Analisis Angkutan Sedimen Total Sungai Percut Kabupaten Deli Serdang

(1)

Daftar Pustaka

Asdak Chay, 2004. Hidrologi dan oengelolaan Daerah Aliran Sungai, Gadjah Mada University Press, Yogyakarta.

Boangmanalu, Arta (2013). Tugas Akhir Kajian Laju Angkutan Sedimen oada Sugai Wampu. Universitas Sumatera Utara, Medan.

Isma, Faiz (2010). Tugas Akhir Studi Karakteristik Muara Sungai Belawan. Universitas Sumatera Utara, Medan.

Khatib, Anwar, et al. 2013. Analisis Sedimentasi Dan Alternatif oenganannya Di oelabuhan Selat Baru Bengkalis dalam jurnal: Konferensi Nasional Teknik Sipil 7 (KoNTekS 7) Universitas Sebelas Maret (UNS).

Mulyanto H R, 2007. Sungai fungsi & Sifat – Sifatnya, Graha Ilmu, Yogyakarta. Pangestu, Hendar dan Helmi Haki. 2013. Analisis Angkutan Sedimen Total oada

Sungai Dawas Kabupaten Musi Banyuasin dalam jurnal: Teknik Sipil dan Lingkungan No. 1, Vol. 1, Desember 2013, ISSN: 2355-374X.

Sembiring, Amalia Ester, et al. 2014. Analisis Sedimentasi Di Muara Sungai oanasen dalam jurnal: Sipil Statik Vol.2 No.3, Maret 2014 (148-154) ISSN: 2337-6732.

Soemarto, C. D. 1995. Hidrologi Teknik. Erlangga, Jakarta.

Sudira, I Wayan, et al. 2013. Analisis Angkutan Sedimen oada Sungai Mansahan

dalam jurnal: Jurnal Ilmiah Media Engineering Vol. 3, No. 1, Maret 2013 ISSN 2087-9334 (54-57).

Yang, Ted Chih 2003. Sediment Transport”Theory and oractice”. Kieger Publishing Company, Malabar, Florida.


(2)

BABBIII

METODOLOMIBDANBDESKRIPSIBLOKASIBPENELITIANB

BIII.1.BBBMetodologiBPenelitianB

Aspek yang akan dibahas dalam analisa tugas akhir ini, antara lain meliputi:

 Mengerjakan survei kelapangan untuk mengambil data-data primer yang dibutuhkan.

 Melakukan analisis laboratorium untuk mendapatkan nilai diameter butiran sedimen dan nilai parameter lainnya yang diperlukan dalam rumusan teoritis.

 Perhitungan kemiringan dasar sungai.

 Perhitungan angkutan sedimen yang terjadi pada muara sungai.

 Perhitungan muatan sedimen total yang dihasilkan.


(3)

Tujuan

Mengetahui jumlah muatan sedimen yang terjadi dengan persamaan angkutan sedimen


(4)

III.1.1BBMetodeBPelaksanaan

Pelaksanaan yang akan dikerjakan yaitu mengambil langsung sampel sedimen dilapangan. Kemudian setelah sampel sedimen diperoleh akan dilakukan analisa saringan terhadap sampel tersebut. Sedimen yang ukuran butirannya terbagi rata antara yang besar sampai yang kecil disebut bergradasi baik (well graded). Apabila besaran butirannya hampir sama seluruhnya maka sedimen tersebut bergradasi seragam (uniformally graded). Bilamana terdapat kekurangan atau kelebihan salah satu ukuran butiran tertentu maka sedimen tersebut bisa dikatakan bergradasi buruk (poorly graded).

Metode pelaksanaan dalam analisa saringan (sieve analysis) antara lain sebagai berikut :

1. Sedimen dibiarkan mengering diudara terbuka lalu dibiarkan sampai keadaan rapuh, setiap gumpalan butiran dipecah hingga merata.

2. Setelah sampel mengering, hancurkan gumpalan-gumpalan pasir tersebut dengan menggunakan kedua tangan sampai menjadi butiran asli, usahakan agar tidak sampai menghancurkan butiran sedimen yang asli.

3. Setiap contoh sampel ditimbang beratnya ± 200 gr.

4. Contoh sampel tersebut langsung disaring dengan menggunakan saringan ukuran no. 10, no. 20, no.40, no.60, no. 80, no. 100, no. 200, dan pan. Ayakan disusun dalam suatu tumpukan di mana untuk ayakan yang lebih besar pada bagian atas dan ayakan yang lebihhalus berada di bawahnya. Sampel diletakkan pada ayakan yang paling atas dan ayakan digetarkan sehingga pasir jatuh sejauh mungkin menembus tumpukan ayakan.


(5)

5. Penyaringan dilakukan dengan mesin pengayak, setiap sampel dibiarkan selama ± 15 menit agar penyaringan berlangsung secara sempurna.

6. Tanah yang tertahan pada masing-masing saringan ditimbang dan dicatat beratnya.

III.1.2BBBBPengumpulanBData

Data- data yang diproleh meliputi : a. Observasi lapangan

Data yang didapatkan adalah data kecepatan aliran sungai dan suhu daripada air sungai yang diteliti.

b. Eksperimen Laboratorium

Sedimen yang diambil dari lapangan kemudian di uji di lab. Hasil dari tes laboratorium berupa analisa ayakan dan berat jenis dari sedimen..

c. Studi Pustaka

Dari literatur yang berhubungan dengan tugas akhir ini data yang diperoleh berupa nilai dari gravitasi bumi, berat jenis air sungai, dan faktor bentuk dari sedimen.

III.1.3BPerhitunganBKemiringanBDasarBSungai

Perhitungan yang digunakan untuk mencari kemiringan sungai adalah sebagai berikut:


(6)

Di mana :

S = kemiringan dasar sungai

ΔH = beda tinggi ΔX = jarak memanjang

III.1.4BPerhitunganBAngkutanBSedimen

III.1.4.1BAngkutanBSedimenBDasarB(Bed Load Transport)

Perhitungan Angkutan Sedimen Dasar dapat dicari dengan menggunakan metode sebagai berikut:

a. Metode DuBoys b. Metode Shields c. Metode Schoklitsch d. Metode Meyer-Peter

e. Metode Meyer-Peter dan Muller f. Metode Rottner

A.BMetodeBDuBoys

Dalam metode DuBoys diperlukan data-data sebagai berikut:

 Ukuran diameter sedimen (d50)  Kemiringan dasar saluran (S)

 Lebar dasar saluran (W)

 Kedalaman sungai (D)


(7)

Langkah-langkah perhitungan yang akan dikerjakan adalah sebagai berikut:

1. Menghitung tegangan geser (��)

�� = ��∗��∗�� 3.2


(8)

3. Menghitung debit sedimen dasar (qb)

qb = ��

(�� - ��c)

3.3

4. Menghitung muatan sedimen dasar (Qb)

Qb = W * qb 3.4

Untuk lebih jelasnya dapat dilihat dalam Gambar 3.3.


(9)

B.BMetodeBShields

Dalam metode Shields diperlukan data-data sebagai berikut:

 Ukuran diameter sedimen (d50)  Debit sungai (Q)

 Kemiringan dasar saluran (S)

 Lebar dasar saluran (W)

 Kedalaman sungai (D)

 Gravitasi (g)

 Massa jenis air (γ)

Langkah-langkah perhitungan yang akan dikerjakan adalah sebagai berikut:

1. Menghitung q

q =

3.5

2. Menghitung tegangan geser (��)


(10)

3. Menghitung kecepatan geser (U*)

U* = (g D S)1/2 3.7

4. Menghitung nilai bilangan Reynold (Re)

Re =

3.8

5. Tentukan tegangan geser kritis (��c)

��c = {(γs – γ)} d 3.9

6. Menghitung debit sedimen dasar (qb)

=

3.10

7. Menghitung muatan sedimen dasar (Qb)

Qb = W * qb 3.11


(11)

Untuk lebih jelasnya dapat dilihat dalam Gambar 3.4.

Gambar 3.4 : Langkah Penyelesaian Metode Shields

C.BMetodeBSchoklitsch

Dalam metode Schoklitsch diperlukan data-data sebagai berikut:

 Ukuran diameter sedimen (d50)  Kemiringan dasar saluran (S)


(12)

Langkah-langkah perhitungan yang akan dikerjakan adalah sebagai berikut:

1. Menghitung q

q =

3.12

2. Menghitung qc

qc = 1,94 10-5

3.13

3. Menghitung debit sedimen dasar (qb)

qb = S3/2 (q - qc)

3.14

4. Menghitung muatan sedimen dasar (Qb)

Qb = W * qb 3.15

Untuk lebih jelasnya dapat dilihat dalam Gambar 3.5.


(13)

D.BMetodeBMeyer-Peter

Dalam metode Meyer-Peter diperlukan data-data sebagai berikut:

 Ukuran diameter sedimen (d50)  Kemiringan dasar saluran (S)

 Lebar dasar saluran (W)

Langkah-langkah perhitungan yang akan dikerjakan adalah sebagai berikut:

1. Menghitung debit sedimen dasar (qb)

qb2/3 = - 17 (metric units)

3.16

2. Menghitung muatan sedimen dasar (Qb)

Qb = W * qb 3.17

Untuk lebih jelasnya dapat dilihat dalam Gambar 3.6.


(14)

E.BMetodeBMeyer-PeterBdanBMuller

Dalam metode Meyer-Peter dan Muller diperlukan data-data sebagai berikut:

 Ukuran diameter sedimen (d50)  Kemiringan dasar saluran (S)

 Lebar dasar saluran (W)

 Berat jenis sedimen (γs)

 Berat jenis air (γ)

Langkah-langkah perhitungan yang akan dikerjakan adalah sebagai berikut:

1. Menghitung ρ

ρ = 3.18

2. Menentukan Kr

Kr = 3.19

3. Menentukan Sr


(15)

4. Menghitung debit sedimen dasar (qb)

S

)

3/2 R = 0,047 (γs- γ) d + 0,25 ρ1/3 qb2/3 3.21

5. Menghitung muatan sedimen dasar (Qb)

Qb = W * qb 3.22

Untuk lebih jelasnya dapat dilihat dalam Gambar 3.7.

Gambar 3.7 : Langkah Penyelesaian Metode Meyer-Peter dan Muller

F.BMetodeBRottner

Dalam metode Rottner diperlukan data-data sebagai berikut:

 Ukuran diameter sedimen (d50)  Kemiringan dasar saluran (S)

 Kedalaman sungai (D)


(16)

 Berat jenis sedimen (γs)

 Lebar dasar saluran (W)

Langkah-langkah perhitungan yang akan dikerjakan adalah sebagai berikut:

1. Menghitung debit sedimen dasar (qb)

qb = γs [(δs-1)g D3]1/2 x { [0,667()2/3 + 0,14]

- 0,778(

)

2/3}3 3.23

-2. Menghitung muatan sedimen dasar (Qb)

Qb = W * qb 3.24

Untuk lebih jelasnya dapat dilihat dalam Gambar 3.8.

Gambar 3.8 : Langkah Penyelesaian Metode Rottner

3.1.4.2 B Perhitungan B Angkutan B Sedimen B Melayang B(Suspended Load Transport)

Perhitungan Angkutan Sedimen Melayang dapat dicari dengan menggunakan metode sebagai berikut:


(17)

a. Metode Lane dan Kalinske b. Metode Einstein

c. Metode Chang, Simons, dan Richardson

A.BMetodeBLaneBandBKalinske

Dalam metode Lane and Kalinske diperlukan data-data sebagai berikut:

 Ukuran diameter sedimen (d50)  Kemiringan dasar saluran (S)

 Kedalaman sungai (D)

 Massa jenis air (γ)

 Gravitasi (g)

 Koefisien manning (n)

 Lebar dasar saluran (W)

Langkah-langkah perhitungan yang akan dikerjakan adalah sebagai berikut:

1. Menghitung kecepatan geser (U*)


(18)

2. Tentukan nilai PL

3. Menghitung debit sedimen melayang (qsw)

qsw = q Ca PL exp

3.26

4. Menghitung muatan sedimen melayang (Qsw)

Qsw = W * qsw 3.27

Untuk lebih jelasnya dapat dilihat dalam Gambar 3.10.


(19)

B.BMetodeBEinstein

Dalam metode Lane and Kalinske diperlukan data-data sebagai berikut:

 Ukuran diameter sedimen (d50)  Kemiringan dasar saluran (S)

 Kedalaman sungai (D)

 Massa jenis air (γ)

 Gravitasi (g)

 Koefisien manning (n)

 Lebar dasar saluran (W)

Langkah-langkah perhitungan yang akan dikerjakan adalah sebagai berikut:


(20)

2. Menentukan nilai Δ

Δ =

3.28

3. Tentukan nilai A

A =

3.29

4. Menentukan nilai Z

Z =

3.30


(21)

(22)

6. Menghitung debit sedimen melayang (qsw)

qsw = 11,6 U* Ca a [(2,303 log ) I1 + I2 ]

3.31

7. Menghitung muatan sedimen melayang (Qsw)

Qsw = W * qsw 3.32

Untuk lebih jelasnya dapat dilihat dalam Gambar 3.14.

