Keefektivan Komunikasi dalam Upaya Peningkatan Disiplin Kerja (Kasus di Bagian Umum Setda Pemerintah Kabupaten Bogor)

KEEFEKTIVAN KOMUNIKASI DALAM UPAYA PENINGKATAN
DISIPLIN KERJA PEGAWAI

(Kasus di Bagian Umum Setda Pemerintah Kabupaten Bogor)

Oleh:
DADANG IRFAN

PROGRAM PASCASARJANA
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
2002

ABSTRAK

DADANG IRFAN. Keefektivan Komunikasi dalam Upaya Peningkatan Disiplin
Kerja Pegawai (Kasus di Bagian Umum Setda Pemerintah Kabupaten Bogor).
Di bawah bimbingan SUMARDJ0,sebagai Ketua Komisi, IDA YUHANA dan
FARIDA ROHADJI sebagai Anggota Komisi.
Disiplin kerja pegawai merupakan suatu ha1 yang sangat penting dan
menentukan dalam usaha untuk meningkatkan kemampuan profesional dan
kinerja pegawai. Upaya untuk menumbuhkembangkan disiplin kerja perlu

adanya pembinaan yang sistematis dan terarah yang dilakukan oleh pembina
kepada pegawai dalam melakukan tugas atau pekerjaannya. Salah satu
faktor yang menentukan keberhasilan dalam meningkatkan disiplin kerja
pegawai adalah adanya komunikasi yang efektif dalam suatu sistem kerja.
Penelitian ini secara spesifik mengkaji keefektivan komunikasi dalam upaya
peningkatan disiplin kerja pegawai.
Populasi penelitian adalah pegawai di Bagian Umum Setda Pemerintah
Kabupaten Bogor. Pemilihan sampel ditentukan dengan menggunakan teknik
cluster random sampling, dengan jumlah total sampel 65 pegawai.
Rinciannya adalah dari Sub Bagian Rumah tangga 20 pegawai, Sub Bagian
Keuangan 30 pegawai, Sub Bagian Sandi dan telekomunikasi 30 pegawai dan
Sub Bagian Tata Usaha 30 pegawai. Data yang terkumpul dianalisis dengan
analisis statistik deskriptif dan analisis statistik korelasi inferensial (uji Chi
Square
dan Rank Spearman)
Hasil Penelitian adalah: (1) tingkat kedisiplinan pegawai di Bagian
Umum termasuk dalam kategori baik, (2) faktor-faktor yang berhubungan
nyata dengan disiplin kerja pegawai di Bagian Umum adalah (a) sikap
pegawai terhadap pekerjaan, (b) sikap pegawai dalam berkomunikasi,
(c) kejelasan aturan kerja, (d) kejelasan standar kerja, (e) suasana kerja,

(f) gaya kepemimpinan, (g) kredibilitas pembina, (h) kompetensi pembina
dan (j) sikap berkomunikasi pembina, (3) pola komunikasi dalam pembinaan
pegawai di Bagian Umum lebih didominasi oleh komunikasi horizontal antar
pegawai dan komunikasi vertikal top down dan (4) faktor-faktor yang
berhubungan nyata dengan pola komunikasi dalam pembinaan pegawai di
Bagian Umum (a) pendidikan pegawai, (b) pendapatan pegawai,
(c) kejelasan aturan kerja dan (d) suasana kerja.
Kesimpulan, (1) kedisiplinan pegawai baik, (2) sikap pegawai terhadap
pekejaan dan dalam berkomunikasi, kejelasan aturan kerja dan standar
kerja, suasana kerja, gaya kepemimpinan, kredibilitas pembina, kompetensi
pembina dan sikap berkomunikasi pembina berhubungan nyata dengan
disiplin kerja pegawai, (3) pola komunikasi dalam pembinaan pegawai di

(d

).

bagian umum lebih didominasi oleh komunikasi horizontal antar pegawai dan
komunikasi vertikal top down, (4) pendidikan pegawai, pendapatan pegawai,
kejelasan aturan kerja, ketidakkondusifan dan suasana keja berhubungan

nyata dengan pola komunikasi dalam pembinaan pegawai.
Saran, (1) kepada pihak pembina disarankan untuk pembinaan yang
lebih mengarah pada peningkatan ketrampilan kerja pegawai dan perlu
adanya pembidangan keja yang relatif baku dan disosialisasikan dengan
baik sehingga dapat mengembangkan profesionalisme pegawai dalam
bekeja, (2) kepada pegawai dalam bekerja disarankan untuk berorientasi
pada peningkatan kinerja dan karier sehingga dapat menumbuhkan motivasi
untuk berubah ke arah yang lebih baik, (3) kepada pembina dan pegawai
disarankan untuk menerapkan sistem sanksi yang lebih tegas, tetapi fleksibel
untuk meningkatkan semangat dan disiplin kerja yang lebih baik sehingga
pada akhirnya akan meningkatkan kinej a pegawai dan (4) kepada pembina
dan pegawai disarankan untuk meningkatkan koordinasi dan integrasi dalam
merencanakan, melaksanakan dan mengevaluasi program atau kegiatan
pemerintahan dan pembangunan (khususnya koordinasi dan integrasi
kegiatan atau komunikasi dengan pembina atau pegawai di luar bagian
umum) sehingga diharapkan dapat mengembangkan komunikasi yang
interaktif dan konvergen.

SURAT PERNYATAAN


Dengan ini saya menyatakan bahwa tesis yang berjudul:
KEEFEKTIVAN KOMUNIKASI DALAM UPAYA PENINGKATAN
DISIPLIN KEFUA PEGAWAI (Kasus di Bagian Umum Setda
Pemerintah Kabupaten Bogor)

Adalah benar merupakan hasil karya saya sendiri dan belum pernah
dipublikasikan. Semua sumber data dan informasi yang digunakan telah
dinyatakan secara jelas dan dapat diperiksa kebenarannya.

Bogor, Nopember 2002

DADANG IRFAN
NRP. 9847008

KEEFEKTIVAN KOMUNIKASI DALAM UPAYA PENINGKATAN
DISIPLIN KERJA PEGAWAI

(Kasus di Bagian Umum Setda Pemerintah Kabupaten Bogor)

Oleh:

DADANG IRFAN
NRP: 9847008

Tesis sebagai Salah Satu Syarat untuk Memperoleh Gelar
Magister Sains (MSi)
pada
Program Pascasarjana, Institut Pertanian Bogor

PROGRAM STUD1 KOMUNIKASI PEMBANGUNAN PERTANIAN DAN PEDESAAN
PROGRAM PASCASARJANA
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
2002

Judul Tesis

: KEEFEKTIVAN KOMUNIKASI DALAM UPAYA PENINGKATAN
DISIPLIN KERJA
(Kasus di Bagian Umum Setda Pemerintah Kabupaten Bogor)

