Hubungan antara Kebiasaan Makan dengan Status Gizi pada Remaja di Perkotaan dan Perdesaan

HUBUNGAN ANTARA KEBIASAAN MAKAN DAN
AKTIVITAS FISIK DENGAN STATUS GIZI PADA REMAJA
DI PERKOTAAN DAN DI PERDESAAN

WENY ANGGRENNY NAINGGOLAN

DEPARTEMEN GIZI MASYARAKAT
FAKULTAS EKOLOGI MANUSIA
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
2014

PERNYATAAN MENGENAI SKRIPSI DAN
SUMBER INFORMASI SERTA PELIMPAHAN HAK CIPTA
Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi berjudul Hubungan antara
Kebiasaan Makan dan Aktivitas Fisik dengan Status Gizi pada Remaja di
Perkotaan dan di Perdesaan adalah benar karya saya dengan arahan dari komisi
pembimbing dan belum diajukan dalam bentuk apa pun kepada perguruan tinggi
mana pun. Sumber informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan
maupun tidak diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan
dicantumkan dalam Daftar Pustaka di bagian akhir skripsi ini.
Dengan ini saya melimpahkan hak cipta dari karya tulis saya kepada Institut

Pertanian Bogor.
Bogor, Maret 2014
Weny Anggrenny Nainggolan
NIM I14090029

ABSTRAK
WENY ANGGRENNY NAINGGOLAN. Hubungan antara Kebiasaan Makan
dan Aktivitas Fisik dengan Status Gizi Remaja di Perkotaan dan di Perdesaan.
Dibimbing oleh CESILIA METI DWIRIANI.
Masalah gizi ganda tidak hanya terdapat pada masyarakat perkotaan saja
akan tetapi terdapat pada masyarakat perdesaan. Penelitian ini bertujuan untuk
menganalisis hubungan kebiasaan makan dan aktivitas fisik dengan status gizi
pada remaja di perkotaan dan di perdesaan. Penelitian ini menggunakan desain
cross sectional study dengan melibatkan 102 orang remaja. Terdapat perbedaan
nyata (p0.05).
Kata kunci: aktivitas fisik, kebiasaan makan, konsumsi pangan, remaja, status
gizi.

ABSTRACT
WENY ANGGRENNY NAINGGOLAN. Association of food habit and physical

activity with nutritional status of adolescent in urban and rural areas. Supervised
by CESILIA METI DWIRIANI.
Double burden of nutritional problems are not only faced by urban societies
but also rural societies. This study aimed to analyze association of eating habits,
physical activities and nutritional status of adolescence in urban and rural areas.
The study used cross sectional design involved 102 adolescences. There were
significant differences (p0.05).
Keywords: physical activities, eating habits, food consumption, adolescence,
nutritional status

HUBUNGAN ANTARA KEBIASAAN MAKAN DAN
AKTIVITAS FISIK DENGAN STATUS GIZI PADA REMAJA
DI PERKOTAAN DAN DI PERDESAAN

WENY ANGGRENNY NAINGGOLAN

Skripsi
sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar
Sarjana Gizi
dari Program Studi Ilmu Gizi

pada Departemen Gizi Masyarakat

DEPARTEMEN GIZI MASYARAKAT
FAKULTAS EKOLOGI MANUSIA
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
2014

Judul Skripsi : Hubungan antara Kebiasaan Makan dengan Status Gizi pada
Remaja di Perkotaan dan Perdesaan
Nama
: Weny Anggrenny Nainggolan
NIM
: I14090029

Disetujui oleh

Dr Ir Cesilia Meti Dwiriani, MSc
Pembimbing

Diketahui oleh


Dr Rimbawan
Ketua Departemen

Tanggal Lulus:

PRAKATA
Puji Syukur penulis panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa atas segala
rahmat-Nya sehingga skripsi yang berjudul “Hubungan antara Kebiasaan Makan
dan Aktivitas Fisik dengan Status Gizi pada Remaja di SMA Perkotaan dan di
SMA Perdesaan” dapat diselesaikan dengan baik. Skripsi ini disusun sebagai
salah satu syarat untuk menyelesaikan program Strata-1 Program Studi Ilmu Gizi,
Departemen Gizi Masyarakat, Fakultas Ekologi Manusia, Institut Pertanian Bogor.
Penulis menyadari dalam penyusunan skripsi ini tidak akan selesai tanpa
bantuan dari berbagai pihak. Oleh karena itu pada kesempatan ini penulis ingin
mengucapkan terimakasih kepada:
1. Bapak Dr. Rimbawan selaku kepala Departemen Gizi Masyarakat,
Fakultas Ekologi Manusia, Institut Pertanian Bogor.
2. Ibu Dr. Ir. Cesilia Meti Dwiriani. M.Sc selaku Dosen Pembimbing
yang telah memberikan bimbingan, dukungan, dan motivasinya.