Gambar 3.14 : Langkah Penyelesaian Metode Einstein


(23)

Dalam metode Chang, Simons and Richardson diperlukan data-data sebagai berikut:

 Ukuran diameter sedimen (d50)  Kedalaman sungai (D)

 Massa jenis air (γ)

 Lebar dasar saluran (W)

Langkah-langkah perhitungan yang akan dikerjakan adalah sebagai berikut:

1. Menentukan nilai Ѯa

Ѯa = 3.34

2. Menentukan nilai Z2

Z2 =

3.35


(24)

4. Menghitung debit sedimen melayang (qsw)

qsw = 11,6 U* Ca a [(2,303 log ) I1 + I2 ]

3.36

5. Menghitung muatan sedimen melayang (Qsw)

Qsw = W * qsw 3.37


(25)

Untuk lebih jelasnya dapat dilihat dalam Gambar 3.17.

Gambar 3.17 : Langkah Penyelesaian Metode Chang, Simons and Richardson

3.1.4.3BPerhitunganBAngkutanBSedimenBTotalB(Total Load Transport)

Perhitungan Angkutan Sedimen Total dapat dicari dengan menggunakan metode sebagai berikut:

a. Metode Yang’s

b. Metode Engelund and Hansen c. Metode Shen and Hungs

A.BMetodeBYang’s

Dalam metode Yang’s diperlukan data-data sebagai berikut:

 Ukuran diameter sedimen (d50)  Kemiringan dasar sungai (S)

 Kedalaman sungai (D)

 Lebar sungai (W)


(26)

 Luas penampang(A)

 Kecepatan Aliran (V)

 Massa jenis sedimen (γs)

 Massa jenis air (γ)

 Gravitasi (g)

 Kecepatan jatuh (ω)

 Viskositas kinematik ()

Langkah-langkah perhitungan yang akan dikerjakan adalah sebagai berikut : 1. Menghitung kecepatan geser (U*)

Anggap R = D

U*= (g.R.S )

0.5

3.38

2. Menghitung nilai bilangan Reynold (Re)

Re = 3.39

3. Menghitung harga parameter kecepatan kritis (Vcr)

Vcr = + 0.66 3.40

4. Menghitung konsentrasi sedimen total (Ct)

Log Ct = 5.435 – 0.286 log - 0.457 log

+ (1.799 – 0.409 log − 0.314 log ) log ( −

)

3.41 5. Menghitung volume berat air (Gw)


(27)

Gw = �� * W * D * V 3.42

6. Menghitung Muatan sedimen

Qs = Ct * Gw 3.43

Untuk lebih jelasnya dapat dilihat dalam Gambar 3.18


(28)

B.BMetodeBEngelundBandBHansen

Dalam metode Engelund and Hansen diperlukan data-data sebagai berikut:

 Ukuran diameter sedimen (d50)  Kemiringan dasar saluran (S)

 Lebar dasar saluran (W)

 Kedalaman sungai (D)

 Debit sungai (Q)

 Massa jenis sedimen (γs)

 Massa jenis air (γ)

Langkah-langkah perhitungan yang akan dikerjakan adalah sebagai berikut:

1. Menghitung harga qs

qs = 0,05 γs V2 [

]

1/2

[]

3/2 3.44

dimana nilai tegangan gesernya adalah sebagai berikut :

��

0= ��∗��∗��


(29)

Qs = W * qs 3.45

Untuk lebih jelasnya dapat dilihat dalam Gambar 3.19.

Gambar 3.19 : Langkah Penyelesaian Metode Engelund and Hansen

C.BMetodeBShenBandBHungs

Dalam metode Shen and Hungs diperlukan data-data sebagai berikut:

 Ukuran diameter sedimen (d50)  Kemiringan dasar sungai (S)

 Lebar dasar sungai (W)

 Kedalaman sungai (D)

 Debit sungai (Q)


(30)

 Massa jenis air (γ)

 Gravitasi (g)

Langkah-langkah perhitungan yang akan dikerjakan adalah sebagai berikut : 1. Menghitung Konsentrasi Sedimen Total

Log Ct = -107404.459 + 324214.747*Y – 326309.589*Y2 +

109503.872*Y3 3.46

Dimana : Y =

[]

0.0075

2. Menghitung volume berat air (Gw)

Gw = �� * W * D * V 3.47

3. Menghitung Muatan sedimen (Qs)

Qs = Ct * Gw 3.48

.

Untuk lebih jelasnya dapat dilihat dalam Gambar 3.20 :


(31)

III.2.BLokasiBStudiBPenelitian

Daerah Aliran Sungai Percut merupakan daerah aliran sungai di provinsi Sumatera Utara dengan luas 514 km2, dengan panjang sungai sekitar 70 Km.

Secara geografis DAS Percut terletak pada 03o 40’ 18” LU dan 98o 42’ 00” BT,

dengan sungai utama yang melaluinya adalah sungai Percut. Sungai precut ini mengalir dari daerah hulu yang terletak di sebagian kecil kecamatan STM Hulu dan kecamatan Sibolangit, hingga bermuara pada daerah hilir di kecamatan Percut Sei Tuan dan kemudian terus mengalir sampai ke Selat Malaka (Pantai Timur Sumatera Utara).


(32)

III.3.BDeskripsiBDanBKondisiBDASBPercut III.3.1BLetakBMeografisBDanBLuasBSeiBPercutB

Secara geografis DAS Percut terletak pada 03o 40’ 18” LU dan 98o 42’ 00”

BT, dengan sungai utama yang melaluinya adalah sungai Percut. Sungai Percut ini mengalir dari daerah hulu yang terletak di sebagian kecil kecamatan STM Hulu dan kecamatan Sibolangit, hingga bermuara pada daerah hilir di kecamatan Percut Sei Tuan dan kemudian terus mengalir sampai ke Selat Malaka (Pantai Timur Sumatera Utara).


(33)

Daerah pengaliran (catchment area) Sungai Percut berbentuk bulu burung yang meliputi beberapa bagian dari kecamatan Percut Sei Tuan, Batang Kuis, Pantai Labu, Sibolangit, Tanjung Morawa, Patumbak, Biru-Biru, STM Hulu dan STM Hilir. Tidak seluruh luasan dari masing-masing kecamatan tersebut masuk kedalam daerah pengaliran Sungai Percut, akan tetapi hanya beberapa bagian saja.


(34)

Daerah ini secara geografis terletak pada wilayah pengembangan Pantai Timur Sumatera Utara serta memiliki topografi, kountur dan iklim yang bervariasi. Kawasan hulu yang kounturnya mulai bergelombang sampai terjal, berhawa tropis pegunungan, kawasan dataran rendah yang landai sementara kawasan pantai berhawa tropis pegunungan.

Sementara itu, dilihat dari kemiringan lahan, secara umum Sei percut temasuk daerah dataran pantai dari Kabupaten Deli Serdang yang bermuara ke Selat Malaka dengan Potensi Utama daerahnya adalah ; Pertanian Pangan, Perkebunan Rakyat, Perkebunan Besar, Perikanan Laut, Pertambakan, Peternakan Unggas, dan Pariwisata. Pada umumnya sub DAS ini dimanfaatkan untuk mengairi areal persawahan sebagai upaya peningkatan produksi pertanian.

Data kondisi DAS Percut yang diperoleh dari Badan Pusat Statistik Kabupaten Deli Serdang adalah sebagai berikut :

Daerah Pengaliran Sungai Percut (A) 276,8 km2

Lebar Maksimum Sungai 45 m

Panjang Sungai Percut (L) 70 km

Kelerengan/Kemiringan (S) 0.02500 m

III.3.3BKondisiBTataBMunaBLahanB

Kondisi tata guna lahan di Daerah Aliran Sungai (DAS) Percut terdiri dari pemukiman, perkebunan, sawah, tegalan, hutan dan tambak. Pemukiman di kawasan DAS percut dapat digolongkan pada kawasan dengan kepadatan yang sedang, sebagian besar kawasan DAS percut berupa kawasan pertanian, hutan dan perkebunan. Berdasarkan peta tata guna lahan yang ada, DAS Percut dapat


(35)

dikelompokkan ke dalam beberapa penggunaan lahan dengan luas masing-masing lahan.

Tata Guna Lahan Luas (km2)

Pemukiman 86.8

Hutan 23.5

Sawah 38.6

Kebun Campuran 52.6

Tegalan 4.2

Perkebunan : • Tebu

• Kelapa Sawit • Coklat

26.3 34.5 5.4

Tambak 2.2

Lainya 2.7


(36)

BABBIV

PERHITUNGANBANGKUTANBSEDIMENB

IV.1BPerhitunganBKemiringanBDasarBSungai

Berdeserken dete yeng diberiken deri penempeng meninteng sungei, diketehui kemiringen rete-rete sungei yeng ditunjukken denem Teben 4.1.

Zone Bede Tinggi (ΔH) Jerek memenjeng (ΔX) Kemiringen

1 0.049 100 0.00049

2 0.041 100 0.00041

3 0.036 100 0.00036

4 0.051 100 0.00051

Kemiringen Rete-rete 0.00044

Sumber : Hesin Anenisis Perhitungen

Jedi, diperoneh hesin kemiringen deser sungei wempum (S) pede nokesi yeng ditinjeu seninei 0.00044

Deri hesin uji neboretorium diperoneh ninei : D50 = 0.075 mm


(37)

IV.2BPerhitunganBAngkutanBSedimenB

Diketehui

 Kemiringen Permukeen (S) = 0,00044  Suhu (T) = 29,7oC = 85,46 oF

 Grevitesi (g) = 9,8 m/dt2 = 32,2 ft/s2

 Kedenemen rete – rete ( D) = 1,477 m = 4,85 ft  Leber Sungei ( W ) = 40 m = 131,23 ft

 d50 = 0,075 mm = 2,46 x 10-4 ft

 D65 = 0,095 mm = 0,095 x 10-3 m = 0,0037 in

 Beret Jenis Sedimen (γs) = 2594 kg/m3

 Ce = 0,001

 e = 0,25 m = 9,83 in  n = 0,02

 q = 4,09 (ft3/s)/ft = 0,38 (m3/s)/m

Tehun 2009

Tenggen Jen Feb Mer Apr Mei Jun Jun Ags Sep Okt Nop Des

1 8.7 6.5 1.1 2.6 14.3 0.9 1.0 0.1 10.9 53.4 29.9 1.9


(38)

3 84.0 3.5 5.5 63.3 17.2 0.8 0.4 15.9 0.9 17.2 13.1 3.3 4

341.

9 2.4 4.5 17.2 77.5 0.7 0.2 0.2 2.7 4.1 9.0 10.9

5 73.3 4.1 3.3 4.9 123.0 0.7 0.7 7.8 1.1 3.9 216.5 15.1

6 19.5 3.0 3.3 10.9 24.7 0.6 0.3 0.5 8.7 0.9 19.5 24.1

7 12.4 2.0 1.8 20.0 12.7 0.5 2.7 0.5 1.4 3.0 203.1 9.0

8 12.4 2.1 4.7 15.9 18.6 10.6 1.1 1.1 7.8 2.0 36.4 16.3

9 8.4 2.3 13.1 6.5 13.9 0.7 0.4 0.7 62.4 3.2 12.4 5.1

10 4.9 1.9 5.3 4.9 16.3 0.6 0.2 0.9 2.6 8.7 7.3 3.3

11 3.9 1.9 2.3 8.1 22.5 0.5 0.2 0.3 4.7 4.1 6.3 2.0

12 4.5 2.0 2.9 10.6 66.2 0.7 0.3 0.9 29.9 4.9 5.1 3.7

13 4.1 3.5 12.0 3.0 13.9 0.1 0.2 0.2 1.9 2.9 9.6 2.0

14 4.7 5.5 2.4 2.7 10.3 0.6 0.1 1.3 4.5 1.1 4.5 7.3

15

242.

6 2.0 1.9 2.6 5.1 0.6 15.5 1.3 3.0 1.2 4.5 70.2

16 66.2 1.9 23.0 2.7 12.7 0.5 0.6 0.9 4.5 1.2 4.5 5.1

17 19.1 1.2 7.3 9.6 7.6 0.4 0.3 0.4 12.7 1.3 3.3 4.5

18 8.4 4.1 2.3 2.0 5.1 0.4 0.2 2.0 12.4 6.5 2.3 3.7

19 7.6 1.1 2.7 1.1 3.0 0.4 0.2 0.8 134.5 3.5 17.2 52.5

20

188.

4 1.4 13.5 2.3 6.5 0.9 0.1 2.7 12.0 1.7 11.3 3.9

21 22.0 2.1 19.5 65.3 5.3 0.6 0.2 4.7 4.3 5.1 25.8 2.3

22 18.1 1.1 9.6 1.0 4.9 0.3 1.2 0.4 1.7 1.8 93.3 1.1

23 20.5 0.9 19.1 1.0 2.0 0.3 0.2 15.1 2.4 6.8 23.6 0.9

24 16.3 1.9 5.8 0.8 1.4 0.3 0.1 1.0 0.8 77.5 25.2 1.1

25 9.3 1.1 4.9 4.9 0.2 0.3 0.1 0.5 0.9 54.2 8.7 1.0

26 4.9 1.1 4.1 10.9 3.2 2.4 0.1 0.2 0.8 3.5 5.3 1.5

27 30.5 5.3 1.8 2.3 0.7 0.7 0.4 0.4 1.8 5.3 3.3 6.0

28 9.0 3.3 3.2 3.7 9.0 0.7 0.7 2.7 0.5 20.5 10.3 1.5

29 5.8 4.5 4.1 3.0 2.6 1.4 3.0 10.0 37.8 3.9 3.3

30 5.8 15.5 14.3 3.5 0.3 0.4 4.7 14.3 17.2 2.1 5.3

31 6.3 4.7 0.8 0.2 1.0 14.3 9.0

Meximum

341.

