METODE PENELITIAN

METODE PENELITIAN

Setelah dalam bab sebelumnya telah dijelaskan mengenai landasan teori dan pengembangan hipotesis, maka pada Bab III ini akan menjelaskan mengenai desain penelitian, data, alat uji, dan pengujian hipotesis yang dilakukan.

A. Desain Penelitian

Secara garis besar desain dalam penelitian ini dibagi menjadi dua tahap. Tahap pertama yaitu melakukan survei kuesioner untuk mengukur komponen demand . Survei ini dilakukan terhadap 70 orang narrow financial based stakeholder yang akan menghasilkan indeks tertimbang. Indeks ini akan menunjukkan tingkat permintaan akan pengungkapan sosial. Indeks juga akan memberikan bobot terhadap praktik pengungkapan sosial perusahaan agar kualitas pengungkapan lebih tepat dan akurat.

Tahap kedua akan dilakukan pengukuran untuk komponen supply. Dalam tahap ini akan dilakukan pengukuran pengungkapan sosial dalam laporan tahunan. Pengukuran dilakukan dengan dummy variable yaitu memberikan score 1 untuk item GRI 2008 yang diungkapkan dalam annual report dan memberikan score 0 untuk item yang tidak diungkapkan dalam annual report. Tingkat pemenuhan permintaan akan pengungkapan sosial (supply) bisa dilihat dari score yang telah diberikan untuk tiap item.

commit to user

dilakukan dengan menguji leverage, tipe industri, ukuran perusahaan, dan profitabilitas sebagai variabel independen, yang dikontrol dengan mekanisme corporate governance yaitu kepemilikan institusi dan komposisi dewan komisaris independent terhadap social disclosure. Pengujian dilakukan baik dengan

menggunakan indeks (weighted) maupun tidak menggunakan indeks (unweighted) .

B. Populasi, Sampel, dan Teknik Sampling

Populasi dapat dijelaskan sebagai kumpulan atau kelompok orang, peristiwa atau sesuatu yang menarik minat peneliti untuk melakukan penelitian (Sekaran, 2000). Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh perusahaan yang listing di Bursa Efek Indonesia (BEI) periode 2008 dan kelompok narrow financial based stakeholder . Penggunaan perusahaan yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia sebagai populasi, karena Bursa Efek Indonesia merupakan satu-satunya bursa efek yang ada di Indonesia sehingga diharapkan akan memperoleh jumlah populasi sekaligus sampel yang besar dan dapat memperkuat power of test-nya. Sedangkan penggunaan kelompok narrow financial based stakeholder karena kelompok ini syarat dengan konflik kepentingan seperti yang telah dijelaskan pada Bab II.

Sampel merupakan bagian dari populasi yang terdiri dari elemen-elemen yang diharapkan memiliki karakteristik yang sama dengan populasi (Sekaran,

commit to user

untuk demand dan supply.

Tahap 1 (satu)

Tahap 1 (satu) merupakan sampling untuk komponen demand. Sampling ini dilakukan dengan wawancara kuesioner item-item social disclosure berdasarkan standar GRI 2008 terhadap 70 orang narrow financial based stakeholder yang terdiri atas direktur, manajer, investor, politisi, kreditur dan organisasi regional. Untuk proporsi penyebaran kuesioner, yaitu sebesar 50 kuesioner atau 71,43% disebarkan kepada investor dan manajer, dan sisanya sebesar 20 kuesioner atau 28,56% disebarkan untuk kelmpok narrow financial based stake holder lainnya. Detail jumlah penyeberan kuesioner bisa dilihat dalam Tabel III.1 berikut.

Tabel III.1 Proporsi Penyebaran Kuesioner

No Kelompok narrow financial

based stake holder

Jumlah Kuesioner

yang disebar

6 Organisasi regional

5 6,58%

Jumlah total

70 100,00%

Dari tabel di atas dapat dilihat bahwa proporsi penyebaran kuesioner terbesar diberikan kepada investor dan manajer. Hal ini dilakukan mengingat kedua kelompok tersebut syarat akan konflik kepentingan seperti yang dijelaskan dalam teori keagenan.

commit to user

item social disclosure sangat penting diungkapkan dalam annual report, angka 4 menunjukkan item social disclosure penting diungkapkan dalam annual report, angka 3 menunjukkan item social disclosure cukup penting diungkapkan dalam annual report , angka 2 menunjukkan item social disclosure tidak penting diungkapkan dalam annual report, sedangkan angka 1 menunjukkan item social disclosure sangat tidak penting diungkapkan dalam annual report). Sedangkan item-item social disclosure berdasarkan GRI 2008 bisa dilihat dalam Lampiran 2.

Hasil sampling ini akan menghasilkan index untuk memberikan bobot tertimbang dalam analisis pengungkapan sosial dalam laporan tahunan emiten. Selain digunakan untuk membuat weighted index, hasilnya juga dapat menunjukkan seberapa besar tingkat permintaan akan pengungkapan sosial yang diinginkan narrow financial based stakeholder.

Tahap 2 (dua)

Pada tahap 2 (dua) akan dilakukan sampling komponen supply. Komponen supply diukur dengan metode unweighted dan weighted. Teknik pengambilan sampel yang digunakan dalam penelitian ini menggunakan metode purposive sampling . Penelitian ini mengambil 70 annual report perusahaan di Indonesia sesuai dengan kriteria. Kriteria yang digunakan untuk memilih sampel adalah

sebagai berikut :

1. Perusahaan yang telah terdaftar penuh (fully listed company) di Bursa Efek Indonesia (BEI), minimal 2 tahun berturut-turut. Hal ini menunjukkan bahwa perusahaan secara konsisten menerbitkan laporan tahunan.

commit to user

annual report secara lengkap untuk tahun finansial 2008.

3. Perusahaan yang menjadi sampel harus memiliki tanggal tutup buku 31 Desember.

4. Perusahaan melaporkan informasi yang bersifat moneter dalam satuan mata uang rupiah. Hasil analisis tahap 2 (dua) akan menunjukkan tingkat pemenuhan

permintaan (supply) dalam laporan tahunan perusahaan. Pada tahap 2 (dua) ini juga akan dilakukan uji analisis karakteristik perusahaan terhadap pengungkapan sosial.

C. Jenis dan Sumber Data

Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data primer dan data sekunder. Data primer diperoleh melalui survei kuesioner menggunakan kriteria GRI 2008 kepada narrow financial based stakeholder yaitu investor, kreditor- institusi financial, manajemen, direktur, politisi, organisasi regional. Data primer ini digunakan untuk mengukur demand (Tahap 1). Sedangkan data sekunder diperoleh dari laporan-laporan, catatan dan arsip yang diperoleh dari beberapa sumber diantaranya:

1. Laporan tahunan perusahaan sampel yang dipublikasikan di www.idx.co.id

2. Data perusahaan dari Indonesian Capital Market Directory

3. Sumber lain yang terkait

commit to user

analisis karakteristeik perusahaan terhadap pengungkapan sosial (Tahap 2).

D. Pengukuran Variabel

Sekaran (2000) menyatakan bahwa variabel merupakan sesuatu yang mempunyai nilai yang dapat berbeda/berubah. Nilai ini dapat berbeda dalam waktu yang lain untuk objek/orang yang sama atau dapat juga berbeda pada waktu yang sama untuk orang/objek yang berbeda.

Penelitian ini menggunakan dua variabel utama, yaitu variabel independen dan dependen, ditambah dengan variabel kontrol. Adapun definisi dan pengukuran masing-masing variabel akan dijelaskan sebagai berikut.

