Pemupukan Tanah Atau Cair Indonesia

MAKALAH SEMINAR UMUM

PEMANFAATAN PUPUK ORGANIK CAIR PADA BUDIDAYA TANAMAN
TOMAT (Solanum lycopersicum L.)

Disusun Oleh:
HELENA LEOVINI
09/281775/PN/11596
Program Studi: Agronomi
Hari/Tanggal Presentasi : Rabu/12 Desember 2012

Dosen Pembimbing : Erlina Ambarwati, S.P., M.P.

JURUSAN BUDIDAYA PERTANIAN
FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS GADJAH MADA
YOGYAKARTA
2012

HALAMAN PENGESAHAN


PEMANFAATAN PUPUK ORGANIK CAIR PADA BUDIDAYA TANAMAN
TOMAT (Solanum lycopersicum L.)

Disusun oleh:
Nama : Helena Leovini
NIM

: 09/281775/PN/11596

Makalah Seminar ini telah disahkan dan disetujui sebagai kelengkapan mata kuliah
pada semester I tahun ajaran 2012/2013 di Fakultas Pertanian, Universitas Gadjah Mada.

Menyetujui:

Tanda Tangan

Tanggal

………………..


……………

………………..

……………

………………..

…………….

Dosen Pembimbing

Erlina Ambarwati, S.P., M.P.

Mengetahui :
Komisi Seminar
Jurusan Budidaya Pertanian

Ir. Sri Muhartini, M.S.


Mengetahui :
Ketua Jurusan
Budidaya Pertanian

Dr. Ir. Taryono, M. Sc.

DAFTAR ISI

Halaman
HALAMAN PENGESAHAN ..............................................................................

i

DAFTAR ISI .........................................................................................................

ii

DAFTAR GAMBAR ……………………………………………………………

iii


DAFTAR TABEL …………………………………………………………….....

iv

INTISARI .............................................................................................................

1

I.

PENDAHULUAN .........................................................................................

1

A. Latar Belakang ...........................................................................................

1

B. Tujuan ........................................................................................................


2

II. SYARAT TUMBUH DAN KEBUTUHAN UNSUR TANAMAN TOMAT ..

3

A. Asal dan Penyebaran Tanaman Tomat ..…………………………..……...

3

B. Ciri Morfologi Tanaman Tomat .................................................................

3

C. Syarat Tumbuh Tanaman Tomat …………………………………………

5

D. Unsur-Unsur yang Dibutuhkan Tanaman Tomat ………………….……..


6

III. PUPUK ORGANIK CAIR DAN PEMANFAATANNYA ............................

14

A. Pengertian Pupuk Organik Cair dan Pemupukan ….……………………...

14

B. Macam dan Cara Aplikasi Pupuk Organik Cair ..…………………………

14

C. Kelebihan Pupuk Organik Cair Dibandingkan Pupuk Lainnya …………..

16

D. Kendala Penggunaan Pupuk Organik Cair ………………………………..


16

E. Upaya Mengatasi Kendala pada Penggunaan Pupuk Organik Cair …….…

17

F. Manfaat Pupuk Organik Cair pada Budidaya Tanaman Tomat …………..

17

IV. PENUTUP.......................................................................................................

23

A. Kesimpulan..................................................................................................

23

B. Saran ...........................................................................................................


23

DAFTAR PUSTAKA ........................................................................................... .

24

LAMPIRAN ……………………………………………………………………..

26

DAFTAR GAMBAR

Halaman
Gambar 1. Grafik Pengaruh Konsentrasi Pupuk Organik Cair terhadap
Tinggi Tanaman Tomat ......................................................................

19

Gambar 2. Grafik Pengaruh Konsentrasi Pupuk Organik Cair terhadap

Berat Kering Tanaman Tomat ............................................................

20

Gambar 3. Grafik Pengaruh Konsentrasi Pupuk Organik Cair terhadap
Jumlah Buah Tomat per Tanaman ......................................................

20

Gambar 4. Grafik Pengaruh Konsentrasi Pupuk Organik Cair terhadap
Bobot Buah Tomat per Tanaman ........................................................

21

Gambar 5. a) Buah Tomat Kualitas Baik ..............................................................

22

b) Buah Tomat Kualitas Rendah .........................................................


22

DAFTAR TABEL

Halaman
Tabel 1. Serapan Unsur Hara Esensial pada Buah Tanaman Tomat
dalam Bobot Buah 22,40 ton/ha ............................................................

6

Tabel 2. Kadar Unsur Hara Esensial Makro dan Mikro pada Tanaman
Tomat Berdasarkan Perbandingan Bobot Kering .................................

7

PEMANFAATAN PUPUK ORGANIK CAIR PADA BUDIDAYA TANAMAN
TOMAT (Solanum lycopersicum L.)

INTISARI
Tanaman tomat (Solanum lycopersicum L.) merupakan salah satu

komoditas hortikultura yang penting dalam memenuhi kebutuhan pasar
dan mayarakat. Produktivitas tomat dapat ditingkatkan dengan
menggunakan pupuk organik cair secara tepat dosis, tepat cara, dan tepat
waktu sehingga unsur-unsur hara yang tersusun dalam pupuk tersebut
dapat dimanfaatkan oleh tanaman tomat secara optimal. Pupuk organik
cair berperan penting dalam pertumbuhan akar, tunas, bunga, dan bakal
buah, serta meningkatkan daya tahan terhadap hama, patogen terhadap
penyakit, dan juga cekaman lingkungan.
Kata kunci: tomat, pupuk organik cair

I. PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Tomat (Solanum lycopersicum L.) memiliki nilai ekonomis yang cukup tinggi.
Hal ini dapat dilihat pada keunggulan-keunggulannya dalam memenuhi beberapa fungsi
penting kehidupan. Fungsi-fungsi tersebut, antara lain fungsi pemenuhan kebutuhan
pangan, fungsi pemenuhan kebutuhan ekonomi, fungsi kesehatan, dan fungsi estetika.
Selain itu, tomat juga memiliki keunggulan pada jangkauan persebarannya. Tanaman ini
dapat tumbuh di daerah tropis hingga daerah sub-tropis tanpa harus bergantung pada
musim tanam.
Dari tahun ke tahun, permintaan pasar terhadap tomat semakin meningkat,
sedangkan produktivitas tomat belum mampu menyeimbangkan peningkatan tersebut.
Produktivitas tomat perlu lebih ditingkatkan lagi guna memenuhi kebutuhan dalam
negeri maupun ekspor. Banyak hal yang dapat dilakukan guna meningkatkan
produktivitas tomat, mulai dari perbaikan teknis budidaya tomat hingga perlakuan
pascapanen. Salah satu hal yang penting untuk diperhatikan dalam perbaikan teknik
budidaya tomat ialah ketersediaan hara yang cukup sebagai bahan makanan tanaman
untuk tumbuh dan berkembang sehingga mempengaruhi kualitas dan kuantitas hasil
tomat. Ketersediaan hara ini berkaitan dengan mineral-mineral yang disediakan oleh
tanah ataupun media tanam. Semakin banyak unsur yang disediakan oleh media tanam

