TUGAS IBU ERNI

(1)

TREND & ISSUE KEBIJAKAN PEMERINTAH TERKAIT DENGAN PASIEN HIV/AIDs

DISUSUN OLEH : KELOMPOK 1

Ade asrianti Muhammad Said

Ahmad buchori Mutiah Azizi

Dedi purwanto Novita Sari

Desiana Sujasmawati

Diawati Supriati

Dewi Tanjung Tatin Suhartini

Kelas : 3A transfer

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH JAKARTA FAKULTAS ILMU KEPERAWATAN

PROGRAM S1 TRANSFER TAHUN 2017


(2)

Kata pengantar

Assalamu’alaikum wr.wb

Puji syukur Alhamdulillah penulis panjatkan kehadirat Allah SWT, karena atas limpahan rahmat dan hidayah-Nya penulis dapat menyelesaikan makalah KEPERAWATAN HIV/AIDs sesuai waktu yang telah ditentukan. Shalawat serta salam tetap tercurah pada junjungan kita Nabi Muhammad SAW, beserta sahabat dan para pengikutnya.

Dalam kesempatan ini, penulis mengucapkan terima kasih atas bantuan yang telah diberikan oleh berbagai pihak, baik moril maupun materil dalam proses pembuatan makalah ini. Penulis menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari sempurna. Pepatah mengatakan, Tak ada gading yang tak retak. Oleh karena itu, saran ataupun kritik yang membangun, sangat penulis harapkan demi kesempurnaan makalah ini. Semoga apa yang disajikan dalam makalah ini dapat bermanfaat bagi kita semua. Amin.

Wassalamu’alaikum wr.wb

Jakarta, Oktober 2017

Penulis


(3)

Daftar Isi

Kata pengantar...i

Daftar Isi...ii

BAB I PENDAHULUAN...1

A. LATAR BELAKANG...1

B. TUJUAN PENULISAN...2

BAB II TINJAUAN TEORI...3

PENUGASAN...3

PEMBAHASAN TEORI...3

A. Pengertian...3

B. Kebijakan pemerintah terkait dengan pasien HIV/AIDs...4

BAB III PENUTUP...9

A. Kesimpulan...9

B. Saran... 9

Daftar pustaka...10

2 ii


(4)

BAB I PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG

HIV/AIDS merupakan isu kesehatan yang cukup sensitif untuk dibicarakan. Hal ini berkaitan dengan sifat yang unik dari penyakit ini. Selain kasusnya yang seperti fenomena gunung es, stigma dan diskriminasi juga banyak dialami oleh penderita dan keluarganya. Tingginya stigma masyarakat terhadap penderita HIV/AIDS menyebabkan banyak perlakuan diskriminatif baik dalam hal pekerjaan, perawatan, pengobatan, pendidikan maupun dalam hal lainnya.

Acquired Immune Deficiency Syndrome (AIDS) merupakan kumpulan gejala penyakit yang disebabkan oleh Human Immunodeficiency Virus (HIV). Virus tersebut merusak sistem kekebalan tubuh manusia, dengan akibat turunnya/hilangnya daya tahan tubuh sehingga mudah terjangkit penyakit infeksi. Virus HIV ditemukan dalam cairan tubuh terutama pada cairan sperma, cairan vagina dan darah. Penularan terutama terjadi melalui hubungan seksual yang tidak aman, transfusi darah, penggunaan jarum suntik yang tidak steril, transplantasi organ/jaringan dan penularan dari ibu hamil ke janin yang dikandungnya (Stratanas Penanggulangan HIV/AIDS 2003-2007).

Tahun 2015 merupakan tahun yang sangat strategis bagi penanggulangan HIV dan AIDS di Indonesia. Pertama, tahun depan merupakan awal pemerintahan baru yang memiliki visi dan misi kesehatan yang berbeda dengan pemerintahan yang saat ini. Kedua, tahun ini juga merupakan awal dari pelaksanaan Rencana Strategi dan Aksi Nasional Penanggulangan AIDS 2014-2019. Ketiga, tahun 2015 merupakan tahun awal untuk pelaksanaan model pendanaan program penanggulangan AIDS yang baru. Adanya perubahan-perubahan ini menuntut kita untuk selalu memantau dan mengawal pelaksanaan program penanggulangan AIDS agar semakin mampu untuk merealisasikan tujuan dari penanggulangan AIDS itu sendiri yaitu menurunkan hingga meniadakan infeksi HIV baru; menurunkan hingga meniadakan kematian yang disebabkan oleh keadaan yang berkaitan dengan AIDS; meniadakan diskriminasi terhadap orang dengan HIV dan AIDS (ODHA); meningkatkan kualitas hidup ODHA; dan mengurangi dampak sosial ekonomi dari HIV dan AIDS pada individu, keluarga dan masyarakat (Permenkes No. 21 tahun 2013). Berdasarkan


