya kopi Robusta, kopi Arabika memiliki kualitas yang lebih tinggi karena biji kopi ini mempunyai sekitar setengah dari kafein yang ditemukan dalam biji Robusta. Biji kopi Arabika yang dapat tumbuh di dataran tinggi melakukan proses panen yang sangat halus karena perawatan yang terus-menerus dalam fase pertumbuhan, maka kualitas yang dihasilkan yaitu tingkat keasaman yang seimbang dan cita rasa yang ringan. Kualitas kopi yang baik diperoleh dari buah kopi yang telah matang dan proses pengolahan yang tepat. Pemanenan buah kopi yang matang mempengaruhi 50%


(27)

kualitas kopi. Sementara itu pengolahan pasca panen yang tepat mempegaruhi 50% kualitas kopi. Sehingga penanganan pada masing-masing proses tersebut harus dikerjakan secara tepat dan selalu diawasi kualitasnya (Panggabean, 2011).

2.1.2 Tinjauan Ekonomi Tanaman Kopi

Pemasaran kopi di Indonesia tergolong cukup baik. Salah satu indikatornya adalah kenaikan harga jual kopi yang signifikan setiap tahunnya. Beberapa hal penting mengenai perdagangan kopi di Indonesia adalah sebagai berikut :

1. Sebagian besar pemasaran kopi di Indonesia dikuasai oleh pihak asing (Negara lain).

2. Pedagang besar local cukup banyak yang mengalami kebangkrutan , tetapi pengumpul kecil bertambah.

3. Terjadi peningkatan luas areal perkebunan kopi arabikadan robusta di berbagai wilayah.

4. Penguasaan harga berdampak sangat positif untuk petani kopi, yakni harga jual kopi semakin tinggi.

Kopi arabika memang dikenal terlebih dahulu oleh konsumen dibanyak Negara, sehingga kelezatan kopi Arabika lebih dikenal superior dibandingkan kopi robusta. Dengan rasa khas kopi Arabika yang kuat dengan sedikit asam (kandungan kafein 1-1,3 %) , maka kopi arabika memperoleh citra mutuprima dan harga yang amat baik dipasaran dunia. Oleh sebab itu Indonesia perlu lebih menggarap kopi Arabika di kawasan-kawasan yang cocok untuk jenis kopi ini ( Siswoputranto, 1993).


(28)

Produktivitas kopi arabika di Indonesia pada tahun lebih tinggi dari kopi robusta. Produktivitas kopi arabika mencapai 658 – 847 Kg/ha/tahun, sedangkan produktivitas kopi robusta hanya mencapai 529 – 557 Kg/ha/tahun. Lebih tingginya produktivitas kopi arabika disebabkan karena yang bersifat lebih unggul yakni varietas Catimor yang berhabitus katai dan produksi yang tinggi (Pelita Perkebunan, 1999).

Laju rata - rata perkembangan produksi kopi Sumatera Utara (2, 19%),volume ekspor kopi Sumatera Utara (1,03%), lebih cepat dari laju rata – rata perkembangan produksi kopi dunia (1,9%), dan pekembangan volume ekspor kopi dunia (0,55%). Selain itu jumlah produksi kopi Sumatera Utara setiap tahunnya masih lebih kecil dari jumlah volume ekspor kopi. Hal ini menunjukkan masih terbukanya peluang bagi para petani kopi untuk mengembangkan produksinya (Marlina, 2007).

Menurut Panggabean (2011), Harga jual kopi Arabika dalam enam tahun terakhir (2004-2010) mengalami peningkatan yaitu tahun 2004-2005 yaitu sebesar 7.000 hingga 8.000 rupiah, tahun 2005-2006 yaitu sebesar 8.000 hingga 11.500 rupiah , tahun 2006-2007 yaitu sebesar 11.500 hingga 14.000 rupiah, tahun 2007-2008 yaitu 14.000 hingga 19.000 rupiah , tahun 2008-2009 yaitu sebesar 19.000 hingga 22.000 rupiah dan tahun 2009-2010 yaitu sebesar 22.000 hingga 30.000 rupiah.

Sebagai salah satu hasil komoditi pertanian, kopi nampaknya masih akan mempunyai kemampuan yang besar dalam menyerap tenaga kerja. Sampai saat ini di Indonesia sektor pertanianlah yang mempunyai peluang besar dalam menyerap tenaga kerja (Retnandari dan Tjokrowinoto, 1991).


(29)

2.1.3 Prospek dan Keberhasilan Kopi sebagai Tanaman Penyegar

Secara umum terdapat dua jenis biji kopi, yaitu Arabika dan Robusta . Sejarah mencatat bahwa penemuan kopi sebagai minuman berkhasiat dan berenergi pertama kali ditemukan oleh Bangsa Ethiopia di benua Afrika sekitar 3000 tahun (1000 SM) yang lalu. Kopi kemudian terus berkembang hingga saat ini menjadi salah satu minuman paling populer di dunia yang dikonsumsi oleh berbagai kalangan masyarakat. Indonesia sendiri telah mampu memproduksi lebih dari 400 ribu ton kopi per tahunnya . Di samping rasa dan aromanya yang menarik, kopi juga dapat menurunkan risiko terkena penyakit kanker,diabetes ,batu empedu , dan penyakit jantung (AAK, 2009).

Peluang kopi di Indonesia meningkat beberapa tahun mendatang seiring dengan peningkatan perluasan areal penanaman kopi yang dilakukan oleh petani (Anggara dan Sri, 2011).

Kopi (Cofea spp.) dikenal sebagai bahan minuman yang memiliki aroma harum, rasa nikmat yang khas, serta dipercaya memiliki khasiat menyegarkan badan. Karena beberapa kelebihan yang dimilikinya, kopi sangat akrab dilidah dan

banyak digemari tidak saja di Indonesia , tapi di mancanegara (Najiyati dan Danarti, 2007).

Minuman kopi bukan hanya sekedar minuman beraroma khas dan merangsang karena mengandung kafein , tetapi minuman ini juga mengandung beberapa zat yang bermanfaat bagi tubuh meskipun kadarnya tidak terlalu tinggi. Adapun beberapa zat yang terkandung didalam kopi arabika dapat dilihat pada Tabel 4:


(30)

Tabel 4. Komposisi kimia, Vitamin dan Mineral Kopi Arabika

Komposisi Kopi Beras (%)

Air 11,22

Kafein 1,21

Lemak 12,27

Gula 8,55

Selulosa 18,07

Abu 3,92

Vitamin dan Mineral

 Vitamin B1 0,2

 Vitamin B2 0,23

 Vitamin B6 0,143

 Vitamin B12 0,00011

 Sodiun 4

 Ferrum 3,7

 Fluor 0,45

(Najiyati dan Danarti, 2004).