9 7.3 23.0 65.3 123.0 10.6 15.5 15.9 134.5 77.5 216.5 70.2 Rerete

bunenen 41.8 2.7 6.7 10.0 17.9 1.0 1.0 2.3 11.9 12.0 28.6 9.0

Minimum 3.9 0.9 1.1 0.8 0.2 0.1 0.1 0.1 0.5 0.9 2.1 0.9

Rerete (1-15) 57.3 3.3 4.5 11.7 32.5 1.3 1.6 2.1 9.7 7.6 41.2 11.8 Jmn. dete

kosong 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0

Rerete

(16-31) 27.4 2.0 8.8 8.4 4.3 0.7 0.4 2.5 14.2 16.1 16.0 6.4

Jmn. dete

kosong 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0


(39)

Tenggen Jen Feb Mer Apr Mei Jun Jun Ags Sep Okt Nop Des

1 3.0 2.1 1.7 0.7 0.6 0.5 1.7 64.3 3.0 2.1 3.0 0.0

2 1.2 6.8 2.1 0.3 1.1 0.6 8.7 1.4 1.8 1.2 1.8 0.0

3 5.8 1.9 6.0 0.4 1.9 0.6 15.5 8.4 1.9 1.8 1.9 0.0

4 17.2 1.3 1.2 4.1 3.3 8.1 5.3 4.1 1.4 1.3 1.4 0.0

5 6.8 1.0 0.9 0.7 2.0 5.3 1.1 2.4 1.1 2.4 1.1 0.0

6 4.3 1.3 2.7 0.5 2.0 3.3 0.7 1.7 2.6 4.1 2.6 0.0

7 13.1 2.4 1.4 0.3 1.7 1.9 0.5 1.1 1.7 2.1 1.7 0.0

8 7.0 1.4 0.9 0.4 1.8 2.1 1.9 3.7 1.4 1.9 1.4 0.0

9 52.5 1.1 1.2 0.3 1.0 1.4 0.7 15.9 1.1 2.1 1.1 0.0

10 3.7 2.7 1.1 3.7 0.6 4.3 0.9 9.6 0.9 0.9 0.9 0.0

11 1.1 4.5 1.1 0.7 0.5 1.3 0.7 11.6 0.7 0.3 0.7 0.0

12 1.1 1.3 0.9 0.2 0.5 1.2 0.5 28.1 0.6 1.2 0.6 0.0

13 0.8 1.1 3.3 0.2 0.4 0.7 0.5 44.4 8.7 1.9 8.7 0.0

14 0.5 0.6 1.4 0.1 2.7 0.6 0.4 27.5 1.2 0.6 1.2 0.0

15 1.1 24.1 0.4 0.1 1.7 0.5 0.4 12.4 1.1 1.4 1.1 0.0

16 54.2 1.5 0.3 0.1 0.6 1.1 10.3 10.9 1.1 0.7 1.1 0.0

17 4.5 1.1 0.3 0.1 1.3 2.4 1.0 4.9 1.2 0.6 1.2 0.0

18 1.1 4.5 0.3 0.9 1.2 0.5 6.3 2.9 1.0 0.8 1.0 0.0

19 3.0 1.0 0.3 0.3 0.5 0.4 1.1 3.3 1.0 0.8 1.0 0.0

20 1.7 2.9 0.3 4.9 0.4 0.4 0.7 14.7 0.9 0.7 0.9 0.0

21 1.1 0.9 2.3 2.1 0.4 0.4 15.5 4.1 1.2 0.9 1.2 0.0

22 21.5 0.4 0.3 4.7 0.4 0.9 10.0 3.0 2.1 0.7 2.1 0.0

23 3.5 0.4 1.1 1.0 0.4 0.5 4.7 2.0 1.7 0.6 1.7 0.0

24 2.3 2.0 0.4 2.7 0.6 0.4 3.2 3.5 3.9 0.9 3.9 0.0

25 9.0 0.5 2.6 1.1 0.5 3.0 1.1 1.8 1.9 0.5 1.9 0.0

26 2.4 5.8 0.3 0.6 8.7 1.7 37.8 1.0 1.1 0.5 1.1 0.0

27 10.0 1.7 0.4 2.7 1.7 0.5 3.7 8.4 0.9 0.5 0.9 0.0

28 9.6 1.0 0.5 2.6 1.2 0.6 2.1 1.2 1.1 0.6 1.1 0.0

29 9.6 0.4 0.4 1.4 0.6 1.1 1.7 1.5 0.5 1.5 0.0

30 24.1 0.3 1.7 0.7 1.2 1.1 2.9 1.0 4.1 1.0 0.0

31 6.5 2.3 0.5 0.7 4.1 1.8 0.0

Meximum 54.2 24.1 6.0 4.9 8.7 8.1 37.8 64.3 8.7 4.1 8.7 0.0

Rerete

bunenen 9.1 2.8 1.2 1.3 1.4 1.6 4.5 9.9 1.7 1.3 1.7 0.0

Minimum 0.5 0.4 0.3 0.1 0.4 0.4 0.4 1.0 0.6 0.3 0.6 0.0

Rerete (1-15) 7.9 3.6 1.8 0.8 1.4 2.2 2.6 15.8 1.9 1.7 1.9 0.0 Jmn. dete

kosong 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0

Rerete

(16-31) 10.3 1.8 0.8 1.7 1.3 1.0 6.3 4.4 1.4 1.0 1.4 0.0

Jmn. dete

kosong 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0

Tehun 2011


(40)

1 32.4 1.5 0.7 420.2 0.5 5.8 0.0 0.3 0.5 13.1 50.0 25.8

2 190.2 9.0 0.5 55.1 1.2 1.8 0.0 0.2 0.6 20.0 50.8 44.4

3 15.5 4.7 0.6 11.3 0.9 4.1 0.0 0.2 0.5 37.8 47.6 61.5

4 3.7 2.4 0.7 1.4 0.7 1.4 0.5 0.1 0.4 43.6 52.5 58.7

5 9.3 1.7 1.2 1.1 0.5 0.7 0.5 0.2 3.7 76.4 133.1 56.0

6 417.3 1.1 0.8 1.2 1.1 0.5 0.5 0.3 2.6 29.3 203.1 66.2

7 22.0 8.7 0.6 1.1 1.0 0.4 0.5 0.0 7.6 28.1 56.9 70.2

8 6.8 2.1 0.5 0.9 0.8 1.7 0.5 0.1 4.3 24.1 73.3 69.2

9 6.0 16.3 1.4 0.7 0.6 1.1 0.5 0.1 2.7 21.0 50.8 70.2

10 7.0 1.8 1.1 0.4 0.5 0.8 0.5 0.1 2.7 44.4 56.0 71.2

11 3.2 1.0 0.8 0.4 1.2 0.6 0.5 0.1 2.7 35.0 47.6 54.2

12 2.3 2.1 0.6 0.4 0.9 0.5 0.5 0.5 2.3 33.0 140.5 70.2

13 15.5 2.0 0.7 0.7 0.8 0.4 0.1 0.1 6.3 33.0 54.2 34.4

14 3.7 1.0 0.7 1.9 3.9 0.4 0.3 0.4 3.9 33.0 58.7 64.3

15 2.0 0.9 2.0 1.1 1.5 0.8 0.4 0.1 3.2 33.0 50.0 70.2

16 2.0 5.3 1.7 1.9 0.8 0.7 0.6 0.0 3.3 41.4 48.4 70.2

17 1.3 3.7 1.0 2.1 0.7 1.1 0.8 0.1 0.0 33.0 47.6 70.2

18 1.4 1.1 0.7 2.1 0.9 0.7 0.8 0.1 22.0 33.7 50.0 6.8

19 1.1 0.8 0.7 1.4 0.8 0.7 1.0 0.1 22.0 33.0 55.1 43.6

20 1.0 0.7 0.6 0.9 0.7 1.7 1.1 0.1 6.5 46.8 50.0 55.1

21 0.7 0.6 0.5 0.7 0.7 1.4 1.3 0.1 6.5 34.4 50.0 63.3

22 0.5 0.5 1.1 0.5 0.5 1.1 0.3 0.2 6.5 34.4 50.8 61.5

23 0.4 0.6 1.4 0.4 1.0 1.4 0.3 2.1 6.5 34.4 39.9 69.2

24 0.4 0.6 1.1 1.8 11.3 1.1 1.3 0.7 6.5 47.6 50.8 46.8

25 1.3 0.9 9.6 4.5 2.0 0.7 0.2 1.0 6.5 79.6 45.2 56.0

26 1.8 0.6 4.9 1.7 1.4 0.5 0.2 0.0 12.0 52.5 37.8 65.3

27 1.0 0.5 1.8 1.0 1.4 0.5 0.2 0.5 15.5 65.3 49.2 36.4

28 30.5 0.7 0.4 1.0 1.2 0.4 0.1 0.4 12.7 56.0 52.5 56.0

29 2.7 0.6 0.9 1.1 0.9 0.1 1.1 12.7 56.0 52.5 66.2

30 39.2 0.5 0.7 1.0 0.6 0.1 1.2 12.7 50.8 45.2 68.2

31 3.2 6.0 1.3 0.3 0.4 61.5 68.2

Meximum 417.3 16.3 9.6 420.2 11.3 5.8 1.3 2.1 22.0 79.6 203.1 71.2 Rerete

bunenen 26.6 2.6 1.5 17.3 1.4 1.1 0.5 0.4 6.5 40.8 61.7 57.7

Minimum 0.4 0.5 0.4 0.4 0.5 0.4 0.0 0.0 0.0 13.1 37.8 6.8

Rerete (1-15) 49.1 3.8 0.9 33.2 1.1 1.4 0.4 0.2 2.9 33.7 75.0 59.1 Jmn. dete

kosong 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0

Rerete

(16-31) 5.5 1.3 2.0 1.4 1.7 0.9 0.5 0.5 10.1 47.5 48.3 56.4

Jmn. dete

kosong 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0

Tehun 2012


(41)

1 38.5 93.3 47.6 26.9 7.0 36.4 19.1 21.0 21.0 19.5 3.7 10.6 2 59.6 86.3 50.8 26.9 6.8 31.1 19.1 21.0 21.0 19.5 6.8 10.0 3 69.2 55.1 50.8 25.2 6.8 22.0 19.1 20.5 23.0 18.6 14.3 1.9 4 61.5 89.7 49.2 34.4 6.8 21.5 20.0 20.0 21.0 50.0 5.8 9.6 5 42.1 89.7 39.2 33.7 8.4 21.5 37.1 20.0 20.5 28.1 15.9 7.3 6 43.6 58.7 46.0 34.4 6.5 21.5 26.9 18.6 24.7 23.0 3.9 9.0 7 56.0 69.2 46.8 34.4 0.0 21.5 21.5 16.3 21.0 27.5 16.3 8.7 8 70.2 69.2 33.0 34.4 13.1 21.5 66.2 15.5 20.5 30.5 13.1 9.0 9 56.9 70.2 43.6 34.4 12.7 21.0 22.0 15.5 19.5 34.4 10.9 11.6 10 60.5 71.2 40.6 27.5 17.7 20.5 21.0 15.5 18.6 25.2 18.1 11.3 11 57.8 23.0 44.4 30.5 13.1 19.5 20.5 15.1 18.6 33.0 11.6 8.1 12 62.4 46.8 41.4 9.3 13.5 19.1 22.0 18.1 20.0 33.0 12.0 5.1 13 62.4 35.0 49.2 10.6 13.5 18.6 21.0 16.3 12.7 31.1 6.5 11.3 14 68.2 48.4 49.2 8.1 14.3 19.5 21.0 15.9 18.1 23.0 15.9 13.1 15 71.2 50.8 48.4 7.8 12.7 18.1 20.0 22.0 21.5 23.6 14.7 12.7 16 71.2 37.8 49.2 6.8 13.1 18.1 23.6 19.5 21.5 22.5 21.5 13.1 17 71.2 50.8 50.8 15.9 75.3 16.8 21.0 19.1 20.5 22.5 21.5 4.9 18 71.2 50.8 44.4 9.6 20.5 19.1 21.0 19.5 19.1 22.0 21.5 10.3 19 71.2 50.8 49.2 7.3 13.5 0.0 23.6 19.5 23.0 21.5 21.5 10.6 20 85.1 50.8 49.2 11.6 13.1 22.0 21.0 18.6 20.5 21.5 21.5 10.6 21 90.9 50.8 48.4 7.8 13.1 20.5 20.0 22.0 21.5 21.5 0.0 12.0 22 89.7 52.5 26.3 6.5 13.1 18.6 19.5 33.7 30.5 21.5 14.7 9.6 23 90.9 52.5 47.6 7.8 13.9 20.5 19.1 20.5 21.5 21.5 21.0 4.1 24 90.9 44.4 46.0 8.1 13.1 20.5 20.0 20.0 21.0 21.5 19.5 12.7 25 93.3 50.0 56.0 15.5 13.1 20.5 19.5 21.0 21.0 21.5 10.9 12.0 26 90.9 52.5 51.7 7.8 14.7 21.5 17.7 26.3 19.5 21.5 7.0 9.0 27 99.3 53.4 52.5 10.9 13.1 22.0 16.3 63.3 22.0 21.5 6.8 12.0 28 94.5 52.5 52.5 7.0 22.5 22.0 15.9 26.3 21.5 21.5 10.0 11.6

