Tingkat Pemahaman Konsumen Ibu Rumah Tangga Terhadap Daging Sapi Yang Halal Dan Thayyib Di Kota Bogor

TINGKAT PEMAHAMAN KONSUMEN IBU RUMAH TANGGA
TERHADAP DAGING SAPI YANG HALAL DAN THAYYIB DI
KOTA BOGOR

EISTIFANI FAJRIN

DEPARTEMEN ILMU PRODUKSI DAN TEKNOLOGI PETERNAKAN
FAKULTAS PETERNAKAN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
2016

PERNYATAAN MENGENAI SKRIPSI DAN
SUMBER INFORMASI SERTA PELIMPAHAN HAK CIPTA
Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi berjudul Tingkat Pemahaman
Konsumen Ibu Rumah Tangga terhadap Daging Sapi yang Halal dan Thayyib di
Kota Bogor adalah benar karya saya dengan arahan dari komisi pembimbing dan
belum diajukan dalam bentuk apa pun kepada perguruan tinggi mana pun. Sumber
informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan maupun tidak
diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam
Daftar Pustaka di bagian akhir skripsi ini.

Dengan ini saya melimpahkan hak cipta dari karya tulis saya kepada Institut
Pertanian Bogor.
Bogor, Januari 2016
Eistifani Fajrin
NIM. D14124008

ABSTRAK
EISTIFANI FAJRIN. Tingkat Pemahaman Konsumen Ibu Rumah Tangga
terhadap Daging Sapi yang Halal dan Thayyib di Kota Bogor. Dibimbing oleh
HENNY NURAINI dan SRI MULATSIH.
Kota Bogor adalah salah satu kota besar di Jawa Barat. Jumlah penduduk di
Kota Bogor sebanyak 1 030 720 jiwa (BPS Kota Bogor 2014), dengan jumlah
penduduk beragama Islam sebesar 877 498 jiwa (BPS 2012). Banyaknya
penduduk beragama Islam di Kota Bogor diharapkan akan meningkatkan
kesadaran penduduk untuk mengetahui pentingnya mengonsumsi makanan halal.
Salah satu pemenuhan makanan halal adalah produk pangan di bidang peternakan.
Daging sapi adalah salah satu produk pangan peternakan yang dapat dikonsumsi
sebagai pemenuhan protein hewani. Ibu rumah tangga memiliki peran penting
dalam pemenuhan kebutuhan protein hewani dalam keluarga. Penelitian ini
bertujuan untuk mengetahui persepsi konsumen ibu rumah tangga terhadap

pangan asal ternak yang halal dan thayyib di Kota Bogor. Penelitian dilakukan di
6 kecamatan di Kota Bogor dengan jumlah 100 orang responden ibu rumah
tangga, melalui wawancara kuisioner. Tingkat pemahaman konsumen ibu rumah
tangga terhadap pangan asal ternak yang halal dan thayyib di Kota Bogor,
dianalisa secara deskriptif. Hasil penelitian menunjukkan ibu rumah tangga di
Kota Bogor sudah memiliki pengetahuan yang baik terhadap produk pangan halal
dan thayyib.
Kata kunci: ibu rumah tangga, kota bogor, pangan halal, tingkat pemahaman

ABSTRACT
EISTIFANI FAJRIN. Housewife Consumer Understanding of Halal and Thayyib
Beef in Bogor City. Supervised by HENNY NURAINI and SRI MULATSIH
Bogor is one of the biggest city in West Java. The number of population in
this city is 1 030 720 (BPS Kota Bogor 2014), with the total number of muslim
who live here 877 498 (BPS 2012). The high number of muslim in this city
increases awareness, especially for the housewives in consuming halal food. One
of halal products on food that was very necessary comes from animals, such as
beef. That was one of the alternatives for protein source. In a family, housewife
has an important role in making sure the fulfillment of protein for her whole
family members. This paper aimed to study the housewives’ perception as

consumers towards beef that was halal and thayyib in Bogor. The study was done
in six districts with the total number of respondent was 100 housewives, through
interviews and quetionnaires. Descriptive analyssis was applied in this study. In
general, was found in this study that housewives in Bogor had good understanding
in related to basic question about animal food products that was halal and thayyib.
Key words: bogor city, halal food, housewife, understanding

TINGKAT PEMAHAMAN KONSUMEN IBU RUMAH TANGGA
TERHADAP DAGING SAPI YANG HALAL DAN THAYYIB DI
KOTA BOGOR

EISTIFANI FAJRIN

Skripsi
sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar
Sarjana Peternakan
pada
Departemen Ilmu Produksi dan Teknologi Peternakan

DEPARTEMEN ILMU PRODUKSI DAN TEKNOLOGI PETERNAKAN

FAKULTAS PETERNAKAN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
2016

PRAKATA

Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Allah SWT atas segala nikmat,
rahmat, dan karunia yang telah diberikan sehingga survey dan skripsi ini dapat
terselesaikan. Shalawat dan salam semoga senantiasa terlimpah kepada Rasulullah
Muhammad SAW, keluarga, para sahabat, dan pengikutnya. Terima kasih
sebesar-besarnya penulis ucapkan kepada Dr Ir Henny Nuraini, MSi dan Dr Ir Sri
Mulatsih, MSc Agr selaku pembimbing atas segala perhatian, bimbingan, dan
motivasi yang telah diberikan. Terimakasih juga penulis ucapkan kepada
Dr Ir Afton Atabany, MSi selaku dosen penguji atas segala saran dan
bimbingannya sehingga skripsi ini dapat disempurnakan menjadi lebih baik lagi.
Tidak lupa penulis ucapkan terimakasih kepada Ir Lucia Cyrilla ENSD, MSi atas
bimbingan dan saran yang telah diberikan selama pembuatan proposal hingga
berjalannya penelitian. Terimakasih penulis ucapkan kepada Bapak Iyep
Komalasari, yang telah banyak membantu selama studi penulis di Fakultas

