Pengujian Potensi Hasil Biji dan Biomasa Galur Sorgum Manis (Sorghum bicolor (L.) Moench) Hasil Irradiasi Varietas Pahat

PENGUJIAN POTENSI HASIL BIJI DAN BIOMASA GALUR
SORGUM MANIS (Sorghum bicolor (L.) Moench) HASIL
IRRADIASI VARIETAS PAHAT

WILDA KURNIA PUTRI

DEPARTEMEN AGRONOMI DAN HORTIKULTURA
FAKULTAS PERTANIAN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
2014

PERNYATAAN MENGENAI SKRIPSI DAN
SUMBER INFORMASI SERTA PELIMPAHAN HAK CIPTA*
Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi berjudul Pengujian Potensi Hasil
Biji dan Biomasa Galur Sorgum Manis (Sorghum bicolor (L.) Moench) Hasil
Irradiasi Varietas Pahat adalah benar karya saya dengan arahan dari komisi
pembimbing dan belum diajukan dalam bentuk apapun kepada perguruan tinggi
manapun. Sumber informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan
maupun tidak diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan
dicantumkan dalam Daftar Pustaka di bagian akhir skripsi ini.

Dengan ini saya melimpahkan hak cipta dari karya tulis saya kepada Institut
Pertanian Bogor.
Bogor, September 2014
Wilda Kurnia Putri
NIM A24100009

* Pelimpahan hak cipta atas karya tulis dari penelitian kerja sama dengan pihak
luar IPB harus didasarkan pada kerja sama yang terkait.

ABSTRAK
WILDA KURNIA PUTRI. Pengujian Potensi Hasil Biji dan Biomasa Galur
Sorgum Manis (Sorghum bicolor (L.) Moench) Hasil Irradiasi Varietas Pahat.
Dibimbing oleh DIDY SOPANDIE dan SOERANTO HUMAN.
Sorgum manis merupakan tanaman serealia yang potensial untuk
dikembangkan di Indonesia, karena mempunyai daya adaptasi lingkungan yang
luas. Sorgum manis dapat dimanfaatkan sebagai bahan pangan, bahan baku
bioetanol dan pakan. Penelitian ini bertujuan untuk mengidentifikasi keragaan
karakter agronomis terutama produktivitas biji dan biomasa galur mutan sorgum
manis (Sorghum bicolor (L.) Moench) G8, G9, G10 dengan tiga varietas kontrol
yaitu Pahat, Kawali dan Mandau. Penelitian ini dilaksanakan di Kebun Percobaan

Kaum Pandak, Balai Penelitian Ternak, Desa Pasir Jambu, Kecamatan Sukaraja Bogor, Jawa Barat pada bulan Desember 2013 sampai dengan Mei 2014.
Penelitian menggunakan Rancangan Kelompok Lengkap Teracak (RKLT) dengan
galur tanaman sebagai perlakuan utama. Galur G10 merupakan galur mutan
harapan yang memiliki kadar gula tertinggi yaitu 13.05°Brix, dan memiliki
produktivitas biji serta biomasa tertinggi sehingga dapat dimanfaatkan sebagai
bahan pangan dan bahan baku bioetanol.
Kata kunci: biomasa, galur mutasi, kadar nira, sorgum manis

ABSTRACT
WILDA KURNIA PUTRI. Testing Potential Grain Yield and Biomass of Sweet
Sorghum (Sorghum bicolor (L.) Moench) Lines of The Irradiasi Varieties Pahat.
Supervised by DIDY SOPANDIE and SOERANTO HUMAN.
Sweet shorgum is a cereal which has a potential to be developed in
Indonesia because it has wide adaptation to suboptimal condition. Sweet sorghum
can be used as food, raw material bioethanol and animal feed. The objective of
this research was to identify the variability of agronomic characters especially
grain and biomass productivity of G8, G9, G10 mutant lines of sweet sorghum
(Sorghum bicolor (L.) Moench) with three varieties control named Pahat, Kawali
and Mandau. This research was conducted at Kaum Pandak experimental field,
Livestock Research Centers, Pasir Jambu - Bogor, West Java, in December 2013

to May 2014. The design used was a completely randomized design with three
replications, in which the genotype was the main treatment. The results showed
that G10 mutant lines gave the highest sugar content 13.05°Brix and this mutant
line had a grain yield and biomass production higher than standard varieties of
Pahat, Kawali and Mandau. Therefore, G10 mutant lines is promising to be used
for food and biofuel.
Keywords: biomass, juice content, lines mutation, sweet sorghum

PENGUJIAN POTENSI HASIL BIJI DAN BIOMASA GALUR
SORGUM MANIS (Sorghum bicolor (L.) Moench) HASIL
IRRADIASI VARIETAS PAHAT

WILDA KURNIA PUTRI

Skripsi
sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar
Sarjana Pertanian
pada
Departemen Agronomi dan Hortikultura


DEPARTEMEN AGRONOMI DAN HORTIKULTURA
FAKULTAS PERTANIAN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
2014

Judul Skripsi
Nama
NIM

: Pengujian Potensi Hasil Biji dan Biomasa Galur Sorgum Manis
(Sorghum bicolor (L.) Moench) Hasil Irradiasi Varietas Pahat
: Wilda Kurnia Putri
: A24100009

Disetujui oleh

Prof Dr Ir Didy Sopandie, MAgr
Pembimbing I


Prof Dr Ir Soeranto Human, MSi
Pembimbing II

Diketahui oleh

Dr Ir Agus Purwito, MSc Agr
Ketua Departemen

Tanggal Lulus :

PRAKATA
Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Allah SWT atas segala rahmat
dan karunia-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi dengan judul
Pengujian Potensi Hasil Biji dan Biomasa Galur Sorgum Manis (Sorghum bicolor
(L.) Moench) Hasil Irradiasi Varietas Pahat. Skripsi ini merupakan karya ilmiah
yang dibuat penulis setelah menyelesaikan penelitian selama lima bulan. Hasil
penelitian ini diajukan untuk memperoleh gelar sarjana dari Fakultas Pertanian.
Terima kasih penulis ucapkan kepada seluruh pihak yang membantu dalam
pelaksanaan penelitian, yaitu:
1 Prof Dr Ir Didy Sopandie MAgr dan Prof Dr Ir Soeranto Human MSi

selaku dosen pembimbing skripsi yang telah memberikan bimbingan,
pengarahan, dan dukungan selama penelitian dan penulisan skripsi.
2 Bapak Ridwan dan Ibu Nurmaidarlis SH, orang tua penulis yang selalu
mendo’akan dan memberikan dukungan serta kasih sayang.
3 Abang M Arif Kurniawan dan adik-adik penulis Fadilla Kurnia Putri,
Miftahul Jannah dan Fadli Kurniawan yang selalu memberikan semangat.
4 Staf pengajar dan staf Komisi Pendidikan Departemen Agronomi dan
Hortikultura, Fakultas Pertanian, Institut Pertanian Bogor.
5 Teman-teman satu tim penelitian sorgum manis, Iansyah Wibi Saksono
dan Ujang Kurnia.
6 Teman-teman yang sudah membantu dalam pengamatan.
Semoga hasil penelitian ini memberikan manfaat terhadap kemajuan
pertanian Indonesia.
.

