5 M CH 3 COOH
B. 0.5 M CH 3 COOH
C. 0.5 M Mg(OH) 2
D. 0.5 M C 6 H 12 O 6
7. Larutan urea mengalami penurunan titik beku sebesar 0.372, Jika Kf = 1.86 dan Kb= 0.52, Berapa kenaikan titik didihnya
o A. 2.6 C
B. 1.04 o C
C. 0.104 o C
D. 0.26 o C
8. Larutan non elektrolit dibuat dari zat A 6 gram (Mr Zat A 60) dalam 1 liter air, dan larutan zat B dari 18 gram (Mr zat B 180).
Maka besarnya tekanan osmotik dari zat A dan B adalah
9. Tekanan uap air pada 30 o
C adalah 31.8 mmHg, jika pada
kondisi tersebut terdapat 0.056 mol fraksi zat terlarut, Berapa tekanan uap jenuh larutan.
A. 1.78 mmHg
B. 30.02 mmHg
C. 33.56 mmHg
D. 10 mmHg
10. Jika diketahui R = 0.082 L atm/mol K. 1.8 gram glukosa (BM Glukosa 180) dilarutkan ke dalam 100 mL air pada suhu 27oC, Berapa besarnya tekanan osmotik larutan
A. 2.46 atm
B. 0.246 atm
C. 0.123 atm
D. 1.23 atm
Tabel 11.1. Perbandingan larutan Sistem dispersi atau koloid merupakan bagian dari
11.3. Sistem Disersi
koloid dan suspensi campuran yang memiliki sifat khas karena memiliki ukuran partikel dengan diameter antara 1 ‐ 100 nm.
Campuran
Campuran Heterogen
Untuk itu kita tinjau kembali pembagian campuran,
Homogen
sebagaimana ditampilkan dalam bentuk Tabel 11.1. Suspensi
Koloid
Ukuran
Ukuran Ukuran
Secara kasat mata, contoh larutan yang mudah kita
partikel < 1
partikel 1 ‐ partikel
lihat seperti, larutan garam dapur, gula, cuka dan
nm
100 nm >100 nm
lainnya, sedangkan koloid misalnya sabun, susu,
Jernih
Tidak jernih Tidak jernih
mentega, agar ‐agar, cat dan lain‐lain. Untuk
Satu fase
Dua fase Dua fase
suspensi seperti campuran tepung beras dengan air,
Stabil
Umumnya Tidak stabil
dan minyak dengan air.
stabil
Tidak dapat
Hanya dapat Dapat
11.3.1. Macam-macam Koloid
disaring
disaring disaring
Sistem koloid terdiri dari dua fase, yaitu fasa dispersi
dengan
dan medium pendispersi. Kedua fasa tersebut, dapat
ultrafiltrasi
berwujud zat cair, zat padat atau berwujud gas.
Tidak
Tidak Memisah
Berdasarkan hubungan antar fase dispersi dan
memisah
memisah jika jika
medium dispersi, maka koloid dapat kita didiamkan
Cahaya yang Cahaya dan
A. Koloid yang dibentuk oleh fasa terdispersinya gas
yang
melewati partikel
dalam medium pendispersinya cair adalah buih
melewati
jelas terlihat, jelas
atau busa. Contoh untuk koloid ini adalah putih terlihat
partikel tidak
telur yang dikocok dengan kecepatan tinggi.
B. Buih atau busa padat adalah jenis koloid yang fasa terdispersinya gas dan medium
pendispersinya padat, jenis koloid ini dapat berupa batu apung dan karet busa.
C. Koloid dengan fasa terdispersi cair dan medium pendispersinya gas dikenal dengan aerosol cair.
Contoh koloid ini adalah kabut, awan, pengeras rambut (hair spray) dan parfum semprot.
D. Emulsi merupakan jenis koloid yang dibentuk oleh fasa terdispersi cair di dalam medium pendispersi cair. Emulsi dapat kita temukan
seperti susu, santan, mayonaise dan minyak ikan.
E. Koloid yang disusun oleh fasa terdispersi cair dalam medium pendispersi padat disebut
dengan emulsi padat atau gel. Koloid ini sering kita jumpai dalam keju, mentega, jeli, semir padat ataupun lem padat.