Peternakan Institut Pertanian Bogor.
Terimakasih penulis ucapkan kepada Riadi Fesa Muttaqin, Ferdian Iza,
Anike Arliana Sujana, Uswatun Hasanah, Ninin Choirun Nisa, Elnida Fitria
teman-teman IPTP 48, serta teman-teman Az-Zukhruf sebagai sahabat-sahabat
terbaik, atas segala motivasi, bantuan, kebersamaan, dan kekeluargaan yang telah
terbina. Terimakasih penulis ucapkan kepada responden yang telah bersedia
bekerjasama dan banyak membantu selama survey berlangsung. Terimakasih
penulis ucapkan kepada kedua orang tua penulis yang tidak berhenti memberi
dukungan dan mendoakan dengan kasih sayang, teruntuk Ayah Ahmad Fauzi dan
Ibu Maf Ulah. Kepada kakak, Moh Javid Kanzul Fikri, atas motivasi, dukungan,
dan kerja kerasnya. Kepada adik-adik tersayang Abdul Hamid Mauludy, Moh.
Amien Rais Ramadhani, dan Fatimatuz Zahro, yang telah menjadi sumber
semangat bagi penulis. Semoga karya ilmiah ini bermanfaat bagi pembaca dan
ilmu pengetahuan nantinya

Bogor, Januari 2016
Eistifani Fajrin

DAFTAR ISI
DAFTAR TABEL

DAFTAR GAMBAR
PENDAHULUAN
Latar Belakang
Tujuan Penelitian
Ruang Lingkup Penelitian
METODE
Waktu dan Lokasi Penelitian
Alat
Prosedur
HASIL DAN PEMBAHASAN
Karakteristik Responden
Tingkat Pemahaman Responden
SIMPULAN DAN SARAN
DAFTAR PUSTAKA
RIWAYAT HIDUP

viii
viii
1
1

2
2
2
2
2
3
5
5
6
12
13
14

DAFTAR TABEL
1
2
3
4
5
6


Distribusi sampel (responden) di enam Kecamatan di Kota Bogor
Variabel laten dan variabel indikator
Demografi responden/ karakteristik umum responden
Tingkat pemahaman responden terhadap kriteria pangan halal
Tingkat pemahaman responden terhadap kriteria daging pilihan
Sumber informasi mengenai pangan halal dan thayyib

3
4
6
7
7
9

DAFTAR GAMBAR
1
2
3
4

5

Tingkat pemahaman responden terhadap tingkat pengetahuan halal
Tingkat pemahaman responden terhadap aspek kesehatan
Tingkat pemahaman responden terhadap pengetahuan agama
Tingkat pemahaman responden terhadap label halal
Tingkat kepedulian responden terhadap pangan halal dan thayyib

8
9
10
11
12

PENDAHULUAN
Latar Belakang
Produk pangan di bidang peternakan terutama daging sapi, berperan
penting dalam pemenuhan kebutuhan protein masyarakat di Indonesia. Terdapat
berbagai kriteria produk pangan yang layak untuk dikonsumsi. Salah satunya
adalah kriteria halal dan thayyib, khususnya bagi konsumen yang beragama

Islam. Halal artinya diperbolehkan dan thayyib artinya baik dan menyehatkan
(Al-Qaradhawi 2004). Setiap muslim dituntut untuk mengonsumsi makanan dan
minuman yang halal serta baik seperti yang tercantum dalam Q. S. al-Baqarah
ayat 168. Ayat tersebut memerintahkan umat islam untuk mengonsumsi makanan
yang tidak hanya halal tetapi juga thayyib (makanan yang baik). Makanan dan
minuman yang dimaksud harus berasal dari bahan yang halal, diproses dengan
proses yang dapat menjamin kehalalannya, dan diperoleh dengan cara yang halal.
Makanan halal di Indonesia harus memenuhi kriteria halal yang ditentukan oleh
MUI (Majelis Ulama Indonesia).
Menurut surat al-Maidah ayat 3, makanan yang halal adalah makanan
selain bangkai, darah, daging babi, dan binatang yang tidak disembelih bukan
karena Allah SWT. Konsumen pada umumnya hanya menghindari keempat hal
tersebut. Makanan yang halal untuk dikonsumsi tidak berarti baik dan
menyehatkan bagi seseorang. Halal tetapi berbahaya bagi kesehatan, maka
makanan tersebut menjadi tidak thayyib sehingga tidak boleh dikonsumsi
(Apriyantono dan Nurbowo 2003). Menurut Indra et al. (2004) baik dan
menyehatkan (thayyib) dapat diartikan tidak memiliki nilai buruk bagi kesehatan
jasmani maupun rohani, materi yang dikonsumsi harus menyehatkan bagi
konsumen, dan diperoleh dengan cara yang benar. Berdasarkan hal ini, maka
timbul suatu konsep keamanan pangan. Makanan yang aman adalah makanan

yang dapat memenuhi kebutuhan konsumen dari aspek kesehatan dan
kenyamanan bathiniah (Apriyantono dan Nurbowo 2003). Namun belum semua
umat muslim memahami kriteria makanan dan minuman dalam Islam.
Indonesia adalah negara dengan penduduk beragama Islam terbesar di
dunia. Jumlah penduduk Indonesia yang beragama Islam adalah 207 176 162 jiwa
(BPS 2010). Kota Bogor adalah salah satu kota dengan jumlah penduduk muslim
yang cukup banyak di Jawa Barat. Penduduk Kota Bogor yang beragama Islam
berjumlah 877 498 jiwa, yaitu sekitar 87.32% dari total penduduknya (BPS 2012),
dengan jumlah ibu rumah tangga sebanyak 252 967 jiwa (BPS Kota Bogor 2014).
Banyaknya penduduk beragama Islam di Kota Bogor diharapkan akan
meningkatkan kesadaran penduduk untuk mengetahui pentingnya mengonsumsi
makanan halal. Salah satu pemenuhan makanan halal adalah produk pangan di
bidang peternakan. Ibu rumah tangga memiliki peran penting dalam pemenuhan
kebutuhan protein hewani dalam keluarga. Menurut Engel et al. (1994), konsumsi
makanan sangat ditentukan oleh ibu rumah tangga yang memainkan peran sebagai
penjaga gerbang (gate keeper) yang bertanggung jawab dalam pemilihan dan
persiapan hidangan bagi seluruh keluarga. Ibu rumah tangga sebagai gate keeper
juga menjalankan perannya sebagai penyedia makanan sehingga konsumsi anak
akan sangat dipengaruhi oleh pengetahuan Ibu.

