Konseling Pre-post Tes HIV Informed Consent untuk tes HIVAIDS

retroviridae. AIDS merupakan tahap akhir dari infeksi HIV. Sudoyo Aru, dkk 2009. B. Kebijakan pemerintah terkait dengan pasien HIVAIDs 1. Isu Etik dan Hukum pada Konseling Pre-Post tes HIV

a. Konseling Pre-post Tes HIV

Konseling adalah proses pertolongan di mana seseorang dengan tulus ikhlas dan tujuan yang jelas memberikan waktu, perhatian dan keahliannya untuk membantu klien mempelajari dirinya, mengenali, dan melakukan pemecahan masalah terhadap keterbatasan yang diberikan lingkungan. Voluntary counseling and testing VCT atau konseling dan tes sukarela merupakan kegiatan konseling yang bersifat sukarela dan rahasia, yang dilakukan sebelum dan sesudah tes darah di laboratorium. Konseling dilakukan oleh konselor terlatih dengan modul VCT. Mereka dapat berprofesi perawat, pekerja sosial, dokter, psikolog, psikiater, atau profesi lain.

b. Informed Consent untuk tes HIVAIDS

Hal ini dilakukan agar seseorang bisa mengetahui secara pasti status kessehatan dirinya, terutama menyangkut risiko dari perilakunya selama ini. Tes HIV harus bersifat : Sukarela : bahwa seseorang yang akan melakukan tes HIV haruslah berdasarkan atas kesadarannya sendiri, bukan atas paksaantekanan orang lain ini juga berarti bahwa dirinya setuju untuk dites setelah mengetahui hal-hal apa saja yang tercakup dalam tes itu, apa keuntungan dan kerugian dari tes HIV, serta apa saja implikasi dari hasil positif ataupun negative tersebut. Rahasia : apapun hasil tes ini baik positif maupun negative hasilnya hanya boleh diberitahu langsung kepada orang yang bersangkutan. Tidak boleh diwakilkan kepada siapapun baik orangtuapasangan, atasan atau siapapun.

2. Aspek Etik dan Legal Tes HIV

Informed consent adalah persetujuan yang diberikan pasien atau keluarga atas dasar penjelasan mengenai tindakan medis yang akan 4 dilakukan terhadap pasien tersebut Permenkes, 1989. Dasar dari informed consent yaitu; a. Asas menghormati otonomi pasien setelah mendapatkan informasi yang memadai pasien bebas dan berhak memutuskan apa yang akan dilakukan terhadapnya. b. Kepmenkes 1239MenkesSKXI2001 pasal 16: dalam melaksanakan c. kewenangannya perawat wajib menyampaikan informasi dan meminta persetujuan tindakan yang akan dilakukan. d. PP No. 32 tahun1996 tentang tenaga kesehatan pasal 22 ayat 1: bagi tenaga. e. kesehatan dalam menjalankan tugas wajib memberikan informasi dan meminta persetujuan. f. UU No. 23 tahun 1992 tentang tenaga kesehatan pasal 15 ayat 2: tindakan medis tertentu hanya bisa dilakukan dengan persetujuan yang bersangkutan atas keluarga.

3. Kebijakan pemerintah Permenkes No. 21 tahun 2013 Tahun 2015 merupakan tahun yang

sangat strategis bagi penanggulangan HIV dan AIDS di Indonesia.

a. Tahun 2014 merupakan awal pemerintahan baru yang memiliki visi