F. Aerosol padat merupakan yang disusun oleh fasa terdispersi padat dengan medium dispersinya
berupa gas. Contohnya asap dan debu di udara.
G. Sol merupakan koloid yang fasa terdispersinya berwujud padat dengan
medium pendispersinya berwujud cair. Sol
paling banyak kita jumpai seperti, agar ‐agar
panas, cat, kanji, putih telur, sol emas, sol Partikel
belerang, lem dan lumpur. terdispersi
Bergerak
zig-zag
H. Jenis koloid yang terakhir adalah koloid yang memiliki fasa terdispersi dan medium
pendispersinya zat padat, jenis koloid ini
disebut dengan sol padat. Contoh sol padat adalah; batuan berwarna, gelas berwarna,
tanah, perunggu, kuningan dan lain ‐lain. Gambar 11.8. Gerak Brown partikel koloid
Berdasarkan ukuran partikel dari fasa terdispersi
yang spesifik dan medium pendispersi yang beragam, maka koloid memiliki beberapa sifat utama yaitu :
1. Sistem koloid menunjukan adanya gerak Brown yaitu pergerakan yang tidak teratur (zig ‐zag)
dari partikel ‐partikel koloid, gerakan diamati oleh Robert Brown. Gerakan ini terjadi secara
terus menerus akibat dari tumbukan yang tidak seimbang antara medium koloid dengan
partikel koloid. Gerak Brown dapat menstabilkan sistem koloid atau mencegah
terjadinya pengendapan. Gerakan ini hanya dapat dilihat dengan menggunakan mikroskop Gambar 11.9. Effek Tyndall dari partikel (lihat Gambar 11.8).
koloid
2. Efek Tyndall merupakan penghamburan cahaya oleh partikel ‐partikel yang terdapat dalam
sistem koloid sehingga berkas cahaya dapat dilihat jelas walaupun partikelnya tidak tampak dan efek ini diamati oleh John Tyndall. Dalam kehidupan sehari ‐hari efek Tyndal dapat diamati pada langit yang berwarna biru di siang hari karena adanya pantulan cahaya dari partikel koloid diudara. Demikian pula pada saat matahari terbenam pantulan partikel di udara memberikan warna jingga, lihat Gambar 11.9.
3. Koagulasi koloid adalah pengumpulan dan penggumpalan partikel ‐partikel koloid.
Peristiwa koagulasi terjadi pada kehidupan sehar ‐hari seperti pada pembentukan delta.
tanah liat atau lumpur terkoagulasi karena adanya elektrolit air laut. Proses koagulasi dari karet juga terjadi karena adanya penambahan asam formiat kadalam lateks. Demikian pula halnya dengan lumpur koloid dapat
Fe(OH)
dikoagulasikan dengan tawas yang bermuatan.
Fe 3
4. Sistem koloid juga memiliki daya adsorbsi yang kuat untuk menarik ion atau muatan listrik dan molekul netral. Hal ini disebabkan karena
Gambar 11.10. Adsorbsi muatan partikel koloid memiliki permukaan yang sangat
positif dari koloid Fe(OH) 3 luas. Misalnya proses penyerapan air oleh kapur
tulis, sol Fe(OH) 3+
3 dalam air mngandung ion Fe yang diadsorbsi. Sedangkan untuk yang
2 bermuatan negatif adalah molekul As ‐
2 S 3 , ion S
yang diadsorbsi. Pemanfaatan sifat adsorbsi dari koloid anatara lain dalam penjernihan air,
misalnya penggunaan tawas untuk mengikat kotoran atau zat warna dari tanah (Gambar
AsS 3 11.10).
5. Sistem koloid yang bermuatan dapat ditarik oleh
elektroda yang dialiri oleh arus listrik searah. S 2- Untuk koloid yang bermuatan negatif bergerak
menuju anoda yaitu elektroda positif dan koloid Gambar 11.11. Adsorbsi muatan yang bermuatan positif bergerak menuju katoda
negatif dari koloid As 2 S 3 atau elektroda negatif (Gambar 11.11). Berdasarkan affinitas partikel ‐partikel fase dispersi
terhadap medium dispersi, maka terdapat dua macam sistem koloid:
A. Koloid Liofil (suka cairan) : adalah koloid yang memiliki gaya tarik menarik antara partikel ‐ partikel terdispersi dengan medium pendispersi.