(5)

laporan dari tahun ke tahun kasus AIDS menunjukkan trend peningkatan yang terus-menerus. Menurut laporan dari WHO (World Health Organization) pada akhir tahun 2009, 33,3 juta orang hidup dengan HIV dan 1,8 juta orang meninggal karenanya. Dari laporan Ditjen PP dan PL Kemerdekaan RI juga dapat dilihat jumlah kumulatif kasus AIDS di Indonesia sampai dengan akhir Juni 2011 sebanyak 26.483 kasus. Dari uraian diatas, maka penulis tertarik membahas lebih dalam mengenai Kebijakan pemerintah, UUD, Kepres, Perda, atau kebijakan lainnya mengenai pasien dengan HIV/AIDs

B. TUJUAN PENULISAN

1. Mengetahui pengertian HIV/AIDs

2. Memahami Kebijakan pemerintah, UUD, Kepres, Perda, atau kebijakan lainnya.


(6)

BAB II TINJAUAN TEORI

PENUGASAN

Mencari trend dan issue-issue kebijakan pemerintah terkait dengan pada pasien HIV/AIDs

Isi makalah a. Pengertian

b. Kebijakan pemerintah, UUD, Kepres, Perda, atau kebijakan lainnya. c. Kesimpulan

d. Perpustakaan. PEMBAHASAN TEORI

A. Pengertian

HIV adalah singkatan dari Human Immunodeficiency Virus. Virus ini menyerang sistem kekebalan tubuh dan melemahkan kemampuan tubuh untuk melawan infeksi dan penyakit.

Acquired Immune Deficiency Syndrome (AIDS) merupakan kumpulan gejala penyakit yang disebabkan oleh Human Immunodeficiency Virus (HIV). Virus tersebut merusak sistem kekebalan tubuh manusia, dengan akibat turunnya/hilangnya daya tahan tubuh sehingga mudah terjangkit penyakit infeksi.

HIV adalah singkatan dari Human Immunodeficiency Virus merupakan virus yang dapat menyebabkan penyakit AIDS. Virus ini menyerang manusia dan menyerang sistem kekebalan (imunitas) tubuh, sehingga tubuh menjadi lemah dalam melawan infeksi Yang menyebabkan defisiensi (kekurangan) sistem imun. AIDS adalah singkatan dari Acquired imune deficiency syndrome yaitu menurunnya daya tahan tubuh terhadap berbagai penyakit karena adanya infeksi virus HIV (human Immunodeficiency virus). Antibodi HIV positif tidak diidentik dengan AIDS, karena AIDS harus menunjukan adanya satu atau lebih gejala penyakit skibat defisiensi sistem imun selular.

AIDS ( Acquired Immunodeficiency Syndrome) adalah sekumpulan gejala atau penyakit yang disebabkan oleh menurunnya kekebalan tubuh akibat infeksi oleh virus HIV ( Human Immunodeficiency Virus) yang termasuk family


(7)

retroviridae. AIDS merupakan tahap akhir dari infeksi HIV. (Sudoyo Aru, dkk 2009).

B. Kebijakan pemerintah terkait dengan pasien HIV/AIDs 1. Isu Etik dan Hukum pada Konseling Pre-Post tes HIV

a. Konseling Pre-post Tes HIV

Konseling adalah proses pertolongan di mana seseorang dengan tulus ikhlas dan tujuan yang jelas memberikan waktu, perhatian dan keahliannya untuk membantu klien mempelajari dirinya, mengenali, dan melakukan pemecahan masalah terhadap keterbatasan yang diberikan lingkungan. Voluntary counseling and testing (VCT) atau konseling dan tes sukarela merupakan kegiatan konseling yang bersifat sukarela dan rahasia, yang dilakukan sebelum dan sesudah tes darah di laboratorium. Konseling dilakukan oleh konselor terlatih dengan modul VCT. Mereka dapat berprofesi perawat, pekerja sosial, dokter, psikolog, psikiater, atau profesi lain.