1. Variabel Independen

Variabel independen menurut Sekaran (2000) merupakan salah satu variabel yang mempengaruhi variabel dependen, baik pengaruh itu secara positif maupun negatif

a. Leverage (X 1 )

Leverage diproksi dengan Debt to equity ratio dengan perhitungan total hutang dibagi total modal sendiri. Rasio ini menunjukkan seberapa besar dari total keseluruhan aset perusahaan yang diperoleh atau didanai oleh utang. Hal ini sejalan dengan yang dilakukan oleh Kokubu et. al., (2001). Sedangkan rumus yang digunakan untuk menghitung leverage adalah sebagai berikut,

Total Ekuitas

Utang Total

Leverage =

commit to user

Kriteria untuk menentukan perusahaan dengan high-profile dengan low-profile digunakan pengelompokkan menurut Roberts (1992), Preston (1977) dan Patten (1991) dalam Hackston dan Milne (1996). Perusahaan-perusahaan yang termasuk dalam industri konstruksi, pertambangan, pertanian, kehutanan, perikanan, kimia, otomotif, barang konsumsi, makanan dan minuman, kertas, farmasi dan plastik sabagai industri yang high-profile. Sementara industri property dan real estate, perdagangan, jasa dan investasi dikategorikan menjadi industri low-profile. Tipe industri diukur menggunakan variabel dummy (1 = perusahaan yang termasuk dalam industri yang high-profile, 0 = perusahaan yang termasuk dalam industri yang low-profile).

c. Profitabilitas (X 3 )

Profitabilitas perusahaan dapat dilihat dari tingkat pengembalian atas asset (Freedman dan Jaggi, 2005) Penelitian ini menggunakan ROA sebagai pengukur tingkat profitabilitas karena ROA menunjukkan kemampuan perusahaan dalam menghasilkan laba serta mengukur tingkat efisiensi operasional secara keseluruhan dan efisiensi perusahaan dalam menggunakan harta yang dimilikinya (Haniffa dan Cooke, 2005). ROA adalah rasio yang diukur berdasarkan perbandingan antara laba setelah pajak dengan total aktiva perusahaan.

d. Size (X 4 ) Size atau ukuran perusahaan, merupakan variabel yang dapat diukur menggunakan total asset, penjualan atau modal dari perusahaan tersebut.

commit to user

kapitalisasi pasar maka semakin besar pula ukuran perusahaan (Haniffa dan Cooke, 2005). Proksi yang digunakan untuk mengukur variabel size dalam penelitian ini mengacu pada penelitian Aulia (2009) yaitu dengan menggunakan total aktiva perusahaan. Total aktiva digunakan karena total aktiva berisi keseluruhan aktiva yang dimiliki perusahaan baik lancar maupun tidak lancar, sehingga lebih menunjukkan ukuran perusahaan sebenarnya (Aulia, 2009)

2. Variabel Dependen

Variabel dependen dalam penelitian ini adalah pengungkapan social (social disclosure ). Untuk mengukur pengungkapan sosial digunakan metode weigthed index . Weighted index berarti memberikan indeks tertimbang kepada setiap item yang diungkapkan. Indeks tertimbang diperoleh dari hasil survei kuesioner menggunakan kriteria GRI 2008 kepada narrow financial based stakeholder yaitu investor, kreditor-institusi financial, manajemen, direktur, politisi, organisasi regional.

Standar GRI dipakai dalam penelitian ini karena GRI menyediakan petunjuk yang memadai dalam pelaporan aktivitas sosial bagi perusahaan dan stakeholder- nya untuk pengembangan yang berkelanjutan. Sedangkan metode weighted index digunakan karena indeks yang diperoleh menunjukkan kesesuaian pengungkapan sosial pada perusahaan di Indonesia lebih tepat dan akurat.

commit to user

variasi social disclosure (Li et al., 2008):

Dimana, n j = jumlah item untuk j th perusahaan. n j = 40. X ij = 1 jika item diungkapkan, 0 jika item tidak diungkapkan.

3. Variabel Kontrol

a. Kepemilikan Institusi (X 5 )

Adalah kepemilikan saham oleh investor institusional dalam suatu perusahaan. Fidyati (2004) menyebutkan bahwa kepemilikan saham oleh institusi dapat menjadi kendala manajer yang berusaha bertindak oportunis untuk kepentingan pribadinya. Dengan sempitnya keleluasaan manajer, diharapkan laporan yang disajikan lebih dapat dipercaya, sehingga kualitasnya juga lebih tinggi. Kepemilikan institusi diproksikan dengan persentase kepemilikan saham oleh investor institusional dari total keseluruhan kepemilikan saham

yang beredar dalam perusahaan.

b. Proporsi Dewan Komisaris Independen (X 6 )

Ditunjukkan melalui besarnya persentase dewan komisaris yang berasal dari luar perusahaan (independen) terhadap total keseluruhan anggota dewan komisaris yang ada dalam suatu perusahaan, dengan persentase minimal 30% sesuai dengan ketentuan yang dikeluarkan BEI. Mengacu penelitian Forker

ij

commit to user

dengan:

DewanKomis aris

KomisarisI ndependen omisarisIn KomposisiK omisarisIn

E. Teknik Analisis Data

Analisis data dalam penelitian ini meliputi: uji asumsi klasik yang dilakukan sebagai prasyarat untuk melakukan pengujian hipotesis; descriptive statistic ; dan pengujian hipotesis menggunakan analisis multiple regression. Selain pengujian utama, dilakukan juga logistic regression dan t-test untuk mendukung hasil pengujian utama. Pengujian dilakukan dengan menggunakan bantuan software SPSS release 17. Berikut ini akan dijelaskan mengenai tahapan- tahapan pengujian dalam penelitian ini.

1. Uji Validitas dan Reliabilitas

Uji validitas digunakan untuk mengukur sah atau valid tidaknya suatu kuesioner (Ghozali, 2006). Pengujian validitas dalam penelitian ini dilakukan dengan melakukan korelasi bivariate antara masing-masing skor indikator dengan total skor konstruk. Sedangkan uji reliabilitas digunakan untuk mengukur suatu kuesioner yang merupakan indikator dari variabel atau konstruk. Suatu kuesioner dikatan reliable atau handal jika jawaban seseorang terhadap pernyataan konsisten atau stabil dari waktu ke waktu. Uji reliabilitas dilakukan dengan menggunakan uji cronbach alfa.

commit to user

Pengujian data dilakukan dengan uji asumsi klasik yang bertujuan untuk memastikan bahwa hasil penelitian adalah valid, dengan data yang digunakan secara teori adalah tidak bias, konsisten, dan penaksiran koefisien regresinya efisien (Gujarati, 2003 dalam Ghozali, 2005).

a. Uji Normalitas Uji normalitas digunakan apakah dalam model regresi, variabel dependen dan independen mempunyai distribusi normal. Model regresi yang baik adalah yang mempunyai distribusi normal (Ghozali, 2005). Pengujian normalitas data dilakukan dengan menggunakan One Sample Kormogorov-Smirnov Test, dengan melihat tingkat signifikansi 5%. Dasar pengambilan keputusan dari uji normalitas adalah dengan melihat probabilitas asymp.sig (2-tailed) > 0,05 maka data mempunyai distribusi normal dan sebaliknya jika probabilitas asymp.sig (2 tailed) < 0,05 maka data mempunyai distribusi yang tidak normal.

b. Uji Heterokedastisitas Uji heterokedastisitas dilakukan untuk menguji apakah dalam model regresi terjadi ketidaksamaan varian dari residual satu observasi ke observasi lain. Jika variance tetap, maka disebut homokedastis, jika variance berbeda disebut heterokedastis (Ghozali, 2005). Pengujian heterokedastisitas dilakukan dengan melihat grafik plot antara nilai prediksi variabel terikat (dependen) yaitu ZPRED dengan residuaalnya SRESID. Deteksi ada tidaknya heterokedastisitas dapat dilakukan dengan melihat ada tidaknya pola tertentu pada grafik

commit to user

acak (random), baik di atas maupun di bawah angka 0 pada sumbu Y. Bila kondisi ini terpenuhi maka tidak terjadi heteroskedastisitas.

c. Uji Multikolinearitas Uji Multikoloniaritas bertujuan untuk menguji apakah model regresi ditemukan adanya korelasi antar variabel bebas. Model regresi yang baik seharusnya tidak terjadi korelasi diantara variabel bebas. Jika variabel bebas saling berkorelasi, maka variabel-variabel ini tidak ortogonal. Variabel ortogonal adalah variabel independen yang nilai korelasi antar sesama variabel bebas sama dengan nol (Ghozali, 2005). Multikolinearitas dapat dilihat dengan VIF (Variance Inflation Factor) bila nilai VIF kurang dari 10 dan nilai tolerance diatas 0,10, maka tidak terdapat gejala multikolinearitas dan begitu pula sebaliknya.

d. Uji Autokorelasi Uji autokorelasi bertujuan untuk menguji apakah dalam model regresi linear ada korelasi antara kesalahan pengganggu dalam periode t dengan kesalahan pengganggu pada periode t-1 (sebelumnya). Jika terjadi korelasi, maka dinamakan ada problem autokorelasi. Autokorelasi muncul karena observasi yang berurutan sepanjang waktu berkaitan satu sama lainnya. Masalah ini timbul karena residual (kesalahan pengganggu) tidak bebas dari satu observasi ke observasi lainnya. Untuk mengetahui apakah data yang digunakan dalam model regresi terdapat autokorelasi atau tidak, dapat diketahui melalui uji

commit to user

kurang dari 4-du, maka dapat disimpulkan bahwa tidak terdapat autokorelasi.