untuk mencukupi kebutuhan tanaman, maka semakin baik media tanam tersebut dan
hasil tanaman pun akan semakin baik pula. Tidak semua media tanam memiliki tingkat
kesuburan yang sama. Oleh sebab itu, dibutuhkan pemasukkan unsur-unsur hara dari
luar, contohnya dengan cara pemberian pupuk.
Pemupukan sangat menentukan dalam peningkatkan produktivitas tanaman.
Petani sayuran dalam teknik pemupukan saat ini sering kali melebihi dosis anjuran. Hal
ini dikhawatirkan dalam jangka panjang dapat merusak sifat fisik, kimia, dan biologi
tanah (Wahyunindyawati et al., 2012). Untuk menanggulangi hal tersebut, diperlukan
suatu sistem pemupukan yang ramah terhadap lingkungan dan aman bagi tanaman.
Pupuk organik dapat menjadi salah satu alternatif yang tepat dalam mengatasi
permasalahan tersebut karena fungsinya yang dapat memberikan tambahan bahan
organik, hara, memperbaiki sifat fisik tanah, serta mengembalikan hara yang terangkut
oleh hasil panen.
Penggunaan pupuk organik diharapkan dapat memperbaiki kesuburan tanah
sekaligus menyediakan unsur-unsur hara yang dibutuhkan oleh tanaman tomat. Pupuk
organik cair adalah salah satu jenis pupuk yang dapat digunakan untuk meningkatkan
produktivitas tomat. Hal ini didukung karena pupuk organik cair mengandung unsur
hara makro dan mikro yang cukup tinggi sebagai hasil senyawa organik bahan alami
yang mengandung sel-sel hidup aktif dan aman terhadap lingkungan serta pemakai.
Bentuk pupuk organik cair yang berupa cairan dapat mempermudah tanaman
dalam menyerap unsur-unsur hara yang terkandung di dalamnya dibandingkan dengan
pupuk lainnya yang berbentuk padat. Dalam pengaplikasiannya, selain diberikan
melalui tanah yang kemudian diserap oleh akar tanaman, pupuk organik cair juga dapat
diaplikasikan melalui daun tanaman tomat guna mendukung penyerapan unsur hara
secara optimal. Hal ini diharapkan dapat memberikan pertumbuhan, hasil, dan mutu
tanaman tomat yang lebih baik.

B. Tujuan
Untuk mengetahui manfaat pupuk organik cair pada budidaya tanaman tomat
(Solanum lycopersicum L.).

II. SYARAT TUMBUH DAN KEBUTUHAN UNSUR TANAMAN TOMAT

A. Asal dan Penyebaran Tanaman Tomat
Kata tomat berasal dari bahasa Aztek, salah satu suku Indian yaitu xitomate atau
xitotomate. Tomat berasal dari Amerika Latin dan merupakan tumbuhan asli Amerika
Tengah dan Selatan, dari Meksiko sampai Peru (Desmarina, 2009). Tanaman ini
pertama kali ditemukan di Amerika Latin, tepatnya di sekitar Peru, Equador. Kemudian
tanaman ini menyebar ke seluruh bagian daerah tropis Amerika. Tidak lama setelah itu,
orang Meksiko mulai membudidayakan tanaman ini. Pada awal abad ke-16, tanaman
tomat ini mulai masuk ke Eropa, sedangkan penyebarannya ke benua Asia dimulai dari
Filipina melewati jalur Amerika Selatan. Tanaman ini sudah muncul di Malaysia sekitar
tahun 1650.
Penyebaran buah tomat di Benua Afrika dilakukan oleh para pedagang Portugis
yang mendarat di Mesir atau Sudan. Kemudian, penyebaran tersebut terus berlanjut
hingga ke wilayah Afrika Barat. Orang Amerika Serikat terlambat mengenal tanaman
ini, meskipun nenek moyang buah tomat berasal dari Benua Amerika. Sekitar abad ke18, mereka baru mengenal tanaman ini karena sebelumnya tanaman ini kurang
mendapat sambutan yang hangat ketika mulai masuk Amerika Serikat. Hal ini karena
orang Amerika Serikat mengganggap tomat sebagai cendawan beracun sehingga mereka
mengabaikan tanaman ini, bahkan takut untuk memakannya. Saat ini daerah penanaman
tomat sudah cukup luas hampir meliputi seluruh daerah tropis, mulai dari daerah tropis
Asia seperti India, Malaysia, dan Filipina hingga mencapai daerah tengah, timur, dan
barat Afrika, serta daerah tropis Amerika dan daerah Karibia (Trinidal, Haiti, dan Puerto
Rico) (Tim Penulis Penebar Swadaya, 2009).

B. Ciri Morfologi Tanaman Tomat
Berikut ini merupakan klasifikasi tanamn tomat (Plantamor, 2012).
Kingdom

: Plantae (Tumbuhan)

Subkingdom : Tracheobionta (Tumbuhan berpembuluh)
Super Divisi : Spermatophyta (Menghasilkan biji)
Divisi

: Magnoliophyta (Tumbuhan berbunga)

Kelas

: Magnoliopsida (berkeping dua/dikotil)

Sub Kelas

: Asteridae

Ordo

: Solanales

Famili

: Solanaceae (suku terung-terungan)

Genus

: Solanum

Spesies

: Solanum lycopersicum L.