3. Ibu Reisi Nurdiani, SP.,M.Si selaku dosen pemandu seminar dan
penguji yang telah memberikan koreksi demi perbaikan skripsi.
4. Bapak Prof. Dr. Ir. Ali Khomsan, MS; Bapak Dr Hadi Riyadi, MS; Ibu
Dr. Ir. Cesilia Meti Dwiriani. M.Sc; Bapak Prof. Dr. Faisal Anwar. MS
dan dr Mira Dewi, M.Si sebagai tim peneliti payung yang telah
membimbing dalam pengambilan data lapang.
5. Orangtua, saudara-saudara serta keluarga penulis yang telah
memberikan kasih sayang, motivasi, perhatian, dan dukungan baik
moril maupun materil.
6. Teman–teman sepenelitian payung : Heti Sondari, Fithriani Batubara
dan Mega Seasty Handayani yang banyak membantu dalam
memberikan semangat dalam menyelesaikan karya ilmiah ini.
7. Teman-teman dekat : Chairunnisa, Sarah Yuneke, Elizabeth Mayorga,
Lativa dan Evi Widya Astuti yang telah memberikan dukungan dan
semangat kepada penulis.
8. Teman-teman Ilmu Gizi Institut Pertanian Bogor (IPB) 2009 yang
telah memberikan dukungan dan motivasi kepada penulis.
9. Teman-teman Kost BILO (Annet, Irosepa, Rielisa, Saima, Salvionita,
Trieliza).
10. Seluruh civitas akademika Departemen Gizi Masyarakat, Fakultas

Ekologi Manusia, Institut Pertanian Bogor yang telah memberikan
dukungan moril kepada penulis.
Bogor, Maret 2014
Weny Anggrenny Nainggolan

DAFTAR ISI
DAFTAR TABEL
DAFTAR GAMBAR
DAFTAR LAMPIRAN
PENDAHULUAN
Latar Belakang
Tujuan Penelitian
Manfaat Penelitian
KERANGKA PEMIKIRAN
METODE PENELITIAN
Desain, Tempat, dan Waktu Penelitian
Jumlah dan Cara Penarikan Data
Jenis dan Cara Pengambilan Data Penelitian
Pengolahan dan Analisis Data
DEFENISI OPERASIONAL

HASIL DAN PEMBAHASAN
Gambaran Umum Lokasi Penelitian
Karakteristik Subyek dan Sosial Ekonomi Keluarga
Kebiasaan Makan
Asupan dan Tingkat Kecukupan Zat Gizi
Aktivitas Fisik
Status Gizi
Faktor-Faktor yang Berhubungan dengan Status Gizi
Hubungan antara Karakteristik Subyek dengan Status Gizi
Hubungan antara Kebiasaan Makan dengan Status Gizi
Hubungan antara Tingkat Kecukupan Energi dengan Status Gizi
Hubungan antara Tingkat Kecukupan Protein dengan Status Gizi
Hubungan antara Tingkat Kecukupan Lemak dengan Status Gizi
Hubungan antara Tingkat Kecukupan Karbohidrat dengan Status Gizi
Hubungan antara Aktivitas Fisik dengan Status Gizi
SIMPULAN DAN SARAN
Simpulan
Saran
DAFTAR PUSTAKA
RIWAYAT HIDUP


vi
vi
vi
1
1
2
3
3
5
5
5
6
7
9
9
9
10
14
19

22
23
25
25
26
27
27
27
28
28
28
28
29
30
33

DAFTAR TABEL
1
2
3

4
5
6
7
8
9
10
11
12
13
14
15
16
17
18
19

Jenis data dan cara pengumpulan data penelitian
Sebaran subyek berdasarkan karakteristik individu
Sebaran subyek berdasarkan karakteristik sosial ekonomi keluarga

Rata-rata frekuensi konsumsi pangan per minggu
Sebaran subyek berdasarkan frekuensi makan sehari
Sebaran subyek berdasarkan kebiasaan jajan
Rata-rata konsumsi dan tingkat kecukupan energi dan zat gizi
Sebaran subyek berdasarkan kategori tingkat kecukupan energi
Sebaran subyek berdasarkan kategori tingkat kecukupan protein
Sebaran subyek berdasarkan kategori tingkat kecukupan lemak
Sebaran subyek berdasarkan kategori tingkat kecukupan karbohidrat
Rata-rata alokasi waktu aktivitas fisik
Sebaran subyek berdasarkan tingkat aktivitas fisik
Sebaran subyek berdasarkan status gizi
Hubungan antara karakteristik subyek dengan status gizi
Hubungan antara karakteristik keluarga dengan status gizi
Hubungan kebiasaan makan dengan status gizi
Hubungan antara tingkat kecukupan gizi dengan status gizi
Hubungan antara aktivitas dengan status gizi