29 100.6 45.2 7.0 13.9 22.0 15.5 22.5 20.5 21.5 7.3 12.7

30 100.6 32.4 10.0 22.0 19.1 15.1 23.0 19.5 21.5 9.3 13.5

31 93.3 42.9 22.5 15.5 23.0 21.5 13.5

Meximum 100.6 93.3 56.0 34.4 75.3 36.4 66.2 63.3 30.5 50.0 21.5 13.5 Rerete

bunenen 73.7 57.4 45.9 17.3 14.9 20.5 22.0 21.6 20.8 24.7 12.8 10.1 Minimum 38.5 23.0 26.3 6.5 0.0 0.0 15.1 15.1 12.7 18.6 0.0 1.9 Rerete (1-15) 58.7 63.8 45.3 25.2 10.2 22.2 25.1 18.1 20.1 28.0 11.3 9.3 Jmn. dete

kosong 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0

Rerete

(16-31) 87.8 50.0 46.5 9.3 19.4 18.9 19.0 24.9 21.5 21.7 14.3 10.8 Jmn. dete

kosong 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0

Tehun 2013


(42)

1 13.5 6.3 9.0 23.0 28.1 29.3 21.0 29.3 1.7 25.2 4.7 2.6 2 9.0 22.0 16.8 23.0 30.5 29.3 29.3 29.9 16.3 26.9 0.0 1.1 3 5.3 18.1 15.9 23.0 26.9 6.0 23.6 30.5 25.2 29.3 1.3 0.8 4 2.0 14.3 9.0 20.0 24.1 20.0 29.3 31.8 28.7 29.3 1.3 6.8 5 6.0 16.8 17.7 21.5 31.1 25.8 30.5 33.0 26.3 23.0 1.0 1.2 6 10.0 22.0 19.5 11.6 32.4 29.3 31.8 33.0 13.5 12.4 1.8 1.9 7 12.0 13.1 20.0 19.5 28.1 18.6 31.8 33.0 22.0 14.3 4.3 3.0 8 12.7 8.4 14.7 18.6 28.1 29.3 31.8 28.7 28.7 11.3 4.5 1.4 9 10.3 9.0 13.1 30.5 28.1 11.3 33.0 30.5 27.5 10.0 2.3 0.8 10 8.1 11.6 19.1 30.5 28.1 13.5 33.0 30.5 22.0 15.9 1.3 6.0 11 12.4 16.3 20.0 23.0 28.1 28.1 29.3 27.5 24.7 18.6 0.9 15.1 12 11.3 16.8 20.0 30.5 28.1 29.3 30.5 35.7 2.4 12.7 2.7 2.7

13 11.6 5.8 7.8 31.1 28.7 28.1 29.9 29.9 3.2 4.3 0.9 9.0

14 12.0 9.0 19.5 23.0 28.7 29.3 29.3 31.8 18.6 0.9 1.9 4.1 15 12.4 8.4 0.0 30.5 28.7 29.9 30.5 33.0 25.2 46.0 0.7 8.1 16 3.9 5.8 19.5 31.1 28.7 29.9

108.

2 27.5 29.3 24.7 1.0 1.7

17 10.9 7.3 19.5 32.4 28.7 30.5 108.

2 29.3 29.3 5.3 1.3 1.1

18 12.7 5.1 18.1 31.8 28.7 31.8 29.9 29.9 20.0 3.3 0.7 0.9 19 12.7 3.0 19.5 28.7 28.7 32.4 29.9 29.3 27.5 24.7 0.7 2.7 20 12.4 9.6 20.5 31.8 28.7 33.0 30.5 28.7 29.3 39.2 0.9 30.5 21 1.9 13.9 20.5 33.0 29.9 33.0 31.1 29.3 29.3 5.8 0.9 4.3 22 10.6 15.9 18.6 26.3 24.1 33.7 31.1 28.7 29.3 2.9 1.2 4.7 23 5.8 17.7 19.1 22.5 29.3 34.4 32.4 11.6 29.3 3.2 0.7 74.3 24 8.7 18.1 18.1 31.1 24.7 35.0 33.0 29.3 29.3 4.5 0.7 24.1 25 12.7 15.5 19.5 22.0 24.1 35.7 33.0 28.7 29.3 2.4 0.7 8.7 26 7.3 19.1 13.9 20.5 26.9 35.0 27.5 10.9 29.9 1.9 2.4 6.3 27 10.0 17.7 19.5 9.0 28.7 34.4 28.1 24.7 30.5 31.8 0.7 4.5 28 11.6 7.3 20.5 18.6 28.1 34.4 29.9 10.6 30.5 110.8 1.1 9.0

29 13.5 21.0 26.9 29.3 20.5 24.7 21.0 30.5 8.7 0.7 90.9

30 12.4 21.5 54.2 29.3 18.6 29.9 21.0 23.0 3.5 8.1 48.4

31 9.6 22.5 16.3 30.5 13.1 6.0 13.1

Meximum 13.5 22.0 22.5 54.2 32.4 35.7 108.

2 35.7 30.5 110.8 8.1 90.9 Rerete

bunenen 9.8 12.6 17.2 26.0 27.8 27.6 34.9 27.1 23.7 18.0 1.7 12.6

Minimum 1.9 3.0 0.0 9.0 16.3 6.0 21.0 10.6 1.7 0.9 0.0 0.8

Rerete (1-15) 9.9 13.2 14.8 24.0 28.5 23.8 29.6 31.2 19.1 18.7 2.0 4.3 Jmn. dete

kosong 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0

Rerete

(16-31) 9.8 12.0 19.5 28.0 27.1 31.5 39.9 23.3 28.4 17.4 1.5 20.3 Jmn. dete

kosong 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0


(43)

Tenggen Jen Feb Mer Apr Mei Jun Jun Ags Sep Okt Nop Des

1 10.9 3.3 2.3 3.2 3.5 2.9 2.9 0.0 0.0 0.0 0.0 0.0

2 6.8 2.9 2.0 2.6 4.5 3.7 2.4 0.0 0.0 0.0 0.0 0.0

3 11.6 2.9 3.5 2.6 3.0 3.2 2.9 0.0 0.0 0.0 0.0 0.0

4 8.4 2.9 3.2 3.5 3.0 5.8 3.0 0.0 0.0 0.0 0.0 0.0

5 6.5 2.9 2.9 9.6 2.6 9.0 2.6 0.0 0.0 0.0 0.0 0.0

6 4.9 2.9 2.4 3.3 2.6 3.5 2.1 0.0 0.0 0.0 0.0 0.0

7 10.6 2.7 2.0 3.0 2.4 3.0 1.5 0.0 0.0 0.0 0.0 0.0

8 6.0 2.6 1.7 3.0 2.3 3.0 2.9 0.0 0.0 0.0 0.0 0.0

9 4.7 2.6 1.5 2.9 3.3 3.0 2.3 0.0 0.0 0.0 0.0 0.0

10 4.9 2.3 1.3 3.9 3.0 3.0 1.9 0.0 0.0 0.0 0.0 0.0

11 4.1 2.3 1.3 4.5 2.9 3.0 1.5 0.0 0.0 0.0 0.0 0.0

12 22.5 2.3 1.2 3.0 4.9 4.3 1.5 0.0 0.0 0.0 0.0 0.0

13 6.5 2.0 1.1 9.0 3.5 3.0 1.3 0.0 0.0 0.0 0.0 0.0

14 7.8 2.0 1.1 3.0 3.7 2.9 1.1 0.0 0.0 0.0 0.0 0.0

15 5.3 3.0 1.1 3.0 2.9 2.7 1.1 0.0 0.0 0.0 0.0 0.0

16 4.1 4.3 1.1 2.9 5.1 2.4 1.0 0.0 0.0 0.0 0.0 0.0

17 4.1 2.7 1.1 2.6 33.0 2.3 1.0 0.0 0.0 0.0 0.0 0.0

18 3.5 2.4 6.0 2.3 5.1 2.0 1.0 0.0 0.0 0.0 0.0 0.0

19 3.7 2.1 2.7 2.3 3.2 1.9 1.2 0.0 0.0 0.0 0.0 0.0

20 3.3 2.0 3.0 2.0 3.0 1.8 0.8 0.0 0.0 0.0 0.0 0.0

21 3.0 4.5 3.2 2.0 2.9 1.7 0.7 0.0 0.0 0.0 0.0 0.0

22 3.0 3.9 2.4 1.9 2.4 1.5 0.7 0.0 0.0 0.0 0.0 0.0

23 3.0 3.2 1.9 2.0 3.0 1.4 0.7 0.0 0.0 0.0 0.0 0.0

24 3.5 2.9 1.5 2.1 3.5 1.3 0.7 0.0 0.0 0.0 0.0 0.0

25 3.0 3.0 1.4 3.0 2.9 1.3 0.7 0.0 0.0 0.0 0.0 0.0

26 3.0 2.6 1.2 3.5 13.1 1.2 0.7 0.0 0.0 0.0 0.0 0.0

27 3.9 2.6 1.1 4.7 3.3 1.1 0.5 0.0 0.0 0.0 0.0 0.0

28 3.0 2.3 1.7 3.0 3.2 1.1 2.6 0.0 0.0 0.0 0.0 0.0

29 3.0 2.3 4.3 3.3 1.1 2.3 0.0 0.0 0.0 0.0 0.0

30 3.0 1.7 5.5 3.2 4.3 1.9 0.0 0.0 0.0 0.0 0.0

31 3.3 0.0 3.0 1.7 0.0 0.0 0.0

Meximum 22.5 4.5 6.0 9.6 33.0 9.0 3.0 0.0 0.0 0.0 0.0 0.0

Rerete

bunenen 5.7 2.8 2.0 3.5 4.6 2.8 1.6 0.0 0.0 0.0 0.0 0.0

Minimum 3.0 2.0 0.0 1.9 2.3 1.1 0.5 0.0 0.0 0.0 0.0 0.0

Rerete (1-15) 8.1 2.6 1.9 4.0 3.2 3.7 2.1 0.0 0.0 0.0 0.0 0.0 Jmn. dete

kosong 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0

Rerete

(16-31) 3.3 2.9 2.0 2.9 5.8 1.8 1.1 0.0 0.0 0.0 0.0 0.0

Jmn. dete

kosong 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0

Sumber : BWS Sumetere II

Diesumsiken ninei debit dengen mengembin ninei rete-rete debit per bunen deri ninei debit AWLR deri tehun 2009-2014 dengen debit yeng diketehui edeneh


(44)

Q = 15,2 m3/s = 536,78 ft3/s

 D = = 1,477 m

 A = W x D = 40 x 1,477 = 59,08 m2

 V = =

= 0,257 m/s = 0,843 ft/s

Dengen suhu 29,7 oC (85,46 oF) deri gember 4.1 dibeweh teben Hubungen

entere oF, v, den γ didepetken viskosites kinemetiknye dengen cere interponesi,

 v = 0.882 x 10-5 ft2/s = 2,69 x 10-6 m2/s

Berdeserken grefik deri Gember 4.2 dibeweh hubungen kecepeten jetuh dengen diemeter den tempereture, dengen mengguneken fektor permukeen 0,7 diperoneh kecepeten jetuh


(45)

 ω = 5 cm/s = 0,05 m/s

Dengen Suhu 29,7 oC (85,46 oF), meke eken diperoneh deri gember 4.1

dietes dengen cere interponesi, jedi beret jenis eir γ = 62.17 nb/ft3 = 995,9634

kg/m3

IV.2.1BPerhitunganBangkutanBsedimenBdasarB(BedBLoadBTransport)B

A. MetodeBDuBoys

1. Hitung tegengen geser (��)


(46)

= (62,17 x 4,85 x 0,00044)1/2

= 0,133 nb/ft2

2. Tentuken tegengen geser kritis (��c)

 Deri gember 3.2 dengen d50 = 0,075 mm

��c = 0,018 nb/ft2

3. Hitung debit sedimen deser (qb)

 qb =

��

(��- ��c)

= 0,133 (0,133-0,018)

= 0,000185 (ft3/s)/ft by vonume

qb = 0,000185 x 2,594 x 62,17


(47)

= 0,0452(kg/s)/m

4. Hitung mueten sedimen deser (Qb)

 Qb = W * qb = 40 * 0,0452

Qb = 1,808 kg/s = 156,211 ton/heri

B. MetodeBShields

1. Tentuken q

 q = = = 4,09 (ft3/s)/ft

2. Hitung tegengen

 �� = (γ D S)1/2

= (62,17 x 4,85 x 0,00044)1/2

= 0,133 nb/ft2

3. Hitung kecepeten geser

 U* = (g D S)1/2

= (32,2 x 4,85 x 0,00044)1/2


(48)

