Analisis Pendapatan Usaha Penangkapan Ikan Bilih Di Danau Singkarak, Sumatera Barat

ANALISIS PENDAPATAN USAHA PENANGKAPAN
IKAN BILIH DI DANAU SINGKARAK, SUMATERA BARAT

DESMALINA AGUSTINI

DEPARTEMEN AGRIBISNIS
FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
2015

PERNYATAAN MENGENAI SKRIPSI DAN
SUMBER INFORMASI SERTA PELIMPAHAN HAK CIPTA

Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi berjudul Analisis Pendapatan
Usaha Penangkapan Ikan Bilih di Danau Singkarak, Sumatera Barat adalah benar
karya saya dengan arahan dari dosen pembimbing dan belum diajukan dalam
bentuk apa pun kepada perguruan tinggi mana pun. Sumber informasi yang
berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari
penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam Daftar Pustaka di
bagian akhir skripsi ini.


Bogor, Agustus 2015
Desmalina Agustini
NIM H34110059

ABSTRAK
DESMALINA AGUSTINI. Analisis Pendapatan Usaha Penangkapan Ikan
Bilih di Danau Singkarak, Sumatera Barat. Dibimbing oleh DWI RACHMINA.
Ikan Bilih merupakan ikan endemik yang hidup di Danau Singkarak,
Sumatera Barat. Usaha penangkapan ikan Bilih di Danau Singkarak merupakan
salah satu sumber mata pencaharian masyarakat sekitar danau. Tujuan penelitian
ini adalah menganalisis tingkat pendapatan dan faktor-faktor yang mempengaruhi
pendapatan usaha penangkapan ikan Bilih. Data dianalisis dengan menggunakan
analisis pendapatan usahatani dan analisis regresi berganda. Hasil pendapatan ini
dapat ditunjukkan dari pendapatan atas biaya tunai yang diterima nelayan ikan
Bilih per alat tangkap yaitu sebesar Rp11 741 462 dan pendapatan atas biaya total
sebesar Rp7 574 129. Faktor-faktor yang berpengaruh nyata terhadap pendapatan
ikan Bilih adalah keikutsertaan dalam organisasi dan jumlah alat tangkap,
sedangkan variabel pengalaman nelayan dan jarak tempuh tidak berpengaruh
secara nyata terhadap pendapatan nelayan. Rata-rata kontribusi pendapatan
nelayan terhadap pendapatan rumah tangga nelayan sebesar 87.50 persen.

Kata kunci : pendapatan nelayan, perikanan tangkap, ikan endemik, kontribusi
pendapatan

ABSTRACT
DESMALINA AGUSTINI. Income Analysis of Fishing Effort Bilih Fish in
Singkarak Lakes, West Sumatra. Supervised by DWI RACHMINA
Bilih fish is an endemic fish lives in Singkarak Lake, West Sumatra. As an
endemic fish in Singkarak lake, West Sumatera Bilih fish becomes the Singkarak
Lake community’s livelihood. This research aimed to analyse the Bilih fishing
income and its factors, by applying farming income analysis and multiple
regresion analysis. The study showed that net cash income was Rp11 741 462 and
base on total cost the net income was Rp7 572 129. The Bilih fishing’s income
was significantly affected by fisherman’s participation in organization and the
number of catching tools, but not by the fisherman’s experience and the distance.
This fishing income covered for about 87.50 percent of total household income.
Key words : fisherman income, fisheries, endemic fish, income contribute
.

ANALISIS PENDAPATAN USAHA PENANGKAPAN
IKAN BILIH DI DANAU SINGKARAK, SUMATERA BARAT


Skripsi
sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar
Sarjana Ekonomi
pada
Departemen Agribisnis

DEPARTEMEN AGRIBISNIS
FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
2015

PRAKATA
Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Allah subhanahu wa ta’ala atas
segala limpahan rahmat dan karunia-Nya sehingga skripsi ini berhasil diselesaikan.
Tema adalah analisis pendapatan, dengan judul Analisis Pendapatan Usaha
Penangkapan Ikan Bilih di Danau Singkarak, Sumatera Barat.
Terima kasih penulis ucapkan kepada Dr. Ir. Dwi Rachmina, MSi selaku
dosen pembimbing atas bimbingan dan arahan kepada penulis serta saran selama

penyelesaian skripsi ini. Terima kasih penulis ucakapkan kepada Tintin Sarianti,
SP. MM selaku dosen penguji utama dan Siti Jahroh, PhD selaku penguji komisi
pendidikan Departemen Agribisnis. Di samping itu, penghargaan penulis
sampaikan kepada staf Dinas Peternakan dan Perikanan Kabupaten Tanah Datar
dan staf Wali Nagari Guguak Malalo serta Bapak Rio yang telah membantu
selama pengumpulan data. Ungkapan terima kasih yang besar juga disampaikan
kepada Ayah Agusnar, Umi Iswarni, Sherly Agustini, Danil Agung, serta keluarga
besar atas segala doa, motivasi dan kasih sayangnya. Penghargaan terima kasih
juga penulis sampaikan kepada teman-teman atas segala dukungan dan
bantuannya kepada penulis selama kuliah di Institut Pertanian Bogor.
Semoga skripsi ini bermanfaat.

Bogor, Agustus 2015

Desmalina Agustini

DAFTAR ISI

DAFTAR TABEL
DAFTAR GAMBAR

DAFTAR LAMPIRAN
PENDAHULUAN
Latar Belakang
Rumusan Masalah
Tujuan Penelitian
Manfaat Penulisan
TINJAUAN PUSTAKA
Pendapatan Usaha Penangkapan Ikan
Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Pendapatan Usaha Penangkapan Ikan
Kontribusi Pendapatan Nelayan Terhadap Pendapatan Rumah Tangga
KERANGKA PEMIKIRAN
Konsep Usahatani
Biaya Usahatani
Penerimaan Usahatani
Pendapatan Usahatani
Kerangka Operasional
METODE PENELITIAN
Lokasi dan Waktu Penelitian
Jenis dan Sumber Data
Metode Penarikan Sampel dan Pengumpulan Data

Metode Analisis Data
Analisis Pendapatan Usaha Penangkapan
Analisis Faktor-faktor yang Mempengaruhi Pendapatan Usaha
Penangkapan
Elastisitas Faktor-faktor yang Mempengaruhi Pendapatan Usaha
Penangkapan
Pengujian Hipotesis
GAMBARAN UMUM NAGARI GUGUAK MALALO
Kondisi Geografis
Keadaan Penduduk
Karakteristik Responden
HASIL DAN PEMBAHASAN
Usaha Penangkapan ikan Bilih di Danau Singkarak
Pendapatan Usaha Penangkapan Ikan Bilih di Nagari Guguak Malalo
Faktor-faktor yang Mempengaruhi Pendapatan Usaha Penangkapan
Tingkat Kontribusi Pendapatan Ikan Bilih terhadap Pendapatan Keluarga
SIMPULAN DAN SARAN
Simpulan
Saran
DAFTAR PUSTAKA

LAMPIRAN
RIWAYAT HIDUP

vi
vi
v
1
1
3
5
5
5
5
7
9
10
10
11
12
12

13
17
17
17
17
18
18
18
19
19
20
20
21
23
26
26
31
36
40
43

43
43
43
46
48

DAFTAR TABEL

1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11


12
13
14
15
16
17

Volume produksi perikanan tangkap (ton) di perairan umum menurut jenis
perairan di Sumatera Barat tahun 2008-2012
1
Produksi (ton) ikan di Danau Singkarak menurut jenis ikan dan
kecamatan di Kabupaten Tanah Datar pada tahun 2013
2
Jumlah nelayan (jiwa) menurut sifat usaha penangkapan ikan di Kabupaten
Tanah Datar Sumatera Barat tahun 2013
3
Komposisi lahan di Nagari Guguak Malalo Kecamatan Batipuh
Selatan Kabupaten Tanah Datar Sumatera Barat tahun 2010
21
Sebaran jumlah penduduk berdasarkan usia di Nagari Guguak Malalo