Keseluruhan komposisi tersebut sangat bermanfaat bagi tubuh, hal ini yang menjadi salah satu menyebabkan masyarakat lebih memilih kopi Arabika disamping kapasitasnya sebagai bahan baku industri di Negara-negara Eropa. Berdasarkan standar kualitas, kemampuan produksi, harga yang tinggi dan tingkat permintaan terhadap kopi arabika yang baik sehingga menyebabkan masyarakat memilih untuk membudidayakan kopi arabika baik secara intensif maupun tradisional.

Menurut Siswoputranto (1992), walaupun kopi terutama diperuntukkan hanya untuk minuman tapi ternyata kopi sumber citarasa kopi dapat digunakan untuk macam macam makanan, pernak-pernik kerajinan tangan, maupun berbagai manfaat lain yang dapat diperoleh dari:

1) Biji kopi secara alami mengandung cukup banyak senyawa calon pembentuk citarasa dan aroma khas kopi antara lain asam amino dan gula. Membentuk senyawa melancidin yang memberikan warna cokelat yang dapat disuling dan


(31)

menghasilkan minyak biji kopi dan dapat dipergunakan untuk campuran dalam pembuatan sabun, campuran minyak cat, bahkan industri plastik memanfaatkannya untuk pembuatan jenis plastik cavelite.

2) Daging buah dapat dimanfaatkan untuk bahan baku yang diproses untuk campuran pakan ternak.dan kulit buah dapat dijadikan bahan pembuatan pupuk kompos.

3) Kayu pohon kopi dapat dipergunakan untuk pembuatan barang barang kerajinan, patung, dan kipas yang serba menarik.

Dari segi produksi yang paling menonjol dalam kualitas dan kuantitas adalah jenis kopi arabika karena kopi arabika berproduksi lebih cepat dibandingkan dengan kopi robusta. Memasuki tahun kedua sejak penanaman kopi arabika telah menghasilkan meskipun masih dalam jumlah yang sangat sedikit. Oleh karena itu jenis arabika lebih diminati para petani kopi dibandingkan robusta disebabkan produksinya yang cepat. Sedangkan robusta mulai menghasilkan memasuki tahun ketiga sejak penanaman. Selain produksi kopi arabika yang cepat, harga jual kopi jenis arabika lebih tinggi dibandingkan robusta. Hal ini tentu sangat menguntungkan petani kopi yang mengusahakan jenis kopi arabika, namun tingkat kesulitan dalam pengelolahannya juga lebih dirasakan oleh petani kopi yang memilih jenis arabika. Dengan demikian dapat dikatakan kalau kopi arabika memiliki nilai ekonomi yang cukup tinggi dibandingkan jenis kopi robusta, namun tingkat produktivitas kopi arabika di Indonesia tergolong lebih rendah dibandingkan tingkat produktivitas robusta.

2.1.4 Tinjauan Finansial Tanaman Kopi

Kebutuhan kopi semakin bertambah seiring dengan pertambahan jumlah penduduk serta kemajuan teknologi yang menimbulkan perubahan gaya hidup dan


(32)

tren. Manfaat dari meminum kopi sudah banyak dibuktikan oleh masyarakat, bahkan beberapa pakar ilmu kedokteran dan medis banyak menuliskan artikel dari penelitiannya tentang manfaat meminum kopi.

Indonesia merupakan salah satu penghasil kopi terbaik didunia, khususnya untuk jenis kopi arabika. Hal ini dapat dilihat dari jumlah ekspor dari Indonesia yang dilakukan oleh perusahaan eksportir komoditas kopi. Beberapa tahun terakhir, berbagai perusahaan asing telah melakukan ekspansi besar-besaran untuk mendapatkan kopi arabika di Sumatera Utara, Aceh Tenggara dan Sulawesi Selatan. Pada tahun 2003, ekspor kopi dari Indonesia sebesar 5.800 ton (bernilai US $ 17,9 juta). Sementara itu, impor kopi pada tahun yang sama mencapai 1.560 ton atau setara US $ 3,56 juta (Panggabean, 2011).

Untuk melakukan usahatani kopi Arabika perlu diperhatikan beberapa faktor seperti faktor internal. Faktor internal yang mempengaruhinya adalah potensi sumber daya alam dan letak geografis yang tepat sangat mendukung pertumbuhan dan kualitas kopi dengan baik. Demikian halnya akan luas lahan area tanam memiliki jumlah produksi kopi karena penambahan luas area tanam memiliki pengaruh positif terhadap jumlah produksi, dengan demikian akan tercipta citra produk speciality sesuai dengan daerah penghasil kopi. Harga yang tidak efisien atau tidak memihak di tingkat petani yang diakibatkan beberapa hal menyebabkan peningkatan biaya produksi dan mata rantai pemasaran kopi yang cukup panjang. Sehingga menyebabkan ketidakseimbangan pendapatan petani dengan pengeluaran dalam usahatani kopi.


(33)

Perbedaan harga kopi biji dengan harga kopi olahan juga mampu mempengaruhi pendapatan petani. Pendapatan petani biji kopi relatif lebih rendah apabila dibandingkan dengan produk olahan kopi yang memiliki nilai tambah. Prospek pengembangan perkopian di Indonesia akan semakin meningkat dalam hal daya saing dan efisiensi memproduksi specialty coffee sehingga mampu bertahan dan meningkatkan pangsa pasar luar negeri.

Kabupaten Samosir sangat berpotensial untuk usaha perkebunan kopi mengingat topografi yang berbukit. Sentra produksi komoditi Kopi di Kabupaten ini, yaitu di Kecamatan Ronggur Nihuta, Kecamatan Pangururan dan Kecamatan Palipi.