Tanaman tomat berbentuk perdu atau semak dengan tinggi bisa mencapai 2 meter.
Tanaman ini termasuk tanaman semusim (annual) yang berarti memiliki siklus hidup
yang singkat dan umurnya hanya untuk satu kali periode panen, yaitu sekitar 4 bulan.
Tanaman ini akan mati setelah berproduksi (Tim Penulis Penebar Swadaya, 2009).
Tomat mempunyai akar tunggang tumbuh menembus ke dalam tanah dan akar serabut
menyebar ke arah samping tetapi dangkal. Batang tanaman tomat berbentuk persegi
empat hingga bulat, menebal pada buku-bukunya, berbatang lunak sedikit berkayu
tetapi cukup kuat, berbulu atau berambut halus warnanya hijau keputihan dan diantara
bulu-bulu tersebut terdapat rambut kelenjar, batang tanaman tomat dapat bercabang.
Bentuk daun tanaman tomat adalah oval dan letaknya berseling. Bagian ujung daun
berbentuk runcing, namun pangkalnya membulat. Bagian tepi daun bergerigi dan
membentuk celah-celah yang menyirip serta agak melengkung ke dalam. Daun
berwarna hijau merupakan daun majemuk ganjil, yaitu antara 5-7 helai. Di sela-sela
daun terdapat 1-2 pasang daun kecil. Tomat mempunyai bunga majemuk yang tumbuh
dari batang (cabang) yang masih muda, berkumpul dalam rangkaian berupa tandan dan
membentuk jurai yang terdiri atas dua baris bunga. Tiap-tiap jurai terdiri atas 5 hingga
12 bunga. Mahkota bunganya berbentuk bintang, berjumlah enam, dan berwarna kuning
muda. Bakal buahnya ada yang membulat panjang, ada yang berbentuk bola, dan ada
yang berbentuk jorong melintang. Bunganya merupakan hermafrodit berjenis kelamin
dua yang melakukan penyerbukan sendiri dengan garis tengah 2 cm. Benang sari
tanaman tomat berjumlah enam dan berwarna kuning cerah. Benang sari mengelilingi
putik bunga. Kelopak bunga berjumlah enam dan letaknya menggantung (Pracaya,
1998; Rosalina, 2008).
Buah tomat berdaging, kulitnya tipis licin mengkilap, beragam dalam bentuk
maupun ukurannya, biasanya berbentuk bulat agak lonjong atau bulat telur, dan
warnanya kuning atau merah. Buah ini banyak mengandung biji lunak yang pipih
berwarna kekuning-kuningan yang tersusun berkelopak dan dibatasi oleh daging buah.
Tomat merupakan bentuk hasil buah segar. Sifat- sifat fisik buah tomat merupakan salah
satu aspek mutu yang sangat penting diperhatikan, karena hal tersebut dapat

mempengaruhi besarnya harga jual buah tomat (Desmarina, 2009; Balai Penelitian
Tanaman Sayur, 1997).

C. Syarat Tumbuh Tanaman Tomat
a. Iklim
a) Tanaman tomat dapat tumbuh di daerah tropis maupun sub-tropis. Curah hujan
yang dikehendaki dalam pelaksanaan budidaya tomat ini ialah sekitar 750-1.250
mm/tahun. Keadaan tersebut berhubungan erat dengan ketersediaan air tanah bagi
tanaman, terutama di daerah yang tidak terdapat irigasi teknis. Curah hujan yang
tinggi (banyak hujan) juga dapat menghambat persarian.
b) Kekurangan sinar matahari dapat menyebabkan tanaman tomat mudah terserang
penyakit, baik parasit maupun non-parasit. Sinar matahari berintensitas tinggi
akan menghasilkan vitamin C dan karoten (provitamin A) yang lebih tinggi.
Penyerapan unsur hara yang maksimal oleh tanaman tomat akan dicapai apabila
pencahayaan selama 12-14 jam/hari, sedangkan intensitas cahaya yang
dikehendaki adalah 0,25 mj/m2 per jam (Didit, 2010).
b. Suhu
Anomsari dan Prayudi (2012) menyatakan bahwa kisaran temperatur yang baik
untuk pertumbuhan tomat ialah antara 20-27ºC. Jika temperatur berada lebih dari
30ºC atau kurang dari 10ºC, maka akan mengakibatkan terhambatnya pembentukan
buah tomat. Di negara-negara yang mempunyai empat musim, biasanya digunakan
pemanas (heater) untuk mengatur udara ketika musim dingin, udara panas dari
heater disalurkan ke dalam green house melalui saluran fleksibel warna putih.
c. Kelembaban
Kelembaban relatif yang baik untuk pertumbuhan tanaman tomat ialah 25 %.
Keadaan ini akan merangsang pertumbuhan untuk tanaman tomat yang masih muda
karena asimilasi CO2 menjadi lebih baik melalui stomata yang membuka lebih
banyak. Akan tetapi, kelembaban relatif yang tinggi juga dapat merangsang
mikroorganisme pengganggu tanaman.
d. Media Tanam
Secara umum, tanaman tomat dapat ditanam di segala jenis tanah, mulai dari tanah
pasir sampai tanah lempung berpasir yang subur, gembur, berporus, banyak
mengandung bahan organik dan unsur hara, serta mudah merembeskan air. Tingkat

kemasaman tanah (pH) yang sesuai untuk budidaya tomat ialah berkisar 5,0-7,0.
Akar tanaman tomat rentan terhadap kekurangan oksigen. Oleh karena itu, tanaman
tomat tidak boleh tergenangi oleh air. Dalam pembudidayaan tanaman tomat,
sebaiknya dipilih lokasi yang topografi tanahnya datar sehingga tidak perlu dibuat
teras-teras dan tanggul.
e. Ketinggian Tempat
Tanaman tomat dapat tumbuh di berbagai ketinggian tempat, baik di dataran tinggi
maupun di dataran rendah, tergantung varietasnya. Tanaman tomat yang sesuai untuk
ditanam di dataran tinggi, misalnya varietas Kada, sedangkan varietas yang sesuai
ditanam di dataran rendah, misalnya varietas Intan, varietas Ratna, varietas LV, dan
varietas CLN. Selain itu, ada varietas tanaman tomat yang cocok ditanam di dataran
rendah maupun di dataran tinggi, antara lain varietas tomat GH 2, varietas tomat GH
4, varietas Berlian, dan varietas Mutiara (Didit, 2010).

D. Unsur-Unsur yang Dibutuhkan Tanaman Tomat
Tanaman tomat membutuhkan unsur hara makro dan mikro untuk memenuhi
kebutuhan makanannya. Unsur hara makro yang diperlukan terdiri dari unsur karbon
(C), hidrogen (H), oksigen (O), natrium (N), fosfat (P), kalium (K), sulfur (S),
magnesium (Mg), dan kalsium (Ca), sedangkan unsur hara mikro yang diperlukan,
antara lain molibdenium (Mo), tembaga (Cu), boron (B), seng (Zn), besi (Fe), klor (Cl),
dan mangan (Mn). Unsur-unsur tersebut di atas dapat diperoleh melalui beberapa
sumber, seperti udara, air, mineral-mineral dalam media tanam, dan pupuk.
Serapan unsur hara esensial pada tanaman tomat dalam buah tomat disajikan pada
Tabel 1 sebagai berikut.
Tabel 1. Serapan Unsur Hara Esensial pada Buah Tanaman Tomat
dalam Bobot Buah 22,40 ton/ha
No
Unsur Hara
Serapan (kg/ha)
1. Nitrogen (N)
134,50
2. Fosfor (P)
20,20
3. Kalium (K)
149,10
4. Kalsium (Ca)
7,80
5. Magnesium (Mg)
12,30
6. Sulfur (S)
15,70
7. Mangan (Mn)
0,146
8. Seng (Zn)
0,179
Sumber: Madjid (2009)