b. Informed Consent untuk tes HIV/AIDS

Hal ini dilakukan agar seseorang bisa mengetahui secara pasti status kessehatan dirinya, terutama menyangkut risiko dari perilakunya selama ini. Tes HIV harus bersifat :

Sukarela : bahwa seseorang yang akan melakukan tes HIV haruslah berdasarkan atas kesadarannya sendiri, bukan atas paksaan/tekanan orang lain ini juga berarti bahwa dirinya setuju untuk dites setelah mengetahui hal-hal apa saja yang tercakup dalam tes itu, apa keuntungan dan kerugian dari tes HIV, serta apa saja implikasi dari hasil positif ataupun negative tersebut.

Rahasia : apapun hasil tes ini (baik positif maupun negative) hasilnya hanya boleh diberitahu langsung kepada orang yang bersangkutan. Tidak boleh diwakilkan kepada siapapun baik orangtua/pasangan, atasan atau siapapun.

2. Aspek Etik dan Legal Tes HIV

Informed consent adalah persetujuan yang diberikan pasien atau keluarga atas dasar penjelasan mengenai tindakan medis yang akan


(8)

dilakukan terhadap pasien tersebut (Permenkes, 1989). Dasar dari informed consent yaitu;

a. Asas menghormati otonomi pasien setelah mendapatkan informasi yang memadai pasien bebas dan berhak memutuskan apa yang akan dilakukan terhadapnya.

b. Kepmenkes 1239/Menkes/SK/XI/2001 pasal 16: dalam melaksanakan

c. kewenangannya perawat wajib menyampaikan informasi dan meminta persetujuan tindakan yang akan dilakukan.

d. PP No. 32 tahun1996 tentang tenaga kesehatan pasal 22 ayat 1: bagi tenaga.

e. kesehatan dalam menjalankan tugas wajib memberikan informasi dan meminta persetujuan.

f. UU No. 23 tahun 1992 tentang tenaga kesehatan pasal 15 ayat 2: tindakan medis tertentu hanya bisa dilakukan dengan persetujuan yang bersangkutan atas keluarga.

3. Kebijakan pemerintah

Permenkes No. 21 tahun 2013 Tahun 2015 merupakan tahun yang sangat strategis bagi penanggulangan HIV dan AIDS di Indonesia.

a. Tahun 2014 merupakan awal pemerintahan baru yang memiliki visi dan misi kesehatan yang berbeda dengan pemerintahan yang saat ini. b. Tahun 2013 juga merupakan awal dari pelaksanaan Rencana Strategi

dan Aksi Nasional Penanggulangan AIDS 2014-2019.

c. Tahun 2015 merupakan tahun awal untuk pelaksanaan model pendanaan program penanggulangan AIDS yang baru. Adanya perubahan-perubahan ini menuntut kita untuk selalu memantau dan mengawal pelaksanaan program penanggulangan AIDS agar semakin mampu untuk merealisasikan tujuan dari penanggulangan AIDS itu sendiri yaitu :

1) Menurunkan hingga meniadakan infeksi HIV baru

2) Menurunkan hingga meniadakan kematian yang disebabkan oleh keadaan yang berkaitan dengan AIDS


(9)

3) Meniadakan diskriminasi terhadap orang dengan HIV dan AIDS (ODHA)

4) Meningkatkan kualitas hidup ODHA

5) Mengurangi dampak sosial ekonomi dari HIV dan AIDS pada individu, keluarga dan masyarakat

4. UUD

Dalam pasal 4 UU Kesehatan No. 36/2009 dinyatakan bahwa setiap orang berhak atas kesehatan. Permasalahan HIV dan AIDS sangat terkait dengan hak atas kesehatan. Hak atas kesehatan adalah aset utama keberadaan umat manusia karena terkait dengan kepastian akan adanya pemenuhan atas hak yang lain, seperti pendidikan dan pekerjaan. Secara garis besar di dalam UU Kesehatan perlindungan hukum terhadap penderita HIV/ AIDS diatur mengenai :