6
11
13
14
18
19
19
20
21
21
22
22
24
24
25
26
26
27
28

DAFTAR GAMBAR
1 Kerangka pemikiran

4

PENDAHULUAN
Latar Belakang
Indonesia saat ini menghadapi masalah gizi ganda, disatu sisi terjadi
masalah gizi kurang dan di sisi lain juga terjadi masalah gizi lebih yang
semakin meningkat. Masalah gizi ganda tidak hanya terdapat pada
masyarakat perkotaan saja akan tetapi juga pada masyarakat perdesaan.
Gizi pada kelompok remaja perlu mendapatkan perhatian khusus karena
kekurangan dan kelebihan gizi berpengaruh besar terhadap pertumbuhan
dan perkembangan tubuh serta berdampak pada masalah gizi saat dewasa.
Percepatan pertumbuhan yang terjadi pada remaja diiringi oleh
bertambahnya aktivitas fisik menyebabkan kebutuhan zat gizi pada remaja
meningkat. Seiring berkembangnya zaman, urbanisasi dan modernisasi yang
terus terjadi menyebabkan perubahan gaya hidup masyarakat khususnya
pada kalangan remaja. Gaya hidup remaja saat ini, akibat perkembangan
teknologi cenderung lebih santai dan memiliki aktivitas yang pasif.
Merujuk pada data World Health Organization (WHO) (2003), saat
ini populasi remaja di dunia telah mencapai 1.2 milyar jiwa atau sekitar 19%
dari total populasi di dunia. Di Indonesia persentase populasi remaja bahkan
lebih tinggi yaitu mencapai 21% dari total populasi penduduk atau sekitar
44 juta jiwa. Kebutuhan energi dan zat gizi remaja yang meningkat harus
dipenuhi. Apabila konsumsi makanan tidak seimbang dengan kebutuhan
energi dan zat gizi lain untuk pertumbuhan dan kegiatan-kegiatannya, maka
akan terjadi defisiensi maupun kelebihan yang akhirnya dapat menghambat
pertumbuhan maupun menyebabkan obesitas (Notoatmodjo 2007). Dalam
masa pertumbuhan, remaja memerlukan banyak makanan yang bergizi.
Perkembangan tehnologi dalam mengolah makanan dewasa ini berdampak
terhadap meningkatnya ketersediaan makanan cepat saji sehingga terdapat
hubungan erat antara kualitas pangan dan kesehatan manusia yang akan
berdampak terhadap kualitas sumber daya manusia.
Berdasarkan data Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) 2010 (Depkes
2010), secara nasional prevalensi kependekan pada remaja umur 16-18
tahun adalah 31.2%. Terdapat 10 provinsi dengan prevalensi kependekan di
bawah prevalensi nasional yaitu Provinsi Bengkulu, DKI Jakarta, Jawa
Barat, Jawa Tengah, DI Yogyakarta, Jawa Timur, Banten, Bali, Nusa
Tenggara Barat dan Maluku. Prevalensi status gizi pendek pada remaja
umur 16-18 tahun (TB/U) di DKI Jakarta adalah 14.8% dan di Jawa Barat
adalah 24.6%. Di sisi lain prevalensi kegemukan pada remaja usia 16-18
tahun secara nasional masih relatif rendah yaitu 1.4%. Terdapat 11 provinsi
yang memiliki prevalensi kegemukan pada remaja 16-18 tahun diatas
prevalensi nasional, yaitu Provinsi Kepulauan Bangka Belitung, Kepulauan
Riau, DKI Jakarta, Jawa Barat, DI Yogyakarta, Jawa Timur, Kalimantan
Selatan, Sulawesi Utara, Gorontalo, Papua Barat dan Papua. Namun
demikian, prevalensi kegemukan pada remaja 16-18 tahun di semua
provinsi masih di bawah 5.0%. Prevalensi status gizi gemuk pada remaja
umur 16-18 tahun (IMT/U) di Jawa Barat adalah 2.1% dan di Jakarta adalah

2
2.7%. Dewasa ini permasalahan obesitas mengalami pergeseran, awalnya
obesitas cenderung dikaitkan dengan masyarakat perkotaan namun sekarang
obesitas juga dialami oleh masyarakat perdesaan. Berdasarkan data
Riskesdas 2010 (Depkes 2010) prevalensi wanita remaja yang mengalami
obesitas di desa hampir sama dengan di kota. Prevalensi status gizi dalam
kategori kurus pada remaja usia 16-18 tahun di Jawa Barat sebesar 8%.
Secara nasional prevalensi kekurusan pada remaja umur 16-18 tahun adalah
8.9 % terdiri atas 1.8% sangat kurus dan 7.1% kurus.
Masalah gizi kurang merupakan keadaan yang terjadi akibat tidak
terpenuhinya asupan makanan sehingga mengalami kekurangan salah satu
zat gizi atau lebih di dalam tubuh. Akibatnya adalah menurunya kekebalan
tubuh serta terjadinya gangguan dalam proses pertumbuhan dan
perkembangan. Obesitas membawa dampak buruk bagi kesehatan yang
sangat berhubungan dengan berbagai macam penyakit degeneratif seperti
penyakit kardiovaskular, diabetes melitus, artritis, penyakit kantong
empedu, gangguan fungsi pernapasan, dan berbagai gangguan kulit
(Arisman 2004).
Dampak jangka panjang stunted pada masa kanak-kanak dapat
mempengaruhi ukuran tubuh seseorang pada masa remaja bahkan pada
masa dewasa. Salah satu konsekuensi utama ukuran tubuh pendek pada
remaja yang sekolah adalah pada kecerdasan. Pada saat dewasa hal ini akan
meyebabkan berkurangnya kapasitas kerja yang selanjutnya akan
berdampak pada produktivitas kerja (Gibson 2005). Kebiasaan konsumsi
yang tidak baik akan mempengaruhi asupan zat gizi, hal ini dilihat dari
kondisi fisik remaja yang mempunyai tubuh yang berbadan gemuk, kurus,
tinggi dan pendek. Penelitian hubungan kebiasaan makan dan aktivitas fisik
dengan status gizi yang telah dilakukan sebelumnya (Dwiningsih 2013)
hanya dilakukan dalam lingkup wilayah kabupaten sehingga peneliti tertarik
melihat perbedaan di kota dan desa yang sebenarnya dengan lingkup
wilayah yang lebih besar. Berdasarkan permasalahan yang telah
diungkapkan, maka penulis tertarik untuk melakukan penelitian dengan
judul “Hubungan antara Kebiasaan Makan dan Aktivitas Fisik dengan
Status Gizi Remaja di SMA Perkotaan dan di SMA Perdesaan”.
Tujuan
Tujuan Umum
Tujuan umum dari penelitian ini adalah untuk menganalisis hubungan
antara kebiasaan makan dan aktivitas fisik dengan status gizi pada remaja di
perkotaan dan perdesaan.
Tujuan Khusus
Tujuan khusus dari penelitian ini adalah sebagai berikut :
1. Mempelajari karakteristik subyek dan keluarga di perkotaan dan
perdesaan.
2. Menganalisis kebisaan makan, asupan dan tingkat kecukupan gizi
subyek di perkotaan dan perdesaan.
3. Menganalisis aktivitas fisik subyek di perkotaan dan perdesaan.

