Evaluasi Pertumbuhan dan Produksi Beberapa Varietas Padi Gogo (Oryza sativa L.) Pada Beberapa Jarak Tanam yang Berbeda

EVALUASI PERTUMBUHAN DAN PRODUKSI BEBERAPA VARIETAS PADI GOGO (Oryza sativa L.) PADA BEBERAPA JARAK TANAM YANG BERBEDA SKRIPSI OLEH : FRISTY R. H. SITOHANG 080307024 PEMULIAAN TANAMAN
PROGRAM STUDI AGROEKOTEKNOLOGI FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA MEDAN 2013
Universitas Sumatera Utara

EVALUASI PERTUMBUHAN DAN PRODUKSI BEBERAPA VARIETAS PADI GOGO (Oryza sativa L.) PADA BEBERAPA JARAK TANAM YANG BERBEDA
SKRIPSI
OLEH : FRISTY R. H. SITOHANG
080307024 PEMULIAAN TANAMAN Skripsi Sebagai Salah Satu Syarat Untuk Mendapatkan Gelar Sarjana di Fakultas Pertanian Universitas Sumatera Utara, Medan
PROGRAM STUDI AGROEKOTEKNOLOGI FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA MEDAN 2013
Universitas Sumatera Utara

Judul Proposal
Nama NIM Program Studi Minat

: Evaluasi Pertumbuhan dan Produksi Beberapa Varietas Padi Gogo (Oryza sativa L.) Pada Beberapa Jarak Tanam yang Berbeda
: Fristy R. H. Sitohang : 080307024 : Agroekoteknologi : Pemuliaan Tanaman

Disetujui Oleh : Komisi Pembimbing


(Luthfi Aziz Mahmud Siregar,SP. MSc. PhD) NIP. 1973 0712 2005 21002 Ketua Komisi Pembimbing

(Dr. Ir. Lollie Agustina P. Putri,MSi) NIP. 1967 0821 1993 012001 Anggota Komisi Pembimbing

Mengetahui,
(Ir. T. Sabrina, M.Agr. Sc, Ph.D) Ketua Program Studi Agroekoteknologi

Universitas Sumatera Utara

ABSTRAK
FRISTY R. H. SITOHANG : Evaluasi Pertumbuhan dan Produksi Beberapa Varietas Padi Gogo (Oryza sativa L.) pada Beberapa Jarak Tanam yang Berbeda, dibimbing oleh LUTHFI AZIZ MAHMUD SIREGAR dan LOLLIE AGUSTINA P. PUTRI.
Kebutuhan beras yang meningkat sebagai salah satu sumber pangan utama penduduk Indonesia dan terjadinya penciutan lahan sawah irigasi subur akibat konversi lahan untuk kepentingan non pertanian sehingga salah satu upaya yang dapat dilakukan yakni penggunaan varietas-varietas unggul padi gogo dengan menggunakan jarak tanam yang tepat Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui jarak tanam yang paling sesuai serta varietas yang tepat untuk meningkatkan pertumbuhan dan produksi padi gogo. Penelitian ini dilakukan di lahan masyarakat pasar 1 Tanjung Sari, Kecamatan Medan Selayang Kotamadya Medan dengan ketinggian tempat ± 25 m di atas permukaan laut pada bulan Juni sampai dengan Oktober 2012. Penelitian ini menggunakan Rancangan Acak Kelompok (RAK) dengan perlakuan varietas yang terdiri dari lima varietas yakni,varietas Situ Bagendit, Situ Patenggang, Towuti, Batutegi dan Cirata, perlakuan diulang sebanyak tiga kali. Data yang diperoleh dianalisis dengan menggunakan sidik ragam dan dilanjutkan dengan Uji Jarak Berganda Duncan (DMRT).
Hasil analisis data menunjukkan bahwa varietas berbeda nyata pada peubah amatan tinggi tanaman, jumlah anakan, jumlah malai, bobot kering akar, jumlah gabah produktif, bobot 1000 butir,dan bobot per sampel. Jarak tanam berbeda nyata pada peubah amatan bobot gabah per plot. Interaksi antara jarak tanam dan varietas tidak berbeda nyata pada bobot kering tajuk dan jumlah gabah hampa. Kata kunci : varietas, jarak tanam, padi gogo.
Universitas Sumatera Utara

ABSTRACT
FRISTY R. H. Sitohang: Evaluation of Growth and Production of Some Varieties of Upland Rice (Oryza sativa L.) in Several Different Planting distance, guided by LUTHFI AZIZ MAHMUD SIREGAR and LOLLIE AGUSTINA P. PUTRI.
The increasing demand for rice as one of the main food sources of the Indonesian population and the shrinking fertile irrigated land due to conversion of non-agricultural land for making an effort to do that is the use of high yielding varieties of upland rice using proper spacing study aims to determine the most appropriate spacing and varieties that will enhance the growth and production of upland rice. The research was done in a market society one Tanjung Sari, District Medan Medan Selayang with ± 25 m altitude above sea level in June to October 2012. This research used Randomized Block Design (RBD) with treatment varieties consisting of five varieties namely, varieties Situ Bagendit, Situ Patenggang, Towuti, Batutegi and Cirata, the treatment was repeated three times. The data obtained were analyzed using analysis of variance, followed by Duncan Multiple Test Distance (DMRT).
The results of data analysis showed that the variables were significantly different varieties observations of plant height, number of tillers, panicle number, root dry weight, number of productive grain, 1000 grain weight and weight per sample. Spacing significantly different observations on variable grain weight per plot. Interactions between plant spacing and varieties were not significantly different in dry weight and number of grain hollow crown. Keywords: varieties, spacing, upland rice.
Universitas Sumatera Utara