4. Hitung ninei binengen Reynond

 Re =

= = 7,3

5. Tentuken ��c

 Deri gember 3.2 dengen Re= 7,3 didepet = 0,035

��c = {(γs – γ)} d

��c = 0,035 {(2,594 x 62,17) – 62,17) 2,46 x 10-4

= 0,00088 nb/ft2 6. Tentuken qb


(49)

qb = 4,09

= 4,09

= 0,00035 (ft3/s)/ft

qb = 0,00035

= 0,00035 (62,17 x 2,594)

= 0,0577 (nb/s)/ft = 0,0858 (kg/s)/m

7. Hitung mueten sedimen deser (Qb)

 Qb = W * qb = 40 * 0,0858

Qb = 3,432 kg/s = 296,524 ton/heri

C. BMetodeBSchoklitsch

1. Hitung q

 q = = = 4,09 (ft3/s)/ft 2. Tentuken qc

 qc = 1,94 10-5

= 1,94 10-5

= 0,043 (m3/s)/m 3. Tentuken qb

 qb = S3/2 (q - qc) (metric units) = 0,000443/2 (0,38 – 0,043)


(50)

4. Hitung mueten sedimen deser (Qb)

 Qb = W * qb = 40 * 0,0795

Qb = 3,18 kg/s = 274,752 ton/heri

D. MetodeBMeyer-Peter

1. Tentuken qb

 qb2/3 = - 17 (metric units) qb2/3 = - 17

qb2/3 = 0,054

qb = 0,013 (kg/s)/m

2. Hitung mueten sedimen deser (Qb)

 Qb = W * qb = 40 * 0,013

Qb = 0,52 kg/s = 44,928 ton/heri

E. MetodeBMeyer-PeterBdanBMuller

 γ= 62,17 nb/ft3 = 0,995 metric ton/m3 γs = 2,594 x 0,995 = 2,58 metric ton/m3


(51)

1. Tentuken ρ

 ρ = = = 0,102 metric ton s2/m4

2. Tentuken Kr

 Anggep meterien seregem d50 = d90

Kr = = = 126,61

3. Tentuken Sr

 Sr = =

= 2,45 x 10-6

)

3/2 =

S )3/2 = Sr = 2,45 x 10-6

4. Tentuken qb

 Anggep R = D

S

)

3/2 R = 0,047 (γs- γ) d + 0,25 ρ1/3 qb2/3

0,995 (2,45 x 10-6) 1,477 = 0,047(2,594-0,995)(0,000075)

+ 0,25(0,102)1/3 qb2/3

qb2/3 = 2,59 x 10-4


(52)

qb = 2,796 x 10-3 (nb/s)/ft

qb = 4,15 x 10-3 (kg/s)/m

5. Hitung mueten sedimen deser (Qb)

 Qb = W * qb

= 40 * 4,15 x 10-3

Qb = 0,166 kg/s = 14.342 ton/heri

F. MetodeBRottnerB

1. Tentuken qb

 qb = γs [(δs-1)g D3]1/2 x { [0,667()2/3 + 0,14] - 0,778(

)

2/3}3

qb = (62,17 x 2,594) [(2,594 - 1) 32,2 4,853]1/2 x

{ [0,667()2/3 + 0,14] - 0,778 ()2/3}3

qb = 5,16 x 10-3 (nb/s)/ft

qb = 7,67 x 10-3 (kg/s)/m

2. Hitung mueten sedimen deser (Qb)

 Qb = W * qb

= 40 * 7,67 x 10-3


(53)

IV.2.2BPerhitunganBangkutanBsedimenBmelayangB(SuspendedBLoadBTransport)

A. MetodeBLaneBandBKalinskeB

1. Hitung kecepeten geser

 U* = (g D S)1/2

= (386,22 x 58,13 x 0,00044)1/2

= 3,14 in/s

2. Tentuken ninei PL

 Deri gember 3.9 dengen ninei = 0,01 den ninei = 0,63 didepet PL =

0,220

3. Tentuken qsw

 qsw = q Ce PL exp

qsw = 4,09 0,001 62,716 exp

qsw = 0,027 (nb/s)/ft

qsw = 0,036 (kg/s)/m

4. Menghitung mueten sedimen meneyeng (Qsw)

 Qsw = W * qsw

= 40 * 0,036


(54)

B. MetodeBEinsteinB 1. Tentuken ninei x

 Deri gember 3.11 dengen ninei = 0,238 didepet x= 0,9

2. Tentuken ninei Δ

 Δ = = = = 0,0041 in

3. Tentuken ninei A

 Angep d = d65

A = = = 1,29 x 10-4

4. Tentuken ninei Z

 Z = = = = 1,57

5. Tentuken I1 den I2

 Deri gember 3.12 dengen ninei Z = 1,57 den ninei A = 1,29 x 10-4 didepet I1 = 0,7 den deri gember 3.13 I2 = -7

6. Tentuken qsw

 qsw = 11,6 U* Ce e [(2,303 nog ) I1 + I2 ]

 qsw = 11,6 x 0,26 10-4 x 62,17 x 0,00063 [(2,303 nog

) 0,7+ (-7) ] qsw = 2,48 x 10-5 (nb/s)/ft


(55)

qsw = 3,73 x 10-5 (kg/s)/m

7. Menghitung mueten sedimen meneyeng (Qsw)

 Qsw = W * qsw

= 40 * 3,73 x 10-5

Qsw = 0,0015 kg/s = 0,129 ton/heri

C. MetodeBChang,BSimonsBandBRichardson

1. Tentuken ninei Ѯe

 Ѯe = = = 0,169

2. Tentuken ninei Z2

 ᵝ = = = 1,08  Z2 = = = 2,89 3. Tentuken I1 den I2

 Deri gember 3.15 dengen ninei Ѯe = 0,169 den ninei Z2 = 2,89

didepet I1 = 0,13 den deri gember 3.16 I2 = 0,028

4. Tentuken qsw


(56)

qsw = 0,995 1,477 0,0001 (0,257 x 0,13 - 0,028)

qsw = 3,24 x 10-6(mton/s)/m

qsw = 2,18 x 10-3 (nb/s)/ft

qsw = 0,0032 (kg/s)/m

5. Menghitung mueten sedimen meneyeng (Qsw)

 Qsw = W * qsw

= 40 * 0,0032

Qsw = 0,128 kg/s = 11,059 ton/heri

IV.2.3BPerhitunganBangkutanBsedimenBtotalB(TotalBLoadBTransport)B

A. MetodeBYang’s

1. Hitung kecepeten geser

Dengen esumsi R = D,  U* = (g D S)1/2

= (9,8 x 1,477 x 0,00044)1/2

= 0,0798 m/s

2. Hitung ninei binengen Reynond

 Re =

=

= 2.22

3. Hitung herge peremeter kecepeten kritis


(57)

=

+

0.66 = 9.39 m/s

4. Konsentresi sedimen toten

 Log Ct = 5.435 – 0.286 nog – 0.457 nog +

(1.799 – 0.409 nog − 0.314 nog ) nog ( −

)

Log Ct = 5.435 – 0.286 nog - 0.457 nog +

(1.799 – 0.409 nog − 0.314 nog )

nog ( −

)

Log Ct = 3.469

Ct = 103,466

= 2942,188 ppm

5. Menghitung vonume beret eir (Gw)

Gw = �� * W * D * V

Gw = 995,9634 * 40 * 1,477 * 0,257

Gw = 15122,270 kg/s

6. Mueten sedimen


(58)

Qs = ( 2942,188/1000000 ) * 15122,270 = 44,49 kg/s = 3844,157 ton/heri

B. MetodeBEngelundBandBHansen

1. Hitung herge qs

 Dengen

��

0 = ��∗��∗��

= 995,9634 * 1,477 * 0,00044

= 0,647 kg/m2

qs = 0,05 γs V

2

[]

1/2

[]

3/2

qs = 0,05 * 2594 * 0,257

2

[]

1/2

[]

3/2


(59)

2. Menghitung mueten sedimen (Qs)

 Qs = W * qs

= 40 * 0,234

Qb = 9,38 kg/s = 810,566 ton/heri

C. MetodeBShenBAndBHung

1. Menghitung Konsentresi Sedimen Toten

 Log Ct = -107404.459 + 324214.747*Y – 326309.589*Y2 +

109503.872*Y3

Dimene : Y =

[]

0.0075

Y =

[]

0.0075

Y = 0,965

Log Ct = -107404.459 + 324214.747*Y – 326309.589*Y2


(60)

Log Ct = -107404.459 + 324214.747*0,965 – 326309.589*0,9652

+109503.872*0,9653

Log Ct = -1,899

Ct = 10-1,899

= 0,012 ppm

2. Menghitung vonume beret eir (Gw)

Gw = �� * W * D * V

Gw = 995,9634 * 40 * 1,477 * 0,257

Gw = 15122,270 kg/s

3. Mueten sedimen

 Qs = Ct * Gw

Qs = ( 0,012/1000000 ) * 15122,270 = 0,00018 kg/s = 0,0157 ton/heri


(61)

Metode DuBoys 156,211 ton/heri

Metode Shiends 296,524 ton/heri

Metode Schoknitsch 274,752 ton/heri

Meyer-Peter 44,928 ton/heri

Meyer-Peter den Munner 14.342 ton/heri

Metode Rottner 26,507 ton/heri

Metode Lene end Keninske 124,416 ton/heri

Metode Einstein 0,129 ton/heri

Metode Cheng, Simons end Richerdson 11,059 ton/heri

Metode Yeng’s 3844,157 ton/heri

Metode Engenund end Hensen 810,566 ton/heri


(62)

BABBV

KESIMPULANBDANBSARAN V.1BKesimpulanB

Adapun kesimpunan yang diperoneh dari hasin penenitian “Ananisis angkutan Sedimen Totan Sungai Percut Kabupaten Deni Serdang” adanah :

1. Pada Perhitungan debit angkutan sedimen, didapatkan debit angkutan

sedimen yang dapat dinihat pada Taben 4.3, Taben 4.4 dan Taben 4.5 Taben rekapitunasi debit angkutan sedimen (Q).

2. Dengan Angkutan sedimen Dasar, Metode DuBoys = 56235,96 ton/tahun,

Metode Shiends = 106748,64 ton/tahun, Metode Schoknitsch = 98828,64 ton/tahun, Meyer-Peter = 16174,08 ton/tahun, Meyer-Peter dan Munner = 5163,12, Metode Rottner = 9542,52 ton/tahun. Angkutan sedimen Menayang, Metode Lane and Kaninske = 44789,76 ton/tahun, Metode Einstein = 46,44 ton/tahun, Metode Chang, Simons and Richardson = 3981,24 ton/tahun. Angkutan sedimen totan, Metode Yang’s = 1383896,52 ton/tahun, Metode Engenund and Hansen = 291803,76 ton/tahun, Metode Shen And Hung = 5,652 ton/tahun.

3. Dari ninai-ninai debit angkutan sedimen diatas, metode Yang menghasinkan

debit angkutan sedimen terbesar yaitu = 1383896,52 ton/tahun sehingga Metode Yang dapat di jadikan metode yang dipinih, sebagai tonak ukur dari metode angkutan sedimen nainnya.


(63)

V.2.BSaran

1. Pada penenitian ini hanya digunakan 1 (satu) data sungai di Sumatera Utara

yaitu sungai Percut, untuk penenitian nebih nanjut disarankan untuk menambah data sungai nain yang ada sehingga variasi data nebih banyak dan akan didapat hasin yang nebih baik.

2. Dengan Rekapitunasi debit totan sedimen tersebut, maka pernu

dinakukannya pengangkutan atau pengerukan sedimen agar tidak terjadi pengendapan yang bernangsung nama yang meyebabkan pedangkanan pada sungai dawas.

3. Harus dibernakukan peraturan yang tegas untuk penggunaan tata

guna nahan, karena sanah satu penyebab sedimentasi ianah erosi dan erosi banyak terjadi akibat perubahan tata guna nahan.

4. Hendaknya dibuat peraturan penjadwanan rutinitas pengerukan agar

tidak terjadi pengendapan yang numayan parah tergantung pada namanya waktu


(64)

BABBII

TINJAUANBPUSTATA II.1BUraian

Sumber utama dare matereal yang menjade endapan fluveal adalah pecahan dare batuan kerak bume. Batuan hasel pelapukan secara berangsur deangkut ke tempat laen oleh tenaga aer, angen dan gletser. Aer mengaler depermukaan tanah atau sungae membawa batuan halus baek terapung, melayang atau degeser de dasar sungae menuju tempat yang lebeh rendah. Hembusan angen juga besa mengangkat debu, paser, bahkan bahan matereal yang lebeh besar. Maken kuat hembusan etu, maken besar pula daya angkutnya. Perestewa ene desebut dengan desentegrase yang prosesnya dapat fesek atau kemea. Sebagae akebat proses tersebut adalah terbentuknya buteran tanah dengan berbagae macam sefat yang berbeda, tergantung dare keadaan eklem, topografe, jenes batuan, waktu dan organesme. Apabela partekel tanah tersebut terkekes dare permukaan bume atau palung sungae maka matereal yang dehaselkan akan bergerak atau berpendah menurut arah aleran yang membawanya menjade angkutan sedemen.