2
Ditinjau dari pentingnya peran ibu rumah tangga dalam menentukan
makanan yang akan dikonsumsi oleh seluruh anggota keluarga, maka perlu
dilakukan survey untuk mengetahui tingkat pemahaman ibu rumah tangga
terhadap pangan asal ternak yang halal dan thayyib. Survey dilakukan terhadap
Ibu Rumah Tangga di Kelurahan Mulyaharja, Tegalgundil, Tegallega, Katulampa,
Pasirjaya, dan Kedungbadak Kota Bogor.
Tujuan Penelitian
Tujuan dari penelitian ini yaitu mengetahui tingkat pemahaman konsumen
ibu rumah tangga terhadap daging sapi yang halal dan thayyib di Kota Bogor.
Ruang Lingkup Penelitian
Penelitian ini meninjau tingkat pemahaman konsumen terhadap daging sapi
yang halal dan thayyib, dengan melakukan survei persepsi terhadap 100 responden
ibu rumah tangga yang beragama Islam di 6 Kecamatan di Kota Bogor, yaitu di
Kecamatan Bogor Selatan, Kecamatan Bogor Timur, Kecamatan Bogor Utara,
Kecamatan Bogor Tengah dan Tanah Sareal.

METODE
Waktu dan Lokasi Penelitian
Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Juli hingga Agustus 2015 di (a)
Kelurahan Mulyaharja, Kecamatan Bogor Selatan, (b) Kelurahan Tegalgundil,
Kecamatan Bogor Utara, (c) Kelurahan Tegallega, Kecamatan Bogor Tengah, (d)
Kelurahan Katulampa, Kecamatan Bogor Timur, (e) Kelurahan Pasirjaya,
Kecamatan Bogor Barat, dan (f) Kelurahan Kedungbadak, Kecamatan Tanah
Sareal.
Alat
Alat yang digunakan adalah kuesioner penelitian (lampiran). Kuesioner
menggunakan skala Likert. Skala Likert adalah skala yang dapat dipergunakan
untuk mengukur sikap, pendapat, dan persepsi seseorang atau kelompok orang
terhadap suatu gejala atau fenomena (Djaali dan Muljono 2007).
Informasi yang didapat dari skala Likert merupakan skala pengukuran
ordinal, sehingga peneliti hanya dapat membagi responden ke dalam urutan
rangking atas dasar persepsinya (Sugiyono 2010). Pernyataan diberi skor 1
(sangat tidak setuju), 2 (tidak setuju), 3 (setuju) dan 4 (sangat setuju). Alat lain
yang digunakan adalah alat tulis, dan kamera untuk dokumentasi.

3
Prosedur
Desain yang digunakan adalah penelitian survey. Penelitian survey (survey
resesarch) adalah bentuk pengumpulan data yang menggunakan kuesioner kepada
sekelompok orang (West dan Turner 2007)
Penentual Sampel
Sampel didefinisikan sebagai suatu bagian yang ditarik dari populasi.
Populasi adalah jumlah keseluruhan dari unit-unit analisa yang ciri-cirinya akan
diduga (Sugiarto et al. 2003). Populasi pada penelitian ini adalah ibu rumah
tangga di Kota Bogor yang berjumlah 252 967 jiwa. Penentuan jumlah responden
ditentukan berdasarkan rumus Slovin (Simamora 2002):
n=
=99.96≈100
Keterangan:
n = ukuran sampel
N = ukuran populasi (ibu rumah tangga di Kota Bogor)
e = persen kelonggaran ketidak telitian karena kesalahan pengambilan
sampel yang masih dapat ditolerir atau diinginkan (10%)

Berdasarkan rumus Slovin, maka jumlah sampel yang diambil sebanyak 100
orang, yang akan didistribusikan di 6 kecamatan di Kota Bogor. Tabel 1
menunjukkan distribusi sampel dari kelurahan terpilih di setiap Kecamatan di
Kota Bogor. Kelurahan yang dipilih pada setiap kecamatan adalah kelurahan
dengan jumlah ibu rumah tangga terbesar. Responden diharapkan representatif
terhadap informasi yang ingin diperoleh yaitu mengenai tingkat pemahaman
konsumen ibu rumah tangga terhadap pangan asal ternak yang halal dan thayyib di
Kota Bogor.
Tabel 1 Distribusi sampel (responden) di enam Kecamatan di Kota Bogor
Kecamatan
Bogor Selatan
Bogor Timur
Bogor Utara
Bogor Tengah
Bogor Barat
Tanah Sareal
Total

KK
46 563
24 524
47 376
26 636
55 673
52 195
252 967

Proporsi Kecamatan terhadap Bogor
18.41
9.70
18.73
10.53
22.00
20.63
100.00

Kelurahan
Mulyaharja
Katulampa
Tegalgundil
Tegallega
Pasirjaya
Kedungbadak

Responden
18
10
19
10
22
21
100

Pengumpulan Data
Data yang digunakan dalam survey adalah data primer dan data sekunder.
Data primer merupakan data yang dikumpulkan secara langsung oleh peneliti
untuk menjawab masalah atau tujuan penelitian.
Data primer dari penelitian ini diperoleh melalui wawancara dengan
panduan kuisioner. Data sekunder yang digunakan adalah data yang relevan
diperoleh dari Badan Pusat Statistik Kota Bogor.