Kabupaten Tanah Datar Sumatera Barat tahun 2010
21
Sebaran jumlah penduduk berdasarkan pendidikan di Nagari
Guguak Malalo Kabupaten Tanah Datar Sumatera Barat tahun 2010
22
Sebaran jumlah KK berdasarkan mata pencaharian di Nagari
Guguak Malalo Kabupaten Tanah Datar Sumatera Barat tahun 2010
23
Sebaran pengalaman nelayan responden di Nagari Guguak Malalo
Kabupaten Tanah Datar Sumatera Barat tahun 2014
25
Sebaran kepemilikan alat penangkapan responden di Nagari Guguak
Malalo Kabupaten Tanah Datar Sumatera Barat tahun 2014
25
Perbandingan rata-rata penyusutan peralatan nelayan di Nagari
Guguak Malalo Kabupaten Tanah Datar Sumatera Barat tahun 2014
30
Biaya penangkapan usaha penangkapan Ikan Bilih per alat tangkap di
Nagari Guguak Malalo Kabupaten Tanah Datar Sumatera Barat pada
tahun 2014
32
Rata-rata biaya penangkapan ikan Bilih di Nagari Guguak Malalo
Kabupaten Tanah Datar Sumatera Barat pada tahun 2014
33
Penerimaan usaha penangkapan ikan Bilih per alat tangkap di Nagari
Guguak Malalo tahun 2014
34
Rata-rata penerimaan usaha penangkapan ikan Bilih di Nagari Guguak
Malalo tahun 2014
34
Perhitungan pendapatan usaha penangkapan ikan Bilih per alat
tangkap di Nagari Guguak Malalo pada musim tangkap tahun 2014
35
Rata-rata perhitungan pendapatan usaha penangkapan ikan Bilih di
Nagari Guguak Malalo pada musim tangkap 2014
36
Hasil uji individual fungsi regresi berganda per nelayan ikan bilih di
Nagari Guguak Malalo
37

DAFTAR GAMBAR

Laju produksi (ton/tahun) ikan Bilih di Danau Singkarak tahun
2008 - 2012
2 Kerangka operasional penelitian
3 Peta Nagari Guguak Malalo Kecamatan Batipuh Selatan Kabupaten
Tanah Datar Provinsi Sumatera Barat
4 Sebaran kelompok usia responden di Nagari Guguak Malalo
Kabupaten Tanah Datar Sumatera Barat Tahun 2014
5 Sebaran tingkat pendidikan responden di Nagari Guguak Malalo
Kabupaten Tanah Datar Sumatera Barat tahun 2014
6 Sebaran keikutsertaan responden dalam kelompok nelayan di Nagari
Guguak Malalo Kabupaten Tanah Datar Sumatera Barat tahun 2014
7 Jaring Gillnet/langli yang digunakan nelayan Nagari Guguak Malalo
untuk menangkap ikan Bilih di Danau Singkarak
8 Perahu yang digunakan nelayan di Danau Singkarak Sumatera Barat
9 Saluran pemasaran hasil tangkapan ikan Bilih
10 Jenis pekerjaan samping nelayan responden Nagari Guguak Malalo
11 Kontribusi pendapatan rumah tangga nelayan di Nagari Guguak
Malalo Kabupaten Tanah Datar Sumatera Barat Tahun 2014

1

4
16
20
24
24
26
29
30
31
40
41

DAFTAR LAMPIRAN

1
2

Hasil analisis faktor-faktor yang mempengaruhi pendapatan nelayan
Gambaran umum kegiatan nelayan ikan Bilih di lokasi penelitian

46
47

PENDAHULUAN

Latar Belakang

Pertumbuhan ekonomi terbesar di Sumatera Barat terdapat pada lapangan
usaha pertanian yaitu pada lapangan usaha perikanan dan tanaman pangan.
Pertumbuhan ekonomi pada lapangan usaha perikanan sebesar 8.53 persen dan
diikuti oleh lapangan usaha tanaman pangan sebesar 6.46 persen (BPS Sumatera
Barat 2014). Secara umum usaha perikanan terdiri dari dua yaitu perikanan
tangkap dan perikanan budidaya. Usaha perikanan tangkap di Sumatera Barat
terdiri ada dua jenis yaitu perikanan tangkap laut dan perikanan tangkap pada
perairan umum. Perikanan tangkap pada perairan umum di Sumatera Barat terdiri
atas perairan sungai, danau, waduk, rawa, dan lainnya (Tabel 1). Menurut
Kementerian Kelautan dan Perikanan pada tahun 2013, volume produksi
perikanan tangkap pada perairan umum di dominasi oleh perikanan perairan
sungai yang menduduki posisi pertama. Perairan danau memiliki posisi kedua
dengan volume produksi perikanan pada tahun 2012 sebesar 1 573 ton.

Tabel 1 Volume produksi perikanan tangkap (ton) di perairan umum menurut
jenis perairan di Sumatera Barat tahun 2008-2012
Jenis
2008
2009
2010
2011
2012 Laju (% /tahun)
Perairan
Sungai
6 527
6 194
8 667
7 624 8 572
8.81
Danau
1 962
2 029
1 180
1 130 1 573
-0.87
Waduk
167
Rawa
53
285
3
2
7
138.86
Lainnya
42
91
189
87
42.60
Total
8 542
8 550
9 941
8 945 10 406
5.67
Sumber: diolah dari Kementerian Kelautan dan Perikanan (KKP), 2013.

Sumatera Barat memiliki empat danau yang dapat mendukung potensi
perikanan perairan umum. Empat danau tersebut adalah Danau Singkarak, Danau
Maninjau, Danau Diatas, dan Danau Dibawah. Danau Singkarak merupakan
danau terluas di Sumatera Barat yang memiliki ekosistem perairan yang khas. Hal
tersebut menyebabkan Danau Singkarak memiliki potensi perikanan yang khas
khususnya sumberdaya ikan endemik. Ikan Bilih merupakan salah satu ikan yang
banyak ditemukan di Danau Singkarak dan ikan endemik yang hanya hidup di
danau tersebut.
Danau Singkarak memiliki beberapa jenis ikan perairan air tawar yang
terdiri atas ikan Bilih, ikan Hampal, ikan Kapiyek, ikan Asang, ikan Baung, ikan
Turik, dan lainnya. Dari beberapa jenis tersebut, ikan Bilih merupakan salah satu
ikan yang banyak ditangkap oleh nelayan sebesar 79.71 persen (Tabel 2). Hal ini

2
dikarenakan ikan bilih merupakan salah satu jenis ikan yang banyak dijumpai di
Danau Singkarak.

Tabel 2

Produksi (ton) ikan di Danau Singkarak menurut jenis ikan dan
kecamatan di Kabupaten Tanah Datar pada tahun 2013

Jenis ikan

Kecamatan
Batipuh Selatan
Rambatan

Total

Persentase
79.71

Bilih

462

308

770

Hampal

16

10

6

Kapiyek

27

18

5

Asang

29

19

8

Baung

12

8

0

Turik

16

11

7

Semah

6

3

9

12
580

9
386

2

2.69

4

4.66

4

4.97

2

2.07

2

2.80
0.93

2
Lainnya
Jumlah

1
966

2.17
100.00

Sumber : diolah dari Dinas Peternakan dan Perikanan Kabupaten Tanah Datar, 2014.