Nama Mahasiswa


: Dadang Irfan

Nomor Pokok

:9 8 9 0 8

Program Studi

: Komunikasi Pembangunan Pertanian dan Pedesaan

470

Menyetujui:
Komisi Pembimbing

Dr. 1rY~umardj0,MS
Ketua

--


Ir. Ida Yuhana, MA
Anggota

Ketua Program Studi
Komunikasi Pembangunan
Pertanian dan Pedesaan

-

>

Dr. Ir. Hj. Aida Vitayala S. Hubeis

Lulus Tanggal: 4 Nopember 2002

-

Dra. ~ a r - ~ ; . ~ d j i , MS


RIWAYAT HIDUP

Nama

: Dadang Irfan

Tempat, tanggal lahir

: Bogor, 5 Desember 1959

Agama

: Islam

Alamat

: JI. Perdana K-IV Bogor

Nama orang tua


: Ayah, Endang Sukardja
Ibu, Siti Hanifah

Riwayat Pendidikan

: Lulus Sekolah Dasar Empang Idi Bogor tahun
1972.
Lulus

Sekolah Menengah Pertama

Negeri 1

di Bogor tahun 1975.
Lulus Sekolah Menengah Atas Negeri 1, Bagian
IPA di Bogor tahun 1979.
Lulus Sarjana Muda Administrasi Negara pada
Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas
Padjadjaran Bandung, pada tahun 1984.
Lulus Sarjana Administrasi Negara pada Fakultas

Ilmu

Sosial

dan

Ilmu

Politik

Universitas

Padjadjaran Bandung, pada tahun 1987

PRAKATA

Puji dan syukur alhamdulillah penulis panjatkan ke hadirat Allah SWT
atas perkenan-Nya penulis dapat menyelesaikan penelitian yang berjudul
"Keefektivan Komunikasi dalam Upaya Peningkatan Disiplin Kerja Pegawai."
Kasus di Bagian Umum Setda Pemerintah Kabupaten Bogor, Propinsi Jawa

Barat, sebagai salah satu syarat penyelesaian studi dan mendapatkan gelar
Magister Sains (MSi) pada Program Studi Komunikasi Pembangunan
Pertanian dan Pedesaan, Program Pascasarjana, Institut Pertanian Bogor.
Penulis menyampaikan terima kasih kepada Bapak Dr. Ir. Sumardjo,
MS sebagai Ketua Komisi Pembimbing dan Ibu Ir. Ida Yuhana, MA serta, Ibu

Dra. Farida Rohadji, MS selaku Anggota Komisi Pembimbing atas segala
bimbingan, koreksi dan petunjuk yang diberikan. Terima kasih juga penulis
haturkan kepada Ibu Dr. Ir. Hj. Aida Vitayala S. Hubeis, selaku Ketua
Program Studi Komunikasi Pembangunan Pertanian dan Pedesaan (KMP) IPB
dan Ibu Prof. Dr. Ir. Hj. Sjafrida Manuwoto, MSc selaku Direktur Program
Pascasarjana Institut Pertanian Bogor, atas segala kesempatan dan izin yang
diberikan untuk mengikuti kuliah dan melaksanakan penelitian dalam rangka
penyusunan tesis ini.
Penulis berterima kasih dan memberikan penghargaan setinggitingginya kepada Bapak Bupati Kepala Pemerintah Kabupaten Bogor, atas
kepercayaan, izin, kesempatan dan dukungan yang diberikan kepada penulis
ii

untuk mengikuti kuliah dan melaksanakan penelitian ini hingga selesai. Begitu
juga, kepada semua pihak yang tidak dapat penulis sebutkan satu persatu
yang telah membantu dan berpertisipasi dalam mendukung kelancaran
proses studi dan pelaksanaan penelitian dari awai hingga selesai penulis
menyampaikan terima kasih yang tidak terhingga. Penulis berharap semoga
segala bantuan, baik moril maupun materiil yang telah diberikan oleh semua
pihak mendapatkan pahala yang setimpal dari Allah SWT.
Kepada Istriku Ira Sulistyanti dan anak-anak-Ku, Riyan, Ayu, Dea, Lea
yang telah memberikan dorongan

dan waktu

dalam

menyelesaikan

penulisan ini, diucapkan pula terima kasih yang tak terhingga.
Akhirnya, hanya Allah Yang Maha Pengasih dan Penyayang yang dapat
memberikan balasan atas kebaikan yang telah diberikan oleh semua pihak
yang telah membantu dan berpartisipasi dalam menyelesaikan pendidikan
penulis di Program Pascasarjana, Institut Pertanian Bogor.

Bogor, Nopember 2002

Penulis

DAFTAR I S 1

Halaman
RIWAYAT HIDUP ..........................................................................

i

PRAKATA .......................................................................................

ii

DAFTAR I S 1 ...................................................................................

IV

DAFTAR GAMBAR .........................................................................

vi

DAFTAR TABEL .............................................................................

vii

DAFTAR LAMPIRAN .....................................................................

x

PENDAHULUAN ............................................................................

1

Latar Belakang ....................................................................

1

Rumusan Masalah ..............................................................

3

Tujuan Penelitian ................................................................

4

Kegunaan Penelitian ...........................................................

5

TINJAUAN PUSTAKA ...................................................................

Pola Kornunikasi dan Keefektivan Kornunikasi ...................

6

Disiplin Kerja .......................................................................

6
16

Karakteristik Pegawai ..........................................................

16

Karakteristik Perrrbina .........................................................

17

KERANGKA BERPIKIR DAN HIPOTESIS PENELITIAN ..........

21

Kerangka Pemikiran.............................................................

21

Hipotesis Penelitian .............................................................

26

METODE PENELITIAN ..................................................................

27

Desain Penelitian ................................:................................

27

Ternpat dan Waktu Penelitian .............................................

27

Populasi dan Sampel Penelitian ..........................................
Pengumpulan Data ..............................................................
Data dan Instrumentasi ......................................................
Definisi Operasional ............................................................
Validitas dan Reliabilitas Instrumen ...................................
Analisis Data .......................................................................
GAMBARAN ORGANISASI SEKRETARIAT DAERAH PEMDA
KABUPATEN BOGOR ...................................................................

Organisasi Pemerintah Kabupaten .....................................
HASIL DAN PEMBAHASAN .........................................................

Disiplin Kerja Pegawai ........................................................
Faktor-faktor yang Berhubungan dengan Disiplin Kerja
Pegawai ...............................................................................
Pola Komunikasi dalam Pembinaan ...................................
Faktor-faktor yang Berhubungan dengan Pola Komunikasi
dalam Pembangunan ..........................................................
KESIMPULAN DAN SARAN .........................................................

Kesimpulan ..........................................................................
Saran ...................................................................................
DAFTAR PUSTAKA ........................................................................
LAMPIRAN .....................................................................................

DAFTAR GAMBAR

Halaman
1. Garis Kontinum Beberapa Gaya Kepemimpinan ......................

16

2. Kerangka Pemikiran Keefektivan Komunikasi dalam Upaya
Peningkatan Disiplin Kej a Pegawai ...................................

25

DAFTAR TABEL

Halaman
1. Sampel dan Kerangka Sampling Penelitian Keefektivan

Komunikasi dalam Upaya Peningkatan Disiplin Kerja Pegawai

28

2. Tingkat Disiplin Keja. Tahun 2001 ..........................................

43

3.

47

Karakteristik Pegawai. Tahun 2001 ........................................

4 . Diklat/Kursus yang Dikuti oleh Pegawai. Tahun 2001 .............

51

5 . Jenis DiklatfKursus yang Diikuti oleh Pegawai. ........................

52

6. Sikap Pegawai terhadap Pekerjaannya. tahun 2001 ................

54

7. Pendapatan Pegawai yang Berasal dari Pendapatan sebagai
PNS dan Pendapatan Tambahan. Tahun 2001 ........................