3. Descriptive Statistic

Descriptive statistic memberikan gambaran atau deskripsi suatu data yang dilihat dari nilai rata-rata (mean), standar deviasi, maksimum, dan minimum. Descriptive statistic dimaksudkan untuk memberikan gambaran mengenai distribusi dan perilaku data sampel tersebut (Ghozali, 2005).

4. Pengujian Hipotesis

Untuk pengujian hipotesis, penelitian ini menggunakan analisis multiple regression dengan cara mengukur goodness of fit model regresi, untuk menilai ketepatan fungsi regresi sampel dalam menaksir nilai aktual. Multiple regression akan menunjukkan pengaruh variabel independen terhadap tingkat pengungkapan (disclosure level) informasi sosial.

Adapun persamaan multiple regression untuk pengujian hipotesis dalam penelitian ini adalah:

Dimana : Y 1 = Pengungkapan Sosial

X 1 = Leverage

X 2 = Tipe Industri

X 3 = Profitabilitas

X 4 = Size (ukuran perusahaan)

X 5 = Kepemilikan Institusi

X 6 = Proporsi Dewan Komisaris Independen

commit to user

e = Error

5. Pengujian Logistic Regression, ANOVA, dan t-test

Logistic regression menguji apakah probabilitas terjadinya variabel dependen dapat diprediksi dengan variabel bebasnya. Pengujian logistic dilakukan apabila variabel independennya adalah dummy variable. Pengujian ini akan menunjukkan pengaruh dari karakteristik perusahaan yaitu size, tipe industri, leverage , dan probabilitas terhadap diungkapkan atau tidak diungkapkannya informasi sosial dalam laporan tahunan perusahaan.

ANOVA merupakan metode untuk menguji hubungan antara satu variabel dependen dengan satu atau lebih variabel kategorikal. ANOVA digunakan untuk mengetahui pengaruh utama dan pengaruh interaksi dari variabel independen kategorikal terhadap variabel dependen. Pengujian dilakukan terhadap kategori pendidikan responden dan usia responden.

Pengujian t-test digunakan untuk menentukan apakah dua sample yang tidak berhubungan memiliki nilai rata-rata yang berbeda (Ghozali, 2005). Uji beda t-test dilakukan terhadap kategori jenis kelamin responden yang akan mengukur apakah ada beda antara pria dan wanita dalam merespon praktik pengungkapan sosial. Pengujian t-test dengan metode paired sample t-test juga dilakukan terhadap pengungkapan sosial yang sudah di indeks (weighted) dan yang belum diindeks (unweighted).

commit to user

HASIL DAN PEMBAHASAN

Pada bab ini akan diuraikan mengenai deskripsi data, pengujian hipotesis, pembahasan, serta perbandingan dengan penelitian sebelumnya. Pengujian data dengan model analisis multiple regression menggunakan software SPSS release

17.0.

A. Deskripsi Data

Deskripsi data dalam penelitian ini, terdiri dari dua bagian yaitu seleksi sampel dan analisis deskriptif dari data yang diperoleh.

1. Seleksi Sampel

Penelitian ini menggunakan dua jenis data, data primer dan data sekunder. Data primer digunakan untuk mengukur komponen demand. Untuk memperoleh data primer, dilakukan wawancara kuesioner terhadap sampel penelitian yaitu kelompok narrow financial based stakeholder yang terdiri atas direktur, investor, manajer, kreditur, politikus dan anggota organisasi regional. Penelitian ini menyebarkan 71,43% atau 50 kuesioner dari total sampel sebanyak 70 kuesioner kepada investor dan manajer. Sedangkan sisanya yaitu sebesar 20 kuesioner dibagikan kepada kelompok narrow financial based stakeholder lainnya yaitu kreditur, direktur, organisasi regional, dan politikus. Hasil dari penyebaran 70 kuesioner dapat dilihat pada Tabel IV.1.

commit to user

Hasil Sampel Penelitian untuk Komponen Demand

Dari tabel diatas dapat dilihat bahwa tingkat pengembalian kuesioner adalah sebesar 71,43% atau sebanyak 50 (lima puluh) orang responden dan kuesioner yang tidak dikembalikan sebesar 28,57%. Struktur kelompok narrow financial based stakeholder yang paling banyak dijadikan sampel adalah manajer yaitu sebanyak 23 responden atau 46,00% dari jumlah keseluruhan sampel. Kelompok Investor menduduki peringkat kedua yaitu sebesar 14 responden atau 28,00% dari keseluruhan sampel, kemudian diikuti oleh anggota organisasi regional (10,00%), kreditur (8,00%), direktur (4,00%), dan politikus (4,00%). Rincian mengenai struktur kelompok narrow financial based stakeholder dapat dilihat Tabel IV.2.

Tabel IV.2 Struktur Kelompok Narrow Financial Based Stakeholder

Sampel Penelitian untuk Komponen Demand

Jumlah

Persentase

Kuesioner yang disebarkan

70 100,00% Jumlah kuesioner yang tidak kembali

20 28,57% Jumlah kuesioner yang kembali

50 71,43%

No

Kelompok narrow financial based stakeholder

Jumlah Persentase

4 Organisasi Regional

5 10,00%

5 Politikus

2 4,00%

6 Kreditur

4 8,00%

commit to user

Penelitian ini menggunakan data sekunder berupa annual report tahun 2008 yang dipublikasikan oleh website resmi Bursa Efek Indonesia (BEI) www.idx.go.id, dan situs resmi masing-masing perusahaan. Ada 393 perusahaan yang terdaftar di BEI pada tahun 2008 (lihat Tabel IV.3).

Tabel IV.3 Populasi Perusahaan yang Terdaftar di BEI Pada Tahun 2008

No

Tipe Industri

Jumlah Persentase

1 high-profile (konstruksi, pertambangan, pertanian, kehutanan, perikanan, kimia, otomotif, barang konsumsi, makanan dan minuman, kertas, farmasi dan plastik)

259 65,90%

2 low profile (property dan real estate, perdagangan, jasa dan investasi)

Penelitian ini menggunakan 70 sampel perusahaan dari 393 populasi perusahaan yang terdaftar di BEI pada tahun 2008 dengan menggunakan metode purposive sampling . Daftar perusahaan sampel ini bisa dilihat pada Lampiran 1. Dari 70 perusahaan sampel tersebut, ternyata semua (100%) perusahaan mengungkapkan informasi sosial dalam annual report-nya. Sebesar 28,57% atau sejumlah 20 perusahaan bergerak di bidang konstruksi, pertambangan, pertanian, kehutanan, perikanan, kimia, otomotif, barang konsumsi, makanan dan minuman, kertas, farmasi dan plastik, dan sisanya sebesar 50 perusahaan (71,43%) bergerak dalam industri property dan real estate, perdagangan, jasa dan investasi (lihat Tabel IV.4).

commit to user

Tabel IV.4 Jumlah Sampel Akhir Penelitian

No

Tipe Industri

Jumlah Persentase

1 high-profile (konstruksi, pertambangan, pertanian, kehutanan, perikanan, kimia, otomotif, barang konsumsi, makanan dan minuman, kertas, farmasi dan plastik)

20 28,57%

2 low profile (property dan real estate, perdagangan, jasa dan investasi)

Setelah sampel akhir ditentukan, maka proses scoring untuk item-item social disclosure bisa dilakukan. Item-item atau aspek-aspek social disclosure masing-masing perusahaan tersebut akan dipersentase berdasarkan item-item yang terdapat dalam GRI 2008. Item-item dalam pengungkapan informasi sosial dapat dilihat pada Lampiran 2.