RIWAYAT HIDUP Fristy R. H. Sitohang lahir di Medan pada tanggal 16 Nopember 1990 dari Ayah B. Sitohang dan Ibu L. Hutabarat, yang merupakan anak pertama dari empat bersaudara. Penulis lulus SD pada tahun 2002 di SD Swasta Methodist-2 Medan, lulus SMP swasta Methodist-2 Medan pada tahun 2005, lulus SMA swasta Methodist-2 Medan pada tahun 2008 dan pada tahun 2008 penulis lulus seleksi masuk Universitas Sumatera Utara melalui jalur UMB-SPMB dengan Program Studi Pemuliaan Tanaman, Departemen Budidaya Pertanian, Fakultas Pertanian, Universitas Sumatera Utara, Medan. Selain aktif di bidang akademis penulis juga aktif sebagai anggota Himpunan Mahasiswa Budidaya Pertanian (HIMADITA) tahun 2008-2012. Pada tahun 2011 penulis melaksanakan PKL (Praktek Kerja Lapangan) di PTPN II Kebun Tanjung Garbus-Pagar Merbau, Lubuk Pakam.
Universitas Sumatera Utara

KATA PENGANTAR
Puji dan syukur penulis panjatkan ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa karena atas berkat dan rahmat-Nya penulis dapat menyelesaikan skripsi ini dengan baik.
Judul skripsi adalah “Evaluasi Pertumbuhan dan Produksi Beberapa Varietas Padi Gogo (Oryza sativa L.) Pada Beberapa Jarak Tanam yang Berbeda” yang merupakan salah satu syarat untuk memperoleh gelar sarjana di Fakultas Pertanian Universitas Sumatera Utara, Medan.
Penulis mengucapkan terimakasih kepada Komisi Pembimbing, yaitu Bapak Luthfi Aziz Mahmud Siregar,SP. MSc. PhD selaku Ketua dan Ibu Dr. Ir. Lollie Agustina P. Putri,MSi selaku Anggota yang telah banyak memberi saran dan arahan sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini dengan baik.
Terimakasih yang setulusnya untuk kedua orangtua penulis, Ayahanda B. Sitohang dan Ibunda L. Hutabarat, kepada adik-adik, serta teman-teman, yang telah banyak mendukung penulis dalam menyelesaikan skripsi ini.
Penulis menyadari bahwa skripsi ini masih jauh dari sempurna. Oleh karena itu, penulis mengharapkan kritik dan saran yang membangun demi kesempurnaan skripsi ini. Akhir kata, penulis berharap semoga skripsi ini bermanfaat bagi pihak yang membutuhkan.
Medan, Mei 2013
Penulis
Universitas Sumatera Utara

DAFTAR ISI
ABSTRAK ........................................................................................................... i
ABSTRACT .......................................................................................................... ii
RIWAYAT HIDUP ............................................................................................. iii
KATA PENGANTAR......................................................................................... iv
DAFTAR ISI........................................................................................................ v

DAFTAR TABEL ............................................................................................... vii
DAFTAR LAMPIRAN ....................................................................................... viii
PENDAHULUAN ............................................................................................... 1 Latar Belakang ............................................................................................... 1 Tujuan Penelitian ........................................................................................... 3 Hipotesis Penelitian ....................................................................................... 3 Kegunaan Penelitian ...................................................................................... 4
TINJAUAN PUSTAKA...................................................................................... 5 Botani Tanaman ............................................................................................. 7 Syarat Tumbuh............................................................................................... 7 Iklim .......................................................................................................... 7 Tanah......................................................................................................... 8 Varietas Padi Gogo ........................................................................................ 9 Jarak Tanam ................................................................................................... 13 Heritabilitas.................................................................................................... 16
BAHAN DAN METODE.................................................................................... 18 Tempat dan Waktu Penelitian........................................................................ 18 Bahan dan Alat............................................................................................... 18 Metode Penelitian .......................................................................................... 18 Heritabilitas.................................................................................................... 20
PELAKSANAAN PENELITIAN ...................................................................... 21 Penyiapan Lahan............................................................................................ 21 Pemupukan..................................................................................................... 21 Penyiapan Benih ............................................................................................ 21 Penanaman Benih .......................................................................................... 21 Pemeliharaan Tanaman.................................................................................. 22 Penyiraman................................................................................................ 22 Penyisipan ................................................................................................. 22 Penyiangan ................................................................................................ 22
Universitas Sumatera Utara

Pengendalian Hama dan Penyakit............................................................. 22 Panen.............................................................................................................. 22 Pengamatan Parameter................................................................................... 23 Pertumbuhan Padi Gogo ................................................................................ 23
Tinggi Tanaman (cm)................................................................................ 23 Jumlah Anakan (anakan).......................................................................... 23 Produksi Tanaman Padi................................................................................. 23 Bobot Kering Daun (g).............................................................................. 23 Bobot Kering Akar (g) .............................................................................. 23 Jumlah Malai (malai) ................................................................................ 23 Jumlah Gabah Hampa per Malai (gabah).................................................. 24 Jumlah Gabah Produktif per Malai (butir) ................................................ 24 Bobot 1000 Butir (g) ................................................................................. 24 Bobot Gabah per Tanaman (g).................................................................. 24 Bobot Gabah per Plot (g) .......................................................................... 24 Pengujian Heritabilitas .............................................................................. 24 HASIL DAN PEMBAHASAN ........................................................................... 25 Hasil .......................................................................................................... 25 Pembahasan............................................................................................... 34 KESIMPULAN DAN SARAN Kesimpulan .................................................................................................... 39 Saran .............................................................................................................. 39 DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN
Universitas Sumatera Utara

DAFTAR TABEL Hal.
1. Rataan tinggi tanaman pada saat 2, 4, 6, 8, dan 10 MST............................... 25 2. Rataan jumlah anakan pada saat 4, 6, 8, dan 10 MST ................................... 26 3. Rataan bobot kering tajuk (g) ........................................................................ 27 4. Rataan bobot kering akar (g).......................................................................... 28 5. Rataan jumlah malai (malai).......................................................................... 29 6. Rataan jumlah gabah hampa (gabah)............................................................. 29 7. Rataan jumlah gabah produktif (butir)........................................................... 30 8. Rataan bobot gabah per sampel (g)................................................................ 31 9. Rataan bobot 1000 butir (g) ........................................................................... 32 10. Rataan produksi per plot (g) .......................................................................... 33 11. Nilai duga heritabilitas (h2) masing-masing peubah amatan ......................... 34
Universitas Sumatera Utara