a. Hak atas pelayanan kesehatan

seluruh masyarakat tanpa kecuali termasuk penderita HIV AIDS. Dalam Pasal 5 UU Kesehatan dinyatakan bahwa terdapat kesamaan hak tiap orang dalam mendapatkan akses atas sumber daya kesehatan, memperoleh pelayanan kesehatan yang aman, bermutu dan terjangkau.Tugas pemerintah dalam hal ini untuk menyediakan tenaga medis, paramedik dan tenaga kesehatan lainnya yang cukup dalam memberikan pelayanan kesehatan bagi penderita HIV/AIDS dan menjamin ketersediaan segala bentuk upaya kesehatan sehingga tercapai derajat kesehatan yang setinggi-tingginya. Penyediaan obat dan perbekalan kesehatan serta jaminan ketersediaan obat dan alat kesehatan diatur dalam UU Kesehatan dan berlaku juga bagi penderita HIV/AIDS.

b. Hak atas informasi

Pasal 7 UU Kesehatan secara tegas mengatakan bahwa setiap orang berhak mendapatkan informasi dan edukasi tentang kesehatan serta informasi tentang data kesehatan dirinya termasuk tindakan dan pengobatan atas dirinya pada pasal 8. Peningkatan pendidikan untuk menangani HIV dan AIDS termasuk metode pencegahan dan penanggulangan HIV dan AIDS serta peningkatan pemahaman


(10)

masyarakat mengenai pentingnya pencegahan dan penyebaran HIV dan AIDS, misalnya melalui penyuluhan dan sosialisasi merupakan upaya dalam memberikan informasi mengenaiHIV/AIDS.

c. Hak atas kerahasiaan

Hak atas kerahasiaan dalam UU Kesehatan diatur dalam Pasal 57 dimana setiap orang berhak atas rahasia kondisi kesehatannya. Selain itu UUPK No. 29/2004 juga mengatur mengenai rahasia medis dan rekam medis ini pada paragraph 3 dan 4 tentang rekam medis dan rahasia kedokteran.

Rahasia Medis itu bersifat pribadi, hubungannya hanya antara dokter -pasien. Ini berarti seorang dokter tidak boleh mengungkapkan tentang rahasia penyakit pasien yang dipercayakannya kepada orang lain, tanpa seizin si pasien. Masalah HIV / AIDS banyak sangkut pautnya dengan Rahasia Medis sehingga kita harus berhati hati dalam menanganinya.

Dalam mengadakan peraturan hukum, selalu terdapat dilema antara kepentingan masyarakat dan kepentingan perseorangan. Seringkali harus dipertimbangkan kepentingan mana yang dirasakan lebih berat. Dalam sistim Demokrasi, hak asasi seseorang harus diindahkan, namun hak asasi ini tidaklah berarti bersifat mutlak. Pembatasan dari hak asasi seseorang adalah hak asasi orang lain didalam masyarakat itu. Jika ada pertentangan kepentingan, maka hak perorangan harus mengalah terhadap kepentingan masyarakat banyak.

d. Hak atas persetujuan tindakan medis

Dalam pasal 56 UU Kesehatan diatur tentang persetujuan tindakan medis atau informed consent. Masalah AIDS juga ada erat kaitannya dengan Informed Consent. Merupakan tugas dan kewajiban seorang dokter untuk memberikan informasi tentang penyakit-penyakit yang diderita pasien dan tindakan apa yang hendak dilakukan, disamping wajib merahasiakannya. Pada pihak lain kepentingan masyarakat juga harus dilindungi.


(11)

5. Kepres

Untuk mengejawantahkan tujuan Keppres 36 Tahun 1994 maka Menteri Koordinator Bidang Kesejahteraan Rakyat yang ditunjuk sebagai Ketua Komisi Penanggulangan AIDS, menerbitkan Keputusan Nomor : 9/KEP/MENKO/KESRA/VI/1994 tanggal 16 Juni 1994 tentang Strategi Nasional (STRANAS) Penanggulangan AIDS di Indonesia. Adapun tujuan yang diusung STRANAS dalam penanggulangan HIV dan AIDS adalah:

a. Mencegah penularan virus HIV dan AIDS.

b. Mengurangi sebanyak mungkin penderitaan perorangan serta dampaksosial dan ekonomis dari HIV dan AIDS di seluruh Indonesia. c. Menghimpun dan menyatukan upaya-upaya nasional untuk

penanggulangan HIV dan AIDS. 6. Peraturan presiden republik indonesia

Peraturan presiden republik indonesia nomor 75 tahun 2006 tentang komisi penanggulang AIDS nasional :