Salah satu Desa yang menghasil kopi arabika di daerah Kabupaten Samosir adalah Desa Paraduan Kecamatan Ronggur Nihuta. Sebagian besar masyarakat Desa Paraduan menjadikan pertanian sebagai mata pencaharian salah satunya adalah usahatani kopi arabika. Namun dalam beberapa waktu terakhir, jumlah produksi kopi arabika di Desa Paraduan mengalami penurunan. Hal ini disebabkan oleh beberapa faktor yaitu hama yang menyerang tanaman kopi yang menyebabkan biji kopi membusuk maupun batang pohon kopi mengalami pembusukan. Pengolahan dan penanganan yang masih dilakukan secara tradisional juga mempengaruhi kualitas produksi biji kopi arabika dan berdampak terhadap harga jual produksi. Jumlah produksi yang menurun dan penanganan petani terhadap hama yang menyerang tanaman kopi secara tradisional sangat ditentukan oleh harga pupuk dan insektisida yang tidak tetap. Sedangkan perbedaan harga jual ditingkat petani dengan distributor sangat jauh berbeda. Harga biji kopi kering ditingkat petani hanya mencapai 18,000 hingga 20,000 rupiah per kilogramnya, sedangkan harga


(34)

ditingkat distributor mencapai 80,000 hingga 100,000 rupiah per kilogramnya sesuai dengan kualitas biji kopi. Hal ini menyebabkan petani menggunakan pupuk yang lebih murah dan sekedarnya sehingga produksi tanaman tidak maksimal.

Penurunan produksi tanaman kopi di Desa Paraduan juga sangat dipengaruhi perubahan cuaca yang berakibat buruk terhadap petani kopi. Selain biaya pemeliharaan dan biaya saprodi yang tinggi, pengalaman bertani juga mengakibatkan petani kopi cenderung kurang memperhatikan tanaman yang terserang hama maupun penyakit. Dengan berkurangnya jumlah produksi tanaman kopi, yang akhirnya mengurangi penerimaan petani mengakibatkan petani mencari sumber pendapatan lain seperti menanam cengkeh , jagung, cabai rawit sebagai tanaman tumpang sari dan beternak.

Oleh karena itu, diperlukan suatu analisis kelayakan finansial untuk mengetahui tingkat keuntungan yang dihasilkan petani kopi dalam membudidayakan usahatani kopi.

2.2 Landasan Teori

Kopi merupakan salah satu diantara 3 minuman non alkohol (kopi, teh dan cokelat) yang tersebar luas. Perkopian juga merupakan bidang usaha yang banyak menyerap tenaga kerja, baik sebagai tenaga buruh tetap maupun musiman. Walaupun sebagian besar produksi kopi dihasilkan petani rakyat dan kegiatan bidang perkopian sangat penting artinya bagi perekonomian berbagai daerah, tetapi perkopian rakyat hingga saat ini belum dapat dikatakan baik. Rendahnya pendapatan petani kopi akibat rendahnya harga dan rendahnya produksi kebun-kebun kopi serta adanya perbedaan mutu, sehingga kiranya akan tetap


(35)

mempengaruhi perkembangan perkopian Indonesia untuk masa-masa mendatang (Sastraatmadja, 1991).

Untuk mendapatkan hasil produksi kopi yang optimal maka sangat dipengaruhi oleh faktor-faktor produksi yang mendukung proses produksi kopi tersebut. Faktor produksi tersebut adalah lahan, modal, tenaga kerja, dan faktor lingkungan. Masing-masing faktor mempunyai fungsi yang berbeda dan saling terkait satu sama lain. Kalau salah satu faktor tidak tersedia maka proses produksi tidak akan berjalan dengan baik, Beberapa faktor lingkungan yang mempengaruhi proses produksi seperti iklim, kondisi lingkungan, kondisi tanah (Daniel, 2002).

Modal adalah syarat mutlak berlangsungnya suatu usaha, demikian pula dengan usaha tani. Suatu usaha tani sebagai bisnis menjadi lebih efisien dan menguntungkan seringkali disebabkan oleh perubahan - perubahan yang dilaksanakan dalam rangka pengembangan usaha tani. Suatu usaha tani dikatakan berhasil apabila usaha tani tersebut dapat memenuhi kewajiban membayar bunga modal, alat - alat yang digunakan, upah tenaga luar serta sarana produksi dan dapat menjaga kelestarian usahanya (Suratiyah, 2008).

Proses produksi diartikan sebagai kaidah-kaidah atau asumsi yang dapat dipakai dalam menggunakan sumber daya yang terbatas dalam proses produksi agar tercapai hasil yang maksimum. Kemampuan tanaman memberikan suatu hasil produksi ditentukan oleh bibit, iklim dan lahan. Terjadinya peningkatan produksi hasil-hasil petanian dibutuhkan peningkatan areal tanaman atau kapasitas produksi dan peningkatan produktivitas tanaman dan lahan.


(36)

Produktivitas tanaman adalah totalitas hasil yang diperoleh tanaman dalam satu kali berproduksi. Produktivitas ditentukan oleh keunggulan bibit, metode budidaya seperti pemupukan, pemberantasa hama dan penyakit, sistem pemasaran dan sistem panen (Simanjuntak, 2004).

Menurut Prawirokusumo (1990), biaya adalah semua pengeluaran yang dinyatakan dengan uang yang diperlukan untuk menghasilkan sesuatu produk dalam dalam suatu periode produksi. Nilai biaya dinyatakan dengan uang, yang termasuk dalam biaya adalah:

 Sarana produksi yang habis terpakai, seperti bibit, ppuk Pestisida, bahan bakar, bunga modal dalam penanaman lain.

 Lahan seperti sewa lahan baik berupa uang atau natura, pajak, iuran pengairan, taksiran biaya penggunaan jika yang digunakan ialah tanah milik sendiri

 Biaya dari alat - alat produksi tahan lama, yaitu seperti bangunan, alat dan perkakas yang berupa penyusutan

 Tenaga kerja dari petani itu sendiri dan anggota keluarganya, tenaga kerja tetap atau tenaga bergaji tetap

 Biaya-biaya lain

Menurut Mubyarto (1986) dan Soekartawi (1987), biaya usaha tani dibedakan menjadi: Biaya tetap (fixed cost): biaya yang relatif tetap jumlahnya, dan terus dikeluarkan walaupun produksi yang diperoleh banyak atau sedikit. Yang termasuk biaya tetap adalah sewa tanah, pajak, dan penyusutan alat pertanian. Biaya tidak tetap (variable cost): biaya yang besar kecilnya dipengaruhi oleh


(37)

produksi yang diperoleh, seperti biaya saprodi (tenaga kerja, pupuk, Pestisida, dan bibit).

Biaya yang dibutuhkan dalam usahatani kopi berupa biaya investasi dan biaya operasional. Biaya investasi adalah biaya yang dikeluarkan petani pada awal penanaman kopi sampai tanaman kopi belum menghasilkan, terdiri dari biaya untuk mendapatkan lahan dan pembukaan lahan, biaya memperoleh peralatan, bibit tanaman kopi, naungan, dan pencampur, serta biaya untuk pemeliharaan tanaman kopi sebelum menghasilkan seperti pupuk, obat - obatan, dan tenaga kerja (Witjaksono, 2006).

