Optimasi Pemupukan Nitrogen (N) Dan Jumlah Bibit Pada Padi Tipe Baru Varietas Ipb 3s

OPTIMASI PEMUPUKAN NITROGEN (N) DAN JUMLAH
BIBIT PADA PADI TIPE BARU VARIETAS IPB 3S

GALIH ANGGA KUSUMA

DEPARTEMEN AGRONOMI DAN HORTIKULTURA
FAKULTAS PERTANIAN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
2015

PERNYATAAN MENGENAI SKRIPSI DAN
SUMBER INFORMASI SERTA PELIMPAHAN HAK CIPTA*
Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi berjudul Optimasi Pemupukan
Nitrogen (N) dan Jumlah Bibit pada Padi Tipe Baru Varietas IPB 3S adalah benar
karya saya dengan arahan dari komisi pembimbing dan belum diajukan dalam
bentuk apa pun kepada perguruan tinggi mana pun. Sumber informasi yang
berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari
penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam Daftar Pustaka di
bagian akhir skripsi ini.
Dengan ini saya melimpahkan hak cipta dari karya tulis saya kepada

Institut Pertanian Bogor.
Bogor, Desember 2015
Galih Angga Kusuma
NIM A24110078

ABSTRAK
GALIH ANGGA KUSUMA. Optimasi Pemupukan Nitrogen (N) dan Jumlah
Bibit pada Padi Tipe Baru Varietas IPB 3S. Dibimbing oleh SUGIYANTA.
Konsumsi padi semakin bertambah dengan pertambahan jumlah penduduk
di Indonesia, sehingga diperlukan upaya untuk meningkatkan produksi padi
nasional. Penelitian ini dilakukan untuk mendapatkan dosis pemupukan nitrogen
dan jumlah bibit per lubang tanam yang optimum sehingga diperoleh
pertumbuhan dan hasil yang tinggi pada Padi Tipe Baru Varietas IPB 3S.
Penelitian dilaksanakan di Kebun Percobaan Sawah Baru IPB Dramaga, Bogor
pada bulan Februari-Juni 2015. Penelitian menggunakan Rancangan Faktorial
Split Plot dengan tiga ulangan dan dua faktor perlakuan yaitu dosis pupuk
Nitrogen (90, 120, 150, 180 kg N ha-1) sebagai petak utama dan jumlah bibit (1, 5,
10, 15, dan 20 bibit) sebagai anak petak. Satuan percobaan berupa petakanpetakan dengan luas ± 25 m2. Hasil penelitian menunjukkan bahwa perlakuan
dosis pupuk N berpengaruh sangat nyata terhadap persentase gabah bernas dan
hampa, sedangkan perlakuan jumlah bibit per lubang tanam berpengaruh sangat

nyata terhadap tinggi tanaman, jumlah anakan, jumlah anakan produktif, bobot
basah ubinan, bobot kering ubinan, GKP dan GKG. Peningkatan jumlah bibit
hingga 15 bibit per lubang tanam akan meningkatkan hasil ubinan dan hasil gabah
ha-1 . Hasil tertinggi Padi Tipe Baru (PTB) varietas IPB 3S dapat dicapai pada
dosis pupuk 90 kg N ha-1 dan jumlah bibit 15 per lubang tanam.
Kata kunci : pupuk, hasil gabah ha-1 , IPB 3S, produksi

ABSTRACT
GALIH ANGGA KUSUMA. Optimization Of Nitrogen Fertilization and The
Numbers Of Seedlings on New Type Of Rice Variety IPB 3S. Supervised by
SUGIYANTA.
The consumtion of rice is increasing in line with population growth in
Indonesian so that it is necessary to increase national rice production. The aims of
this research was to study an optimized doses of nitrogen fertilization and
optimized number of seedlings to obtain optimum growth and high yield on new
type of rice variety IPB 3S. This research was conducted at Sawah Baru
experimental field of IPB, Dramaga, Bogor, on Februari-Juni 2015. Factorial Split
Plot Design was used with 3 replications of two treatment; Nitrogen fertilizer (90,
120, 150, 180 kg N ha-1) as the main plot and number of seeds (1, 5, 10, 15, and
20 seeds) as subplot. Experimental unit used was plots with an area of ±25 m2.

The result showed that the effect of doses N fertilizer very significant on the
percentageof grain pithy and hollow, while the treatment of the number of
seedlings very significant on plant height, number of tillers, number of productive
tillers, the weight of the wet and dry tile, GKP and GKG. The increase number of
seedling up to 15 seedling increased the weight of tile and yield ha -1. The higher
yield of IPB 3S can be achieved at a doses of fertilizer 90 kg N ha-1 and number
15 seedling.
Keywords : ferlitizer, IPB 3S , production, yield ha-1

OPTIMASI PEMUPUKAN NITROGEN (N) DAN JUMLAH
BIBIT PADA PADI TIPE BARU VARIETAS IPB 3S

GALIH ANGGA KUSUMA

Skripsi
sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar
Sarjana Pertanian
pada
Departemen Agronomi dan Hortikultura


DEPARTEMEN AGRONOMI DAN HORTIKULTURA
FAKULTAS PERTANIAN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
2015

Judul Skripsi : Optimasi Pemupukan Nitrogen (N) dan Jumlah Bibit pada Padi
Tipe Baru Varietas IPB 3S
Nama
: Galih Angga Kusuma
NIM
: A24110078

Disetujui oleh

Dr Ir Sugiyanta, MSi
Pembimbing

Diketahui oleh


Dr Ir Sugiyanta, MSi
Ketua Departemen

Tanggal Lulus:

PRAKATA
Puji syukur penulis panjatkan kepada Allah SWT atas segala berkah dan
karunia-Nya sehingga karya ilmiah ini dapat diselesaikan. Karya ilmiah ini
berjudul “Optimasi Pemupukan Nitrogen (N) dan Jumlah Bibit pada Padi Tipe
Baru IPB 3S”. Karya ilmiah ini bertujuan untuk mendapatkan dosis pemupukan N
dan jumlah bibit per lubang tanam yang optimum sehingga diperoleh
pertumbuhan dan hasil yang tinggi pada Padi Tipe Baru IPB 3S.
Penulis menyampaikan terima kasih kepada semua pihak yang telah
membantu selama penelitian dan penyusunan skripsi, terutama:
1. Dr Ir Sugiyanta, MSi selaku dosen pembimbing skripsi yang telah
membimbing dan pengarah selama penelitian dan penyusunan skripsi.
2. Dr Ir Ketty Suketi, MSi selaku dosen pembimbing akademik yang telah
membimbing selama perkuliahan.
3. Dr Ir Heni Purnamawati, MSc Agr dan Dr Desta Wirnas, SP MSi selaku
dosen penguji yang telah memberi saran dan masukan untuk perbaikan

skripsi.
4. Bapak, ibu, dan saudara-saudara yang telah memberikan doa, semangat dan
kasih sayang.
5. Mang Enjay dan tim sawah baru yang telah membantu selama penelitian.
6. Sahabat Senior Resident yang telah menemani dalam suka dan duka selama
3 tahun
7. Teman-teman seangkatan Agronomi dan Hortikultura yang telah
memberikan doa, semangat dan masukan pada penelitian.
8. Seluruh pihak yang telah membantu penulis yang tidak dapat disebutkan
satu per satu.
Penulis menyadari masih banyak kekurangan dan kesalahan dalam
penulisan karya ilmiah ini. Kritik dan saran sangat dibutuhkan untuk memperbaiki
karya ilmiah ini. Semoga karya ilmiah ini dapat bermanfaat.

