Kecepatan Reaksi

10.1. Kecepatan Reaksi

Dalam kehidupan sehari ‐hari segala sesuatu yang berubah selalu menjadi pertanyaan kapan perubahan itu selesai, jika tidak tentu pertanyaan selanjutnya muncul berapa kecepatan perubahan. Kita ambil contoh lain, misalnya jika kita mengendarai mobil dari kota Jember ke kota Surabaya yang berjarak 200 km. Jika kita tahu waktu yang dibutuhkan misalnya 4 jam, maka kita mengetahui kecepatan rata ‐rata, atau sebaliknya jika kita mengetahui kecepatan rata ‐rata, kita dapat memprediksi waktu yang

dibutuhkan. Informasi tentang kecepatan berlangsungnya suatu reaksi

Gambar 10.1. Besarnya Energi amat penting diketahui, misalnya bagi industri dapat aktifasi dalam reaksi eksoterm dan memprediksi jumlah produk, lama waktu produksi dan

endoterm mungkin sampai dengan jumlah karyawan yang dibutuhkan dalam sebuah pabrik.

Untuk meninjau kecepatan reaksi, mari kita lihat terlebih dahulu bagaimana suatu reaksi berlangsung.

Reaksi berlangsung karena adanya partikel ‐partikel, atom atau molekul yang bertumbukan dan tidak semua

tumbukan menghasilkan reaksi, hanya tumbukan dengan energi yang cukup yang dapat menghasilkan reaksi. Energi tersebut dikenal dengan Energi aktifasi dan didefinisikan sebagai energi kinetik minimum yang harus dimiliki atau diberikan kepada partikel agar tumbukannya menghasilkan sebuah reaksi. Dalam Hubungannya dengan energi atau ∆H, maka enegi aktifasi bukan bagian dari energi tersebut seperti dapat kita lihat pada dua jenis reaksi eksoterm dan endoterm pada Gambar 10.1.

Untuk lebih mudah memahami perhatikan persamaan reaksi sebagai berikut :

Gambar 10.2. Perubahan

konsentrasi zat A dan Pada awal reaksi, yang ada hanya zat A, sedangkan zat B

meningkatnya konsentrasi dalam belum terbentuk. Selama reaksi berjalan, secara

selang waktu perlahan ‐lahan zat A berkurang, dan zat B terbentuk atau bertambah. Secara grafik dapat kita sederhanakan pada Gambar 10.2. Untuk lebih mudah memahami perhatikan persamaan reaksi sebagai berikut :

Pada awal reaksi, yang ada hanya zat A, sedangkan zat B belum terbentuk. Selama reaksi berjalan, secara perlahan ‐lahan zat A berkurang, dan zat B terbentuk atau bertambah. Secara grafik dapat kita sederhanakan pada Gambar 10.3. Sehingga kita dapat katakan bahwa kecepatan reaksi adalah berkurangnya konsentrasi zat A dalam selang waktu tertentu, dengan persamaan :

dimana V = kecepatan dalam mol/L.s ∆[A] = penurunan konsentrasi zat A dalam mol/L ∆t = Selang waktu dalam detik Gambar 10.3. Perubahan

konsentrasi zat A dan Kecepatan reaksi dapat kita ubah dalam satuan meningkatnya konsentrasi dalam

konsentrasi B, yaitu bertambahnya konsentrasi zat B selang waktu dalam selang waktu tertentu. Jika kita rumuskan :

dimana V = kecepatan dalam mol/L.s ∆[B] = pertambahan konsentrasi zat B dalam mol/L

∆t = selang waktu dalam detik

Guldenberg dan Waage mengamati kecepatan reaksi dan dan menyatakan bahwa kecepatan reaksi bergantung

pada konsentrasi dari zat yang bereaksi. Hubungan ini dirumuskan “Kecepatan reaksi pada sistem homogen (satu fase) berbanding langsung dengan konsentrasi zat ‐

zat yang bereaksi dipangkatkan dengan koefisien masing ‐ masing zat yang bereaksi sesuai dengan persamaan

reaksinya” (lihat Gambar 10.4). Perhatikan persamaan reaksi dibawah ini :

aA+ →bB

Maka menurut Guldenberg dan Waage, kecepatan reaksi zat A dan B menjadi zat C dan D adalah:

[] A

V = kecepatan reaksi k = konstanta kecepatan reaksi

Gambar 10.4. Kecepatan menurut [A] dan [B] = konsentrasi zat A dan zat B

Guldenberg dan Waage

a dan b = koefisien zat A dan zat B dalam persamaan reaksi.