Hubungan komposisi tubuh dan status gizi dengan perkembangan seksual pada remaja putri di perkotaan dan perdesaan
HUBUNGAN KOMPOSISI TUBUH DAN STATUS GIZI
DENGAN PERKEMBANGAN SEKSUAL PADA REMAJA
PUTRI DI PERKOTAAN DAN DI PERDESAAN
MEGA SEASTY HANDAYANI
DEPARTEMEN GIZI MASYARAKAT
FAKULTAS EKOLOGI MANUSIA
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
2014
PERNYATAAN MENGENAI SKRIPSI DAN
SUMBER INFORMASI SERTA PELIMPAHAN HAK CIPTA
Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi berjudul Hubungan Komposisi
Tubuh dan Status Gizi dengan Perkembangan Seksual pada Remaja Putri di
Perkotaan dan Perdesaan adalah benar karya saya dengan arahan dari komisi
pembimbing dan belum diajukan dalam bentuk apa pun kepada perguruan tinggi
mana pun. Sumber informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan
maupun tidak diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan
dicantumkan dalam Daftar Pustaka di bagian akhir skripsi ini.
Dengan ini saya melimpahkan hak cipta dari karya tulis saya kepada Institut
Pertanian Bogor.
Bogor, Februari 2014
Mega Seasty Handayani
NIM I14090055
ABSTRAK
MEGA SEASTY HANDAYANI. Hubungan Komposisi Tubuh dan Status Gizi
dengan Perkembangan Seksual pada Remaja Putri di Perkotaan dan di Perdesaan.
Dibimbing oleh CESILIA METI DWIRIANI.
Pubertas merupakan masa peralihan dari masa anak-anak menuju dewasa
yang ditandai dengan pertumbuhan yang pesat termasuk perkembangan ciri-ciri
seksual. Tujuan penelitian ini adalah untuk menganalisis hubungan persen lemak
tubuh dan status gizi dengan perkembangan seksual pada remaja putri di
perkotaan dan perdesaan. Penelitian ini menggunakan desain cross sesctional
study yang melibatkan 100 siswi kelas VIII SMP. Metode yang digunakan dalam
penarikan contoh adalah dengan Cluster Random Sampling. Terdapat perbedaan
dalam hal uang saku, besar keluarga, pendidikan dan pendapatan orangtua, status
gizi (TB/U), usia menarche dan pertumbuhan payudara pada contoh di perkotaan
dan perdesaan. Hasil analisis statistik menunjukkan terdapat hubungan antara
status gizi (IMT/U) dengan persen lemak tubuh, status gizi dengan perkembangan
seksual dan persen lemak tubuh dengan perkembangan seksual pada remaja putri
(p < 0,05).
Kata kunci: persen lemak tubuh, usia menarche, pertumbuhan payudara.
ABSTRACT
MEGA SEASTY HANDAYANI. Association of Body Composition and
Nutritional Status on the Sexual Development of Young Women in Urban and
Rural Areas. Supervised by CESILIA METI DWIRIANI.
Puberty is transition period from childhood to adulthood and marked by
rapid growth, including the development of sexual characteristics. The objective
of this study was to analyzed the association of percent body fat and nutritional
status on sexual development in adolescence girls in urban and rural areas. This
study used cross sesctional study design inolved 100 students of 8th grade junior
high school. The sampling method used Cluster Random Sampling. There are
differences in pocket money, family member, parental education and income,
nutritional status (TB/U), age of menarche and breast growth between subject in
rural and urban areas. Statistical analysis showed a correlation between nutritional
status (BMI/U) and percent body fat, nutritional status and sexual development
and percent body fat and sexual development (pRp 10 500. Karakteristik sosial ekonomi
7
keluarga terdiri atas besar keluarga, pendidikan orang tua, pekerjaan orang tua dan
pendapatan per kapita. Kategori besar keluarga berdasarkan (BKKBN 1998)
dibagi menjadi tiga, yaitu kecil (≤4 orang), sedang (5-7 orang), dan besar (>7
orang). Kategori pendidikan orang tua dikelompokkan menjadi tidak sekolah,
SD/sederajat, SMP/sederajat, SMA/sederajat dan universitas. Pekerjaan ayah
dibagi menjadi tidak bekerja, PNS/ Polisi/ ABRI, karyawan swasta, buruh,
wiraswasta/ pedagang, jasa (penjahit, supir, ojeg, reparasi) dan lainnya. Demikian
pula dengan pekerjaan ibu yang terbagi menjadi tidak bekerja (Ibu Rumah
Tangga), PNS/ Polisi/ ABRI, karyawan swasta, buruh, wiraswasta/ pedagang, jasa
(penjahit, salon) dan lainnya. Pendapatan keluarga dikategorikan berdasarkan
pendapatan/kapita/bulan yaitu miskin (< Rp 392 571) dan tidak miskin (>Rp 392
571) untuk contoh kota sedangkan pendapatan/kapita/bulan untuk desa yaitu
miskin ( Rp 252 496).
