4
perempuan yang baik adalah perempuan yang menjalankan fungsinya sebagai mesin reproduksi atau pengembang keturunan.
Teori nurture dikembangkan oleh paham Fungsionalis dan Marxis. Dalam
paham teori Fungsionalis, pembagian peran antara laki-laki dan perempuan dalam masyarakat pada hakikatnya merupakan pembagian secara seksual. Paham
Fungsionalis lebih banyak membicarakan peran perempuan dalam keluarga. Bagi paham Fungsionalis, fungsi keluarga selalu sama, yakni hubungan seksual yang
mendapat pengesahan masyarakat, fungsi ekonomi, fungsi pengembangan keturunan, dan fungsi pendidikan bagi anak yang dilahirkan dalam keluarga tersebut
Mardock via Budiman, 1982:15. Engels berpendapat bahwa pembagian peran secara seksual memang memungkinkan masing-masing pihak laki-laki dan
perempuan mendapakan keuntungan darinya. Namun, ini membuat laki-laki lebih bisa memanfaatkan dan menjadikannya sebagai kesempatan untuk
mengembangkan kekuasaannya.
C. Kritik Sast ra Feminis
Ratna 2007 menggarisbawahi fem inisme sebagai gerakan kaum wanita untuk menolak segala sesuat u yang dimarginalkan, disubordinasikan, dan
direndahkan oleh kebudayaan dominan, di segala bidang kehidupan. Krit ik sast ra fem inis merupakan salah satu upaya membaca dan memaham i
sastra dengan perspekt if p erem puan. Den gan kata lain, reading as a w oman
Culler dalam Sugihast ut i dan Suhart o, 2002: 5 . Kr it ik sast ra fem inis t idak sama dengan seorang pengrit ik perem puan, atau krit ik t ent ang perem puan,
atau krit ik t erhadap seorang pengarang perempuan. Kr itik sast ra fem in is adalah suat u kaj ian karya sast ra yang m endasarkan pada pandangan fem inisme yang
menginginkan adanya keadilan dalam memandang eksistensi perempuan, baik sebagai penu lis m au pun dalam karya-karya sast ranya Dj aj anegara, 2000: 15 .
Secara leksikal, fem inisme m erupakan gerakan kaum perem p uan yang menuntut persamaan hak sepenuhnya antara kaum perempuan dan laki-laki.
Persamaan it u m elipu ti semua aspek kehidupan, baik dalam bidang polit ik, ekonomi, maupun sosial budaya. Dalam kritik sast ra feminis, st udi sast ra
mengarah kan fokus analisisnya pada perem puan .
Kr it ik sast ra fem inis sej auh ini dapat dipet akan dalam t iga kecenderungan. Per tama, krit ik sast ra fem inis Ang lo- Am erika. Aliran Anglo-
Amerika dapat d ibag i men jadi dua kecenderungan, pendekat an cit ra per em puan image of w omen dan pengarang perempuan women w r iters .
Kedua, kr it ik sast ra fem inis Perancis atau pascast rukt uralis Culler, 1982: 46- 64. Penelit ian ini bergerak dari pe rspekt if cit r a perempuan. Cit ra perempuan
ini pent ing unt uk dikaj i karena dari cit ra p erem puan yang digambar kan dalam karya sast ra, sed ikit banyak dapat digunakan unt uk m elacak bagaim ana
peran perempu an dan konst ruk social yang mendasarinya.