Tabel 2. Kadar Unsur Hara Esensial Makro dan Mikro pada Tanaman
Tomat Berdasarkan Perbandingan Bobot Kering
No
Nama Unsur Hara
Kadar
1. Karbon (C)
45 %
2. Hidrogen (H)
45 %
3. Oksigen (O)
6%
4. Nitrogen (N)
1,5 %
5. Kalium (K)
1,0 %
6. Kalsium (Ca)
0,5 %
7. Fosfor (P)
0,2 %
8. Magnesium (Mg)
0,2 %
9. Sulfur (S)
0,1 %
10. Klor (Cl)
100 mg/kg
11. Besi (Fe)
100 mg/kg
12. Boron (B)
50 mg/kg
13. Mangan (Mn)
20 mg/kg
14. Seng (Zn)
20 mg/kg
15. Tembaga (Cu)
6 mg/kg
16. Molibdenum (Mo)
0,1 mg/kg
Sumber: Hanafiah (2005)
Peranan-peranan unsur hara bagi tanaman tomat dapat dilihat sebagai berikut (Klinik
Tani Organik, 2012).
a. Karbon (C)
Sumber: Unsur karbon yang diperlukan tanaman tomat dapat diserap dari udara
(CO2) dan dari dalam tanah (kemungkinan HCO3-). Unsur ini diasimilasi
oleh tanaman sebagai CO2. Proses ini dinamakan karboksilasi yang
memfiksasi CO2 untuk fotosintesis.
Unsur karbon berperan sebagai pembangun bahan organik karena sebagian besar
bahan kering tanaman terdiri dari bahan organik.
Gejala kekurangan: Proses fotosontesis akan terganggu sehingga terjadi kesulitan
dalam menghasilkan unsur organik.
b. Hidrogen (H)
Sumber: Unsur hidrogen ini diambil oleh tanaman tomat dalam bentuk air (H2O) dan
urin ternak. Unsur ini diserap dalam bentuk air dari larutan tanah atau dari
udara jika kondisinya humid.
Unsur hidrogen berperan sebagai elemen pokok pembangun bahan organik.
Gejala kekurangan: Terjadi kesulitan dalam menghasilkan molekul organik.

c. Oksigen (O)
Sumber: Unsur oksigen ini diambil oleh tanaman tomat dalam bentuk oksigen bebas
(O2) atau dapat juga diperoleh dari air (H2O).
Unsur oksigen berperan sebagai pembangun bahan organik, respirasi, dan pembakar
energi.
Gejala kekurangan: Terjadi kesulitan dalam memperoleh zat organik.
d. Nitrogen (N)
Sumber: Unsur nitrogen diserap dalam bentuk NH4+ atau NO3- dari larutan tanah atau
gas NH3 dan N2 dari udara. Unsur ini biasanya tersedia dalam kotoran
ternak, urin ternak, dan seresah daun jenis kacang-kacangan.
Unsur nitrogen berperan dalam:
1. Membantu pembentukan sel baru.
2. Mengganti sel-sel yang rusak.
3. Membantu dalam pembentukan klorofil dalam fotosintesis.
4. Mendukung pembentukan vitamin dan protein.
5. Mempercepat pertumbuhan tanaman muda.
6. Meningkatkan penyerapan unsur hara lainya, seperti fosfor dan kalium.
Gejala kekurangan: Tanaman menjadi layu, menguning, dan kekurangan zat hijau
daun.
Gejala kelebihan: Bunga dan buah terhambat karena pertumbuhan vegetatif
meningkat, pematangan buah terhambat, ukuran buah kecil, dan
tidak tahan terhadap penyakit.
e. Fosfor (P)
Sumber: Unsur fosfat diserap oleh tanaman dalam bentuk ion H2PO4- dan HPO42.
Unsur ini biasanya tersedia dalam batuan fosfat atau fosfat alam, kotoran
ternak, urin ternak, dan air kelapa..
Unsur fosfor berperan dalam:
1. Membantu pembentukan akar.
2. Mendukung pertumbuhan generatif.
3. Meningkatkan daya tahan terhadap penyakit.
4. Mempercepat proses pematangan.

Gejala kekurangan: Perakaran tanaman tidak sempurna, tanaman kerdil dan kurus,
daun menjadi mongering, dan warnanya menjadi kemerahmerahan dan coklat.
f. Kalium (K)
Sumber: Unsur kalium tersedia bagi tanaman dalam bentuk kation K+. Unsur ini
biasanya tersedia dalam kotoran ternak, urin ternak, dan rumput gajah.
Unsur kalium berperan dalam:
1. Membantu pembentukan zat karbohidrat.
2. Merangsang pembentukan hijau daun dan bunga.
3. Meningkatkan daya serap akar.
4. Meningkatkan daya tahan terhadap penyakit.
5. Mengatur kesetimbangan pupuk nitrogen dan fosfat.
6. Meningkatkan kadar gula, lemak, dan rasa pada buah.
Gejala kekurangan: Pembentukan lamban dan tanaman menjadi kerdil, pucuk daun
menguning seperti terbakar pada tepi-tepinya, kematian pucuk
akar dan akar rambut, serta penyerapan unsur hara terganggu.
g. Sulfur (S)
Sumber: Unsur sulfur diserap dari larutan tanah dalam bentuk SO42- dan dapat
diserap dari udara sebagai SO2. Fraksi organik S dapat tersedia untuk
tanaman melalui proses mineralisasi yang dilakukan oleh mikrobia.
Tanaman dapat pula memanfaatkan SO2 sebagai bagian dari pasokan S.
Senyawa SO2 diadsorpsi melalui stomata dan didistribusikan ke seluruh
tubuh tanaman sehingga menjadi bagian dari protein S, asam amino S, dan
sulfat S. Unsur ini biasanya tersedia dalam kotoran ternak dan air kelapa.
Unsur sulfur berperan dalam:
1. Membantu pembentukan butir hijau daun sehingga daun menjadi lebih hijau.
2. Menambah kandungan protein dan vitamin hasil panen.
3. Mendukung proses pembulatan zat gula.
4. Memperbaiki kualitas dan meningkatkan produksi serta nilai gizi hasil panen
karena peningkatan kadar protein, gula, lemak, dan vitamin.
5. Memperbaiki rasa dan warna hasil panen.
6. Menjaga tanaman agar lebih sehat dan lebih tahan terhadap hama, penyakit, dan
kekeringan.