Bogor, Desember 2015

Galih Angga Kusuma

DAFTAR ISI
DAFTAR TABEL


xii

DAFTAR GAMBAR

xii

DAFTAR LAMPIRAN

xii

PENDAHULUAN

1

Latar Belakang

1

Tujuan


2

Tujuan

2

TINJAUAN PUSTAKA

2

Botani Padi

2

Padi Tipe Baru

2

Pupuk Nitrogen


3

Jumlah Bibit

3

METODE PENELITIAN

4

Tempat dan Waktu

4

Bahan dan Alat

4

Metode Penelitian


5

Pelaksanaan Penelitian

5

Pengamatan

6

HASIL DAN PEMBAHASAN

7

Kondisi Umum

7

Analisis Kandungan Hara Tanah


8

Rekapitulasi Sidik Ragam

9

Pertumbuhan Tanaman

11

Komponen Hasil dan Hasil

16

KESIMPULAN DAN SARAN

21

Kesimpulan

21

Saran

21

DAFTAR PUSTAKA

22

LAMPIRAN

24

RIWAYAT HIDUP

26

DAFTAR TABEL
1 Hasil analisis kandungan hara tanah sebelum dan setelah penelitian
2 Rekapitulasi sidik ragam pengaruh dosis pupuk N dan jumlah bibit
terhadap pertumbuhan dan hasil pada padi tipe baru IPB 3S
3 Pengaruh dosis pupuk N dan jumlah bibit terhadap tinggi tanaman
4 Pengaruh interaksi dosis pupuk N dan jumlah bibit terhadap tinggi
tanaman pada saat 7 MST
5 Pengaruh dosis pupuk N dan jumlah bibit terhadap jumlah anakan
6 Pengaruh dosis pupuk N dan jumlah bibit terhadap bagan warna daun
7 Pengaruh dosis pupuk N dan jumlah bibit terhadap panjang akar, bobot
kering biomassa dan laju fotosintesis
8 Pengaruh dosis pupuk N dan jumlah bibit terhadap jumlah anakan
produktif, panjang malai, jumlah gabah per malai dan bobot 1 000 butir
9 Pengaruh dosis pupuk N dan jumlah bibit terhadap hasil gabah kering
per rumpun, persentase gabah bernas dan gabah hampa
10 Pengaruh dosis pupuk N dan jumlah bibit terhadap hasil ubinan dan
hasil gabah ha-1

9
10
11
12
13
14
15
17
18
20

DAFTAR GAMBAR
1 Hubungan antara jumlah bibit dengan tinggi tanaman pada saat 3 dan 4
MST
2 Hubungan antara jumlah bibit dengan jumlah anakan
3 Hubungan antara jumlah bibit dengan jumlah anakan produktif
4 Hubungan antara dosis pupuk N dengan persentase gabah bernas
5 Hubungan antara dosis pupuk N dengan persentase gabah hampa
6 Hubungan antara jumlah bibit dengan hasil gabah ha-1

12
13
17
19
19
21

DAFTAR LAMPIRAN
1 Data iklim bulan Februari sampai bulan Juni 2015
2 Deskripsi padi tipe baru varietas IPB 3S
3 Dokumentasi hama yang menyerang tanaman padi varietas IPB 3S

24
24
25

PENDAHULUAN
Latar Belakang
Padi merupakan tanaman pangan utama yang dikonsumsi penduduk
Indonesia. Kebutuhan akan padi kedepannya akan semakin bertambah seiring
dengan pertambahan jumlah penduduk di Indonesia. Menurut Bappenas (2013)
diperkirakan jumlah penduduk di Indonesia pada tahun 2035 sebesar 305.6 juta,
sehingga merupakan tantangan yang besar untuk memenuhi kebutuhan pangan
nasional. Produksi padi Indonesia pada tahun 2013 mencapai 71.27 juta ton
dengan luas lahan panen padi 13 793 913 ha dan produktivitas rata-rata nasional
5.152 ton ha-1 (BPS 2015). Produksi padi tahun 2014 sebesar 70.83 juta ton GKG
atau mengalami penurunan sebesar 0.45 juta ton (0.63 %) dibandingkan tahun
2013. Penurunan produksi diperkirakan terjadi karena penurunan luas panen
seluas 41.61 ribu ha (0.30 %) dan produktivitas sebesar 0.17 kuintal ha-1 (0.33 %)
(BPS 2015). Menurut Putra (2011) penurunan produksi padi terjadi karena
beberapa faktor seperti tidak efisiennya penggunaan pupuk anorganik, degradasi
lahan, gangguan Organisme Pengganggu Tanaman (OPT) seperti tikus, penggerek
batang, wereng, penyakit kerdil hampa, tungro serta adanya cekaman lingkungan
seperti kekeringan.
Nitrogen (N) merupakan unsur hara paling penting dalam tanaman padi.
Kebutuhan unsur N dalam tanaman padi lebih tinggi daripada unsur hara lainnya.
Unsur N merupakan faktor pembatas bagi produktivitas tanaman. Kekurangan N
akan menyebabkan tumbuhan tidak tumbuh secara optimum, sedangkan kelebihan
N selain menghambat pertumbuhan tanaman juga dapat merusak tanaman
sehingga dapat menurunkan hasil (Duan et al. 2007). Penelitian yang dilakukan
Triadiati et al (2012) menunjukkan bahwa semakin tinggi ketersediaan N dalam
tanah dan pemberian dosis N pada batasan tertentu akan menurunkan
pertumbuhan tanaman, biomassa tanaman, hasil gabah dan efisiensi penyerapan
nitrogen. Penggunaan pupuk N yang dilakukan petani cenderung meningkat
secara singnifikan untuk meningkatkan produksi hasil padi dan kesuburan tanah.
Tanaman padi mempunyai kapasitas untuk menyerap unsur N dalam jumlah
terbatas, sehingga N yang tidak diserap akan mengalami proses pencucian oleh air
irigasi dan mengalami penguapan (Triyono et al. 2013). Selain dengan optimasi
pemupukan N, untuk menghadapi tantangan kebutuhan pangan yang semakin
tinggi adalah dengan menggunakan teknologi penanaman jumlah bibit per lubang
tanam dan menggunakan Padi Tipe Baru (PTB).
Penanaman jumlah bibit per lubang tanam berpengaruh pada pemanfaatan
unsur hara, air, CO2, O2, ruang tumbuh dan cahaya sehingga mempengaruhi
produksi padi. Jumlah bibit per lubang yang sering digunakan biasanya sekitar 1-3
bibit, hal tersebut karena untuk mengurangi terjadinya kompetisi sesama tanaman.
Penggunaan Padi Tipe Baru (PTB) berpotensi untuk mengatasi pelandaian
produktivitas yang terjadi pada varietas unggul biasa. Padi Tipe Baru (PTB)
memiliki sifat penting, diantaranya (a) jumlah anakan sedikit (7-12 batang) dan
semuanya produktif, (b) malai lebih panjang dan lebat (>300 butir malai-1), (c)
batang besar dan kokoh, (d) daun tegak, tebal, dan hijau, (e) perakaran panjang
dan lebat. Potensi hasil yang dimiliki PTB 10-25% lebih tinggi dari varietas

2
unggul yang ada saat ini (Las et al. 2003). Optimasi penggunaan jumlah bibit per
lubang dalam teknologi produksi PTB sangat penting karena jumlah anakan yang
dihasilkan PTB lebih sedikit sehingga membutuhkan jumlah bibit yang optimum
untuk mendapatkan malai ha-1 lebih banyak. Jumlah malai ha-1 yang banyak akan
menghasilkan hasil panen yang tinggi. Padi yang digunakan dalam penelitian ini
adalah Padi Tipe Baru (PTB) varietas IPB 3S. Varietas IPB 3S memiliki potensi
hasil yang tinggi yaitu 11.2 ton ha-1, tahan terhadap penyakit tungro, agak tahan
terhadap penyakit blas dan hawar daun (Lampiran 2).
Tujuan
Penelitian ini bertujuan untuk mendapatkan dosis pemupukan N dan jumlah
bibit per lubang yang optimum sehingga diperoleh pertumbuhan dan hasil yang
tinggi pada padi tipe baru varietas IPB 3S.
Hipotesis
Hipotesis yang akan diuji dalam penelitian ini adalah terdapat perbedaan
pengaruh dosis pemupukan N dan jumlah bibit per lubang tanam terhadap
pertumbuhan dan hasil pada Padi Tipe Baru IPB 3S. Terdapat pengaruh interaksi
antara pemupukan N dan jumlah bibit per lubang tanam pada pertumbuhan dan
hasil pada Padi Tipe Baru IPB 3S.