Menurut Dinas Perikanan Kabupaten Tanah Datar (2014), produksi tertinggi
pada tahun 2013 adalah ikan bilih yaitu sebesar 770 ton. Ikan Bilih merupakan
ikan konsumsi dan menjadi makanan khas Sumatera Barat. Jumlah produksi ikan
Bilih di Danau Singkarak mengalami penurunan pada tahun 2010 yaitu sebesar
804 ton yang mengalami penurunan pada produksi tahun 2009 sebesar 1 276 ton.
Pada tahun 2011 jumlah produksi ikan bilih sebesar 591 ton. Kemudian
mengalami kenaikan di tahun 2012 menjadi 715 ton (Kementrian Kelautan dan
Perikanan 2013).
Kecamatan Batipuh Selatan dan Kecamatan Rambatan merupakan dua
kecamatan di Kabupaten Tanah Datar yang berada di kawasan Danau Singkarak.
Masyarakat di sekitar Danau Singkarak memanfatkan sumberdaya ikan di danau
sebagai sumber penghasilan. Menurut Badan Pusat Statistik (BPS) Kabupaten
Tanah Datar tahun 2013, masyarakat di Kecamatan Batipuluh Selatan yang
berprofesi sebagai nelayan baik itu nelayan penuh, sambilan ataupun tambahan
lebih tinggi yaitu sebesar 71.99 persen dibandingkan dengan kecamatan Rambatan
sebesar 28.01 persen (Tabel 3). Nelayan penuh merupakan nelayan yang seluruh
waktu kerjanya digunakan melakukan pekerjaan operasi penangkapan ikan.
Nelayan sambilan yaitu nelayan yang sebagian besar waktu kerjanya dilakukan
untuk melakukan pekerjaan operasi penangkapan ikan, akan tetapi memiliki
pekerjaan sampingan lainnya. Nelayan tambahan merupakan nelayan yang
sebagian besar waktu kerjanya digunakan untuk pekerjaan lain dan terkadang

3
melakukan penangkapan ikan. Jumlah masyarakat yang berprofesi sebagai
nelayan penuh berpengaruh terhadap jumlah tangkapan ikan di Danau Singkarak.
Tingginya tangkapan ikan Bilih yang diperoleh di Kecamatan Batipuluh Selatan
dipengaruhi oleh jumlah nelayan di Danau Singkarak yang didominasi oleh
nelayan dari Kecamatan Batipuh Selatan.

Tabel 3

Jumlah nelayan (jiwa) menurut sifat usaha penangkapan ikan di
Kabupaten Tanah Datar Sumatera Barat tahun 2013
Persentase
Kecamatan
Penuh
Sambilan
Tambahan
71.99
Batipuh Selatan
1 160
46
12
28.01
Rambatan
164
122
188
100.00
Jumlah
1 324
168
200

Sumber: diolah dari BPS Kabupaten Tanah Datar, 2013.

Ikan Bilih yang terdapat di Danau singkarak merupakan komoditas
perikanan yang memiliki nilai ekonomi yang tinggi. Harga jual ikan Bilih tersebut
yang relatif tinggi dan daerah pemasaran dari ikan Bilih tersebut yang cukup luas.
Ikan Bilih tidak hanya dikonsumsi dan dipasarkan di Sumatera Barat. Tetapi juga
ikan telah dipasarkan ke berbagai daerah lain di Sumatera dan Jawa seperti Riau,
Jambi, Jakarta, dan lainnya. Hal ini menyebabkan masyarakat sekitar Danau
Singkarak melakukan usaha penangkapan ikan Bilih sebagai salah satu sumber
pendapatan.

Rumusan Masalah

Ikan Bilih yang hidup di Danau Singkarak banyak disukai oleh masyarakat.
Masyarakat sekitar Danau Singkarak banyak memanfaatkan perikanan Danau
Singkarak sebagai salah satu sumber mata pencaharian. Harga ikan Bilih yang
dijual dalam keadaan basah berkisar antara Rp15 000 sampai dengan Rp30 000
per kilogramnya. Sedangkan ikan Bilih dalam keadaan kering memiliki nilai jual
sebesar Rp60 000 sampai dengan Rp100 000 per kilogramnya. Secara ekonomi
ikan Bilih berdampak positif bagi masyarakat sekitar karena merupakan mata
pencaharian atau sumber pendapatan bagi masyarakat sekitar Danau Singkarak.
Pendapatan nelayan dipengaruhi oleh jumlah tangkapan yang diperoleh
nelayan. Jumlah tangkapan nelayan sangat dipengaruhi oleh stok ikan Bilih yang
ada di danau tersebut. Ikan Bilih di Danau Singkarak tidak dibudidayakan oleh
nelayan. Nelayan hanya sebagai pengambil manfaat dari ikan endemik di danau
tersebut, sehingga kondisi alam sangat mempengaruhi stok ikan Bilih yang ada di
Danau Singkarak. Berdasarkan data KKP pada tahun 2013, produksi ikan Bilih
pada tahun 2012 mencapai 715 ton.
Produksi ikan Bilih di Danau Singkarak yang cenderung menurun (Gambar
1). Jika penurunan jumlah produksi ikan Bilih terus menurun, maka hal ini akan
mempengaruhi pendapatan yang diterima oleh nelayan ikan Bilih. Seiring dengan

4
meningkatnya jumlah nelayan yang mengambil manfaat sumberdaya ikan Bilih
akan mempengaruhi jumlah tangkapan ikan tersebut. Jika hal ini terus dibiarkan
akan ada kemungkinan semakin menurunnya pendapatan yang akan diterima oleh
nelayan

1400
1276

Produksi (ton)

1200
1000

961

800

804
715

600

591

400
200
0
2008

2009

2010

2011

2012

Tahun
Gambar 1 Laju produksi (ton/tahun) ikan Bilih di Danau Singkarak tahun 2008 2012
Sumber: KKP, 2013.

Jumlah tangkapan dalam usaha penangkapan ikan Bilih juga dipengaruhi
oleh faktor-faktor dalam melakukan penangkapan ikan. Jumlah penggunaan alat
tangkap yang dipakai nelayan dalam menangkap ikan akan mempengaruhi hasil
tangkapan nelayan. Selain itu jarak tempuh nelayan dalam mencari ikan,
keikutsertaan nelayan dalam organisasi dan pengalaman yang dimiliki nelayan
dalam menangkap ikan juga dapat mempengaruhi hasil tangkapan yang diperoleh
nelayan. Hal ini dapat mempengaruhi hasil pendapatan nelayan dalam usaha
penangkapan ikan Bilih di Danau Singkarak.
Ikan Bilih merupakan salah satu hasil perikanan tangkap di Danau Singkarak
yang memiliki nilai ekonomi tinggi dan bersifat endemik. Pemanfaatan
sumberdaya ikan Bilih yang dilakukan oleh nelayan untuk memenuhi sumber
pendapatan rumah tangga. Selain itu, dalam memenuhi kebutuhan rumah tangga
sebagian besar nelayan juga memiliki pekerjaan sampingan lainnya diluar
penangkapan ikan Bilih. Berdasarkan permasalahan tersebut, maka perumusan
masalah dari penelitian ini adalah:
1. Apakah usaha penangkapan ikan Bilih di Danau Singkarak memberikan
pendapatan positif bagi nelayan?
2. Faktor-faktor apa saja yang mempengaruhi pendapatan Nelayan ikan Bilih di
Danau Singkarak?
3. Berapa besar kontribusi pendapatan penangkapan ikan Bilih terhadap rumah
tangga nelayan?

5

Tujuan Penelitian

Berdasarkan identifikasi masalah, maka tujuan penelitian adalah sebagai
berikut:
1. Menganalisis tingkat pendapatan nelayan ikan bilih di Danau singkarak
2. Menganalisis faktor-faktor yang mempengaruhi pendapatan nelayan ikan
bilih di Danau Singkarak
3. Mengetahui besarnya kontribusi pendapatan ikan bilih terhadap rumah tangga
nelayan.