2. Analisis Deskriptif

Informasi mengenai statistik deskriptif meliputi nilai rata-rata (mean), standar deviasi, nilai minimum, dan maksimum. Secara garis besar, analisis deskriptif dibagi menjadi dua bagian, yaitu analisis deskriptif untuk data primer dan data sekunder.

a. Data Primer

Berdasarkan hasil sampel data primer (Tabel IV.1), deskripsi responden berdasarkan tingkat pendidikannya dapat dilihat dalam Tabel IV.5. Berdasarkan tabel tersebut, bisa dilihat bahwa sebesar 12% atau 6 responden mempunyai pendidikan strata-2, sebesar 46% atau 23 responden mempunyai pendidikan

commit to user

sisanya sebesar 2% atau 1 responden berpendidikan Sekolah Menengah Atas. Hasil uji ANOVA responden berdasarkan tingkat pendidikannya menunjukkan bahwa tidak ada beda signifikan untuk kategori pendidikan responden dengan ρ value 0,62. Hasil uji ANOVA ini dapat dilihat di Lampiran 7.

Tabel IV.5 Responden berdasarkan Tingkat Pendidikan

Untuk mengetahui gender (jenis kelamin responden) ditunjukkan dalam Tabel IV. 6.

Tabel IV.6

Responden berdasarkan Jenis Kelamin

Dari tabel diatas dapat dilihat bahwa sebesar 80% atau 40 orang responden berjenis kelamin laki-laki dan 10 orang (20%) berjenis kelamin perempuan. Pengujian t-test untuk kategori gender menunjukkan tidak ada beda signifikan antara laki-laki dan perempuan dalam merespon pegungkapan sosial (lihat Tabel IV.7).

No

Tingkat pendidikan responden

Jumlah Persentase

Jumlah total

50 100,00%

No

Tingkat pendidikan responden

Jumlah Persentase

Jumlah total

50 100,00%

commit to user

Tabel IV.7 Hasil Pengujian T-test

Mean Difference Sig. (2-tailed)

Equal variances assumed

-.537

.33729 .594 Equal variances non assumed

-.700

.492

Tabel IV.8 menujukkan jika dilihat dari usianya, responden dikategorikan ke dalam empat kelompok, yaitu usia 20-30 tahun, usia 31-40 tahun, usia 41-50 tahun dan usia 51-60 tahun. Persentase masing-masing secara berurutan adalah 20%, 46%, 28%, dan 6 %. Berdasarkan hasil uji ANOVA menunjukkan bahwa tidak ada beda signifikan untuk kategori usia responden dengan ρ value 0,23 diatas nilai signifikansi 0,05 (lihat Lampiran 7).

Tabel IV.8 Responden berdasarkan Usia

b. Data Sekunder

Statistik deskriptif data sekunder tanpa bobot tertimbang (unweighted) dan statistik deskriptif dengan menggunkan indeks tertimbang (weighted) ditunjukkan pada Tabel IV.9. Dari tersebut dapat dilihat bahwa rata-rata tingkat pengungkapan sosial perusahaan dalam annual report hampir sama yaitu 40,24% jika dilakukan dengan metode unweighted dan sebesar 40,58% jika menggunakan

No

Usia Responden (tahun)

Jumlah Persentase

Jumlah total

50 100,00%

commit to user

pengungkapan informasi sosial mengalami peningkatan sebesar sekitar 20,00%. Terdapat 38 perusahaan atau sebesar 76,00% memiliki persentase pengungkapan di atas rata-rata, dan sisanya, yaitu sebesar 12 perusahaan atau sebesar 24,00% memiliki persentase pengungkapan di bawah rata-rata. Fakta tersebut menunjukkan bahwa semakin banyak perusahaan yang sadar akan pentingnya pengungkapan informasi sosial dalam laporan tahunan mereka. Nilai maksimum sebesar 75,00% untuk metode unweighted dan 75,50% untuk metode weighted ditempati oleh PT.Telkom Indonesia. Dalam annual report PT.Telkom tahun 2008 menyebutkan bahwa ada tujuh pilar dalam pelaksanaan kegiatan sosialnya, diantaranya:

1. Pendidikan: memperbaiki kualitas dan tingkat pendidikan masyarakat yang berada di sekitar lingkungan usaha TELKOM, keluarga karyawan TELKOM Group, serta memfokuskan pada peningkatan keahlian;

2. Kesehatan: meningkatkan standar kesehatan kelompok masyarakat atau sosial tertentu;

3. Kebudayaan dan keadaban: menjaga dan mengembangkan kegiatan kebudayaan, kesenian, olah raga, keagamaan dan kegiatan kemasyarakatan lainnya;

4. Kemitraan: meningkatkan kemampuan perekonomian setempat dan memperkuat potensi pertumbuhan usaha skala kecil, baik secara langsung maupun tidak langsung, terutama kegiatan yang terkait dengan bisnis TELKOM, untuk memberikan manfaat kepada semua pihak;

5. Kewajiban layanan publik: meningkatkan pelayanan dan penyediaan fasilitas serta infrastruktur telekomunikasi secara langsung kepada masyarakat;

6. Lingkungan hidup: melindungi dan menjaga kualitas lingkungan hidup, baik internal maupun eksternal, untuk menjaga hubungan yang harmonis antara Perusahaan dengan lingkungan alam;

7. Bencana dan Penyelamatan: memberikan bantuan kemanusiaan kepada masyarakat yang mengalami musibah bencana alam.

commit to user

sosial mereka dalam laporan tahunan adalah PT. Dayaindo Resources yaitu sebesar sebesar 5,00% untuk metode unweighted dan 5,20% untuk metode weighted .

Rata-rata leverage perusahaan sampel sebesar 500,73 %, dengan nilai maksimum sebesar 3651,00 % (PT.Perdana Gapura Prima) dan nilai minimumnya 6,00 % (Lippo Cikarang). Sementara itu, tingkat profitabilitas yang diukur dengan ROA mempunyai rata-rata sebesar 2,69%. Nilai ROA paling tinggi dimiliki oleh PT. Adira Finance (28,40 %). PT Bakrie and Brother memiliki nilai ROA paling rendah yaitu -62,00%.

Nilai total asset paling besar dimiliki oleh PT Bank Mandiri, yaitu sebesar 358.438.678,00 juta rupiah. Sementara nilai total asset yang paling rendah dimiliki oleh PT.Abdi Bangsa sebesar 226.259,16 juta rupiah. Sedangkan rata-rata total asset yang dimiliki oleh perusahaan yang terdaftar di BEI adalah sebesar 29.312.407,78 juta rupiah.

Variabel proporsi dewan komisaris independen mempunyai nilai rata-rata sebesar 44,32%. Jika dibandingan dengan Peraturan Pencatatan Bursa Efek Indonesia (BEI) Nomor 1-A tentang Ketentuan Umum Pencatatan Efek Bersifat Ekuitas di Bursa, rata-rata tersebut mempunyai persentase yang lebih besar dari pada ketentuan minimal yaitu sebesar 30,00%. Hal ini menunjukkan bahwa perusahaan-perusahaan di Indonesia telah memiliki kesadaran akan pentingnya komisaris independen di dalam perusahaan. Proporsi komisaris independen terbesar dimiliki oleh Bank Bukopin, Bank Mega, Bank Ekonomi Raharja, Bank

commit to user

independent terkecil dimiliki oleh PT.Surya Inti Permata (25,00%). Untuk variabel terakhir yaitu kepemilikan institusi, rata-ratanya adalah sebesar 72.67%, dengan nilai maksimum sebesar 100% (PT. Citra Marga Nusaphala dan PT. Asuransi Multi Atha Guna) dan nilai minimum sebesar 11,36% (PT. Bank Saudara).