Menurut Prasmatiwi et al. (2010), pada tahun ke - 1 petani mengeluarkan biaya lahan dan peralatan yang tinggi, dan tahun ke - 2, biaya usahatani kopi adalah paling kecil dan kemudian naik lagi pada tahun ke - 3 dan ke -4. Setelah tanaman kopi menghasilkan, umumnya biaya yang dikeluarkan petani untuk pengelolaan usahatani kopi sama setiap tahunnya. Perbedaan biaya akan terjadi pada kegiatan panen dan penggilingan hasil, dimana kebutuhan tenaga kerja pada kegiatan ini bergantung pada produksi kopi yang dihasilkan.

Biaya untuk pengelolaan tanaman kopi menghasilkan terdiri dari biaya tenaga kerja dan biaya sarana produksi. Biaya tenaga kerja diperlukan untuk kegiatan pemupukan, pemangkasan, panen, dan pengolahan, sedangkan biaya sarana produksi,seperti biaya pembelian pupuk,obat - obatan, dan karung.

Menurut Soekartawi (2002), pendapatan suatu usaha merupakan selisih penerimaan dengan total biaya usaha. Penerimaan diperoleh dengan menekan


(38)

adanya harga jual. Harga penjualan yang dapat diperoleh petani ditentukan oleh berbagai faktor yaitu : mutu hasil, pengolahan hasil, dan sistem pemasaran serta struktur pasar yang dihadapi. Produksi yang diperoleh petani dijual ke pasar sehingga akan mendapatkan penerimaan.

Pendapatan bersih suatu usaha dinyatakan dalam bentuk jutaan rupiah. Tujuan petani dalam berusahatani pada masyarakat yang telah memasuki sistem pasar adalah memperoleh pendapatan bersih yang sebesar-besarnya. Dalam memperoleh pendapatan bersih yang tinggi maka petani harus mengupayakan penerimaan yang tinggi dan biaya produksi yang rendah (Simanjuntak, 2004).

Analisis finansial lebih menekankan pada aspek input dan output pada penerimaan dan pengeluaran yang sebenarnya. Dengan demikian pada analisis ini, variabel yang dipakai adalah data harga real, tenaga kerja dalam keluarga yang terlibat tidak diperhitungkan tetapi pajak serta biaya bea masuk tetap diperhitungkan. Begitu pula dengan besarnya bunga pinjaman juga dihitung pada analisis finansial ini (Soekartawi, 1991).

Penggunaan analisis finansial disebabkan oleh penelitian yang menganalisa biaya dan manfaat dari usahatani kopi arabika di daerah penelitian. Komoditi kopi arabika di daerah penelitian merupakan salah satu komoditas ekspor, tingkat permintaan terhadap komoditi yang cenderung stabil, harga yang komoditi yang kompetitif dan sedang dalam tahap pengembangan untuk melihat kelayakan investasi dari komoditi tersebut sehingga dapat dijadikan salah satu pertimbangan bagi masyarakat setempat untuk mengalokasikan sumber daya yang mereka miliki untuk mengembangkan kopi arabika yang memiliki kualitas dan kuantitas


(39)

yang sesuai dengan standar internasional (traded good) sehingga peningkatan kesejahteraan masyarakat petani dapat tercapai dengan baik.

Menurut Gray (1999), dalam penelitian digunakan berbagai kriteria aspek finansial yang dikenal dengan kriteria investasi (Investment Criteria) yang digunakan untuk menentukan kelayakan usahatani tersebut tanpa melihat pengaruhnya terhadap perekonomian secara luas. Kriteria investasi yang umum dikenal ada 6 yaitu : (1) Net Present Value dari arus benefit dan biaya (NPV) ; (2)

Internal Rate of Return (IRR) ; (3) Net Bebefit- Cost Ratio (Net B/C) ; (4) Gross Benefit-Cost Ratio (Gross B/C) ; (5) Profitability Ratio (PV/C) ; (6) Return on Investment (ROI). Setiap kriteria ini mempergunakan perhitungan nilai sekarang atas arus benefit dan biaya selama umur proyek.

Net Present Value (NPV) adalah finansial yang memperhitungkan selisih antara penerimaan dan biaya terhadap besarnya suku bunga atau lebih dikenal dengan istilah analisis yang sudah mempetimbangkan faktor diskonto pada waktu -waktu tertentu.

Tingkat pengembalian internal (IRR), merupakan parameter yang dipakai untuk melihat apakah suatu usaha mempunyai kelayakan usaha atau tidak. Kriteria layak atau tidak bagi suatu usaha adalah bila IRR lebih besar daripada tingkat suku bunga yang berlaku saat usaha itu dilaksanakan dengan meminjam uang (biaya) dari Bank pada saat netto sekarang (Net Present Value, NPV = 0), oleh karena itu untuk menghitung IRR diperlukan NPV terlebih dahulu (Soekartawi, 1995).


(40)

Benefit Cost ratio (B/C) yaitu tingkat perbandingan antara penerimaan dengan biaya yaitu antara semua nilai-nilai positif dan arus keuntungan bersih setiap tahun (bulan) setelah didiskontokan dengan jumlah nilai negative.

Kelayakan dari suatu usaha diperhitungkan atas dasar besarnya laba finansial yang diharapkan. Kegiatan usaha dikatakan layak jika memberikan keuntungan finansial, sebaliknya kegiatan usaha dikatakan tidak layak apabila kegiatan usaha tersebut tidak memberikan keuntungan finansial (Kasmir dan Jakfar, 2003).

Pendapatan petani (Farmers Income) adalah pendapatan tenaga kerja petani ditambah bunga modal milik sendiri dan sewa tanah milik sendiri. Pendapatan

keluarga petani (Family’s Income) merupakan pendapatan tenaga kerja keluarga

petani ditambah bunga modal sendiri (Prawirokusumo, 1990).

Pendapatan rumah tangga petani tidak hanya berasal dari usaha pertanian, tetapi juga dari usaha –usaha di luar sektor petanian seperti perdagangan, industri pengolahan, pengangkutan dan lainnya. Pada sebagian rumahtangga pertanian, usaha pertanian masih merupakan usaha utama dan menjadi sumber pendapatan utama, tetapi bagi sebagian rumahtangga pertanian lainnya, usaha non pertanian merupakan usaha yang utama.