Manfaat Penulisan

Manfaat yang diperoleh dengan adanya penelitian ini adalah:
1. Penelitian ini dapat dijadikan sebagai bahan pertimbangan untuk mengambil
keputusan dalam usaha penangkapan agar mencapai pendapatan yang
maksimum.
2. Sebagai sarana bagi penulis untuk mengetahui informasi dan pengetahuan
serta pengalaman dalam menganalisis permasalahan agribisnis.
3. Hasil penelitian ini juga diharapkan dapat dijadikan bahan referensi dan
sumber informasi bagi penelitian berikutnya.

TINJAUAN PUSTAKA

Pendapatan Usaha Penangkapan Ikan

Berdasarkan Undang-undang No 31 Tahun 2004 tentang perikanan yang
diubah dalam Undang-undang No 45 Tahun 2009, perikanan adalah semua
kegiatan yang berhubungan dengan pengelolaan dan pemanfaatan sumberdaya
ikan dan lingkungannya mulai dari praproduksi, produksi, pengolahan sampai
dengan pemasaran yang dilaksanakan dalam suatu sistem bisnis perikanan.
Penangkapan ikan adalah kegiatan untuk memperoleh ikan di perairan yang tidak
dalam keadaan dibudidayakan dengan alat atau cara apa pun, termasuk kegiatan
yang menggunakan kapal untuk memuat, mengangkut, menyimpan,
mendinginkan, menangani, mengolah, dan/atau mengawetkannya.

6
Penelitian mengenai analisis pendapatan perikanan sudah banyak dilakukan
untuk menghitung seberapa besar penerimaan yang diperoleh nelayan dan biaya
yang dikeluarkan. Setelah melakukan analisis pendapatan perikanan diharapkan
usaha perikanan tangkap dapat mengetahui keadaan pendapatan yang akan
diperoleh oleh nelayan. Penelitian terdahulu mengenai analisis pendapatan
perikanan diantaranya dilakukan oleh Afrianto (2008), Puspita (2008), Asih dan
Laapo (2009), Hendrik (2011) dan Pratama, Gumilar dan Maulina (2012).
Afrianto (2008) membedakan nelayan di Desa Padelegan berdasarkan
kepemilikan kapal. Nelayan yang mempunyai kapal disebut nelayan pemillik atau
juragan, sedangkan nelayan yang melakukan operasi penangkapan ikan disebut
nelayan pandega. Puspita (2008) juga membedakan nelayan atas pemilik, juragan,
ABK penyelam, kepala tengah dan juru masak.
Unit penangkapan yang dipakai nelayan yang diteliti oleh masing-masing
peneliti juga berbeda. Untuk peneliti Afrianto (2008) menganalisa nelayan dengan
menggunakan unit penangkapan payang yang dilakukan oleh nelayan di Desa
Padelegan, Kabupaten Pamekasan, Jawa Timur. Unit penangkapan yang dipakai
oleh nelayan yang diteliti oleh Puspita (2008) yaitu unit penangkapan muroami di
Pulau Pramuka. Sedangkan penelitian yang dilakukan Asih dan Laapo (2009),
Hendrik (2011), dan Pratama, Gumilar dan Maulina (2012) melakukan penelitian
pada nelayan pada umumnya tanpa memperhatikan alat tangkap yang digunakan
oleh nelayan.
Komoditas perikanan yang ditangkap oleh nelayan yang diteliti oleh peneliti
juga berbeda. Penelitian yang dilakukan Afrianto (2008) adalah nelayan payang
yang menangkap ikan Teri. Sedangkan hasil tangkapan muroami yang diteliti
Puspita (2008) terdiri atas ikan-ikan karang yang mempunyai nilai ekonomis
tinggi seperti ekor kuning, pisang-pisang, kuwe, selar, kakap, sulir, lody, lencam,
kembang dan kerapu.
Analisis pada biaya yang investasi yang diteliti oleh Afrianto (2008) dengan
menggunakan ukuran kapal 2 GT yaitu sebesar Rp46 306 000. Biaya investasi
usaha penangkapan payang tersebut meliputi kapal, mesin, alat tangkap payang
dan perlengkapan. Biaya investasi terbesar yaitu untuk pembelian kapal sebesar
Rp22 550 000 atau sebesar 48.70 persen dari total biaya investasi dengan umur
teknis 11 tahun. Alat tangkap yang memiliki umur teknis 7 tahun dengan
komponen harga Rp9 150 000 atau 19.76 persen dari total biaya investasi,
sedangkan harga mesin dengan umur teknis 9 tahun yaitu Rp13 850 000 atau
29.91 persen dari total investasi. Perlengkapan memiliki umur teknis satu tahun
dengan biaya investasi sebesar Rp756 000 atau 1.63 persen. Penelitian yang
dilakukan oleh Puspita (2008) investasi yang ditanamkan pada usaha penangkapan
muroami yaitu sebesar Rp320 405 000. Modal paling besar yang harus
dikeluarkan oleh pemilik yaitu untuk pembuatan alat tangkap.
Analisis finansial usaha penangkapan muroami yang dilakukan oleh Puspita
(2008) pemilik memperoleh keuntungan bersih sebesar Rp305 380 916.67. Nilai
R/C usaha penangkapan muroami sebesar 3.87 yang berarti bahwa dari satu
rupiah biaya yang dikeluarkan dalam usaha unit penangkapan muroami akan
menghasilkan penerimaan sebesar Rp 3.87. Sedangkan analisis usaha unit
penangkapan payang yang dilakukan Afriyanto (2008) dibedakan atas
penggunaan kapan berukuran 2 GT dan kapal berukuran 3 GT. Hasil perhitungan
analisis usaha penangkapan payang dengan menggunakan kapal berukuran 2 GT

7
menunjukkan bahwa usaha tersebut layak untuk dijalankan, karena hasil kriteria
investasi yang diperoleh yaitu NPV > 1, Net B/C > 1 dan IRR > dari discount rate,
sehingga memenuhi kriteria yang berlaku. Hal yang sama juga ditunjukkan oleh
nelayan payang yang menggunakan kapal berukuran 3 GT. Hasil kriteria investasi
yang diperoleh NPV >1, Net B/C > 1 dan IRR > discount rate, yang memenuhi
kriteria yang berlaku.
Analisis pendapatan yang dilakukan oleh Asih dan Laapo (2009) terhadap
usaha perikanan yang ditekuni nelayan tradisional di Kecamatan Ampana Kota
menunjukkan biaya yang harus dikeluarkan oleh nelayan terdiri atas biaya
variabel yang dikeluarkan meliputi biaya pengeluaran bensin, suku cadang dalam
perawatan mesin, minyak tanah, es dan bahan keperluan melaut lainnya sebesar
Rp15 407 050 per nelayan per tahun, dan biaya tetap meliputi cicilan kredit
perikanan yang harus dibayarkan kembali oleh nelayan dan biaya penyusutan
mesin dan alat tangkap yang digunakan sebesar Rp3 946 866 per nelayan per
tahun. Pendapatan bersih yang diperoleh nelayan atas total biaya produksi adalah
sebesar Rp8 192 420 per tahun.
Penelitian yang dilakukan Hendrik (2011) menunjukkan nelayan yang
menangkap ikan dengan menggunakan kapal motor mempunyai pendapatan ratarata sebesar Rp2 305 055 per bulan dengan pengeluaran rata-rata sebesar Rp1 719
000 per bulan. Sedangkan pendapatan rumah tangga dengan menggunakan
sampan memperoleh pendapatan rata-rata sebesar Rp1 582 833 per bulan dengan
pengeluaran sebesar Rp1 328 500 per bulan. Berbeda dengan analisis yang
dilakukan oleh Pratama, Gumilar dan Maulina (2012) melakukan perbandingan
pendapatan nelayan atas 3 jenis perahu yaitu perahu cungkring tanpa mesin,
perahu cungkring dengan mesin dan kapal motor. Rata-rata pendapatan yang
diterima nelayan yang menggunakan perahu cungkring tanpa mesin sebesar Rp1
148 766 per bulan. Nelayan yang menggunakan perahu cungkring dengan mesin
memperoleh pendapatan rata-rata sebesar Rp1 831 818 per bulan, dan nelayan
dengan kapan motor memperoleh rata-rata pendapatan sebesar Rp5 119 444 per
bulan.

Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Pendapatan Usaha Penangkapan Ikan

Penelitian mengenai faktor-faktor yang mempengaruhi pendapatan telah
banyak dilakukan sebelumnya. Penelitian ini dilakukan untuk melihat apa saja
yang dapat mempengaruhi pendapatan. Setelah mengetahui faktor-faktor yang
mempengaruhi pendapatan diharapkan petani ataupun nelayan dapat
meningkatkan pendapatan yang akan diterimanya. Penelitian terdahulu mengenai
faktor-faktor yang mempengaruhi pendapatan diantaranya dilakukan oleh
Berkademi (2011), Lamia (2013), Jamal (2014), dan Fauzia (2011).
Lamia (2013) melakukan klasifikasi faktor-faktor yang mempengaruhi
tingkat pendapatan nelayan Tumpaan, Kabupaten Minahasa Selatan yang terdiri
atas modal kerja, jumlah tenaga kerja, pengalaman kerja, dan lama pendidikan.
Hal yang sama juga dilakukan oleh Jamal (2014) yang melakukan penelitian
faktor-faktor yang mempengaruhi tingkat pendapatan nelayan. Akan tetapi pada

8
penelitian Jamal (2014) dilakukan di Desa Klampis Kecamatan Klampis
Kabupaten Bangkalan. Kemudian Jamal (2014) mengklasifikasikan faktor-faktor
yang mempengaruhi tingkat pendapatan nelayan terdiri atas modal, umur, curahan
jam kerja, pengalaman kerja, harga, dan hasil tangkapan.
Pada nelayan Tumpaan, Kabupaten Minahasa Selatan yang diteliti Lamia
(2013) menunjukkan bahwa faktor-faktor berpengaruh secara nyata pada tingkat
pendapatan nelayan adalah modal kerja, jumlah tenaga kerja, dan pengalaman
kerja. Nilai t hitung modal kerja yaitu 2.232 dan nilai signifikansinya (sig) sebesar
0.010, nilai t hitung jumlah tenaga kerja sebesar 1.811 dan nilai signifikansi (sig)
yaitu 0.029, dan nilai t hitung pengalaman kerja yaitu 5.717 dan nilai
signifikansinya (sig) sebesar 0.000. Nilai t hitung dari modal kerja, jumlah tenaga
kerja dan pengalaman kerja lebih besar dari nilai t tabel yaitu sebesar 1.699 dan
nilai signifikansinya lebih kecil dari nilai Alpha sebesar 0.05. Kemudian pada
penelitian Jamal (2014) pada nelayan pesisir Desa Klampis, Kecamatan Klampis,
Kabupaten Bangkalan pengalaman kerja juga memiliki pengaruh nyata pada
tingkat pendapatan nelayan dengan nilai probabilitas sebesar 0.0368 atau lebih
kecil dari nilai Alpha sebesar 0.05 dan memiliki nilai koefisien sebesar 520.3252.
Selain faktor pengalaman kerja, faktor-faktor lain yang memiliki pengaruh nyata
pada tingkat pendapatan nelayan yaitu curahan jam kerja, harga dan hasil tangkap.
Akan tetapi ada penelitian Jamal modal tidak berpengaruh nyata terhadap tingkat
pendapatan. Hal ini berbeda dengan penelitian yang dilakukan Lamia.
Penelitian Berkademi (2011) pada komoditas ikan Bilih di Danau Singkarak
mengklasifikasikan faktor-faktor yang mempengaruhi tingkat pendapatan nelayan
jaring langli atas umur, lama sekolah, jarak, pengalaman, biaya tangkapan dan
hasil tangkapan. Pada hasil analisis menunjukkan bahwa variabel pengalaman
signifikan mempengaruhi pendapatan pada taraf nyata 15 persen dan hasil
tangkapan signifikan mempengaruhi pendapatan nelayan pada taraf nyata 1 persen.
Nilai koefisien determinasi atau R-Sq (adj) yang diperoleh adalah sebesar 833
persen artinya 83.3 persen variasi variabel bebas dapat menjelaskan variabel tida
bebas pada taraf nyata 1 persen dan 15 persen, sedangkan sisanya dijelaskan oleh
faktor diluar model.
Fauzia (2011) dalam penelitiannya pada pendapatan nelayan di Pulau
Untung Jawa menganalisis faktor-faktor yang mempengaruhi pendapatan adalah
hasil tangkapan, biaya, jumlah tenaga kerja, jarak tempuh, pengalaman responden,
usia, pendidikan terakhir yang ditempuh responden, alat tangkap yang digunakan,
kepemilikan alat tangkap dan keikutsertaan nelayan dalam organisasi. Hasil
analisis faktor-faktor tersebut dengan menggunakan regresi berganda fungsi dasar
Cobb Douglas menunjukkan hasil bahwa hasil tangkapan memiliki pengaruh
secara signifikan terhadap pendapatan nelayan dengan nilai koefisien yang positif
yang artinya setiap peningkatan hasil tangkapan nelayan akan meningkatkan
pendapatan yang diterima oleh nelayan tersebut. Pada faktor biaya memiliki
pengaruh yang signifikan terhadap pendapatan nelayan dengan nilai koefisien
negatif yang artinya setiap tambahan biaya akan menurunkan pendapatan yang
diterima oleh nelayan. Jarak tempuh yang dilakukan nelayan juga berpengaruh
signifikan dengan koefisien negatif. Hal ini bisa terjadi karena semakin jauh jarak
tempuh yang dilakukan nelayan akan menambah biaya yang dikeluarkan oleh
nelayan sehingga akan mengurangi pendapatan. Serta kepemilikan alat tangkap
dan keikutsertaan dalam organisasi yang digunakan nelayan berpengaruh

9
signifikan dengan nilai koefisien positif terhadap pendapatan yang diterima oleh
nelayan. Sedangkan jumlah tenaga kerja, usia, pendidikan, dan alat tangkap tidak
berpengaruh secara signifikan terhadap pendapatan nelayan.
Kontribusi Pendapatan Nelayan terhadap Pendapatan Rumah Tangga