59

8. Sikap Pegawai dalam Berkomunikasi. Tahun 2001 ..................

63

9. Kemampuan Berkomunikasi Pegawai. Tahun 2001 .................

69

10. Intensitas Pembinaan Pegawai. Tahun 2001 ...........................

73

11 Penegakan Sanksi Pegawai. Tahun 2001 .................................

75

12. Kejelasan Aturan Kerja Pegawai. Tahun 2001 .........................

77

13. Kejelasan Aturan Kerja Pegawai. Tahun 2001 .........................

80

14. Kejelasan Fungsi Tugas Pegawai. Tahun 2001 ........................

84

15. Suasana Kerja Pegawai. Tahun 2001........................................

88

16. Beban Kerja Pegawai. Tahun 2001 ..........................................

89

17. Pengerjaan Tugas Pegawai. Tahun 2001 .................................

90

18. Kedisiplinan Apel Pagi Pegawai. Tahun 2001 ...........................

90

19. Karakteristik. Tahun 2001 .........................................................
20. Gaya Kepemimpinan Pembina. Tahun 2001 ............................
Otoriterisme Kepemimpinan Pembina. Tahun 2001 ................
Demokratisasi Kepemimpinan Pembina. Tahun 2001...............
Orientasi Kepemimpinan Pembina. Tahun 2001 ......................
Sikap Pembina terhadap Pegawainya. Tahun 2001 .................
Kredibilitas Pembina sebagai Komunikator. Tahun 2001 .........
Penampilan Pembina. Tahun 2001 ...........................................
Status Sosial Ekonomi Pembina. Tahun 2001 ..........................
Pengalaman Masa Lalu Pembina terhadap Pegawai. Tahun
200 1 .........................................................................................
Kompetensi sebagai Komunikator. Tahun 2001 .......................
Diklat/Kursus yang Dikuti Oleh Pembina. Tahun 2001 ............
Jenis Diklat/Kursus yang Diikuti oleh Pernbina. Tahun 2001 ...
Sikap dalam Berkomunikasi Pembina. Tahun 2001 .................
Kemampuan Berkomunikasi Atasan (Pembina). Tahun 2001

..

Faktor-faktor karakteristik Pegawai yang Berhubngan dengan
Disiplin Kerja Pegawai. Tahun 2001 .........................................
Faktor-faktor Intensitas Pembinaan yang Berhubungan
dengan Disiplin kerja Pegawai. Tahun 2001 ............................
Faktor-faktor Karakteristik Pembina yang Berhubungan
dengan Disiplin Kerja Pegawai. Tahun 2001 ............................
Faktor-faktor Pola Komunikasi Pegawai yang Berhubungan
dengan Disiplin Kej a Pegawai. Tahun 2001 ............................
viii

38. Intensitas dan Arah Komunikasi dalam Pembinaan, Tahun
2001 ..........................................................................................
39. Intensitas dan Keaktivan Pegawai dalam Berkomunikasi
Kelompok, Tahun 2001 .............................................................

137
139

40. Intensitas Pegawai dalam Berkomunikasi Kelompok
Berdasarkan Agenda Sektor Pembangunan .............................

140

41. Pegawai yang Mengalami Hambatan Komunikasi Pada
berbagai Jenis Hambatan Komunikasi, Tahun 2001 ...............

142

42. Faktor-faktor Karakteristik Pegawai yang Berhubungan
dengan Pola Komunikasi dalam Pembinaan Pegawai,
Tahun 2001 ..............................................................................

143

43. Faktor-faktor Intensitas Pembinaan yang Berhubungan
dengan Pola Komunikasi dalam Pembinaan Pegawai,
Tahun 2001 .............................................................................

149

44. Faktor-faktor Karakteristik Pembina yang Berhubungan
dengan Pola Komunikasi dalam Pembinaan Pegawai,
Tahun 2001..............................................................................

152

DAFTAR LAMPIRAN

Halaman

1.

Kuesioner Penelitian .................................................................

162

PENDAHULUAN
Latar Belakang

Bagian Umum Sekretariat Daerah Pemerintah Kabupaten Bogor
merupakan salah satu Bagian di Lingkup Pemerintah Kabupaten Bogor
mempunyai tugas pokok melaksanakan pembinaan kearsipan dan ketata
usahaan, telekomunikasi, urusan rumah tangga, perjalanan dan protokol
(Perda 17 tahun 1992), tugas-tugas tersebut akan terlaksana dengan efektif
dan efisien melalui disiplin kerja dari para pegawai.
Disiplin kerja adalah melakukan pekerjaan sesuai dengan ketentuanketentuan yang berlaku dan tepat waktu sehingga meningkatkan kinerja
aparat. Agar tercipta disiplin kerja diperlukan adanya pemahaman tentang
aturan keja, kesadaran terhadap tugas dan kewajiban serta keterampilan
kerja pekerja atau pegawai melalui pembinaan yang berkesinambungan.
Program pembinaan bagi pegawai di lingkungan Bagian Umum Setda
pemerintah Kabupaten Bogor didasarkan pada Undang-Undang Kepegawaian
No. 43 tahun 1999, yaitu bahwa "pembinaan pegawai diarahkan berdasarkan
sistem prestasi kerja dan sistem karier yang dititikberatkan pada sistem
prestasi kerja"
Pelaksanaan pembinaan terhadap 130 pegawai di Bagian Umum
tersebut dilakukan secara bertahap dan hierarkhis dari tingkat kepala bagian
ke kepala sub-bagian dan selanjutnya secara periodik para Kepala sub.bagian
1

tersebut melaksanakan pembinaan secara langsung kepada staf. Selain itu,
kadang-kadang dilakukan kunjungan secara insidental ke rumah pegawai
baik oleh Kepala Bagian maupun oleh kepala subbagian.
Mekanisme program pembinaan tersebut,

dimaksudkan untuk

menstimuli adanya respon atau umpan balik dari pegawai terhadap
komunikasi yang tejadi antara pimpinan dan pegawai. Melalui keefektivan
komunikasi pembinaan yang dilakukan oleh pimpinan kepada pegawainya
tersebut, untuk keberhasilannya dalam meningkatkan disiplin keja pegawai
akan sangat tergantung kepada kemampuan pimpinan dalam mengemas dan
menyampaikan pesan secara tepat, pemilihan media komunikasi yang sesuai,
kemampuan mengempati dengan pegawai dan kemampuan menganalisis
umpan balik yang timbul untuk penyempurnaan langkah selanjutnya.
Kondisi nyata yang dihadapi di Bagian Umum saat ini adalah belum
optimalnya pelaksanaan disiplin kerja pegawai, ha1 ini dapat dilihat dari
tingkat kehadiran ape1 pagi rata

-

rata 55

OO
/

dan tingkat keterlambatan

laporan kerja rata - rata 5 hari kerja, di lain pihak penerapan sanksi terhadap
pegawai yang melanggar disiplin kerja telah dilaksanakan baik yang bersifat
tegoran lisan dan tertulis.
Menurut hasil pengamatan secara umum di lingkungan kerja bagian
umum diduga keefektivan komunikasi pembinaan tersebut akan berpengaruh
terhadap kedisiplinan kerja pegawai dalam melaksanakan kewajibannya.