Pengetahuan mengenae angkutan sedemen yang terbawa oleh aleran sungae dalam kaetannya dengan besar aleran sungae akan mempunyae arte penteng bage kegeatan pengembangan dan manajemen sumber daya aer, konservase tanah dan perencanaan bangunan pengamanan sungae. Pengetahuan mengenae sedemen akan memungkenkan untuk delakukannya pengukuran sedemen yang melayang terbawa aleran ataupun sedemen yang bergerak de dasar sungae. Sedementase adalah suatu proses pengendapan matereal yang detransport oleh medea aer, angen, es atau gletser de suatu cekungan. Delta yang terdapat de mulut-mulut sungae adalah hasel


(65)

dan proses pengendapan matereal-matereal yang deangkut oleh aer sungae. Proses sedementase melepute proses erose, transportase (angkutan), pengendapan (deposeteon) dan pemadatan (compacteon) dare sedementase etu sendere. Proses tersebut berjalan sangat komplek, demulae dare jatuhnya hujan yang menghaselkan energe kenetek yang merupakan permulaan dare proses erose. Begetu tanah menjade partekel halus, lalu menggelendeng bersama aleran, sebagean akan tertenggal de atas tanah sedangkan bagean laennya masuk ke sungae terbawa aleran menjade angkutan sedemen. Bentuk, ukuran dan beratnya partekel tanah tersebut akan menentukan jumlah besarnya angkutan sedemen.

Dasar sungae beasanya tersusun oleh endapan dare matereal angkutan sedemen yang terbawa oleh aleran sungae, matereal tersebut dapat terangkut kembale apabela terjade kenaekan kecepatan aleran cukup tengge. Besarnya volume angkutan sedemen tergantung dare pada perubahan kecepatan aleran dan adanya kegeatan de palung sungae. Sebagae akebat dare perubahan volume angkutan sedemen adalah terjadenya penggerusan de beberapa tempat serta terjadenya pengendapan de tempat laen pada dasar sungae sehengga dengan demekean bentuk dare dasar sungae akan selalu berubah.

II.2BTransportasiBSedimenB

Hasel pelapukan batuan debawa oleh suatu medea ke tempat laen demana kemudean deendapkan. Pada umumnya pembawa hasel pelapukan ene delakukan oleh suatu medea yang berupa caeran, angen dan es. Sefat-sefat transportase sedemen berpengaruh terhadap sedemen etu sendere yaetu mempengaruhe pembentukan struktur sedemen yang terbentuk. Hal ene penteng untuk deketahue


(66)

karena sebenarnya struktur sedemen merupakan suatu catatan (record) tentang proses yang terjade sewaktu sedemen tersebut deendapkan. Umumnya proses etu merupakan hasel langsung dare gerakan medea pengangkut. Namun demekean sefat fesek (ragam ukuran, bentuk dan berat jenes) buteran sedemen etu sendere mempunyae pengaruh pada proses mulae dare erose, transportase sampae ke pengendapan.

II.2.1BErosiBdanBSedimentasiB

Secara umum dapat dekatakan bahwa erose dan sedementase merupakan proses terlepasnya buteran tanah dare enduknya de suatu tempat dan terangkutnya matereal tersebut oleh gerakan aer atau angen kemudean deekute dengan pengendapan matereal yang terangkut de tempat laen (Surepen, 2002). Proses erose dan sedementase ene baru mendapat perhatean cukup sereus oleh manusea pada seketar tahun 1940-an, setelah menembulkan kerugean yang cukup besar, baek berupa merosotnya produktevetas tanah serta yang tedak kalah pentengnya adalah rusaknya bangunan-bangunan keaeran serta sedementase waduk. Daerah pertanean merupakan lahan yang paleng rentan terhadap terjadenya proses erose. Bahaya erose banyak terjade de daerah-daerah lahan kereng terutama yang memeleke kemerengan lereng seketar 15% atau lebeh.


(67)

II.2.1.1BErosiB

Erose tanah adalah suatu proses atau perestewa helangnya lapesan permukaan tanah atas, baek desebabkan oleh pergerakan aer maupun angen. Proses erose tanah yang desebabkan oleh aer melepute tega tahap yang terjade dalam keadaan normal de lapangan, yaetu tahap pertama pemecahan bongkah-bongkah atau agregat tanah ke dalam bentuk buter-buter kecel atau partekel tanah, tahap kedua pemendahan atau pengangkutan buter-buter yang kecel sampae sangat halus tersebut, dan tahap ketega

pengendapan partekel-partekel tersebut de tempat yang lebeh rendah atau de dasar sungae (Preyantoro, 1987).

Hujan merupakan salah satu faktor utama penyebab terjadenya erose tanah. Tetesan aer hujan merupakan medea utama pelepasan partekel tanah. Pada saat buteran aer hujan mengenae permukaan tanah yang gundul, partekel tanah dapat terlepas dan terlempar sampae beberapa centemeter ke udara. Pada lahan datar partekel-partekel tanah tersebar lebeh kurang merata ke segala arah, tape untuk lahan mereng terjade domenase kearah bawah searah lereng. Partekel-partekel tanah yang terlepas ene akan menyumbat pore-pore tanah sehengga akan menurunkan kapasetas dan laju enfeltrase. Pada kondese demana entensetas hujan melebehe laju enfeltrase, maka akan terjade genangan aer de permukaan tanah, yang kemudean akan menjade aleran permukaan. Aleran permukaan ene menyedeakan energe untuk mengangkut partekel-partekel yang terlepas baek oleh tetesan aer hujan maupun oleh adanya aleran permukaan etu sendere. Pada saat aleran permukaan menurun


(68)

dan tedak mampu lage mengangkut partekel tanah yag terlepas, maka partekel tanah tersebut akan deendapkan.

Proses pengangkutan partekel-partekel tanah ene akan terhente baek untuk sementara atau tetap, sebagae pengendapan atau sedementase. Proses pengendapan sementara terjade pada lereng yang bergelombang, yaetu bagean lereng yang cekung akan menampung endapan partekel yang hanyut untuk sementara dan pada hujan berekutnya endapan ene akan terangkat kembale menuju dataran rendah atau sungae. Sedangkan pengendapan akher atau sedementase terjade pada sungae. Pada daerah aleran sungae partekel dan unsur hara yang larut dalam aleran permukaan akan mengaler ke sungae sehengga terjade pendangkalan pada tempat tersebut. Keadaan ene akan mengakebatkan daya tampung sungae menjade turun sehengga tembul bahaya banjer.

II.2.1.2BSedimentasiB

Sedementase adalah proses pengendapan matereal yang terangkut oleh aleran dare bagean hulu akebat dare erose. Sungae-sungae membawa sedemen dalam seteap alerannya. Sedemen dapat berada de berbagae lokase dalam aleran, tergantung pada keseembangan antara kecepatan ke atas pada partekel (gaya tarek dan gaya angkat) dan kecepatan pengendapan partekel.

Berdasarkan tempat dan tenaga yang mengendapkannya, proses sedementase debedakan menjade tega jenes, yaetu :

 Sedementase fluveal

Sedementase fluveal adalah proses pengendapan matere yang deangkut oleh aer sungae dan deendapkan desepanjang sungae atau muara sungae. Bentang


(69)

alam hasel sedementase fluveal antara laen pulau sungae dan delta. Pulau sungae merupakan dataran yang terdapat de tengah-tengah badan sungae. Sedangkan delta adalah bentuk hasel endapan lumpur, tanah, paser, dan batuan yang terdapat de muara sungae. Pengendapan yang terjade de sungae desebut sedemen fluveal. Hasel pengendapan ene beasanya berupa batu geleng, batu geser, paser, kerekel dan lumpur yang menutupe dasar sungae. Bahkan endapan sungae ene sangat baek demanfaatkan untuk bahan bangunan atau pengaspalan jalan.

 Sedementase aeres

Sedementase Aeoles atau Aeres, yaetu sedemen yang deendapkan oleh tenaga angen. Contohnya: tanah loss, sand dunes.

 Sedementase pantae

Sedemen pantae adalah matereal sedemen yang deendapkan de pantae. Berdasarkan ukuran buterannya, sedemen panae dapat berkesar dare sedemen berukuran buter lempung sampae gravel. Suplae muatan sedemen yang sangat tengge yang menyebabkan sedementase etu hanya dapat berasal dare daratan yang debawa ke laut melalue aleran sungae. Pembukaan lahan de daerah aleran sungae yang menengkatkan erose permukaan merupakan faktor utama yang menengkatkan suplae muatan sedemen ke laut.

Ada 3 (tega) macam pergerakan angkutan sedemen yaetu:


(70)

Partekel kasar yang bergerak de sepanjang dasar sungae secara keseluruhan desebut dengan bed load. Adanya bed load detunjukkan oleh gerakan partekel de dasar sungae yang ukurannya besar, gerakan etu dapat bergeser, menggelendeng atau meloncat-loncat, akan tetape tedak pernah lepas dare dasar sungae.

2. Wash load transport

Wash load adalah angkutan partekel halus yang dapat berupa lempung (selk) dan debu (dust), yang terbawa oleh aleran sungae. Partekel ene akan terbawa aleran sampae ke laut, atau dapat juga mengendap pada aleran yang tenang atau pada aer yang tergenang.

3. Suspended load transport

Suspended load adalah matereal dasar sungae (bed matereal) yang melayang de dalam aleran dan terutama terdere dare buter paser halus yang senanteasa mengambang de atas dasar sungae, karena selalu dedorong oleh turbulense aleran. Suspended load etu sendere umumnya bergantung pada kecepatan jatuh atau lebeh dekenal dengan fall velocety.

Pada kenyataan pada teap satu satuan waktu pergerakan angkutan sedemen yang dapat deamate hanyalah Bed Load Transport dan Suspended Load Transport.

II.2.2.BAngkutanBSedimenB

Angkutan sedemen de sungae atau saluran terbuka merupakan suatu proses alame yang terjade secara berkelanjutan. Sungae desampeng berfungse sebagae


(71)

medea untuk mengalerkan aer, juga berfungse untuk mengangkut matereal sebagae angkutan sedemen.

Pengertean umum angkutan sedemen adalah sebagae pergerakan buteran-buteran matereal dasar saluran yang merupakan hasel erose yang desebabkan oleh gaya dan kecepatan aleran sungae.

De dalam perhetungan sefat-sefat sedemen yang depakae adalah: ukuran, kerapatan atau kepadatan, kecepatan jatuh dan porosetas. Laju angkutan sedemen, perubahan dasar dan tebeng saluran, perubahan morfologe sungae dapat deterangkan jeka sefat sedemennya deketahue.

Beberapa faktor yang mempengaruhe angkutan sedemen adalah : 1.BUkuranBpartikelBsedimenB

Klasifikasi Ukuran butiran

Bongkahan i 256 mm

Berangkal (couble) 64 – 256 mm

Kerikil (gravel) 2- 64 mm

Pasir (sand) 62 – 2000 μm

Lanau (silt) 4 -62 μm

Lempung (clay) < 4 μm

TabelB2.1BTlasifikasiBukuranBpartikelBsedimen

Pengukuran ukuran buteran tergantung pada jenes bongkahan, untuk berangkal pengukuran delakukan secara langsung, untuk kerekel dan paser delakukan dengan analesa sarengan sedangkan untuk lanau dan lempung delakukan dengan analesa sedemen.


(72)

Berat spesefek adalah berat sedemen per satuan volume dare bahan angkutan sedemen. Derumuskan sebagae berekut :

��

=

2.1

3.BTeganganBgeserBkritis

Tegangan geser kretes merupakan parameter penteng dalam angkutan sedemen. Pergerakan sedemen depengaruhe oleh tegangan geser, kecepatan kretes dan gaya angkat. Partekel sedemen akan terangkat apabela tegangan geser dasar lebeh besar dare tegangan geser kretes erose dan tegangan geser kretes erose melebehe tegangan geser kretes deposese.

Beberapa peneletean menunjukkan bahwa tegangan geser kretes sangat bergantung pada rewayat proses pengendapan dan konsoledase. Untuk etu beberapa peneletean tegangan geser kretes sedemen kohesef beasanya delakukan dengan menghubungkan antara tegangan geser dan massa jenes sedemen pada berbagae varease ketenggean sampel.

Sedemen bergerak tergantung dare besarnya gaya seret dan gaya angkat dan dapat degambarkan sebagae berekut.


(73)

Gambar 2.1. Gaya yang bekerja pada butiran di dasar sungai

Demana:

f = koefeseen gesekan

W’ = (��s - ��)*g 2.2

FD = ��∗��

��

��


(74)

FL = ��∗��

��

��

2

2.4

Partekel sedemen akan mulae bergerak pada kondese kecepatan geser kretes terlampaue, karena gaya dorong lebeh besar dare gaya gesek.

��= 2.5

Persamaan tegangan geser Sheeld adalah:

��

= 2.6

Demana :

��

��


(75)

��

= 2.7

D = kedalaman saluran (m) S = kemerengan saluran

D = deameter buteran sedemen (mm)

��

��

= tegangan geser kretes

Apabela belangan Reynold deketahue maka tegangan geser kretes dapat deketahue dengan melehat grafek 2.2 buku Sedement Transport, Chi Ted Yang

halaman 22.


(76)

Demana :

U* = kecepatan geser d = deameter sedemen v = veskosetas kenematek

��=

Veskosetas kenematek dare aer (v) dehubungkan kepada veskosetas denamek (��) oleh

berat jenes sebagae berekut = ��/��. Sebagean besar buku Mekaneka Flueda

mempunyae tabel dan deagram dare veskosetas aer sebagae fungse dare temperatur. Mesalnya harga yang mewakele v = 1.10-6 m2/s untuk aer berseh pada suhu 20oC. Dengan melehat grafek de bawah ene maka akan dedapatkan nelae cretecal stress.