4
Analisis Data
Dalam penelitian ini digunakan analisis deskriptif. Penelitian secara
deskriptif menggambarkan tentang sampel atau populasi. Menurut Riduwan
(2009) analisis deskriptif tidak membandingkan dan menghubungkan dengan
variabel lain, namun hanya menggambarkan variabel saja.
Analisis deskriptif juga digunakan untuk menginterpretasikan hasil analisis
(Widagdo 2015). Analisis deskriptif dalam penelitian ini dijelaskan melalui
tingkat pemahaman responden mengenai terhadap pangan halal dan thayyib.
Perhitungan Skor Tingkat Pemahaman Daging Halal dan Thayyib
Perhitungan total skor dihitung dengan menggunakan 5 variabel, yaitu
pengetahuan halal (PH), aspek kesehatan (AK), pengetahuan agama (PA), label
halal (LH), dan kepedulian (KP). Variabel digunakan untuk menduga tingkat
pemahaman ibu rumah tangga terhadap pangan halal (khususnya pada produk
daging). Nilai setiap variabel adalah 1 hingga 4. Pernyataan sangat tidak setuju
diberi skor 1, pernyataan tidak setuju diberi skor 2, pernyataan setuju diberi skor 3
dan pernyataan sangat setuju diberi skor 4, sehingga dari 100 responden akan
didapat skor terendah 100 dan skor tertinggi sebesar 400. Tingkat pemahaman
konsumen dibagi menjadi 4 selang. Setiap rentang nilai diberi kategori, yaitu
kategori sangat kurang (skor 100-175), kategori kurang (skor 176-250), kategori
baik (skor 251-325) dan kategori sangat baik (skor 326-400). Sementara itu untuk
tingkat kepedulian konsumen dibagi menjadi 4 selang yaitu kategori sangat tidak
peduli (skor 100-175), kategori tidak peduli (skor 176-250), kategori peduli (skor
251-325) dan kategori sangat peduli (skor 326-400). Terdapat 4 kategori untuk
mengukur intensitas konsumen pada indikator kepedulian yaitu kategori sangat
tidak pernah (skor 100-175), kategori pernah (skor 176-250), kategori sering (skor
251-325) dan selalu (skor 326-400). Masing-masing variabel memiliki definisi
operasional.
Definisi operasional pada Tabel 2 yaitu pengetahuan halal (PH) adalah
pemahaman dari individu untuk membedakan pangan yang halal dan haram, aspek
kesehatan (AK) adalah persepsi individu terhadap aspek kesehatan pangan halal,
pengetahuan agama (PA) adalah keyakinan individu terhadap kemampuan mereka
dalam membedakan makanan dan minuman yang halal dan haram, label halal
(LH) adalah persepsi individu terhadap peran dari label atau sertifikasi halal MUI,
dan kepedulian (KP) adalah kesadaran atau kepedulian terhadap pangan halal.
Kecenderungan untuk selalu memastikan aspek kehalalan pangan yang akan
dikonsumsinya (Widagdo 2015).
Tabel 2 Variabel laten dan variabel indikator
1.

Variabel Indikator
Variabel Laten Pengetahuan Halal (PH)
PH 1
Tiga jenis kriteria pangan yaitu halal, haram dan syubhat
PH 2
Pangan yang boleh dikonsumsi umat muslim adalah halal dan thayyib
PH 3
Pangan yang tidak halal dan thayyib boleh dikonsumsi umat muslim pada kondisi
darurat
PH 4
Daging yang berasal dari semua jenis ternak halal untuk dikonsumsi
PH 5
Bangkai, darah dan daging babi merupakan makanan yang tidak halal
PH 6
Penyembelih harus bergama islam
PH 7
Penyembelih memerlukan ketrampilan dalam menyembelih ternak dengan adanya
sertifikat penyembelih halal

5
Tabel 2 Variabel laten dan variabel indikator (lanjutan)
Variabel Indikator
Syarat syah menyembelih hewan adalah memotong sekaligus sampai putus saluran
pernafasan, saluran makanan, kedua urat nadi kiri dan kanan
PH 9
Kriteria pangan halal dan thayyib meliputi jenis ternak, cara memperoleh, cara
memproses, dan cara menyajikan
PH 10 Pangan yang berbahaya bagi tubuh dapat menjadikan pangan tersebut haram
Variabel Laten Aspek Kesehatan (AK)
AK 1
Pangan halal dan thayyib melambangkan pangan yang aman, higienis, dan
berkualitas
AK 2
Mengonsumsi pangan halal dan thayyib dapat menjaga kesehatan
AK 3
Pangan yang diharamkan dalam Islam memilki efek buruk bagi kesehatan
AK 4
Campuran bahan dalam pangan halal dan thayyib tidak membahayakan kesehatan
Variabel Laten Pengetahuan Agama
PA 1
Agama Islam melarang untuk mengonsumsi pangan yang tidak halal dan tidak
thayyib
PA 2
Mengonsumsi pangan yang halal dan thayyib adalah bentuk ketaatan anda kepada
ajaran Islam
PA 3
Mengonsumsi pangan yang tidak halal dan tidak thayyib adalah dosa
PA 4
Mengonsumsi pangan halal dan thayyib akan membentuk perilaku yang baik
PA 5
Semua pangan hukumnya boleh kecuali ada dalil yang mengharamkannya
Variabel Laten Label Halal (LH)
LH 1
Label halal MUI menjadi indikator kehalalan suatu pangan
LH 2
Label halal mempermudah mengidentifikasi status kehalalan pangan
LH 3
Label halal membantu untuk lebih selektif dalam memilih pangan
LH 4
Label halal memengaruhi persepsi anda terhadap pangan yang akan dikonsumsi
LH 5
Sertifikasi dan labelisasi halal bertujuan untuk memberikan perlindungan terhadap
konsumen
Variabel Laten Kepedulian (KP)
KP 1
Aspek halal menjadi pertimbangan utama dalam memilih pangan
KP 2
Dalam memilih produk pangan, anda memprioritaskan kepercayaan pada produk
pangan dengan label halal MUI dibandingkan label lainnya (label Depkes)
KP 3
Anda selalu mengkhawatirkan produk pangan yang tidak ada label halal MUI pada
kemasannya
KP 4
Anda hanya akan membeli dan mengkonsumsi produk pangan yang memiliki label
halal MUI
KP 5
Intensitas memerhatikan kehalalan produk pangan
KP 6
Intensitas membaca label halal MUI pada produk pangan
KP 7
Menceritakan kepada orang lain terkait produk pangan tanpa label halal MUI
KP 8
Intensitas membeli produk pangan berlabel halal MUI
KP 9
Tingkat kepedulian terhadap cara mendapatkan dan proses pengolahan pangan
KP 10 Tingkat kepedulian terhadap isu pangan halal
PH 8

2.

3.

4.

5.