TINJAUAN PUSTAKA
Botani Padi
Tanaman padi (Oryza sativa L.) termasuk golongan dari Graminae yang
ditandai dengan dari beberapa ruas penyusun batang. Padi (Oryza sativa L.)
termasuk suku Oryzae dan genus Oryza. Padi dapat dibedakan menjadi 3
subspesies yaitu Indica, Japonica dan Javanica (Siregar 1981).
Menurut Siregar (1981) padi merupakan tanaman rumput semusim dengan
tinggi 50–130 cm hingga 5 m. Batangnya berbentuk bulat, berongga dan
beruasruas serta berakar serabut. Daun terdiri atas helai daun yang menyelubungi
batang. Bunga padi membentuk malai keluar dari buku paling atas dengan jumlah
bunga tergantung kultivar yang berkisar antara 50–500 bunga, sedangkan buah
atau biji padi beragam dalam bentuk, ukuran dan warnanya.
Padi Tipe Baru
Padi Tipe Baru (PTB) merupakan padi hasil persilangan antara padi jenis
indica dengan japonica. Padi tipe baru memiliki sifat penting, diantaranya (1)
jumlah anakan sedikit (7–12 batang) dan semuanya produktif, (2) malai lebih
1ebat (>300 butir/malai) dan panjang, (3) batang besar dan kokoh, (4) daun tegak,
tebal, dan hijau tua, (5) perakaran panjang dan lebat. Potensi hasil PTB 10–25%
tebih tinggi dibandingkan dengan varietas unggul yang ada saat ini ( Las et al.
2003). IPB telah melepas padi tipe baru varietas IPB 3S yang memiliki beberapa

3
keunggulan diantaranya memiliki rata-rata hasil panen 7 ton ha-1 serta potensi
hasil mencapai 11,2 ton ha-1, tahan terhadap Tungro, agak tahan terhadap penyakit
blas ras 033 dan hawar daun bakteri (Siregar et al. 2013)
Pupuk Nitrogen
Nitrogen adalah unsur hara utama dalam pembentukan asam amino, asam
nukleat, nuklotida dan klorofil pada tanaman. Nitrogen merupakan unsur hara
utama yang penting bagi pertumbuhan tanaman. Nitrogen berfungsi dalam
mendorong pertumbuhan yang cepat (meningkatkan tinggi tanaman dan jumlah
anakan), meningkatkan ukuran daun, jumlah bulir gabah per malai, dan
kandungan protein gabah. Konsentrasi nitrogen dalam daun juga erat kaitannya
dengan laju fotosintesis daun produksi biomasa tanaman (Doberman dan Fairhust
2000).
Nitrogen diperlukan selama periode pertumbuhan tanaman. Kebutuhan
terbesar N adalah antara awal sampai pertengahan pembentukan anakan dan stadia
pembentukan malai (Doberman dan Fairhust 2000). Unsur N juga dibutuhkan
selama pematangan karena untuk menunda penuaan daun, mempertahankan
fotosintesis selama pengisian biji dan meningkatkan kandungan protein dalam
padi.
Kekurangan unsur N sering terjadi pada tahapan pertumbuhan kritis seperti
periode menganak dan inisiasi malai. Kekurangan N akan menurunkan jumlah
anakan, daun mengecil, tanaman pendek dan menguranggi jumlah gabah per
malai. Efisiensi pemupukan nitrogen dapat dilakukan dengan mengetahui
kesesuaian antara pasokan N dan kebutuhan N tanaman. Faktor-faktor yang
mempengaruhi efisiensi penggunaan N adalah varietas, jarak tanam, pengelolaan
irigasi, pengolahan tanah, bahan organik dan cara pemupukan. Efisiensi
pemupukan juga dapat diukur berdasarkan jumlah pengambilan atau serapan
unsur nitrogen oleh tanaman, yaitu jumlah pupuk paling sedikit yang diperlukan
tanaman untuk memproduksi hasil yang sama (Prased dan De Datta 1979).
Hasil penelitian Triadiati et al. (2012) aplikasi pupuk N dengan dosis 225
dan 612.5 kg urea ha-1 pada lahan sawah menunjukan bahwa pada dosis 225 kg
urea ha-1 tingkat efisiensi lebih tinggi dalam penyerapan unsur oleh tanaman.
Semakin tinggi ketersediaan nitrogen dalam tanah dan pemberian dosis pupuk N
pada batasan tertentu akan menurunkan pertumbuhan tanaman, biomassa
tanaman, dan hasil gabah.
Jumlah Bibit
Jumlah bibit per lubang tanam merupakan salah satu faktor yang
mempengaruhi hasil tanaman padi. Penelitian tentang jumlah bibit perlubang
tanam yang dilakukan Burbey et al. (2014) mengatakan jumlah gabah per malai
cenderung lebih tinggi dengan menggunakan jumlah bibit 3 per lubang tanam
namun persentase gabah bernas yang tinggi didapatkan dengan jumlah bibit 1
bibit per lubang. Hasil pengamatan tinggi tanaman, rata-rata tinggi tanaman
penggunaan 3 bibit per lubang lebih tinggi dari 1 bibit per lubang tanam. Hal ini
disebabkan pertumbuhan 1 bibit per lubang tanam cenderung melebar, terutama
dalam pembentukan anakan yang lebih banyak, sedangkan 3 bibit per lubang

4
memberikan pertumbuhan yang cenderung lebih meninggi karena jumlah bibit
tanam yang lebih padat dibanding dengan 1 bibit per lubang sehingga
mengakibatkan terjadinya etiolasi. Etiolasi disebabkan oleh kekurangan sinar
matahari sehingga tanaman akan memproduksi auksin berlebih dan
mengakibatkan tanaman cenderung tumbuh meninggi.
Penggunaan jumlah bibit per lubang tanam berkaitan dengan populasi
tanaman padi. Semakin banyak jumlah bibit per lubang tanam semakin padat
populasi pertanaman padi. Kepadatan yang tinggi pada populasi akan
mengakibatkan ruang tumbuh yang terbatas sehingga menguranggi produksi
anakan, baik anakan produktif maupun anakan total. Anakan yang terbentuk pada
kepadatan populasi yang tinggi adalah anakan primer dan sekunder, sedangkan
anakan tersier yang terbentuk umumnya tidak mampu berkompetisi pada ruang
tumbuh sempit yang mengakibatkan kematian pada anakan tersier. Jumlah anakan
tanaman padi pada jumlah bibit banyak akan lebih sedikit dibanding dengan
tanaman yang ditanam pada jumlah bibit sedikit. Hasil penelitian Sumardi (2010),
menyebutkan bahwa peningkatan kepadatan populasi dari 16 rumpun m-2 mejadi
100 m-2 menurunkan jumlah anakan total, jumlah anakan produktif, jumlah gabah
per malai, persentase gabah bernas dan bobot gabah tiap rumpun, namun
meningkatkan bobot gabah kering giling per petak (100 m2 ), yakni yakni 47.57 kg
per petak pada kepadatan populasi 16 rumpun m-2 dan 85.53 kg per petak pada
kepadatan populasi 100 rumpun m-2..

METODE PENELITIAN
Tempat dan Waktu
Penelitian ini dilaksanakan di Kebun Percobaan IPB Babakan Sawah Baru
IPB Dramaga, Bogor. Analisis tanah dilakukan di Laboratorium Kimia dan
Kesuburan Tanah Departemen Ilmu Tanah dan Sumberdaya Lahan (ITSL)
Fakultas Pertanian IPB. Penelitian ini dilaksanakan dari bulan Februari 2015 –
Juni 2015.
Bahan dan Alat
Bahan yang digunakan dalam percobaan ini adalah benih padi tipe baru
varietas IPB 3S. Pupuk yang digunakan adalah pupuk Urea, SP-36, KCl dan untuk
mengendalikan hama dan penyakit digunakan pestisida. Alat-alat yang digunakan
adalah traktor, cangkul, kored, ajir, tali rafia, ember, meteran, sprayer, timbangan
digital, Bagan Warna Daun (BWD), oven dan LI-COR Photosynthesis 6 400 XT.