Penilaian status gizi dilakukan dengan metode antropometri melalui
pengukuran berat badan dan tinggi badan. Hasil pengukuran berat badan dan
tinggi badan diolah menggunakan WHO Anthroplus untuk menentukan nilai Zscore IMT/U dan TB/U berdasarkan WHO (2007). Kategori status gizi
berdasarkan IMT/U dibagi menjadi lima, yaitu obes (>3), overweight (>2 s/d 3),
normal (-2 s/d2), kurus (-3 s/d -2), dan sangat kurus ( 7 orang.
Berikut sebaran contoh berdasarkan besar keluarga.
12
Tabel 5 Sebaran remaja putri berdasarkan besar keluarga di kota dan desa
Besar keluarga
Kecil (< 4 orang)
Sedang (5-7 orang)
Besar (>7 orang)
Total
SMP Desa
n
%
15
30
18
36
17
34
50
100
SMP Kota
n
%
21
42
25
50
4
8
50
100
Total
n
36
43
21
100
Uji beda
%
36
43
21
100
P=
0,015
Kisaran besar keluarga contoh di SMP kota yaitu 3-8 orang dengan
median 5 orang dalam satu keluarga. Kisaran besar keluarga contoh di SMP desa
yaitu 2-14 orang dengan median 6 orang dalam satu keluarga. Tabel 5
menunjukkan bahwa sebagian besar sunjek baik di kota maupun di desa
mempunyai besar keluarga yang berkisar antara 5-7 orang atau tergolong dalam
keluarga sedang. Hasil uji beda menggunakan Mann-Whitney U menunjukkan
bahwa terdapat perbedaan dalam hal besar keluarga dimana contoh di SMP desa
memiliki keluarga yang lebih besar dibandingkan contoh di SMP kota.
Pendidikan Orangtua
Pendidikan mempunyai pengaruh yang besar terhadap perubahan sikap
dan perilaku hidup sehat seseorang. Tingkat pendidikan yang lebih tinggi akan
memudahkan seseorang untuk menyerap informasi dan mengimplikasikannya
dalam perilaku dan gaya hidup sehari-hari, khususnya dalam hal kesehatan dan
gizi (Atmarita & Tatang 2004). Semakin baik pendidikan dan pengetahuan gizi
orang tua maka keadaan gizi anak akan baik pula (Riyadi 2006).
Pendidikan orangtua contoh meliputi pendidikan ayah dan pendidikan ibu.
Pendidikan orangtua dikategorikan menjadi lima kategori yaitu tidak sekolah, SD,
SMP, SMA dan Universitas. Berikut sebaran contoh berdasarkan pendidikan ayah.
Tabel 6 Sebaran remaja putri berdasarkan tingkat pendidikan ayah di kota dan
desa
Pendidikan ibu
Tidak sekolah
SD
SMP
SMA
Universitas
Total
SMP Desa
n
%
2
4
21
42
17
34
9
18
1
2
50
100
SMP Kota
n
%
0
0
4
8
5
10
28
56
13
26
50
100
Total
n
2
25
22
37
14
100
%
2
25
22
37
14
100
Uji beda
p=0.000
Tabel 6 menunjukkan bahwa sebagian besar (56%) ayah contoh di SMP
kota berpendidikan SMA sedangkan ayah contoh di SMP desa sebagian besar
(42%) berpendidikan SD. Selain itu, masih ditemukan ayah contoh yang tidak
bersekolah pada SMP di desa. Hasil uji beda menggunakan Mann-Whitney U
menunjukkan terdapat perbedaan yang nyata dalam tingkat pendidikan ayah
dimana tingkat pendidikan ayah contoh di SMP kota lebih tinggi dibandingkan
contoh di SMP desa. Berikut sebaran contoh berdasarkan tingkat pendidikan ibu.