Tabel IV.9 Statistik Deskriptif Unweighted dan weighted

Min

Max

Mean Std. Deviation

Leverage

70 6.00 3651.00

500.7286 606.48189 Size (dalam jutaan rupiah)

28.40 2.6943 9.79657 Proporsi Dewan Komisaris Independen

70 25.00 66.67 44.3194 10.71036 Kepemilikan Istitusi

70 11.36 100.00

72.6690 20.24473 Social Disclosure (SD) Unweighted

70 5.00 75.00 40.2429 14.15078 Social Disclosure (SD)

Weighted

70 5.20 75.50 40.5801 14.16523 Valid N (listwise)

70

B. Pengujian Hipotesis

1. Uji Asumi Klasik

Pengujian asumsi klasik dilakukan sebelum melakukan pengujian hipotesis karena merupakan prasyarat bagi analisis regresi serta agar hasil analisis regresi dapat dipercaya atau valid. Uji asumsi klasik dilakukan pada sampel yang belum diberi bobot tertimbang (weighted) atau yang sudah diberi bobot tertimbang (unweighted). Sampel yang digunakan dalam penelitian ini telah memenuhi uji asumsi klasik yang terdiri dari: (1) pengujian normalitas (2)

commit to user

pengujian dan analisis uji asumsi klasik tersebut terdapat dalam Lampiran 3.

2. Logistic Regression Logistic regression digunakan untuk menguji apakah probabilitas

terjadinya variabel terikat dapat diprediksi dengan variabel bebasnya. Logistic regression dilakukan pada data yang variabel dependennya berupa variabel dummy. Pengujian dilakukan dengan mengambil satu sampel dari tiap kategori. Hasil pengujian logistic regression dengan menggunakan metode enter secara ringkas ditunjukkan dalam Tabel IV.10.

Tabel IV.10 Hasil Analisis Logistic Regression Unweighted

Jumlah total dan tingkat

pengurangan pekerja berdasarkan usia, gender dan wilayah

Jumlah insiden dalam hak asasi manusia dan tindakan yang diambil

Tindakan yang diambil ntuk mengatasi tindakan korupsi

Total insiden yang berkaitan dengan komunikasi pemasaran

Nagelkerke’s R square

.404 Hosmer and

Lemeshow’s Goodness of Fit Test

Variabel Independen yang Signifikan

Size* Kepemilikan

Institusi**

Size*

Size** Proporsi Dewan Komisaris Independen**

Size*

*Tingkat signifikansi 5 %

** Tingkat Signifikansi 10%

Tabel IV.10 menunjukkan bahwa model yang digunakan dalam penelitian ini adalah kuat dengan nilai Hosmer and Lemeshow’s Goodness of Fit Test di atas

commit to user

dari 0,05 (Ghozali, 2005). Dalam item jumlah total dan tingkat pengurangan pekerja berdasarkan usia, jender, dan wilayah untuk kategori praktik kerja dan kelayakan kerja, variabel dependen yang dapat menjelaskan pengungkapan sosial adalah size dan kepemilikan institusi. Sedangkan untuk item jumlah insiden dalam hak asasi manusia dan tindakan yang diambil dan item total insiden yang berkaitan dengan komunikasi pemasaran, termasuk periklanan, promosi dan sponsorship, hanya variabel size yang dapat menjelaskan pengungkapan sosial dengan tingkat signifikansi 5%.

Berbeda dengan ketiga item ditas, untuk item tindakan yang diambil untuk mengatasi tindakan korupsi, variabel yang berpengaruh adalah size dan proporsi dewan komisaris independen, dengan tingkat signifikansi 10%.

3. Multiple regression Tujuan dari analisis regresi adalah untuk mengestimasi dan/atau

memprediksi rata-rata populasi atau nilai rata-rata variabel dependen berdasarkan nilai variabel independen yang diketahui. Multiple regression dalam penelitian ini digunakan untuk menjawab rumusan masalah yang kedua yaitu menguji apakah karakteristik perusahaan berpengaruh terhadap tingkat pengungkapan sosial perusahaan. Uji multiple regression menggunakan metode stepwise. Pengujian regresi ini dilakukan terhadap pengungkapan sosial yang sudah menggunakan indeks atau yang belum menggunakan indeks.

commit to user

Hasil analisis regresi berganda unweighted bisa dilihat dalam ringkasan Tabel IV.11. Koefisien determinasi (R 2 ) pada intinya mengukur seberapa jauh

variabel independen mampu menerangkan variabel dependen. Setiap tambahan

satu variabel independen, maka R 2 pasti meningkat tidak peduli apakah variabel

tersebut berpengaruh secara signifikan terhadap variabel dependen. Oleh karena itu, untuk jumlah variabel independen lebih dari dua, lebih baik menggunakan

koefisien adjusted R 2 (Gujarati, 2003). Adjusted R 2 pada tabel yang menunjukkan

angka 0,41 menjelaskan bahwa kombinasi atau variasi variabel independen seperti leverage, tipe industri, ukuran perusahaan, dan profitabilitas dapat menjelaskan variabel dependen yaitu luas pengungkapan informasi sosial perusahaan hanya sebesar 41,10%. Sedangkan sisanya sebesar 58,90% pengungkapan informasi sosial perusahaan dipengaruhi oleh faktor-faktor lain.

Nilai F hitung adalah sebesar 25,09 dengan probabilitas 0,00. Probabilitas ternyata jauh lebih kecil dari 0,05, maka model regresi dapat digunakan untuk memprediksi social disclosure atau dapat dikatakan bahwa leverage, tipe industri, ukuran perusahaan, dan profitabilitas berpengaruh terhadap social disclosure .

Pengaruh signifikan dari tiap-tiap variabel independen terhadap variabel

dependen dapat diketahui dari besarnya ρ value. Apabila ρ value lebih kecil dari tingkat signifikansi, maka variabel independen tersebut secara parsial berpengaruh signifikan terhadap variabel dependen. Sebaliknya, apabila ρ value lebih besar dari tingkat signifikansi, maka variabel independen tersebut secara

commit to user

dapat dilihat bahwa hanya variabel size ( ρ value = 0,000) dan proporsi dewan komisaris independen ( ρ value = 0,002) yang berpengaruh signifikan terhadap pengungkapan sosial. Sedangkan untuk variabel leverage, tipe industri, profitabilitas, dan kepemilikan institusi tidak berpengaruh signifikan karena ρ value > 0,05.

Tabel IV. 11

Hasil Analisis Multiple Regression Unweighted Variabel

-.953 .344 Tipe Industri

.081

.786 .434 Ukuran Perusahaan

1.558 .124 Proporsi Dewan Komisaris Independen

-.433

-3.185 .002* Kepemilikan Institusi

.076

.794 .430 R Square

.428

Adjusted R Square

b. Metode Weighted

Hasil analisis regresi berganda weighted bisa dilihat dalam ringkasan Tabel

IV.12. Dari tabel tersebut dapat dilihat bahwa analisis multiple regression dengan metode weighted dan unweighted berbeda, meskipun tidak terlalu besar (didukung uji beda t-test pada Tabel IV.13). Variabel yang berpengaruh signifikan terhadap tingkat pengungkapan sosial hanya ada dua, yaitu ukuran perusahaan ( ρ value = 0,000) dan proporsi dewan komisaris independen ( ρ value = 0,002).

commit to user

Hasil Analisis Multiple Regression Weighted Variabel

-.967 .337 Tipe Industri

.088

.861 .393 Ukuran Perusahaan

1.575 .120 Proporsi Dewan Komisaris Independen

-.428

-3.148 .002* Kepemilikan Institusi

.071

.749 .457 R Square

.430

Adjusted R Square

4. Paired Sample T-test

Uji beda t-test juga dilakukan untuk menguji apakah tingkat pengungkapan sosial yang sudah diberi indeks dan yang tanpa menggunakan indeks mempunyai perbedaan signifikan. Karena sampel berhubungan maka uji t- test menggunakan paired sample t-test. Hasil pengujian ini ditunjukkan dalam Tabel IV.13.

Tabel IV.13 Hasil Pengujian Paired Sample T-test

Mean

Sig. (2-tailed)

Pair 1

Weighted - Unweighted

Hasil pengujian menunjukkan bahwa tingkat signifikansi kurang dari 0,05

( ρ value = 0,00). Hal ini menunjukkan bahwa ada perbedaan variance yang berarti bahwa tingkat pengungkapan sosial berbeda secara signifikan antara weighted dan unweighted . Melihat hasil uji t-test di atas dapat disimpulkan bahwa perlu untuk

commit to user

mempertimbangkan faktor kualitatif.