Gejala kekurangan: Daun berwarna hijau kekuning-kuningan, pertumbuhannya
terhambat dan kerdil, dan batang berdiameter kecil.
h. Magnesium (Mg)
Sumber: Unsur ini biasanya tersedia dalam kotoran ternak dan air kelapa.
Unsur magnesium berperan dalam:
1. Sebagai unsur yang esensial dalam sintesis klorofil.
2. Terlibat dalam fungsi beberapa kerja enzim pada proses fotosintesis, respirasi, dan
reproduksi.
Gejala kekurangan: Warna daun tua berubah menjadi kuning dan bercak-bercak
merah coklat, sedangkan tulang daun biasanya tetap hijau,
batang menjadi kurus dan terdapat garis-garis berwarna hijau
kekuningan, kuning muda atau putih pada seluruh permukaan
daun, pembakaran oleh sinar matahari mudah terjadi karena
daun tidak mempunyai lapisan lilin, dan daya tumbuh biji
kurang.
i. Kalsium (Ca)
Sumber: Unsur ini biasanya tersedia dalam kotoran ternak, urin ternak, dan air
kelapa.
Unsur kalsium berperan dalam:
1. Merangsang pembentukan bulu-bulu akar.
2. Merangsang pembentukan biji-bijian.
3. Memperkokoh struktur dinding sel tanaman.
4. Memperlancar transportasi sel dan retensi unsur-unsur lainnya dalam tanaman.
5. Mencegah efek garam, alkali, dan asam organik.
Gejala kekurangan: Daun-daun muda dan ujung-ujung dari titik tumbuh keriput dan
akhirnya mengering, daun-daun yang lebih tua nampak
berkeriput, daun di beberapa tempat mati, kuncup-kuncup yang
tumbuh kembali akan mati, dan tanaman menjadi lemah.
j. Molibdenum (Mo)
Sumber: Unsur ini biasanya tersedia dalam kotoran ternak.
Unsur molibdenum berperan dalam:
1. Mendukung terjadinya sintesis protein.
2. Menyusun beberapa enzim penting.

3. Mendukung proses fotosintesis.
Gejala kekurangan: Pertumbuhan tanaman terhambat, daun menjadi pucat dan mati,
serta pembentukan bunga terlambat.
k. Tembaga (Cu)
Sumber: Unsur ini biasanya tersedia dalam kotoran ternak dan air kelapa.
Unsur tembaga berperan:
1. Sebagai unsur yang esensial yang dibutuhkan untuk mengaktifkan beberapa enzim
yang berpengaruh pada pertumbuhan tanaman.
2. Mendukung terjadinya proses fotosintesis sehingga meningkatkan pemanfaatan
energi.
3. Terlibat dalam memproduksi lignin untuk dinding sel, biji, dan perkembangan
buah.
4. Meningkatkan resistensi terhadap penyakit tanaman.
Gejala kekurangan: Pembuahan terganggu, warna daun muda kuning dan kerdil,
daun-daun lemah, layu, dan pucuk mengering serta batang dan
tangkai daun lemah.
l. Boron (B)
Sumber: Unsur boron biasanya berasosiasi dengan bahan organik. Tanah dengan
kandungan bahan organik yang tinggi biasanya mengandung boron dalam
jumlah yang cukup untuk pertumbuhan tanaman. Di dalam tanah dan di
dalam larutan tanah ada dalam bentuk H3BO3 ataupun B(OH)4-.
Unsur boron berperan:
1. Sebagai unsur yang esensial bagi ujung akar, tabung serbuk sari, dan pertumbuhan
tunas.
2. Mendukung terjadinya sintesis DNA dan RNA.
Gejala kekurangan: Pertumbuhan terhambat pada jaringan meristematik (pucuk
akar), tanaman mati pucuk (die back), mobilitas rendah, dan
buah yang sedang berkembang sangat rentan terserang penyakit.
m. Seng (Zn)
Sumber: Unsur ini biasanya tersedia dalam kotoran ternak.
Unsur seng berperan dalam:
1. Mengaktifkan sebagian besar enzim yang terlibat dalam pertumbuhan dan
reproduksi tanaman.

2. Mendukung terjadinya sintesis dan merangsang terbentuknya klorofil.
3. Terlibat dalam sistem hormon dan bertindak sebagai katalis untuk pengatur
pertumbuhan tanaman, auksin.
Gejala kekurangan: Tanaman kerdil, ruas-ruas batang memendek, daun mengecil
dan

mengumpul,

klorosis

pada

daun-daun

muda

dan

intermedier, serta adanya nekrosis.
n. Besi (Fe)
Sumber: Unsur ini biasanya tersedia dalam kotoran ternak dan air kelapa.
Unsur besi berperan:
1. Sebagai unsur esensial bagi sintesis klorofil.
2. Terlibat dalam aktivasi enzim yang digunakan pada proses fotosintesis dan
respirasi.
Gejala kekurangan: Pada daun muda, mula-mula daun berwarna hijau pucat dan
hijau kekuningan, tulang daun terjadi klorosis. Daun yang
semula berwarna hijau berubah menjadi warna kuning dan ada
pula yang menjadi warna putih.
o. Klor (Cl)
Sumber: Unsur klor ini diambil atau diserap oleh tanaman dalam bentuk ion Cl- oleh
akar tanaman dan dapat diserap pula berupa gas atau larutan oleh bagian
atas tanaman, misalnya daun. Sumber unsur ini sering berasal dari air hujan.
Unsur klor berperan:
1. Sebagai pemindah hara tanaman.
2. Meningkatkan osmose sel.
3. Mencegah kehilangan air yang tidak seimbang.
4. Memperbaiki penyerapan ion lain.
Gejala kekurangan: Pola percabangan akar abnormal, gejala wilting (daun lemah dan
layu), dan warna keemasan (bronzing) pada daun.
p. Mangan (Mn)
Sumber: Unsur mangan terlarut berada dalam bentuk Mn2+, tetapi 80-90 % dari Mn
di dalam larutan tanah berda dalam kompleks dengan bahan organik.
Ketersediaan Mn di lapangan sukar untuk diprediksi karena kelarutan Mn
berhubungan dengan reaksi oksidasi-reduksi di dalam tanah. Ketersediaan

Mn lebih banyak berhubungan dengan cuaca. Suhu yang sejuk juga dapat
menghambat proses mineralisasi Mn organik.
Unsur mangan berperan dalam:
1. Meningkatkan pertumbuhan akar.
2. Meningkatkan resistensi terhadap penyakit tanaman.
3. Mendukung perkembangan buah.
4. Mendukung terjadinya sintesis klorofil.
5. Terlibat dalam aktivasi berbagai enzim yang terlibat dalam proses fotosintesis dan
respirasi.
Gejala kekurangan: Warna daun muda berubah dan di beberapa tempat jaringan
daun mati, pertumbuhan kerdil, dan pembentukan biji kurang
baik.

