PERKEMBANGAN PERKEBUNAN TEH JOLOTIGO KECAMATAN TALUN KABUPATEN PEKALONGAN TAHUN 1957 1996 (PENGARUHNYA TERHADAP KEHIDUPAN SOSIAL EKONOMI)

(1)

i

PERKEMBANGAN PERKEBUNAN TEH JOLOTIGO

KECAMATAN TALUN KABUPATEN PEKALONGAN TAHUN

1957-1996

(PENGARUHNYA TERHADAP KEHIDUPAN SOSIAL EKONOMI)

SKRIPSI

Untuk memperoleh gelar Sarjana Sosial

Oleh Vika Praharwati NIM. 3111409029

JURUSAN SEJARAH

FAKULTAS ILMU SOSIAL

UNIVERSITAS NEGERI SEMARANG

2015


(2)

(3)

(4)

(5)

v

MOTTO DAN PERSEMBAHAN “Selalu berjuang, berusahalah dan gapailah cita-citamu”

Jadikanlah sabar dan shalat sebagai penolongmu. Dan yang demikian itu sungguh berat kecuali bagi orang-orang yang khusyuk. Yaitu mereka yang yakin bahwa mereka akan menemui Rabbnya dan kembali kepadaNya (QS. Al Baqarah 45-46).

Skripsi ini sebagai bukti perjuanganku Saya persembahkan

 Untuk orang – orang yang selalu menyayangi dan memberikan motivasi saya untuk menjadi pribadi yang lebih baik

 Bapak Kukuh Eddy Pranowo (Alm) dan Ibu Hj. Retno Adi H. (Almh) yang tercinta, selalu mendukung dan mendoakan saya walau jauh disana.

 Keluarga tercinta yang mungkin tidak dapat saya sebutkan satu persatu yang selalu memberikan semangat dan doanya, sehingga dapat menyelesaikan skripsi ini

 Segenap Dosen dan Guruku, terima kasih atas ilmu yang diberikan

 Sahabat-sahabatku tercinta, mahasiswa Ilmu Sejarah ’09 kenanga bersama kalian adalah hal yang terindah yang tidak dapat dilupakan.


(6)

vi PRAKATA

Puji syukur Alhamdulillah penulis panjatkan kehadiran Allah SWT, yang telah melimpahkan rahmat, taufik dan hidayah- Nya, serta limpahan Sholawat dan salam penulis haturkan kepada junjungan Nabi Muhammad SAW yang mengajarkan kepada kita semua agar senantiasa bersyukur kepada-Nya. Rasa syukur penulis haturkan kepada Allah SWT karena telah diberikan kemudahan, kelancaran dan semangat dalam menyelesaikan skripsi ini. Bagi penulis, lulus tepat waktu atau molor adalah suatu pilihan yang ada pada pribadi masing- masing. Penulis berharap agar skripsi ini bukan karya terakhir dari penulis, semoga suatu saat penulis bisa membuat karya yang dapat bermanfaat bagi masyarakat pada umumnya.

Pada kesempatan ini penulis ingin mengucapkan terima kasih kepada berbagai pihak yang telah memberikan dukungan dan bantuan pada penulis baik secara langsung maupun tidak langsung. Pada hakekatnya penulis adalah makhluk sosial yang tidak bisa hidup sendiri. Penulis membutuhkan dukungan, semangat, bantuan dan bimbingan dari orang lain. Penulis mengucapkan terima kasih yang sebesar- besarnya kepada:

1. Prof. Dr. Fathur Rokhman, M. Hum,Rektor Universitas Negeri Semarang yang telah memberikan kesempatan pada penulis untuk menimba ilmu dengan segala kebijakannya.

2. Dr. Subagyo M.Pd.Dekan Fakultas Ilmu Sosial Universitas Negeri Semarang.


(7)

vii

3. Arif Purnomo, S.Pd, S.S, M.Pd.Ketua Jurusan Sejarah Universitas Negeri Semarang, terima kasih atas nasehat, petuah dan kebijakan yang membantu penulis selama proses perkuliahan.

4. Drs. Bain, M. Hum.Dosen Pembimbing yang senantiasa memberikan bimbingan, semangat dan nasehat dalam menyelesaikan skripsi ini.

5. Segenap Dosen Jurusan Sejarah Universitas Negeri Semarang yang telah memberikan bekal ilmu pada penulis.

6. Bapak Taryadi selaku informan kunci, semua karyawan PTPN IX (Persero), dan seluruh pihak yang telah membantu untuk menyelesaikan tulisan ini.

Semoga skripsi ini bisa bermanfaat bagi semua pihak. Penulis berharap skripsi ini dapat memberikan manfaat dan kontribusi pada dunia pendidikan. Akhir kata, penulis mengucapkan terima kasih banyak dan selamat membaca.

Semarang, Maret 2015


(8)

viii SARI

Vika Praharwati. 2015. Perkembangan Perkebunan Teh Jolotigo Kecamatan Talun Kabupaten Pekalongan Tahun 1957-1996 (Pengaruhnya Terhadap Kehidupan Sosial Ekonomi). Skripsi, Jurusan Sejarah, Fakultas Ilmu Sosial, Universitas Negeri Semarang.

Kata Kunci: Perkembangan, Perkebunan, Sosial, Ekonomi

Perkebunan teh Jolotigo merupakan salah satu usaha yang dikelola oleh PTP. Nusantara IX (Persero) Devisi Tanaman Tahunan yang merupakan salah satu Badan Usaha Negara (BUMN). PTP. Nusantara IX mengelola 15 unit kebun teh dan 8 pabrik gula yang tersebar diseluruh Jawa Tengah. Perkebunan teh Jolotigo terletak diantara di Kecamatan Talun Kabupaten Pekalongan dan jenis tanaman yang dihasilkan antara lain kopi, teh, kina dan karet. Berdasarkan dengan keberadaan Perkebunan Teh Jolotigo dalam penelitian ini, muncul beberapa permasalahan, yaitu: (1) Bagaimana perkembangan perkebunan teh Jolotigo di Kecamatan Talun Kabupaten Pekalongan dari tahun 1957-1990, (2) Bagaimana pengaruh perkebunan teh Jolotigo terhadap kehidupan sosial ekonomi masyarakat Kecamatan Talun Kabupaten Pekalongan tahun 1957-1990.