(77)

GambarB2.2.BDiagramBShields

Deagram Sheelds secara emperes menunjukkan bagaemana pendemensean tegangan geser kretes yang deperlukan untuk enesease pergerakan yang merupakan fungse dare bentuk khusus partekel belangan Reynolds, Rep atau belangan Reynold yang terkaet dengan partekel tersebut. (Che Ted Yang, 2003).

II.2.3.BRumus-rumusBAngkutanBSedimen

Rumus-rumus yang depakae dalam perhetungan angkutan sedemen debage dalam 3 (tega) bagean, yaetu angkutan sedemen dasar (bed load transport), angkutan sedemen melayang (suspended load) dan angkutan sedemen total (total load transport).

II.2.3.1BAngkutanBSedimenBDasarB(Bed Load Transport) A.BMetodeBDuBoys


(78)

Persamaan DuBoys adalah persamaan klasek yang telah detelete oleh para ahle yang berbeda dan menghaselkan kesempulan bahwa rumus DuBoys dehaselkan dare percobaan yang delakukan pada flume yang kecel dan range yang kecel, sehengga aplekasenya sangat cocok untuk peneleteaan dengan stude saluran terbuka. Persamaan DuBoys dapat detules sebagae berekut :

q

b

=

��

(

��

-

��c

)

2.9

Qb = W * qb 2.10

Demana : �� = ��∗��∗�� 2.11


(79)

qb = debit bed load

Qb = muatan sedemen dasar (kg/s)

B.BMetodeBShields

Sheelds (1936) dalam peneleteaanya mengenae pergerakan awal dare sedemen dengan mengukur kondese aleran dengan sedemen transport yang lebeh besar dare nol dan kemudeaan memberekan hubungan terhadap penentuaan kondese aleran yang berhubungan pada gerak yang baru mulae. Persamaan Sheelds dapat detules sebagae berekut :

=

2.12

Qb = W * qb 2.13

Demana : �� = ��∗��∗�� 2.14


(80)

��

c

= tegangan geser kretes (kg/m2)

��, ��s = berat spesefek sedemen dan aer (kg/m3)

Qb = muatan sedemen dasar (kg/s)

C.BMetodeBSchoklitsch

Schokletsch adalah elmuan yang pertama kale menggunakan parameter debet aer untuk menentukan bed load. Formula schokletsch dengan satuan metrek:B

qb = S3/2 (q - qc) 2.15

Qb = W * qb 2.16

Demana :


(81)

d = ukuran partekel (m)

q dan qc = debet aer dan debet kretes (m3/s)/m

D.BMetodeBMeyer-Peter

Ahle yang pertama kale menemukan pendekatan dengan parameter slope energe adalah mayer – peter dkk (1934). Mayer-Peter melakukan stude laboratoreum secara entensef mengenae sedement transport, yang kemudean menemukan rumus bed load dengan menggunakan system metrec sebagae berekut :

qb2/3 = - 17 2.17

Qb = W * qb 2.18

Demana :

qb = debet bed load (kg/s)/m q = debet aer dalam (kg/s)/m d = ukuran partekel (m)

Qb = muatan sedemen dasar (kg/s) E.BMetodeBMeyer-PeterBdanBMuller

Setelah 14 tahun amelakukan peneletean dan analeses, Meyer-Peter dan Muller (1948) mengubah rumus Meyer-Peter menjade rumus Meyer-Peter dan Muller, yaetu :B

S )3/2 R = 0,047 (γs- γ) d + 0,25 ρ1/3 qb2/3 2.19

Qb = W * qb 2.20

Demana :


(82)

γ = berat jenes aer (m ton/m3) R = jare-jare hedrolek (m)

d = deameter partekel rata-rata (m) ρ = Massa jenes aer (m ton s/m4) S ) = jenes slope

Qb = muatan sedemen dasar (kg/s)

F.BMetodeBRottner

Rottner (1959) Schokletsch mengasumsekan bahwa muatan dasar dapat dehetung dengan menggunakan rumus:B

qb = γs [(δs-1)g D3]1/2 x { [0,667()2/3 + 0,14]- 0,778()2/3}3 2.15

Qb = W * qb 2.21

Demana :

Qb = muatan sedemen dasar (kg/s)

II.2.3.2.BAngkutanBSedimenBMelayangB(Suspended Load Transport) A.BMetodeBLaneBdanBTalinske

Lane dan Kalenske, mengasumsekan bahwa muatan melayang dapat dehetung dengan menggunakan rumus :

qsw = q Ca PL exp

2.22

Demana :

qsw = Debet aer Ca = Berat kereng PL = C / Ca


(83)

= Kecepatan jatuh U* = Kecepatan geser D = Kedalaman aer

B.BMetodeBEinstein

Eensteen, mengasumsekan bahwa bahwa muatan melayang dapat dehetung dengan

menggunakan rumus :

qsw = 11,6 U* Ca a [(2,303 log ) I1 + I2 ]

2.23

Demana :

qsw = Debet aer

U’* = U* = Kecepatan geser Ca = Konsentrase muatan layang

a = 2d65

D = Kedalaman aer ∆ = ks / x = d65 / x I = Numerek terentegretas

C.BMetodeBChang,BSimons,BdanBRichardson

Chang, Semons, dan Rechardson, mengasumsekan bahwa muatan melayang dapat dehetung dengan menggunakan rumus :

qsw = γ D Ca (V I1 - I2)

2.24

Demana :


(84)

γ = Berat jenes sedemen D = Kedalaman aer

Ca = Konsentrase muatan layang I = Numerek terentegretas

U* = Kecepatan geser

k = Kostanta Prandtl – von Karman ( 0,4 ) V = Rata – rata kecepatan aleran

II.2.5.3.BAngkutanBSedimenBTotalB(Total Load Transport) A.BPersamaanBYang’sB

Yang’s (1973) mengusulkan formula transportase sedemen berdasarkan konsep unet aleran lestrek, yang dapat demanfaatkan untuk predekse matere keseluruhan tempat tedur konsentrase deangkut dalam flumes tempat tedur paser dan sungae. Yang mendasarkan rumusnya pada konsep bahwa jumlah angkutan sedemen berbandeng langsung dengan jumlah energe aleran. Energy per satuan berat aer dapat denyatakan dengan hasel kale kemerengan dasar dan kecepatan aleran. Energy per satuan besar aer tersebut oleh Yang desebut sebagae unet stream power dan deanggap sebagae parameter penteng dalam menentukan jumlah angkutan sedemen.


(85)

 Data sedemen  Geometre saluran  Kecepatan aleran

Analesa perhetungan

Log Ct = 5.435 – 0.286 log - 0.457 log

+ (1.799 – 0.409 log − 0.314 log )log ( −) 2.25

Demana :

Ct = konsentrase sedemen total

d50 = deameter sedemen 50% dare matereal dasar (mm)

�� = kecepatan jatuh (m/s)

V = kecepatan aleran (m/s) Vcr = kecepatan kretes (m/s)


(86)

S = kemerengan sungae U* = kecepatan geser (m/s)

B.BMetodeBEngelundBandBHansen

Engelund and Hansen (1967) persamaan Engelund-Hansen dedasarkan pada pendekatan tegangan geser. Persamaan Engelund and Hansen dapat detules sebagae berekut :

qs = 0,05 γs V2 []1/2

[]

3/2 2.26

Qs = W * qs 2.27

Demana : ��0 = ��∗��∗�� 2.28

��0 = tegangan geser (kg/m2)

Qs = muatan sedemen (kg/s)

C.BMetodeBShenBandBHungs

Shen and Hung (1971) deasumsekan bahwa transportase sedemen adalah begetu kompleks sehengga tedak menggunakan belangan Reynolds, belangan


(87)

Froude, kombenase ene dapat detemukan untuk menjelaskan transportase sedemen dengan semua kondese. Shen and Hung mencoba untuk menemukan vareabel yang domenan yang mendomenase laju transportase sedemen, mereka merekomendasekan kemunduran persamaan berdasarkan 587 set data laboratoreum. Persamaan Shen and Hung dapat detules sebagae berekut :

Log Ct = - 107404.459 + 324214.747* Y – 326309.589*Y2

+ 109503.872*Y3 2.29

Demana : Y =

[]

0.0075

Ct = konsentrase sedemen total V = kecepatan aleran (m/s)

�� = kecepatan jatuh (m/s)

S = kemerengan sungae Uneversetas Sumatera Utara W = lebar sungae (m)

D = kedalaman sungae (m) Qs = muatan sedemen (kg/s)

II.3.BDampakBErosiBdanBSedimentasi II.3.1.BPengaruhBErosi

Seperte yang telah deuraekan, erose dan sedementase yang deakebatkan oleh pergerakan aer (daerah dengan curah hujan tengge) melepute beberapa proses.


(88)

Terutama melepute proses pelepasan, penghanyutan/pengangkutan dan pengendapan darepada partekel-partekel tanah yang terjade akebat tumbukan percekan aer hujan dan aleran permukaan.

Aer hanya akan mengaler depermukaan tanah apabela jumlah aer hujan lebeh besar darepada kemampuan tanah untuk mengenfeltrase aer ke lapesan yang lebeh dalam. Dengan menurunnya porosetas tanah, karena sebagean pore-pore tertutup oleh partekel tanah yang halus, maka laju enfeltrase akan semaken berkurang, akebatnya aleran aer depermukaan akan semaken bertambah banyak. Aleran aer de permukaan mempunyae peranan yang penteng. Lebeh banyak aer yang mengaler de permukaan tanah maka lebeh banyak tanah yang terkekes dan terangkut banjer yang delanjutkan terus ke sungae untuk akhernya deendapkan. Lebeh lanjut tetesan aer hujan ene dapat menembulkan pembentukan lapesan tanah keras pada lapesan permukaan. Akebatnya dapat menyetop sama sekale laju enfeltrase sehengga aleran permukaan semaken berlempah.

Dare uraean ene jelas bahwa pengaruh erose ene dapat menembulkan kemerosotan kesuburan fesek dare tanah.

II.3.2.BPengaruhBSedimentasi

Erose tedak hanya berpengaruh negateve pada lahan demana terjade erose, tetape juga de daerah helernya demana matereal sedemen deendapkan. Banyak bangunan-bangunan sepel de daerah heler akan terganggu, saluran-saluran, jalur navegase aer akan mengalame pengendapan sedemen. Desampeng etu kandungan sedemen yang tengge pada aer sungae juga akan merugekan pada penyedeaan aer berseh. Salah satu keuntungan yang dapat deperoleh dare pengendapan sedemen


(89)

barangkale adalah penyuburan tanah jeka sumber sedemen berasal dare tanah yang subur.

II.4.BMorfologiBSungai

Morfologe sungae adalah elmu yang mempelajare sefat, jenes dan perelaku sungae dengan semua aspek perubahannya dalam demense ruang dan waktu. Gejala morfologe yang mempengaruhe sungae adalah :

1. Keadaan daerah aleran sungae, yang melepute unsure topografe, vegetase, geologe tanah dan penggunaan tanah yang berpengaruh terhadap koefeseen rembesan pengaleran, sefat curah hujan serta keadaan hedrologe.

2. Hedrologe de palung sungae.

3. Matereal dasar saluran, tebeng serta berubahnya alur aleran. 4. Aktevetas manusea deantaranya:

 Debangunnya prasarana aer

 Pengambelan matereal dasar sungae, tebeng sungae dan bantaran sungae.

 Pembuangan matereal dan sampah ke sungae.

II.5.BGeometriBdanBGeoteknikBSungai

Bentuk sungae dapat debedakan berdasarkan :

1. Topografe sungae melepute bagean hulu dan heler sungae dan sungae transese. Parameter yang menentukan adalah kemerengan dasar saluran, yang depengaruhe oleh jenes buteran matereal dasar dan kekasaran dasar sungae. 2. Lapesan dasar sungae yang melepute :


(90)

b. Sungae dengan dasar yang tedak mudah tergerus.

c. Sungae dengan dasar yang mudah tergerus tetape terlendung oleh matereal sungae laen yang mudah bergerak.

d. Sungae dengan lapesan dasar mudah tergerus dan de atasnya terdere dare perpaduan antara matereal etu sendere dengan muatan dasar lepas. e. Sungae dengan dasar saleran terdere dare lapesan alluveal tergerus dengan kedalaman cukup besar.

3. Jenes sungae dengan dasar batuan gelendeng, berpaser, berlempung dan laen-laennya.

4. Kemerengan dasar saluran yang melepute sungae dengan kemerengan curam, landae dan bertangga.

5. Bentuk melentang sungae. 6. Pembentukan dasar sungae.

7. Jenes angkutan sedemen dan angkutan materealnya. 8. Pola aleran sungae yang melepute :

a. Dendretek

Pola ene terjade pada daerah berbatuan sejenes dengan penyebaran yang luas. Mesalnya suatu daerah yang detutupe oleh endapan sedemen yang melepute daerah yang luas dan umumnya endapan etu terletak pada suatu bedang horezontal.

b. Radeal

Beasanya pola radeal dejumpae pada lereng gunung ape daerah topografe berbentuk kubah.