III. PUPUK ORGANIK CAIR DAN PEMANFAATANNYA DALAM BUDIDAYA
TANAMAN TOMAT

A. Pengertian Pupuk Organik Cair dan Pemupukan
Secara umum, pupuk merupakan suatu bahan yang digunakan untuk menambah
hara tanah dan menambah kesuburan tanah sehingga tanaman yang ditanam pada media
tersebut dapat memperoleh cukup hara guna memenuhi kebutuhan untuk tumbuh dan
berkembang secara optimal. Pupuk organik adalah pupuk yang berasal dari bahan-bahan
organik yang ramah terhadap lingkungan, seperti tumbuhan, hewan, ataupun limbah
organik lainnya, sedangkan pupuk organik cair merupakan pupuk organik yang
memiliki wujud berupa cairan sehingga pupuk ini mudah larut saat digunakan.
Secara luas, pemupukan dapat diartikan sebagai suatu kegiatan pemberian bahan
kepada tanah dengan tujuan memperbaiki dan meningkatkan kesuburan tanah. Secara
khusus, pemupukan dapat diartikan sebagai suatu kegiatan pemberian bahan yang
dimaksudkan untuk menambah hara tanaman pada tanah. Pemberian pupuk harus
disesuaikan dengan bentuk pupuk, jenis pupuk, kondisi lahan dan tanaman, sistem
perakaran tanaman, dan daya serap tanaman serta tanah terhadap unsur hara agar
pemupukan dapat lebih efektif dan efisien.

B. Macam dan Cara Aplikasi Pupuk Organik Cair
Berdasarkan teknik pembuatannya, pupuk organik cair terbagi menjadi 2 macam,
antara lain:
1. Pupuk organik cair secara sederhana
Pupuk organik cair ini dibuat dengan cara yang sederhana, yaitu menggunakan
bahan-bahan yang mudah didapatkan, seperti limbah peternakan, limbah pertanian,
dan beberapa bahan organik lain yang dibutuhkan.
a. Pupuk organik cair berbahan dasar limbah peternakan
Beberapa bahan yang berasal dari limbah peternakan dapat dimanfaatkan menjadi
pupuk organik cair, seperti urin hewan ternak, kotoran ternak, susu basi, dan
limbah peternakan lainnya. Urin sapi merupakan suatu bahan organik yang
mengikat zat pembangun berupa unsur fosfor secara baik. Pupuk ini dapat
diaplikasikan melalui akar tanaman dengan cara menyiramkannya ke media

tanam. Selain itu, pupuk ini juga dapat diaplikasikan melalui daun dengan cara
menyemprotkannya ke permukaan daun.
b. Pupuk organik cair berbahan dasar limbah pertanian
Beberapa bahan yang berasal dari limbah pertanian dapat dimanfaatkan menjadi
pupuk organik cair, seperti dedaunan, buah-buahan yang sudah busuk, air kelapa,
dan limbah pertanian lainnya. Rangga et al. (2008) menyatakan bahwa air kelapa
mengandung unsur kalium cukup banyak. Selain kaya mineral, air kelapa juga
mengandung gula dan protein. Mineral lain yang terkandung dalam air kelapa,
antara lain natrium (Na), kalsium (Ca), magnesium (Mg), besi (Fe), tembaga (Cu),
fosfor (P) dan sulfur (S). Disamping itu, air kelapa juga mengandung berbagai
macam vitamin, seperti asam sitrat, asam nikotinat, asam pantotenal, asam folat,
niacin, riboflavin, dan thiamin. Pupuk ini dapat diaplikasikan melalui akar
tanaman dengan cara menyiramkannya ke media tanam. Selain itu, pupuk ini juga
dapat diaplikasikan melalui daun dengan cara menyemprotkannya ke permukaan
daun.
2. Pupuk organik cair hasil industri
Pupuk organik cair ini diproduksi secara industrial sehingga menghasilkan
bermacam-macam merek dagang yang komersial dan memiliki spesifikasi tertentu.
Biasanya pupuk organik ini mencantumkan komposisi unsur hara yang terkandung
secara jelas. Contoh pupuk organik cair ini, antara lain: Elang Biru, Promo,
Superbiota Plus, Organik RI 1, Super A1, Super Boy, Sitto, Nutrisi Saputra, dan
Biokultur.
Aplikasi pupuk organik cair dapat dilakukan dengan 2 cara, antara lain: aplikasi
melalui akar tanaman dan aplikasi melalui daun tanaman.
1. Aplikasi melalui akar tanaman
Cara ini biasanya dilakukan dengan mengaplikasikan pupuk secara langsung ke
media tanam, seperti tanah. Taufika (2011) menyatakan bahwa tanaman akan mudah
mengatur penyerapan komposisi pupuk yang dibutuhkan jika terjadi kelebihan
kapasitas pupuk organik cair yang diberikan pada tanah karena bentuknya yang cair.
Pupuk organik cair dalam pemupukan jelas lebih merata, tidak akan terjadi
penumpukan konsentrasi pupuk di satu tempat. Hal ini disebabkan pupuk organik
cair 100 % larut.

2. Aplikasi melalui daun tanaman
Aplikasi pupuk melalui daun tanaman ini biasa dikenal dengan nama foliar
application. Pupuk disemprotkan pada permukaan daun. Hal ini dilakukan sebagai
cara untuk melengkapi pemberian pupuk melalui tanah untuk meminimalisir gejala
kekahatan yang mungkin muncul, terutama hara mikro dan hara yang immobil dalam
tubuh tanaman. Hara masuk ke dalam tubuh tanaman melalui mulut stomata secara
difusi atau osmosis. Pupuk disemprotkan langsung kepada daun dengan alat
penyemprot biasa (hand sprayer).
Aplikasi pupuk ini disesuaikan juga dengan dosis atau takaran dan waktu aplikasi yang
dianjurkan agar pertumbuhan dan hasil tanaman dapat optimal.

C. Kelebihan Pupuk Organik Cair Dibandingkan Pupuk Lainnya
1. Pupuk organik cair memiliki jumlah kandungan nitrogen, fosfor, kalium, dan air
yang lebih banyak jika dibandingkan dengan pupuk organik padat yang berbahan
dasar kotoran sapi padat.
2. Bentuk pupuk organik cair yang berupa cairan mempermudah tanaman dalam
menyerap unsur-unsur hara yang terkandung di dalamnya.
3. Pupuk organik cair mengandung zat perangsang tumbuh yang dapat digunakan
sebagai pengatur tumbuh tanaman (Balai Pengkajian Teknologi Pertanian, 2012).
4. Pada pupuk organik cair yang berbahan dasar urin hewan ternak, aroma atau bau
yang dihasilkan sangat khas sehingga dapat mencegah datangnya berbagai hama
tanaman.
5. Jika dibandingkan dengan pupuk anorganik, pupuk organik cair ini memiliki sifat
yang aman bagi kesehatan dan ramah terhadap lingkungan.