Berdasarkan ha1 tersebut akan sangat menarik dilakukan penelitian tentang
keefektivan komunikasi dalam upaya peningkatan disiplin kerja pegawai di
Bagian Umum Setda pemerintah Kabupaten Bogor.
Rumusan Masalah

Secara umum pelaksanaan disiplin kerja sudah cukup dilaksanakan
oleh pegawai, pembina dan pimpinan secara periodik. Meskipun demikian,
karena beragamnya karakteristik dan latar belakang pendidikan individu
pegawai, maka berpengaruh pada kurangnya respon terhadap komunikasi
pembinaan. Dalam ha1 ini, kedisiplinan pegawai dipengaruhi oleh tingkat
keefektivan komunikasi dan berhubungan pula dengan karakteristik pegawai
dan pembinaan serta pola komunikasi yang dilakukan. Berdasarkan
kenyataan ini, maka sangat penting untuk mengetahui permasalahan yang
dialami yang berkaitan dengan pelaksanaan disiplin kerja di bagian umum.
Pada beberapa sub bagian, sebagian besar pegawai sudah mengetahui
hak dan kewajibannya sebagai pegawai untuk melaksanakan disiplin kerja.
Kenyataannya dalam melaksanakan perannya masih banyak ditemukan
pegawai yang belum sepenuhnya melaksanakan disiplin kerja, sehingga
keseimbangan antara hak dan kewajibannya belum dilaksanakan secara
.penuh.

Berdasarkan

kenyataan

tersebut,

maka

dampak

keefektivan

komunikasi pembinaan pegawai perlu dianalisis baik dari segi komunikator,
saluran dan media

yang

digunakan, pesan

yang

disampaikan serta

kemampuan Komunikasi dari pegawai yang dibina secara baik yang akan
menentukan tingkat keberhasilan disiplin kerja. Dengan memperhatikan
uraian tersebut, maka masalah penelitian ini dapat dirumuskan sebagai
berikut:
(1) Sejauhmana tingkat kedisiplinan kej a pegawai?
(2) Faktor-faktor apa yang mempengaruhi disiplin kerja pegawai?

(3) Bagaimana pola komunikasi yang efektif untuk meningkatkan disiplin

kej a pegawai?
(4) Faktor-faktor apa yang mempengaruhi pola komunikasi dalam pembinaan

pegawai?
Tujuan Penelitian

Secara umum tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui tingkat
kedisiplinan kerja pegawai di Bagian Umum Setda Pemerintah Kabupaten
Bogor. Adapun secara khusus tujuan penelitian ini diarahkan untuk:
(1) Mengetahui tingkat kedisiplinan kerja pegawai.

(2) Mengidentifikasikan faktor-faktor yang mempengaruhi disiplin kerja
pegawai.

(3) Untuk mengetahui pola

komunikasi yang efektif untuk meningkatkan

disiplin kerja pegawai.
(4) Mengetahui faktor-faktor yang mempengaruhi pola komunikasi yang

terjadi dalam upaya peningkatan disiplin kerja.
Kegunaan Penelitian

Penelitian ini diharapkan dapat memberikan masukan bagi pimpinan
di lingkungan bagian umum untuk penyempurnaan pelaksanaan sistem
komunikasi pembinaan pegawai bagian umum. Berdasarkan pada berbagai
permasalahan faktor-faktor yang berhubungan dengan disiplin kerja pegawai,
oleh sebab itu penelitian ini secara khusus dapat memberikan kegunaan
sebagai berikut:
(1) Memberikan bahan

pertimbangan dalam

upaya

mengembangkan

komunikasi pegawai khususnya dalam rangka meningkatkan disiplin kerja
pegawai.
(2) Memberikan informasi masukan untuk mengevaluasi dampak komunikasi

pembinaan dan peningkatan disiplin kerja.
(3) Memberikan

masukan

kepada

bagian

atau

dinaslinstansi

yang

berkompeten tentang pentingnya ketrampilan berkomunikasi bagi para
pimpinan.
(4) Memberikan informasi bagi peneliti yang melakukan penelitian pada

kajian yang sama, terutama dalam mengembangkan ilmu komunikasi.

TINJAUAN PUSTAKA
Pola Komunikasi dan Keefektivan Komunikasi

Menurut Effendi (1992) komunikasi adalah proses penyampaian suatu
pesan oleh seseorang kepada orang lain untuk memberitahu atau mengubah
sikap, pendapat atau perilaku, baik secara langsung atau lisan maupun tak
langsung melalui media. Susanto (1985) mengemukakan bahwa komunikasi
adalah kegiatan pengoperan lambang yang mengandung makna yang perlu
dipahami oleh pihak-pihak yang terlibat dalam suatu kegiatan komunikasi.
Secara umum dapat disimpulkan bahwa komunikasi adalah proses
penyampaian dan penerimaan informasi atau simbol-simbol yang bermakna
melalui cara lisan dan tidak lisan sehingga orang-orang yang berperan
sebagai pengirim dan penerima informasi memperoleh makna yang sama
Riyanto, et. all. (1990) menyatakan bahwa komunikasi mempunyai
tiga tujuan, yaitu:
(1) Informatic yaitu komunikasi yang bertujuan untuk menyampaikan suatu

pesan yang berisi informasi kepada pihak penerima. Pesan komunikasi
lebih banyak berorientasi pada perubahan pemikiran atau ingatan yang
berfungsi untuk
.

memberikan tambahan

pengetahuan. Indikator

keberhasilan tujuan komunikasi yang bersifat informatif, apabila pada
penerima mengalami peningkatan pengetahuan, yaitu dari tidak atau

kurang tahu menjadi tahu atau lebih tahu mengenai pesan yang
disampaikan (te qadi perubahan pada ranah kognitiiq
(2) Persuasiif; yaitu komunikasi yang bertujuan untuk mengubah sikap

penerima

mengenai suatu

bidang atau

permasalahan

dengan

memaparkan perihal yang positif dan kerugian-kerugian apabila tidak ikut
melakukan. Indikator keberhasilan komunikasi yang bersifat persuasif
adalah apabila tejadi perubahan sikap pada diri penerima menjadi
memandang informasi tersebut penting bagi dirinya (perubahan pada
ranah afekfif)
(3) Entertainment yaitu komunikasi yang bertujuan untuk menciptakan

suasana komunikasi yang kondusif untuk mendukung tercapainya
kesamaan makna antara sumber dan penerima. Indikator keberhasilan
dari komunikasi yang bersifat hiburan ini adalah kedua belah pihak
merasa senang dan bersemangat dalam melakukan komunikasi sehingga
kesepakatan di antara kedua belah pihak dapat secara tepat dan cepat.
Ketiga tujuan komunikasi di atas pada kenyataannya tidak dapat
dibedakan dan dipisahkan satu sama lainnya karena pada setiap proses
komunikasi tujuan memberikan informasi, persuatif dan menghibur.
Riyanto (1990) menyatakan kredibilitas komunikator adalah sebagai
suatu tingkat dapat dipercayanya sumber pesan oleh penerima. Tingkat
kepercayaan ini sangat penting karena pada kenyataannya seseorang yang

melakukan komunikasi akan memperhatikan siapa pembawa pesan sebelum
mau menerima pesan yang diterimanya. Kredibilitas sumber pesan dalam
proses komunikasi ditentukan oleh tiga faktor, yaitu:
(1) Penampilan, yaitu penampilan seseorang

dalam berkomunikasi akan

mempengaruhi proses komunikasi yang dilakukannya, seperti: bentuk
tubuh, posisi tubuh pada waktu bejalan atau duduk, pakaian yang
dipakai sehingga penerima dapat melakukan penilaian tipe sumber.
(2) Status sosial ekonomi, artinya semakin tinggi status sosial ekonomi

seseorang, maka ada kecenderungan memiliki kredibilitas yang tinggi di
hadapan penerima sehingga pesan komunikasi mempunyai peluang yang
besar penerima menerima pesan komunikasi
(3) Pengalaman masa lalu, artinya seseorang yang mempunyai pengalaman

yang kurang baik dalam berhubungan dengan penerima pesan, maka
pesan yang disampaikan dinilai kurang baik oleh penerima.
Berlo (1960) menyatakan komunikasi akan bejalan efektif jika
ketepatan (fidelim berkomunikasi dapat ditingkatkan dan gangguan (noise)
dapat diperkecil. Oleh karena itu meningkatnya ketepatan dan berkurangnya
gangguan harus tejadi pada setiap unsur komunikasi, yaitu: komunikator
pesan, saluran/media dan penerima (Komunikan). Faktor-faktor yang harus
ada pada setiap unsur adalah sebagai berikut:

(1) Seorang komunikator harus dapat memenuhi:

(a) Ketrampilan berkomunikasi yaitu ketrampilan berbicara dan menulis
agar penerima pesan mampu mendengar dan membaca secara baik
dan jelas.
(b) Sikap, yaitu kecenderungan sikap positif baik terhadap diri sendiri,
terhadap pesan yang disampaikan maupun terhadap penerima
pesan.
(c) Tingkat pengetahuan, yaitu wawasan pengetahuan terhadap isi
pesan yang disampaikan.
(d) Sistim sosial budaya, yaitu berkaitan dengan posisi komunikator
dalam sistem sosial budaya yang berlaku.
(2) Pesan yang disampaikan harus dapat memenuhi:

(a) Persyaratan kode atau bahasa pesan
(b) Penyajian isi pesan yang dapat menyatakan tujuan.
(c) Perlakuan pesan, yaitu berkaitan dengan pemilihan dan pengaturan
bahasa isi pesan yang dapat disampaikan.
(3) Saluranlmedia komunikasi yang dipilih bergantung kepada kesesuaian

dengan tujuan yang hendak dicapai, kesesuaian dengan isi pesan dan
kesesuaian dengan

sistim

sosial

budaya

pertimbangan . biaya yang diperlukan.

setempat,

Prinsip dari

disamping
penggunaan

saluranjmedia komunikasi tersebut harus dapat dilihat, didengar,
disentuh, dicium dan dirasakan.
(4) Penerima pesan berkaitan dengan karakteristik sebagai berikut:

(a) Kemampuan berkomunikasi, yaitu kemampuan mendengar, membaca
dan berfikir terhadap pesan yang disampaikan oleh komunikator.
(b) Sikap, yaitu kecenderungan sikap positif atau negatif baik terhadap
dirinya sendiri, terhadap komunikator dan terhadap isi pesan yang
disampaikan.
(c) Tingkat pengetahuan, yaitu pemahaman tentang isi pesan yang
disampaikan terutama

penggunaan bahasa

pesan dan

nilai

kepentingan isi pesan.
Sikap berkomunikasi menurut Riyanto (1990) terbagi menjadi dua,
yaitu: (1) sikap berkomunikasi sumber (komunikatofl

dan (2) sikap

komunikasi penerima, uraian secara rincinya adalah:
(1) Sikap komunikasi sumber (komunikatotj, proses komunikasi sumber yang

berpengaruh pada proses komunikasi adalah: (a) sikap terhadap diri
sendiri yang biasanya muncul dalam bentuk keyakinan bahwa dirinya
mampu melakukan proses komunikasi dengan baik, misalnya merasa
tidak pandai berbicara, kurang menguasai permasalahan. Keadaan ini
akan mengurangi efektivitas komunikasi yang dilakukan, (b) sikap
terhadap pesan adalan kepercayaan sumber bahwa materi dalam pesan

komunikasi adalah benar, apabila kepercayaan ini kurang atau tidak ada,
maka sumber akan tidak mampu menyampaikan dengan baik, (c) sikap
terhadap penerima, merupakan keyakinan sumber bahwa penerima
memperhatikan dan membutuhkan informasi yang terkandung dalam
pesan yang disampaikan dan akan memberikan respon seperti yang
diharapkan. Misalnya sikap sumber menganggap remeh dan kurang
menghargai penerima merupakan contoh sikap sumber yang negatif.
(2) Sikap komunikasi penerima, dalam proses komunikasi sikap sumber yang

dapat

mempengaruhi

proses

komunikasi,

dalam

upaya

untuk

meningkatkan efektivitas komunikasi perlu memperhatikan beberapa hal:
(a) sikap penerima terhadap diri sendiri, penerima harus memiliki
kepercayaan

bahwa

dirinya

mampu

menerima

informasi

yang

dikornunikasikan, (b) sikap penerima terhadap sumber, dalam diri
penerima harus memiliki keyakinan bahwa sumber merupakan orang yang
dapat dipercaya dan memiliki kemampuan dalam penyampaian informasi
yang bermanfaat dalam dirinya dan (c) sikap penerima terhadap pesan
erat hubungannya dengan pengalaman pribadi penerima, apabila
penerima memiliki pengalaman kurang baik di masa lalu berkaitan dengan
pesan komunikasi atau sumber akan berpengaruh kurang baik terhadap
pesan dan sumber.

Sumber

dalam

proses

komunikasi

harus

mampu

mengukur

kemampuan penerima dalam menerima pesan karena setiap orang
mempunyai kemampuan menerima pesan yang berbeda. Kemampuan
seseorang dalam menerima pesan dipengaruhi dua hall yaitu kecepatan
menangkap dan kemampuan dalam melakukan interprestasi terhadap pesan
yang diterimanya (Riyanto, 1990).
Riyanto (1990)

menyatakan bahwa ketrampilan berkomunikasi

seseorang mencakup: (1) ketrampilan mendengarkan, penerima bertindak
sebagai pendengar dalam berkomunikasi secara lisan sehingga penerima
harus mempunyai kemampuan mendengarkan dengan baik, (2) ketrampilan
berbicara, selain mendengarkan dalam berkomunikasi, penerima harus
memberikan respon terhadap sumber sehingga penerima juga harus
mempunyai ketrampilan dalam berbicara,

(c)

ketrampilan membaca,

merupakan kemampuan penerima untuk membaca tulisan secara efektif,
(4)

ketrampilan

menulis,

merupakan

kemampuan

penerima

untuk

memberikan umpan balik secara tertulis dan (5) ketrampilan berpikir,
merupakan kemampuan penerima untuk berpikir secara kreatif dan efektif
sehingga akan membantu dalam memahami pesan komunikasi.
Tubbs dan Moss (Rahmat, 1986) menyatakan bahwa tanda-tanda
komunikasi yang efektif setidaknya menimbulkan lima.ha1 yaitu:
(1) Pengertian, penerimaan dan penafsiran isi pesan secara cermat.

(2) Kesenangan, yaitu suasana hubungan yang akrab dan menyenangkan.

(3) Mempengaruhi sikap, yaitu adanya efek pada diri penerima tentang
pesan yang disampaikan.
(4) Hubungan sosial yang baik.