Mubyanto (1994) menyatakan bahwa struktur pendapatan rumahtangga di perdesaan antara lain dipengaruhi oleh potensi desa. Pada potensi desa yang relatif sama, maka keragaman pendapatan rumahtangga juga relatif sama, meskipun tidak menutup kemungkinan adanya variasi pendapatan akibat keterampilan yang berbeda antar anggota rumahtangga. Selain itu, besarnya kontribusi sektor pertanian terhadap tingkat pendapatan rumahtangga, tergantung dari sumberdaya


(41)

atau potensi desa tersebut. Pendapatan total keluarga petani diperoleh dengan menjumlahkan pendapatan usahatani dan pendapatan non usahatani baik yang berasal dari sektor pertanian maupun sektor non pertanian.

Pada dasarnya setiap rumah tangga tani bertujuan untuk meningkatkan produksi usahatani kopinya agar pendapatannya meningkat. Oleh karena itu petani sebagai pengelola usahatani harus memahami dan mengerti cara mengalokasikan input atau faktor produksinya sehingga tujuan peningkatan pendapatan dapat tercapai. Pertanamana kopi yang ada di Desa Paraduan Kecamatan Ronggur Nihuta Kabupaten Samosir umumnya adalah perkebunan rakyat. Pola perkebunan rakyat pada dasarnya mempunyai pengelolaan yang masih bersifat sederhana, penggunaan teknologi yang masih rendah, seperti pohon pelindung yang kurang terawat, kurangnya pemeliharaan pada tanaman kopi seperti tidak dilakukannya pemangkasan pada tanaman kopi. Hal-hal tersebut yang menyebabkan produksi rendah, rendahnya mutu biji kopi yang dihasilkan, terlambatnya panen bukan gagal panen. Selain masalah teknis tersebut, masalah lain yang ditemukan menjadi kendala usahatani kopi, yaitu : kurangnya modal, tingginya upah tenaga kerja harian, iklim, hama dan penyakit, dan kebijakan pemerintah setempat.

2.3 Penelitian Terdahulu

Penelitian oleh Jun Verawati Siregar (2009) berjudul “ Analisis Usahatani

Andaliman dan Sumbangannya terhadap Pendapatan Keluarga di Desa Riaria,

Kecamatan Pollung, Kabupaten Humbang Hasundutan”. Penelitian ini dilakukan dengan tujuan untuk mengetahui sistem usahatani andaliman di daerah penelitian , mengetahui komponen biaya produksi dalam usahatani andaliman, mengetahui


(42)

dan menganalisis kelayakan usahatani andaliman di daerah penelitian , mengetahui besarnya kontribusi andaliman terhadap pendapatan keluarga petani andaliman , mengetahui masalah - masalah yang dihadapi petani dalam mengusahakan andaliman di daerah penelitian, dan mengetahui upaya - upaya yang dilakukan dalan menyelesaikan masalah dalam usahatani andaliman. Analisis data yang digunakan adalah analisis deskripsi, analisis NPV, Net B/C, IRR dan analisis kontribusi andaliman terhadap pendapatan keluarga adalah pendapatan andaliman dibagi pendapatan keluarga dikali seratus persen. Dari penelitian tersebut maka diperoleh hasil (1) Analisis kelayakan adalah Nilai NPV yaitu sebesar Rp 21.355.433,1 sedangkan nilai Net B/C yaitu sebesar Rp 23,10 dan nilai IRR (tingkat pengembalian terhadap Bunga Bank) yaitu sebesar 542,83% (2) Kontribusi andaliman terhadap pendapatan keluarga adalah sebesar 36,67% (3) Masalah yang dihadapi oleh petani adalah yang dihadapi oleh petani andaliman di daerah penelitian pada umumnya adalah kurangnya pengetahuan masyarakat tentang teknik budidaya tanaman andaliman yang baik dan kurangnya modal.

Rochimah (2010) meneliti dengan judul “Analisis Kelayakan Finansial dan

Kontribusi Pendapatan Usahatani Kopi Rakyat Terhadap Pendapatan Total

Keluarga di Kecamatan Silo Kabupaten Jember”. Metode analisis data yang

digunakan: (1) analisis kelayakan finansial, (2) analisis sensitifitas, (3) analisis kontribusi pendapatan. Penelitian ini bertujuan untuk: (1) mengetahui kelayakan finansial usahatani kopi rakyat di Desa Pace dan Sidomulyo, (2) mengetahui tingkat kepekaan petani kopi rakyat terhadap kenaikan biaya produksi dan penurunan harga jual, (3) mengetahui besarnya kontribusi kopi rakyat di Desa


(43)

Pace dan Sidomulyo terhadap pendapatan total keluarga petani kopi rakyatHasil peneltian menunjukkan (1) Usahatani kopi rakyat di Desa Pace dan Sidomulyo secara finansial layak diusahakan, (2) Hasil analisis sensitifitas usahatani kopi rakyat di Desa Pace dan Sidomulyo tidak peka terhadap peningkatan biaya pupuk 20% dan penurunan harga jual 10%, (3) Kontribusi usahatani kopi rakyat di Desa Pace dan Sidomulyo Kecamatan Silo Kabupaten Jember terhadap total pendapatan keluarga petani kopi adalah tinggi.

2.4 Kerangka Pemikiran

Usahatani kopi merupakan salah satu jenis usahatani yang banyak diusahakan. Adapun jenis kopi yang paling umum dibudidayakan oleh petani adalah kopi Arabika. Dalam melakukan usahataninya, petani membutuhkan input produksi atau faktor produksi seperti lahan, modal, tenaga kerja dan sarana produksi lainnya yang mendukung kegiatan usahatani sehingga menghasilkan output yang memuaskan.

Lahan sebagai salah satu input atau faktor produksi merupakan pabriknya hasil-hasil pertanian yaitu tempat dimana produksi berjalan dan darimana hasil-hasil produksi tersebut keluar. Luas penguasaan lahan pertanian merupakan sesuatu yang sangat penting dalam proses produksi atau usaha pertanian. Modal adalah barang atau uang yang bersama-sama faktor-faktor produksi tanah dan tenaga kerja mengahsilkan barang-barang baru yaitu dalam hal ini hasil pertanian. Modal petani yang berupa barang diluar tanah adalah cangkul, bajak, ternak beserta kandangnya dan alat-alat pertanian lainnnya.


(44)

Tenaga kerja adalah orang yang bersedia dan sanggup bekerja baik untuk dirinya sendiri maupun orang lain, dengan tidak atau menerima upah. Tenaga kerja ini merupakan faktor yang penting dalam usahatani, khususnya tenaga kerja petani dan anggota keluarganya.