D. Kendala Penggunaan Pupuk Organik Cair
Berikut ini adalah kendala-kendala yang sering dihadapi dalam penggunaan
pupuk organik cair.
1. Respon yang ditunjukkan oleh penggunaan pupuk organik cair terhadap produksi
tanaman tidak secepat seperti menggunakan pupuk anorganik (kimia buatan).
2. Membutuhkan banyak tenaga kerja untuk mengaplikasikan pupuk pada masingmasing tanaman.

3. Membutuhkan waktu yang relatif lebih lama karena aplikasi pupuk diharapkan
merata untuk masing-masing tanaman, khususnya yang diaplikasikan melalui daun.
4. Tidak semua pupuk organik cair memiliki komposisi kandungan unsur hara secara
jelas sehingga pemberian dosis pupuk terhadap tanaman sulit untuk ditentukan.

E. Upaya Mengatasi Kendala pada Penggunaan Pupuk Organik Cair
Berikut ini merupakan beberapa upaya yang dapat dilakukan untuk mengatasi
kendala pada penggunaan pupuk organik cair.
1. Diperlukan peran nyata dari pemerintah dalam menggiatkan program pertanian
organik sebagai salah satu bentuk dukungan terhadap pertanian berkelanjutan
sehingga para petani mengetahui peran dan manfaat pupuk organik cair bagi tanaman
dan lingkungan.
2. Untuk menghindari kekhawatiran para petani akan lambatnya respon dari
penggunaan pupuk organik cair terhadap produktivitas tanamannya dibandingkan
dengan penggunaan pupuk anorganik, maka penggunaan pupuk organik cair masih
perlu diikuti dengan penggunaan pupuk anorganik dengan jumlah yang terbatas. Hal
ini berkaitan juga dengan pentingnya pengetahuan tentang pupuk berimbang
sehingga antara waktu, tenaga, dan jumlah pupuk yang digunakan menjadi lebih
efektif dan efisien, serta bersifat lebih aman dan ramah terhadap lingkungan.

F. Manfaat Pupuk Organik Cair pada Budidaya Tanaman Tomat
Pemupukan merupakan salah satu kegiatan penting yang dilakukan pada bidang
pertanian. Kegiatan ini harus dilakukan secara tepat dan benar. Kekurangan pupuk akan
mengakibatkan tidak terpenuhinya kebutuhan hara dalam tanah. Begitupun juga bila
terjadi kelebihan pupuk, dapat menghambat pertumbuhan dan perkembangan tanaman.
Fungsi pemupukan adalah untuk menambah dan memperbaiki kesuburan tanah
sehingga tanah dapat dijadikan sebagai media yang baik bagi pertumbuhan dan
perkembangan tanaman.
Pupuk organik cair mengandung unsur-unsur yang diperlukan oleh tanaman
tomat. Selain itu, sifatnya yang organik ini mampu menyediakan senyawa-senyawa
organik yang alami dan aman bagi lingkungan, maupun bagi penggunanya. Pupuk cair
lebih mudah terserap oleh tanaman karena unsur-unsur di dalamnya sudah terurai.
Tanaman menyerap hara terutama melalui akar, namun daun juga punya kemampuan

menyerap hara sehingga ada manfaatnya apabila pupuk cair tidak hanya diberikan di
sekitar tanaman saja, tapi juga di atas daun-daun. Penggunaan pupuk cair lebih
memudahkan pekerjaan, dan penggunaan pupuk cair berarti dapat melakukan tiga
macam proses dalam sekali pekerjaan, yaitu memupuk tanaman, menyiram tanaman,
dan mengobati tanaman (Anonim, 2008).
Adapun beberapa manfaat yang dimiliki oleh pupuk organik cair dalam
mendukung pertumbuhan dan perkembangan serta hasil tomat, antara lain:
1. Dengan menggunakan pupuk organik cair, tanaman tomat dapat memperoleh unsurunsur hara yang diperlukan untuk mendukung pembentukan klorofil sehingga dapat
meningkatkan terjadinya proses fotosintesis.
2. Beberapa unsur esensial yang terkandung di dalam pupuk organik cair dapat
merangsang pembentukan bunga dan buah serta pertumbuhan akar dan tunas.
3. Aplikasi pupuk organik cair dapat mengurangi terjadinya pengguguran daun, bunga,
dan bakal buah.
4. Adapun unsur-unsur tertentu yang mengaktivasi beberapa enzim yang berkaitan
dengan pertumbuhan tanaman tomat, seperti merangsang pertumbuhan cabang
produksi tanaman tomat.
5. Pupuk organik cair ini juga bermanfaat memperkuat struktur dinding sel tanaman
tomat dan memperkokoh tanaman serta meningkatkan resistensi tanaman terhadap
hama, patogen penyebab penyakit, dan cekaman lingkungan (cekaman kekeringan
dan cekaman cuaca).
Manfaat-manfaat tersebut di atas akan terlihat secara nyata jika di dukung dengan
aplikasi dosis pupuk organik cair, cara aplikasi, dan waktu yang tepat. Dosis pupuk
organik cair yang tepat ini merupakan suatu besaran yang digunakan pada saat aplikasi
pupuk guna menghasilkan pertumbuhan dan hasil tanaman yang optimal. Apabila dosis
pupuk yang diberikan kurang dari kebutuhan hara tanaman tomat, maka hasil yang
diperoleh pun tidak optimal karena jumlah unsur-unsur hara yang dibutuhkan oleh
tanaman tidak terpenuhi secara baik sehingga metabolisme dalam tubuh tanaman tidak
berlangsung baik. Begitu pula sebaliknya, jika dosis pupuk organik cair melebihi batas
toleransi tanaman tomat, maka pertumbuhan tanaman tomat akan terhambat sehingga
hasil yang diperoleh pun tidak optimal. Hal ini disebabkan oleh berlebihnya unsur-unsur
hara yang diberikan yang dapat menyebabkan terganggunya sistem metabolisme dalam
tubuh tanaman dan dapat mengakibatkan keracunan. Selain itu, sistem penyerapan air

dan unsur-unsur hara oleh akar di dalam tanah secara osmosis dapat terganggu karena
adanya perbedaan konsentrasi yang cukup tinggi antara tanah dan akar tanaman.
Pekatnya pupuk organik cair yang digunakan akan meningkatkan konsentrasi larutan
pada tanah. Keadaan ini juga akan mengakibatkan penyusutan pada protoplasma sel
akar sehingga akan mengganggu sistem penyerapan air dan unsur-unsur hara, bahkan
air akan ikut keluar jika tekanan di dalam sel akar lebih rendah dibandingkan tekanan di
sekitar sel. Hal ini akan berlangsung hingga mencapai keseimbangan tekanan antara
keduanya. Fenomena tersebut sejalan dengan penelitian Lestari (2012) bahwa
konsentrasi pupuk organik cair sangat berpengaruh terhadap pertumbuhan dan hasil
tanaman tomat. Pertumbuhan dan hasil tersebut dapat dilihat dari grafik-grafik di bawah
ini tentang pengaruh konsentrasi pupuk organik cair Nutrisi Saputra terhadap tinggi
tanaman tomat, berat kering tanaman tomat, jumlah buah tomat per tanaman, dan bobot
buah tomat per tanaman.