13
Tabel 7 Sebaran remaja putri berdasarkan tingkat pendidikan ibu di kota dan desa
Pendidikan ibu
Tidak sekolah
SD
SMP
SMA
Universitas
Total
SMP Desa
n
%
4
8
25
50
11
22
9
18
1
2
50
100
SMP Kota
n
%
0
0
9
18
6
12
25
50
10
20
50
100
Total
n
4
34
17
34
11
100
Uji beda
%
4
34
17
34
11
100
p=0.000
Tabel 7 menunjukkan bahwa sebagian besar (25%) ibu contoh di SMP kota
berpendidikan SMA sedangkan ibu contoh di SMP desa sebagian besar (50%)
berpendidikan SD. Selain itu, masih ditemukan ibu contoh yang tidak bersekolah
pada SMP di desa. Hasil uji beda menggunakan Mann-Whitney U menunjukkan
terdapat perbedaan yang nyata dalam tingkat pendidikan ibu dimana tingkat
pendidikan ibu contoh di SMP kota lebih tinggi dibandingkan contoh di SMP desa.
Pekerjaan Orangtua
Menurut Suhardjo (1989), semakin tinggi tingkat pendidikan yang
diperoleh maka kesempatan untuk memperoleh pekerjaan akan lebih baik.
Pekerjaan orangtua dikategorikan menjadi tujuh macam yaitu tidak bekerja juga
dapat diartikan sebagai ibu rumah tangga untuk kategori pekerjaan ibu,
PNS/Polisi/ABRI, karyawan swasta, buruh, wiraswasta/pedagang, jasa (supir,
ojeg, reparasi, penjahit, salon) dan lainnya. Berikut sebaran contoh berdasarkan
pekerjaan ayah.
Tabel 8 Sebaran remaja putri berdasarkan pekerjaan ayah di kota dan desa
Pekerjaan ayah
Tidak bekerja
PNS/Polisi/ABRI
Karyawan swasta
Buruh
Wiraswasta
Jasa
Lainnya
Total
SMP Desa
n
%
8
16
1
2
6
12
18
36
5
10
10
20
2
4
50
100
SMP Kota
n
%
0
0
4
8
22
44
10
20
10
20
3
6
1
2
50
100
Total
n
8
5
28
28
15
13
3
100
%
8
5
28
28
15
13
3
100
Uji beda
P = 0,205
Berdasarkan sebaran contoh penelitian menurut pekerjaan ayah, sebagian
besar ayah dari contoh penelitian di SMP desa bekerja sebagai buruh dengan
persentase sebesar 36% sedangkan sebagian besar ayah dari contoh penelitian di
SMP kota bekerja sebagai karyawan swasta dengan persentase sebesar 44%.
Berdasarkan sebaran contoh penelitian menurut pekerjaan ibu, ibu dari contoh
penelitian baik di SMP desa maupun SMP kota tidak bekerja atau berperan
sebagai ibu rumah tangga dengan persentase masing-masing sebesar 84% dan
78%. Hasil uji beda menggunakan Mann-Whitney U menunjukkan bahwa tidak
14
terdapat perbedaan yang nyata antara pekerjaan ayah dan pekerjaan ibu di SMP
kota dan SMP desa. Berikut sebaran contoh berdasarkan pekerjaan ibu .
Tabel 9 Sebaran remaja putri berdasarkan pekerjaan ibu di kota dan desa
Pekerjaan ibu
Tidak bekerja
PNS/Polisi/ABRI
Karyawan swasta
Buruh
Wiraswasta
Jasa
Lainnya
Total
SMP Desa
n
%
42
84
1
2
0
0
0
0
6
12
1
2
0
0
50
100
SMP Kota
n
%
39
78
1
2
3
6
0
0
5
10
1
2
1
2
50
100
Total
n
81
2
3
0
11
2
1
100
%
81
2
3
0
11
2
1
100
Uji beda
P = 0,480
Pendapatan Per Kapita
Menurut Suhardjo (1989), semakin tinggi tingkat pendidikan yang
diperoleh maka kesempatan untuk memperoleh pekerjaan yang lebih baik juga
semakin besar sehingga akan mempengaruhi tingkat pendapatan. Hal tersebut juga
akan mempengaruhi dalam pemenuhan kebutuhan gizi keluarga demi tercapainya
taraf hidup yang lebih baik. Menurut Aprilian (2010), tingkat pendapatan
seseorang akan berpengaruh terhadap jenis dan jumlah bahan pangan yang
dikonsumsinya. Menurut BPS DKI Jakarta dan BPS Jawa Barat, keluarga dengan
pendapatan/kapita/bulan
DENGAN PERKEMBANGAN SEKSUAL PADA REMAJA
PUTRI DI PERKOTAAN DAN DI PERDESAAN
MEGA SEASTY HANDAYANI
DEPARTEMEN GIZI MASYARAKAT
FAKULTAS EKOLOGI MANUSIA
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
2014
PERNYATAAN MENGENAI SKRIPSI DAN
SUMBER INFORMASI SERTA PELIMPAHAN HAK CIPTA
Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi berjudul Hubungan Komposisi
Tubuh dan Status Gizi dengan Perkembangan Seksual pada Remaja Putri di
Perkotaan dan Perdesaan adalah benar karya saya dengan arahan dari komisi
pembimbing dan belum diajukan dalam bentuk apa pun kepada perguruan tinggi
mana pun. Sumber informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan
maupun tidak diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan
dicantumkan dalam Daftar Pustaka di bagian akhir skripsi ini.