Medium pendispersi dalam liofil sering disebut juga dengan hidrofil. Partikel koloid juga dapat mengadsorbsi molekul cairan sehingga terbentuk selubung disekeliling partikel koloid. Keberaadan selubung inilah yang menyebabkan koloid liofil lebih stabil.
B. Koloid Liofob (takut cairan): adalah koloid yang memiliki gaya tarik menarik yang lemah antara partikel ‐partikel terdispersi dengan medium
pendispersi. Medium pendispersinya sering disebut dengan hidrofob. Pertikel ‐partikel koloid tidak dapat mengadsorbsi pelarutnya sehingga koloid ini kurang stabil dan dapat dengan mudah pendispersi. Medium pendispersinya sering disebut dengan hidrofob. Pertikel ‐partikel koloid tidak dapat mengadsorbsi pelarutnya sehingga koloid ini kurang stabil dan dapat dengan mudah
C. Koloid pelindung adalah koloid yang dapat melindung koloid lain agar tidak terkoagulasikan.
Contoh menarik adalah penambahan koloid liofil
Larutan
ke dalam liofob, dimana koloid liofob terbungkus
tidak mengumpul, seperti pembuatan es krim
agar tidak menggumpat ditambahkan gelatin. Demikian pula halnya dengan cat dan tinta
Kondensasi
memiliki koloid pelindung agar tidak mengendap atau menggumpal.
Koloid
11.3.2. Pembuatan Koloid
Koloid dapat dibuat dengan dua cara yaitu
mengubah partikel ‐partikel larutan menjadi partikel Dispersi koloid kondensasi dan memperkecil partikel
suspensi menjadi partikel koloid atau dispersi, perhatikan bagan pada Gambar 11.12.
Suspensi
Cara Kondensasi, yaitu dengan jalan mengubah
partikel ‐partikel larutan sejati yang terdiri dari molekul ‐molekul atau ion‐ion menjadi partikel‐ partikel koloid dengan beberapa teknik:
Gambar 11.12. Bagan cara Reaksi redoks
pembuatan koloid
2H 2 S (g) + SO 2(g) → 2H 2 O (l) + 3S (koloid)
Reaksi hidrolisis (penambahan molekul air)
FeCl 2(aq) +3H 2 O (l) → Fe(OH) 3(koloid) + 3 HCl (aq)
Dekomposisi
2H 3 AsO 3(aq) +3H 2 S (aq) → As 2 S 3(koloid) +6H 2 O (l)
Pergantian pelarut (metatesis)
AgNO 3(aq) + HCl (aq) → AgCl (koloid) + HNO 3(aq)
Cara Dispersi yaitu dengan jalan mengubah partikel ‐ partikel kasar menjadi partikel ‐partikel koloid, tiga teknik dapat dipergunakan seperti mekanik, peptipasi dan teknik busur Bredig.
Teknik mekanik Cara ini mengandalkan penghalusan partikel kasar
menjadi partikel koloid, selanjutnya ditambahkan ke dalam medium pendispersinya. Cara ini dipergunakan untuk membuat sol belerang dengan medium pendispersi air.
Peptipasi Pemecahan partikel kasar menjadi partikel koloid,
pemecahan dilakukan dengan penambahan molekul spesifik, seperti agar ‐agar dengan air, nitroselulosa
dengan aseton, Al(OH) 3 dengan Al(Cl) 3 dan endapan NiS ditambahkan dengan H 2 S.
Teknik busur Bredig Teknik ini digunakan untuk membuat sel logam,
logam yang akan diubah ke dalam bentuk koloid diletakan sebagai elektroda dalam medium pendispersinya dan dialiri oleh arus listrik. Atom ‐
Gambar 11.13. Koloid asosiasi yang atom logam akan terpecah dan masuk ke dalam
memiliki gugus polar dan non ‐polar medium pendispersinya.