Pendapatan rumah tangga nelayan dapat berasal dari berbagai kegiatan yang
dilakukan oleh nelayan untuk mencukupi kebutuhan hidup nelayan. sumber
pendapatan nelayan dapat berasal dari usaha perikanan maupun dari luar usaha
perikanan. Kontribusi pendapatan nelayan terhadap pendapatan rumah tangga
nelayan merupakan persentase perbandingan jumlah pendapatan pada usaha
perikanan dengan total jumlah pendapatan rumah tangga secara keseluruhan.
Penelitian mengenai kontribusi pendapatan nelayan terhadap pendapatan rumah
tangga telah dilakukan sebelumnya. Setelah melihat kontribusi pendapatan
nelayan diharapkan nelayan dapat mengetahui besarnya sumbangan kontribusi
dari pendapatan sebagai nelayan terhadap rumah tangga nelayan. Penelitian
terdahulu mengenai kontribusi pendapatan nelayan terhadap pendapatan rumah
tangga nelayan diantaranya dilakukan oleh Sinaga (2011), Sihombing, Artini dan
Dewi (2013) dan Sari, Suratiyah dan Hardyastuti (2011).
Sihombing, Artini dan Dewi (2013) dalam penelitiannya pada usaha
budidaya ikan hias di Desa Serangan dapat diketahui pendapatan rumah tangga
nelayan tidak hanya berasal dari usaha budidaya ikan hias, melainkan dari usaha
lain di luar usahatani ikan hias yaitu dari pensiunan, swasta, karyawan dan
pegawai negeri sipil (PNS). Besarnya pendapatan nelayan dari luar sektor nelayan
lebih besar daripada sektor budidaya ikan hias. Kontribusi pendapatan nelayan
terhadap pendapatan rumah tangga nelayan hanya sebesar 48.56 persen dan dari
sektor lain sebesar 51.44 persen.
Penelitian Sinaga (2011) menunjukkan nelayan yang menangkap ikan di
Danau Toba memberikan rata-rata kontribusi pendapatan nelayan terhadap
pendapatan rumah tangga nelayan sebesar 25.29 persen. Nelayan yang melakukan
penangkapan ikan di Danau Toba ada beberapa yang memiliki pekerjaan selain
dari melakukan usaha penangkapan.
Sari, Suratiyah dan Hardyastuti (2011) membedakan nelayan berdasarkan
status nelayan, sehingga kontribusi pendapatan nelayan juga dibedakan atas status
nelayan tersebut. Sari, Suratiyah dan Hadyastuti (2011) membedakan kelompok
nelayan yaitu nelayan pemilik, nelayan buruh dan nelayan darat. Kontribusi
pendapatan rumah tangga nelayan juga berasal dari usahatani, melaut, pekerjaan
sampingan lain, pendapatan istri dan pendapatan anggota rumah tangga.
Kontribusi pendapatan nelayan pada nelayan pemilik pada tahun 2010
memberikan kontribusi sebesar 34.53 persen pada pendatan rumah tangga nelayan.
pendapatan usahatani memberikan kontribusi sebesar 27.04 persen, pekerjaan
sampingan sebesar 12.89 persen, pendapatan istri sebesar 20.85 persen dan
pendapatan anggotan rumah tangga lainnya sebesar 4.69 persen. Pada pendapatan
rumah tangga nelayan pemilik kontribusi pendapatan terbesar yaitu berasal dari
pendapatan nelayan. Akan tetapi pada nelayan buruh kontribusi pendapatan
nelayan terhadap rumah tangga hanya sebesar 25.23 persen. Kemudian pada

10
nelayan darat sumbangan kontribusi pendapatan nelayan terhadap rumah tangga
nelayan sebesar 33.61 persen.

KERANGKA PEMIKIRAN

Upaya pemanfaatan sumberdaya alam perairan salah satunya adalah usaha
penangkapan ikan. Nelayan sebagai pelaku usaha penangkapan ikan mendapatkan
manfaat secara langsung dari sumberdaya alam sehingga dapat mempengaruhi
pendapatan rumah tangga nelayan. Hal ini berkaitan dengan konsep usahatani.
Akan tetapi usaha ini memiliki perbedaan yaitu nelayan tidak menebar benih ikan
Bilih, melainkan hanya sebagai pengambil manfaat dari Danau Singkarak.

Konsep Usahatani

Usahatani didefinisikan sebagai satuan organisasi produksi dilapangan
pertanian dimana terdapat unsur lahan yang mewakili alam, unsur tenaga kerja,
unsur modal, dengan aneka ragam jenisnya dan unsur manajemen atau
pengelolaan yang peranannya dibawakan oleh sesorang yang disebut petani. Ilmu
usahatani adalah ilmu yang mempelajari bagaimana seseorang mengalokasikan
sumberdaya yang ada secara efektif dan efisien untuk memperoleh keuntungan
yang tinggi pada waktu tertentu (Soekartawi 2002). Mengalokasikan sumberdaya
dikatakan efektif apabila petani mampu mencapai tujuan untuk memperoleh
keuntungan yang diinginkan. Kemudian dikatakan efisien ketika petani mampu
mencapai target dengan menggunakan input yang sama untuk menghasilkan
output yang lebih besar sehingga dapat meminimalisir kerugian.
Hernanto (1996) menyatakan bahwa keberhasilan usahatani dipengaruhi
oleh beberapa faktor, yaitu faktor-faktor pada usahatani itu sendiri (internal) dan
faktor-faktor luar usahatani (eksternal). Faktor internal antara lain para petani
pengelola, lahan, tenaga kerja, modal, tingkat teknologi, jumlah keluarga, dan
kemampuan petani dalam mengaplikasikan penerimaan keluarga. Sedangkan
faktor eksternal yang berpengaruh pada keberhasilan usahatani adalah tersedianya
sarana transportasi dan komunikasi, aspek-aspek yang menyangkut pemasaran
hasil dan bahan usahatani (harga jual dan harga saprodi), fasilitas kredit, dan
sarana penyuluhan bagi petani.
Hernanto (1996) dan Shinta (2011), terdapat empat unsur pokok usahatani,
yaitu:
1. Lahan
Lahan merupaka faktor produksi yang mewakili unsur alam, dan lahan
merupakan faktor yang relatif langka dibanding dengan faktor produksi lain
serta distribusi penguasaannya tidak merata di masyarakat. Lahan usahatani
dapat berupa pekarangan, sawah, tegalan dan sebagainya. Lahan usahatni

11
dapat diperoleh dengan membeli, menyewa, pemberian Negara, membuka
lahan sendiri, ataupun wakaf.
2. Tenaga kerja
Tenaga kerja dalam hal ini petani merupakan faktor penting dan perlu
diperhitungkan dalam proses produksi komoditas pertanian. Tenaga kerja
adalah energi yang dicurahkan dalam suatu proses untuk menghasilkan suatu
produk. Tenaga kerja terdiri dari tenaga kerja laki-laki dan tenaga kerja
perempuan. Tenaga kerja dapat berasal dari tenaga kerja dalam keluarga dan
tenaga kerja luar keluarga. Tenaga kerja luar keluarga dapat diperoleh dengan
cara upahan atau tolong menolong.
3. Modal
Setiap kegiatan dalam mencapai tujuan membutuhkan modal, apalagi
kegiatan proses produksi komoditas pertanian. Dalam kegiatan proses
tersebut, modal dapat dibagi menjadi dua bagian yaitu modal tetap dan modal
tidak tetap. Modal tetap terdiri atas tanah, bangunan, mesin dan peralatan
pertanian dimana biaya yang dikeluarkan dalam proses produksi tidak habis
dalam sekali proses produksi. Modal tidak tetap merupakan biaya yang
dikeluarkan dalam proses produksi dan habis dalam satu kali proses produksi
tersebut, misalnya benih, pupuk, pestisida dan upah yang dibayarkan kepada
tenaga kerja. Besar kecilnya modal dalam usaha pertanian dipengaruhi oleh
beberapa hal, diantaranya skala usaha, jenis komoditas yang diusahakan, dan
tersedianya kredit.
4. Pengelolaan atau Manajemen
Pengelolaan usahatani adalah kemampuan petani untuk merencanakan,
mengorganisasikan, melaksanakan, dan mengevaluasi suatu proses produksi.
Praktik manajemen dipengaruhi oleh beberapa hal, diantaranya tingkat
pendidikan, tingkat keterampilan, skala usaha, besar kecilnya kredit, dan jenis
komoditas.