C. Pembahasan Hasil Analisis

1. Demand Narrow Financial Based Stakeholder

Demand narrow financial based stakeholder ditunjukkan dalam Lampiran

4. Lampiran 4 menyajikan score, rating, dan weighted index setiap item social disclosure . Lampiran 4 menujukkan bahwa rata-rata permintaan social disclosure menurut narrow financial based stakeholder sebesar 2,50% (score = 188 dan SD index = 1,00). Tingkat kisaran score setiap item menunjukkan perbedaan yang signifikan, yaitu berkisar antara 125-214. Hal ini menujukkan bahwa tingkat kepentingan akan pengungkapan informasi sosial berbeda antara kelompok narrow financial based stakeholder .

Rata-rata tingkat demand per responden adalah sebesar 3,76, sedangkan rata-rata tingkat demand per kelompok responden adalah 3,33 untuk kelompok direktur, 3,63 kelompok investor, 4,03 untuk kelompok kreditur, 3,80 untuk kelompok manajer, 3,83 untuk kelompok organisasi regionen dan 4,03 untuk kelompok politikus dalam skala likert 5 (lihat Lampiran 10). Kelompok direktur berpendapat bahwa kategori yang paling penting diungkapkan adalah kategori yang berhubungan dengan tenaga kerja. Hal ini sesuai dengan responden D 11 yang mengungkapkan,

"Karyawan merupakan asset yang berharga. Jantung dari sebuah perusahaan adalah karyawan. Misalnya jika karyawan sakit atau mogok kerja maka perusahaan akan sangat repot. Jadi pengungkapan item karyawan dalam annual report sangat penting dilakukan"

commit to user

Hal ini juga sesuai dengan hasil penelitian yang menunjukkan bahwa item GRI 2008 yang paling banyak direspon atau diminta oleh responden untuk diungkapkan dalam annual report adalah item kerjasama untuk jaminan kesehatan karyawan dalam bagian praktik kerja dan kelayakan kerja yaitu sebesar 2,84% dari total item.

Kelompok Investor menilai bahwa item yang penting untuk diungkapkan adalah item yang berkaitan dengan komunitas, terutama dalam hal korupsi. Item ini direspon tinggi yaitu sebesar 2,83% dari total item. Responden I 27 mengatakan bahwa,

"Pengungkapan dalam praktik korupsi akan menunjukkan kinerja internal perusahaan. Jika dari dalam internal tubuh perusahaan sudah tergrogoti penyakit korupsi, maka bisa dipastikan perusahaan akan segera gameover"

Jika dilihat dari responden yang mempunyai jabatan sebagai manajer, banyak dari mereka yang memilih item karakteristik, lingkup, dan keefektifan program dan pelaksanaan operasi perusahaan pada komunitas untuk diungkapkan. Mereka beralasan bahwa selain sebagai sarana dalam pelaksanaan CSR, kegiatan tersebut juga dapat digunakan promosi untuk meningkatkan nilai perusahaan. Berbeda dengan manajer, kelompok organisasi regional lebih fokus dalam masalah hak asasi manusia. OR 34 dan OR 35 mengungkapkan,

"Hak asasi manusia merupakan penghargaan terhadap hak-hak dasar manusia. Perusahaan yang mengungkapkan hal yang berkaitan dengan hak ini berarti perusahaan telah benar-benar sadar melakukan aktivitas sosial. Hak ini juga cerminan dari semangat globalisasi"

commit to user

pimpinan dan pekerja berdasarkan jender, usia, kelompok minoritas dan rasio gaji pokok antara pria dan wanita.

Secara garis besar dapat disimpulkan tingkat demand item-item social disclosure GRI 200 8 tidak memeliki kepentingan yang sama besarnya. Beberapa item direspon tinggi (penting diungkapkan) oleh kelompok narrow financial based stakeholder , dan sebagian item lainnya dinilai rendah atau mereka berpendapat bahwa beberapa item tidak perlu diungkapkan dalam annual report.

2. Supply Narrow Financial Based Stakeholder

Analisis annual report dengan menggunakan dummy variable merupakan cara untuk mengukur komponen supply. Untuk mengukur komponen supply, penelitian ini mengguanakan metode weighted dan unweighted. Hasil analisis komponen supply bisa dilihat dalam Lampiran 5. Hasil analisis ini menunjukkan bahwa rata-rata pengungkapan informasi sosial yang dilakukan oleh perusahaan dalam annual report mereka adalah sebesar 40,24% dengan metode unweighted dan 40,58% dengan menggunakan metode weighted.

Analisis juga dilakukan untuk tiap item dan hasilnya menunjukkan dari 40 item GRI 2008, item yang paling banyak diungkapkan oleh perusahaan yaitu sebanyak 69 perusahaan adalah jenis produk dan informasi jasa yang disediakan. Item ini di-supply oleh perusahaan sebesar 98,57% dengan dengan metode unweighted dan 105,47% dengan menggunakan metode weighted. Item lain yang banyak diungkapkan adalah item karakteristik, lingkup, dan keefektifan program

commit to user

dengan metode unweighted dan 93,79% dengan menggunakan metode weighted.

Jika dianalisis lebih dalam, hasil supply pengungkapan informasi sosial kedua item terbesar diatas sesuai dengan demand dari manajer seperti yang telah dibahas sebelumnya pada pembahasan bagian demand. Selain digunakan sebagai sarana pertanggungjawaban perusahaan kepada pihak-pihak yang berkepentingan, pengungkapan sosial juga digunakan sebagai sarana promosi untuk meningkatkan nilai perusahaan. Dalam annual report bank BRI tahun 2008 disebutkan,

"BRI berupaya menjaga keberlanjutan jangka panjang bisnis Perseroan melalui kegiatan tanggung jawab sosial perusahaan (Corporate Social Responsibility - CSR) dalam ruang lingkup ekonomi, sosial, dan lingkungan dengan tetap memperhatikan kepentingan BRI dan masyarakat, tanpa mengurangi kepentingan pemegang saham. BRI meyakini bahwa kegiatan CSR tidak semata pemberian sukarela, namun merupakan cerminan dari seluruh kegiatan bisnis perseroan".

Item keuntungan atau kompensasi yang diberikan kepada pekerja, rata- rata jam pelatihan pekerja tiap tahun, komposisi pimpinan dan pekerja berdasarkan jender, usia, kelompok minoritas juga diungkapkan tinggi oleh perusahaan yaitu sebesar sebesar 82,86% dengan dengan metode unweighted dan 87,83% dengan menggunakan metode weighted. Item ini juga direspon tinggi oleh responden (demand tinggi) sehingga dapat disimpulkan bahwa item ini mutlak diungkapkan dalam annual report.

Sedangkan item-item yang mempunyai nilai terendah atau sedikit diungkapkan dalam laporan tahunan adalah item yang membahas bagian korupsi, baik itu pengungkapan tindakan korupsi, pelatihan dalam hal anti korupsi dan tindakan yang diambil jika terjadi kasus korupsi. Persentasenya secara berurutan

commit to user

metode weighted, 1,43% dengan metode unweighted dan 1,53% dengan menggunakan metode weighted, 5,71% dengan metode unweighted dan 4,64% dengan menggunakan metode weighted

Item lain yang diungkapkan rendah oleh perusahaan adalah item yang berkaitan dengan hak asasi manusia. Bahkan dalam bagian ini ada item yang tidak diungkapkan sama sekali oleh perusahaan sampel (0,00%) yaitu item identifikasi risiko insiden pekerja paksa dan usaha untuk mengeliminir inseden tersebut. Rasio gaji pokok antara pria dan wanita juga diungkapkan rendah oleh perusahaan yaitu sebesar 2,86% dengan metode unweighted dan 2,60% dengan menggunakan metode weighted

3. Information gap antara demand dan supply social disclosure

Komponen demand diperoleh dari hasil survei kuesioner. Hasil kuesioner tersebut menunjukkan bahwa responden yaitu kelompok narrow financial based stakeholder yang terdiri atas investor, direktur, organisasi regional, politikus, dan manajer merespon praktik pengungkapan sosial berdasarkan item GRI 2008 dengan rata-rata sebesar 3,76 dengan menggunakan skala likert 5 (lihat lampiran 6). Sedangkan rata-rata tingkat pengungkapan sosial komponen demand per kategori ditunjukkan Gambar IV.1.

commit to user

Tingkat Demand Social Disclosure per Kategori Berdasarkan Item GRI 2008

Ra ta -ra ta De ma nd Pe ngungka pa n Sosia l Pe r Ka te gori

Rata-rata Kategori Praktik Kerja dan Kelayan Kerja

Rata-rata Kategori Hak A sasi Manus ia

Rata-rata Kategori Mas yarakat

Rata-rata Kategori Tanggung Jaw ab Produk

Dari Gambar IV.1 bisa dilihat bahwa tingkat pengungkapan sosial berdasarkan kategori praktik kerja dan kelayakan kerja mempunyai rata-rata 3,70 dalam skala likert 5. Sedangkan untuk kategori hak asasi manusia sebesar 3,46. Untuk kategori masyarakat dan tanggung jawab produk direspon sangat besar yaitu sebesar 3,91 dan 4,02. Untuk detail per kategorinya, bisa dilihat dalam gambar IV.2.