Peneliti menggunakan metode penelitian sejarah, yaitu heuristik, kritik sumber, interpretasi, dan historiografi. Teknik mendapatkan sumber penulis lakukan dengan observasi, wawancara, dokumen, studi pustaka dan studi dokumen. Dalam penelitian ini penulis mendapatkan sumber sejarah dari wawancara dan didukung dengan dokumen dari Perkebunan Teh Jolotigo, Perpustakaan dan Arsip Kabupaten Pekalongan dan Perpustakaan Daerah Provinsi Jateng.

Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan dapat diperoleh informan bahwa perkembangan Perkebunan Teh Jolotigo pada masa Pemerintahan Belanda, komoditi yang ditanam ada 4 yaitu: kopi, teh, kina dan karet. Pada jaman itu peralatan masih sangat sederhana dan masih menggunakan tenaga manusia. (1) Perkembangan Perkebunan Teh Jolotigo pada awal kepemimpinan Belanda bisa dikatakan sangat baik, karena pada waktu itu Belanda menggunakan sistem suatu manajemen perkebunan yang menerapkan pelestarian lingkungan. Pada masa Pemerintahan Belanda, perkebunan Jolotigo ditanami tanaman Kopi lalu dirasa tidak cocok lalu diganti Teh, Kina, dan Karet. Pada masa ini semua peralatan sangat minim dan memakai peralatan sedarhana, bahkan tempat pemetikannyapun jauh dari pabrik. Teh yang dihasilkan adalah teh hitam dan pemasarannya hanya ke Eropa. Pada masa Pemerintahan Jepang semuanya dipangkas habis, sehingga mengurangi pemasukan perekonomian terhadap perkebunan. Dampakanya masa Pemerintahan RI perkebunan di bawah Administratur R. Soemardjo. Pada tahun 1960 pabrik dibangun, lalu administratur yang pertama dirangkep menjadi pimpimnan dan sinder. Teh yang dihasilkan adalah teh hitam lalu mulai di export ke berbagai negara tetangga. (2) Sumbangan


(9)

ix

yang diberikan oleh Perkebunan teh Jolotigo terhadap kehidupan sosial ekonomi masyarakat Kecamatan Talun Kabupaten Pekalongan anatara lain: a). Dari segi sosial semakin meningkatnya kesadaran penduduk akan pentingnya pendidikan, b). Dari segi ekonomi kesejahteraan masyarakat semakain meningkatnya terlihat dari alat-alat transportasi, membuka luas kesempatan kerja, meningkatnya kesejahteraan keluarga baik di bidang kesehatan, pendidikan, atapun pemenuhan kebutuhan sehari-hari.


(10)

x DAFTAR ISI

Hal

PERSETUJUAN PEMBIMBING ... i

PENGESAHAN KELULUSAN ... ii

PERNYATAAN ... iii

MOTTO DAN PERSEMBAHAN ... iv

PRAKATA ... v

SARI... vi

DAFTAR ISI... viii

DAFTAR TABEL... x

DAFTAR LAMPIRAN ... xi

BAB I PENDAHULUAN ... 1

A. Latar Belakang Masalah ... 1

B. Rumusan Masalah ... 4

C. Tujuan Penelitian ... 5

D. Manfaat Penelitian ... 5

E. Ruang Lingkup Penelitian... 6

F. Tinjauan Pustaka...6

G. Metode Penelitian. ... 8

BAB II KONDISI GEOGRAFIS DAN DEMOGRAFISPERKEBUNAN TEH JOLOTIGO. ... 16

A. Lokasi Perkebunan Teh Jolotigo... 16


(11)

xi

C. Kondisi Geografis ... 24

D. Kondisi Demografis... 27

BAB III PERKEMBANGAN TEH JOLOTIGO KECAMATAN TALUN 1957-1990... 29

A. Sejarah Berdirinya Perkebunan Teh Jolotigo... 29

1. Pada Masa Penjajahan Belanda... 29

2. Pada Masa Penjajahan Jepang... 34

4.Pada Masa Kemerdekaan... 38

B. Sejarah Perkebunan Teh Jolotigo Sampai Tahun 1957 ... 39

C. Nasionalisasi Perkebunan Teh Jolotigo... 43

D. Perkembangan Perkebunan Teh Jolotigo Kecamatan Talun Kabupaten Tahun 1957-1990... 44

BAB IV PENGARUH PERKEMBANGAN PERKEBUNAN TEH JOLOTIGO TERHADAP KEHIDUPAN SOSIAL EKONOMI MASYARAKAT KECAMATAN TALUN KABUPATEN PEKALONGAN... 63

A. pengaruh Perkebunan Teh Jolotigo Sosial Ekonomi... 63

B. Pengaruh Perkebunan Teh Jolotigo Terhadap Kehidupan Sosial Masyarakat Kecamatan Talun... 66

C. Pengaruh Perkebunan Teh Jolotigo Terhadap Kehidupan Ekonomi Masyarakat Kecamatan Talun... 69

BAB V PENUTUP…... 73


(12)

xii


(13)

xiii

DAFTAR TABEL

Hal Tabel 1: Luas areal Perkebunan XVII (Persero) Bagian Selatan... 20

Tabel 2 : Luas areal PT Perkebunan XVIII (Persero) Bagian Utara... 22

Tabel 3 : Luas areal PT Perkebunan XVIII (Persero) Bagian Doro... 23

Tabel 4: Keadaan Penduduk Kecamatan Talun menurut umur dan jenis kelamin tahun 1960,1980, dan 1990... 27