Biaya Usahatani

Biaya usahatani merupakan pengorbanan yang dilakukan oleh petani dalam
mengelola usahanya dalam mendapatkan hasil yang maksimal. Biaya usahatani
dapat dibedakan menjadi dua, yaitu biaya tunai dan biaya diperhitungkan. Biaya
tunai adalah semua biaya yang dibayarkan dengan uang, seperti biaya pembelian
sarana produksi (bibit, pupuk dan obat) dan upah tenaga kerja luar keluarga. Biaya
yang diperhitungkan digunakan untuk menghitung pendapatan petani yang
sebenarnya dengan memperhitungkan modal sendiri, penyusutan alat, dan nilai
tenaga kerja dalam keluarga. Secara matematis dapat dirumuskan sebagai berikut:
TC = Bt + Bd
yaitu:

TC
Bt
Bd

= total biaya
= biaya tunai
= biaya diperhitungkan

12
Soekartawi (2002) mengemukakan bahwa biaya usahatani adalah semua
pengeluaran yang dipergunakan dalam suatu usahatani. Menurut Soekartawi,
Soeharjo, Dillon, dan Hardaker (1986) penggolongan biaya usahatani dilakukan
berdasarkan sifatnya, yaitu biaya tetap (fixed cost) dan biaya tidak tetap (variable
cost). Biaya tetap (fixed cost) adalah biaya yang jumlahnya tidak berubah
meskipun terjadi perubahan jumlah produksi, misalnya biaya sewa atau bunga
pinjaman. Biaya tidak tetap (variable cost) adalah biaya yang besar kecilnya
berubah berdasarkan dengan perubahan jumlah produksi. Biaya ini bergantung
pada barang yang akan diproduksi, misalnya pengeluaran-pengeluaran untuk bibit,
biaya persiapan dan pengolahan tanah. Secara matematis dirumuskan sebagai
berikut:
TC = TFC + TVC
yaitu:

TC
TFC
TVC

= total biaya
= total fixed cost
= total variable cost

Penerimaan Usahatani

Menurut Soekartawi (2002) penerimaan usahatani adalah perkalian antara
produksi yang diperoleh dengan harga jual. Persamaan tersebut dapat dirumuskan
sebagai berikut:
TR = Py . Y
yaitu: TR
Y
Py

= total penerimaan
= produksi yang diperoleh
= Harga Y

Dalam menghitung penerimaan usahatani maka perlu diperhatikan dalan
penghitungan penerimaan yang diterima, karena produk mungkin dijual beberapa
kali sehingga diperlukan data frekuensi penjualan dan produk mungkin dijual
beberapa kali dengan harga yang berbeda.
Penerimaan atau revenue dibagi menjadi dua, yaitu penerimaan tunai dan
penerimaan total. Penerimaan tunai usahatani adalah nilai uang yang diterima dari
penjualan produk usahatani, yaitu jumlah produk yang dijual dikalikan dengan
harga jual produk. Penerimaan total usahatani merupakan keseluruhan nilai
produksi usahatani baik dijual, dikonsumsi keluarga dan dijadikan persediaan.

Pendapatan Usahatani
Pendapatan adalah balas jasa dari kerjasama faktor-faktor alam, tenaga kerja,
modal dan jasa pengelolaan. Pendapatan usahatani dilakukan untuk menghitung

13
seberapa besar penerimaan yang diterima petani dalam berusahatani yang
dikurangi dengan biaya. Analisis pendapatan usahatani dilakukan untuk mengukur
keberhasilan usahatani. Dengan adanya analisis pendapatan usahatani petani dapat
mengetahui gambaran keadaan aktual usahatani sehingga dapat melakukan
evaluasi dengan perencanaan kegiatan usahatani pada masa yang akan datang.
Menurut Soekartawi (2002) pendapatan usahatani adalah selisih antara
penerimaan dan semua biaya. Pernyataan tersebut dapat dirumuskan sebagai
berikut:
Pd = TR – TC
yaitu: Pd
TR
TC

= pendapatan usahatani
= total penerimaan
= total biaya

Terdapat beberapa istilah yang dipergunakan dalam menganalisis
pendapatan usahatanimenurut Soekartawi, Soeharjo, Dillon dan Hardaker (1986),
diantaranya:
1. Penerimaan tunai usahatani merupakan nilai yang diterima dari penjualan
produk usahatani.
2. Pengeluaran tunai usahatani adalah jumlah uang yang dibayarkan untuk
pembelian barang dan jasa bagi usahatani.
3. Pendapatan tunai usahatani adalah produk usahatani dalam jangka waktu
tertentu, baik yang dijual maupun yang tidak dijual.
4. Pengeluaran total usahatani merupakan nilai semua yang habis terpakai atau
dikeluarkan dalam kegiatan produksi termasuk biaya yang diperhitungkan.
5. Pendapatan total usahatani adalah selisih antara penerimaan kotor usahatan
dengan pengeluaran total usahatani.
Selain pengertian diatas pendapatan juga dapat diartikan sebagai sisa dari
pengurangan nilai penerimaan yang diperoleh dengan biaya yang dikeluarkan.
Pendapatan yang diharapkan selalu memiliki nilai positif dan semakin besar
nilainya maka akan semakin baik, meskipun besar pendapatan tidak selalu
mencerminkan efisiensi yang tinggi karena pendapatan yang besar mungkin saja
diperoleh dari investasi yang jumlahnya besar pula.
Dalam melakukan analisis pendapatan usahatani diperlukan informasi
mengenai keadaan penerimaan dan pengeluaran selama jangka waktu yang
ditetapkan. Penerimaan usahatani merupakan nilai produksi yang diperoleh dalam
jangka waktu tertentu dan merupakan hasil perkalian antara jumlah produksi total
dengan harga satuan dari hasil produksi tersebut. Sementara yang disebut
pengeluaran usahatani adalah nilai penggunaan faktor-faktor produksi dalam
melakukan proses produksi usahatani.

Kerangka Operasional

14
Potensi perikanan Danau Singkarak yang sudah sejak lama dimanfaatkan
oleh masyarakat melalui kegiatan penangkapan. Salah satu komoditas perikanan
yang dimanfaatkan adalah ikan Bilih . Ikan Bilih menjadi salah satu ikan endemik
yang menempati Danau Singkarak. Tingginya Aktivitas penangkapan ikan bilih
menjadi sumber pendapatan bagi nelayan sekitar Danau Singkarak. Usaha
penangkapan perikanan secara umum terdiri atas dua aspek yakni aspek biaya
penangkapan dan penerimaan penangkapan (Gambar 2).
Biaya penangkapan dipengaruhi oleh komponen input seperti bahan bakar
kapal dan alat tangkap. Masing-masing komponen input tersebut memiliki harga
yang harus dikeluarkan nelayan untuk mendukung dan memaksimalkan upaya
penangkapan. Aspek penerimaan penangkapan dipengaruhi oleh komponen output
berupa hasil tangkapan ikan.
Penerimaan nelayan diperoleh dari nilai hasil tangkapan dikalikan harga
ikan Bilih tersebut. Biaya penangkapan dan penerimaan penangkapan
berpengaruh terhadap pendapatan usaha penangkapan secara keseluruhan.
Terdapat beberapa faktor yang berpengaruh terhadap tingkat pendapatan usaha
penangkapan. Pengalaman bernelayan, keikutsertaan dalam organisasi, jarak
tempuh ke lokasi penangkapan dan jumlah alat tangkap menjadi faktor yang
secara langsung dan tidak langsung dapat mempengaruhi besar tingkat pendapatan
usaha penangkapan ikan bilih di Danau Singkarak.
Pengalaman bernelayan mempengaruhi pendapatan yang diterima nelayan
disebabkan semakin lamanya nelayan melakukan penangkapan, maka nelayan
akan mengetahui tempat-tempat yang menjadi tempat berkumpulnya ikan, waktu
yang tepat melakukan penangkapan dan cara menangkap yang baik, sehingga
pengalaman yang dimiliki nelayan akan mempengaruhi hasil tangkapan yang
diperoleh oleh nelayan. Nelayan yang mengikuti organisasi akan sering
melakukan penyuluhan-penyuluhan yang akan diadakan organisasi tersebut.
Organisasi nelayan didirikan dengan tujuan untuk mengembangkan pengetahuan
nelayan terhadap teknik penangkapan dan perikanan, sehingga dengan mengikuti
organisasi nelayan akan meningkatkan hasil tangkap mereka.
Jarak tempuh nelayan ke tengah danau akan mempengaruhi hasil tangkapan
nelayan. Jika nelayan semakin ke tengah danau mencari ikan, maka ikan yang
didapat juga akan semakin banyak. Jumlah alat tangkap yang dipakai nelayan
sangat mempengaruhi hasil tangkapan yang diperoleh nelayan. Semakin banyak
alat tangkap yang digunakan, maka hasil tangkapan yang diperoleh nelayan juga
akan semakin banyak. Namun, pendapatan nelayan tidak hanya bersumber dari
usaha penangkapan tetapi dapat juga bersumber dari usaha lain yang tidak
berkorelasi dengan kegiatan perikanan seperti pertanian, jasa dan wirausaha.
Pendapatan total nelayan per bulan dikalkulasikan dari pendapatan usaha lain dan
pendapatan usaha penangkapan di Danau Singkarak.