Bogor, September 2014
Wilda Kurnia Putri

DAFTAR ISI
DAFTAR TABEL

DAFTAR GAMBAR
DAFTAR LAMPIRAN
PENDAHULUAN
Latar Belakang
Tujuan
Hipotesis
TINJAUAN PUSTAKA
Karakter Sorgum Manis
Pemanfaatan Sorgum Manis
Pemuliaan Tanaman Sorgum Manis dengan Teknik Mutasi
METODE PENELITIAN
Lokasi Penelitian dan Waktu Penelitian
Bahan Penelitian
Peralatan Penelitian
Prosedur Percobaan
Analisis Data
HASIL DAN PEMBAHASAN
Kondisi Umum Penelitian
Fase Pertumbuhan Vegetatif Tanaman Sorgum Manis
Keragaan Karakter Agronomi pada Fase Pertumbuhan Generatif dan

Komponen Hasil Galur-galur Mutan Sorgum Manis
Korelasi Karakter Agronomi pada Fase Pertumbuhan Generatif dengan
Komponen Hasil Galur-galur Mutan Sorgum Manis
SIMPULAN DAN SARAN
Simpulan
Saran
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN
RIWAYAT HIDUP

vi
vi
vi
1
1
2
2
2
2
2

3
3
3
4
4
4
5
6
6
7
11
16
18
18
18
18
21
25

DAFTAR TABEL

1
2
3

Pertumbuhan vegetatif galur-galur mutan sorgum manis
Nilai tengah peubah pertumbuhan generatif dan komponen hasil galurgalur mutan sorgum manis
Korelasi karakter agronomi dengan komponen hasil galur-galur mutan
sorgum manis

8
12
17

DAFTAR GAMBAR
1
2

Pertumbuhan tanaman galur-galur sorgum manis
Keragaan tinggi tanaman sorgum manis pada fase pertumbuhan vegetatif
maksimum.

3 Keragaman bentuk malai sorgum manis
4 Warna biji sorgum manis

6
9
13
14

DAFTAR LAMPIRAN
1
2
3

Deskripsi varietas Kawali
Deskripsi varietas Mandau
Deskripsi varietas Pahat

22
23
24

PENDAHULUAN

Latar Belakang

Sorgum manis merupakan salah satu komoditas tanaman pangan yang
memiliki potensi besar untuk dikembangkan dan dibudidayakan di Indonesia.
Sorgum manis dapat dimanfaatkan sebagai sumber karbohidrat bahan pangan,
bahan baku bioetanol dan pakan ternak. Sorgum manis mampu beradaptasi pada
kondisi lahan marginal serta lebih tahan terhadap kekeringan, serangan hama dan
penyakit dibandingkan tanaman pangan lain (Human dan Sihono 2010). Biji
sorgum mengandung karbohidrat yang relatif tinggi sekitar sebagai sumber bahan
pangan utama, dan memiliki protein, kalsium dan vitamin yang lebih tinggi
dibanding beras dan jagung (DEPKES RI 1992).
Sorgum juga berpeluang untuk dikembangkan menjadi pangan premium
dengan keunggulan kandungan gluten yang sangat rendah (gluten free food) dan
indeks glikemik yang juga rendah (low glycemic index) sehingga sangat sesuai
untuk konsumen dengan kebutuhan khusus (Sungkono et al. 2009). Ketersediaan
lahan pertanian sebagai areal budidaya tanaman pangan cenderung mengalami
penurunan akibat konversi lahan menjadi areal non pertanian, sehingga diperlukan
komoditas tanaman pangan yang mampu berproduksi di lahan kering maupun
lahan marginal. Menurut Abdurachman dan Sutono (2005), total luas lahan kering
di Indonesia sebesar 148 juta ha dan yang sesuai untuk budidaya pertanian
tanaman pangan mencapai 23.26 juta ha dengan kemiringan lahan kecil dari 15%.
Menurut Reddy dan Dar (2007) sorgum dapat dijadikan sebagai bahan baku
bioetanol. Produktivitas bioetanol dari sorgum lebih tinggi dibandingkan tanaman
lain yang dapat mencapai 8 419 L ha-1tahun-1 diatas tebu (6 679 L ha-1tahun-1)
atau ubi kayu yang hanya 3 835 l ha-1tahun-1 (Ditjen Tanaman Pangan 2007).
Keragaman genetik sorgum manis yang sudah ada masih sangat terbatas,
sehingga diperlukan usaha untuk memperbanyak genetik sorgum manis melalui
pemuliaan tanaman. Teknik mutasi induksi merupakan salah satu upaya untuk
memperoleh keragaman genetik yang ditimbulkan oleh radiasi atau bahan kimia.
Pusat Aplikasi Teknologi Isotop dan Radiasi, Badan Tenaga Nuklir Nasional
(PATIR, BATAN) telah melakukan irradiasi terhadap sorgum manis varietas
Pahat dengan menggunakan sinar gamma cobalt-60 dosis 300 Gy. Varietas Pahat
memiliki keunggulan produktivitas tinggi, nutrisi biji baik, batang besar dan
kokoh serta tahan terhadap penyakit karat daun, namun memiliki batang pendek.
Mutasi dilakukan untuk memperbaiki beberapa sifat tanaman menjadi lebih
unggul, misalnya dapat meningkatkan produktivitas biji dan biomasa, berbatang
lebih manis dan kualitas baik sesuai arah penggunaannya sebagai bahan baku
bioetanol.
Pada penelitian ini dilakukan uji adaptasi terhadap galur mutan sorgum
manis generasi M11 hasil penelitian dari Pusat Aplikasi Teknologi Isotop dan
Radiasi, Badan Tenaga Nuklir Nasional (PATIR, BATAN).

2
Tujuan
Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengidentifikasi keragaan karakter
agronomis terutama produktivitas biji dan biomasa beberapa galur mutan sorgum
manis (Sorghum bicolor (L.) Moench).
Hipotesis
Hipotesis pada penelitian ini adalah terdapat minimal satu galur sorgum
manis yang memiliki keragaan karakter agronomis terutama produktivitas biji dan
biomasa lebih tinggi dari varietas pembanding.

TINJAUAN PUSTAKA

Karakter Sorgum Manis
Sorgum adalah salah satu komoditas bernilai tinggi untuk makanan dan
keamanan energi karena memiliki adaptasi luas (Sungkono et al. 2009). Sorgum
efisien dalam penggunaan air karena didukung oleh sistem perakaran sorgum
yang halus dan letaknya agak dalam sehingga mampu menyerap air dengan cukup
intensif (Rismunandar 1989). Menurut Agustina et al. (2010), toleransi sorgum
terhadap kekeringan disebabkan karena pada endodermis akar sorgum terdapat
endapan silika yang berfungsi mencegah kerusakan akar pada kondisi kekeringan.
Secara fisiologis, permukaan daun sorgum mengandung lapisan lilin dan
sistem perakaran yang ekstensif, fibrous dan dalam, cenderung membuat tanaman
sorgum efisien dalam absorpsi dan pemanfaatan air. Berdasarkan bentuk malai
dan tipe spikelet, sorgum diklasifikasikan ke dalam 5 ras yaitu ras Bicolor,
Guenia, Caudatum, Kafir, dan Durra. Ras Durra yang umumnya berbiji putih
merupakan tipe paling banyak dibudidayakan sebagai sorgum biji (grain
sorghum) dan digunakan sebagai sumber bahan pangan. Diantara ras Durra
terdapat varietas yang memiliki kadar gula batang tinggi disebut sebagai sorgum
manis. Sedangkan ras - ras lain pada umumnya digunakan sebagai biomasa dan
pakan ternak (Human 2002).
Keistimewaan dari tanaman sorgum memiliki kemampuan untuk tumbuh
kembali setelah dipotong atau dipanen disebut ratoon, setelah panen akan tumbuh
tunas - tunas baru yang tumbuh dari bagian batang di dalam tanah, oleh karena itu
pangkasannya harus tepat di atas permukaan tanah. Ratoon sorgum dapat
dilakukan 2 - 3 kali, apabila dipelihara dan dipupuk dengan baik, hasil ratoon
dapat menyamai hasil panen pertama (Tati 2003).
Pemanfaatan Sorgum Manis
Sorgum manis sebagai tanaman serealia memiliki manfaat yang multiguna.
Selain bijinya digunakan sebagai bahan pangan, batang dan daun untuk pakan