Tabel 5: Nama Administratur Kebun Jolotigo dari tahun 1875 s/d 2012... 42

Tabel 6 : Produksi Teh Per Tahun (Kg. Kering Budidaya Teh) 1974 s/d 1979.... 56

Tabel 7: Jenis Teh, Pemasaran, dan Pengelompokkan Mutu Teh Produksi PT Perkebunan Jolotigo... 57

Tabel 8 : Jumlah Karyawan Di PTP Nysantara IX Jolotigo... 59

Tabel 9 : Mata pencaharian penduduk Kecamtan Talun tahun 1960, 1980, dan 1990... 65

Tabel 10 : Sarana transportasi masyarakat Kecamtan Talun tahun 1960, 1980, dan 1990... 58


(14)

1 BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Perkebunan Indonesia sudah diperkanalkan oleh pemerintah kolonial Belanda sejak datang ke Indonesia dengan keuntungan yang melimpah.Hal tersebut merupakan salah satu sisi sejarah yang mempunyai pengaruh cukup luas bagi Indonesia dalam waktu yang cukup panjang.Belanda sebagai salah satu negara penjajah mempunyai peran dalam sejarah Perkebunan terutama yang meletakkan dasar bagi perkebunan di Indonesia. Tujuan dari kebijakan Perkebunan adalah meningkatkan penghasilan devisa, dan memperluas lapangan kerja bagi masyarakat sekitar.

Perkebunan mulai masuk ke Indonesia sebagai sistem perekonomian komersial yang bercorak kolonial.Istilah ini berbeda dengan istilah sistem kebun pada negara jajahan sebelum masa pra kolonial.Sistem kebun dipahami sebagai salah satu bagian dari sistem pertanian tradisional yang merupakan usaha tambahan / pelengkap, Dalam kapitalis sistem perkebunan dipahami sebagai bentuk usaha pertanian skala besar dan kompleks.

Perkebunan merupakan salah satu bagian dari sektor pertanian yang mempunyai peranan penting dalam meningkatkan pertumbuhan perekonomian Nasional.Bidang usaha perkebunan terdiri dari usaha budidaya perkebunan dan usaha industri perkebunan. Usaha industri perkebunan meliputi industri gula pasir


(15)

2

dari tebu, teh hitam dan teh hijau, kopi, kakao, kina, karet kelapa sawit, lada serta industri perkebunan lainnya.

Perkebunan besar di Indonesia dalam perkembangannya tidak lepas dari sistem penjajahan Belanda.Masyarakat Indonesia semula hanya mengenal sistem pangan.Namun, abad ke- 17 Belanda telah mengubah pertanian dengan sistem perkebunan (Mubyarto, 1992: 15).

Menurut catatan sejarah, tanaman teh sudah dikenal sejak abad ke-17.Tanaman ini telah diperkenalkan oleh para penjajah Belanda yang datang di Pulau Jawa. Dengan cara ini penduduk kemudian mengenal cara bercocok tanam teh. Pembudidayaan teh pada saat itu masih menggunakan sarana dan prasarana yang sederhana.Kepemilikan teh itu sendiri sifatnya adalah milik pribadi yaitu milik para penjajah Belanda, di mana mereka mempunyai modal yang cukup guna pembangunan perkebunan (Sugiyanti, 2007: 1).

Perkebunan Indonesia sudah diperkenalkan oleh pemerintah kolonial Belanda sejak datang ke Indonesia dengan keuntungan yang melimpah.Hal tersebut merupakan salah satu sisi sejarah yang mempunyai pengaruh cukup luas bagi bangsa Indonesia dalam waktu yang cukup panjang.Belanda sebagai salah satu negara penjajah mempunyai peran dalam sejarah Perkebunan terutama yang telah meletakkan dasar bagi Perkebunan di Indonesia. Pada dasarnya tujuan dari kebijaksanaan Perkebunan adalah meningkatkan penghasilan devisa.

Pendapatan petani Perkebunan, memperluas lapangan kerja dan meningkatkan hasil-hasil Perkebunan bagi sektor-sektor lain terutama sektor


(16)

3

industri.Usaha Perkebunan rakyat di Indonesia melibatkan petani dalam jumlah yang banyak, oleh karena itu sub sektor Perkebunan rakyat merupakan lapangan kerja bagi penduduk pedesaan serta menjadi sumber utama pendapatan penduduk.

Sebagai salah satu sektor yang diandalkan, Perkebunan dituntut untuk ikut bertanggung jawab dalam menangani masalah pengangguran yang semakin banyak dari tahun ketahun. Selain tanggung jawab tersebut, tanggung jawab lain yang harus dipikul adalah peningkatan kesejahteraan tenaga kerja dan keluarga (Mubyarto, 1992: 187).

Produksi perkebunan teh di Indonesia mengalami pasang surut.Keadaan tersebut dapat dibuktikan dengan hasil produksi pada tahun 1870-1910 mengalami peningkatan.Akan tetapi, pada tahun 1930-1939 hasil produksi mengalami penurunan.Naiknya produksi disebabkan adanya persaingan kuantitas dan kualitas produksi teh di dunia.(Rofiq, 1998: 13-14).