D. Konflik Perempuan dalam Perspektif Krit ik Sastra Feminis
Click to buy NOW PD
w w
w .doc
u-trac k.
co m
Click to buy NOW PD
w w
w .doc
u-trac k.
co m
5
Keberadaan krit ik sastra fem inis ini t idak bisa dipisahkan dari adanya gerakan f em inis. Gerakan fem in is sendir i m uncul karena adanya upaya unt uk
m em bebaskan tubuh perempuan dari berbagai pasungan yang diciptakan dan dan senantiasa diinternalisasikan dalam budaya patriarki melalui pembodohan,
pemasungan kebebasan perempuan, dan penyangkalan diri secara sistematis melalui lembaga ekonomi, sosial, dan polit ik. Lie, 2005: 48 . Budaya pat riarkat di
sini merupakan sebuah sist em sosial yang mengat ur relasi antara perempuan dan laki-laki sedem ikian r upa sehingga menyangkal kebebasan perempuan
sebagai subjek dan keterbatasan laki-laki sebagai obj ek. Masalah feminisme j uga t idak b isa terlepas dari m asalah budaya dan et nisitas Brooks 2005:25
Menurut Fakih dalam Bainar, 1998: 27, bent uk-bentuk ketidakadilan yang dialami oleh kaum perempuan antara lain marginalisasi atau proses
pemiskinan ekonomi, subordinasi at au adanya anggapan t idak pent ing dalam suat u kepu tusan p olit ik,
stereotyping dan dikriminasi atau pelabelan negatif, kekerasan
violence baik fisik maupun nonfisik, dan bekerja lebih panjang dan lebih banyak
double burden. Perjuangan persamaan hak dan kewajiban antara kaum lelaki dan perempuan melalui perspektif feminis dalam suatu karya bisa tercermin
dalam konflik. Dalam suatu permasalahan yang dialami oleh tokoh, maka akan terlihat refleksi dari adanya pemikiran dan pemahaman tentang tokoh perempuan.
Konflik yang terdapat dalam suatu karya sastra merupakan gambaran hubungan kausalitas antara apa yang tengah dan akan terjadi pada perempuan.
E. Penelitian yang Relevan
Penelitian mengenai persoalan perempuan dalam karya sastra pernah dilakukan oleh Else Liliani dalam
Konflik Perempuan dalam Kumpulan Cerpen Harga Perempuan Karya Sirikit Syah 2007. Dengan menggunakan kritik sastra feminis,
Liliani mencoba mengupas konflik yang dialami oleh para tokoh perempuan dalam kesebelas cerpen yang dikaji. Hasil dari penelitian itu antara lain perempuan
mengalami konflik di sektor publik dan domestik. Mereka cenderung pasif dalam mengatasi permasalahan yang dihadapi.
Penelitian lain terkait dengan citra perempuan pernah juga dilakukan oleh Tinneke Helwig dalam bukunya yang berjudul
I n The Shadow of Change, Citra Perempuan dalam Sastra I ndonesia 2003. Dalam penelitiannya, Helwig
menganalisis beberapa novel I ndonesia, terutama dari perspektif kritik sastra feminis, yakni untuk membongkar ideologi gendernya. Dari duapuluh delapan teks
yang dikaj i, menunjukkan adanya ideologi patriarkis yang kuat 2003: vi. Seksualitas dan identitas perempuan nampak dibentuk berdasarkan standar norma yang
berorientasi pada laki-laki.
Kedua Penelitian tersebut relevan dengan penelitian yang dibahas kini, karena memiliki kesamaan permasalahan. Yakni, terkait dengan persoalan
perempuan. Namun, permasalahan dalam penelitian ini lebih kompleks karena membicarakan persoalan perempuan terkait dengan peran, permasalahan,
penyebab, serta cara mengatasi permasalahan dari tahun 1900an hingga 2000an. Kajian ini diharapkan dapat menjadi bahan untuk mendeskripsikan atau
Click to buy NOW PD
w w
w .doc
u-trac k.
co m
Click to buy NOW PD
w w
w .doc
u-trac k.
co m
6
menggambarkan perkembangan peran perempuan I ndonesia yang terefleksi dalam karya sastra, khususnya novel.
6 . Metode Penelitian
Penelitian ini dilakukan dengan memanfaatkan pustaka sebagai objek kaj iannya. Oleh karena itu, j enis penelitian ini adalah deskriptif kualitatif. Penelitian
ini mencoba mendeskripsikan dan menganalisis peran, problematika, serta sikap perempuan dalam mengatasi problematika yang muncul terkait perannya dalam
masyarakat. Setelah data-data yang terkait dengan rumusan masalah penelitian itu ditemukan, data tersebut dianalisis secara kualitatif dengan melakukan pemaknaan
terhadapanya.