7. Inpres

a. Kebijakan inpres No.3 tahun 2010 : Prevalensi HIV pada penduduk usia 15-49 tahun, menjadi < 0,5 % .

b. Persentase penduduk usia 15-24 tahun yang memiliki pengetahuan komprehensif tentang HIV/AIDs menjadi 75 %

c. Jumlah penduduk usia 15 tahun atau lebih yang menerima konseling dan test HIV menjadi 400.000.

d. Persentase kabupaten dalam kota yang melaksanakan pencegahan penularan HIV sesuai pedoman menjadi 60%.

e. Penggunaan kondom pada kelompok resiko tinggi menjadi 35% pada wanita dan 20 % pada laki-laki.

f. Persentase ODHA yang mendapatkan ART menjadi 75%

g. Persentase Rumah sakit pemerintah yang menyelenggarakan pelayanan rujukan bagi ODHA menjadi 70%.


(12)

BAB III PENUTUP

A. Kesimpulan

HIV adalah singkatan dari Human Immunodeficiency Virus. Virus ini menyerang sistem kekebalan tubuh dan melemahkan kemampuan tubuh untuk melawan infeksi dan penyakit. Acquired Immune Deficiency Syndrome (AIDS) merupakan kumpulan gejala penyakit yang disebabkan oleh Human Immunodeficiency Virus (HIV). Berbagai jenis Kebijakan pemerintah, UUD, Kepres, Perda, atau kebijakan pasien dengan HIV/AIDs telah diatur sedemikian rupanya.

Banyak isu legal yang terjadi dalam perawatan pasien. perawatan pasien dengan HIV/AIDS menimbulkan banyak masalah sulit tentang tes HIV, stigma, dan diskriminasi, masalah di tempat kerja, dan masih banyak masalah yang lain. penerimaan masyarakat terhadap pasien HIV/AIDS masih kurang disebabkan HIV banyak dihubungkan dengan mitos-mitos dimasyarakat.

B. Saran

Perawat harus selalu mengevaluasi diri untuk memastikan tindakan telah sesuai dengan prinsip etik dan hukum. Hukum merupakan proses yang dinamis sehingga tenaga kesehatan juga harus selalu memperbaharui pengetahuan mereka tentang hukum yang berlaku saat itu. Prinsipnya, bersikap jujur pada pasien dan meminta informed consent atas semua tindakan atau pemeriksaan merupakan tindakan yang paling aman untuk menghindari implikasi hukum/kebijakan pemerintahan.


(13)

Daftar pustaka

Sudoyo, Aru W. 2009.Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam. Jakarta : Interna Publishing. http://kebijakankesehatanindonesia.net/23-agenda/1913-kelompok-kebijakan-hiv-aids

http://www.aidsindonesia.or.id/repo/perpustakaan/Perpres75Thn2006.pdf https://katrineps40.blogspot.co.id/2016/04/hivaids_30.html


(1)

dilakukan terhadap pasien tersebut (Permenkes, 1989). Dasar dari informed consent yaitu;

a. Asas menghormati otonomi pasien setelah mendapatkan informasi yang memadai pasien bebas dan berhak memutuskan apa yang akan dilakukan terhadapnya.

b. Kepmenkes 1239/Menkes/SK/XI/2001 pasal 16: dalam melaksanakan

c. kewenangannya perawat wajib menyampaikan informasi dan meminta persetujuan tindakan yang akan dilakukan.

d. PP No. 32 tahun1996 tentang tenaga kesehatan pasal 22 ayat 1: bagi tenaga.

e. kesehatan dalam menjalankan tugas wajib memberikan informasi dan meminta persetujuan.

f. UU No. 23 tahun 1992 tentang tenaga kesehatan pasal 15 ayat 2: tindakan medis tertentu hanya bisa dilakukan dengan persetujuan yang bersangkutan atas keluarga.