5
Metode Penelitian
Metode penelitian yang digunakan adalah Rancangan Faktorial Split Plot
dengan dua faktor. Petak utama adalah pemupukan N yang terdiri dari : dosis N
90 kg ha-1 (N1), dosis N 120 kg ha-1 (N2), dosis N 150 kg ha-1 (N3), dosis N 180
kg ha-1 (N4). Anak petak adalah jumlah bibit per lubang tanam yang terdiri dari :
1 bibit per lubang tanam (J1), 5 bibit per lubang tanam (J2), 10 bibit per lubang
tanam (J3), 15 bibit per lubang tanam (J4), 20 bibit per lubang tanam (J5). Dua
faktor tersebut diperoleh 20 kombinasi perlakuan. Penelitian ini menggunakan
tiga kali ulangan (tiga kelompok), dengan demikian terdapat 60 satuan percobaan.
Petak satuan penelitian berukuran 5 m x 5 m, sehingga total lahan yang
dibutuhkan seluas 1 500 m2. Jarak tanam yang digunakan adalah jarak tanam 30
cm x 20 cm.
Model linier untuk analisis statistik dari penelitian ini adalah :
Yijk = μ + Ni + Bj + £ik + Uk + (NB)ij + €ijk
Yijk = Respon pengamatan pada perlakuan dosis N taraf ke-I, jumlah bibit ke-j
dan ulangan ke-k
μ
= Rataan umum pengamatan
Ni
= Pengaruh dosis N pada taraf ke-i
Bj
= Pengaruh jumlah bibit pada taraf ke-j
Uk
= Pengaruh ulangan pada taraf ke-k
£ik
= Pengaruh galat dari petak utama yang muncul pada ulangan ke-k dan
perlakuan dosis N ke-i
(NB)ij = Pengaruh interaksi antara dosis N ke taraf ke-i dan jumlah bibit ke-j
εijk
= Pengaruh galat anak petak yang muncul dari ulangan ke- k dan
kombinasi perlakuan ij.
Analisis statistik dilakukan terhadap semua data hasil pengamatan dengan
menggunakan sidik ragam (uji F). Apabila pada sidik ragam perlakuan
memberikan pengaruh nyata dilakukan uji lanjut dengan DMRT (Duncan Multiple
Range Test) pada taraf uji 5%.
Pelaksanaan Penelitian
Kegiatan penelitian ini meliputi pengolahan tanah, persemaian, penanaman,
pemupukan, penyiangan, pengendalian hama penyakit, pengamatan dan panen.
Pengolahan tanah dilakukan dengan menggunakan traktor sebanyak dua kali dan
dilumpurkan hingga siap tanam. Kegiatan ini dimulai sejak dua minggu sebelum
tanam. Penyemaian dilaksanakan di kebun percobaan Sawah Baru dengan luas
lahan yang digunakan 4% dari luasan lahan yakni sekitar 60 m2. Benih yang
digunakan dari Padi Tipe Baru varietas IPB 3S. Penanaman dilakukan saat umur
bibit 14 HSS (hari setelah sebar) dengan lahan seluas 1500 m2. Penanaman bibit
sesuai dengan perlakuan yaitu 1 bibit per lubang tanam (J1), 5 bibit per lubang
tanam (J2), 10 bibit per lubang tanam (J3), 15 bibit per lubang tanam (J4) dan 20
bibit per lubang tanam (J5). Jarak tanam yang digunakan adalah jarak tanam 30 x
20 cm. Dosis pemupukan N yang digunakan sesuai perlakuan yaitu N1 (90 kg ha1
), N2 (120 kg ha-1), N3 (150 kg ha-1) dan N4 (180 kg ha-1). Dosis pupuk SP-36
100 kg ha-1 dan dosis pupuk KCl 50 kg ha-1 masing-masing perlakuan sama
besarnya. Pupuk N diberikan 3 kali yaitu pada waktu tanam dengan 1/3 dosis, SP-

6
36, dan KCl diberikan seluruhnya pada saat tanaman berumur 1 minggu setelah
tanam (MST), 1/3 dosis N akan diberikan pada saat tanaman berumur 4 MST dan
1/3 dosis N diberikan pada 7 MST. Pemeliharaan dilakukan dengan penyiangan,
penyulaman bibit yang mati, dan pengendalian dari organisme pengganggu
tanaman. Penyiangan pertama dilakukan pada umur 2 minggu setelah tanam
(MST), sedangkan penyiangan kedua dilakukan pada umur 6 MST. Penyiangan
dilakukan dengan mencabut dengan tangan, kemudian dipendam dalam tanah.
Pengendalian hama dan penyakit tanaman dilakukan dengan menggunakan
pestisida. Hal tersebut disesuaikan dengan jenis dan intensitas hama dan penyakit
yang menyerang tanaman, sedangkan pengendalian hama burung dilakukan
dengan memasang jaring di sekeliling lokasi penelitian dan dengan menjaga lahan
percobaan saat intensitas serangan burung tinggi. Pemanenan dilakukan setelah
memenuhi kriteria panen yaitu 90–95% bulir-bulir padi telah menguning.
Pengamatan
Pengamatan dilakukan pada 5 tanaman contoh untuk satu satuan percobaan.
Peubah yang diamati adalah
a. Pengamatan pertumbuhan, meliputi:
1. Jumlah anakan diamati setiap minggu sejak tanaman berumur 3 MST
hingga keluar malai (heading).
2. Tinggi tanaman diamati dari permukaan tanah sampai daun tertinggi sejak
tanaman berumur 3 MST hingga keluar malai (heading).
3. Volume akar yang diukur dengan memasukkan akar ke dalam gelas ukur
yang di isi air (mL) pada saat panen.
4. Panjang akar yang diukur dari pangkal akar sampai ujung akar (cm) pada
saat panen.
5. Pengamatan warna daun dilakukan menggunakan alat bagan warna daun
(BWD). Pengamatan ini dilakukan mulai 3 MST hingga keluar malai
dengan cara mengamati daun teratas yang telah membuka sempurna.
6. Bobot kering biomassa
Bobot kering biomassa diperoleh dengan menjemur bagian akar dan tajuk
tanaman dengan sinar matahari selama dua hari, kemudian dimasukkan ke
dalam oven dengan suhu 105°C selama 24 jam pada saat panen.
b. Pengamatan komponen hasil, meliputi:
1. Jumlah anakan produktif rumpun-1, dihitung dari seluruh anakan yang
menghasilkan malai pada saat panen.
2. Panjang malai, diukur dari pangkal malai sampai ujung malai dari 2 malai
setiap tanaman contoh.
3. Jumlah gabah malai-1, diamati dari setiap 2 malai setiap tanaman contoh.
4. Hasil gabah basah dan gabah kering/rumpun, dilakukan perontokan bulir
gabah basah dan ditimbang.
5. Bobot per 1 000 butir gabah diamati dari 1 000 butir gabah bernas yang
diambil dari tanaman contoh.
6. Persentase gabah bernas dan gabah hampa, dihitung dari gabah sebanyak
100 g.

7
c. Pengamatan Hasil
1. Hasil ubinan, dilakukan dengan mengukur seluas 2.5 m x 2.5 m pada
tengah petakan.
2. Hasil gabah ha-1.
(a). Gabah Kering Panen, diperoleh dari hasil dalam ubinan basah
dengan rumus :
L
pe Hek
A=
x Hasil ubinan basah
L
U in n
(b). Gabah Kering Giling, diperoleh dari hasil dalam ubinan kering
dengan rumus :
L
pe Hek
A=
x Hasil ubinan kering
L
U in n
d. Pengamatan kandungan hara tanah
Analisis kandungan hara dalam tanah sebelum dan sesudah tanam.
e. Pengamatan fotosintesis dengan LI-COR Photosynthesis 6 400 XT.