Gambar IV.2

Detail per Kategori Tingkat Demand Social Disclosure

Demand Pengungkapan Sosial Kategori Hak Asasi Manusia

Likert 5 Likert 4 Likert 3 Likert 2 Likert 1

Demand Pengungkapan Sosial Kategori Praktik Kerja dan

Kelayakan Kerja

Likert 5 Likert 4 Likert 3 Likert 2 Likert 1

commit to user

Rata-rata tingkat pengungkapan yang dilakukan perusahaan (supply) adalah sebesar 40% (lihat Lampiran 6). Tingkat supply per kategori ditunjukkan pada Gambar IV.3.

Gambar IV.3 Tingkat Supply Social Disclosure per Kategori Berdasarkan Item GRI 2008

Tingkat Supply Social Disclosure per Kategori Berdasarkan GRI 2008

Praktik Kerja dan Kelayan Kerja

Hak Asasi Manusia

Masyarakat

Tanggung Jawab Produk

Dari gambar tersebut dapat dilihat bahwa perusahaan lebih menitikberatkan aktivitas sosial mereka dalam hal tanggung jawab produk dengan rata-rata pengungkapan sebesar 61,59%. Tetapi beberapa perusahaan juga ada yang lebih fokus dalam hal praktik kerja dan kelayakan kerja sebagai aktivitas sosialnya. Hal tersebut terbukti sebesar 44,90% perusahaan mengungkapkan

D emand Pengungkapan Sosial

Kategori Masyarakat

Likert 5 Likert 4 Likert 3 Likert 2 Likert 1

Demand Pengungkapan Sosial

Kategori Tanggung Jawab Produk

Likert 5 Likert 4

Likert 3 Likert 2 Likert 1

commit to user

Sorini Agro Asia (2008) menjelaskan, "To keep pace with our business growth, Sorini continues to put its

people nd their development as a major par t of i ts core Strategy and Sorini maintains a strong committment of compliance with Health, Safety, Security and Environment (HSSE) standards as well as its own stringent internal safety and quality adherence mechanism."

Rata-rata pengungkapan untuk ketegori masyarakat juga cukup besar yaitu sebesar 28,39%, dan sisanya sebesar 21,11% perusahaan mengungkapkan aktivitas sosialnya dalam hal hak asasi manusia.

Information gap terjadi jika ada perbedaan signifikan antara tingkat permintaan (demand) akan pengungkapan sosial dengan pemenuhan akan permintaan tersebut (supply). Dari Lampiran 6 dapat dilihat bahwa rata-rata tingkat demand adalah sebesar 3,76 pada skala likert 5 dan untuk supply adalah sebesar 40,24% dengan metode unweighted dan 40,58% dengan metode weighted. Hasil ini menujunjukkan bahwa secara umum terjadi information gap antara demand dan supply pengungkapan sosial di Indonesia. Untuk analisis gap per kategori bisa dilihat dalam Tabel IV.14.

Tabel IV.14

Pengukuran Information Gap per Kategori No

Kategori Pengungkapan Sosial

Demand

Supply Gap

1 Praktik Kerja dan Kelayakan Kerja 3,70 44,90%

2 Hak Asasi Manusia 3,46 21,11%

3 Masyarakat 3,91 28,39%

4 Tanggung Jawab Produk 4,02 61,59%

Ket : cutoff 50% √ = Terdapat information gap

X = Tidak terdapat information gap

commit to user

pengungkapan sosial. Gap terjadi karena nilai demand yang tinggi dan tidak diimbangi dengan supply optimal. Gap ini ditemukan dalam kategori praktik kerja dan kelayakan kerja, hak asasi manusia, dan masyarakat. Information gap juga terjadi dalam item-item tertentu. Item-item tertentu menujukkan bahwa tingkat demand sangat tinggi, tetapi supply untuk memenuhi permintaan tersebut sangat kurang. Misalnya item yang berkaitan dengan pelatihan anti korupsi. Item tersebut mempunyai nilai 4,04 pada skala likert 5, tetapi item ini hanya direspon atau di- supply sebesar 1,43%.

Hal yang berlawanan juga ditemukan, yaitu tingkat demand yang rendah tetapi dipenuhi dengan supply yang sangat besar. Item mengenai komposisi pimpinan dan pekerja berdasarkan jender, usia, kelompok minoritas mempunyai nilai yang rendah untuk demand yaitu 2,80 pada skala likert 5, tetapi tingkat supply -nya adalah sebesar 82,86%.

Dalam beberapa item menunjukkan tidak ada perbedaan signifikan atau tidak terjadi information gap antara demand dan supply. Contohnya adalah item rasio gaji pokok antara pria dan wanita dinilai rendah oleh perusahaan, yaitu sebesar 2,50 pada skala likert 5 untuk komponen demand dan sebesar 2,86% untuk komponen supply.

4. Pengaruh Karakteristik Perusahaan terhadap Praktik Pengungkapan Sosial di Indonesia

Hasil pengujian hipotesis yang dilakukan menunjukkan bahwa secara simultan variabel independen dan variabel kontrol berpengaruh terhadap social

commit to user

institusi, dan proporsi dewan komisaris independen dapat menjelaskan variabel dependen yaitu luas pengungkapan informasi sosial perusahaan sebesar 41,10%. Sedangkan sisanya sebesar 58,90% pengungkapan informasi sosial perusahaan dipengaruhi oleh faktor-faktor lain.

Berikut ini akan dijelaskan pengaruh parsial dari tiap-tiap variabel

independen terhadap variabel dependen yang dilihat dari ρ value. Berdasarkan uji parsial tersebut hanya ada dua variabel yang berpengaruh terhadap pengungkapan sosial yaitu ukuran perusahaan dan proporsi dewan komisaris independen.

Variabel ukuran perusahaan memiliki nilai signifikansi sebesar 0,00. Nilai ini kurang dari 1% sehingga dapat disimpulkan bahwa ukuran perusahaan berpengaruh signifikan terhadap tingkat pengungkapan sosial. Hasil ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Tjakradinata (2000) dan Marwata (2001); yang menemukan bahwa ukuran perusahaan merupakan variabel yang berpengaruh dalam mengukur tingkat pengungkapan sosial dalam annual report. Koefisien ukuran perusahaan dalam tabel menunjukkan nilai positif terhadap social disclosure . Hal ini berarti semakin besar ukuran perusahaan, maka akan semakin tinggi tingkat pengungkapan informasi sosial dalam annual report perusahaan.

Nilai signifikansi proporsi dewan komisaris independen adalah sebesar 0,00. Nilai kurang dari 0,01 sehingga dapat dikatakan bahwa variabel ini signifikan 1%. Hasil tersebut menujukkan bahwa proporsi dewan komisaris independen berpengaruh terhadap tingkat pengungkapan sosial. Hasil ini sesuai

commit to user

menujukkan bahwa semakin besar proporsi dewan komisaris independen akan mengurangi luas pengungkapan sosial dalam annual report perusahaan. Hasil ini mengindikasikan bahwa fungsi komisaris independen pada perusahaan di Indonesia tidak berjalan dengan baik.