(5) Tindakan, yaitu tindakan nyata yang dilakukan penerima pesan setelah

teqadi pengertian, pembentukkan dan perubahan sikap serta tumbuhnya
hubungan yang baik.
Pendapat lain diungkapkan oleh Effendy (1992), bahwa komunikasi
yang efektif harus menimbulkan dampak: (1) kognitil: yaitu timbul pada
komunikan yang menyebabkan dia menjadi tahu atau meningkatkan
intelektualitasnya,

(2)

afektje

yaitu

komunikan

tergerak

hatinya,

(3) behavioural yaitu dampak yang timbul pada komunikan dalam bentuk
perilaku, tindakan. Siagian (1982)

mengemukakan bahwa efektivitas

komunikasi dalam organisasi ditujukan oleh tingkat pentingnya kebutuhan
individual dan tercapainya tujuan organisasi secara cepat dan tepat sehingga
tejadi kepuasan keja. Manulang (1987) berpendapat bahwa efektivitas
komunikasi dalam organisasi dicirikan oleh semakin meningkatnya prestasi
kej a pegawai dan kepuasan kej a pegawai.
Upaya

dalam

meningkatkan

efektivitas

program-program

pembangunan dapat dilakukan dengan cara meningkatkan efektivitas
komunikasi di antara unsur-unsur yang terlibat dalam pembangunan

tersebut. Paradigma komunikasi pembangunan yang dilakukan di pemerintah
Propinsi Jawa Barat selama ini lebih menekankan komunikasi linear ke bawah
(top down) ke komunikasi yang berpola konvergen. Pola komunikasi
konvergen adalah komunikasi program pembangunan yang menekankan
adanya komunikasi yang seimbang antara komunikasi dari atas ke bawah,
dari bawah ke atas (bottom up) dan komunikasi antar instansi atau dinas
yang mempunyai kedudukan yang sama atau hampir sama dalam koordinasi
pelaksanaan program pembangunan, seperti yang dikemukakan oleh Rogers
dan Kincaid (1981). Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan oleh
Sumardjo (1999)

yang sejalan dengan pendapat Somavia (1981),

memberikan beberapa penekanan yang merupakan komponen esensial dalam
pesan komunikasi yang modern, hendaknya mengandung makna:
(1) Mengkomunikasikan sesuatu yang menjadi kebutuhan masyarakat.
(2) Komunikasi dalam struktur organisasi (birokrasi) mengandung suatu

pendelegasian wewenang.
(3) Komunikasi yang

mengandung suatu dasar

proses pendidikan,

merupakan tanggung jawab sumber (media) dalam proses pendidikan
bagi masyarakat luas.
(4) Komunikasi dalam tugas (task) mengandung hak-hak (human righ) dan

kevvajiban (obligation). .Maksudnya adalah komunikator atau media
massa seharusnya mengarah pada suatu kerangka keja yang dilakukan

masyarakat dan

harus menjadi tanggung jawab

hukum yang

merefleksikan konsensus masyarakat yang disertai wewenang, hak dan
kewajiban.
Pada

pergeseran paradigma komunikasi dalam pembangunan,

kenyataannya komponen utama komunikasi linear tetap menjadi perhatian
penting dalam analisis model konvergen karena adanya komponen-komponen
utama yang terdiri dari: (1) pesan, (2) sumber atau komunikator, (3) saluran,
(4) penerima atau komunikan dan (5) efek. Kelima unsur tersebut masih
menjadi model dasar pada model relasional maupun model konvergen.
Secara rinci konsep utama pada model konvergen mencakup: (1) informasi,
(2) ketidakpastian (uncertainfL3, (3) konvergensi, (4) saling pengertian,
(5) kesamaan tujuan(mutua1 agreemeno, (6) tindakan bersama (collective

action) dan (7) jaringan hubungan dan relasi sosial (network o f relationship).
Model komunikasi pembangunan yang diajukan adalah model komunikasi
interactif yang sebenarnya lebih dekat dengan model komunikasi konvergen
(Kincaid, 1979; Rogers dan Kincaid, 1981; Swanson, 1982 dan Sumardjo,
1999). Kedudukan komunikator dan komunikan sama-sama pentingnya
karena kedua belah pihak saling mempunyai aspirasi dan kepentingan
terhadap pesan dan proses komunikasi yang berlangsung, sehingga akan
menghasilkan komitmen bersama yang sama tingginya.

Disiplin Kerja

Salah satu upaya meningkatkan kualitas sumber daya manusia dalam
mengisi dan melaksanakan pembangunan adalah melalui penerapan disiplin
keja, selama periode tahun 1999/2000 dari 130 orang pegawai di Bagian
Umum Setda Kabupaten Bogor, tercatat rata-rata 55

OO
/

yang mengikuti ape1

pagi dan rata-rata keterlarnbatan penyampaian laporan yaitu 5 hari kerja dari
jadwal yang telah ditentukan, kondisi tersebut disebabkan oleh:
(1) Waktu tempuh dari tempat tinggal ke Kantor cukup lama.

(2) Pendidikan yang relatif rendah

(3) Tingkat pendapatan masih kurang mencukupi
(4) Sarana transportasi kurang mendukung

Disiplin kerja merupakan wujud dari terlaksananya setiap kewajiban pegawai
di dalam penyelesaian tugas - tugasnya sesuai dengan aturan.

Karakteristik Pegawai

Keadaan sumber daya manusia (pegawai) di bagian umum dapat
dilihat dari indikator jumlah dan status kepegawaian serta status pendidikan.
Kualitas sumber daya pegawai di bagian umum secara makro masih relatif
kurang apabila dilihat dari tingkat pendidikan. Kondisi tersebut akan
berpengaruh dalam pemberian respan terhadap proses komunikasi yang
dilakukan di bagian umum baik secara vertikal, diagonal, maupun horisontal.

Karakteristik Pembina

Gaya kepemimpinan menurut Slamet (1988) menyatakan bahwa gaya
kepemimpinan dibedakan

menjadi lima,

yaitu gaya

kepemimpinan:

(1) autocratic vs democratic, (2) autoritarian vs equalitarian, (3) task oriented

vs group oriented, (4) controlled vs permissive dan (5) initiating vs
considerate. Gaya kepemimpinan ini kalau digambarkan merupakan garis
kontinum, yaitu:

Demokratis
Persamaan
Orientasi hubungan
Terbuka
Mengikut

otokratis
Ketidaksamaan
Berorientasi pada tugas
Terkontrol
Inisiatif
Keterangan:

5 = sangat autocratic atau democratic
4 = autocratic ata u democratic
3 = cukup autocratic atau democratic
2 = agak autocratic atau democratic
1 = tida k autocratic atau democratic

Gambar 1. Garis Kontinum Beberapa Gaya Kepemimpinan

Gaya kepemimpinan seseorang tidak bersifat fixed, artinya seseorang
yang menduduki jabatan pimpinan mempunyai kapasitas untuk membaca
situasi

yang

dihadapinya

secara

tepat

dan

menyesuaikan gaya

kepemimpinannya agar sesuai dengan tuntutan situasi yang dihadapinya,

meskipun penyesuaiannya itu mungkin hanya bersifat sementara (Siagian,
1988).
Riyanto (1997) menyatakan bahwa perilaku dan gaya kepemimpinan
dapat dibedakan menjadi tiga kelompok, yaitu (1) perilaku berorientasi tugas,
(2) perilaku yang berorientasi pada hubungan dan perilaku yang merupakan

kombinasi (antara perilaku yang berorientasi tugas dan yang berorientasi
hubungan). Uraian secara rinci adalah sebagai berikut:
(1) Perilaku kepemimpinan yang berorientasi tugas, merupakan perilaku

kepemimpinan yang menekankan pada penyelesaian suatu tugas atau
aktivitas dalam upaya mencapai tujuan yang telah ditetapkan, langkahlangkah yang dilakukan oleh pemimpin adalah:
(a) Inisiasi, yaitu pemimpin yang mampu mencetuskan idelgagasan ke
dalam bentuk yang siap untuk memulai suatu kegiatanlpekejaan.
(b) Mencari informasi dan opini yaitu aktivitas mencari informasi dan
opini yang berkaitan dengan pelaksanaan suatu kegiatanlpekerjaan
biasanya dapat dilihat dengan bertanya mengenai suatu kejelasan
sugesti, menambah informasi atau fakta yang diperlukan dalam
pemecahan masalah.
(c) Memberikan informasi dan opini, yaitu perilaku-perilaku yang
berusaha memberikan kontribusi melalui pemberian informasi atau
opini terhadap proses kelompok atau organisasi.