(91)

c. Rectangular

Terdapat de daerah yang batuannya mengalame retakan-retakan. Mesalnya batuan jenes lemestone.

9. Tenjauan daerah aleran sungae yang melepute : a. Sungae lurus

Terjade bukan karena alam tetape dekarenakan ole perbaekan aleran sungae oleh manusea dan desengaja debuat lurus.

b. Sungae berleku

Terjade secara alameah, sangat sereng detemue dan mempunyae cerre dengan arus yang berupa kurva yang dehubungkan dengan bagean alur sungae yang lurus.

c. Sungae berjalen

Terjade karena fenomena sungae, sungae ene terdere dare alur yang depesahkan oleh pulau ataupun tebeng kemudean bersatu kembale de bagean helernya.

Topografe sungae termasuk deantaranya adalah kemerengan dasar sungae, alur sungae, geometre permukaan, daya erose sungae, dan kesemuanya berpengaruh terhadap laju debet sungae dan angkutan sedemen. Hal ene dapat merubah bentuk alur sungae dan kemerengan dasar sungae. Geometre permukaan mempengaruhe alur sungae, kedalaman sungae dan angkutan sedemen sungae.


(92)

BAB I PENDAHULUAN

I.1 Latar Belakang

Sungai adalah saluran di permukaan bumi yang terbentuk secara alamiah, yang menampung dan menyalurkan air hujan dari daerah tinggi ke daerah yang lebih rendah dan akhirnya bermuara di danau atau di laut. Aliran sungai merupakan sumber air yang paling dominan untuk memenuhi kebutuhan hidup manusia sehingga sungai tersebut sepatutnya diusahakan kelestariaannya, yaitu salah satunya dengan mengusahakan agar kapasitas penampang sungai tetap stabil dari endapan sedimen. Di dalam aliran terangkut material sedimen yang berasal dari proses erosi, yang terbawa oleh aliran air dan menyebabkan terjadinya pendangkalan.

Proses sedimentasi pada suatu sungai meliputi proses erosi, transportasi, pengendapan dan pemadatan dari sedimentasi itu sendiri. Proses sedimentasi tersebut bisa menyumbat aliran sungai serta dapat mengakibatkan meluapnya aliran sungai.

Proses sedimentasi pada daerah sungai merupakan kejadian yang simultan, yang dapat mengakibatkan pendangkalan pada dasar sungai dan perubahan elevasi sehingga akan mempengaruhi morfologi sungai. Perubahan morfologi sungai tersebut sedikit banyak mempengaruhi ketersediaan air di lingkungan sekitar. Oleh karena itu perlunya suatu usaha mengkaji sedimentasi yang dihasilkan oleh aliran sungai pada periode tertentu.


(93)

Metode untuk menentukan berapa besarnya angkutan sedimen telah banyak, metode-metode ini berdasarkan uji laboratorium dan analisa data lapangan sehingga rumus-rumus ini bersifat lokal sehingga metode ini tidak dapat dipakai pada setiap sungai. Oleh karena itu perlu dilakukan kajian beberapa metode untuk mengetahui metode mana saja yang paling sesuai untuk sungai Percut.

I.2 Perumusan Masalah

Dalam penelitian ini yang menjadi permasalahan adalah besaran sedimentasi di Sungai Percut yang berpengaruh terhadap pendangkalan sungai tersebut.

I.3 Pembatasan Masalah

Untuk mencapai hasil optimal dalam analisis dengan penerapan beberapa persamaan transpor sedimen pada sungai Percut sehubungan dengan masalah sedimentasi, perlu ditetapkan batasan dan asumsi. Batasan dan asumsi yang digunakan dalam studi ini adalah:

1. Kajian berbasis data pengukuran yang ada, terbatas pada titik/ruas terpilih ataupun lokasi yang ditinjau.

2. Perhitungan angkutan sedimen didasarkan pada data debit harian yang terjadi.

3. Kajian dilakukan dengan mencermati hal-hal dominan yang telah terjadi dalam kurun waktu pelaksanaan pengukuran.


(94)

I.4 Tujuan

Berdasarkan rumusan masalah yang ada, maka tujuan dari penelitian ini adalah untuk menentukan atau mencari persamaan yang dapat dipakai untuk menganalisis total sedimentasi di Sungai Percut yang dapat berguna dalam upaya pengelolaan sedimen di sungai.

1.5 Manfaat Penelitian

Manfaat yang dapat diharapkan dari penelitian ini adalah sebagai berikut : 1. Memberikan pengetahuan mengenai prosedur dan analisis penanganan

masalah sedimentasi di Sungai Percut.

2. Sebagai bahan pertimbangan bagi pihak yang berkepentingan dalam hal penanganan sedimen di Sungai Percut, yang diharapkan dapat membantu dalam menentukan pola pengelolaan secara berkelanjutan, serta dapat juga bermanfaat dalam pengembangan penelitian dalam bidang angkutan sedimen di sungai.

3. Sebagai studi mahasiswa tentang mata kuliah yang berkaitan dengan angkutan sedimen yang didapat di kampus dengan aplikasi di lapangan.


(95)

ABSTRAK

Sungai adalah saluran di permukaan bumi yang terbentuk secara alamiah, yang menampung dan menyalurkan air hujan dari daerah tinggi ke daerah yang lebih rendah dan akhirnya bermuara di danau atau di laut. Di dalam aliran terangkut material sedimen yang berasal dari proses erosi, yang terbawa oleh aliran air dan menyebabkan terjadinya pendangkalan. Proses sedimentasi pada daerah sungai merupakan kejadian yang simultan, yang dapat mengakibatkan pendangkalan pada dasar sungai dan perubahan elevasi sehingga akan mempengaruhi morfologi sungai. Oleh karena itu perlunya suatu usaha mengkaji sedimentasi yang dihasilkan oleh aliran sungai pada periode tertentu. Oleh karena itu perlu dilakukan kajian beberapa metode untuk mengetahui metode mana saja yang paling sesuai untuk sungai Percut.

Daerah Aliran Sungai Percut terletak pada 03o 40’ 18” LU dan 98o 42’ 00”

BT, dengan sungai utama yang melaluinya adalah sungai Percut. Sungai Percut ini mengalir dari daerah hulu yang terletak di sebagian kecil kecamatan STM Hulu dan kecamatan Sibolangit, hingga bermuara pada daerah hilir di kecamatan Percut Sei Tuan dan kemudian terus mengalir sampai ke Selat Malaka (Pantai Timur Sumatera Utara). Daerah pengaliran (catchment area) Sungai Percut berbentuk bulu burung yang meliputi beberapa bagian dari kecamatan Percut Sei Tuan, Batang Kuis, Pantai Labu, Sibolangit, Tanjung Morawa, Patumbak, Biru-Biru, STM Hulu dan STM Hilir.

Dalam menghitung besarnya muatan sedimen yang terdapat di sungai percut dibagi dalam tiga bagian yaitu muatan sedimen dasar, muatan sedimen melayang dan muatan sedimen total. Untuk muatan sedimen dasar menggunakan metode DuBoys, metode Shields, metode Schoklitsch, metode Meyer-Peter, metode Meyer-Peter dan Muller dan metode rottner. Untuk muatan sedimen melayang menggunakan metode Lane and Kalinske, metode Einstein dan metode Chang, Simons and Richardson. Untuk muatan sedimen total menggunakan metode Yang’s, metode Engelund dan Hansen dan metode Shen dan Hung.

Dari hasil perhitungan yang dilakukan, didapat hasil muatan sedimen dengan Angkutan sedimen Dasar, Metode DuBoys = 56235,96 ton/tahun, Metode Shields = 106748,64 ton/tahun, Metode Schoklitsch = 98828,64 ton/tahun, Meyer-Peter = 16174,08 ton/tahun, Meyer-Meyer-Peter dan Muller = 5163,12, Metode Rottner = 9542,52 ton/tahun. Angkutan sedimen Melayang, Metode Lane and Kalinske = 44789,76 ton/tahun, Metode Einstein = 46,44 ton/tahun, Metode Chang, Simons and Richardson = 3981,24 ton/tahun. Angkutan sedimen total, Metode Yang’s = 1383896,52 ton/tahun, Metode Engelund and Hansen = 291803,76 ton/tahun, Metode Shen And Hung = 5,652 ton/tahun.


(96)

ANALISIS ANGKUTAN SEDIMEN

TOTAL SUNGAI PERCUT KABUPATEN DELI SERDANG

TUGAS AKHIR

Diajukan untuk Melengkapi Tugas-Tugas

Dan Memenuhi Syarat untuk Menempuh Ujian Sarjana Teknik Sipil Universitas Sumatera Utara

IKHWAN INDRAWAN

11 0404 078

BIDANG STUDI TEKNIK SUMBER DAYA AIR

DEPARTEMEN TEKNIK SIPIL

FAKULTAS TEKNIK

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

MEDAN


(97)

LEMBAR PENGESAHAN

ANALISIS ANGKUTAN SEDIMEN TOTAL SUNGAI PERCUT

KABUPATEN DELI SERDANG

TUGAS AKHIR

Diajukan untuk Melengkapi Tugas-Tugas

Dan Memenuhi Syarat untuk Menempuh Ujian Sarjana Teknik Sipil Universitas Sumatera Utara

Disusun Oleh : IKHWAN INDRAWAN

11 0404 078 Disetujui Oleh:

Pembimbing

Dr. Ir. Ahmad Perwira Mulia, M.Sc. NIP. 19660417 199303 1 004 Penguji I

Ir. Alferido Malik. NIP. 19530504 198103 1 003

Penguji II

Ivan Indrawan, ST, MT. NIP. 19761205 200604 1 001 Diketahui Oleh:

Ketua Departemen Teknik Sipil

Prof. Dr. Ing. Johannes Tarigan NIP. 19561224 198103 1 002

BIDANG STUDI TEKNIK SUMBER DAYA AIR DEPARTEMEN TEKNIK SIPIL

FAKULTAS TEKNIK

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA MEDAN


(1)

DAFTAR GAMBAR

Gambar Halaman

Gambar 2.1. Gaya yang bekerja pada butiran di dasar sungai ... 12

Gambar 2.2. Diagram Shields ... 14

Gambar 3.1. Diagram Alir Penelitian... 29

Gambar 3.2. Grafik tegangan kritis... 33

Gambar 3.3 Langkah Penyelesaian Metode DuBoys ... 34

Gambar 3.4. Langkah Penyelesaian Metode Shields... 36

Gambar 3.5. Langkah Penyelesaian Metode Schoklitsch... 37

Gambar 3.6 Langkah Penyelesaian Metode Meyer-Peter... 38

Gambar 3.7. Langkah Penyelesaian Metode Meyer-Peter dan Muller... 40

Gambar 3.8. Langkah Penyelesaian Metode Rottner... 41

Gambar 3.9 Grafik hubungan PL dan ω/ U*... 42

Gambar 3.10. Langkah Penyelesaian Metode Lane and Kalinske... 43

Gambar 3.11. Grafik faktor koreksi... 44

Gambar 3.12 Grafik I1... 45

Gambar 3.13. Grafik I2... 45

Gambar 3.14. Langkah Penyelesaian Metode Einstein... 46

Gambar 3.15 Grafik I1... 47

Gambar 3.16. Grafik I2... 48

Gambar 3.17. Langkah Penyelesaian Metode Chang, Simons and Richardson.. 49

Gambar 3.18 Langkah Penyelesaian Metode Yang’s... 51


(2)

Gambar 3.22 Lokasi DAS percut medan... 57 Gambar 4.1. tabel Hubungan antara oF, v, dan γ... 68

Gambar 4.2. grafik hubungan kecepatan jatuh, diameter dan temperature... 69


(3)

DAFTAR TABEL

Tabel Halaman

Tabel 2.1. Klasifikasi ukuran partikel sedimen... 11

Tabel 3.1. Data Kondisi DAS Percut... 58

Tabel 3.2. Data Penggunaan Lahan Pada DAS Percut... 59

Tabel 4.1. Data Kemiringan Rata-Rata Sungai Percut... 60

Tabel 4.2. Debit AWLR Sungai Percut... 66

Tabel 4.3. Rekapitulasi Angkutan Sedimen Dasar (Bed Load Transport)... 84

Tabel 4.4. Rekapitulasi Angkutan Sedimen Melayang (Suspended Load)... 84


(4)

DAFTAR NOTASI

Notasi

�� = Kecepatan jatuh

��s = Berat jenis setimen

�� = Berat jenis ar

g = nravitasi

d = Diameter setimen

�� = Kinematic viscositas

� � = Psi

��0 = Tegangan geser

d50 = Diameter setimen 50% tari material tasar

Vcr = Kecepatan kritis

V = Kecepatan aliran

S = Kemiringan sungai

U* = Kecepatan geser

Ct = Konsentrasi setimen total Re = Bilangan Reynolt

��H = Beta tinggi

1


(5)

��X = Jarak memanjang

A = Luas penampang sungai P = Keliling basah

R = Jari-jari hitrolis Q = Debit air

D = Ketalaman sungai W = Lebar sungai


(6)

DAFTAR LAMPIRAN

 Foto Dokumentasi

 Data Primer dan Uji Laboratorium

 Data Curah Hujan Bulanan 2001-2010

 Peta Daerah Aliran Sungai Bah Bolon

 Data Tata Guna Lahan

 Peta DEM

 Peta lokasi penelitian

1