Nilai probabilitas leverage adalah sebesar 0,34, jauh di atas 0,05. Nilai ini menunjukkan bahwa leverage tidak berpengaruh terhadap social disclosure. Hasil ini menujukkan bahwa perusahaan Koefisien leverage menunjukkan nilai yang negatif. Hasil ini menunjukkan bahwa semakin tinggi tingkat leverage semakin sedikit perusahaan mengungkapkan informasi sosialnya. Hasil ini juga mendukung penelitian sebelumnya yang dilakukan Jensen dan Meckling (1976); Belkaoui dan Karpik (1989); Schipper (1981) dalam Marwata (2001); Meek et.al. (1995) dalam Fitriany (2001).

Penelitian ini menunjukkan bahwa tipe industri tidak berpengaruh secara signifikan terhadap pengungkapan informasi sosial perusahaan. Hal ini sesuai dengan yang ditunjukkan dalam tabel, bahwa ρ value tipe industri sebesar 0,43 pada tingkat signifikansi 5%. Profitabilitas (ROA) menunjukkan bahwa ROA tidak berpengaruh secara signifikan terhadap luas pengungkapan informasi sosial perusahaan. Hal ini ditunjukkan dengan ρ value hitung ROA sebesar 0,12 dimana nilai tersebut ditas 0,05. Koefisien positif yang ditunjukkan dalam tabel tersebut menunjukkan hubungan yang positif antara profitabilitas perusahaan dan tingkat pengungkapan informasi sosial. Sedangkan untuk variabel kontrol yang kedua yaitu kepemilikan institusi tidak berpengaruh terhadap tingkat pengungkapan

commit to user

0,05.

Tabel IV.15 Ringkasan Hasil Uji Statistik

No Variabel Independen

Hasil Uji Multiple

Regression

Hasil Uji Logistic Regression

1 Leverage

2 Tipe Industri

3 Ukuran (size)

4 Profitabilitas

5 Komposisi Dewan Komisaris Independen

6 Kepemilikan Institusi

√ = Signifikan X = Tidak Signifikan

Tabel IV.15 menujukkan bahwa size mempunyai hubungan yang sangat kuat dengan pengungkapan sosial. Hal ini terbukti dari hasil pengujian multiple regression dan logistic regression. Size menentukan ya atau tidaknya pengungkapan sosial dalam laporan tahunan perusahaan dan menentukan tingkat disclosure level perusahaan. Sedangkan untuk variabel komposisi dewan komisaris independen hanya menentukan tingkat disclosure level-nya saja, tetapi tidak menentukan ya atau tidaknya pengungkapan sosial dalam laporan tahunan perusahaan. Hasil ini sesuai dengan penelitian Suhardjanto dan Aulia (2009) yang menyebutkan varibel size berpengaruh signifikan dalam menentukan ya atau tidaknya pengungkapan sosial peruisahaan dan tingkat level disclosure pengungkapan perusahaan dalam laporan tahunan mereka.

commit to user

Setelah melakukan pengujian dan analisis data di Bab IV, maka di Bab V ini akan disajikan kesimpulan hasil peneltian, saran yang diberikan, keterbatasan penelitian dan rekomendasi untuk penelitian berikutnya.

A. Kesimpulan

Tujuan dari penelitian ini adalah untuk menguji apakah ada information gap antara demand dan supply pengungkapan sosial dan juga menguji apakah karakteristik perusahaan berpengaruh terhadap praktik pengungkapan sosial.

Dari hasil kuesioner ditemukan bahwa secara umum rata-rata tingkat demand praktik pengungkapan sosial adalah sebesar 3,76 dengan menggunakan skala likert 5, sedangkan supply dari pengungkapan annual report sebesar 40,24% untuk metode unweighted dan 40,58% untuk metode weighted. Dari temuan tersebut dapat disimpulkan bahwa secara umum terjadi information gap antara demand dan supply praktik pengungkapan sosial di Indonesia. Dalam item-item tertentu terjadi adanya information gap antara demand dan supply praktik social disclosure di Indonesia. Misalnya dalam item pelatihan anti korupsi, demand menunjukkan angka yang tinggi yaitu 4,04 dalam skala likert 5, tetapi item ini hanya di-supply sebesar 5,71%. Dalam analisis per kategori ditemukan juga adanya gap dalam kategori kategori hak asasi manusia dan kategori masyarakat.

Walaupun ditemukan adanya gap, namun tingkat pengungkapan sosial yang dilakukan perusahaan di Indonesia mengalami peningkatan. Dalam penelitian Suhardjanto dan Aulia (2009) disebutkan bahwa rata-rata

commit to user

pengungkapan sosial yang dilakukan dalam perusahaan listing di BEI tahun 2008 adalah sebesar 40,24% untuk metode unweighted dan 40,58% untuk metode weighted .

Hasil analisis regresi baik weighted maupun unweighted menunjukkan

bahwa hanya item size ( β=0,08, ρ-value 0,000) dari variabel independen karakteristik perusahaan yang berpengaruh terhadap tingkat pengungkapan informasi sosial dengan tingkat signifikansi 1%. Hasil regresi juga menunjukkan bahwa variabel proporsi dewan komisaris independen ( β=-0,43, ρ-value 0,002) sebagai variabel kontrol juga berpengaruh terhadap tingkat pengungkapan sosial dengan tingkat signifikansi 1%.

Logistic regression menunjukkan bahwa model yang digunakan dalam penelitian ini adalah kuat dengan nilai Hosmer and Lemeshow’s Goodness of Fit Test di atas 0,05 .

Hasil pengujian ANOVA menunjukkan bahwa tidak terjadi beda variance dalam kategori usia responden dan tingkat pendidikan responden. Hal ini ditunjukkan dengan tingkat signifikansi di atas 0,05 yaitu sebesar 0,22 untuk kategori umur, dan 0,62 untuk kategori tingkat pendidikan. Pengujian t-test untuk kategori gender juga menunjukkan hasil yang sama dengan tingkat signifikansi diatas 0,05. Sedangkan untuk pengujian paired sample t-test, hasilnya menunjukkan bahwa ada perbedaan variance ( ρ-value 0,000) yang berarti bahwa tingkat pengungkapan sosial berbeda secara signifikan antara weighted dan

commit to user

B. Saran

Saran yang dapat diberikan dari hasil penelitian “Demand dan Supply Praktik Social Disclosure di Indonesia” adalah sebagai berikut:

1. Mengingat akan tingkat demand yang tinggi terhadap praktik pengungkapan sosial, sebaiknya perusahaan memberi supply yang cukup dengan mengungkapkan aktivitas sosial mereka ke dalam annual report.

2. Melihat adanya gap yang ditemukan dalam penelitian ini, sebaiknya pemerintah mampu mendorong perusahaan agar mengungkapkan aktivitas social meraka dalam laporan tahunan.

C. Keterbatasan

Keterbatasan penelitian ini adalah indeks yang dipakai dalam penelitian ini adalah dari hasil wawancara kuesioner kepada narrow financial based stakeholders di wilayah surakarta. Hasil indeks akan lebih akurat dan representatif jika responden yang diwawancarai berasal dari semua wilayah di Indonesia, mengingat supply yang dipakai adalah perusahaan yang listing di Bursa Efek Indonesia (BEI).

commit to user

social disclosure , antara lain:

1. Penelitian selanjutnya bisa mengambil karakteristik perusahaan sebagai variabel independen, namun menggunakan proksi karakteristik perusahaan yang lain seperti total penjualan, total karyawan yang dimiliki perusahaan, atau total ekuitas perusahaan.

2. Penelitian berikutnya juga bisa dilakukan dengan mengganti proksi- proksi dalam variabel-variabel independen penelitian ini untuk menguji konsistensi hasil penelitian

3. Sampel penelitian juga dapat difokuskan lagi ke industri yang lebih spesifik, agar bisa melihat tingkat keluasan social disclosure pada tipe tertentu dan apakah hasilnya sejalan dengan keluasan social disclosure pada perusahaan-perusahaan secara umum.

4. Penelitian selanjutnya sebaiknya membuat indeks dengan menggunakan cara lain yang lebih tepat agar hasinya lebih akurat dan representatif.

5. Peneltian juga bisa mengukur tingkat pengungkapan sosial dari perspektif selain narrow financial based stakeholder, misalnya broader based .

6. Untuk penelitian selanjutnya bisa juga membandingkan keluasan social disclosure antara industri di Indonesia dengan negara lain (studi komparatif).