Sarana produksi adalah sarana yang dibutuhkan dalam proses produksi. Sarana produksi terdiri dari lahan, bibit, pupuk, Pestisida dan tenaga kerja. Seluruh biaya yang dikeluarkan untuk menyediakan sarana produksi dan biaya yang dikeluarkan dalam proses produksi merupakan biaya produksi. Biaya produksi yang dikeluarkan petani dipengaruhi oleh harga input produksi .

Pendapatan bersih suatu usahatani diperoleh dari selisih antara penerimaan dengan total biaya yang dikorbankan. Petani memperoleh penerimaan usahatani kopi yang merupakan hasil perkalian antara produksi dengan harga produksi. Penerimaan yang diterima oleh petani dipengaruhi oleh harga jual kopi yang tidak dapat dipastikan nilainya. Pendapatan yang diperoleh petani akan mempengaruhi pendapatan keluarga, konsumsi keluarga serta pengeluaran lainnya, dimana semakin besar pendapatan maka konsumsi akan semakin banyak dan sebaliknya. Selanjutnya, pendapatan tersebut juga akan mempengaruhi modal usahatani berikutnya. Dari pendapatan bersih tersebut akan dilakukan analisis finansial yang digunakan untuk mengetahui kelayakan suatu usaha dilihat dari arus kasnya. Adapun kriteria investasi yang dipakai dalam analisis ini yakni B/C ratio, NPV, dan IRR. Bila kriteria tersebut terpenuhi maka dapat dikatakan usaha tersebut layak untuk diusahakan.


(45)

Usahatani tersebut dikatakan layak apabila menguntungkan dan dikatakan tidak layak apabila usahatani yang di jalankan mengalami kerugian atau pendapatan besih yang diperoleh lebih kecil dari total biaya produksi yang dikeluarkan dalam menjalan usahatani tersebut.

Usahatani kopi tidak terlepas dari hambatan – hambatan teknis baik internal maupun eksternal. Adanya ketidakpastian dalam berusahatani tidak dapat dipastikan seberapa besar output yang dihasilkan. Hambatan – hambatan tersebut akan mempengaruhi produksi dan produktivitas usahatani kopi Arabika. Secara sistematis kerangka pemikiran tersebut diatas digambarkan sebagai berikut :


(46)

Keterangan :

: Menyatakan Hubungan : Menyatakan Pengaruh

Gambar 1. Skema Kerangka Pemikiran

Usahatani Kopi Arabika

Input Produksi :

Lahan

Modal

Tenaga Kerja

Sarana lainnya

Output Produksi

Produktivitas

Penerimaan Biaya

Produksi

Konsumsi keluarga Pendapatan

Analisis Finansial

 NPV

 B/C

 IRR

Layak Tidak Layak

Proses produksi

Harga Input

Harga Output

Modal Usahatani

Petani Hambatan


(47)

2.5 Hipotesis Penelitian

Berdasarkan Identifikasi Masalah dan kerangka Pemikiran maka dapat dirumuskan hipotesis penelitian adalah sebagai berikut:

1) Agribisnis kopi Arabika di daerah penelitian layak secara finansial.

2) Pendapatan dari usahatani kopi Arabika memberikan kontribusi >50% terhadap pendapatan keluarga di daerah penelitian.


(48)

3.1. Metode Penentuan Daerah Sampel

Daerah penelitian ditetapkan secara purposive, artinya daerah penelitian didasarkan atas adanya tujuan tertentu (Arikunto, 2006). Kabupaten Samosir dipilih dengan pertimbangan bahwa kabupaten samosir merupakan salah satu sentra produksi kopi tertinggi di Sumatera Utara khususnya di Kecamatan Ronggurnihuta. Desa Paraduan ditentukan sebagai daerah penelitian karena desa ini merupakan salah satu desa yang memiliki luas lahan terbesar di Kecamatan Ronggurnihuta tetapi memiliki produktivitas terendah kedua dapat dilihat dalam Tabel 5 :

Tabel 5. Luas Tanaman dan produksi Kopi Menurut Kecamatan di Kabupaten Samosir 2014

Desa/ Kelurahan Produksi

(ton)

Luas Tanam Ha)

Produktivitas (ton/ha)

1 Paraduan 13 115 0,11

2 Lintong Nihuta 15 85 0,17

3 Ronggur Nihuta 28 90 0,31

4 Sijambur 51 90 0,56

5 Sabungan Nihuta 11 95 0,11

6 Salaon Toba 109 87 1,25

7 SalaonTonga-tonga 83 70 1,18

8 Salaon Dolok 110 155 0,70

Jumlah/Total 420 787 0,53

Sumber : Badan Pusat Statistik,2014

Dari seluruh desa yang ada di Kabupaten Samosir, maka Desa Paraduan dipilih sebagai daerah penelitian dengan pertimbangan bahwa desa ini terdapat petani yang menanam kopi Arabika dan dari kondisi diatas dapat diketahui adanya hambatan-hambatan teknis yang menghambat upaya peningkatan produksi kopi Arabika serta dengan pertimbangan bahwa petani yang menanam kopi Arabika


(49)

mempunyai kontribusi terhadap pendapatan keluarga di Kecamatan Ronggurnihuta, oleh sebab itu peneliti tertarik meneliti kelayakan dan kontribusi usahatani kopi Arabika terhadap pendapatan keluarga di Desa Paraduan.

3.2 Metode Penentuan Sampel

Populasi adalah keseluruhan subyek penelitian (Arikunto, 2006), sedangkan menurut Sudjana (1996) menyatakan bahwa populasi adalah totalitas semua nilai yang mungkin, baik hasil menghitung ataupun pengukuran kualitatif mengenai karakteristik tertentu dari semua anggota kumpulan yang lengkap dan jelas yang ingin dipelajari dari sifat-sifatnya. Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh petani tanaman kopi yang telah menghasilkan, dengan jenis kopi Arabika yang terdapat di Desa Paraduan Kecamatan Ronggur Nihuta Kabupaten Samosir. Jumlah populasi petani kopi Arabika dalam penelitian ini sebanyak 280 orang.