3
ternak, maka gula yang terkandung dalam biji (karbohidrat) atau cairan/jus/nira
batang sorgum manis dapat diproses menjadi bioetanol (Human 2002). Industri
bioetanol berbahan baku sorgum telah dikembangkan di banyak negara seperti
Amerika Serikat, China, India dan Belgia. Produktivitas bioetanol sorgum di
Amerika Serikat mencapai 10 000 liter ha-1, India 3 000 – 4 000 liter ha-1 dan
China 7 000 liter ha-1 (Human 2007).
Sorgum manis memiliki potensi hasil sama dengan sorgum biji yaitu 3-7 ton
-1
ha , namun esensi dari sorgum manis bukan hanya dari biji melainkan batangnya
yang mengandung kadar gula tinggi (Almodares et al. 2008). Kebutuhan bahan
bakar minyak di Indonesia semakin meningkat hingga mencapai 215 juta
liter/hari, tidak seimbang dengan produksi dalam negeri yang hanya 178 juta
liter/hari. Perlu adanya pengembangan energi lain sebagai alternatif yang murah
dan dapat diperbaharui guna mengurangi ketergantungan BBM di Indonesia.
Bioetanol merupakan salah satu energi alternatif yang mempunyai nilai ekonomis
lebih tinggi dibandingkan bensin (Ditjen Tanaman Pangan 2007).
Pemuliaan Tanaman Sorgum Manis dengan Teknik Mutasi
Peran utama iptek nuklir dalam pemuliaan tanaman terkait dengan
kemampuannya dalam menginduksi mutasi pada materi genetik karena nuklir
memiliki energi cukup tinggi untuk dapat menimbulkan perubahan pada struktur
atau komposisi materi genetik tanaman. Mutasi merupakan perubahan yang terjadi
secara tiba-tiba, acak dan diwariskan pada generasi berikutnya. Laju mutasi dapat
ditingkatkan dengan induksi (induced mutation) menggunakan energi nuklir
seperti radiasi sinar gamma. Pada level tertentu, mutasi pada tanaman dapat
menimbulkan ragam genetik yang berguna sebagai bahan dasar proses produksi
seleksi genotipe dalam program pemuliaan (IAEA 1977).
Sinar gamma merupakan mutagen yang paling banyak digunakan dalam
program pemuliaan tanaman karena memiliki energi dan daya tembus yang relatif
tinggi dibanding lainnya (Maluszynski et al. 2000). Pusat Aplikasi Teknologi
Isotop dan Radiasi, Badan Tenaga Nuklir Nasional (BATAN), aplikasi iptek
nuklir dalam pemuliaan mutasi bertujuan memperbaiki beberapa sifat tanaman,
khusus sorgum manis kegiatan pemuliaan mutasi menggunakan sinar gamma
Cobalt-60 terhadap benih sorgum varietas Durra (ICRISAT-India) dan galur
mutan harapan Zh-30. Sejumlah galur mutan telah dihasilkan di antaranya
memiliki sifat produksi biomasa tinggi, batang manis dan kualitas baik
dibandingkan dengan kontrol (Sihono et al. 2010).

METODE PENELITIAN

Lokasi Penelitian dan Waktu Penelitian
Kegiatan penelitian ini dilakukan di Kebun Percobaan Kaum Pandak,
Balai Penelitian Ternak, Desa Pasir Jambu, Kecamatan Sukaraja - Bogor, Jawa
Barat pada bulan Desember 2013 sampai dengan Mei 2014.

4
Bahan Penelitian
Bahan tanaman yang digunakan dalam penelitian ini adalah tiga galur
sorgum manis mutan G8, G9 dan G10, serta tiga varietas sorgum sebagai
pembanding yaitu varietas Pahat, Kawali dan Mandau. Galur G8, G9 dan G10
adalah galur sorgum manis generasi M11 hasil irradiasi sinar gamma cobalt-60
dosis 300 Gy terhadap varietas Pahat oleh Pusat Aplikasi Teknologi Isotop dan
Radiasi, Badan Tenaga Nuklir Nasional (PATIR, BATAN). Bahan pupuk yang
digunakan meliputi urea (45% N), SP-36 (36% P2O5) dan KCl (50% K2O),
dengan dosis masing – masing 150 kg ha-1, 100 kg ha-1, dan 90 kg ha-1. Untuk
pengendalian hama penyakit digunakan pestisida yang mengandung bahan aktif
carbofuran.
Peralatan Penelitian
Alat – alat yang digunakan diantaranya adalah alat pertanian sederhana
(cangkul, kored, tugal, arit, garu dan ajir), label, tali, jangka sorong, meteran,
sungkup, kertas label, timbangan analitik, gunting pangkas dan refraktometer
untuk mengukur brix batang sorgum.
Prosedur Percobaan
Galur – galur sorgum manis yang diuji ditanam dalam masing - masing
plot berukuran 4 m x 5 m dengan jarak tanam 75 cm antar barisan dan 15 cm
dalam baris.
Persiapan lahan dan penanaman
Pengolahan lahan dilakukan pada sebulan sebelum penanaman berupa
pembersihan lahan, pengolahan tanah dan pembuatan petakan. Dua minggu
sebelum penanaman dilakukan aplikasi pupuk kandang pada tanah dengan dosis 2
ton ha-1. Masing – masing plot berukuran 4 m x 5 m dengan jarak tanam 75 cm
antar barisan dan 15 cm dalam baris, jarak antar blok masing – masing 1 meter.
Penanaman dilakukan ± 4 biji/lubang dengan aplikasi carbofuran sebanyak ± 5
butir/lubang. Penjarangan dilakukan pada 4 minggu setelah tanam (MST) dengan
menyisakan satu tanaman utama.
Pemupukan dan pemeliharaan tanaman
Pemupukan dilakukan dengan menggunakan pupuk Urea, SP36 dan KCl
dengan dosis masing – masing 150 kg ha-1, 100 kg ha-1, dan 90 kg ha-1. Pada
pupuk urea, aplikasi dilakukan sebanyak 1/3 bagian pada saat tanam dan 2/3
bagian pada saat setelah penjarangan atau saat tanaman berumur 30 hari setelah
tanam. Penyiangan gulma dan pembumbunan dilakukan secara manual
menggunakan alat pertanian sederhana. Aplikasi carbofuran di bagian pucuk daun
diaplikasikan pada 8 MST untuk mengendalikan hama tanaman yang menyerang
daun.

5
Panen dan pasca panen
Pemanenan dilakukan sesuai dengan umur panen masing – masing galur
sorgum manis, sehingga panen dilakukan tidak serempak. Pemanenan dilakukan
jika 80% tanaman dalam plot sudah masak. Pemotongan batang sorgum tepat
pada permukaan tanah dan ditimbang bobot biomasa masing – masing plot,
setelah itu dilakukan pemisahan bagian malai dari batang. Untuk batang dilakukan
pemerasan ruas batang dan diukur kadar nira batang sorgum manis masing –
masing plot menggunakan refraktometer. Perlakuan pasca panen biji dilakukan
dengan penjemuran biji di bawah sinar matahari.
Pengamatan dilakukan terhadap setiap plot yang terdiri dari 10 tanaman
contoh. Peubah yang diamati meliputi fase pertumbuhan vegetatif dan generatif
tanaman sorgum serta pengamatan setelah pasca panen kering jemur dibawah
sinar matahari selama 7 hari.
Peubah yang diamati pada fase pertumbuhan vegetatif dan fase pertumbuhan
generatif :
1. Tinggi tanaman, diukur dari permukaan tanah sampai ujung malai utama.
2. Diameter pangkal batang, diukur pada ruas kedua menggunakan jangka sorong
mulai dari 3 MST hingga pertumbuhan vegetatif berakhir.
3. Jumlah daun, dihitung jumlah daun mulai dari 2 MST hingga pertumbuhan
vegetatif berakhir.
4. Jumlah ruas batang/tanaman, dihitung dari ruas pertama di atas permukaan
tanah hingga tempat muncul daun bendera pada saat pertumbuhan vegetatif
berakhir.
5. Panjang ruas batang, dihitung dari jarak antara dua buku pada ruas batang
kedua dan ketiga.
6. Umur saat berbunga dari masing – masing plot, dihitung pada saat bunga
muncul 50%/plot.
7. Umur panen dari masing – masing plot, ditentukan pada saat 80% dari populasi
tanaman dalam petak sudah masak.
8. Bobot biomasa/plot, dihitung dengan menimbang brangkasan 10 tanaman
contoh pada masing – masing plot.
9. Kadar nira batang (°Brix), diambil dari perasan batang tanaman contoh dan
diukur menggunakan refraktometer.
Peubah yang diamati setelah pasca panen dikeringkan dibawah sinar matahari
selama 7 hari :
1. Panjang malai, diukur dari leher sampai ke ujung malai.
2. Bobot biji/malai utama pipilan (g), ditimbang setelah malai kering dengan
kadar air 10 – 13 %.
3. Bobot 1000 butir (g), diukur dengan penimbangan setelah biji dikeringkan
dengan kadar air 10 – 13 %.
4. Produktivitas biji (ton ha-1).
Analisis Data
Rancangan percobaan yang digunakan adalah Rancangan Kelompok
Lengkap Teracak (RKLT) satu faktor yaitu galur – galur sorgum manis dengan
tiga ulangan (Lampiran 1). Model linear yang digunakan adalah:
Yij = � + �� + �� + ��� ; (i=1,…t, j=1,…r)