15

Output
Input

Biaya
penangkapan

Penerimaan
penangkapan

Harga

Harga

Pendapatan usaha
penangkapan

Pendapatan
usaha lainnya

Pendapatan rumah
tangga nelayan

Faktor-faktor
1 Pengalaman
2 Keikutsertaan
dalam
organisasi
3 Jarak tempuh
4 Jumlah
alat
tangkap

16

Gambar 2 Kerangka operasional penelitian

17

METODE PENELITIAN

Lokasi dan Waktu Penelitian

Penelitian ini dilakukan di Danau Singkarak, Kabupaten Tanah Datar,
Provinsi Sumatera Barat tepatnya di Kecamatan Batipuh Selatan, Kabupaten
Tanah Datar. Pemilihan Kecamatan Batipuh Selatan dipilih secara purposive
dengan pertimbangan Kecamatan Batipuh Selatan merupakan salah satu daerah
yang menjadi sentra perikanan tangkap ikan Bilih yang berada di Kabupaten
Tanah Datar dengan jumlah nelayan lebih tinggi yaitu sebesar 71.99 persen (BPS
Kabupaten Tanah Datar 2013). Pemilihan Danau Singkarak dengan pertimbangan
bahwa Danau Singkarak merupakan habitat hidup ikan bilih. Pengambilan data
dilakukan pada bulan Januari - Februari 2015.

Jenis dan Sumber Data

Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data primer dan juga data
sekunder baik yang bersifat kualitatif maupun kuantitatif. Data primer diperoleh
dari hasil pengamatan di lapang, wawancara, dan pengisian kuesioner dengan
nelayan penangkap ikan danau tersebut. Data sekunder diperoleh dari sumbersumber yang relevan seperti jurnal agroland, jurnal perikan dan kelautan, buku
dan data industri terkait yang berkaitan dengan Kementerian Kelautan dan Perikan,
Dinas Peternakan dan Perikan, Departemen Kelautan dan Perikanan, Badan Pusat
Statistik, serta bahan-bahan pustaka lainnya seperti internet dan hasil-hasil
penelitian terdahulu.

Metode Penarikan Sampel dan Pengumpulan Data

Metode pengumpulan data dilakukan melalui survey, hasil pengamatan dan
wawancara kepada nelayan yang melakukan usaha penangkapan ikan Bilih.
Pemilihan sampel dilakukan dengan metode acak sederhana (simple random
sampling) pada nelayan yang melakukan usaha penangkapan ikan Bilih di Nagari
Guguak Malalo Kecamatan Batipuh Selatan Kabupaten Tanah Datar, Sumatera
Barat. Jumlah sampel pada penelitian ini sebanyak 30 orang. Adapun teknik
pengambilan sampel yang dilakukan adalah (1) Menyiapkan daftar nelayan yang
menjadi anggota populasi sebanyak 144 responden dan (2) Mengambil sampel
sebanyak 30 nelayan menggunakan angka random dengan cara arisan.

18
Metode Analisis Data

Analisis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah pengolahan data
dalam bentuk tabulasi, kegiatan ini berupa perumusan data dan informasi yang
diperoleh kedalam bentuk tabel untuk memudahkan penginterpretasian. Editing,
kegiatan ini berupa penulisan data dan informasi yang telah diperoleh selama
penelitian, kegiatan ini dilakukan untuk mengevaluasi data dan informasi yang
ada. Dan terakhir, pengolahan data dan interpretasi data.

Analisis Pendapatan Usaha Penangkapan
Analisis pendapatan usahatani adalah penerimaan usahatani dikurangi
dengan biaya. Penerimaan usahatani merupakan perkalian antara harga dengan
output.
Rumus penerimaan, biaya dan pendapatan adalah:
TR = Py . Y
TC = Bt + Bd
Pd = TR – TC
Dimana:
TR
= penerimaan usaha penangkapan (Rp/alat tangkap)
TC
= biaya usaha penangkapan (Rp/alat tangkap)
Py
= harga ikan Bilih (Rp/kg)
Y
= jumlah ikan Bilih (kg)
Pd
= pendapatan (Rp/alat tangkap)
Bt
= biaya tunai (Rp/alat tangkap)
Bd
= biaya diperhitungkan (Rp/alat tangkap)

Analisis Faktor-faktor yang Mempengaruhi Pendapatan Nelayan
Metode yang digunakan untuk menganalisis faktor-faktor yang
mempengaruhi pendapatan nelayan adalah regresi linier berganda. Regresi linier
berganda merupakan model yang akan menjelaskan pengaruh variabel
independen secara bersama-sama terhadap variabel dependen. Variabel
independen dijelaskan dengan simbol X yang terdiri dari pengalaman nelayan
(X1), keikutsertaan dalam organisasi (X2), jarak tempuh ke tengah danau (X3),
jumlah alat tangkap (X4). Sedangkan variabel dependen yang disimbolkan dengan
Y merupakan pendapatan yang diterima nelayan dari penangkapan. Bentuk
persamaan regresi berganda dapat dirumuskan sebagai berikut:
Y = α + β1X1 + β2X2 + β3X3 + β4X4 + ε
Yaitu:
Y
α
β

= pendapatan penangkapan (Rp)
= konstanta
= koefisien regresi

19
X1
X2
X3
X4
ε

= pengalaman nelayan (tahun)
= keikutsertaan dalam organisasi (tidak=0, ya=1)
= jarak tempuh ke tengah danau (km)
= jumlah alat tangkap (unit)
= error

Analisis regresi linier berganda menunjukkan besarnya nilai t-hitung, Fhitung dan R2. Nilai t-hitung digunakan untuk menguji secara statistik koefisien
regresi dari masing-masing parameter bebas (Xi) yang dipakai secara terpisah
berpengaruh nyata atau tidak terhadap variabel tidak bebas (Y).

Elastisitas Faktor-faktor yang Mempengaruhi Pendapatan Nelayan
Uji elastisitas dilakukan untuk melihat persentase perubahan output sebagai
akibat perubahan dari input. Elastisitas secara matematis dapat ditulis sebagai
berikut:
E=

dY

i

*
d
yaitu: E = elastisitas
dY = perubahan pendapatan penangkapan ikan
dX = perubahan faktor penangkapan ikan
= pendapatan penangkapan ikan
i = faktor penangkapan ikan ke-i (i = 1, 2, ....,n)

Pengujian Hipotesis
Uji F dilakukan dengan menguji secara bersama-sama variabel independent
pengaruhnya dengan variabel dependent. Uji serentak yaitu uji statistik bagi
koefisisen regresi yang bersama-sama mempengaruhi Y.
H0 : bi = 0;
artinya faktor-faktor yang mempengaruhi pendapatan nelayan
bukan merupakan penjelas yang signifikan bagi pendapatan
nelayan.
H1 : bi ≠ 0;
artinya faktor-faktor yang mempengaruhi pendapatan nelayan
merupakan penjelas yang signifikan bagi pendapatan nelayan.
Keputusan jika F hitung > F tabel maka tolak H0 dan terima H1, sebal