Proses ini berlangsung sejak bulan Desember 1957 yang dikenal sebagai proses “Nasionalisasi perusahaan-perusahaan asing”. Peristiwa ini pengambilalihan berjalan secara spontan dan Unilateral (langsung dan menyeluruh).(Kartodirjo, 1991: 174). Pada masa pendudukan Belanda yang ke dua tahun 1947 semua perkebunan dikuasai oleh pemiliknya kembali, tetapi sejak bulan September 1950 perkebunan milik Pemerintah Hindia Belanda pengelolaannya diserahkan kepada Pusat Perkebunan Negara (PPN) sedang milik Swasta Asing tetap dikuasai pemiliknya. Bentuk organisasi perkebunan pada tahun 1950 sampai 1960 berubah menjadi PPN Lama/ Baru yang dibagi menjadi


(17)

4

Rayon / Unit, tanggal 10 Desember 1957 dan seluruh perkebunan Belanda diambil alih penguasaannya oleh Pemerintah (Nasionalisasi) (Sejarah PT.Perkebunan Nusantara IX Persero).

Dalam hal ini penulis memfokuskan perkembangan perkebunan teh Jolotigo yang berada satu-satunya di Kabupaten Pekalongan.Tepatnya di desa Jolotigo, Kecamatan Talun, Kabupaten Pekalongan.Perkebunan teh Jolotigo ini belum banyak dikenal oleh banyak orang, karena perkebunan ini bisa dibilang dalam pengelolaannya masih kurang diperhatikan.Tidak banyak orang yang mengetahui tentang lokasi perkebunan ini.Perkebunan Teh Jolotigo ini hanya terkenal di luar negeri, karena kebanyakan hasil produksi teh ini diekspor ke berberapa negara.Sehingga untuk pemasarannya didalam negeri sendiri kurang dipromosikan.

Berdasarkan uraian di atas penulis tertarik untuk mengetahui apakah perkebunan teh Jolotigo memberi pengaruh terhadap kehidupan sosial ekonomi masyarakat Jolotigo kecamatan Talun.Oleh karena itu, penulis ingin mengkajinya dalam skripsi yang berjudul “Perkembangan Perkebunan Teh Jolotigo Kecamatan Talun Kabupaten Pekalongan Tahun 1957-1996 (Pengaruhnya Terhadap Kehidupan Kehidupan Sosial Ekonomi)”.

B. Permasalahan

Dari uraian diatas, maka dapat disimpulkan permasalahan sebagai berikut :


(18)

5

1. Bagaimana Perkembangan Perkebunan Teh Jolotigo di Kecamatan Talun Kabupaten Pekalongan dari Tahun 1957-1990?

2. Bagaimana penngaruh Perkebunan Teh Jolotigo terhadap kehidupan sosial ekonomi masyarakat Kecamatan Talun Kabupaten Pekalongan tahun 1957-1990?

C. Tujuan

Tujuan dalam penulisan skripsi ini mendasarkan pada permasalahan di atas maka tujuan penulisan adalah sebagai berikut :

1. Mengetahui perkembangan perkebunan teh Jolotigo di Kecamatan Talun Kabupaten Pekalongan.

2. Mengetahui pengaruh perkembangan perkebunan teh Jolotigo terhadap kehidupan sosial, ekonomi Masyarakat Kecamatan Talun Kabupaten Pekalongan.

D. Manfaat Penelitian

Dengan penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat antara lain sebagai berikut :

1. Memberikan sumbangan bagi penelitian sejarah terutama sejarah dalam bidang sosial.

2. Dapat dijadikan sebagai bahan refrensi dalam pengkajian lebih lanjut dalam rangka penyempurnaan skripsi ini.

3. Memberikan informasi mengenai perkembangan perkebunan teh Jolotigo di Pekalongan tahun 1957-1996.


(19)

6

Agar dalam penelitian ini tidak terjadi salah pengertian dan sesuai dengan konsep, maka perlu dibatasi ruang lingkupnya.Ruang lingup dalam penelitian ini ada tiga, yaitu lingkup tematikal, lingkup wilayah (spatial scope), dan lingkup waktu (temporal scope).

Lingkup tematikal adalah berkaitan dengan permasalahan utama yang akan dibahas dalam penelitian ini yaitu perkebunan teh Jolotigo di Kecamatan Talun Kabupaten Pekalongan tahun 1957-1996.

Lingkup wilayah (spatial scope) adalah di Kecamatan Talun Kabupaten Pekalongan.Pemilihan wilayah penelitian ini didasarkan ada asumsi masyarakat Jolotigo merupakan subjek yang langsung merasakan dampaknya.

Sedangkan ruang lingkup waktu (temporal scope) adalah batasan waktu terjadinya peristiwa sejarah yang menjadi objek penelitian.Yaitu tahun 1957 sampai tahun 1996.Dimana pada tahun 1957 adalah tonggak sejarah dilakukannya Nasionalisasi perkebunan di Indonesia. Sedangkan tahun 1996 telah terjadi restrukturisasi kembali dimana Kebun Belimbing/ Jolotigo masuk dalam kelompok PTP Nusantara IX (Persero) yang berkedudukan Direksi di Surakarta dan Semarang.

F. Tinjauan Pustaka

Tinjauan pustaka adalah tahap penelurusan sumber dan menelaah sumber kepustakaan.Tinjauan pustaka merupakan aspek yang paling penting dalam penulisan sejarah.Dengan adanya tinjauan ini penulis dapat memperoleh sumber-sumber pustaka yang dapat mendukung penulisan yang dilakukan.


(20)

7

Ahmad Rofiq dalam bukunya berjudul Perkebunan “DariNes ke Pir “(1998).Membahas tentang awal perkebunan di Indonesia sampai perkebunan inti rakyat.Pembahasan dalam buku ini adalah pembangunan perkebunan besar yang dilakukan oleh orang asing dari Belanda.Pembangungan perkebunan besar ini membawa dampak bagi pembangunan perkebunan rakyat.Khususnya masyarakat luar Jawa pada tahun 1953 telah mulai pembangunan perkebunan rakyat.Pembangunan ini membuahkan hasil yang cukup baik, dalam hal ini dapat dilihat dari pengahasilan perkebunan rakyat seperti teh, gula, kopi, karet yang terus meningkat pada tahun 1967.