HASIL DAN PEMBAHASAN
Kondisi Umum
Curah hujan selama penelitian berkisar antara 90 mm bulan-1 sampai 374
mm bulan-1 dengan rata-ratanya 244 mm bulan-1. Temperatur rata-rata bulanan
25°C sampai 26.3°C dengan kelembaban udara bulanan antara 79% sampai 99%
(Lampiran 1 ). Curah hujan dan kelembaban udara terendah terjadi pada bulan
Juni dengan nilai masing-masing 90 mm bulan-1 dan 79%, sedangkan curah hujan
dan kelembaban udara tertinggi terjadi pada bulan Februari dengan nilai masingmasing 346 mm bulan-1 dan 88%.
Penanaman bibit dilakukan berdasarkan perlakuan jumlah bibit, yaitu 1, 5,
10, 15 dan 20 bibit per lubang. Kondisi awal tanaman dengan jumlah bibit 5, 10,
15 dan 20 cukup baik, tanaman mampu beradaptasi dengan lingkungan sekitar.
Pertumbuhan perlakuan 1 bibit per lubang mengalami stagnansi, layu dan warna
daun menguning. Tanaman yang mengalami pertumbuhan kurang baik, rusak atau
mati harus segera diganti dengan bibit yang baru. Penyulaman dapat dilakukan
pada 7 hari setelah tanam (HST). Penyulaman dilakukan bertujuan untuk
mengganti tanaman yang mati, rusak dan mengisi sela ruang yang tidak tertanami
saat penanaman padi.
Tanaman diserang oleh hama keong mas (Pomacea canaliculata) saat
tanaman berumur 1-3 MST. Hama ini menyerang dengan cara memotong dan
memakan bagian tajuk pada tanaman padi sehingga menyebabkan tanaman padi
rusak bahkan sampai hilang dari pertanaman. Hama keong mas paling parah
menyerang tanaman dengan perlakuan 1 bibit per lubang tanam, sedangkan pada
perlakuan 20 bibit per lubang hama keong mas tidak terlalu merusak tanaman.
Upaya pengendalian dilakukan sejak sebelum penanaman bibit dengan
mengeringkan lahan, membuat saluran air pada petak penelitian dan memunggut
secara manual keong mas dari lahan sawah. Penyulaman juga dilakukan untuk
mengganti tanaman yang rusak akibat serangan keong mas. Saat tanaman berumur
4 MST, serangan hama keong mas mulai menurun karena pertumbuhan tanaman
padi sudah tinggi dan tajuk sudah kuat.

8
Serangan hama putih palsu (Cnaphalocrosis medinalis) terlihat pada awal
pertanaman, namun tidak terlalu berpengaruh pada kondisi pertanaman padi.
Serangan hama walang sangit (Leptocorisa oratorius) terjadi pada fase masak
susu. Hama ini menyerang padi dengan cara menusuk dan menghisap cairan yang
terdapat dalam bulir padi. Serangan ini mengakibatkan bulir padi menjadi kosong
dan berwarna kuning kecoklatan. Serangan walang sangit ini cukup banyak karena
kondisi lahan padi sekitar lahan penelitian mulai dipanen, sehingga hama walang
sangit berpindah dan menyerang tanaman pada penelitian ini. Upaya pengendalian
serangan ini dengan satu kali aplikasi insektisida dengan dosis 1 L ha-1 pada saat
malai padi keluar yaitu 8 MST. Hama lain yang menyerang adalah belalang hijau
(Oxya chinensis) dan kepik hijau (Nezara viridula). Serangan hama ini tidak
terlalu parah dibandingkan dengan serangan walang sangit. Belalang menyerang
daun padi dengan cara menggigit dan mengunyah sedangkan kepik hijau menusuk
dan menghisap cairan pada daun padi. Kerusakan yang ditimbulkan oleh belalang
adalah daun padi robek atau koyak sedangkan yang ditimbulkan kepik hijau warna
daun menjadi pucat, terbentuk noda bahkan mengering.
Hama lain yang menyerang adalah burung pipit. Hama burung pipit
menyerang pada saat padi mulai menguning. Serangan burung pipit terjadi hampir
setiap pagi dan sore hari. Burung pipit menyerang dengan cara berkelompok dan
sulit dikendalikan. Hama ini memakan bulir padi yang masak penuh sehingga
menyisakan batang-batang padi kosong dan mengering. Kerusakan paling parah
terjadi pada tanaman pinggir. Intensitas serangan hama ini sangat tinggi karena
lahan sekitar penelitian sudah dipanen, sehingga hama ini terkonsentrasi pada
lahan penelitian ini. Pengaruh serangan hama ini dapat menurunkan hasil padi
sawah. Upaya pengendaliannya dengan memasang jaring pada pinggiran tanaman
dan mengusir secara manual burung pipit ketika akan menyerang.
Gulma yang terdapat pada areal penelitian terdiri dari gulma rumput dan
gulma berdaun lebar. Jenis gulma rumput yang ditemukan adalah gulma jajagoan
(Echinochloa crusgalli) dan gulma bobontengan (Leptochloa chinensis)
Pengendalian gulma dilakukan secara manual pada 3 MST dengan cara mencabut
dan memotong dengan sabit kecil hingga tidak terlihat lagi pada lahan penelitian.
Pematang sawah juga dibersihkan pada 6 MST yang bertujuan untuk
memudahkan berjalan saat perawatan. Penyakit yang menyerang adalah penyakit
tungro namun secara umum hanya sedikit menyerang kecuali pada perlakuan 1
bibit per lubang tanam. Pemanenan dilakukan pada saat padi berumur 112 HST
dengan cara manual. Padi dipotong bawah kemudian dirontokkan dengan cara
digebot.
Analisis Kandungan Hara Tanah
Analisis kandungan hara tanah dilakukan sebelum dan setelah panen.
Sebelum penelitian dilakukan pengambilan sampel tanah awal dengan
pengambilan contoh tanah secara komposit. Setelah penelitian sampel tanah
diambil pada masing-masing petak perlakuan dan dilakukan secara komposit.
Analisis kandungan hara tanah dilakukan terhadap kandungan N total, P total dan
K total (Tabel 1).

9
Tabel 1 Hasil analisis kandungan hara tanah sebelum dan setelah penelitian
Perlakuan
Peubah
Kriteria
N Total (%)
Sebelum
0.24
Sedang
Setelah (N kg ha-1)
90
0.19
Rendah
120
0.19
Rendah
150
0.20
Rendah
180
0.21
Sedang
P Total (ppm)
Sebelum
5.39
Sangat rendah
Setelah (N kg ha-1)
90
4.12
Sangat rendah
120
4.84
Sangat rendah
150
3.63
Sangat rendah
180
3.78
Sangat rendah
K Total (me/100g)
Sebelum
0.96
tinggi
-1
Setelah (N kg ha )
90
0.28
Sedang
120
0.34
Sedang
150
0.36
Sedang
180
0.46
Sedang
Keterangan: analisis tanah tidak dilakukan uji statistik.

Berdasarkan kriteria sifat tanah berdasarkan sifat PPT dalam Amrah (2008),
hasil analisis tanah sebelum penelitian menunjukan bahwa N total sedang, P total
sangat rendah dan K total tinggi. Hasil analisis tanah pada akhir penelitian
mengalami penurunan pada semua unsur hara yang dianalisis, namun terdapat
kecenderungan bahwa peningkatan dosis pupuk N akan meningkatkan kandungan
hara N total dan K total pada akhir penelitian.
Rekapitulasi Sidik Ragam
Hasil rekapitulasi sidik ragam menunjukkan bahwa perlakuan dosis pupuk
N berpengaruh sangat nyata terhadap peubah pertumbuhan tanaman seperti tinggi
tanaman pada 6 MST, bagan warna daun pada 4 dan 6 MST, serta pada komponen
hasil seperti persentase gabah bernas dan hampa. Perlakuan dosis pupuk N
berpengaruh nyata terhadap jumlah anakan pada 4 MST dan bobot basah ubinan.
Perlakuan jumlah bibit berpengaruh sangat nyata pada peubah pertumbuhan
tanaman seperti tinggi tanaman, jumlah anakan, biomassa kering tanaman, serta
pada komponen hasil dan hasil seperti jumlah anakan produktif , bobot basah
ubinan, bobot kering ubinan, GKP dan GKG. Perlakuan jumlah bibit berpengaruh
nyata terhadap jumlah gabah per malai dan bobot 1000 butir. Interaksi antara
perlakuan dosis pemupukan N dengan jumlah bibit per lubang tanam berpengaruh
nyata terhadap tinggi tanaman pada saat 7 MST (Tabel 2). Nilai koefisien
keragaman menunjukkan tingkat ketepatan perlakuan dalam suatu percobaan dan
menunjukkan pengaruh lingkungan dan faktor lain yang tidak dapat dikendalikan