DAFTAR LAMPIRAN
Hal.
1. Bagan penelitian............................................................................................. 43 2. Deskripsi varietas padi Situ Bagendit ............................................................ 44 3 Deskripsi varietas padi Situ Patenggang........................................................ 45 4. Deskripsi varietas padi Towuti ...................................................................... 46 5. Deskripsi varietas padi Cirata ........................................................................ 47 6. Deskripsi varietas padi BatuTegi ................................................................... 48 7. Jadwal Pelaksanaan Penelitian....................................................................... 49 8 Hasil analisis tanah ........................................................................................ 50 9. Data curah hujan dan suhu............................................................................. 51 10. Gabah 1000 butir per perlakuan..................................................................... 52 11. Foto supervisi dengan dosen.......................................................................... 53 12. Tabel pengamatan tinggi tanaman (cm) 2 MST ........................................... 54 13. Tabel transformasi pengamatan tinggi tanaman (cm) 2 MST ....................... 54 14. Sidik ragam tinggi tanaman (cm) 2 MST ...................................................... 55 15. Tabel pengamatan tinggi tanaman (cm) 4 MST ............................................ 55 16. Tabel transformasi pengamatan tinggi tanaman (cm) 4 MST ....................... 56 17. Sidik ragam tinggi tanaman (cm) 4 MST ...................................................... 56 18. Tabel pengamatan tinggi tanaman (cm) 6 MST ............................................ 57 19. Tabel transformasi pengamatan tinggi tanaman (cm) 6 MST ....................... 57 20. Sidik ragam tinggi tanaman (cm) 6 MST ...................................................... 58 21. Tabel pengamatan tinggi tanaman (cm) 8 MST ............................................ 58 22. Tabel transformasi pengamatan tinggi tanaman (cm) 8 MST ....................... 59 23. Sidik ragam tinggi tanaman (cm) 8 MST ...................................................... 59 24. Tabel pengamatan tinggi tanaman (cm) 10 MST .......................................... 60 25. Tabel transformasi pengamatan tinggi tanaman (cm) 10 MST ..................... 60 26. Sidik ragam tinggi tanaman (cm) 10 MST .................................................... 61 27. Tabel pengamatan jumlah anakan (anakan) 4 MST ...................................... 61 28. Tabel transformasi pengamatan jumlah anakan (anakan) 4 MST ................. 62 29. Sidik ragam jumlah anakan (anakan) 4 MST ................................................ 62 30. Tabel pengamatan jumlah anakan (anakan) 6 MST ...................................... 63 31. Tabel transformasi pengamatan jumlah anakan (anakan) 6 MST ................. 63 32. Sidik ragam jumlah anakan (anakan) 6 MST ................................................ 64 33. Tabel pengamatan jumlah anakan (anakan) 8 MST ...................................... 64 34. Tabel transformasi pengamatan jumlah anakan (anakan) 8 MST ................. 65 35. Sidik ragam jumlah anakan (anakan) 8 MST ................................................ 65 36. Tabel pengamatan jumlah anakan (anakan) 10 MST .................................... 66 37. Tabel transformasi pengamatan jumlah anakan (anakan) 10 MST ............... 66 38. Sidik ragam jumlah anakan (anakan) 10 MST .............................................. 67 39. Tabel pengamatan bobot kering tajuk (g) ...................................................... 67 40. Tabel transformasi pengamatan bobot kering tajuk (g) ................................. 68 41. Sidik ragam pengamatan bobot kering tajuk (g)............................................ 68 42. Tabel pengamatan bobot kering akar (g) ....................................................... 69 43. Tabel transformasi pengamatan bobot kering akar (g) .................................. 69 44. Sidik ragam bobot kering akar (g) ................................................................. 70
Universitas Sumatera Utara


45. Tabel pengamatan jumlah malai (malai)........................................................ 70 46. Tabel pengamatan jumlah malai (malai)........................................................ 71 47. Sidik ragam pengamatan jumlah malai (malai) ............................................. 71 48. Tabel pengamatan jumlah gabah hampa (gabah)........................................... 72 49. Tabel transformasi pengamatan jumlah gabah hampa (gabah)...................... 72 50. Sidik ragam pengamatan jumlah gabah hampa (gabah) ................................ 73 51. Tabel pengamatan jumlah gabah produktif (butir) ........................................ 73 52. Tabel transformasi pengamatan jumlah gabah produktif (gabah) ................. 74 53. Sidik ragam pengamatan jumlah gabah produktif (butir) .............................. 74 54. Tabel pengamatan bobot gabah per sampel (g) ............................................. 75 55. Tabel transformasi pengamatan bobot gabah per sampel (g) ........................ 75 56. Sidik ragam pengamatan bobot gabah per sampel (g) ................................... 76 57. Tabel pengamatan bobot 1000 butir (g)......................................................... 76 58. Sidik ragam pengamatan bobot 1000 butir (g) .............................................. 77 59. Tabel pengamatan produksi per plot (g) ........................................................ 77 60. Sidik ragam pengamatan produksi per plot (g).............................................. 78
Universitas Sumatera Utara