Mubyarto dan kawan-kawan dalam bukunya berjudul “Tanah dan Tenaga Kerja Perkebunan: Kajian Sosial – Ekonomi” (1992). Membahas mengenai perkembangan perkebunan secara kronologis.Dalam buku ini prioritas pembahasannya adalah tanah dan tenaga kerja perkebunan menurut perkembangannya.Tanah dan tenaga merupakan faktor penting dalam usaha perkebunan.Tanah yang subur sangat diperlukan sebagai tempat tumbuhnya bagi komodit-komoditi yang diusahakan termasuk teh.

Dalam buku ini juga dijelaskan tentang kondisi perkebunan setelah kemerdekaan.Kemerdekaan yang telah dicapai olrh bangsa Indonesia menumbuhkan harapan baru bagi rakyat Indonesia. Selain tanah, tenaga kerja adalah faktor lain yang cukup vital. Selama pendudukan penjajah Belanda, posisi bangsa Indonesia hanya sebagai kuli kasar.


(21)

8

Ita Setiawati dan Nasikun dalam buku Teh : Kajian Sosial-Ekonomi (1991). Membahas tentang aspek-aspek sosial ekonomi, maupun aspek budaya sosial serta tinjauan singkat pengelolaan teh.Dalam buku ini pembahasannya sangat kronologis memberikan gambaran yang jelas tentang perkembangan teh, kondisi perkebunan teh di Indonesia, serta segala mekanisme yang menompangnya. Buku ini difungsikan sebagai pedoman dasar yang baku, yang tersusun dan bersumber dari sejarah perkembangan perkebunan teh di Indonesia baik di Jawa maupun di luar Jawa.

Pabrik-pabrik teh di Indonesia sejak tahun 1943 mulai dirubah oleh Pemerintah Jepang menjadi pabrik-pabrik yang lebih menguntungkan.Pabrik-pabrik tersebut antara lain menguntungkan.Pabrik-pabrik tekstil, obat, mesin, cat, baterai, listrik, kertas, arang kayu, dan onderdil mobil.Pergantian pabrik tersebut terjadi di Jawa dan Sumatera.Akibat pengalihan tersebut banyak pengangguran di Jawa maupun di luar Jawa.Keadaan tersebut sangat memperhatikan karena banyak pengurangan tenaga kerja di setiap pabrik.

Buku profil “Perkebunan Jolotigo pekalongan” (2000). Menjelaskan tentang sejarah berdirinya perkebunan Jolotigo, letak geografis perkebunan Jolotigo, luas area perkebunan Jolotigo, struktur organisasi perkebunan teh Jolotigo, cara pengolahan teh, dan kepedulian kebun Jolotigo terhadap masyarakat sekitar.


(22)

9

G. Metode Penelitian

Metode yang dipakai dalam penelitian ini adalah metode sejarah. Metode sejarah adalah proses menguji dan menganalisa secara kritis rekaman dan peninggalan masalampau (Gottschalk, 1975: 32). Penulisan sebuah rangkaian peristiwa yang bersifat sistematis dan objektif.Adapun langkah-langkah dalam metode sejarah meliputi heuristik, kritik sumber, interpretasi, dan historiografi.

1. Heuristik

Heuristik yaitu menghimpun jejak-jejak masa lampau yang berupa keterangan-keterangan, kejadian-kejadian, benda peninggalan masa lamapu dan bahan tulisan. Dalam mengumpulkan data ini dilakukan bebearapa teknik pengumpulan data, yaitu :

a. Sumber primer

Sumber primer adalah informan yang diperoleh langsung daripelaku sejarah atau saksi yang secara langsung oleh mata kepala sendiri atau saksi dengan panca indera.Sumber primer yang penulis gunakan dalam penelitian ini adalah sumber buku yang tertulis, yaitu wawancara langsung dengan pelaku yang mengetahui langsung mengenai perkembangan Perkembangan Teh Jolotigo.Adapun dalam hal ini penulis melakukan wawancara dengan lisan dengan Bapak Taryadi, sebagai seketaris Perkebunan.


(23)

10

Sumber sekunder merupakan kesaksian daripada yang bukan merupakan saksi pandangan mata, yakni dari seseorang tidak hadir pada peristiwa yang dikisahkannya (Gostchalk, 1975: 35).Sumber-sumber yang digunakan oleh penulis diantaranya buku tentang perkebunan, buku-buku-buku tentang perkembangan perkebunan teh pada masa sebelum nasionalisasi dan perkembangan perkebunan teh sesudah nasionalisasi. Buku-buku tersebut diperoleh dari perpustakaan jurusan sejarah, perpustakaan Universitas Negeri Semarang, dan depo Arsip kabupaten Pekalongan. Adapun penulis menggunakan teknik pengumpulan data yang dilakukan dengan:

a. Observasi

Tekhnik observasi adalah tekhnik pengumpulan data yang dilakukan dengan terjun langsung pada objek penelitian atau tempat-tempat yang berkaitan topik yang diteliti.Tekhnik pengumpulan data melalui observasi dilakukan dengan mengunjungi secara lansung ke Perkebunan Teh Jolotigo Kecamatan Talun, Kabupaten Pekalongan. b. Wawancara

Metode wawancara ini digunakan oleh peneliti sebagai alat pengumpul langsung mengenai beberapa jenis data sosial, karena tidak semua data yang diperoleh melalui observasi dapat memenuhi kebutuhan dalam menjawab kesalahan. Wawancara dilakukan dilakukan secara langsung dengan para staff karyawan pabrik. Tujuan dari wawancara ini


(24)

11

untuk mengetahui perkembangan perkebunan teh Jolotigo di Kecamatan Talun.