6
Keterangan :
Yij = pengamatan pada perlakuan ke-i dan ulangan ke-j
� = rataan umum
�� = pengaruh perlakuan ke-i
�� = pengaruh kelompok ke-j
��� = pengaruh galat perlakuan terhadap perlakuan ke-i dan kelompok ke-j.

Pengolahan data pertumbuhan vegetatif generatif dan komponen hasil
dianalisis menggunakan uji F dengan selang kepercayaan 95%. Jika terdapat
pengaruh nyata maka dilakukan uji lanjut dengan uji DMRT pada taraf α = 5 %.
Uji korelasi juga digunakan untuk mengetahui keeratan hubungan antar karakter
yang diuji.

HASIL DAN PEMBAHASAN

Kondisi Umum Penelitian
Fase vegetatif tanaman sorgum manis dapat dilihat mulai dari biji
berkecambah hingga fase vegetatif maksimum yang ditandai dengan munculnya
daun bendera pada ujung batang tanaman. Pada fase vegetatif terjadi pertumbuhan
akar, batang dan daun. Laju pertumbuhan tanaman sorgum manis pada fase ini
dapat diukur dengan mengamati pertambahan tinggi tanaman, diameter batang
tanaman dan jumlah daun tanaman setiap minggu, mulai dari 2 MST hingga fase
vegetatif maksimum yaitu pada 9 MST untuk peubah tinggi tanaman dan jumlah
daun sedangkan diameter batang tanaman diukur mulai 3 MST hingga 9 MST.

2 MST

3 MST

4 MST

6 MST
7 MST
8 MST
Gambar 1 Pertumbuhan tanaman galur-galur sorgum manis

5 MST

9 MST

7
Pengukuran diameter batang tanaman dilakukan mulai 3 MST disebabkan
oleh tanaman belum layak untuk dilakukan pengukuran diameter batang pada 2
MST karena batang tanaman terlalu kecil dan lemah. Kondisi tanaman pada awal
pertumbuhan menunjukkan vegetatif yang lambat, namun setelah dilakukan
pemupukan kedua pada 4 MST, tanaman mulai menunjukkan pertumbuhan yang
baik (Gambar 1). Pertumbuhan yang baik juga dapat disebabkan oleh kegiatan
pengendalian gulma dan penjarangan tanaman, sehingga tanaman sorgum manis
tidak memiliki kompetisi dalam mendapatkan hara dengan tanaman yang tidak
diharapkan dalam populasi.
Perkembangan tanaman selama penelitian tidak mengalami gangguan yang
disebabkan oleh penyakit, karena galur tanaman sorgum manis yang ditanam
merupakan galur yang berasal dari tetua varietas Pahat yang memiliki keunggulan
tahan terhadap hama dan penyakit. Pencegahan terjadinya serangan ulat daun
dilakukan aplikasi carbofuran pada bagian pucuk daun pada 8 MST. Serangan
burung terjadi pada saat tanaman memasuki masa pengisian biji, sehingga untuk
mencegah serangan hama burung tersebut malai sorgum manis disungkup
menggunakan sungkup jaring pada saat penyerbukan selesai.
Pengamatan pertumbuhan awal yaitu daya tumbuh galur mutan sorgum
manis. Rata – rata daya tumbuh galur mutan sorgum manis generasi M11 berkisar
91.6-100%. Pada penelitian ini curah hujan rata-rata pada saat fase vegetatif
sekitar 559.5 mm sehingga tidak dilakukan penyiraman.

Fase Pertumbuhan Vegetatif Tanaman Sorgum Manis
Hasil analisis ragam (Tabel 1) menunjukkan bahwa galur yang diuji
memiliki tinggi tanaman, jumlah daun dan diameter batang yang berbeda nyata
antar genotipe. Pertumbuhan vegetatif cenderung mengalami peningkatan setiap
minggu pengamatan.
Tinggi tanaman sorgum manis
Pertumbuhan tinggi tanaman sorgum manis dapat dilihat pada Tabel 1.
Berdasarkan data yang diperoleh pada penelitian ini, galur G10 menunjukkan
pertumbuhan tinggi tanaman lebih baik mulai dari 2 MST hingga 9 MST
dibandingkan dengan galur G8, G9 dan tiga varietas pembanding serta pada fase
vegetatif maksimum tinggi tanaman sorgum manis galur G10 mencapai 171.30
cm. Pada awal masa pertumbuhan, varietas Kawali memiliki tinggi tanaman
paling rendah dibandingkan galur-galur yang diuji yaitu 15.43 cm dan mengalami
kenaikan tinggi tanaman yang signifikan pada 8 MST yaitu mencapai tinggi
146.27 cm.
Pertumbuhan
tinggi tanaman menunjukkan perbedaan yang nyata
berdasarkan analisis ragam pada 4 MST dan 9 MST antar genotipe yang diuji.
Galur G10 memiliki tinggi tanaman tertinggi pada 4 MST yaitu 58.57 cm dan
171.30 cm pada 9 MST. Varietas Pahat merupakan induk dari galur-galur hasil
mutasi yang diuji pada penelitian ini, berdasarkan data pada Tabel 1 varietas Pahat
memiliki tinggi tanaman pada awal masa pertumbuhan cukup baik yaitu 17.90 cm,
namun pada minggu-minggu pengamatan selanjutnya laju pertambahan tinggi
tanaman relatif lebih rendah, hingga pada masa pertumbuhan vegetatif maksimum

8
varietas Pahat memiliki tinggi tanaman paling rendah dibandingkan galur-galur
yang diuji, varietas Kawali dan Mandau yaitu 118.85 cm. Hal yang sama terjadi
pada varietas Mandau, laju pertumbuhan tinggi tanaman varietas Mandau
cenderung lebih rendah dibandingkan galur-galur yang diuji.
Tabel 1 Pertumbuhan vegetatif galur-galur mutan sorgum manis
Umur
(MST)

kk
(%)