Sampel adalah sebagian atau wakil dari populasi yang diteliti (Arikunto, 2006). Pada dasarnya semua anggota populasi mempunyai peluang yang sama menjadi anggota sampel dalam sebuah penelitian (Hadi, 2000). Sampel dalam penelitian ini yang mewakili populasi terdiri dari petani kopi Arabika itu sendiri. Penentuan sampel ini dihitung dengan menggunakan rumus Slovin dalam Umar (1998) berikut ini :

n =

Dimana :

n = ukuran sampel N = ukuran populasi


(50)

e = error tolerance/ persen kelonggaran ketidaktelitian karena kesalahan pengambilan (12%)

n =

n = 55,64 = 56

Pada umumnya persentase kesalahan yang bisa ditolerir pada penelitian sosial sebesar 5% - 20% karena pada hasil penelitian sosial sulit dipastikan keakuratan data seperti pada penelitian ilmu pasti. Pada penelitian ini digunakan toleransi kesalahan sebesar 12%, yaitu diantara 5% hingga 20%. Perhitungan diatas diperoleh nilai sampel yang digunakan dalam penelitian ini, yaitu sebanyak 56 petani kopi Arabika dianggap sudah mewakili dari keseluruhan petani yaitu sebanyak 280 petani.

Metode yang digunakan dalam pengambilan sampel ialah metode Purposive

dimana semua unsur dari populasi petani kopi Arabika dipilih berdasarkan criteria dan tujuan tertentu.

3.3 Metode Pengumpulan Data

Data yang dikumpulkan dalam penelitian ini terdiri dari data primer dan data sekunder. Data primer diperoleh dari petani yang membudidayakan kopi Arabika yang menjadi sampel penelitian dengan menggunakan daftar pertanyaan, wawancara langsung dan dokumentasi. Sedangkan data sekunder diperoleh dari BPS Sumatera Utara, Dinas Perkebunan Kabupaten Samosir, PPL, Kepala Desa , literature, buku, dan media internet yang sesuai dengan penelitian ini.


(51)

3.4 Metode Analisis Data

Pendapatan usahatani merupakan selisih antara penerimaan usahatani dengan biaya usahatani. Dalam pendapatan usahatani ada dua unsur yang digunakan yaitu unsur penerimaan dan pengeluaran dari usahatani tersebut. Penerimaan adalah hasil perkalian jumlah produk total dengan satuan harga jual, sedangkan pengeluaran atau biaya yang dimaksudkan sebagai nilai penggunaan sarana produksi dan lainlain yang dikeluarkan pada proses produksi tersebut (Ahmadi, 2001).

Menurut Soekartawi (1995), penerimaan dalam usahatani merupakan perkalian antara produksi fisik dengan harga jual atau harga produksi. Sedangkan menurut Boediono (1995), penerimaan total (total revenue) adalah penerimaan produsen dari hasil penjualan output-nya. Secara sistematis dapat dirumuskan sebagai berikut:

TR = Q x P

Keterangan:

TR = Penerimaan total (Rp)

Q = Jumlah produksi yang dihasilkan (kg) P = Harga (Rp)

Pengeluaran yang dikeluarkan oleh petani dalam satu kali masa tanam terdiri dari biaya tetap dan biaya variabel. Biaya tetap diartikan sebagai biaya yang dikeluarkan oleh petani yang tidak tergantung pada besarnya output yang dihasilkan.Biaya variabel diartikan sebagai biaya yang besar kecilnya dipengaruhi oleh output yang dihasilkan. Kedua biaya tersebut jika dijumlahkan akan menghasilkan biaya total.


(52)

Untuk menghitung seluruh biaya digunakan rumus :

TC = FC + VC

Dimana : TC = Total cost FC = Fixed Cost VC = Variabel Cost

Pendapatan bersih (keuntungan) petani adalah selisih antara total penerimaan (TR) dengan total biaya yang dikeluarkan oleh petani dalam satu kali masa tanam (TC). Untuk menghitung jumlah pendapatan petani digunakan rumus :

π = TR –TC

Dimana:

π = Pendapatan petani

TR = Total Revenue TC = Total Cost

Pendapatan petani dinyatakan lebih besar apabila usahatani yang dilakukan efisien, dalam artian penggunaan faktor produksi menggunakan biaya minimal untuk menghasilkan produksi kopi yang maksimal. Karena keberhasilan petani tidak hanya diukur dari besarnya hasil produksi, akan tetapi juga dilihat dari besarnya biaya dalam proses proses selama produksi berlangsung. Hal ini dikarenakan dalam proses produksi sangat menentukan pendapatan bersih petani. Keuntungan merupakan insentif bagi petani untuk melakukan proses produksi. Keuntungan inilah yang mengarahkan petani untuk mengalokasikan sumberdaya


(1)

138

- - - - -

40 0.12 -

- - - - - -

41 0.12

3,900,000

4,000,000 -

- - - 7,900,000 42 0.16 -

- - - - - -

Lampiran 37. Total Pendapatan dari Usahatani Non-kopi Arabika

No Sampel Luas Lahan Tanaman Kopi Arabika (Hektar)

Pendapatan dari Usahatani Non-Kopi Arabika yang Ditekuni Petani sampel Selama Tahun 2015 (Rp./Petani/Tahun)

Total Pendapatan Dari Usahatani Non-Kopi

Arabika (Rp.) Cabai Rawit (Rp.) Jahe (Rp.) Aren (Rp.) Cengkeh (Rp.) Pisang (Rp.) Beternak (Rp.)

43 0.16 -

- - 1,875,000

- - 1,875,000 44 0.08 -

- - - - - -

45 1.00

1,040,000

- - 2,000,000

- - 3,040,000 46 1.00 -

- - 9,100,000

- 26,000,000

35,100,000

47 0.16

780,000

3,200,000 -

- - - 3,980,000 48 0.24 -

- - - 800,000 - 800,000

49 0.28 -

- - - 1,200,000 - 1,200,000 50 0.20 -

- - - 1,800,000 - 1,800,000 51 0.40 -

- - 3,750,000

- - 3,750,000 52 0.16 -

- - 1,875,000

- - 1,875,000 53 1.00 -

- - 2,000,000

2,080,000 - 4,080,000 54 1.00 -

400,000 -

- - - 400,000


(2)

No

Sampel

Petani sampel Selama Tahun 2015 (Rp./Petani/Tahun)

Total Pendapatan Dari

Non-Usahatani (Rp.)

Buruh Tani (Rp.)

Berdagang (Rp.)

Usaha Jasa (Rp.)