Untuk mengkaji peran perempuan yang terefleksi dalam novel-novel I ndonesia 1900-2000, penelitian ini menggunakan kurang lebih 20 novel karya
puncak yang akan dipilih sebagai sumber data. Yang dimaksud dengan novel puncak adalah novel yang dinilai memiliki keunikan dan berbeda dalam hal estetika dan
ekstra-estetik dibandingkan novel-novel yang terbit pada masanya seperti yang dikemukakan oleh Umar Junus dalam bukunya yang berjudul
Perkembangan Novel- novel I ndonesia 1974 dan Ringkasan dan Ulasan Novel Indonesia Modern karya
Maman S Mahayana, Oyon Sofyan, dan Achmad Dian 2007. Pada setiap periode, dipilih 2 karya puncak yang mewakili pada zamannya. Berikut adalah karya-karya
yang akan dikaji.
- Periode 1900an:
Boenga Roos dari Tjikembang karay Kwee Tek Hoay dan Nyai Soemirah karya Thio Tjin Boen
- Periode 1910an:
Student Hidjo karya Marco Martodikromo 1918 dan Hikayat SI ti Mariah 1910 karya Haji Mukti
- Periode 1920an:
Siti Nurbaya 1922 karya Marah Rusli dan Azab dan
Sengsara 1921 karya Merari Siregar -
Periode 1930an: Belenggu 1938 karya Armijn Pane dan Layar Terkembang
1937 karya Sutan Takdir Alisjahbana -
Periode 1940an: Atheis 1948 karya Aoh Kartamohardja
- Periode 1950an:
Perburuan 1950 karya Pramoedya Ananta Toer dan Jalan Tak Ada Ujung 1952 karya Mochtar Lubis
- Periode 1960an:
Kemarau 1967 karya AA Navis -
Periode 1970an: Pada Sebuah Kapal 1973 karya NH Dini dan Khotbah di
Atas Bukit karya Kuntowijoyo -
Periode 1980an: Canting 1986 karya Arswendo Atmowiloto dan Ronggeng
Dukuh Paruk 1981 karya Ahmad Tohari -
Periode 1990an: Saman 1998 karya Ayu Utami dan Para Priyayi 1992
karya umar Kayam -
Periode 2000an: Perempuan Berkalung Sorban 2001 karya Abidah EL
Khalieqy dan Tanah Tabu 2008 karya Anindita S Thayf
Teknik pengumpulan data dilakukan dengan teknik baca dan catat. Analisis data dilakukan dengan teknik deskriptif kualitatif. Data-data yang
telah dikumpulkan berdasarkan rumusan permasalahan. Setelah dikumpulkan, data
Click to buy NOW PD
w w
w .doc
u-trac k.
co m
Click to buy NOW PD
w w
w .doc
u-trac k.
co m
7
tersebut diinterpretasikan, kemudian dilakukan inferensi. I nferensi digunakan untuk menginterpretasikan dan menyimpulkan hasil penelitian sesuai dengan
permasalahan penelitian. Penelitian ini menggunakan validitas semantik untuk mengukur kesesuaian makna data yang ditemukan dengan rumusan masalah yang
diajukan. Proses analisis data diuji dengan validitas konstruk yaitu dengan melakukan analisis terhadap keterkaitan antardata dengan berbagai unsur yang
menjadi konteksnya, yang dalam kasus penelitian ini mendasarkan pada konstruk analisis kritik sastra feminis. Selanjutnya, reliabilitas hasil penelitian diuji dengan
teknik
intraratter dan interrater. Peneliti dengan segenap kemampuan dan keilmuan melaksanakan penelitian dan melakukan diskusi dengan rekan sejawat yang
berkompeten dengan bidang yang terkait. Rekan sejawat dalam penelitian ini adalah Wiyatmi, M.Hum. Beliau adalah seorang dosen di Jurusan Pendidikan Bahasa dan
Sastra I ndonesia di FBS UNY yang juga sedang meneliti topik yang sama, yakni persoalan gender dalam sastra I ndonesia tahun 1990 hingga 2000.