2
3
4
5
6
7
8
9

14.80
17.17
14.21
15.12
13.65
13.28
15.74
14.37

2
3
4
5
6
7
8
9

7.97
7.85
14.31
8.01
6.71
8.13
9.32
7.09

3
4
5
6
7
8
9

26.11
24.75
19.59
18.13
15.50
11.61
12.94

Genotipe
G8
G9
G10
Pahat
Kawali
Mandau
---------------------------Tinggi Tanaman (cm)----------------------------16.56
17.13
19.12
17.90
15.43
20.29
30.72
29.31
39.23
35.06
29.62
37.60
44.95ab
48.56ab
58.57a
47.74ab
43.70b
57.21ab
70.21
73.94
90.44
75.50
70.31
85.43
92.19
95.43 116.24
103.11
100.52
112.14
108.27
113.69 132.11
114.31
117.47
121.12
132.79
131.97 141.67
118.66
146.27
131.67
161.17ab 152.42ab
171.3a
118.85b
163.58a
136.78ab
---------------------------Jumlah Daun (helai)------------------------------3.20
3.30
3.40
3.70
3.23
3.26
4.40
4.50
4.46
4.56
4.26
4.53
4.77
5.19
4.70
5.10
5.36
4.60
5.03
5.27
5.16
5.54
5.87
5.19
4.90c
5.98ab
5.10c
5.59abc
6.15a
5.29bc
5.01b
5.68ab
5.15b
5.90ab
6.24a
5.71ab
5.40c
6.05abc
5.80bc
6.76ab
6.96a
6.40abc
b
b
b
a
a
6.36
6.16
6.27
7.43
7.43
7.23a
--------------------------Diameter Batang (mm)----------------------------2.17
2.60
3.23
3.69
2.81
3.31
2.73
3.65
3.59
4.54
3.38
4.06
6.07b
7.88ab
8.21ab
9.52a
8.52ab
8.46ab
9.58
11.33
11.11
12.62
11.68
11.65
11.64
12.96
12.74
14.78
14.02
13.41
13.9b
14.60ab
13.86b
18.09a
16.66ab
15.68ab
15.23
15.01
14.27
18.20
17.59
16.90

a

Angka yang diikuti huruf berbeda pada baris yang sama menunjukkan hasil yang berbeda nyata
menurut uji DMRT pada taraf α = 5 %

Berdasarkan peubah tinggi tanaman pada fase pertumbuhan vegetatif
(Gambar 2), galur G8, G9 dan G10 memiliki tinggi tanaman yang lebih baik
dibandingkan dua varietas pembanding yaitu varietas Pahat dan varietas Mandau,
dan hanya galur G10 yang memiliki tinggi tanaman lebih baik dibandingkan
semua varietas pembanding.
Tinggi tanaman merupakan salah satu karakter agronomis yang dapat
menunjukkan laju pertumbuhan tanaman, dalam pemuliaan tanaman sorgum
manis peubah tinggi tanaman menjadi penting untuk diperbaiki karena salah satu
pemanfaatan sorgum manis adalah sebagai penghasil bioetanol yang dapat
dihasilkan dari nira yang terkandung di dalam batang sorgum manis sehingga
selain diameter batang, tinggi tanaman menjadi faktor penentu dari produksi nira
yang dihasilkan oleh tanaman sorgum manis. Tanaman sorgum manis yang akan
terus dikembangkan adalah tanaman yang memiliki tinggi tanaman berkisar antara
150-160 cm hal ini bertujuan untuk memudahkan pemeliharaan dan pemanenan

9
oleh petani. Menurut Roesmarkam et al. (1985) ciri varietas unggul yang
dikehendaki pada pemulian sorgum bukan tanaman yang tinggi melainkan
tanaman dengan tinggi berkisar antara 100-140 cm. Tinggi tanaman yang sedang
diharapkan dapat menghasilkan bobot biomasa tinggi yang berkorelasi positif
terhadap produksi nira yang dihasilkan, selain itu tanaman tidak terlalu tinggi
dapat meminimalisasi tingkat kerebahan karena angin.

G8

G9

G10

Pahat

Kawali

Mandau

Gambar 2 Keragaan tinggi tanaman sorgum manis pada fase pertumbuhan vegetatif
maksimum.

Jumlah daun tanaman sorgum manis
Pertumbuhan vegetatif jumlah daun dapat dilihat pada Tabel 1. Pada 2 MST
galur G8 memiliki jumlah daun rata-rata terendah yaitu 3.20 helai dan varietas
Pahat memiliki jumlah daun rata-rata tertinggi yaitu 3.70 helai. Berdasarkan
analisis ragam pada Tabel 1, pertumbuhan jumlah daun tanaman sorgum manis
menunjukan perbedaan yang nyata pada 6 MST hingga 9 MST, varietas Kawali
memiliki jumlah daun terbanyak dibandingkan dengan genotipe lainnya pada 6
MST hingga 9 MST.
Pertumbuhan jumlah daun tanaman sorgum manis galur G8 menunjukkan
peningkatan mulai dari 2-5 MST, mengalami penurunan jumlah daun pada 6 MST
dan kembali menunjukkan peningkatan jumlah daun pada 7-9 MST. Galur G9
menunjukkan peningkatan jumlah daun pada 2-6 MST, 8-9 MST, penurunan
jumlah daun 7 MST, hal ini dapat disebabkan oleh laju penambahan daun baru
yang membuka sempurna lebih rendah dibandingkan dengan laju pengeringan
daun tua sehingga pada 7 MST terjadi penurunan jumlah daun tanaman. Galur
G10 mengalami peningkatan jumlah daun tanaman pada 2-5 MST dan 7-9 MST,

10
sedangkan penurunan jumlah daun tanaman pada 6 MST. Hal yang berbeda
terjadi pada varietas Pahat, Kawali dan Mandau yang mengalami peningkatan
jumlah daun setiap minggunya, ini menunjukkan bahwa laju penambahan daun
baru pada tanaman sorgum manis varietas ini lebih besar dibandingkan dengan
laju pengeringan daun tua.
Pertumbuhan vegetatif maksimum tanaman sorgum manis terjadi pada saat
tanaman berumur 9 MST yang ditandai oleh munculnya daun bendera. Jumlah
daun rata-rata galur G8, G9 dan G10 pada saat vegetatif maksimum secara
berurutan adalah 6.36 helai, 6.16 helai dan 6.27 helai, jumlah ini menunjukkan
bahwa jumlah daun galur-galur sorgum manis yang diuji tidak lebih baik
dibandingkan varietas pembanding yaitu varietas Pahat, Kawali dan Mandau yang
memiliki jumlah daun lebih banyak. Jumlah daun yang ideal untuk tanaman
sorgum berkisar antara 10-13 helai (Balitsereal 2012). Keragaan jumlah daun
varietas Kawali di lapang tersusun sangat rapat dan memiliki tinggi tanaman yang
tergolong pendek, hal ini berbanding terbalik dengan galur G10 yang memiliki
tinggi tanaman sedang namun daun tanaman tersusun renggang sehingga jumlah
daun yang dimiliki sedikit.
Jumlah daun merupakan bagian tanaman yang penting untuk diamati pada
pertumbuhan vegetatif karena sebagian besar kegiatan fotosintesis terjadi di daun.
Perhitungan jumlah daun dilakukan hanya pada daun yang masih berwarna hijau
dan memiliki kemampuan untuk melakukan fotosintesis.
Diameter batang tanaman sorgum manis
Pertumbuhan diameter batang tanaman sorgum manis pada fase vegetatif
cenderung mengalami peningkatan setiap minggunya mulai dari 3 MST hingga
vegetatif maksimum pada 9 MST. Berdasarkan data pada Tabel 1, terjadi
peningkatan ukuran diameter batang galur-galur sorgum setiap minggunya hingga
pertumbuhan vegetatif maksimum. Varietas Pahat, Kawali dan Mandau memiliki
ukuran diameter batang yang lebih baik dibandingkan dengan tiga galur yang
diuji, yaitu G8, G9 dan G10.
Pertumbuhan diameter batang tanaman galur sorgum manis G8, G9 dan G10
cenderung memiliki pola pertumbuhan yang sama dan ukuran diameter batang
yang tidak jauh berbeda, galur G8 memiliki diameter tanaman terkecil diikuti oleh
G9 dan G10 pada saat umur tanaman 3-7 MST, namun hal yang berbeda terjadi
pada saat tanaman berumur 8 MST dan 9 MST, galur G9 memiliki diameter
batang tanaman lebih besar dibandingkan G8 dan G10. Data pada Tabel 1
menunjukkan bahwa diameter batang tanaman antara genotipe yang diuji berbeda
nyata pada 5 MST dan 8 MST. Varietas Pahat memiliki diameter batang tertinggi
pada 5 MST yaitu 9.52 mm dan 8 MST sebesar 18.09 mm. Pada saat fase
vegetatif maksimum galur G8, G9 dan G10 memiliki diameter batang secara
berurut sebesar 15.23 mm, 15.01 mm, 14.27 mm.
Penambahan diameter batang tanaman mengalami peningkatan yang
signifikan terjadi pada 4-5 MST, hal ini dapat disebabkan oleh beberapa faktor
diantaranya adalah kegiatan penjarangan tanaman, pengendalian gulma,
pemupukan kedua dan pembumbunan yang dilakukan pada 4 MST atau saat
tanaman berumur 28 hari. Penjarangan tanaman dilakukan dengan cara
memangkas batang dan menyisakan satu tanaman per lubang tanam, hal ini
bertujuan agar tanaman memperoleh hara yang cukup dari tanah dan tidak terjadi