3. Kebijakan pemerintah

Permenkes No. 21 tahun 2013 Tahun 2015 merupakan tahun yang sangat strategis bagi penanggulangan HIV dan AIDS di Indonesia.

a. Tahun 2014 merupakan awal pemerintahan baru yang memiliki visi dan misi kesehatan yang berbeda dengan pemerintahan yang saat ini. b. Tahun 2013 juga merupakan awal dari pelaksanaan Rencana Strategi

dan Aksi Nasional Penanggulangan AIDS 2014-2019.

c. Tahun 2015 merupakan tahun awal untuk pelaksanaan model pendanaan program penanggulangan AIDS yang baru. Adanya perubahan-perubahan ini menuntut kita untuk selalu memantau dan mengawal pelaksanaan program penanggulangan AIDS agar semakin mampu untuk merealisasikan tujuan dari penanggulangan AIDS itu sendiri yaitu :

1) Menurunkan hingga meniadakan infeksi HIV baru

2) Menurunkan hingga meniadakan kematian yang disebabkan oleh keadaan yang berkaitan dengan AIDS


(2)

3) Meniadakan diskriminasi terhadap orang dengan HIV dan AIDS (ODHA)

4) Meningkatkan kualitas hidup ODHA

5) Mengurangi dampak sosial ekonomi dari HIV dan AIDS pada individu, keluarga dan masyarakat

4. UUD

Dalam pasal 4 UU Kesehatan No. 36/2009 dinyatakan bahwa setiap orang berhak atas kesehatan. Permasalahan HIV dan AIDS sangat terkait dengan hak atas kesehatan. Hak atas kesehatan adalah aset utama keberadaan umat manusia karena terkait dengan kepastian akan adanya pemenuhan atas hak yang lain, seperti pendidikan dan pekerjaan. Secara garis besar di dalam UU Kesehatan perlindungan hukum terhadap penderita HIV/ AIDS diatur mengenai :

a. Hak atas pelayanan kesehatan

seluruh masyarakat tanpa kecuali termasuk penderita HIV AIDS. Dalam Pasal 5 UU Kesehatan dinyatakan bahwa terdapat kesamaan hak tiap orang dalam mendapatkan akses atas sumber daya kesehatan, memperoleh pelayanan kesehatan yang aman, bermutu dan terjangkau.Tugas pemerintah dalam hal ini untuk menyediakan tenaga medis, paramedik dan tenaga kesehatan lainnya yang cukup dalam memberikan pelayanan kesehatan bagi penderita HIV/AIDS dan menjamin ketersediaan segala bentuk upaya kesehatan sehingga tercapai derajat kesehatan yang setinggi-tingginya. Penyediaan obat dan perbekalan kesehatan serta jaminan ketersediaan obat dan alat kesehatan diatur dalam UU Kesehatan dan berlaku juga bagi penderita HIV/AIDS.

b. Hak atas informasi

Pasal 7 UU Kesehatan secara tegas mengatakan bahwa setiap orang berhak mendapatkan informasi dan edukasi tentang kesehatan serta informasi tentang data kesehatan dirinya termasuk tindakan dan


(3)

masyarakat mengenai pentingnya pencegahan dan penyebaran HIV dan AIDS, misalnya melalui penyuluhan dan sosialisasi merupakan upaya dalam memberikan informasi mengenaiHIV/AIDS.

c. Hak atas kerahasiaan

Hak atas kerahasiaan dalam UU Kesehatan diatur dalam Pasal 57 dimana setiap orang berhak atas rahasia kondisi kesehatannya. Selain itu UUPK No. 29/2004 juga mengatur mengenai rahasia medis dan rekam medis ini pada paragraph 3 dan 4 tentang rekam medis dan rahasia kedokteran.

Rahasia Medis itu bersifat pribadi, hubungannya hanya antara dokter -pasien. Ini berarti seorang dokter tidak boleh mengungkapkan tentang rahasia penyakit pasien yang dipercayakannya kepada orang lain, tanpa seizin si pasien. Masalah HIV / AIDS banyak sangkut pautnya dengan Rahasia Medis sehingga kita harus berhati hati dalam menanganinya.