Tujuan dilakukan wawancara antara lain : merekonstruksi secara lisan peristiwa yang terjadi di masa lampau. Narasumber dalam wawancara merupakan tokoh yang sejaman dengan peristiwa, baik itu merupakan tokoh, secara langsung, masyarakat sekitar, maupun orang yang terkena dampak langsung dalam peristiwa tersebut. Pada teknik wawancara dalam penelitian ini, beberapa tahapan yang dilakukan penullis diantaranya :

1) Menentukan informan yang akan diwawancarai. 2) Membuat instrument pertanyaan.

3) Mengunjungi rumah informan.

4) Melaksanakan wawancara dengan informan.

Wawancara yang dilakukan penulis adalah wawancara terstruktur, dimana penulis menggunakan panduan pertanyaan yang sebelumnya telah disusun.Kegiatan wawancara dilakukan dengan merekam.Penulis mempersiapkan alat perekam dan beberapa hal-hal yang dianggap penting.

c. Studi pustaka

Studi pustaka merupakan kegiatan untuk memperoleh data dengan mencari dan membaca buku literatur. Metode kepustakaan dilakukan dengan mencari koleksi yang ada di Perpustakaan Pusat Universitas


(25)

12

Negeri Semarang, Perustakaan Jurusan Sejarah Universitas Negeri Semarang, Perpustakaan Daerah Provinsi Jawa Tengah dan Badan Arsip dan Perpustakaan Daerah Kabupaten Pekalongan.

2. Kritik Sumber

Tahap ini merupakan suatu kegiatan untuk mendapatkan data yang tingkat kebenarannya atau kredibilitasnya paling tinggi dengan melalui seleksi data yang terkumpul. Kritik sumber ini dibedakan menjadi dua, yakni :

a. Kritik Ekstern

Kritik Ekstern yaitu yang bertujuan untuk menguji otensitas, asli tidaknya sumber yang dipakai.Pada kritik ekstern penulis melakukan pengecekan terhadap data-data yang telah diperoleh berupa sumber-sumber tertulis seperti pemilihan informan untuk melakukan tekhnik wawancara, buku-buku refrensi, artikel majalah yang mengupas mengenai kondisi perekonomian masyarakat sekitar Jolotigo.

Kritik ekstern merupakan penilaian sumber dari aspek fisik dari sumber tersebut.Kritik ini lebih dulu dilakukan sebelum kritik intern yang lebih menekankan pada isi sebuah dokumen. Ada tiga pertanyaan penting yang daapat diajukan dalam proses kritik ekstern, yaitu: (1) adakah sumber itu memang sumber yang dikenhendaki? (2) adakah sumber itu asli atau turunan, (3) adakah sumber itu utuh atau telah diubah-ubah? (Wasino, 2007:51).


(26)

13

Kritik ekstern mengarah pada pengujian terhadap aspek luar dari sumber. Otentisitas mengacu pada materi sumber sezaman.Jenis-jenis dari materi sumber, dokumen atau arsip adalah kertas dengan jenis, ukuran, bahan, kualitas dan lain-lain.Dokumen ditulis dengan tangan atau diketik, ataukah ketik komputer.Demikian pula jenis tintanya apakahkualitas bagus, atau jenis isi ulang (Suhartono 2010:36).

Dengan penelitian ini kritik sumber yang dilakukan adalah kritik sumber terhadap dokumen mengenai Laporan Singkat Kebun: “Jolotigo/ Tombo- Wonodadi/Doro” Atas kunjungan Gubernur Kepala Daerah TK. I. Jawa Tengah tanggal 7 November 1979 tentang kepemilikan Perkebunan Jolotigo, lokasi perkebunan, keadaan sosial karyawan dan hasil produksi teh. Kritik sumber yang dilakukan, menelisik apakah ini sumber yang dikenhendaki atau tidak.Sumber yang asli atau bukan, kemudian melihat jenis kertas, ukuran, bahan dan kualitas.Sehingga dalam penulisan penelitian ini, mendapatkan data yang akurat.

b. Kritik Intern

Kritik intern berujuan untuk mengungkapkan apakah isi sumber yang digunakan dapat dipercaya atau tidak, misalnya dengan membandingkan dengan sumber lain. Kritik intern dilakukan terhadap informasi atau sumber dengan menganalisa kebenaran untuk memperoleh jawaban apakah relevan dengan penelitian yang dimaksud.Cara melakukan kritik intern adalah membandingkan isi atau informan dengan sumber lainnya.


(27)

14

Kritik intern yang dilakukan penulis adalah dengan melihat asal sumber.Penulis melihat siapa yang mengarang buku yang digunakan penulis untuk penulisan skripsi ini.Selain itu juga mengacu pada dokumen arsip yang dimiliki oleh Perkebunan Teh Jolotigo, dan hasil dari observasi, wawancara dan penelitian.

Kritik intern dari hasil wawancara penulis lakukan dengan cara membandingkan wawancara antara keterangan informan yang satu dengan informan yang lainnya. Penulis mengambil kesimpulan dari setiap keterangan yang dijelaskan para informan.Kemudian hasil dari wawancara penulis menemukan bahwa keterangan yang disampaikan para informan relevan dengan masalah yang dikaji penulis.

3. Interpretasi

Interpretasi adalah proses menyusun, merangkai antara fakta sejarah dengan sejarah lainnya, sehingga menjadi satu kesatuan yang dapat dimengerti dan bermakna. Tujuannya agar data yang mampu mengungkapkan permasalahan yang ada, sehingga diperoleh pemecahannya. Dalam teknik ini tidak semua fakta dapat dimasukkan, harus dipilih yang relevan dengan gambaran cerita yang akan disusun didalam menginterpretasikan penelitian dalam bentuk karangan sejarah ilmiah, sususan harus secara kronologis dan berurutan sehingga dapat dipahami. (Gottschalk, 1975:131).