3
4. Menganalisis status gizi subyek di perkotaan dan di perdesaan.
5. Menganalisis faktor-faktor yang berhubungan dengan status gizi
subyek di perkotaan dan perdesaan.
Manfaat Penelitian
Penelitian ini diharapkan dapat memberi manfaat dan informasi
mengenai hubungan antara kebiasaan makan dan aktivitas fisik dengan
status gizi pada remaja. Informasi tersebut diharapkan dapat digunakan
sebagai masukan untuk mengambil kebijakan terkait gizi pada remaja untuk
memperbaiki kebiasaan makan dan status gizi remaja.

KERANGKA PEMIKIRAN
Remaja merupakan masa transisi anak dan dewasa. Selama remaja,
terjadi perubahan hormonal yang mempercepat pertumbuhan. Status gizi
adalah keadaan tubuh seseorang yang dipengaruhi oleh asupan makanan dan
penggunaan zat-zat gizi. Penilaian status gizi dalam penelitian ini diukur
menggunakan antropometri tinggi badan menurut umur (TB/U) dan indeks
massa tubuh menurut umur (IMT/U). Banyak faktor yang mempengaruhi
status gizi baik secara langsung maupun tidak langsung antara lain adalah
kebiasaan makan, aktivitas fisik, karakteristik remaja, karakteristik keluarga,
dan genetik. Karakteristik remaja meliputi umur, jenis kelamin, berat badan,
tinggi badan dan uang jajan. Status gizi remaja di kota dan di desa memiliki
perbedaan nyata yaitu prevalensi kegemukan lebih tinggi di perkotaan
sedangkan kependekan lebih tinggi di perdesaan. Hal ini diduga dipengaruhi
pendidikan, pekerjaan, dan pendapatan keluarga, besar keluarga di kota
lebih baik dari pada di desa akan mempengaruhi karakteristik subyek seperti
uang jajan di SMA kota lebih tinggi daripada di desa dan kebiasaan makan
yang terlihat dari frekuensi makan per hari, frekuensi konsumsi bahan
pangan per minggu, kebiasaan jajan, dan konsumsi pangan. Salah satu
faktor yang mempengaruhi status gizi remaja adalah aktivitas fisik.
Aktivitas fisik remaja dikota yang lebiha aktif dari pada di desa yang terlihat
dari adanya kegiatan esktrakurikuler yang disediakan disekolah. Asupan
energi yang berlebih dan tidak diimbangi dengan pengeluaran energi yang
seimbang (dengan kurang melakukan aktivitas fisik) akan menyebabkan
terjadinya penambahan berat badan.
Menurut Effendi (2003) faktor keturunan berpengaruh terhadap
keseimbangan energi. Bila kedua orangtua tidak gemuk, maka kemungkinan
anak menjadi gemuk adalah 9%. Bila salah satu orangtua gemuk, maka
kemungkinan anak menjadi gemuk adalah 41-51%, sedangkan bila kedua
orangtua gemuk, maka kemungkinan anak menjadi gemuk sebesar 66-80%.
Seseorang mengalami obesitas dapat terjadi karena salah satu atau kedua
orangtuanya mengalami obesitas pula. Selain itu, penyakit dan infeksi
berkaitan dengan status gizi yang rendah. Seseorang yang mengalami
penyakit dan infeksi cenderung memiliki nafsu makan yang menurun
sehingga menyebabkan kekurangan gizi. Hubungan kekurangan gizi dengan

4
penyakit infeksi dapat dijelaskan melalui pertahanan tubuh dimana
seseorang yang mengalami kekurangan gizi dengan asupan energi dan
protein yang rendah, maka kemampuan tubuh untuk membentuk protein
yang baru berkurang yang akan berpengaruh pada pertumbuhan.
Berikut bagan beberapa faktor yang memicu keadaaan status gizi
remaja.
Kota-Desa

Karakteristik Keluarga
 Pendidikan orangtua
 Pekerjaan orangtua
 Pendapatan keluarga
 Jumlah anggota keluarga

Karakteristik Anak
 Jenis Kelamin
 Berat badan
 Tinggi badan
 Uang jajan
 Umur

Kebiasaan Makan
 Frekuensi makan per hari
 Frekuensi konsumsi bahan pangan per minggu
 Kebiasaan jajan
 Konsumsi pangan

Genetik

Status Gizi
 TB/U
 IMT/U

Aktivitas fisik

Penyakit dan infeksi

Keterangan
: Variabel yang diteliti
: Hubungan yang diteliti
: Variabel yang tidak diteliti
: Hubungan yang tidak diteliti
Gambar 1 Skema kerangka hubungan antara kebiasaaan makan dan
aktivitas fisik dengan status gizi pada remaja di perkotaan
dan perdesaan.