Dengan ini saya melimpahkan hak cipta dari karya tulis saya kepada Institut
Pertanian Bogor.
Bogor, Februari 2014
Mega Seasty Handayani
NIM I14090055
ABSTRAK
MEGA SEASTY HANDAYANI. Hubungan Komposisi Tubuh dan Status Gizi
dengan Perkembangan Seksual pada Remaja Putri di Perkotaan dan di Perdesaan.
Dibimbing oleh CESILIA METI DWIRIANI.
Pubertas merupakan masa peralihan dari masa anak-anak menuju dewasa
yang ditandai dengan pertumbuhan yang pesat termasuk perkembangan ciri-ciri
seksual. Tujuan penelitian ini adalah untuk menganalisis hubungan persen lemak
tubuh dan status gizi dengan perkembangan seksual pada remaja putri di
perkotaan dan perdesaan. Penelitian ini menggunakan desain cross sesctional
study yang melibatkan 100 siswi kelas VIII SMP. Metode yang digunakan dalam
penarikan contoh adalah dengan Cluster Random Sampling. Terdapat perbedaan
dalam hal uang saku, besar keluarga, pendidikan dan pendapatan orangtua, status
gizi (TB/U), usia menarche dan pertumbuhan payudara pada contoh di perkotaan
dan perdesaan. Hasil analisis statistik menunjukkan terdapat hubungan antara
status gizi (IMT/U) dengan persen lemak tubuh, status gizi dengan perkembangan
seksual dan persen lemak tubuh dengan perkembangan seksual pada remaja putri
(p < 0,05).
Kata kunci: persen lemak tubuh, usia menarche, pertumbuhan payudara.
ABSTRACT
MEGA SEASTY HANDAYANI. Association of Body Composition and
Nutritional Status on the Sexual Development of Young Women in Urban and
Rural Areas. Supervised by CESILIA METI DWIRIANI.
Puberty is transition period from childhood to adulthood and marked by
rapid growth, including the development of sexual characteristics. The objective
of this study was to analyzed the association of percent body fat and nutritional
status on sexual development in adolescence girls in urban and rural areas. This
study used cross sesctional study design inolved 100 students of 8th grade junior
high school. The sampling method used Cluster Random Sampling. There are
differences in pocket money, family member, parental education and income,
nutritional status (TB/U), age of menarche and breast growth between subject in
rural and urban areas. Statistical analysis showed a correlation between nutritional
status (BMI/U) and percent body fat, nutritional status and sexual development
and percent body fat and sexual development (pRp 10 500. Karakteristik sosial ekonomi
7
keluarga terdiri atas besar keluarga, pendidikan orang tua, pekerjaan orang tua dan
pendapatan per kapita. Kategori besar keluarga berdasarkan (BKKBN 1998)
dibagi menjadi tiga, yaitu kecil (≤4 orang), sedang (5-7 orang), dan besar (>7
orang). Kategori pendidikan orang tua dikelompokkan menjadi tidak sekolah,
SD/sederajat, SMP/sederajat, SMA/sederajat dan universitas. Pekerjaan ayah
dibagi menjadi tidak bekerja, PNS/ Polisi/ ABRI, karyawan swasta, buruh,
wiraswasta/ pedagang, jasa (penjahit, supir, ojeg, reparasi) dan lainnya. Demikian
pula dengan pekerjaan ibu yang terbagi menjadi tidak bekerja (Ibu Rumah
Tangga), PNS/ Polisi/ ABRI, karyawan swasta, buruh, wiraswasta/ pedagang, jasa
(penjahit, salon) dan lainnya. Pendapatan keluarga dikategorikan berdasarkan
pendapatan/kapita/bulan yaitu miskin (< Rp 392 571) dan tidak miskin (>Rp 392
571) untuk contoh kota sedangkan pendapatan/kapita/bulan untuk desa yaitu
miskin ( Rp 252 496).