HASIL DAN PEMBAHASAN
Karakteristik Responden
Responden berjumlah 100 orang, yang dihitung dengan rumus slovin.
Responden dipilih secara convinience sampling berdasarkan kesediaan menjadi
responden, merupakan ibu rumah tangga warga kota Bogor, memiliki kemampuan
berbahasa Indonesia yang baik, dan beragama Islam. Karakteristik responden
berdasarkan usia, mayoritas responden berada pada interval usia 31-40 tahun
sebanyak 37%. Pendidikan terakhir responden, sebagian besar responden (32%)

6
menyelesaikan pendidikan Sekolah Dasar. Data menunjukkan mayoritas
responden memiliki penghasilan pada interval Rp1 001 000-Rp2 500 000
sebanyak 60%. Data pengeluaran pangan per bulan, pengeluaran pangan
responden paling banyak berada pada interval Rp751 000-Rp1 000 000 yaitu
sebanyak 34%, sisanya pada interval Rp1 501 000-Rp3 000 000 sebanyak 31%.
Karakteristik umum responden selengkapnya dapat dillihat pada Tabel 3.
Tabel 3 Demografi responden/ karakteristik umum responden
Usia (tahun)

Pendidikan Terakhir

Penghasilan (Rp/bulan)

Tingkat Pengeluaran (Rp/bulan)

Karakteristik
21-30
31-40
41-50
51-60
SD
SMP
SMA
Diploma
Sarjana
500 000-1 000 000
1 001 000-2 500 000
2 501 000-5 000 000
5 001 000-10 000 000
5 00 000-750 000
751 000-1 000 000
1 001 000-1 500 000
1 501 000-3 000 000

Persentase (%)
30
37
20
8
32
29
28
2
9
2
60
36
2
7
34
28
31

Tingkat Pemahaman Responden
Tingkat Kepentingan Responden dalam Mengonsumsi Pangan Halal dan
Thayyib
Berdasarkan hasil survey tingkat kepentingan responden terhadap pangan
halal. Sebanyak 57% responden menyatakan bahwa mengonsumsi pangan halal
dan thayyib sangat penting dan 43% responden menyatakan bahwa mengonsumsi
pangan halal dan thayyib penting.
Tidak ada responden yang memilih sangat tidak penting dan tidak penting.
Hal ini mengindikasikan bahwa konsumen di Kota Bogor memprioritaskan aspek
halal dalam mengonsumsi makanan.
Tingkat Pemahaman Responden terhadap Kriteria Pangan Halal
Pada Tabel 4 menunjukkan bahwa responden telah memahami kriteria
pangan halal. Sebanyak 99% responden menyetujui bahwa kriteria makanan halal
adalah makanan yang tidak mengandung babi dan turunannya, 1% responden
yang tidak memilih kriteria ini memiliki latar belakang pendidikan terakhir adalah
Sekolah Menengah Pertama.
Pada
kriteria
makanan
yang
tidak
mengandung
racun
sebanyak 98% responden menyetujui bahwa makanan yang tidak mengandung
alkohol dan makanan yang tidak rusak dan tidak kadaluarsa adalah kriteria
makanan yang halal dan thayyib. Sebanyak 94% responden setuju bahwa makanan
halal dan thayyib, bukan berasal dari produk illegal, 86% responden juga

7

menyetujui bahwa makanan halal dan thayyib adalah makanan yang terdapat label
halal MUI, dan 81% responden menyetujui kriteria bahwa makanan yang halal
dan thayyib adalah yang memiliki tulisan halal pada kemasannya.
Tabel 4 Tingkat pemahaman responden terhadap kriteria pangan halal
Kriteria Pangan Halal
Tidak ada kandungan babi dan turunannya
Tidak mengandung alkohol
Tidak rusak dan tidak kadaluarsa
Tidak mengandung racun
Ada label halal MUI
Ada tulisan halal
Bukan produk ilegal

Persentase (%)
99
98
98
99
88
81
94

Tingkat Pemahaman Responden terhadap Kriteria Daging Pilihan
Tabel 5 menunjukkan tingkat pemahaman responden terhadap kriteria
daging yang akan dipilih. Sebanyak 99% memilih daging segar sebagai kriteria
pemilihan dalam membeli daging. Sebesar 73% akan membeli daging pada
penjual khusus daging halal. Sementara itu 36% menganggap perlu untuk
mengetahui terlebih dahulu cara penyembelihan, dan 27% menyetujui bahwa
label halal penting untuk disertakan, Sedikitnya responden yang memilih kriteria
label halal dalam pemilihan produk daging dikarenakan responden pada umumnya
membeli daging segar di pasar tradisional, yang pada umumnya tidak
menunjukkan sertifikat halal.
Hasil ini mengindikasikan ibu rumah tangga telah memiliki pengetahuan
mengenai kriteria daging yang baik. Hasil ini sesuai dengan penelitian Prasetio
(2006) yang mengatakan bahwa konsumen daging secara umum lebih hati-hati
dalam melakukan proses pembelian, mereka telah mempunyai pengetahuan
tentang haramnya daging babi.
Tabel 5 Tingkat pemahaman responden terhadap kriteria daging pilihan
Kriteria Daging Pilihan
Segar
Mengetahui terlebih dahulu cara penyembelihannya
Memperhatikan label halal
Hanya membeli daging pada penjual khusus daging halal

Persentase (%)
99
36
27
73

Tingkat Pemahaman Responden Terhadap Pengetahuan Halal
Terdapat 10 pernyataan dan 2 pertanyaan untuk mengukur tingkat
pemahaman responden terhadap pangan yang halal dan thayyib berdasarkan
pengetahuan halal. Jawaban 10 pernyataan tertera pada Gambar 2. Pada PH 1
(3 kategori pangan, yaitu halal, haram, dan syubhat) mayoritas responden
menjawab setuju. Hal ini sesuai dengan (Apriyantono dan Nurbowo 2003) bahwa
yang halal itu jelas dan haram itu jelas diantara keduanya itu ada sesuatu yang
syubhat (samar-samar). Kebanyakan diantara manusia tidak mengerti hal itu.
Barang siapa yang menjaga dari dirinya dari sesuatu yang samar-samar itu berarti
telah menjaga agamanya dan kehormatannya dan barang siapa yang telah