ABSTRAK
FRISTY R. H. SITOHANG : Evaluasi Pertumbuhan dan Produksi Beberapa Varietas Padi Gogo (Oryza sativa L.) pada Beberapa Jarak Tanam yang Berbeda, dibimbing oleh LUTHFI AZIZ MAHMUD SIREGAR dan LOLLIE AGUSTINA P. PUTRI.
Kebutuhan beras yang meningkat sebagai salah satu sumber pangan utama penduduk Indonesia dan terjadinya penciutan lahan sawah irigasi subur akibat konversi lahan untuk kepentingan non pertanian sehingga salah satu upaya yang dapat dilakukan yakni penggunaan varietas-varietas unggul padi gogo dengan menggunakan jarak tanam yang tepat Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui jarak tanam yang paling sesuai serta varietas yang tepat untuk meningkatkan pertumbuhan dan produksi padi gogo. Penelitian ini dilakukan di lahan masyarakat pasar 1 Tanjung Sari, Kecamatan Medan Selayang Kotamadya Medan dengan ketinggian tempat ± 25 m di atas permukaan laut pada bulan Juni sampai dengan Oktober 2012. Penelitian ini menggunakan Rancangan Acak Kelompok (RAK) dengan perlakuan varietas yang terdiri dari lima varietas yakni,varietas Situ Bagendit, Situ Patenggang, Towuti, Batutegi dan Cirata, perlakuan diulang sebanyak tiga kali. Data yang diperoleh dianalisis dengan menggunakan sidik ragam dan dilanjutkan dengan Uji Jarak Berganda Duncan (DMRT).
Hasil analisis data menunjukkan bahwa varietas berbeda nyata pada peubah amatan tinggi tanaman, jumlah anakan, jumlah malai, bobot kering akar, jumlah gabah produktif, bobot 1000 butir,dan bobot per sampel. Jarak tanam berbeda nyata pada peubah amatan bobot gabah per plot. Interaksi antara jarak tanam dan varietas tidak berbeda nyata pada bobot kering tajuk dan jumlah gabah hampa. Kata kunci : varietas, jarak tanam, padi gogo.
Universitas Sumatera Utara

ABSTRACT
FRISTY R. H. Sitohang: Evaluation of Growth and Production of Some Varieties of Upland Rice (Oryza sativa L.) in Several Different Planting distance, guided by LUTHFI AZIZ MAHMUD SIREGAR and LOLLIE AGUSTINA P. PUTRI.
The increasing demand for rice as one of the main food sources of the Indonesian population and the shrinking fertile irrigated land due to conversion of non-agricultural land for making an effort to do that is the use of high yielding varieties of upland rice using proper spacing study aims to determine the most appropriate spacing and varieties that will enhance the growth and production of upland rice. The research was done in a market society one Tanjung Sari, District Medan Medan Selayang with ± 25 m altitude above sea level in June to October 2012. This research used Randomized Block Design (RBD) with treatment varieties consisting of five varieties namely, varieties Situ Bagendit, Situ Patenggang, Towuti, Batutegi and Cirata, the treatment was repeated three times. The data obtained were analyzed using analysis of variance, followed by Duncan Multiple Test Distance (DMRT).
The results of data analysis showed that the variables were significantly different varieties observations of plant height, number of tillers, panicle number, root dry weight, number of productive grain, 1000 grain weight and weight per sample. Spacing significantly different observations on variable grain weight per plot. Interactions between plant spacing and varieties were not significantly different in dry weight and number of grain hollow crown. Keywords: varieties, spacing, upland rice.
Universitas Sumatera Utara

PENDAHULUAN
Latar Belakang Pangan merupakan kebutuhan manusia yang paling azasi, sehingga
ketersediaan pangan bagi masyarakat harus selalu terjamin. Beras sebagai pangan pokok sebagian besar masyarakat Indonesia dituntut tersedia dalam jumlah yang cukup, berkualitas, serta terjangkau. Kebutuhan beras nasional meningkat setiap tahunnya seiring dengan peningkatan jumlah penduduk. Kebutuhan beras nasional pada tahun 2007 mencapai 30,91 juta ton dengan asumsi konsumsi per kapita ratarata 139 kg per tahun (Yuwandha, 2008).
Padi merupakan komoditas tanaman pangan yang penting di Indonesia. Penduduk Indonesia menjadikan beras sebagai bahan makanan pokok. Sembilan puluh lima persen penduduk Indonesia mengkonsumsi bahan makanan ini. Beras mampu mencukupi 63% total kecukupan energi dan 37% protein (Norsalis, 2011).

Kebutuhan beras sebagai salah satu sumber pangan utama penduduk Indonesia terus meningkat, karena selain penduduk terus bertambah dengan peningkatan sekitar 2 % per tahun, juga adanya perubahan pola konsumsi penduduk dari non beras ke beras. Terjadinya penciutan lahan sawah irigasi subur akibat konversi lahan untuk kepentingan non pertanian, dan munculnya fenomena degradasi kesuburan menyebabkan peningkatan produktivitas padi sawah irigasi cenderung melandai sehingga tidak mampu mengimbangi laju peningkatan penduduk (Andriani, 2008).
Peningkatan produksi merupakan tantangan yang terus menghadang dalam rangka penyediaan pangan penduduk yang terus meningkat populasinya. Salah satu upaya yang ditempuh adalah penerapan intensifikasi terutama pada lahan –
Universitas Sumatera Utara

lahan produktif. Sedangkan untuk lahan kering, rendahnya produktivitas lahan sebagai akibat laju erosi tanah serta rendahnya pendapatan petaniyang merupakan kendala utama dalam pengembangan usahatani. Kedua masalah yang saling berkaitan tersebut perlu diatasi untuk mencapai usaha tani yang berkesinambungan (Widarto dan Susilo, 2004).
Padi gogo adalah salah satu jenis padi yang ditanam di daerah tegalan atau di tanah kering secara menetap oleh beberapa petani. Padi gogo tidaklah membutuhkan air yang banyak dalam penanamannya. Pada umumnya ditanam di daerah tanah kering sehingga banyak kita jumpai di daerah yang berbukit-bukit (Priyastomo,dkk., 2006).
Kendala yang dihadapi pada padi gogo adalah produktivitas masih sangat rendah, yaitu baru mencapai 2.5 t/ha, jauh di bawah hasil padi sawah yang mencapai rata-rata > 4,5 t/ha. Disamping produktivitas rendah, kualitas beras nya juga rendah, karena non aromatik dan tekstur nasinya pera. Kondisi tersebut mengakibatkan keuntungan petani rendah. Hal tersebut mengakibatkan budidaya padi gogo kurang berkembang, sehingga luas areal pertanaman padi gogo saat ini baru mencapai 1,146 juta ha atau 11,6 % total pertanaman padi di Indonesia (Suwarto dan Agung, 2011).
Salah satu upaya untuk meningkatkan produksi padi antara lain melalui pengaturan jarak tanam. Jarak tanam dipengaruhi oleh sifat varietas padi yang ditanam dan kesuburan tanah. Varietas padi yang memiliki sifat menganak tinggi membutuhkan jarak tanam lebih lebar jika dibandingkan dengan varietas yang memiliki daya menganaknya rendah (Muliasari dan Sugiyanta, 2009).
Universitas Sumatera Utara