11
kompetisi antar tanaman dalam petak. Pengendalian gulma dengan sistem babat
merah yaitu gulma dibersihkan hingga perakaran diharapkan tidak terjadi
persaingan antara tanaman dan gulma yang tumbuh di sekitar ruang tumbuh
tanaman. Pada 4 MST, unsur hara pada tanah dan unsur hara yang ditambahkan
melalui pemupukan kedua mampu diserap maksimal oleh tanaman tanpa ada
persaingan dari gulma maupun tanaman yang tidak diharapkan dalam populasi
sehingga mampu menunjang pertumbuhan vegetatif tanaman sorgum manis
terutama pertambahan diameter batang tanaman.
Berdasarkan keragaan tanaman di lapangan, galur G8, G9 dan G10 memiliki
tinggi sedang dan ukuran diameter batang tanaman tidak lebih baik dari
pembanding, namun perbedaan terlihat pada tinggi tanaman pembanding yang
tergolong pendek tetapi memiliki diameter batang tanaman yang besar sehingga
tidak ada tanaman pembanding yang mengalami kerobohan.
Diameter batang tanaman sorgum manis merupakan salah satu peubah yang
digunakan untuk mengamati laju pertumbuhan vegetatif galur-galur sorgum
manis. Tanaman sorgum manis yang tinggi akan lebih tahan rebah apabila
memiliki diameter batang tanaman yang besar karena diharapkan dapat menopang
tanaman dengan baik sehingga tidak terjadi kekurangan potensi hasil akibat
kerebahan tanaman. Peubah diameter batang menjadi salah satu parameter penting
dalam penelitian ini karena diameter batang merupakan salah satu sifat tanaman
yang diharapkan menjadi lebih baik melalui teknik mutasi yang dilakukan oleh
PATIR, BATAN.
Keragaan Karakter Agronomi pada Fase Pertumbuhan Generatif dan
Komponen Hasil Galur-galur Mutan Sorgum Manis
Hasil analisis ragam pada Tabel 2 menunjukkan perbedaan yang nyata untuk
peubah tinggi tanaman, diameter batang, jumlah daun, panjang ruas, bobot
biomasa, kadar nira, bobot kering malai, panjang malai, bobot biji, bobot seribu
butir, pembungaan 50%, umur panen , produktivitas biji dan biomasa, namun
tidak berbeda nyata pada peubah jumlah ruas tanaman. Tanaman yang memiliki
tinggi tanaman tidak terlalu tinggi dan memiliki diameter batang besar merupakan
salah satu kriteria yang diinginkan pada penelitian ini. Tinggi tanaman galur
mutan sorgum manis yang diuji berkisar antara 172-176 cm. Varietas Pahat
menghasilkan tinggi tanaman dengan rata-rata 133.01 cm, lebih rendah daripada
deskripsinya (PATIR, BATAN) yaitu 142.71-151.58 cm. Varietas Kawali
menghasilkan tanaman dengan tinggi rata-rata 155.73 cm, lebih tinggi daripada
deskripsi varietas menurut Balitsereal (2012) yaitu ± 135 cm. Varietas Mandau
menghasilkan tanaman dengan tinggi rata-rata 128.16 cm, lebih tinggi daripada
deskripsi menurut Balitsereal (2011) yaitu ± 153 cm. Tinggi tanaman sedang dan
memiliki diameter batang besar diharapkan mampu menghasilkan biomasa tinggi,
memudahkan pada saat pemanenan serta dapat meminimalisasi tingkat kerebahan
karena angin. Menurut Sungkono (2010), petani menempatkan tingkat kerebahan
sebagai seleksi pertama, sehingga petani tidak akan menanam sorgum yang
mudah rebah. Tanaman sorgum terutama sorgum manis apabila mudah rebah akan
mengurangi potensi hasil yang akan diperoleh oleh petani.
Berdasarkan pengamatan di lapang dari genotipe tanaman yang diuji, tidak
terdapat tanaman yang mengalami kerobohan, hal ini dapat disebabkan oleh tinggi

12
tanaman yang tidak terlalu tinggi dan kegiatan pembumbunan yang dilakukan
tidak hanya sekali sehingga akar tanaman yang muncul ke permukaan dapat
tertutup oleh tanah lagi sehingga tidak mudah roboh oleh angin.
Salah satu pemanfaatan sorgum manis yang telah dikembangkan adalah
sebagai bahan baku bioetanol yang bersumber dari kandungan nira batang sorgum
manis dan pati yang berasal dari biji. Kandungan nira diperoleh dari pemerasan
ruas batang tanaman sorgum manis, sehingga jumlah ruas tanaman menjadi
penting untuk diamati karena tiap ruas batang yang dimiliki oleh tanaman
berpotensi untuk menghasilkan nira. Jumlah ruas batang yang banyak tidak selalu
menunjukkan produtivitas nira tinggi. Panjang ruas juga menjadi salah satu faktor
penting dalam menghasilkan nira. Rata-rata jumlah ruas batang yang dimiliki oleh
galur G8, G9 dan G10 tidak lebih baik dibandingkan varietas Pahat, Kawali dan
Mandau. Secara fenotipe varietas Pahat, Kawali dan Mandau tergolong tanaman
sorgum yang memiliki tinggi tanaman pendek, susunan daun rapat dan jumlah
ruas batang lebih banyak dari pada galur yang diuji, namun memiliki panjang ruas
batang pendek. Galur G8 memiliki panjang ruas batang terbesar yaitu 15.66 cm,
diikuti oleh G10 sebesar 14.40 cm dan G9 sebesar 11.48 cm.
Tabel 2 Nilai tengah peubah pertumbuhan generatif dan komponen hasil galurgalur mutan sorgum manis
Peubah
Tinggi tanaman (cm) **
Diameter batang (mm)**
Jumlah daun (helai)**
Jumlah ruas (buah)tn
Panjang ruas (cm)**
Bobot biomassa (g)**
Kadar nira batang (°Brix)*
Bobot kering malai (g)**
Panjang malai (cm)**
Bobot biji (g/tanaman)**
Bobot 1000 butir (g) **
Pembungaan 50% (HST)*
Umur panen (HST)**
Produktivitas biji (ton/ha)**
Produktivitas biomasa
(ton/ha)**

Kk
Genotipe
(%)
G8
G9
G10
Pahat
9.36 172.31a 172.18a
176.3a 133.01b
8.57 16.07abc 13.91cd
12.83d
18.42a
c
bc
c
10.06
5.06
6.11
5.24
6.67ab
10.50
6.61
6.99
6.85
8.06
a
b
a
13.54
15.66
11.48
14.40
6.35c
a
a
a
11.30 298.35
270.9
304.84 181.37b
b
ab
15.17
8.99
11.02
13.05a 10.05ab
ab
b
9.42 57.96
47.96
64.73a
67.04a
d
bc
d
6.96
23.37
27.36
21.10
35.96a
bc
cd
a
6.92 47.92
42.03
56.67 52.99ab
7.38
24.15d
34.58a 30.14bc 34.34ab
a
4.90
79.33
79.00a 74.00ab 69.00b
a
2.37
117.3 115.00ab 110.00bc 103.67d
6.94
3.59bc
3.15cd
4.25a
3.97ab
a
a
a
11.30
22.38
20.32
22.86
13.60b

Kawali
155.73ab
15.53bc
5.07c
7.16
11.19b
282.88a
9.07b
64.77a
30.83b
51.41ab
29.4c
74.67ab
112.67ab
3.85ab
21.22a

** = berbeda nyata pada taraf uji 1%, *=berbeda nyata pada taraf uji 5%, tn = tidak berbeda nyata;
Angka yang diikuti huruf yang sama, tidak berbeda nyata menurut uji DMRT pada taraf α=5%
dalam baris yang sama.