Penilaian status gizi dilakukan dengan metode antropometri melalui
pengukuran berat badan dan tinggi badan. Hasil pengukuran berat badan dan
tinggi badan diolah menggunakan WHO Anthroplus untuk menentukan nilai Zscore IMT/U dan TB/U berdasarkan WHO (2007). Kategori status gizi
berdasarkan IMT/U dibagi menjadi lima, yaitu obes (>3), overweight (>2 s/d 3),
normal (-2 s/d2), kurus (-3 s/d -2), dan sangat kurus ( 7 orang.
Berikut sebaran contoh berdasarkan besar keluarga.
12
Tabel 5 Sebaran remaja putri berdasarkan besar keluarga di kota dan desa
Besar keluarga
Kecil (< 4 orang)
Sedang (5-7 orang)
Besar (>7 orang)
Total
SMP Desa
n
%
15
30
18
36
17
34
50
100
SMP Kota
n
%
21
42
25
50
4
8
50
100
Total
n
36
43
21
100
Uji beda
%
36
43
21
100
P=
0,015
Kisaran besar keluarga contoh di SMP kota yaitu 3-8 orang dengan
median 5 orang dalam satu keluarga. Kisaran besar keluarga contoh di SMP desa
yaitu 2-14 orang dengan median 6 orang dalam satu keluarga. Tabel 5
menunjukkan bahwa sebagian besar sunjek baik di kota maupun di desa
mempunyai besar keluarga yang berkisar antara 5-7 orang atau tergolong dalam
keluarga sedang. Hasil uji beda menggunakan Mann-Whitney U menunjukkan
bahwa terdapat perbedaan dalam hal besar keluarga dimana contoh di SMP desa
memiliki keluarga yang lebih besar dibandingkan contoh di SMP kota.
Pendidikan Orangtua
Pendidikan mempunyai pengaruh yang besar terhadap perubahan sikap
dan perilaku hidup sehat seseorang. Tingkat pendidikan yang lebih tinggi akan
memudahkan seseorang untuk menyerap informasi dan mengimplikasikannya
dalam perilaku dan gaya hidup sehari-hari, khususnya dalam hal kesehatan dan
gizi (Atmarita & Tatang 2004). Semakin baik pendidikan dan pengetahuan gizi
orang tua maka keadaan gizi anak akan baik pula (Riyadi 2006).
Pendidikan orangtua contoh meliputi pendidikan ayah dan pendidikan ibu.
Pendidikan orangtua dikategorikan menjadi lima kategori yaitu tidak sekolah, SD,
SMP, SMA dan Universitas. Berikut sebaran contoh berdasarkan pendidikan ayah.
Tabel 6 Sebaran remaja putri berdasarkan tingkat pendidikan ayah di kota dan
desa
Pendidikan ibu
Tidak sekolah
SD
SMP
SMA
Universitas
Total
SMP Desa
n
%
2
4
21
42
17
34
9
18
1
2
50
100
SMP Kota
n
%
0
0
4
8
5
10
28
56
13
26
50
100
Total
n
2
25
22
37
14
100
%
2
25
22
37
14
100
Uji beda
p=0.000
Tabel 6 menunjukkan bahwa sebagian besar (56%) ayah contoh di SMP
kota berpendidikan SMA sedangkan ayah contoh di SMP desa sebagian besar
(42%) berpendidikan SD. Selain itu, masih ditemukan ayah contoh yang tidak
bersekolah pada SMP di desa. Hasil uji beda menggunakan Mann-Whitney U
menunjukkan terdapat perbedaan yang nyata dalam tingkat pendidikan ayah
dimana tingkat pendidikan ayah contoh di SMP kota lebih tinggi dibandingkan
contoh di SMP desa. Berikut sebaran contoh berdasarkan tingkat pendidikan ibu.