Dalam mengadakan peraturan hukum, selalu terdapat dilema antara kepentingan masyarakat dan kepentingan perseorangan. Seringkali harus dipertimbangkan kepentingan mana yang dirasakan lebih berat. Dalam sistim Demokrasi, hak asasi seseorang harus diindahkan, namun hak asasi ini tidaklah berarti bersifat mutlak. Pembatasan dari hak asasi seseorang adalah hak asasi orang lain didalam masyarakat itu. Jika ada pertentangan kepentingan, maka hak perorangan harus mengalah terhadap kepentingan masyarakat banyak.

d. Hak atas persetujuan tindakan medis

Dalam pasal 56 UU Kesehatan diatur tentang persetujuan tindakan medis atau informed consent. Masalah AIDS juga ada erat kaitannya dengan Informed Consent. Merupakan tugas dan kewajiban seorang dokter untuk memberikan informasi tentang penyakit-penyakit yang diderita pasien dan tindakan apa yang hendak dilakukan, disamping wajib merahasiakannya. Pada pihak lain kepentingan masyarakat juga harus dilindungi.


(4)

5. Kepres

Untuk mengejawantahkan tujuan Keppres 36 Tahun 1994 maka Menteri Koordinator Bidang Kesejahteraan Rakyat yang ditunjuk sebagai Ketua Komisi Penanggulangan AIDS, menerbitkan Keputusan Nomor : 9/KEP/MENKO/KESRA/VI/1994 tanggal 16 Juni 1994 tentang Strategi Nasional (STRANAS) Penanggulangan AIDS di Indonesia. Adapun tujuan yang diusung STRANAS dalam penanggulangan HIV dan AIDS adalah:

a. Mencegah penularan virus HIV dan AIDS.

b. Mengurangi sebanyak mungkin penderitaan perorangan serta dampaksosial dan ekonomis dari HIV dan AIDS di seluruh Indonesia. c. Menghimpun dan menyatukan upaya-upaya nasional untuk

penanggulangan HIV dan AIDS. 6. Peraturan presiden republik indonesia

Peraturan presiden republik indonesia nomor 75 tahun 2006 tentang komisi penanggulang AIDS nasional :

7. Inpres

a. Kebijakan inpres No.3 tahun 2010 : Prevalensi HIV pada penduduk usia 15-49 tahun, menjadi < 0,5 % .

b. Persentase penduduk usia 15-24 tahun yang memiliki pengetahuan komprehensif tentang HIV/AIDs menjadi 75 %

c. Jumlah penduduk usia 15 tahun atau lebih yang menerima konseling dan test HIV menjadi 400.000.

d. Persentase kabupaten dalam kota yang melaksanakan pencegahan penularan HIV sesuai pedoman menjadi 60%.

e. Penggunaan kondom pada kelompok resiko tinggi menjadi 35% pada wanita dan 20 % pada laki-laki.


(5)

BAB III PENUTUP A. Kesimpulan

HIV adalah singkatan dari Human Immunodeficiency Virus. Virus ini menyerang sistem kekebalan tubuh dan melemahkan kemampuan tubuh untuk melawan infeksi dan penyakit. Acquired Immune Deficiency Syndrome (AIDS) merupakan kumpulan gejala penyakit yang disebabkan oleh Human Immunodeficiency Virus (HIV). Berbagai jenis Kebijakan pemerintah, UUD, Kepres, Perda, atau kebijakan pasien dengan HIV/AIDs telah diatur sedemikian rupanya.

Banyak isu legal yang terjadi dalam perawatan pasien. perawatan pasien dengan HIV/AIDS menimbulkan banyak masalah sulit tentang tes HIV, stigma, dan diskriminasi, masalah di tempat kerja, dan masih banyak masalah yang lain. penerimaan masyarakat terhadap pasien HIV/AIDS masih kurang disebabkan HIV banyak dihubungkan dengan mitos-mitos dimasyarakat.

B. Saran

Perawat harus selalu mengevaluasi diri untuk memastikan tindakan telah sesuai dengan prinsip etik dan hukum. Hukum merupakan proses yang dinamis sehingga tenaga kesehatan juga harus selalu memperbaharui pengetahuan mereka tentang hukum yang berlaku saat itu. Prinsipnya, bersikap jujur pada pasien dan meminta informed consent atas semua tindakan atau pemeriksaan merupakan tindakan yang paling aman untuk menghindari implikasi hukum/kebijakan pemerintahan.


(6)

Daftar pustaka

Sudoyo, Aru W. 2009.Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam. Jakarta : Interna Publishing. http://kebijakankesehatanindonesia.net/23-agenda/1913-kelompok-kebijakan-hiv-aids

http://www.aidsindonesia.or.id/repo/perpustakaan/Perpres75Thn2006.pdf https://katrineps40.blogspot.co.id/2016/04/hivaids_30.html