Kemampuan tanaman untuk mengakumulasi pertumbuhan tanaman dapat
dicerminkan oleh karakter bobot biomasa tanaman (Atklistiyanti 2014). Menurut
Human (2007), produksi biomasa yang tinggi dapat dimanfaatkan sebagai hijauan
pakan ternak. Nilai tengah bobot biomasa segar galur G8 sebesar 298.35 g, G9
sebesar 270.90 g, G10 sebesar 304.84 g. Varietas Pahat memiliki nilai tengah
bobot biomasa sebesar 181.37 g, Kawali sebesar 282.88 g dan varietas Mandau
sebesar 212.44 g. Tabel 2 menunjukkan bahwa galur G8 dan G10 memiliki nilai
tengah bobot biomasa yang lebih besar dari varietas Pahat, Kawali dan Mandau.

Mandau
128.16b
16.61ab
7.34a
7.83
6.40c
212.44b
11.18ab
48.5b
27.01c
40.57d
31.58abc
73.67ab
106.3cd
3.04d
15.94b

13
Pengujian kadar nira batang menggunakan refraktometer bertujuan untuk
mengetahui kadar gula batang tanaman sorgum manis. Alasan mendasar
dilakukan karakterisasi nira batang adalah genotipe tanaman yang diuji
merupakan sorgum manis sehingga tingkat kemanisan dari sorgum ini dapat
dinilai dari kadar gula batang, disamping itu dengan adanya penelitian ini
diharapkan pada deskripsi varietas tanaman sorgum dapat mencantumkan
karakteristik kadar gula batang. Hasil penelitian PATIR BATAN menunjukkan
bahwa kadar gula batang tanaman sorgum varietas Mandau, Numbu, Kawali,
Sangkur dan UPCA-S1 secara berurutan adalah 10.03°Brix, 5.94°Brix, 6.58°Brix,
6.62°Brix dan 9.81°Brix. Berdasarkan Tabel 2 galur G10 memiliki kadar gula
batang sebesar 13.05°Brix, lebih tinggi dibandingkan varietas Mandau yang
digunakan sebagai varietas pembanding sorgum manis. Varietas Mandau dan
Kawali memiliki kadar gula yaitu 11.18°Brix dan 9.07°Brix, lebih tinggi dari hasil
penelitian PATIR BATAN yaitu 10.03°Brix dan 6.58°Brix. Galur G9 memiliki
kadar gula batang 11.02°Brix, lebih tinggi dibandingkan varietas Pahat dan
Kawali. Galur G8 memiliki kadar gula batang paling rendah yaitu 8.99°Brix .
Karakter komponen hasil berdasarkan analisis ragam pada Tabel 2
menunjukkan bahwa galur-galur yang diuji berbeda sangat nyata untuk peubah
bobot kering malai, panjang malai, bobot biji, bobot seribu butir, umur panen,
produktivitas biji dan biomasa serta berbeda nyata untuk peubah umur berbunga.
Nilai tengah bobot kering malai galur G8 sebesar 57.96 g, galur G9 sebesar 47.96
g dan galur G10 memiliki nilai tengah bobot kering malai sebesar 64.73 g. Galur
G8 dan galur G10 memiliki nilai tengah bobot kering malai yang lebih besar dari
Mandau. Galur G9 memiliki nilai tengah bobot kering malai terkecil dibandingkan
genotipe lainnya yaitu 47.96 g.
Malai merupakan bagian utama dari tanaman sorgum manis yang
menghasilkan biji. Secara fenotipe bentuk malai dari masing-masing galur yang
diuji berbeda tergantung pada genotipe tanaman. Panjang malai dari galur-galur
yang diuji pun memiliki variasi dari pendek, hingga panjang (Gambar 3). Galur
G8 memiliki nilai tengah panjang malai sebesar 23.37 cm, G9 sebesar 27.36 cm
dan G10 sebesar 21.10 cm. Panjang malai dari galur-galur yang diuji tidak lebih
baik dibandingkan dengan varietas pembanding. Varietas Pahat memiliki nilai
tengah panjang malai terpanjang yaitu 35.96 cm, sesuai dengan deskripsi PATIR,
BATAN ± 30.41-34.32 cm. Varietas Kawali memiliki nilai tengah panjang malai
sebesar 30.83 cm, sesuai dengan deskripsi Balitsereal (2012) yaitu ± 28-29 cm.
Varietas Mandau menghasilkan tanaman dengan panjang malai 27.01 cm, lebih
panjang daripada deskripsi Balitsereal (2011) yaitu ± 23 cm. Tanaman sorgum
manis yang memiliki panjang malai terpanjang diharapkan mampu menghasilkan
biji lebih banyak sehingga akan mempengaruhi potensi hasil tanaman.

Gambar 3 Keragaman bentuk malai sorgum manis

14
Bobot biji per malai merupakan peubah komponen hasil yang diamati karena
dapat menentukan hasil produksi dan produktivitas tanaman sorgum manis. Galur
G8, G9 dan G10 memiliki nilai tengah bobot biji per malai yang lebih tinggi
dibandingkan varietas Mandau. Varietas Mandau merupakan genotipe tanaman
yang memiliki nilai tengah bobot biji per malai terendah pada penelitian ini.
Bobot biji per malai pada tanaman sorgum manis dapat dipengaruhi oleh bobot
kering malai dan panjang malai. Bobot kering malai yang tinggi akan
menghasilkan bobot biji per malai yang tinggi pula, dan sebaliknya galur yang
memiliki bobot kering malai rendah akan menghasilkan bobt biji per malai yang
rendah. Panjang malai berkaitan dengan banyaknya biji yang ada pada malai,
semakin panjang malai yang dimiliki oleh tanaman akan semakin besar ruang
pada malai untuk menghasilkan biji. Menurut Atklistiyanti (2014), tanaman yang
memiliki panjang malai yang tinggi dapat membentuk jumlah spikelet yang besar
sehingga dapat mempengaruhi potensi hasil tanaman.
Bobot seribu butir merupakan peubah komponen hasil yang menunjukkan
ukuran biji dari masing-masing galur yang diuji. Bobot seribu butir yang tinggi
menunjukkan bahwa ukuran biji dari galur tersebut besar, sedangkan bobot seribu
butir yang rendah menunjukkan bahwa ukuran biji dari galur tersebut kecil. Galur
G8 memiliki nilai tengah bobot seribu butir terendah dibandingkan genotipe
lainnya yaitu 24.15 g, hal ini menunjukkan bahwa ukuran biji dari galur G8 kecil.
Galur G10 memiliki nilai tengah bobot seribu butir sebesar 30.14 g, lebih besar
dibandingkan dari varietas Kawali. Varietas Pahat memiliki nilai tengah bobot
seribu butir sebesar 34.34 g. Galur G9 memiliki ukuran biji paling besar diantara
genotipe lainnya karena memiliki nilai tengah bobot seribu butir paling tinggi
yaitu 34.58 g.

Gambar 4 Warna biji sorgum manis
Pengamatan terhadap warna biji secara visual menunjukkan perbedaan antar
genotipe yang diuji. Gambar 4 menunjukkan bahwa galur G8 dan G10 memiliki
warna biji putih susu, yang membedakan antar galur ini adalah ukuran biji galur
G10 lebih besar dibandingkan galur G8. Galur G9 memiliki warna biji abu-abu
kemerahan dan memiliki ukuran biji yang besar. Varietas Pahat memiliki warna
biji putih berkilau, ukuran biji besar dan bersih. Varietas Kawali memiliki warna
biji kekuningan berkilau sedangkan varietas Mandau memiliki warna coklat
kekuningan dan ukuran biji relatif kecil.