5
METODE PENELITIAN
Desain, Tempat dan Waktu Penelitian
Penelitian ini menggunakan data sekunder dari penelitian yang
berjudul Lifestyle and Nutrition Aspect of Rural and Urban Adolescent
(Gaya Hidup dan Status Gizi pada Remaja di Perkotaan dan Perdesaan)
yang disponsori oleh Neys van Hoogstraten Foundation The Netherland
(Dwiriani et al. 2013). Desain penelitian yang digunakan adalah CrossSectional Study. Data penelitian Dwiriani et al. (2013) yang digunakan
dalam penelitian ini adalah dari dua SMA yaitu SMAN 109 Jakarta, yang
mewakili daerah perkotaan dan SMAN 01 Jasinga, yang mewakili daerah
perdesaan. Pemilihan sekolah didasarkan pertimbangan dari Dinas
Pendidikan Kota Jakarta Selatan dan Kecamatan Jasinga. Penelitian ini
dilakukan pada bulan Juli-Desember 2013.
Jumlah dan Cara Pemilihan Subyek
Subyek pada penelitian ini adalah remaja laki-laki dan perempuan
berusia 15-18 tahun yang duduk di bangku kelas X di SMA 109 Jakarta dan
SMA N 1 Jasinga. Metode yang digunakan dalam penarikan subyek adalah
Simple Random Sampling. Perhitungan minimal subyek dilakukan
menggunakan rumus Lemeshow et al. (1997) dan menggunakan prevalensi
stunting sebagai ukuran masalah gizi yang ada pada remaja. Rumus yang
digunakan adalah sebagai berikut:
n ≥ [(Z1-α)2 x p (1-p)]
d2
n ≥ [(1.96)2 x 0.201 (1-0.201)]
(0.08)2
n ≥ 96 orang
Keterangan:
Z = 1.96
n = jumlah subyek minimal yang diperlukan
p = prevalensi stunting pada remaja di DKI Jakarta berdasarkan
Riskesdas (2010), yaitu 20.1 %
α = derajat kepercayaan (0.05)
d = presisi (limit error = 8% atau 0.8)
Jumlah subyek pada masing-masing sekolah yang digunakan dalam
penelitian ini berjumlah 51 siswa.
Jenis dan Cara Pengambilan Data
Data yang dikumpulkan adalah data sekunder, meliputi karakteristik
subyek (jenis kelamin, usia dan uang jajan), karakteristik keluarga
(pendapatan orangtua, besar keluarga, pendidikan orangtua), kebiasaan
makan (frekuensi makan per hari, kebiasaan jajan, frekuensi konsumsi

6
pangan per minggu dan konsumsi pangan), aktivitas fisik, berat badan (BB)
dan tinggi badan (TB) dengan pengukuran. Penelitian Dwiriani et al. (2013)
mengumpulkan data karakteristik subyek dan keluarga menggunakan
kuesioner yang diisi sendiri oleh subyek setelah mendapat penjelasan dari
peneliti dan metode wawancara untuk data kebiasaan makan dan aktivitas
fisik serta dengan metode pengukuran untuk data BB dan TB.
Tabel 1 menunjukkan jenis serta cara pengumpulan data. Data
konsumsi pangan diperoleh dengan menggunakan metode repeated 24 hour
recall yaitu pada satu hari sekolah dan satu hari libur, sedangkan frekuensi
pangan menggunakan food frequency quesionnaire. Data BB diperoleh
dengan penimbangan menggunakan timbangan injak digital kapasitas 200
kg dengan ketelitian 0.1 kg, dan data TB diukur menggunakan microtoise
kapasitas 200 cm dengan ketelitian 0.1 cm .
Tabel 1 Jenis dan cara pengumpulan data penelitian
No

Variabel

1.

Karakteristik
subyek

2.

Karakteristik
Keluarga

3.

Status Gizi

Data yang Dikumpulkan
a. Jenis Kelamin
b. Usia
c. Uang Jajan
a. Pendidikan ayah dan ibu
b. Pekerjaan ayah dan ibu
c. Besar keluarga
d. Pendapatan keluarga

Cara Pengumpulan Data
Pengisian kuesioner oleh
subyek setelah mendapat
penjelasan dari peneliti

a. Berat Badan (kg)

Pengukuran menggunakan
timbangan injak dan
microtoise

b. Tinggi Badan (cm)
a. Frekuensi makan per hari
4.

Kebiasaan
Makan

b. Kebiasaan jajan
c. Frekuensi konsumsi
pangan per minggu
d. Konsumsi pangan

5.

Aktivitas
fisik

Lama melakukan masingmasing aktivitas (jam)

Pengisian kuesioner oleh
subyek setelah mendapat
penjelasan dari peneliti

Pengisian kuesioner oleh
subyek setelah mendapat
penjelasan dari peneliti
Wawancara menggunakan
kuesioner food frequency
Wawancara menggunakan
kuesioner recall 2 x 24 jam
Wawancara menggunakan
kuesioner pada hari sekolah
dan hari libur

Pengolahan dan Analisis Data
Proses pengolahan meliputi editing, coding, entry dan analisis.
Proses editing adalah pemeriksaan seluruh kuesioner setelah data terkumpul.
Coding adalah pemberian angka atau kode tertentu yang telah disepakati
terhadap jawaban-jawaban pertanyaan dalam kuesioner, sehingga
memudahkan pada saat memasukkan data ke komputer. Entry adalah
memasukkan data jawaban kuesioner sesuai kode yang telah ditentukan
untuk masing-masing variabel sehingga menjadi suatu data dasar. Cleaning
yaitu melakukan pengecekan terhadap isian data yang di luar pilihan
jawaban yang disediakan kuesioner atau isian data yang di luar kewajaran.
Data diolah dan dianalisis secara deskriptif dan inferesia menggunakan