(28)

15

Interpretasi merupakan proses mengkait-kaitkan fakta yang diperoleh penulis untuk dikumpulkan menjadi satu untuk ditulis menjadi satu rangkaian cerita secara kronologis. Hal ini dimaksudkan untuk memilih mana yang relevan dan yang mana tidak relevan. Setelah itu penyusunan data akan dapat ditafsirkan. Menyusun data berarti menggolongkannya dalam pola atau kategori.Untuk memberikan makna kepada analisis, menjelaskan pola atau kategori dan mencari hubungan antara berbagai konsep.

4. Historiografi

Historiografi merupakan tahap terakhir dari metode sejarah, dimana penulis sudah menyusun ide-ide tentang hubungan satu fakta dengan fakta yang lain melalui kegiatan interpretasi maka langkah akhir dari penulisan atau menyusun cerita sejarah. Bentuk dari cerita sejarah ini akan ditulis secara kronologi dengan topik yang jelas sehingga akan mudah untuk dimengerti dan dengan tujuan agar pembaca mudah memahami tulisan tersebut.


(29)

73 BAB V

PENUTUP

Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan pada rumusan masalah maka penulis dapat menyimpulkan bahwa:

Pada masa Pemerintahan Belanda, perkebunan Jolotigo ditanami tanaman Kopi lalu dirasa tidak cocok lalu diganti Teh, Kina, dan Karet.Pada masa ini semua peralatan sangat minim dan memakai peralatan sedarhana, bahkan tempat pemetikannyapun jauh dari pabrik.Teh yang dihasilkan adalah teh hitam dan pemasarannya hanya ke Eropa.Pada masa Pemerintahan Jepang semuanya dipangkas habis, sehingga mengurangi pemasukan perekonomian terhadap perkebunan.

Sehingga berdampak buruk terhadap masyarakat sekitar.Masa Pemerintahan RI perkebunan di bawah Administratur R. Soemardjo.Pada tahun 1960 pabrik dibangun, lalu administratur yang pertama dirangkep menjadi pimpimnan dan sinder.Teh yang dihasilkan adalah teh hitam lalu mulai di export ke berbagai negara tetangga.

Pengaruh yang diberikan oleh Perkebunan Teh Jolotigo terhadap kehidupan sosial ekkonomi masyarakat Kecamatan Talun Kabupaten Pekalongan antara lain :


(30)

74

a. Dari segi sosial

Semakin meningkatnya kesadaran penduduk akan pentingnya pendidikan hal itu dilihat dari sarana transportasi sebagai sarana antar jemput sekolah.

b. Dari segi ekonomi

Kesejahteraan karyawan, pegawai dan masyarakat meningkat, semakin membuka peluang luas dalam lapangan pekerjaan, dan adanya peningkatan dalam hal kesehatan.


(31)

75

DAFTAR PUSTAKA

Buku dan Arsip

Badan Pusat Statisik. Kecamatan Talun Kabupaten Pekalongan Tahun 1960

Badan Pusat Statistik. Kecamatan Talun Kabupaten Pekalongan Tahun 1980

Badan Pusat Statistik. Kecamatan Talun Kabupaten Pekalongan Tahun 1990

Burger. D. H. 1962. Sejarah Ekonomis Sosiologis Indonesia. Jakarta: Negara Praja Paramita

Clifford Greetz. 1985. Involusi Pertanian. Jakarta: Bharata Karya Aksara Dokumen PT. Perkebunan Nusantara IX Kebun Jolotigo

Gotschalk, Louis. 1975. Mengerti Sejarah. Jakarta: Universitas Indonesia Press.

Ikhwan.1989. Pembibitan Tanaman Teh Di Perkebunan XVIII (Persero) Jolotigo-TW-Doro Kab. Pekalongan (Laporan Kerja Praktek). Pekalongan: Universitas Pekalongan

Kartodirjdo, Sartono dan Djoko Suryo. 1991. Sejarah Perkebunan di Indonesia: kajian Sosial Ekonomi. Yogyakarta: Aditya Media

Marjono.2001, Irigasi dan Perkebunan Di Karisidenan Besuki 1870-1930. Yogyakarta: Universitas Gadjah Mada

Mubyarto dkk. 1992. Tanah dan Tenaga Kerja Perkebunan. Yogyakarta: Aditya Media

Puspasari, Ria Eka. 2010. Laporan Magang Di PTPN IX (Persero) Kebun Jolotigo Pekalongan (Proses Produksi Teh Hitam). Surakarta: Universitas Sebelas Maret.

Poesponegoro, Mawarti Djoened dan Nugroho Notosusanto. 1993. Sejarah Nasional Indonesia IV. Jakarta: Balai Pustaka


(32)

76

Profil Singkat PT. Perkebunan Nusantara IX (Persero) Devisi Nusantara Tanaman Tahunan Kebun Jolotigo

Rofiq, Ahmad,.DKK.1998. Perkebunan Dari NES ke PIR. Jakarta: Puspa Swara

Roestam, Soepardjo. 1979. Laporan-Singkat Kebun: “Jolotigo/Tombo

-Wonodadi/Doro”. PTP Perkebunan XVIII (Persero)

Setiawati, Ita dan Nasikun. 1991. Teh: Kajian Sosial Ekonomi. Yogyakarta: Aditya Media.

Sugiyanti, 2007.Perkembangan Perkebunan Teh Semugih Kecamatan Moga Kabupaten Pemalang Dan Pengaruhnya Terhadap Kehidupan Sosial Ekonomi Pada Tahun 1957-2008. Semarang: Jurusan Sejarah Fakultas Ilmu Sosial UNNES.