10
dalam percobaan. Nilai KK yang tinggi menunjukkan semakin rendah nilai
keandalan suatu percobaan, sedangkan KK yang rendah menunjukkan semakin
tinggi keandalan sutu percobaan (Gomez dan Gomez 1995).
Tabel 2 Rekapitulasi sidik ragam pengaruh dosis pupuk N dan jumlah bibit
terhadap pertumbuhan dan hasil pada padi tipe baru IPB 3S
Dosis
Koefisien
Jumlah
Pupuk
Peubah
Interaksi Keragaman
bibit
N
(%)
Pertumbuhan Tanaman
Tinggi Tanaman
3 MST
tn
**
tn
5.76
4 MST
tn
**
tn
5.87
5 MST
tn
**
tn
4.54
6 MST
**
**
tn
3.41
7 MST
tn
**
*
3.32
Jumlah Anakan
3 MST
tn
**
tn
15.03
4 MST
*
**
tn
14.39
5 MST
tn
**
tn
9.93
6 MST
tn
**
tn
8.64
7 MST
tn
**
tn
7.78
Bagan Warna Daun
3 MST
tn
tn
tn
9.62
4 MST
**
tn
tn
7.53
5 MST
tn
tn
tn
6.14
6 MST
**
tn
tn
6.25
7 MST
tn
tn
tn
3.24
Biomassa kering (14 MST)
tn
**
tn
27.21
Laju fotosintesis
tn
tn
tn
17.67
Komponen Hasil dan Hasil
Jumlah anakan produktif
tn
**
tn
14.42
Jumlah gabah per malai
tn
*
tn
10.89
Bobot 1000 butir
tn
*
tn
2.34
Bobot kering gabah per rumpun
tn
tn
tn
14.04
Gabah bernas
**
tn
tn
5.96
Gabah hampa
**
tn
tn
25.68
Bobot basah ubinan
*
**
tn
15.58
Bobot kering ubinan
tn
**
tn
14.76
Gabah kering panen
tn
**
tn
15.58
Gabah kering giling
tn
**
tn
17.76
Keterangan : * : nyata pada taraf 5%; ** : nyata pada taraf 1 %; tn : tidak nyata

11
Pertumbuhan Tanaman
Tinggi tanaman
Hasil analisis statistik menunjukkan bahwa perlakuan dosis pupuk nitrogen
berpengaruh nyata terhadap tinggi tanaman pada saat 6 MST. Perlakuan jumlah
bibit berpengaruh nyata dari 3-7 MST terhadap tinggi tanaman. Aplikasi dosis 180
kg N ha-1 pada saat 6 MST menghasilkan tinggi tanaman paling tinggi jika
dibandingkan dengan dosis 150 kg N ha-1 , namun tidak berbeda nyata dengan
dosis 90 dan 120 kg N ha-1. Perlakuan jumlah bibit 15 per lubang pada akhir
pengamatan menghasilkan tinggi tanaman paling tinggi jika dibandingkan dengan
jumlah bibit 1,5, dan 20 bibit per lubang tanam, namun tidak nyata meningkatkan
tinggi tanaman jika dibandingkan dengan 10 bibit per lubang tanam.
Terdapat kecenderungan bahwa apabila jumlah bibit yang ditanam banyak
maka tinggi tanamannya lebih tinggi daripada perlakuan jumlah bibit sedikit,
namun jika ditanam melebihi 15 bibit per lubang tanam akan menurunkan tinggi
tanaman. Hal ini terjadi karena jumlah anakan yang banyak dan rapat
menyebabkan anakan tidak semuanya mendapat sinar matahari sehingga terjadi
etiolasi. Etiolasi terjadi karena adanya produksi dan distribusi auksin yang tinggi,
sehingga merangsang pemanjangan sel yang mendorong meningkatnya tinggi
tanaman (Gardner et al 1985). Jumlah bibit sedikit mengalami pertumbuhan yang
melebar dan memperbanyak jumlah anakannya. Hal ini sesuai dengan penelitian
Burbey et al. (2014) mengatakan bahwa penanaman jumlah bibit 1 per lubang
memperlihatkan pertumbuhan yang melebar, sedangkan jumlah bibit banyak
memperlihatkan pertumbuhan yang cenderung meninggi.
Tabel 3 Pengaruh dosis pupuk N dan jumlah bibit terhadap tinggi tanaman
Umur Tanaman (MST)
Perlakuan
3
4
5
6
7
....................................................cm.................................................
Dosis (Kg)
90
53.43
67.27
82.72
98.25ab
107.41
120
53.16
66.85
83.41
97.49ab
107.92
150
51.37
65.12
79.73
94.80b
105.22
180
52.21
66.05
81.98
98.71a
108.85
Jumlah Bibit
1
46.20d
60.60c
76.65b
90.91c
100.20c
5
49.27c
65.08b
81.23a
96.67b
105.97b
10
53.50b
66.75ab
84.02a
99.48ab
110.28a
15
57.18a
69.82a
84.15a
100.85a
111.57a
20
56.57a
69.35a
83.76a
98.65ab
108.97b
Interaksi
tn
tn
tn
tn
**
Keterangan: angka-angka sama yang diikuti huruf yang sama tidak berbeda nyata menurut uji
DMRT taraf 5 %.

Hasil analisis regresi penggunaan bibit per lubang tanam nyata pada 3 dan 4
MST. Pola yang dihasilkan adalah linier dengan persamaan Y = 0.5932x + 46.494
R² = 0.9066 (3 MST) dan Y = 0.457x + 61.658 R² = 0.8628 (4 MST). Hasil ini

12
menunjukkan bahwa penggunaan bibit per lubang tanam semakin tinggi akan
meningkatkan tinggi tanaman padi pada saat umut 3 dan 4 minggu setelah tanam.
80

tinggi tanaman (cm)

70
60
50
40

y = 0.457x + 61.658
R² = 0.8628 (4 MST)

30

3 MST
4 MST

y = 0.5932x + 46.494
R² = 0.9066 (3 MST)

20
10
0
0

5

10

15

20

Jumlah Bibit

Gambar 1 Hubungan antara jumlah bibit dengan tinggi tanaman pada saat 3 dan
4 MST
Terdapat interaksi antara dosis pemupukan N dan jumlah bibit per lubang
tanam pada saat 7 MST. Interaksi antara dosis pupuk N dan jumlah bibit secara
umum menunjukkan hasil yang tidak berpengaruh nyata terhadap tinggi tanaman.
Interaksi antara dosis 90 kg N ha-1 dengan bibit 1 per lubang menunjukkan hasil
yang nyata lebih tinggi jika dibandingkan dengan interaksi dosis 120 kg N ha-1
dengan jumlah bibit yang sama, namun tidak berbeda nyata dengan dosis 150 dan
180 kg N ha-1 .
Tabel 4 Pengaruh interaksi dosis pupuk N dan jumlah bibit terhadap tinggi
tanaman pada saat 7 MST
Jumlah bibit
Perlakuan
1
5
10
15
20
.......................................cm...........................................
Dosis N (kg)
90
108.07abc
105.73abc
109.00abc 109.00abc 108.87abc
120
94.53d
109.87ab
111.53ab
113.867a
109.80ab
150
97.87cd
104.80abcd 107.40abc 109.53ab
106.53abc
180
100.33bcd 100.33bcd
113.20a
114.00a
113.20a
Keterangan: angka-angka sama yang diikuti huruf yang sama tidak berbeda nyata menurut uji
DMRT taraf 5 %.