Padi dengan jumlah anakan yang banyak memerlukan jarak tanam yang lebih lebar. Pada tanah yang subur sebaiknya diberikan jarak tanam yang lebih lebar. Jarak tanam didaerah pegunungan lebih rapat karena pertumbuhannya sedikit lambat. Jarak tanam dilahan mempengaruhi tinggi rendahnya produktivitas padi. Penentuan jarak tanam sendiri dipengaruhi oleh tiga faktor yaitu, sifat varietas, kesuburan tanah, dan ketinggian tempat. Bila varietasnya memiliki sifat merumpun tinggi maka jarak tanamnya harus lebih lebar dari tanaman yang memilii jumlah merumpun yang rendah. Kerapatan tanaman, sangat erat hubungannya dengan jumlah malai persatuan luas dan jumlah gabah permalai. Jumlah malai persatuan luas dan jumlah gabah per malai terdapat suatu korelasi yang negatif, artinya bertambahnya jumlah malai per satuan luas (jarak tanam rapat) diikuti dengan turunnya gabah per malai (Tobing dan Tampubolon, 1983).
Berdasarkan uraian di atas maka penulis tertarik untuk melakukan penelitian mengenai pertumbuhan dan produksi beberapa varietas padi gogo terhadap jarak tanam yang berbeda. Hasil penelitian ini diharapkan dapat diterapkan oleh petani dalam menghasilkan tanaman padi dengan jumlah gabah permalai yang lebih tinggi. Tujuan Penelitian
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui jarak tanam yang paling sesuai serta varietas yang tepat untuk meningkatkan pertumbuhan dan produksi padi gogo. Hipotesa Penelitian
Ada pengaruh varietas, jarak tanam, serta interaksi antara keduanya terhadap pertumbuhan dan produksi padi gogo.
Universitas Sumatera Utara

Kegunaan Penelitian - Sebagai salah satu syarat untuk dapat mendapatkan gelar sarjana di Fakultas Pertanian Universitas Sumatera Utara, Medan - Sebagai bahan informasi bagi pihak yang membutuhkan.
Universitas Sumatera Utara

TINJAUAN PUSTAKA Botani Tanaman

Klasifikasi tanaman padi adalah sebagai berikut kingdom Plantae, division Spermatophyta, subdivisio Angiospermae, class Monocotyledoneae, family Gramineae, genus Oryza, spesies Oryza sativa L (Perdana, 2007).
Akar-akar serabut pertama muncul pada hari ke lima atau ke enam setelah padi berkecambah. Akar serabut juga mulai berkembang dengan sangat lebat ketika batang bertunas (hari ke-15). Tumbuhnya akar-akar serabut tersebut membuat akar tunggang yang tumbuh di bawah pada awal perkecambahan tidak tampak. Selain akar serabut, tanaman padi juga memiliki akar yang berwujud mirip rambut yang lebih halus. Keduanya mempunyai fungsi yang sama yaitu sebagai organ untuk mengambil nutrisi dalam tanah (Ahira, 2010).
Batang padi tersusun dari rangkaian ruas-ruas dan antara ruas yang satu dengan yang lainnya dipisah oleh sesuatu buku. Ruas batang padi di dalamnya berongga dan bentuknya bulat. Dari atas ke bawah, ruas batang itu makin pendek. Ruas-ruas yang terpendek terdapat di bagian bawah dari batang dan ruas-ruas ini praktis tidak dapat dibedakan sebagai ruas-ruas yang berdiri sendiri. Tinggi tanaman diukur dari permukaan tanah sampai ujung daun tertinggi bila malai belum keluar, dan sesudah malai keluar tingginya diukur dari permukaan tanah sampai ujung malai tertinggi. Tinggi tanaman adalah suatu sifat baku (keturunan). Adanya perbedaan tinggi dari suatu varietas disebabkan oleh suatu pengaruh keadaan lingkungan. Bila syarat-syarat tumbuh baik, maka tinggi tanaman padi sawah biasanya 80-120 cm. Pada tiap-tiap buku, duduk sehelai daun. Di dalam ketiak daun terdapat kuncup yang tumbuh menjadi batang. Pada buku-buku yang
Universitas Sumatera Utara