Internet

http//WWW.Wordpress.com/kebijakan-pemerintah-pendudukan-Jepang-dibidang-ekonomi/15-Januari-2015

http//WWW.Sosro.Com/Ind/it-sej.Teh.htm/26-Januari-2015

http//WWW.erakas.blogspot.com/cultuurstelsel-tanam-paksa-1830/10-Februari-2015

http//pensa-sb.info/2360/kebijakan-ekonomi-pemerintahan-jepang/12-Februari-2015


(33)

77


(34)

78

PEDOMAN WAWANCARA

1. Bagaimana sejarah berdirinya Kebun Teh Jolotigo? 2. Jenis tanaman apa saja yang ditanam?

3. Bagaimana kondisi perkebunan sebelum nasionalisasi pada tahun 1957? 4. Kendala-kendala apa sajakah yang dihadapi perkebunan Teh Jolotigo

setelah diambilalih dan bagaimana usaha untuk mengatasi kendala-kendala tersebut pada tahun awal 1960?

5. Berapa luas areal perkebunan Jolotigo?

6. Bagaimana perkembangan perkebunan Teh Jolotigo tahun 1957-1996? 7. Bagaimana perkembangan jumlah tenaga kerja di perkebunan dari tahun

1957-1996?

8. Ada berapa jenis tenaga kerja di perkebunan Teh Jolotigo? 9. Bagaimana status tenaga kerja tahun 1957-1996?

10.Adakah pelatihan khusus yang diberikan pihak perkebunan dalam meningkatkan kinerja tenaga kerja?

11.Dari mana sajakah pekerja yang bekerja di perkebunan Teh Jolotigo? 12.Kendala apa saja yang dihadapi dalam memasarkan hasil produksi dan

bagaimana cara mengatasinya?

13.Bagaimanakah hubungan pihak pabrik dengan masyarakat sekitar? 14.Bagaimanakah kondisi kehidupan sosial ekonomi masyarakat Jolotigo


(35)

79

15.Faktor-faktor apa saja yang mempengaruhi perkembangan perkebunan Jolotigo tahun 1957-1996?

16.Bagaimana cara mengangkut teh dari perkebunan ke pabrik? 17.Negara / Daerah mana saja yang dijadikan negara pemasaran? 18.Bagaimana sistem organisasi dalam perkebunan Teh Jolotigo?

19.Apakah ada gejolak-gejolak sosial yang terjadi antara pihak pabrik dengan masyarakat dan bagaimana cara mengatasinya?

20.Bagaimana sumbangan pabrik Teh Jolotigo terhadap Negara?

21.Bagaimana tanggapan masyarakat terhadap keberadaan perkebunan teh Jolotigo?

22.Seberapa besar pengaruh dari perkebunan teh Jolotigo terhadap ekonomi masyarakat Jolotigo?

23.Apakah dengan adanya perkebunan teh Jolotigo selain jadi pekerja

perkebunan teh ada mata pencaharian lain? Apakah mata pencaharian itu? 24.Apakah upah dari perkebunan Teh belum mencukupi kebutuhan

sehari-hari, sehingga harus mencari mata pencaharian lain?

25.Apakah pada tahun 1957-1996, pernah diadakan agrowisata?


(36)

(37)

(38)

(39)

(40)

(41)

(42)

(43)

(44)

(45)

(46)

(47)

(48)

(1)

(2)

(3)

(4)

(5)

(6)

Dokumen yang terkait

DAMPAK SOSIAL-EKONOMI PERKEBUNAN TEH WONOSARI TERHADAP MASYARAKAT DESA TOYOMARTO KECAMATAN SINGOSARI KABUPATEN MALANG TAHUN 1996-2012

3 18 22

Sejarah Perkembangan Industri Jamu Tradisional dan Pengaruhnya Terhadap Kehidupan Sosial Ekonomi Masyarakat Gentasari Kecamatan Kroya Kabupaten Cilacap Tahun 1990 2002

1 15 91

PERKEMBANGAN INDUSTRI ROTAN DAN PENGARUHNYA TERHADAP KEHIDUPAN SOSIAL EKONOMI MASYARAKAT DI DESA TRANGSAN KECAMATAN GATAK KABUPATEN SUKOHARJO

0 26 91

PERKEMBANGAN TRANSPORTASI DARAT DI SUKABUMI PENGARUHNYA TERHADAP KEHIDUPAN SOSIAL EKONOMI DAN PERKEMBANGAN KOTA TAHUN 1881-1942.

0 0 2

(ABSTRAK) KEBERADAAN PERKEBUNAN TEH KALIGUA TERHADAP KEHIDUPAN SOSIAL EKONOMI MASYARAKAT PANDANSARI KECAMATAN PAGUYANGAN KABUPATEN BREBES PADA TAHUN 1990-2000.

0 0 2

KEBERADAAN PERKEBUNAN TEH KALIGUA TERHADAP KEHIDUPAN SOSIAL EKONOMI MASYARAKAT PANDANSARI KECAMATAN PAGUYANGAN KABUPATEN BREBES PADA TAHUN 1990-2000.

1 4 117

(ABSTRAK) DAMPAK PERKEMBANGAN PERKEBUNAN TEH TAMBI TERHADAP KEHIDUPAN SOSIAL EKONOMI MASYARAKAT DUSUN BEDAKAH KEC. KERTEK KAB. WONOSOBO TAHUN 1957-1998.

0 1 2

DAMPAK PERKEMBANGAN PERKEBUNAN TEH TAMBI TERHADAP KEHIDUPAN SOSIAL EKONOMI MASYARAKAT DUSUN BEDAKAH KEC. KERTEK KAB. WONOSOBO TAHUN 1957-1998.

3 32 97

PERKEMBANGAN INDUSTRI KERAJINAN KULIT DAN PENGARUHNYA TERHADAP KEHIDUPAN SOSIAL EKONOMI DI KELURAHAN SELOSARI KECAMATAN MAGETAN KABUPATEN MAGETAN.

0 4 16

PERKEMBANGAN PERKEBUNAN TEH CIBUNI KABUPATEN BANDUNG DAN PENGARUHNYA TERHADAP KEHIDUPAN BURUH PETIK TAHUN 2001-2015 - repository UPI S SEJ 1106305 Title

0 0 3