Jumlah anakan
Pengaruh dosis pemupukan N hanya berpengaruh nyata terhadap jumlah
anakan pada saat berumur 4 MST, sebaliknya jumlah anakan dari 3-7 MST
dipengaruhi secara nyata oleh perlakuan jumlah bibit per lubang tanam. Perlakuan
jumlah bibit 20 per lubang tanam nyata menghasilkan jumlah anakan lebih banyak
jika dibandingkakan dengan jumlah bibit 1,5, dan 10 pada saat 3-7 MST, namun
tidak berbeda nyata jika dibandingkan dengan bibit 15 per lubang tanam pada saat
5-7 MST (Tabel 5).

13
Tabel 5 Pengaruh dosis pupuk N dan jumlah bibit terhadap jumlah anakan
Umur Tanaman (MST)
Perlakuan
3
4
5
6
7
.................................................batang.................................................
Dosis (Kg)
90
13.33
15.67b
21.27
21.93
22.73
120
15.20
17.73a
22.60
23.13
23.40
150
14.13
16.00b
21.73
22.27
24.27
180
14.73
17.67a
22.07
23.67
24.60
Jumlah Bibit
1
5.83e
8.75e
15.92d
17.83d
19.67d
5
10.75d
14.00d
19.42c
21.08c
21.50c
10
14.50c
16.92c
22.50b
23.25b
24.33b
15
19.00b
20.92b
25.00a
25.58a
26.50a
20
21.67a
23.25a
26.75a
26.00a
26.75a
Interaksi
tn
tn
tn
tn
tn
Keterangan: angka-angka sama yang diikuti huruf yang sama tidak berbeda nyata menurut uji
DMRT taraf 5 %.

Hasil analisi regresi hubungan penggunaan jumlah bibit per lubang tanam
terhadap jumlah anakan menunjukkan pola linier dengan persamaan Y =
0.8281+5.9032 R² = 0.9845 (3 MST), Y = 0.7434x + 9.1851 R² = 0.972 (4 MST),
Y = 0.5641x + 16.164 R² = 0.9741 (5 MST), Y = 0.4302x + 18.36 R² = 0.9321 (6
MST), dan Y = 0.3974x + 19.697 R² = 0.9441 (7 MST). Hasil ini menunjukkan
bahwa penggunaan jumlah bibit semakin banyak akan meningkatkan jumlah
anakannya, sehingga tanaman padi juga dapat meningkatkan jumlah anakan
poduktif yang dihasilkan.
30

Jumlah anakan

25
20
y = 0.3974x + 19.697R² = 0.9441 (7 MST)
y = 0.4302x + 18.36R² = 0.9321 (6 MST)

15
10

y = 0.5641x + 16.164R² = 0.9741 (5 MST)

5

y = 0.7434x + 9.1851 R² = 0.972 (4 MST)
y = 0.8281x + 5.9032 R² = 0.9845 (3 MST)

0
0

5

10
Jumlah bibit

15

20

3 MST
4 MST
5 MST
6 MST
7 MST

Gambar 2 Hubungan antara jumlah bibit dengan jumlah anakan
Penggunaan jumlah bibit 1 per lubang secara visual menghasilkan anakan
yang relatif lebih homogen dibandingkan menggunakan jumlah bibit yang lebih
banyak, sehingga tingkat keseragaman tanaman relatif lebih baik (Burbey et al.

14
2014). Anakan yang terbentuk dari jumlah bibit 1 adalah anakan primer, sekunder
dan tersier, sebaliknya pada perlakuan jumlah bibit banyak yang terbentuk
kemungkinan anakan primer, sedangkan anakan sekunder dan tersier tidak mampu
berkompetisi dan mati. Menurut Sumardi (2010), padi bersifat merumpun melalui
pembentukan anakan, maka penanaman dengan jumlah bibit banyak dan rapat
mengakibatkan ruang tumbuh yang terbatas dan menghambat pertumbuhan
anakan.
Bagan warna daun
Bagan Warna Daun (BWD) berguna untuk mengetahui kecukupan N pada
tanaman padi sehingga dapat diketahui apakah tanaman perlu diberikan pupuk N
atau tidak dan berapa takaran N yang perlu diberikan (Amirullah 2014). Perlakuan
dosis pupuk N nyata mempengaruhi nilai bagan warna daun pada saat 4 MST dan
6 MST, tetapi pada 6 MST masing-masing perlakuan tidak menghasilkan hasil
yang nyata setelah di uji lanjut dengan DMRT. Dosis 90 kg N ha-1 menghasilkan
nilai bagan warna daun paling rendah jika dibandingkan perlakuan dosis lainnya,
namun tidak berbeda nyata dengan perlakuan 150 dan 180 kg N ha-1. Umur 4
MST merupakan fase pembentukan anakan aktif dan umur 6 MST tanaman padi
menuju ke fase primordia sehingga membutuhkan pupuk N yang cukup besar.
Perlakuan jumlah bibit per lubang tanam tidak berpengaruh pada nilai bagan
warna daun (Tabel 6).
Tabel 6 Pengaruh dosis pupuk N dan jumlah bibit terhadap bagan warna daun
Umur Tanaman (MST)
Perlakuan
3
4
5
6
7
.........................................skor............................................
Dosis (Kg)
90
3.00
3.53b
3.93
3.60a
4.00
120
3.20
4.00a
3.87
3.86a
4.00
150
3.27
3.93ab
4.00
4.00a
4.00
180
3.40
3.87ab
3.93
4.00a
3.93
Jumlah Bibit
1
3.25
3.92
3.91
3.92
4.00
5
3.08
3.83
4.00
3.92
4.00
10
3.25
3.92
3.92
3.92
4.00
15
3.25
3.83
3.92
3.83
4.00
20
3.25
3.67
3.92
3.75
3.92
Interaksi
tn
tn
tn
tn
tn
Keterangan: angka-angka pada kolom yang sama yang diikuti huruf yang sama menunjukan tidak
berbeda nyata menurut uji DMRT taraf 5%.

Panjang akar, biomassa kering tanaman dan laju fotosintesis
Perlakuan dosis pupuk N tidak berpengaruh terhadap panjang akar dan
bobot biomassa kering tanaman pada saat 14 MST. Perlakuan jumlah bibit per
lubang tanam tidak berpengaruh pada panjang akar, tetapi berpengaruh sangat
nyata pada biomassa kering tanaman. Jumlah bibit 1 per lubang tanam
menghasilkan biomassa kering tanaman lebih tinggi jika dibandingkan dengan

15
perlakuan jumlah bibit 10, 15, dan 20 bibit per lubang tanam, namun tidak
berbeda nyata dengan jumlah bibit 5 per lubang tanam. Hasil ini menunjukkan
bahwa semakin banyak jumlah bibit yang digunakan akan menurunkan biomassa
kering tanaman padi.
Perlakuan jumlah bibit 1 per lubang tidak terjadi persaingan antar anakan
dalam rumpun sehingga batang dan tajuk yang dihasilkan lebih besar dan kuat.
Persaingan antar anakan dalam rumpun dalam memanfaatkan hara, cahaya dan
ruang tumbuh terjadi pada perlakuan jumlah bibit yang banyak. Meskipun jumlah
anakan banyak namun pertumbuhan batang dan tajuk kecil dan busuk pada bagian
tengahnya.
Laju fotosintesis tanaman padi diukur pada saat masak susu atau 9 MST.
Perlakuan dosis pupuk N dan jumlah bibit tidak berpengaruh pada laju fotosintesis,
namun jika dilihat nilai laju fotosintesis semakin menurun dengan peningkatan
dosis pupuk N. Penelitian yang dilakukan Hidayati (2015) menunjukkan nilai laju
fotosintesis pada padi varietas Ciherang berkisar pada 15-20 µmol CO2 m-2 s-1,
sedangkan pada penelitian ini yang menggunakan varietas IPB 3S berkisar 38-44
µmol CO2 m-2 s-1. Laju fotosintesis yang dihasilkan oleh varietas IPB 3S lebih
besar daripada varietas Ciherang. Long et al. (2006) mengatakan terdapat
hubungan erat antara peningkatan fotosintesis, biomassa, dan hasil. Peningkatan
laju fotosintesis akan meningkatkan produksi hasil tanaman padi dan sebaliknya,
penurunan laju fotosintesis akan menurunkan produksi tanaman padi.
Tabel 7 Pengaruh dosis pupuk N dan jumlah bibit terhadap panjang akar, bobot
kering biomassa dan laju fotosintesis
Panjang Akar
Bobot Kering Biomassa Laju Fotosintesis
Perlakuan
.........cm.........
.........g.........
µmol CO2 m-2 s-1
......14 MST......
.....9 MST.....
Dosis (Kg)
90
21.16
80.73
44.46
120
21.65
69.13
42.68
150
21.01
82.87
40.67
180
21.08
80.93
39.89
Jumlah Bibit
1
21.89
97.50a
38.94
5
21.40
82.22ab
41.31
10
21.11
74.06b
46.63
15
20.21
66.17b
42.50
20
21.52
72.00b
40.54
Interaksi
tn
tn
tn
Keterangan: angka-angka pada kolom yang sama yang diikuti huruf yang sama menunjukan tidak
berbeda nyata menurut uji DMRT taraf 5%.