7
Microsoft Excel 2007 dan IBM SPSS 20.0 for windows. Perbedaan data kota
dan desa dianalisis menggunakan Independent Sampel t-test (data
continuous normal) atau, Mann Whitney (data tidak normal) sedangkan
hubungan antar variabel dianalisis menggunakan uji korelasi Pearson (data
normal) dan Spearman (data tidak normal).
Karakteristik subyek dan keluarga subyek dianalisis secara deskriptif.
Karakteristik subyek adalah jenis kelamin, umur dan uang saku. Jenis
kelamin terdiri atas laki-laki dan perempuan. Umur subyek dilihat
berdasarkan tanggal lahir. Uang jajan subyek di kategori menjadi tiga yaitu
< Rp7 000, Rp 7 000-Rp 14 000, dan > Rp14 000. Kategori tersebut
diperoleh dengan cara mengelompokkan uang jajan subyek berdasarkan
sebaran. Data aktivitas fisik pada hari sekolah dan hari libur (jam) kemudian
dinyatakan dengan nilai PAR (Physical Activity Ratio) dimana untuk
selanjutnya nilai PAR digunakan dalam menentukan tingkat aktivitas fisik
(PAL). Tingkat aktivitas fisik diperoleh dengan mengalikan PAR dengan
lama melakukan sebuah aktivitas dibagi dengan 24 jam. Nilai PAL tersebut
dibagi menjadi empat kategori yaitu sedentary (1.10-1.39), low active (1.401.59), active (1.60-1.89) dan very active (1.90-2.50) (Frary & Jhonson
2008). Kebiasaan makan subyek dilihat berdasarkan frekuensi makan per
hari yang diklasifikasikan menjadi 1x sehari, 2x sehari, 3x sehari dan 4x
sehari. Kesukan jajan dibagi menjadi dua kategori (Ya atau Tidak).
Data karakteristik keluarga berupa pendidikan orangtua, pekerjaan
orangtua, besar keluarga dan pendapatan keluarga. Data pendidikan
orangtua dikategorikan menurut jenjang pendidikan yang pernah diperoleh
yaitu tamat SD, SMP, SMA, dan Perguruan Tinggi yang kemudian
dianalisis secara deskriptif. Data pekerjaan orangtua dikategorikan menjadi
tidak bekerja (ibu rumah tangga untuk ibu), PNS/Polisi/ABRI, karyawan
swasta, buruh, wiraswasta/pedagang, jasa (penjahit, supir, ojeg, reparasi)
dan lainnya. Pendapatan orangtua dihitung berdasarkan pendapatan per
bulan. Menurut BKKBN (2009) data besar keluarga dikategorikan menjadi
tiga yaitu keluarga kecil dengan jumlah anggota keluarga ≤4 orang, keluarga
sedang 5-6 orang, dan keluarga besar dengan jumlah anggota keluarga ≥7
orang.
Data konsumsi pangan berupa jenis dan jumlah makanan dalam
gram/URT diolah dengan menggunakan Aplikasi Analisis Konsumsi
Pangan. Jumlah makanan dalam bentuk gram/URT kemudian dikonversi
dengan menggunakan Daftar Konsumsi Bahan Makanan kemudian
dilakukan perhitungan tingkat kecukupan gizi untuk energi, protein, lemak,
dan karbohidrat. Angka kecukupan zat gizi yang digunakan mengacu pada
angka kecukupan gizi yang dianjurkan menurut Widya Karya Nasional
Pangan dan Gizi VIII tahun 2004.

8
Adapun rumus umum yang digunakan untuk mengetahui kandungan
zat gizi makanan yang dikonsumsi adalah :
KGij = (Bj/100) x Gij x (BDDj/100)
Keterangan :
KGij = Penjumlahan zat gizi i dari setiap bahan makanan/pangan yang
dikonsumsi
Bj
= Berat bahan makanan j (gram)
Gij = Kandungan zat gizi i dari bahan makanan j
BDDj = % bahan makanan j yang dapat dimakan
(Sumber : Hardinsyah & Briawan 1994)
Pengukuran tingkat kecukupan energi, protein dan lemak merupakan
tahap lanjutan dari penghitungan konsumsi pangan. Tingkat kecukupan
konsumsi merupakan persentase konsumsi aktual subyek dengan Angka
Kecukupan Gizi (AKG) yang dianjurkan berdasarkan WNPG tahun 2004.
Secara umum tingkat kecukupan zat gizi dapat dirumuskan sebagai berikut:
TKGi = (Ki/AKGi) x 100%
Keterangan:
TKGi = Tingkat kecukupan zat gizi i
Ki = Konsumsi zat gizi i
AKGi = Kecukupan zat gizi i yang dianjurkan
(Sumber : Hardinsyah & Briawan 1994)
Pengkategorian tingkat kecukupan zat gizi makro untuk energi dan
protein menurut Departemen Kesehatan (1996) adalah defisit tingkat berat
( Rp14 000 sedangkan uang jajan subyek di
SMA desa sebagian besar (49%) kategori 7 orang)
Total

SMA
Kota
n
%

SMA
Desa
n
%

0
2
2
20
27
51

0
4
4
39
53
100

3
10
8
27
3
51

0
2
4
21
24
51

0
4
8
41
47
100

0
7
18
3
19
0
4
51

Total
n

%

6
20
16
53
6
100

3
12
10
47
30
102

3
12
10
46
29
100

5
25
8
10
3
51

10
49
16
20
6
100

5
27
12
31
27
102

5
26
12
30
26
100

0
14
35
6
37
0
8
100

1
5
8
18
11
3
5
51

2
10
16
35
22
6
10
100

1
12
26
21
30
3
9
102

1
12
25
21
29
3
9
100

29
13
3
0
3
1
2
51

57
25
6
0
6
2
4
100

35
3
0
3
9
1
0
51

69
6
0
6
18
2
0
100

64
16
3
3
12
2
2
102

63
16
3
3
12
2
2
100

1
26
24
51

2
51
47
100

18
29
4
51

35
57
8
100

19
55
28
102

19
54
27
100

23
25
3
51

45
49
6
100

11
22
18
51

22
43
35
100

34
47
21
102

33
46
21
100

Uji
beda
(p)