(d) Elaborasi, yaitu perilaku memberikan gambaran tentang suatu ide
yang tercetus dari salah satu anggota sehingga menjadi lebih jelas
bagi anggota-anggota lainnya.
(e) Koordinasi, yaitu menghubungkan berbagai pihak atau beberapa
gagasan yang berkembang dalam kelompok atau organisasi.
(f) Meringkas, yaitu membuat kesimpulan.

(2) Perilaku kepemimpinan yang berorientasi hubungan, perilaku ini akan

menonjol pada kepemimpinan suatu kelompok atau organisasi yang
mementingkan kenyamanan, keserasian dan kepuasan suasana dalam
melakukan aktivitasnya.

Kegiatan-kegiatan yang dilakukan dalam

kepemimpinan ini adalah:
(a) Mendorong, yaitu perilaku yang berusaha memberikan kesan yang
menyenangkan bagi orang lain sehingga dapat membesarkan hati
orang lain, seperti: bersikap bersahabat, hangat, responsif terhadap
orang lain, menghargai pendapat orang lain, menyetujui dan
menerima pendapat orang lain.
(b) Menjaga pintu, yaitu perilaku yang berusaha menempatkan diri pada
posisi perantara antara pihak luar, anggota kelompok atau organisasi
dengan kelompok atau organisasi tersebut.

(c) Meletakan standar, yaitu perilaku mengingatkan anggota-anggota
kelompok atau organisasi tentang standar kelompok.

(d) Menumbuhkan perasaan, yaitu menyimpulkan perasaan kelompok
atau

organisasi terhadap

sesuatu,

menemukan

reaksi-reaksi

kelompok atau organisasi.
(e) Melakukan kompromi, seperti membantu para anggota kelompok
atau organisasi untuk menerima gagasan.
(f) Menciptakan keharmonisan.
(3) Perilaku kepemimpinan kombinasi, meliputi:

(a) Mengevaluasi, yaitu membandingkan keputusan kelompok atau
organisasi dengan standar kelompok atau organisasi tersebut.
(b) Mendiagnosa, yaitu mencoba menemukan sumber-sumber atau
penyebab munculnya kesulitan-kesulitan, mengkaji tahapan-tahapan
yang telah dilakukan untuk mengantisipasi tahap selanjutnya.
(c) Melakukan pengujian, dilakukan secara tentatif dengan bertanya
tentang opini-opini kelompok atau organisasi untuk menentukan
waktu pencapaian konsensus (keputusan) kelompok atau organisasi.

KERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS PENELITIAN
Kerangka Pemikiran

Pelaksanaan proses disiplin pegawai yang didasarkan pada UndangUndang Kepegawaian nomor 43 tahun 1999 diharapkan dapat meningkatkan
rasa tanggung jawab pegawai terhadap tugas dan pekerjaannya. Apabila
dilihat selama enam bulan dari bulan September sampai dengan Maret tahun
1999 - 2000 peserta ape1 pagi berkisar antara 55 sampai 60
keterlambatan laporan mingguan dan bulanan tercatat hampir 90

O/O,

OO
/

dan
ha1 ini

diakibatkan masih banyaknya pegawai yang belum memahami dan
menghayati aturan kepegawaian sehingga berdampak pada disiplin kerja.
Berdasarkan ha1 tersebut dilakukan penelitian dengan asumsi bahwa
keefektivan komunikasi pembinaan diasumsikan sama dengan didiplin kerja.
Disiplin keja pegawai berdasarkan teori dan kenyataan dipengaruhi
oleh karakteristik pegawai dan lingkungan tempat bekeja. Lingkungan
pegawai merupakan faktor yang terdapat di luar diri pegawai yang meliputi
karakteristik pimpinan,

intensitas pembinaan, pola komunikasi dalam

pembinaan, proses komunikasi antara sesama pegawai, pegawai dengan
atasan atau sebaliknya, sarana dan prasarana serta sistem organisasi.
Karakteristik pegawai yang diduga kuat berhubungan dengan disiplin
keja pegawai adalah: (1) umur, (2) pendidikan, (3) pengalaman, (4) sikap
pada waktu berkomunikasi, (5) tingkat pendapatan, (6) tanggungan

keluarga, (7) jenis kelamin dan (8) jarak antara rumah dengan kantor. Selain
faktor internal pegawai yang berpengaruh terhadap disiplin kerja pegawai,
faktor-faktor yang terdapat pada diri pembina (pimpinan) juga merupakan
faktor yang berpengaruh kuat dalam menciptakan disiplin kerja pegawai.
Karakteristik internal pembina yang diduga kuat berpengaruh terhadap
disiplin keja pegawai adalah: (1) gaya kepemimpinan, (2) kredibilitas
komunikator, (3) kompetensi sebagai komunikator, (4) pengalaman kerja,
(5) tingkat pendidikan dan (6) jenis kelamin. Faktor lain yang berpengaruh

pada disiplin keja pegawai adalah pola pembinaan yang diterapkan pada
pegawai pada suatu organisasi.
Pola pembinaan merupakan tingkat intensitas pembinaan dan pola
komunikasi yang digunakan. Usaha untuk meningkatkan disiplin keja
pegawai perlu dilakukan melalui proses perencanaan dan pelaksanaan
program pembinaan yang sesuai dengan situasi dan kondisi, kebutuhan dan
permasalahan yang dialami pegawai. Faktor-faktor pola pembinaan yang
diduga kuat berpengarui-r pada disiplin kerja pegawai dalam pembinaan
pegawai adalah: (1) intensitas komunikasi, (2) arah komunikasi dan
(3) hambatan komunikasi. Selain pola pembinaan, intensitas pembinaan juga
berpengaruh pada keefektivan komunikasi dalam pembinaan.
Intensitas pembinaan merupakan jumlah kegiatan pembinaan yang
dilakukan terhadap pegawai dalam kurun waktu tertentu. Intensitas