terletak paling bawah mata-mata ketiak yang terdapat antara ruas batang-batang dan upih daun, tumbuh menjadi batang-batang sekunder yang serupa dengan batang primer. Batang-batang sekunder ini pada gilirannya nanti menghasilkan batang-batang tersier dan seterusnya. Peristiwa ini disebut pertunasan atau menganak (Norsalis, 2011).
Pada buku bagian bawah tumbuh daun pelepah yang membalut ruas sampai buku bagian atas. Tepat pada buku bagian atas, ujung dari daun pelepah memperlihatkan percabangan di mana cabang yang terpendek disebut lidah daun, dan bagian yang terpanjang dan terbesar menjadi daun kelopak. Daun kelopak yang terpanjang membalut ruas yang paling atas dari batang, umumnya disebut daun bendera. Tepat dimana daun mahkota dan daun bendera berada, timbul ruas yang menjadi bulir padi (Siregar, 1981).
Satu tangkai malai yang terdiri atas banyak spikelet, secara internal akan terjadi kompetisi dalam menarik fotosintat. Spikelet yang terletak pada ujung malai akan keluar terlebih dahulu dan tumbuh lebih vigour, sehingga cenderung mendominasi dalam menarik fotosintat. Sementara spikelet yang terletak pada pangkal malai akan keluar terakhir dan pertumbuhannya cenderung lemah, sehingga kalah berkompetisi dalam menarik fotosintat. Akibatnya pengisian biji tidak penuh dan spikelet tidak bernas (steril) yang pada akhirnya akan menghasilkan gabah hampa (Sumardi, dkk, 2007).
Bulir-bulir padi terletak pada cabang pertama dan cabang kedua, sedangkan sumbu utama malai adalah ruas buku yang terakhir pada batang. Panjang malai tergantung varietas padi yang ditanam dan cara bercocok tanam.
Universitas Sumatera Utara

Jumlah cabang pada setiap malai berkisar antara 15-20 buah, yang paling rendah 7 buah cabang, dan yang terbanyak mencapai 30 buah cabang (Rahayu,2009).
Biji padi setelah masak dapat terus tumbuh, akan tetapi kebanyakan baru beberapa waktu sesudah dituai (4-6 minggu). Jadi biji padi perlu istirahat terlebih dulu beberapa waktu untuk dapat tumbuh (Soemartono, dkk., 1979). Syarat Tumbuh Iklim
Padi gogo memerlukan air sepanjang pertumbuhannya dan kebutuhan air tersebut hanya mengandalkan curah hujan. Tanaman dapat tumbuh pada daerah mulai dari daratan rendah sampai daratan tinggi. Tumbuh di daerah tropis/subtropis pada 450 LU sampai 450 LS dengan cuaca panas dan kelembaban tinggi. Rata-rata curah hujan yang baik adalah 200 mm/bulan selama 3 bulan berturut-turut atau 1500-2000 mm/tahun (Norsalis, 2011).
Temperatur sangat mempengaruhi pengisian biji padi. Tanaman padi dapat tumbuh dengan baik pada suhu 230 C ke atas. Temperatur yang rendah dan kelembaban yang tinggi pada waktu pembungaan akan mengganggu proses pembuahan yang mengakibatkan gabah menjadi hampa. Hal ini terjadi akibat tidak membukanya bakal biji. Temperatur yang rendah pada waktu pengisian biji juga dapat menyebabkan rusaknya pollen dan menunda pembukaan tepung sari (Luh, 1991).
Tanaman padi dapat tumbuh pada dataran rendah sampai dataran tinggi. Di dataran rendah padi dapat tumbuh pada ketinggian 0 – 650 m dpl dengan temperatur 22,5o C – 26,5o C sedangkan di dataran tinggi padi dapat tumbuh baik pada ketinggian
Universitas Sumatera Utara

antara 650 – 1.500 m dpl dan membutuhkan temperatur berkisar 18,7o C – 22,5o C (Aksi Agraris Kanisius, 1990).
Angin mempunyai pengaruh positif dan negatif terhadap tanaman padi. Pengaruh positifnya terutama pada proses penyerbukan dan pembuahan. Tetapi angin juga berpengaruh negatif, karena penyakit yang disebabkan oleh bakteri atau jamur dapat ditularkan oleh angin, dan apabila terjadi angin kencang pada saat tanaman berbunga, buah dapat menjadi hampa dan tanaman roboh. Hal ini akan lebih terasa lagi apabila penggunaan pupuk N berlebihan, sehingga tanaman tumbuh terlalu tinggi (Pustaka Departemen Pertanian, 2009).

Musim berhubungan erat dengan hujan, yang berperan di dalam penyediaan air, dan hujan dapat berpengaruh terhadap pembentukan buah sehingga sering terjadi bahwa penanaman padi pada musim kemarau mendapatkan hasil yang lebih tinggi daripada penanaman padi pada musim hujan, dengan catatan pengairan baik (Siregar, 1981). Tanah
Padi gogo harus ditanam di lahan yang berhumus, struktur remah dan cukup mengandung air dan udara, tanah yang cocok bervariasi mulai dari yang berliat, berdebu halus, berlempung halus sampai tanah kasar dan air yang tersedia diperlukan cukup banyak. Sebaiknya tanah tidak berbatu, jika ada harus < 50% (Rahayu, 2009).
Di dalam udara terkandung zat asam yang diperlukan untuk pernafasan, terutama untuk akar. Udara akan mengisi pori-pori tanah bersama dengan air yang siap dimanfaatkan oleh akar tanaman. Keseimbangan antara udara dan air sangat
Universitas Sumatera Utara

diperlukan bagi tanah pertanian, sebab tanah yang kekurangan air atau udara tidak baik bagi tanaman (Rosmarkam dan Yuwono, 2002). Varietas Padi Gogo
Padi gogo umumnya ditanam di lahan kering atau lahan pada kondisi kering. Secara umum, lahan kering didefinisikan sebagai suatu hamparan lahan yang tidak tergenangi air dalam kurun waktu tertentu. Lahan kering terbagi menjadi lahan kering tanah masam dan tidak masam. Lahan kering tanah masam dicirikan dengan pH < 5 dan sebaliknya lahan yang memiliki pH > 5 merupakan lahan yang tidak masam (Mulyani, dkk, 2003).
Dalam penelitian Fitri (2009), jumlah malai per tanaman berpengaruh nyata terhadap varietas. Rataan jumlah malai tertinggi yaitu pada varietas Towuti. Jumlai malai ditentukan oleh faktor genetik dan lingkungan dimana untuk masing – masing varietas mempunyai keunggulan tersendiri, seperti pada varietas Towuti memiliki keunggulan dan jumlah malai per tanaman. Jumlah malai per tanaman juga dipengaruhi oleh ketersediaan air yang cukup dan suhu yang rendah pada fase pembungaan. Sebaiknya temperatur rendah pada masa berbunga, karena berpengaruh baik bagi pertumbuhan dan hasil akan lebih tinggi.
Beberapa varietas yang banyak ditanam petani tergolong memiliki banyak anakan. Namun demikian, ada juga varietas yang beredar tergolong beranak sedikit atau sedang. Secara umum, varietas yang memiliki banyak anakan seyogianya ditanam dengan jarak yang renggang, sebaliknya varietas yang beranak sedikit ditanam dengan jarak yang rapat. Setiap varietas memiliki jarak tanam idealnya tersendiri. Varietas juga berpengaruh terhadap komponen hasil.
Universitas Sumatera Utara