Gambar 1. Grafik Pengaruh Konsentrasi Pupuk Organik
Cair terhadap Tinggi Tanaman Tomat
Sumber: Lestari (2012)
Gambar 1 menunjukkan pengaruh konsentrasi pupuk organik cair terhadap tinggi
tanaman tomat. Perlakuan tanpa pupuk organik cair pada tanaman tomat memberikan
hasil tinggi tanaman yang paling rendah. Peningkatan tinggi tanaman terus berlangsung
ketika konsentrasi pupuk organik cair dinaikkan hingga konsentrasi pupuk mencapai
6000 ppm. Pupuk organik cair dengan konsentrasi 6000 ppm menghasilkan tinggi
tanaman yang paling baik. Peningkatan konsentrasi pupuk organik cair lebih dari 6000
ppm menunjukkan penurunan pada tinggi tanaman tomat.

Gambar 2. Grafik Pengaruh Konsentrasi Pupuk Organik
Cair terhadap Berat Kering Tanaman Tomat
Sumber: Lestari (2012)
Gambar 2 menunjukkan pengaruh konsentrasi pupuk organik cair terhadap berat
kering tanaman tomat. Perlakuan tanpa pupuk organik cair pada tanaman tomat
memberikan hasil berat kering tanaman yang paling rendah. Peningkatan berat kering
tanaman terus berlangsung ketika konsentrasi pupuk organik cair dinaikkan hingga
konsentrasi pupuk mencapai 6000 ppm. Pupuk organik cair dengan konsentrasi 6000
ppm menghasilkan berat kering tanaman yang paling tinggi. Peningkatan konsentrasi
pupuk organik cair lebih dari 6000 ppm menunjukkan penurunan pada berat kering
tanaman tomat.

Gambar 3. Grafik Pengaruh Konsentrasi Pupuk Organik
Cair terhadap Jumlah Buah Tomat per
Tanaman
Sumber: Lestari (2012)
Gambar 3 menunjukkan pengaruh konsentrasi pupuk organik cair terhadap jumlah
buah tomat per tanaman. Perlakuan tanpa pupuk organik cair pada tanaman tomat
memberikan hasil buah tomat yang paling sedikit per tanaman. Pertambahan jumlah
buah tomat terus berlangsung ketika konsentrasi pupuk organik cair dinaikkan hingga

konsentrasi pupuk mencapai 6000 ppm. Pupuk organik cair dengan konsentrasi 6000
ppm menghasilkan jumlah buah tomat per tanaman yang paling banyak. Peningkatan
konsentrasi pupuk organik cair lebih dari 6000 ppm menunjukkan penurunan pada
jumlah buah tomat per tanaman.

Gambar 4. Grafik Pengaruh Konsentrasi Pupuk Organik
Cair terhadap Bobot Buah Tomat per Tanaman
Sumber: Lestari (2012)
Gambar 4 menunjukkan pengaruh konsentrasi pupuk organik cair terhadap bobot
buah tomat per tanaman. Perlakuan tanpa pupuk organik cair pada tanaman tomat
memberikan hasil buah tomat yang paling sedikit per tanaman. Peningkatan bobot buah
tomat terus berlangsung ketika konsentrasi pupuk organik cair dinaikkan hingga
konsentrasi pupuk mencapai 6000 ppm. Pupuk organik cair dengan konsentrasi 6000
ppm menghasilkan bobot buah tomat per tanaman yang paling tinggi. Peningkatan
konsentrasi pupuk organik cair lebih dari 6000 ppm menunjukkan penurunan pada
bobot buah tomat per tanaman.
Manfaat yang diperoleh dari penggunaan pupuk organik cair tidak hanya sampai
pada hasil buah. Mutu buah yang dihasilkan juga dapat diperhatikan. Hal ini penting
karena hasil tomat yang dipasarkan adalah buahnya. Berdasarkan Standarisasi Nasional
Indonesia (SNI), grading pada komoditas tomat dapat dibedakan menjadi tiga kelas,
yaitu: kelas A dengan ukuran buah spesial besar besar (> 150 gram), kelas B dengan
ukuran buah menengah (100-150 gram), dan kelas C dengan ukuran buah kecil (

Dokumen yang terkait

Analisis komparatif rasio finansial ditinjau dari aturan depkop dengan standar akuntansi Indonesia pada laporan keuanagn tahun 1999 pusat koperasi pegawai

15 355 84

Keanekaragaman Makrofauna Tanah Daerah Pertanian Apel Semi Organik dan Pertanian Apel Non Organik Kecamatan Bumiaji Kota Batu sebagai Bahan Ajar Biologi SMA

26 317 36

ANALISIS SISTEM PENGENDALIAN INTERN DALAM PROSES PEMBERIAN KREDIT USAHA RAKYAT (KUR) (StudiKasusPada PT. Bank Rakyat Indonesia Unit Oro-Oro Dowo Malang)

160 705 25

Representasi Nasionalisme Melalui Karya Fotografi (Analisis Semiotik pada Buku "Ketika Indonesia Dipertanyakan")

53 338 50

DAMPAK INVESTASI ASET TEKNOLOGI INFORMASI TERHADAP INOVASI DENGAN LINGKUNGAN INDUSTRI SEBAGAI VARIABEL PEMODERASI (Studi Empiris pada perusahaan Manufaktur yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI) Tahun 2006-2012)

12 142 22

Hubungan antara Kondisi Psikologis dengan Hasil Belajar Bahasa Indonesia Kelas IX Kelompok Belajar Paket B Rukun Sentosa Kabupaten Lamongan Tahun Pelajaran 2012-2013

12 269 5

Analisis pengaruh modal inti, dana pihak ketiga (DPK), suku bunga SBI, nilai tukar rupiah (KURS) dan infalnsi terhadap pembiayaan yang disalurkan : studi kasus Bank Muamalat Indonesia

5 112 147

Dinamika Perjuangan Pelajar Islam Indonesia di Era Orde Baru

6 75 103

Perspektif hukum Islam terhadap konsep kewarganegaraan Indonesia dalam UU No.12 tahun 2006

13 113 111

Pengaruh Kerjasama Pertanahan dan keamanan Amerika Serikat-Indonesia Melalui Indonesia-U.S. Security Dialogue (IUSSD) Terhadap Peningkatan Kapabilitas Tentara Nasional Indonesia (TNI)

2 68 157