8

menjatuhkan dirinya terhadap syubhat berarti menjatuhkan dirinya kepada yang
haram.
Jawaban tersebar pada indikator PH 3, PH 4, dan PH 7. Pada indikator PH
3 yaitu mengenai boleh tidaknya pangan tidak halal dikonsumsi pada kondisi
darurat. Sebanyak 26% responden menyatakan sangat tidak setuju, dan 16%
responden menyatakan tidak setuju. Menurut Al-Quran surat al-Baqarah ayat 173
telah dijelaskan “barangsiapa dalam keadaan terpaksa (memakannya) sedang ia
tidak menginginkannya dan tidak (pula) melampaui batas, maka tidak ada dosa
baginya. Sesungguhnya Allah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang”.
Beberapa ahli fiqih Islam berdasarkan ayat tersebut, menetapkan bahwa dalam
keadaan darurat diperbolehkan memakan yang haram, dengan terlebih dahulu
mengusahakan adanya makanan halal (Al- Qaradhawi 2004). Pada indikator PH 4
sebanyak 34% tidak setuju bahwa daging dari semua jenis ternak belum tentu
halal untuk dikonsumsi, dan 13% responden menyatakan sangat tidak setuju.
Berdasarkan firman Allah pada surat al-An’aam ayat ke 119
“Sesungguhnya Allah telah menjelaskan kepada kamu apa yang diharamkan-Nya
atas kamu”. Firman Allah pada surat al-Maa’idah ayat 3 “Diharamkan bagimu
(memakan) bangkai, darah, daging babi, (daging hewan) yang disembelih atas
nama selain Allah”. Jawaban pada indikator PH 7 (Penyembelih memerlukan
ketrampilan dalam menyembelih ternak, yang ditunjukkan dengan sertifikat
penyembelih halal) sebanyak 27% responden menyatakan tidak setuju dan 11%
responden menyatakan sangat tidak setuju. DEPAG (2010) menjelaskan bahwa
penyembelih harus mengetahui hukum-hukum dan ketentuan dalam menyembelih
hewan . Berdasarkan Gambar 1 dan perhitungan total skor, secara keseluruhan
tingkat pemahaman responden ibu rumah tangga di Kota Bogor terhadap
pengetahuan halal sudah baik. Hasil ini tidak berbeda dengan penelitian Widagdo
(2015).
19%

21%

39%

Persentase (%)

42%

40%
67%

39%

22%

78%
51%

34%
29%

26%
1%
PH 1

6%
1%
PH 2

13%
PH 3

PH 4

1%
3%
PH 5

46%

36%

66%

14%
16%

30%

30%
3%
1%
PH 6

52%

46%
53%

27%
11%

9%
9%

PH 7

PH 8

1%
PH 9

16%
2%
PH 10

Indikator
Sangat Tidak Setuju

Tidak Setuju

Setuju

Sangat Setuju

Gambar 1 Tingkat pemahaman responden terhadap pengetahuan halal
Berdasarkan pertanyaan ke-11, diperoleh jawaban bahwa responden
pernah memperoleh informasi tentang pangan yang halal dan thayyib. Responden

9

yang mendapatkan sumber informasi dari ceramah sebanyak 90%. Namun hanya
12 responden yang mendapatkan informasi mengenai pangan halal dan thayyib
dari internet. Hal ini dikarenakan responden yang merupakan ibu rumah tangga
tidak dapat menggunakan layanan internet. Hasil ini dapat dilihat pada Tabel 6.
Tabel 6 Sumber informasi mengenai pangan halal dan thayyib
Sumber Informasi
Persentase (%)
Internet
12
Media cetak (koran, majalah, tabloid)
25
Media elektronik (Televisi, radio)
66
Teman, keluarga atau kerabat
65
Penyuluhan, kuliah, seminar, ceramah
90
Tingkat Pemahaman Responden terhadap Aspek Kesehatan
Indikator untuk mengukur tingkat pemahaman responden terhadap aspek
kesehatan adalah AK 1 (Pangan halal dan thayyib melambangkan pangan yang
aman, higienis, dan berkualitas), AK 2 (Mengonsumsi pangan halal dan thayyib
dapat menjaga kesehatan), AK 3 (Pangan yang diharamkan dalam Islam memilki
efek buruk bagi kesehatan), AK 4 (Campuran bahan dalam pangan halal tidak
membahayakan kesehatan).
Al-Qaradhawi (2004) menjelaskan bahwa Allah tidak menentukan sesuatu
itu halal atau haram kecuali ada sebab dan alasan yang masuk akal, demi
kemaslahatan manusia itu sendiri. Allah tidak menghalalkan sesuatu kecuali yang
baik buat manusia, dan Dia tidak mengharamkan sesuatu kecuali yang buruk
akibatnya bagi manusia. Makanan yang halal mengandung kebaikan bagi orang
yang mengkonsumsinya salah satunya berpengaruh terhadap kesehatan tubuh
(DEPAG 2010). Berdasarkan Gambar 2 dan perhitungan total skor, tingkat
pemahaman responden terhadap aspek kesehatan sangat baik.

Persentase (%)

44%

50%

49%

42%

7%

8%

AK 1

AK 2

42%

50%

30%

34%

8%

8%
2%

AK 3

AK 4

Indikator
Sangat Tidak Setuju

Tidak Setuju

Setuju

Sangat Setuju

Gambar 2 Tingkat pemahaman responden terhadap aspek kesehatan

10

Persentase (%)

Tingkat Pemahaman Responden Terhadap Pengetahuan Agama
Tingkat pemahaman konsumen ibu rumah tangga terhadap pengetahuan
agama dapat dilihat pada 4 indikator yang ada pada Gambar 3 yaitu PA 1 (Agama
Islam melarang Anda untuk mengkonsumsi pangan yang tidak halal dan tidak
thayyib), PA 2 (Mengonsumsi pangan halal dan thayyib adalah bentuk ketaatan
anda kepada ajaran Islam). Pada PA 1 dan PA 2 jawaban tersebar pada pernyataan
setuju dan sangat setuju. Hal ini sesuai dengan Al-Quran surat al-Maidah ayat 88
“dan makanlah makanan yang halal lagi baik yang Allah telah rizkikan kepadamu
dan bertaqwalah kepada Allah yang kamu beriman kepadaNya”. PA 3
(Mengonsumsi pangan yang tidak halal dan tidak thayyib adalah dosa), dan PA 5
(Semua pangan hukumnya boleh kecuali ada dalil yang mengharamkannya)
mayoritas responden menjawab dengan benar.
Al-Qaradhawi (2004) menjelaskan pada dasarnya semua makanan dan
minuman yang berasal dari tumbuh-tumbuhan, sayur-sayuran, buah-buahan, dan
hewan adalah halal kecuali yang beracun dan membahayakan kesehatan manusia.
Indikator PA 4 (Mengonsumsi pangan halal dan thayyib akan membentuk perilaku
yang baik), sebanyak 34% responden memberikan pernyataan negatif. Makanan
yang halal membawa keberkahan. Allah Maha Baik dan tidak menerima kecuali
yang baik. Ketika umat muslim senantiasa menjadi pribadi yang baik, diantaranya
dengan mengkonsumsi makanan yang halal, maka Allah akan menurunkan
kebaikan kepada individu tersebut (DEPAG 2010). Berdasarkan perhitungan total
skor, ibu rumah tangga di Kota Bogor memiliki tingkat pemahaman terhadap
pengetahuan agama yang sangat baik.