Panjang malai dan jumlah bulir per malai adalah beberapa komponen hasil yang dipengaruhi oleh varietas (Hatta, 2011).
Perbedaan susunan genetik merupakan salah satu faktor penyebab keragaman penampilan tanaman. Program genetik yang diekspresikan pada berbagai sifat tanaman yang mencakup bentuk. dan fungsi tanaman yang menghasilkan keragaman pertumbuhan tanaman. Keragaman penampilan tanaman akibat perbedaan susunan genetik selalu mungkin terjadi sekalipun bahan tanaman yang digunakan berasal dari jenis tanaman yang sama (Sitompul dan Guritno, 1995).
Salah satu cara untuk meningkatkan produksi adalah penggunaan benih bermutu yaitu varietas unggul yang ciri-cirinya antara lain berdaya hasil tinggi, tanaman pendek, daun tegak, jumlah anakan produktif sedang – banyak, tanaman tahan rebah, tahan terhadap hama dan penyakit, tanggap terhadap pemupukan, umur tanaman genjah. Banyak varietas unggul padi gogo yang telah dilepas oleh Badan Litbang Pertanian. Pada tahun 1999 – 2002 telah dilepas 7 varitas padi gogo lahan kering yaitu : Cirata, Towuti, Limboto, Danau Gaung, Batutegi, Situpatenggang dan Situbagendit. Pada umumnya varietasvarietas tersebut berumur genjah 105 – 125 hari, tinggi 100 – 135 cm (Barus, 2008).
Varietas padi gogo biasanya di tanam di lahan kering. Dalam menentukan lahan kering yang akan ditanami padi gogo, petani memilih areal yang relative datar dan lebih subur dibandingkan dengan areal lainnya. Lahan kering yang paling banyak ditanami padi gogo adalah areal datar yang terletak dibantaran sungai, areal ini biasanya lebih subur, dan bila terjadi kekeringan masih
Universitas Sumatera Utara

memungkinkan menyedot air sungai untuk pengairan (Balai Penelitian Tanaman Padi, 2005).
Tanaman padi secara genetik merupakan tanaman semi aquatic. Jadi sejak awal pertumbuhan tanaman padi di lahan kering telah dihadapkan pada lingkungan tumbuh yang tidak sesuai dengan sifat genetiknya, sehingga kemampuannya untuk berproduksi tinggi menjadi terbatas. Hal – hal yang menjadi faktor pembatas produktivitas padi gogo adalah :
- Gulma tumbuh bersamaan dengan tanaman padi gogo, sehingga dapat menjadi pesaing dalam kebutuhan hara dan air serta intersepsi cahaya matahari.

- Penyakit blas (Pyricularia grisea) merupakan penyakit utama padi gogo yang belum bisa ditangani secara tuntas. Patotipe penyakit blas bervariasi antar lokasi, sehingga menyulitkan program pemuliaan ketahanan varietas padi gogo terhadap penyakit blas.
- Topografi berlereng dan tekstur tanah ringan sampai sedang menyebabkan tanah tidak dapat menyimpan air dan indeks kelengasan (moisture index) tanah menjadi rendah.
(Fagi et al, 2005). Menurut Badan Litbang Pertanian (2007), varietas unggul merupakan
salah satu teknologi yang berperan penting dalam peningkatan kuantitas dan kualitas produk pertanian. Kontribusi nyata varietas unggul terhadap peningkatan produksi padi nasional antara lain tercermin dari pencapaian swasembada beras pada tahun 1984. Varietas sebagai salah satu komponen produksi telah memberikan sumbangan sebesar 56% dalam peningkatan produksi, yang pada
Universitas Sumatera Utara

dekade 1970-2000 mencapai hampir tiga kali lipat. Oleh karena itu, maka salah satu titik tumpu utama peningkatan produksi padi adalah perakitan dan perbaikan varietas unggul baru.
Setiap jenis bahkan setiap varietas tanaman mempunyai periode kritis yang berbeda dalam persaingannya dengan gulma. Menurut Wolley et al. (1993) bahwa awal periode kritis persaingan gulma dapat ditentukan berdasarkan fase pertumbuhan tanaman. Umumnya periode kritis persaingan gulma dimulai sejak tanaman tumbuh sampai sekitar 1/4- 1/3 pertama dari siklus hidup tanaman. Pada padi, periode kritis persaingan gulma umumnya terjadi sampai umur 40 hari pertama dari siklus hidupnya. Pada fase ini kanopi tanaman padi belum menutup intesitas cahaya ke permukanan tanah masih tinggi karena kanopi masih terbuka. Biji-biji gulma berkecambah dan tumbuh lebih cepat dari tanaman padi. Pada periode tersebut, biasanya tidak menyebabkan tingkat persaingan dan penurunan hasil yang nyata.
Varietas unggul baru (VUB) adalah varietas yang mempunyai ciri – cirri : dapat menyesuaikan terhadap iklim dan jenis tanah setempat, rasa nasi disenangi dan mempunyai harga yang tinggi di pasaran, potensi hasil tinggi, tahan terhadap hama penyakit, dan tahan rebah. Penggunaan varietas yang dianjurkan akan memberikan peluang lebih besar untuk mencapai tingkat hasil yang lebih tinggi dengan mutu beras yang lebih baik. Pemilihan varietas didasarkan kepada hasil pengkajian spesifik, lokasi (tempat, musim tertentu) pengalaman petani, ketahanan hindari penanaman varietas yang sama secara terus-menerus pada lokasi yang sama untuk mengurangi serangan hama dan penyakit (OPT) terhadap
Universitas Sumatera Utara

