1
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Perkebunan Indonesia sudah diperkanalkan oleh pemerintah kolonial Belanda sejak datang ke Indonesia dengan keuntungan yang melimpah.Hal
tersebut merupakan salah satu sisi sejarah yang mempunyai pengaruh cukup luas bagi Indonesia dalam waktu yang cukup panjang.Belanda sebagai salah satu
negara penjajah mempunyai peran dalam sejarah Perkebunan terutama yang meletakkan dasar bagi perkebunan di Indonesia. Tujuan dari kebijakan
Perkebunan adalah meningkatkan penghasilan devisa, dan memperluas lapangan kerja bagi masyarakat sekitar.
Perkebunan mulai masuk ke Indonesia sebagai sistem perekonomian komersial yang bercorak kolonial.Istilah ini berbeda dengan istilah sistem kebun
pada negara jajahan sebelum masa pra kolonial.Sistem kebun dipahami sebagai salah satu bagian dari sistem pertanian tradisional yang merupakan usaha
tambahan pelengkap, Dalam kapitalis sistem perkebunan dipahami sebagai bentuk usaha pertanian skala besar dan kompleks.
Perkebunan merupakan salah satu bagian dari sektor pertanian yang mempunyai peranan penting dalam meningkatkan pertumbuhan perekonomian
Nasional.Bidang usaha perkebunan terdiri dari usaha budidaya perkebunan dan usaha industri perkebunan. Usaha industri perkebunan meliputi industri gula pasir
dari tebu, teh hitam dan teh hijau, kopi, kakao, kina, karet kelapa sawit, lada serta industri perkebunan lainnya.
Perkebunan besar di Indonesia dalam perkembangannya tidak lepas dari sistem penjajahan Belanda.Masyarakat Indonesia semula hanya mengenal sistem
pangan.Namun, abad ke- 17 Belanda telah mengubah pertanian dengan sistem perkebunan Mubyarto, 1992: 15.
Menurut catatan sejarah, tanaman teh sudah dikenal sejak abad ke- 17.Tanaman ini telah diperkenalkan oleh para penjajah Belanda yang datang di
Pulau Jawa. Dengan cara ini penduduk kemudian mengenal cara bercocok tanam teh. Pembudidayaan teh pada saat itu masih menggunakan sarana dan prasarana
yang sederhana.Kepemilikan teh itu sendiri sifatnya adalah milik pribadi yaitu milik para penjajah Belanda, di mana mereka mempunyai modal yang cukup guna
pembangunan perkebunan Sugiyanti, 2007: 1. Perkebunan Indonesia sudah diperkenalkan oleh pemerintah kolonial
Belanda sejak datang ke Indonesia dengan keuntungan yang melimpah.Hal tersebut merupakan salah satu sisi sejarah yang mempunyai pengaruh cukup luas
bagi bangsa Indonesia dalam waktu yang cukup panjang.Belanda sebagai salah satu negara penjajah mempunyai peran dalam sejarah Perkebunan terutama yang
telah meletakkan dasar bagi Perkebunan di Indonesia. Pada dasarnya tujuan dari kebijaksanaan Perkebunan adalah meningkatkan penghasilan devisa.
Pendapatan petani Perkebunan, memperluas lapangan kerja dan meningkatkan hasil-hasil Perkebunan bagi sektor-sektor lain terutama sektor
industri.Usaha Perkebunan rakyat di Indonesia melibatkan petani dalam jumlah yang banyak, oleh karena itu sub sektor Perkebunan rakyat merupakan lapangan
kerja bagi penduduk pedesaan serta menjadi sumber utama pendapatan penduduk. Sebagai salah satu sektor yang diandalkan, Perkebunan dituntut untuk ikut
bertanggung jawab dalam menangani masalah pengangguran yang semakin banyak dari tahun ketahun. Selain tanggung jawab tersebut, tanggung jawab lain
yang harus dipikul adalah peningkatan kesejahteraan tenaga kerja dan keluarga Mubyarto, 1992: 187.
Produksi perkebunan teh di Indonesia mengalami pasang surut.Keadaan tersebut dapat dibuktikan dengan hasil produksi pada tahun 1870-1910 mengalami
peningkatan.Akan tetapi, pada tahun 1930-1939 hasil produksi mengalami penurunan.Naiknya produksi disebabkan adanya persaingan kuantitas dan kualitas
produksi teh di dunia.Rofiq, 1998: 13-14. Proses ini berlangsung sejak bulan Desember 1957 yang dikenal sebagai
proses “Nasionalisasi perusahaan-perusahaan asing”. Peristiwa ini
pengambilalihan berjalan secara spontan dan Unilateral langsung dan menyeluruh.Kartodirjo, 1991: 174. Pada masa pendudukan Belanda yang ke
dua tahun 1947 semua perkebunan dikuasai oleh pemiliknya kembali, tetapi sejak bulan September 1950 perkebunan milik Pemerintah Hindia Belanda
pengelolaannya diserahkan kepada Pusat Perkebunan Negara PPN sedang milik Swasta Asing tetap dikuasai pemiliknya. Bentuk organisasi perkebunan pada
tahun 1950 sampai 1960 berubah menjadi PPN Lama Baru yang dibagi menjadi
Rayon Unit, tanggal 10 Desember 1957 dan seluruh perkebunan Belanda diambil alih penguasaannya oleh Pemerintah Nasionalisasi Sejarah PT.Perkebunan
Nusantara IX Persero. Dalam hal ini penulis memfokuskan perkembangan perkebunan teh
Jolotigo yang berada satu-satunya di Kabupaten Pekalongan.Tepatnya di desa Jolotigo, Kecamatan Talun, Kabupaten Pekalongan.Perkebunan teh Jolotigo ini
belum banyak dikenal oleh banyak orang, karena perkebunan ini bisa dibilang dalam pengelolaannya masih kurang diperhatikan.Tidak banyak orang yang
mengetahui tentang lokasi perkebunan ini.Perkebunan Teh Jolotigo ini hanya terkenal di luar negeri, karena kebanyakan hasil produksi teh ini diekspor ke
berberapa negara.Sehingga untuk pemasarannya didalam negeri sendiri kurang dipromosikan.
Berdasarkan uraian di atas penulis tertarik untuk mengetahui apakah perkebunan teh Jolotigo memberi pengaruh terhadap kehidupan sosial ekonomi
masyarakat Jolotigo kecamatan Talun.Oleh karena itu, penulis ingin mengkajinya dalam skrip
si yang berjudul “Perkembangan Perkebunan Teh Jolotigo Kecamatan Talun Kabupaten Pekalongan Tahun 1957-1996 Pengaruhnya Terhadap
Kehidupan Kehidupan Sosial Ekonomi ”.
B. Permasalahan