1 -

-

-

-

2 5,400,000.00

-

5,400,000.00

3 -

-

-

-

4 -

-

-

-

5 -

-

13,500,000.00

13,500,000.00

6 -

-

-

-

7 -

-

8 -

-

-

-

9 -

-

-

-

10 -

-

-

-

11 -

9,800,000.00

-

9,800,000.00

12 -

-

10,400,000.00

10,400,000.00

13 -

-

-

-

14 -

-

-

-

15 -

-

-

-

16 -

-

11,800,000.00

11,800,000.00

17 -

-

-

-

18 -

-

-

-

19 12,000,000.00

-

-

12,000,000.00

20 -

-

-

-

21 -

-

-

-

22 -

-

-

-

23 -

-

-

-

24 -

-

-

-

25 -

-

-

-

26 -

-

-

-

27 -

-

-

-

28 -

-

-

-

29 -

-

-

-

30 -

-

-

-

31 -

4,786,000.00

4,786,000.00


(3)

140

36 -

-

-

-

37 -

5,780,000.00

-

5,780,000.00

Lampiran 38. Total Pendapatan dari Non-Usahatani

No

Sampel

Pendapatan dari Kegiatan Produktif Lain Diluar Usahatani yang Ditekuni

Petani sampel Selama Tahun 2015 (Rp./Petani/Tahun)

Total Pendapatan Dari

Non-Usahatani (Rp.)

Buruh Tani (Rp.)

Berdagang (Rp.)

Usaha Jasa (Rp.)

38 -

-

8,900,000.00

8,900,000.00

39 -

-

31,200,000.00

31,200,000.00

40 13,200,000.00

-

-

13,200,000.00

41 -

-

-

-

42 -

-

-

-

43 -

-

-

-

44 -

-

7,800,000.00

7,800,000.00

45 -

-

-

-

46 -

-

-

-

47 -

-

-

-

48 -

-

-

-

49 -

-

-

-

50 -

-

-

-

51 -

-

-

-

52 -

-

-

-

53 -

-

-

-

54 -

-

-

-

55 -

-

-

-

56 -

5,783,000.00

-

5,783,000.00

Jumlah

25,200,000.00

10,569,000.00

55,100,000.00

90,869,000.00

Rataan

450,000.00

188,732.14

983,928.57

1,622,660.71


(4)

Lampiran 39. Kontribusi Pendapatan dari Usahatani Kopi Arabika Terhadap Total Pendapatan Petani Sampel

No Sampel Umur Sampel (Tahun)

Pendapatan dari Usahatani Kopi

Arabika (Rp.)

Pendapatan dari Usahatani Non-Kopi

Arabika (Rp.)

Pendapatan dari Kegiatan Produktif Lain Diluar

Usahatani (Rp.)

Total Pendapatan Petani Sampel Selama Tahun 2015 (Rp.)

Kontribusi Pendapatan dari Usahatani Kopi Arabika Terhadap Total Pendapatan Petani

Sampel

≤ 50% > 50%

1 52 8,347,000.00 5,170,000.00 - 13,517,000.00 61.75% 2 34 294,000.00 600,000.00 5,400,000.00 6,294,000.00 4.67%

3 56 638,000.00 2,400,000.00 - 3,038,000.00 21.00%

4 39 1,388,500.00 800,000.00 - 2,188,500.00 63.45% 5 38 534,583.33 - 13,500,000.00 14,034,583.33 3.81%

6 60 8,655,333.33 4,000,000.00 - 12,655,333.33 68.39% 7 34 6,859,000.00 200,000.00 - 7,059,000.00 97.17% 8 50 3,751,000.00 - - 3,751,000.00 100.00% 9 75 1,392,000.00 - - 1,392,000.00 100.00% 10 30 1,696,000.00 2,000,000.00 - 3,696,000.00 45.89%

11 54 896,500.00 - 9,800,000.00 10,696,500.00 8.38% 12 27 167,500.00 800,000.00 10,400,000.00 11,367,500.00 1.47%

13 39 4,332,000.00 2,340,000.00 - 6,672,000.00 64.93% 14 43 15,846,250.00 3,750,000.00 - 19,596,250.00 80.86% 15 75 11,325,500.00 4,250,000.00 - 15,575,500.00 72.71% 16 44 483,000.00 - 11,800,000.00 12,283,000.00 3.93%


(5)

142

28 42 225,500.00 900,000.00 - 1,125,500.00 20.04% 29 38 282,750.00 14,000,000.00 - 14,282,750.00 1.98% Lampiran 39. Kontribusi Pendapatan dari Usahatani Kopi Arabika Terhadap Total Pendapatan Petani Sampel

No Sampel Umur Sampel (Tahun)

Pendapatan dari Usahatani Kopi

Arabika (Rp.)

Pendapatan dari Usahatani Non-Kopi

Arabika (Rp.)

Pendapatan dari Kegiatan Produktif Lain Diluar

Usahatani (Rp.)

Total Pendapatan Petani Sampel Selama Tahun 2015 (Rp.)

Kontribusi Pendapatan dari Usahatani Kopi Arabika Terhadap Total Pendapatan Petani

Sampel

≤ 50% > 50%

30 55 3,401,000.00 26,540,000.00 - 29,941,000.00 11.36%

31 54 35,768,100.00 4,000,000.00 4,786,000.00 44,554,100.00 80.28%

32 28 208,000.00 - 12,400,000.00 12,608,000.00 1.65%

33 67 3,896,000.00 - - 3,896,000.00 100.00% 34 55 3,661,000.00 - - 3,661,000.00 100.00% 35 39 4,239,166.67 - - 4,239,166.67 100.00% 36 41 470,500.00 6,600,000.00 - 7,070,500.00 6.65%

37 47 213,000.00 400,000.00 5,780,000.00 6,393,000.00 3.33% 38 54 415,416.67 2,000,000.00 8,900,000.00 11,315,416.67 3.67% 39 50 (234,666.67) - 31,200,000.00 30,965,333.33 -0.76% 40 38 (724,500.00) - 13,200,000.00 12,475,500.00 -5.81% 41 39 574,500.00 7,900,000.00 - 8,474,500.00 6.78%

42 53 2,524,000.00 - - 2,524,000.00 100.00% 43 63 1,320,333.33 1,875,000.00 - 3,195,333.33 41.32%

44 37 378,000.00 - 7,800,000.00 8,178,000.00 4.62%

45 32 10,249,033.33 3,040,000.00 - 13,289,033.33 77.12% 46 36 12,976,400.00 35,100,000.00 - 48,076,400.00 26.99%

47 35 331,500.00 3,980,000.00 - 4,311,500.00 7.69%

48 42 1,216,500.00 800,000.00 - 2,016,500.00 60.33% 49 47 994,100.00 1,200,000.00 - 2,194,100.00 45.31%


(6)

55 36 395,000.00 2,400,000.00 - 2,795,000.00 14.13%

56 52 21,116,250.00 800,000.00 5,783,000.00 27,699,250.00 76.23%

Jumlah 2,631.00 349,106,862.70 199,280,000.00 152,749,000.00 701,135,862.70