15
Warna biji sorgum dapat menentukan kualitas produk olahannya, baik
digunakan sebagai bahan pangan maupun pakan ternak, biji sorgum yang
dikonsumsi sebagai bahan pangan biasanya yang berwarna putih bersih lebih
disukai oleh konsumen. Produk olahan biji sorgum yang berwarna putih bersih
sering lebih menarik apabila disajikan dalam bentuk kemasan beras, tepung halus
atau tepung kasar (Human et al. 2001).
Kemajuan dalam bidang pemuliaan tanaman telah berhasil menciptakan
varietas-varietas tanaman berumur genjah. Menurut Roesmarkam et al. (1985) ciri
varietas unggul yang dikehendaki dalam pemuliaan tanaman adalah sorgum yang
berumur 70-80 HST. Berdasarkan analisis ragam (Tabel 2) umur panen
menunjukkan perbedaan yang sangat nyata antar genotipe yang diuji. Galur G8
memiliki umur panen paling lambat dengan nilai tengah 117.3 HST. Galur G9
memiliki umur panen dengan nilai tengah 115 HST. Galur G10 memiliki umur
panen yang lebih cepat dibandingkan varietas Kawali dengan nilai tengah 110
HST. Varietas Pahat menunjukkan umur panen paling cepat dibandingkan dengan
genotipe lainnya.
Penentuan umur berbunga tanaman sorgum manis adalah saat 50% dari
populasi tanaman telah memunculkan bunga dan kecepatan berbunga dipengaruhi
oleh genotipe tanaman. Pada penelitian ini galur-galur yang diuji memiliki umur
berbunga yang berbeda nyata, galur G8 dan G9 memiliki umur berbunga yaitu
79.3 HST dan 79 HST. Varietas Pahat merupakan genotipe tanaman sorgum
manis yang memiliki umur berbunga paling cepat yaitu 69 HST.
Hasil analisis ragam pada Tabel 2 menunjukkan peubah produktivitas biji
dan produktivitas biomasa berbeda sangat nyata antara genotipe yang diuji.
Menurut Sirappa (2003), biji sorgum mengandung 65-71% pati yang dapat
dihidrolisis menjadi gula sederhana, gula sederhana yang diperoleh dari biji
sorgum selanjutnya dapat difermentasi untuk menghasilkan alkohol. Pemanfaatan
sorgum manis sebagai bahan baku industri maupun bioetanol perlu ditunjang
dengan pengadaan genetik tanaman sorgum manis yang mampu menghasilkan biji
dan biomasa tinggi.
Pada penelitian ini, galur G10 memiliki produktivitas biji dan biomasa
tertinggi yaitu 4.25 ton ha-1 dan 22.86 ton ha-1. Galur G8 memiliki produktivitas
biji dan biomasa sebesar 3.59 ton ha-1 dan 22.38 ton ha-1. Galur G9 memiliki
produktivitas biji dan biomasa sebesar 3.15 ton ha-1 dan 20.32 ton ha-1. Varietas
Pahat sebagai induk dari mutan sorgum manis yang diuji memiliki produktivitas
biji sebesar 3.97 ton ha-1, lebih rendah daripada deskripsi potensi hasil varietas
Pahat (PATIR, BATAN) yaitu 5.03 ton ha-1. Varietas Kawali memiliki
produktivitas biji sebesar 3.85 ton ha-1, lebih rendah daripada deskripsi potensi
hasil varietas Kawali (Balitsereal 2012) yaitu 4.0-5.0 ton ha-1. Varietas Mandau
memiliki produktivitas biji sebesar 3.04 ton ha-1. Menurut Atklistiyanti (2014),
produktivitas rata-rata sorgum di Indonesia baru mencapai 1.14 ton ha-1, sehingga
perbaikan varietas tanaman perlu dilakukan melalui pemuliaan tanaman.
Berdasarkan data produktivitas biji pada Tabel 2, produktivitas biji genotipe
tanaman sorgum yang diuji sudah lebih baik dibandingkan dengan produktivitas
rata-rata sorgum di Indonesia.

16
Korelasi Karakter Agronomi pada Fase Pertumbuhan Generatif dengan
Komponen Hasil Galur-galur Mutan Sorgum Manis
Korelasi menunjukkan keeratan hubungan antara dua peubah. Tujuan
dilakukannya analisis korelasi pada penelitian ini adalah untuk melihat adanya
keeratan peubah tertentu yang mempengaruhi komponen hasil biji maupun
biomasa tanaman sorgum manis. Karakter-karakter agronomi pada fase
pertumbuhan generatif yang memiliki korelasi nyata dengan komponen hasil
memberikan potensi untuk mendapatkan tanaman sorgum manis dengan
produktivitas biji dan biomasa yang tinggi. Keeratan hubungan antar karakter
ditunjukkan oleh nilai korelasi yang berada antara -1 hingga +1 dengan nilai yang
ekstrim menunjukkan tidak ada hubungan antara kedua peubah (Gomez dan
Gomez 1995).
Analisis korelasi antar karakter dalam penelitian ini menunjukkan terdapat
korelasi yang nyata antara karakter agronomi dan komponen hasil (Tabel 3).
Karakter tinggi tanaman memiliki korelasi positif dan sangat nyata terhadap
panjang ruas dan bobot biomasa, sehingga semakin besar tinggi tanaman maka
semakin besar panjang ruas dan bobot biomasa. Karakter tinggi tanaman juga
berkorelasi positif dan nyata dengan umur panen, namun berkorelasi negatif dan
nyata terhadap jumlah daun. Karakter diameter batang berkorelasi positif dan
sangat nyata dengan panjang malai, berkorelasi positif dan nyata dengan peubah
jumlah daun dan jumlah ruas, namun berkorelasi negatif dan sangat nyata dengan
kadar nira. Jumlah daun menunjukkan korelasi positif dan sangat nyata dengan
jumlah ruas, semakin banyak jumlah daun maka ruas batang yang dimiliki oleh
tanaman semakin banyak.
Karakter bobot biomasa berkorelasi positif dan sangat nyata dengan umur
panen. Karakter kadar nira tidak memiliki korelasi positif dan nyata dengan
karakter lainnya, tingkat kadar nira tanaman sorgum manis tergantung pada
genotipe yang dimiliki oleh tanaman. Bobot kering malai berkorelasi positif dan
sangat nyata dengan bobot biji per malai, semakin besar bobot kering malai maka
bobot biji per malai semakin tinggi. Umur panen tanaman sorgum manis memiliki
korelasi positif dan sangat nyata dengan umur berbunga.

17
Tabel 3 Korelasi karakter agronomi dengan komponen hasil galur-galur mutan sorgum manis
TT
DB
JD
JR
PR
BBM
KNB
BKM
tn
DB
-0.40
JD
-0.49*
0.48*
JR
-0.43tn
0.47*
0.70**
PR
0.84**
0.36tn
-0.52*
-0.53*
BBM
0.79**
0.26tn
-0.40tn
-0.41tn
0.87**
KNB
-0.09tn -0.65**
-0.16tn
-0.28tn
-0.08tn
-0.11tn
BKM
0.17tn
0.33tn
-0.09tn
0.17tn
0.26tn
0.23tn
-0.31tn
PML
-0.43tn
0.71**
0.43tn
0.56*
-0.55*
-0.45tn
-0.45tn
0.39tn
BBj
0.39tn
0.17tn
-0.18tn
0.09tn
0.40tn
0.39tn
-0.14tn
0.92**
P50
0.37tn
-0.40tn
-0.21tn
-0.37tn
0.48*
0.45tn
-0.06tn
-0.30tn
UP
0.53*
-0.40tn
-0.57* -0.72**
0.66**
0.60**
-0.09tn
-0.24tn
BS
-0.19tn
0.12tn
0.50*
0.45tn
-0.55*
-0.43tn
0.07tn
-0.02tn

PML

0.18tn
-0.47tn
-0.53*
0.54*

BBj

P50

UP

-0.33tn
-0.22tn
-0.03tn