0.00

0.00

0.00

0.00

14
Kebiasaan Makan
Kebiasaan makan subyek adalah informasi perilaku makan terhadap
makanan yang dikonsumsi secara berulang dalam waktu satu minggu
terakhir. Kebiasaan makan dalam penelitian ini dilihat dari aspek konsumsi
berbagai pangan (FFQ) dalam waktu satu minggu, frekuensi makan sehari
dan kesukaan jajan. Metode frekuensi makanan adalah untuk memperoleh
data tentang frekuensi konsumsi sejumlah bahan makanan atau makanan
jadi selama periode tertentu seperti hari, minggu, bulan atau tahun
(Supariasa 2001). Konsumsi pangan merupakan hal penting dalam
memenuhi kebutuhan zat gizi pada subyek. Konsumsi pangan yang bergizi
akan membantu subyek dalam proses pertumbuhan dan perkembangan
mental. Tujuan mengisi FFQ adalah melengkapi data konsumsi makanan
yang tidak dapat diperoleh melalui ingatan 24 jam. Bahan pangan tersebut
terdiri dari pangan pokok, pangan hewani (daging, ikan dan telur), pangan
sumber protein nabati, sayuran, buah, jajanan dan lain-lain. Bahan pangan
yang dicantumkan adalah jika >75% subyek (38 orang) mengonsumsi bahan
pangan tersebut. Rata-rata frekuensi konsumsi bahan pangan per minggu
dapat dilihat pada Tabel 4.
Tabel 4 Rata-rata frekuensi konsumsi pangan per minggu
SMA Kota
No

1.

2.

3.

4.

SMA Desa

%
Meng
onsum
si

Median
(Min;
Maks)

100
90
84
98
96

21(14;21)
1.8 (0;3.7)
0.9 (0;3.7)
1.8 (0;4.6)
1.8 (0;4.6)

Daging,ikan & telur
1. D.Ayam
98
2. D.Sapi
88
3. Ikan Laut
78
4. Susu Sapi
84
5. Telur
98
6 .Sosis
90

2.8 (0;7)
0.4 (0;2.8)
0.9 (0;3.7)
1.8 (0;14)
2.8 (0;7)
1.8 (0;4.6)

Jenis Pangan

Pangan pokok
1. Beras
2. Kentang
3. Jagung
4. Mie
5. Roti

Pangan sumber protein nabati
1. Tahu
94
2.8 (0;7)
2. Tempe
96
1.8 (0;7)

Sayuran
1. Bayam
2. Kangkung
3. Wortel

82
88
86

0.9(4;4.6)
0.9 (0;3.7)
1.8 (0;4.6)

Jenis Pangan

%
Meng
onsum
si

Pangan pokok
1. Beras
2. Kentang
3. Jagung
4. Mie
5. Roti
6. Singkong
7. Ubi jalar
Daging,ikan & telur
1. D.Ayam
2. D.Sapi
3. Ikan Laut
4. Susu Sapi
5. Telur
6. Sosis
7. D.Kambing
8. Ikan Tawar
9. I.Pindang
10.Ikan Asin

Median
(Min; Maks)

Uji
Beda
(p)

100
100
92
100
90
90
78

21 (14;21)
0.9 (0.2;3.7)
0.9 (0;3.7)
3.7 (0.2;7)
1.8 (0;5.6)
0.7 (0;2.8)
0.2 (0;2.8)

0.42
0.15
0.20
0.00
0.78

96
82
80
86
98
80
76
84
82
84

1.8 (0;4.6)
0.0 (0;1.1)
0.9(0;2.8)
1.8 (0;14)
3.7 (0;7)
0.9 (0;5.6)
0.0 (0;0.23)
0.9 (0;2.8)
0.9 (0;3.5)
0.9 (0;3.7)

0.01
0.00
0.33
0.84
0.04
0.40

Pangan sumber protein nabati
1. Tahu
100
2.8 (0.2;14)
2. Tempe
96
1.8 (0;14)
3. Oncom
80
0.2 (0;2.8)
4. Kacang
80
0.9 (0;7)
Sayuran
1. Bayam
86
0.9 (0;7)
2. Kangkung
96
0.9 (0;7)
3. Wortel
94
1.8 (0;14)
4. Kol
88
1.8 (0;7)
5. Sawi
86
0.9 (0;14)

0.00
0.00

0.13
0.01
0.05

Tabel 4 Frekuensi konsumsi bahan pangan per minggu (lanjutan)
SMA Kota
No

5.

6.

7.