16
Komponen Hasil dan Hasil
Jumlah anakan produktif, panjang malai, jumlah gabah per malai dan bobot
1 000 butir
Perlakuan dosis pupuk N terlihat tidak berpengaruh pada komponen hasil
jumlah anakan produktif, panjang malai, jumlah gabah malai-1 dan bobot 1 000
butir (Tabel 8). Perlakuan jumlah bibit per lubang memberikan pengaruh nyata
terhadap komponen hasil jumlah anakan produktif, panjang malai, jumlah gabah
malai-1 dan bobot 1 000 butir. Perlakuan jumlah bibit 20 per lubang menghasilkan
jumlah anakan produktif yang paling tinggi daripada yang lain. Jumlah anakan
produktif yang dihasilkan sebesar 14.17 anakan produktif, tetapi terjadi penurunan
anakan produktifnya jika dibandingkan dengan jumlah bibit yang ditanam. Hal ini
terjadi karena adanya kepadatan rumpun dan kompetisi sehingga pertumbuhan
dan perkembangan anakan produktif tidak optimal. Sumardi (2010) mengatakan
kepadatan rumpun yang tinggi membatasi ruang tumbuh untuk menghasilkan
pertumbuhan dan perkembangan organ tanaman secara optimal.
Perlakuan 1 bibit per lubang tanam menghasilkan panjang malai paling
panjang tetapi tidak berbeda nyata dengan jumlah bibit 5, 10, dan 20. Jumlah
gabah malai-1 paling banyak juga dihasilkan oleh perlakuan 1 bibit per lubang
tetapi tidak berbeda nyata dengan perlakuan 5 dan 20 bibit per lubang tanam.
Semakin panjang malai yang dihasilkan maka jumlah gabah malai-1 yang
dihasilkan juga lebih banyak. Kepadatan rumpun dan kompetisi antar anakan
diduga menjadi penyebab penurunan panjang malai pada perlakuan dengan
jumlah bibit yang lebih banyak sehingga akan menurunkan jumlah gabah malai-1.
Zeng and Shannon (2000) mengatakan bahwa jumlah gabah per tanaman akan
menurun dengan meningkat kepadatan populasi anakan dalam rumpun.
Perlakuan dosis pupuk N tidak berpengaruh pada bobot 1 000 butir,
sedangkan jumlah bibit berpengaruh nyata terhadap bobot 1 000 butir. Terdapat
kecenderungan bahwa peningkatan jumlah bibit per lubang akan meningkatkan
bobot 1 000 butir padi. Hal ini terjadi karena malai yang dihasilkan jumlah bibit
yang banyak lebih pendek sehingga asimilat digunakan untuk pengisian bulir padi
lebih banyak. Bobot 1 000 butir padi lebih ditentukan oleh sifat genetik dari Padi
Tipe Baru (PTB) varietas IPB 3S dan tingkat kemasakan pada bulir padi. Bulir
padi yang masak penuh akan memiliki bobot yang lebih besar daripada bulir yang
belum masak penuh. Menurut Siregar et al. 2013, varietas IPB 3S memiliki bobot
1 000 butir sebesar ± 28.2 gram. Penelitian ini menghasilkan rata-rata bobot 1 000
butir yang sesuai dengan deskripsi varietas IPB 3S.
Hasil analisis regresi hubungan antara jumlah bibit dengan jumlah anakan
produktif menunjukkan pola linier dengan persamaan Y = 0.1435x + 10.853
R² = 0.8353. Hasil tersebut menunjukkan bahwa semakin banyak jumlah bibit
yang ditanam maka akan menghasilkan jumlah anakan produktif yang lebih
banyak sehingga dapat meningkatkan produktivitas pada tanaman padi.

17
Tabel 8 Pengaruh dosis pupuk N dan jumlah bibit terhadap jumlah anakan
produktif, panjang malai, jumlah gabah per malai dan bobot 1 000 butir
Jumlah
Anakan
Panjang
Jumlah
Bobot
Perlakuan
Produktif
Malai
Gabah/Malai
1 000 butir
.......batang....... .........cm......... .......butir........
.........g.........
Dosis (Kg)
90
12.40
31.50
280.47
28.07
120
12.00
31.68
284.13
27.93
150
11.93
31.40
265.73
28.47
180
12.93
31.18
282.89
27.87
Jumlah Bibit
1
11.58b
32.45a
301.33a
27.91ab
5
11.08b
32.06a
292.08ab
27.67b
10
12.08b
31.05ab
266.58bc
28.17ab
15
12.67b
30.18b
253.92c
28.17ab
20
14.17a
31.47ab
277.63abc
28.50a
Interaksi
tn
tn
tn
tn

Jumlah anakan produktif

Keterangan: angka-angka pada kolom yang sama yang diikuti huruf yang sama menunjukan tidak
berbeda nyata menurut uji DMRT taraf 5%.

15
13
11
y = 0,1435x + 10,853
R² = 0,8353

9
7

5
0

5

10
Jumlah bibit

15

20

Gambar 3 Hubungan antara jumlah bibit dengan jumlah anakan produktif
Bobot kering gabah per rumpun, persentase gabah bernas dan gabah hampa
Perlakuan dosis pupuk N dan jumlah bibit tidak berpengaruh secara statistik
terhadap bobot kering gabah per rumpun. Terdapat kecenderungan bahwa hasil
bobot kering gabah per rumpun mengalami peningkatan dengan pertambahan
dosis pupuk N tetapi akan mengalami penurunan pada dosis 180 kg N ha-1 .
Penurunan tersebut diduga terjadi karena unsur N yang berlebih sehingga
meracuni tanaman padi dan dapat menurunkan gabah per rumpunnya (Duan et al.
2007). Hal yang berbeda terdapat pada perlakuan jumlah bibit. Terdapat
kecenderungan bahwa semakin banyak bibit yang digunakan akan menurunkan
bobot kering gabah per rumpun. Penurunan bobot kering gabah terjadi karena

18
adanya kompetisi antara tanaman dalam memanfaatkan faktor lingkungan seperti
air, cahaya serta ruang rumbuh (Evans and De Datta 1979).
Perlakuan dosis pupuk berpengaruh sangat nyata pada persentase gabah
bernas dan gabah hampa. Perlakuan dosis 90 kg N ha-1 menghasilkan persentase
gabah bernas paling tinggi dan gabah hampa paling rendah masing-masing
84.14% dan 15.85% namun tidak berbeda nyata dengan perlakuan 120 dan 150 kg
N ha-1. Dosis 180 kg N ha-1 memberikan hasil gabah bernas paling rendah dan
gabah hampa paling tinggi. Hasil penelitian menunjukkan bahwa persentase gabah
bernas menurun dengan peningkatan jumlah dosis pupuk nitrogen yang diberikan.
Hal ini terjadi karena kelebihan unsur N akan membuat daun bendera menjadi
terkulai sehingga tidak dapat menyerap sinar matahari secara optimal. Hasil
penelitian Pirngadi et al. (2007) juga mengemukakan bahwa pemberian dosis N di
atas 90 kg N ha-1 menurunkan gabah bernas. Perlakuan jumlah bibit tidak
berpengaruh secara statistik pada hasil gabah bernas dan gabah hampa. Jumlah
bibit 1 per lubang tanam menghasilkan hasil