35%
64%

58%

59%
85%
27%

35%
1%
PA 1

36%
5%
PA 2

14%
1%
PA 3

34%

37%

4%

4%
1%
PA 5

PA 4

Indikator
Sangat Tidak Setuju

Tidak Setuju

Setuju

Sangat Setuju

Gambar 3 Tingkat pemahaman responden terhadap pengetahuan agama
Tingkat Pemahaman Responden terhadap Label Halal
Tingkat pemahaman responden terhadap label halal diukur dengan
5 indikator, yaitu LH 1 (Label halal MUI menjadi indikator kehalalan suatu
pangan), LH 2 (Label halal mempermudah anda mengidentifikasi status kehalalan
pangan), LH 3 (Label halal membantu anda untuk lebih selektif dalam memilih
pangan), LH 4 (Label halal memengaruhi persepsi anda terhadap pangan yang

11

akan anda konsumsi), dan LH 5 (Sertifikasi dan labelisasi halal bertujuan untuk
memberikan perlindungan terhadap konsumen). Menurut Astogini et al. (2011)
Labelisasi halal secara prinsip adalah label yang menginformasikan kepada
pengguna produk yang berlabel tersebut, bahwa produknya benar-benar halal dan
nutrisi-nutrisi yang dikandungnya tidak mengandung unsur-unsur yang
diharamkan secara syariah sehingga, produk tersebut boleh dikonsumsi.
Berdasarkan Gambar 4 dan perhitungan total skor, tingkat pemahaman
responden terhadap label halal sudah baik. Pada Gambar 4 indikator responden
banyak memberikan pernyataan positif pada LH 1, LH 2, dan LH 5, sedangkan
pada indikator LH 3 dan LH 4 jawaban masih beragam. Pada LH 3 (Label halal
membantu lebih selektif dalam memilih pangan) sebanyak 22% responden
menyatakan tidak setuju. Pada LH 4 (Label halal memengaruhi persepsi dalam
mengonsumsi makanan) sebanyak 42% responden tidak setuju. Kedua indikator
tersebut dapat diindikasikan masih ada masyarakat yang belum sepenuhnya
mempercayai peran label atau sertifikasi halal oleh MUI. Pada pasal 10 PP No.
69/1999 tentang label dan iklan pangan disebutkan bahwa keterangan halal
pangan memiliki arti sangat penting yang dimaksudkan untuk melindungi
masyarakat yang beragama Islam dari mengkonsumsi pangan yang tidak halal
(Apriyantono dan Nurbowo 2003). Hasil penelitian ini tidak berbeda dengan
penelitian sebelumnya Widagdo (2015) bahwa kelima indikator yang digunakan,
mayoritas responden memberikan pernyataan positif, sehingga skor tingkat
kepercayaan responden terhadap peran label atau sertifikasi halal MUI sudah baik

Persentase (%)

22%
45%

35%
49%

49%
33%
42%

36%
47%
17%
2%
LH 1

42%

51%

3%
LH 4

LH 5

22%
3%
1%
LH 2

1%
LH 3

Indikator
Sangat Tidak Setuju

Tidak Setuju

Setuju

Sangat Setuju

Gambar 4 Tingkat pemahaman responden terhadap label halal
Tingkat Kepedulian Responden terhadap Pangan Halal dan Thayyib
Pada Gambar 5, mayoritas responden memberikan pernyataan positif pada
KP 1, KP 8, KP 9 dan KP 10. Namun pada KP 2, KP 3, KP 4, dan KP 7 responden
lebih banyak memilih pernyataan negatif. Pada KP 2 (kepercayaan pada produk
pangan dengan label halal MUI dibandingkan label lainnya) sebanyak 40%
responden menyatakan tidak setuju dan 16% responden menyatakan sangat tidak

12

setuju. Hal ini mengindikasikan kepercayaan responden yang masih rendah
terhadap label halal MUI.
Pada KP 3 (kekhawatiran produk pangan yang tidak ada label halal
MUI pada kemasannya) 39% responden menyatakan tidak setuju. KP 4 (hanya
akan membeli dan mengkonsumsi produk pangan yang memiliki label halal MUI)
49% responden menyatakan tidak setuju. Berdasarkan jawaban pada indikator KP
3 dan KP 4 maka sebagian responden akan tetap membeli produk pangan yang
tidak mencantumkan label halal dari MUI tanpa merasa khawatir. KP 7
(menceritakan kepada orang lain ketika menemukan produk yang tidak
mencantumkan label halal) 63% responden tidak pernah menceritakan. Hal ini
dilatarbelakangi status sertifikasi halal MUI di Indonesia masih tidak megikat,
sehingga kepedulian untuk mengingatkan orang lain mungkin tidak sebesar jika
aturan sertifikasi tersebut bersifat mengikat (Widagdo 2015). Dari 10 indikator
kepedulian (KP), berdasarkan perhitungan total skor kepedulian ibu rumah tangga
di Kota Bogor terhadap pangan halal dan thayyib sudah baik. Hasil penelitian ini
juga tidak berbeda dengan penelitian yang dilakukan oleh Widagdo (2015), bahwa
tingkat kepedulian masyarakat terhadap pangan halal di Kota Bogor cukup tinggi.