SMA Desa

%
Meng
onsum
si

Median
(Min;
Maks)

Buah
1. Mangga
2. Pisang
3. Jeruk

82
80
88

0.9 (0;3.7)
0.9 (0;3.7)
0.9 (0;4.6)

Jajanan
1. Bakso
2. Buryam
3. Siomay
4. Mie Ayam
5. Gorengan
6. Biskuit
7 .Es krim
8. Wafer
9.Chiki/kripik

94
76
82
78
90
80
80
80
82

0.9 (0;2.8)
0.8 (0;3.7)
0.9 (0;3.7)
0.7 (0;2.8)
1.8 (0;7)
1.8 (0;7)
0.9 (0;7)
1.8 (0;14)
1.8 (0;7)

Lain-lain
1. Juice buah
2. Teh
3. M.rasabuah
4. M.serbuk

86
84
76
67

0.9 (0;7)
0.9 (0;14)
0.9 (0;7)
0.2 (0;7)

Jenis Pangan

15

Jenis Pangan

Buah
1. Mangga
2. Pisang
3. Jeruk
4. Nanas
5. Jambu
6. Pepaya
7. Rambutan
8. Melon
9. Salak
Jajanan
1. Bakso
2. Buryam
3. Siomay
4. Mie Ayam
5. Gorengan
6. Biskuit
7. Es krim
8. Wafer
9. Chiki/kripik
10. Gado-gado
11.Empe-empek
12. Lontong
Lain-lain
1. Juice buah
2. Teh
3. M. rasa buah
4. M.serbuk
5. M.soda

Uji
Beda
(p)

%
Meng
onsum
si

Median
(Min; Maks)

88
96
96
80
90
92
98
88
94

0.9 (0;3.7)
1.8 (0;7)
1.8 (0;7)
0.2 (0;1.8)
0.9 (0;7)
0.9 (0;7)
0.0 (0;1.8)
0.2 (0;7)
0.9 (0;7)

0.76
0.00
0.00

100
92
98
100
96
100
92
96
94
90
86
90

2.8 (0.2;7)
0.9 (0;7)
1.8 (0;7)
1.8 (0.2;7)
2.8 (0;21)
21 (0.2;21)
0.9 (0;7)
1.8 (0;21)
3.7 (0;28)
0.9 (0;7)
0.4 (0;4.6)
0.4 (0;7)

0.00
0.00
0.00
0.00
0.00
0.00
0.33
0.01
0.00

84
90
88
88
84

0.4 (0;14)
1.8 (0;28)
0.9 (0;21)
0.9 (0;14)
0.4 (0;7)

0.84
0.00
0.00
0.00
0.50

Konsumsi pangan sumber karbohidrat
Tabel 4 menunjukkan bahwa pangan sumber karbohidrat yang biasa
dikonsumsi subyek di SMA kota adalah nasi, kentang, jagung, mie dan roti
sedangkan bahan pangan sumber karbohidrat yang biasa dikonsumsi subyek
di SMA desa antara lain nasi, kentang, singkong, ubi jalar, jagung, mie dan
roti. Subyek di SMA kota dan di SMA desa lebih banyak mengonsumsi nasi
dengan frekuensi 21 kali dalam seminggu, rata-rata berkisar antara 14 kali
hingga 21 kali per minggu. Hasil uji beda menggunakan mann whitney
menunjukkan tidak terdapat perbedaan nyata (p>0.05) antara konsumsi
pangan beras, kentang, jagung, dan roti di SMA kota dan di SMA desa.
Namun terdapat perbedaan nyata (p

Dokumen yang terkait

Hubungan Pola Makan dengan Indeks Massa Tubuh (IMT)Siswa SMAN 2 Balige yang Tinggal di Kost

14 111 111

Gambaran Pola Makan dan Status Gizi Remaja Putri yang Melakukan Diet Menurunkan Berat Badan di SMA Negeri 7 Medan

8 109 116

Hubungan Antara Status Ibu Bekerja atau Ibu TidakBekerja Dengan Status Gizi Anak Balita di Kecamatan Medan Tembung.

5 42 70

Hubungan komposisi tubuh dan status gizi dengan perkembangan seksual pada remaja putri di perkotaan dan perdesaan

0 2 50

Hubungan antara Body Image dan kebiasaan makan dengan status gizi remaja di Sma Padang

0 6 55

Hubungan Gaya Hidup dan Pengetahuan Gizi terhadap Kebiasaan Makan Remaja di Pedesaan dan Perkotaan

0 5 36

HUBUNGAN ANTARA BODY IMAGE DENGAN FREKUENSI MAKAN, JENIS MAKANAN DAN STATUS GIZI REMAJA Hubungan Antara Body Image Dengan Frekuensi Makan, Jenis Makanan Dan Status Gizi Remaja Putri Di Sma Negeri 7 Surakarta.

0 3 14

HUBUNGAN ANTARA KEBIASAAN MAKAN PAGI DAN STATUS GIZI DENGAN TINGKAT KESEGARAN JASMANI PADA SISWI Hubungan Antara Kebiasaan Makan Pagi Dan Status Gizi Dengan Tingkat Kesegaran Jasmani Pada Siswi Di Pondok Madrasah Aliyah Al – Manshur Tegalgondo, Klaten.

0 3 19

HUBUNGAN ANTARA PENGETAHUAN, SIKAP DAN KEBIASAAN MAKAN PAGI DENGAN STATUS GIZI ANAK DI SDN BANYUANYAR III Hubungan Antara Pengetahuan, Sikap Dan Kebiasaan Makan Pagi Dengan Status Gizi Anak Di SDN Banyuanyar III Kota Surakarta.

0 0 19

HUBUNGAN ANTARA PENGETAHUAN, SIKAP DAN KEBIASAAN MAKAN PAGI DENGAN STATUS GIZI ANAK DI SDN BANYUANYAR III Hubungan Antara Pengetahuan, Sikap Dan Kebiasaan Makan Pagi Dengan Status Gizi Anak Di SDN Banyuanyar III Kota Surakarta.

0 2 18