pembinaan akan menciptakan situasi dan kondisi yang mampu membentuk
kebiasaan (folkways) dan karakter pegawai (personaliM. Upaya untuk
menghasilkan program pembinaan yang optimal perlu adanya penerapan
sistem sanksi yang jelas dan tegas untuk menjaga keseimbangan antara
pelaksanaan kewajiban dan hak (keadilan dan pemerataan). Unsur intensitas
pembinaan pegawai yang diduga kuat berpengaruh pada disiplin kerja
pegawai adalah: (1) penegakan sanksi, (2) kejelasan aturan, (3) kejelasan
standar hasil kerja atau kinerja, (4) kejelasan fungsi tugas, (4) suasana kerja
dan (5) beban kerja. Hasil akhir yang diharapkan dengan adanya pembinaan
pegawai adalah terwujudnya proses komunikasi yang efektif dalam
melakukan tugas sehingga kinerja pegawai meningkat.
Disiplin keja pegawai merupakan tingkat kecepatan dan ketepatan
pelaksanaan tugas/pekejaan. Faktor-faktor yang berhubungan terhadap
disiplin kerja, seperti ketrampilan komunikasi komunikator dan komunikan,
kemampuan dalam mengemas pesan, sarana dan prasarana yang menunjang
dan situasi serta kondisi yang kondusif. Faktor-faktor yang diduga kuat
berhubungan dengan disiplin kerja pegawai adalah: (1) tingkat pemahaman
aturan kerja, (2) sikap terhadap tugas dan kewajiban dan (3) ketrampilan
kerja.
Karakteritik pegawai, karakteristik pembina, intensitas pembinaan dan
pola komunikasi dalam pembinaan merupakan variabel bebas (independent

variabel), disiplin kerja pegawai merupakan variabe1 terikat-1 (independen
variable-I) dan pola komunikasi dalam pembinaan merupakan variabel
terikat-2 (dependent variabel-2). Uraian secara skematis mengenai kerangka
pemikiran keefektivan komunikasi dalam upaya peningkatan disiplin kerja
pegawai disajikan pada Gambar 2:

Karakteristik Pegawai:
(1)Umur
(2) Jenis kelamin
(3)Tingkat pendidikan
(4) Pengalaman kerja
(5) Sikap terhadap
pekerjaan
(6)Tingkat pendapatan
(7)Tanggungan keluarga
(8) Jarak kediaman
(9) Sikap berkomunikasi
(10) Kemampuan
berkomunikasi

Intensitas Pembinaan:

(1) Penegakan sanksi
(2) Kejelasan aturan
(3) Kejelasan standar
hasil kerja (kineja)
(4) Kejelasan fungsi
tugas
(5) Suasana kerja
(6) Beban kerja

.

w

'I

Pola Komunikasi dalam
Pembinaan:

--+(1) Intensitas komunikasi --+
(2) Arah komunikasi
(3) Hambatan komunikasi

A

Disiplin Kerja Pegawai:

(1) Tingkat pemahaman
aturan kerja
(2) Sikap terhadap tugas
(3) Ketrampilan kerja
A

A

A

A

A

Karakteristik Pembina:

(1) Gaya kepemimpinan
(2) Kredibilitas sebagai
komunikator
(3) Kompetensi sebagai
komunikator
(4) Pengalaman kerja
(5) Tingkat pendidikan
(6) Jenis kelamin
(7) Sikap berkomunikasi
(8) Kemampuan
berkomunikasi

L

Gambar 2. Kerangka Pemikiran Keefektivan Komunikasi dalam Upaya
Peningkatan Disiplin Kerja Pegawai

Hipotesis Penelitian

Berdasarkan kerangka pemikiran tersebut di atas, maka dapat
diajukan hipotesis - hipotesis penelitian sebagai berikut:
(1) Adanya hubungan yang nyata antara karakteristik pegawai, intensitas

pembinaan, karakteristik pembina dengan pola komunikasi dalam
pembinaan.
(2) Adanya

hubungan nyata antara karakteristik pegawai,

intensitas

pembinaan, karakteristik pembina dan pola komunikasi dalam pembinaan
dengan disiplin kerja pegawai.

METODE PENELITIAN
Desain Penelitian

Penelitian ini merupakan penelitian survey yang bersifat deskriptif
korelasional. Penekankan kajian dalam penelitian ini adalah upaya untuk
mengidentifikasi dan

menganalisis

hubungan

faktor-faktor

yang

diduga

berhubungan dengan tingkat disiplin kej a pegawai di bagian umum.
Peubah yang diteliti adalah variabel karakteristik pegawai dan pembina, pola
komunikasi, intensitas pembinaan sebagai variabel bebas (independent variable),
pola komunikasi dalam pembinaan sebagai variabel terikat-1 (dependent variable-

I ) dan disiplin kerja pegawai sebagai variabel terikat-2 (dependent variable-2).
Tempat dan Waktu Penelitian

Pelaksanaan penelitian dilakukan di Bagian Umum Sekretariat Daerah
Pemerintah Kabupaten Bogor, Propinsi Jawa Barat. Pengumpulan data dilakukan
selama sebulan, yaitu Bulan Februari sarnpai dengan Bulan Maret 2001.

Populasi dan Sampel Penelitian
PopulasiPenelitian

Populasi penelitian mencakup 130 pegawai di bagian umum yang tersebar di
4 kepala sub bagian, Bagian Umum Sekretariat Daerah Pemerintah Kabupaten
Bogor, Propinsi Jawa Barat.
Sampel Penelitian

Sampel penelitian ini adalah sebagian pegawai yang ada di Bagian Umum
Sekretariat Daerah Pemerintah Kabupaten Bogor. Pengambilan sampel dilakukan
dengan menggunakan teknik Cluster Random Samphg (pengambilan sampel
secara acak terkelompok). Kerangka sampling penelitian dapat dilihat pada Tabel
1.

Tabel 1. Sampel dan Kerangka Sampling Penelitian Keefektivan Komunikasi
dalam Upaya Peningkatan Disiplin Keja Pegawai
Unit
(Sub Bagian)
1. Rumah Tangga

2. Keuangan
3. Santel
4. Tata Usaha
Pimpinan
Jumlah

Strata

Golongan 3
4
(2)
2
(1)
2
(1)
2
(1)
10
(5)

1 Golongan 2 1 Golongan 1 I Non-golongan

Total

.

20
(10)
20
(10)
20
(10)
20
(10)
80
(40)

8
(4)
4
(2)
4
(2)
4
(2)
20
(10)

Keterangan: Angka dalam kurung adalah jumlah sampel penelitian

8
(4)
4
(2)
4
(2)
4
(2)
20
(10)

40
(20)
30
(15)
30
(15)
30
(15)
130
(65)

1

Mekanisme pengambilan sampel penelitian adalah sebagai berikut:
melakukan pemilihan secara acak terkelompok pada 130 pegawai pada setiap sub
bagian di bagian umum dengan kelompok golongan kepangkatan. Di bagian umum
terdapat 4 sub bagian, yaitu Sub Bagian Rumah Tangga, Sub Bagian Keuangan,
Sub Bagian Santel dan Sub Bagian Tata Usaha Pimpinan. Masing-masing kelompok
diambil secara proporsional, yakni sekitar 50% dari tiap strata golongan
kepangkatan tersebut. Total sampel secara keseluruhan adalah 65 pegawai (50%)
pada Bagian Umum Sekretariat Daerah Pemerintah Kabupaten Bogor.
Pengumpulan Data

Pengumpulan data dilakukan dengan membagikan kuesioner (daftar
pertanyaan) yang sudah disiapkan, kepada pegawai yang menjadi sampel
penelitian. Kemudian dilakukan penjelasan mengenai cara pengisian kuesioner
secara keseluruhan (coaching), setelah itu diberi waktu seminggu untuk m