Persentase(%)

18%
51%

30%

24%

4%
5%
36%

19%
39%
49%
35%

26%

35%

25%
6%

8%

KP 3

KP 4

59%

63%

39%

KP 2

55%

32%

40%

1%
KP 1

37%
53%

25%

12%

28%

16%

48%

12%

31%

KP 5

2%
KP 6

33%
4%

KP 7

KP 8

KP 9

KP 10

Indikator
Sangat Tidak Setuju

Tidak Setuju

Setuju

Sangat Setuju

Tidak Pernah

Pernah

Sering

Selalu

Sangat Tidak Peduli

Tidak Peduli

Peduli

Sangat Peduli

Gambar 5 Tingkat kepedulian responden terhadap pangan halal dan thayyib

SIMPULAN DAN SARAN
Simpulan
Ibu rumah tangga di Kota Bogor memiliki pemahaman yang baik mengenai
pangan asal ternak halal dan thayyib. Ibu rumah tangga di Kota Bogor telah
memiliki pengetahuan yang baik mengenai karakteristik daging segar yang halal
dan thayyib, dengan kendala belum adanya label halal pada produk daging segar.

13

Perhitungan total skor terendah pada indikator KP 7. Mayoritas responden
memilih untuk tidak menceritakan kepada kerabat apabila menemukan produk
yang tidak mencantumkan label halal. Hal ini dikarenakan pencantuman label
halal MUI yang belum mengikat.
Saran
Ibu rumah tangga di Kota Bogor memiliki keterbatasan dalam mengakses
layanan publikasi mengenai makanan halal dan thayyib di Kota Bogor. Hal
tersebut dikarenakan masih rendahnya keadaan ekonomi dan tingkat pendidikan
ibu rumah tangga di Kota Bogor. Pihak MUI perlu melakukan sosialisai atau
penyuluhan secara langsung kepada ibu rumah tangga, mengingat pentingnya
peran ibu rumah tangga dalam keputusan pemilihan bahan baku pangan, hingga
proses pengolahan pangan untuk seluruh anggota keluarga, dengan tujuan
meningkatkan kewaspadaan terhadap produk pangan kemasan yang belum
mencantumkan label halal MUI.

DAFTAR PUSTAKA
[BPS] Badan Pusat Statistik. 2012. Kota Bogor dalam Angka 2012. Bogor (ID).
BPS Kota Bogor.
[BPS] Badan Pusat Statistik. 2014. Luas Wilayah, Jumlah RT/RW, Jumlah
Rumah Tangga, Jumlah Penduduk dan Kepadatan Penduduk. Bogor (ID).
BPS Kota Bogor.
[DEPAG] Departemen Agama RI. 2006. Al-Hikmah Al-Quran dan
Terjemahannya. Bandung (ID): CV Penerbit Diponegoro.
[DEPAG] Departemen Agama RI. 2010. Pedoman dan Tata Cara Pemotongan
Hewan secara Halal. Jakarta (ID)
Al-Qaradhawi Y. 2004. Halal Haram dalam Islam. Jakarta (ID): Akbar Media
Eka Sarana Pr.
Apriyantono A, Nurbowo. 2003. Panduan Belanja dan Konsumsi Halal. Jakarta
(ID): Khairul Bayaan.
Astogini, Dwiyati, Wahyudin, Siti ZW. 2011. Aspek religiusitas dalam keputusan
pembelian produk halal. JEBA. 13(1).
Djaali, Muljono P. 2007. Pengukuran dalam Bidang Pendidikan. Jakarta (ID):
Grasindo.
Engel JFG, Miniard PW. 1994. Perilaku Konsumen. Jakarta (ID): Binarupa
Aksara. Ed ke-1.
Indra H, Shalahuddin H, Husnani. 2004. Halal-Haram dalam Makanan. Jakarta
(ID): Penamadani.
Prasetio T. 2006. Analisis konsumen biskuit terhadap tingkat kepentingan label
halal (kajian eksplorasi terhadap masyarakat perkotaan [skripsi]. Bogor
(ID): Institut Pertanian Bogor.
Riduwan. 2009. Pengantar Statistika Sosial. Bandung (ID): ALFABETA.
Simamora B. 2002. Panduan Riset Perilaku Konsumen. Jakarta (ID): PT
Gramedia Pustaka Utama.

14

Sugiarto, Siagan D, Sunaryanto LS, Oetomo DS. 2003. Teknik Sampling. Jakarta
(ID): PT Gramedia Pustaka Utama.
Sugiyono P. 2010. Metode Penelitian Kuantitatif dan Kualitatif dan R&D.
Bandung (ID): ALFABETA.
West R, Turner LH. 2007. Pengantar Teori Komunikasi Analisis dan Aplikasi
(Introducing Communication Theory: Analysis and Application). Jakarta
(ID): Salemba Humanika.
Widagdo P. 2015. Faktor – faktor yang memengaruhi awareness masyarakat
muslim Kota Bogor terhadap produk olahan pangan halal [skripsi]. Bogor
(ID): Institut Pertanian Bogor.

RIWAYAT HIDUP
Penulis bernama lengkap Eistifani Fajrin dilahirkan pada tanggal 31
Agustus 1991 di Pasuruan, Jawa Timur dari pasangan Bapak Ahmad Fauzi dan
Ibu Maf Ulah. Penulis merupakan anak kedua dari 5 bersaudara. Penulis
menyelesaikan Pendidikan Dasar di SD Al-Kautsar Pasuruan pada tahun 2003.
Penulis melanjutkan ke Sekolah Menengah Pertama di SMPN 3 Pasuruan yang
diselesaikan pada tahun 2006. Pendidikan Sekolah Menengah Atas diselesaikan
pada tahun 2009 di SMAN 4 Pasuruan. Penulis menyelesaikan studi progam
diploma jurusan Kesehatan Ternak, Fakultas Kedokteran Hewan, Universitas
Airlangga pada tahun 2012. Pada tahun yang sama penulis melanjutkan studi di
Departemen Ilmu Produksi dan Teknologi Peternakan, Fakultas Peternakan,
Institut Pertanian Bogor.
Selama mengikuti pedidikan di Institut Pertanian Bogor, penulis aktif di
lembaga kemahasiswaan Kelompok Pecinta Alam Fakultas Peternakan (KEPALD) pada tahun 2013-2014 menjabat sebagai sekretaris dan pada tahun 2013
penulis juga aktif di Klub Sekolah Peternakan Rakyat (KSPR) menjabat divisi
Kesehatan Hewan.