7 . Hasil Penelitian dan Pembahasan A. Peran Perempuan yang Terefleksi dalam Novel-novel I ndonesia
1900 – 2000 Hasil penelitian menunjukkan bahwa novel-novel yang dikaji menunjukkan
beberapa peran perempuan. Yang pertama, adalah peran perempuan di bidang domestik. Ada 8 novel yang menunjukkan peran perempuan di bidang domestic.
Kedua, peran public. Hanya ada 1 novel yang menunjukkan peran ini. Ketiga, perempuan yang berperan di bidang public dan domestic, sebanyak 10 novel.
Berikut ini adalah tabel yang menggambarkan peran-peran tersebut.
Tabel 2. Peran Perempuan yang Terefleksi dalam Novel-novel I ndonesia 1900 – 2000
1 . Permasalahan yang Dialami oleh Perempuan
Dari analisis yang telah dilakukan, tokoh-tokoh perempuan mengalami beberapa permasalahan terkait dengan peran mereka di bidang public dan domestic.
Permasalahan itu berkaitan dengan persoalan psikologis, kebangsaan, konstruksi gender, kekerasan dalam rumah tangga KDRT, politik, serta ketergantungan
Click to buy NOW PD
w w
w .doc
u-trac k.
co m
Click to buy NOW PD
w w
w .doc
u-trac k.
co m
8
ekonomi. Berikut ini adalah tabel yang menunjukkan permasalahan yang dialami oleh perempuan dalam novel I ndonesia 1900 – 2000.
Tabel 3. Permasalahan yang Dialami oleh Perempuan
3 . Penyebab Permasalahan yang Dialami oleh Perempuan
Permasalahan psikologis, kebangsaan, konstruksi gender, KDRT, politik, serta ketergantungan ekonomi yang dialami oleh tokoh perempuan dalam novel-novel
yang dikaji terutama disebabkan oleh kultur budaya 14 novel. Selain itu, konstruksi gender adalah factor kedua terbesar 8 novel. Perbedaan kebangsaan 3 novel,
agama 2 novel, serta politik dan ketergantungan ekonomi masing-masing 1 novel adalah penyebab lain munculnya permasalahan-permasalahan tersebut. Tabel 4
berikut ini akan menggambarkan penyebab permasalahan yang dialami oleh tokoh perempuan.
Tabel 4. Penyebab Permasalahan yang Dialami oleh Perempuan
4 . Cara Perempuan Menyelesaikan Permasalahan
Latar belakang tokoh perempuan berandil besar dalam menyelesaikan permasalahan. Beberapa tokoh perempuan ada yang memilih untuk melakukan
perlawanan. I ni terutama mereka yang memiliki pendidikan, seperti Soemirah, Yasmin dan Shakuntala, Annisa, dan Ningsih. Namun, perempuan dalam novel yang
dikaji lebih banyak menunjukkan sikap pasrah, tunduk terhadap dominasi cultural yang menjadi penyebab permasalahan mereka. Beberapa bahkan melakukan
eskapisme, lari dari permasalahan, seperti yang dilakukan oleh tokoh Marsiti dalam novel Bunga Roos dari Tjikembang, Siti Mariah dalam Hikayat Siti Mariah, dan
Click to buy NOW PD
w w
w .doc
u-trac k.
co m
Click to buy NOW PD
w w
w .doc
u-trac k.
co m
9
Sumartini dalam novel Belenggu. Tabel 5 berikut akan memberikan gambaran cara- cara yang ditempuh oleh tokoh perempuan untuk menyelesaikan masalah mereka.
Tabel 5 . Cara penyelesaian masalah
B. Pembahasan 1 . Peran Perempuan yang Terefleksi dalam Novel-novel I ndonesia