13
Tabel 7 Sebaran remaja putri berdasarkan tingkat pendidikan ibu di kota dan desa
Pendidikan ibu
Tidak sekolah
SD
SMP
SMA
Universitas
Total
SMP Desa
n
%
4
8
25
50
11
22
9
18
1
2
50
100
SMP Kota
n
%
0
0
9
18
6
12
25
50
10
20
50
100
Total
n
4
34
17
34
11
100
Uji beda
%
4
34
17
34
11
100
p=0.000
Tabel 7 menunjukkan bahwa sebagian besar (25%) ibu contoh di SMP kota
berpendidikan SMA sedangkan ibu contoh di SMP desa sebagian besar (50%)
berpendidikan SD. Selain itu, masih ditemukan ibu contoh yang tidak bersekolah
pada SMP di desa. Hasil uji beda menggunakan Mann-Whitney U menunjukkan
terdapat perbedaan yang nyata dalam tingkat pendidikan ibu dimana tingkat
pendidikan ibu contoh di SMP kota lebih tinggi dibandingkan contoh di SMP desa.
Pekerjaan Orangtua
Menurut Suhardjo (1989), semakin tinggi tingkat pendidikan yang
diperoleh maka kesempatan untuk memperoleh pekerjaan akan lebih baik.
Pekerjaan orangtua dikategorikan menjadi tujuh macam yaitu tidak bekerja juga
dapat diartikan sebagai ibu rumah tangga untuk kategori pekerjaan ibu,
PNS/Polisi/ABRI, karyawan swasta, buruh, wiraswasta/pedagang, jasa (supir,
ojeg, reparasi, penjahit, salon) dan lainnya. Berikut sebaran contoh berdasarkan
pekerjaan ayah.
Tabel 8 Sebaran remaja putri berdasarkan pekerjaan ayah di kota dan desa
Pekerjaan ayah
Tidak bekerja
PNS/Polisi/ABRI
Karyawan swasta
Buruh
Wiraswasta
Jasa
Lainnya
Total
SMP Desa
n
%
8
16
1
2
6
12
18
36
5
10
10
20
2
4
50
100
SMP Kota
n
%
0
0
4
8
22
44
10
20
10
20
3
6
1
2
50
100
Total
n
8
5
28
28
15
13
3
100
%
8
5
28
28
15
13
3
100
Uji beda
P = 0,205
Berdasarkan sebaran contoh penelitian menurut pekerjaan ayah, sebagian
besar ayah dari contoh penelitian di SMP desa bekerja sebagai buruh dengan
persentase sebesar 36% sedangkan sebagian besar ayah dari contoh penelitian di
SMP kota bekerja sebagai karyawan swasta dengan persentase sebesar 44%.
Berdasarkan sebaran contoh penelitian menurut pekerjaan ibu, ibu dari contoh
penelitian baik di SMP desa maupun SMP kota tidak bekerja atau berperan
sebagai ibu rumah tangga dengan persentase masing-masing sebesar 84% dan
78%. Hasil uji beda menggunakan Mann-Whitney U menunjukkan bahwa tidak
14
terdapat perbedaan yang nyata antara pekerjaan ayah dan pekerjaan ibu di SMP
kota dan SMP desa. Berikut sebaran contoh berdasarkan pekerjaan ibu .
Tabel 9 Sebaran remaja putri berdasarkan pekerjaan ibu di kota dan desa
Pekerjaan ibu
Tidak bekerja
PNS/Polisi/ABRI
Karyawan swasta
Buruh
Wiraswasta
Jasa
Lainnya
Total
SMP Desa
n
%
42
84
1
2
0
0
0
0
6
12
1
2
0
0
50
100
SMP Kota
n
%
39
78
1
2
3
6
0
0
5
10
1
2
1
2
50
100
Total
n
81
2
3
0
11
2
1
100
%
81
2
3
0
11
2
1
100
Uji beda
P = 0,480
Pendapatan Per Kapita
Menurut Suhardjo (1989), semakin tinggi tingkat pendidikan yang
diperoleh maka kesempatan untuk memperoleh pekerjaan yang lebih baik juga
semakin besar sehingga akan mempengaruhi tingkat pendapatan. Hal tersebut juga
akan mempengaruhi dalam pemenuhan kebutuhan gizi keluarga demi tercapainya
taraf hidup yang lebih baik. Menurut Aprilian (2010), tingkat pendapatan
seseorang akan berpengaruh terhadap jenis dan jumlah bahan pangan yang
dikonsumsinya. Menurut BPS DKI Jakarta dan BPS Jawa Barat, keluarga dengan
pendapatan/kapita/bulan