OPT, rasa nasi, permintaan pasar dan mempunyai harga pasar yang lebih tinggi (BPTP, 2009). Jarak Tanam
Faktor yang ikut menentukan jarak tanam pada tanaman padi, tergantung pada: a. Jenis tanaman : Jenis padi tertentu dapat menghasilkan banyak anakan. Jumlah
anakan yang banyak memerlukan jarak tanam yang lebih lebar. b. Kesuburan tanah : Jarak tanam pada tanah yang lebih subur akan lebih lebar
dibandingkan tanah yang kurang subur, karena perkembangan akar yang baik akan mempengaruhi penyerapan unsur hara dalam tanah. c. Ketinggian tempat : Daerah yang mempunyai ketinggian tertentu seperti daerah pegunungan akan memerlukan jarak tanam yang lebih rapat dibandingkan dengan dataran rendah, hal ini berhubungan erat dengan penyediaan air. Tanaman padi dengan varietas unggul memerlukan jarak tanam 20 cm x 20 cm pada musim kemarau dan 25 cm x 25 cm pada musim hujan (Departemen Pertanian, 2007)
Salah satu upaya untuk meningkatkan produksi padi antara lain melalui pengaturan jarak tanam dan penggunaan umur bibit yang tepat. Jarak tanam dipengaruhi oleh sifat varietas padi yang ditanam dan kesuburan tanah. Varietas padi yang memiliki sifat menganak tinggi membutuhkan jarak tanam lebih lebar jika dibandingkan dengan varietas yang memiliki daya menganaknya rendah. Umur bibit pindah tanam harus tepat dan sesuai untuk mengantisipasi perkembangan akar yang umumnya berhenti pada umur 42 hari sesudah semai,
Universitas Sumatera Utara

sementara jumlah anakan produktif akan mencapai maksimal pada umur 49-50


hari sesudah semai (Thangaraj and O’Toole, 1985).

Jarak tanam akan mempengaruhi efektivitas penyerapan unsur hara oleh

tanaman. Semakin rapat jarak tanam semakin banyak populasi tanaman per satuan

luas, sehingga persaingan hara antar tanaman semakin ketat. Akibatnya

partumbuhan tanaman akan terganggu dan produksi per tanaman akan menurun.

Untuk mengetahui pengaruh jarak tanam yang tepat perlu dilakukan uji coba

penanaman dengan perlakuan jarak tanam yang berbeda

(Mawazin dan Suhaendi, 2008).

Dalam suatu pertanaman sering terjadi persaingan antar tanaman

maupun antara tanaman dengan gulma untuk mendapatkan unsur hara, air,cahaya


matahari maupun ruang tumbuh. Salah satu upaya yang dapat dilakukan untuk

mengatasinya adalah dengan pengaturan jarak tanam. Dengan tingkat kerapatan

yang optimum maka akan diperoleh ILD yang optimum dengan pembentukan

bahan kering yang maksimum. Jarak tanam yang rapat akan meningkatkan daya

saing tanaman terhadap gulma karena tajuk tanaman menghambat

pancaran

cahaya ke permukaan lahan sehingga pertumbuhan gulma menjadi terhambat.

Namun pada jarak tanam yang terlalu sempit mungkin tanaman budidaya akan

memberikan hasil yang relative kurang karena adanya kompetisi antar tanaman itu

sendiri. Oleh karena itu dibutuhkan jarak tanam yang optimum untuk memperoleh


hasil yang maksimum (Mayadewi, 2007).

Penyerapan hara oleh akar tanaman padi akan mempengaruhi penentuan

jarak tanam, sebab perkembangan akar ataupun tanaman itu sendiri pada tanah

yang subur lebih baik daripada perkembangan akar/tanaman pada tanah yang

Universitas Sumatera Utara

kurang subur. Oleh karena itu, jarak tanam yang dibutuhkan pada tanah yang subur pun akan lebih lebar daripada jarak tanam pada tanah yang kurang subur. Menurut Noor (1996), semakin subur tanah, jarak tanam dapat semakin rapat. Demikian pula, semakin baik kualitas benih maka semakin sedikit jumlah benih yang dibutuhkan. Jarak tanam, jumlah benih, dan cara tanam dapat berpengaruh terhadap hasil padi gogo di lahan kering.
Penentuan jarak tanam yang tepat sangat penting artinya, karena hal ini berhubungan erat terhadap populasi tanaman per satuan luas areal. Populasi tanaman yang terlalu rapat dapat mengakibatkan terjadinya persaingan yang sangat ketat antara satu tanaman dengan yang lainnya. Faktor tingkat kesuburan tanah, kelembaban juga akan menimbulkan persaingan apabila kerapatan tanaman semakin besar. Jadi agar tidak terjadi persaingan antara tanaman satu dengan yang lain, harus diusahakan pengaturan jarak tanam yang sesuai dengan pertumbuhan tanaman (Napitupulu, dkk, 1997).
Semakin renggang jarak tanam, semakin banyak jumlah anakan produktif per rumpun. Jumlah anakan produktif paling banyak per rumpun adalah pada jarak tanam 30 x 30 cm yaitu berbeda nyata dengan jumlah anakan 25 x 25 cm. Sementara itu jumlah anakan paling sedikit per rumpun adalah pada jarak tanam 20 x 20 cm. Yang mana berbeda nyata dengan jumlah anakan pada jarak tanaman 25 x 25 cm. Dan berpengaruh terhadap pertumbuhan tanaman karena berhubungan dengan persaingan antar sistem perakaran dalam konteks pemanfaatan pupuk. Kondisi tanah yang subur, menggunakan jarak tanam yang lebih pendek dibandingkan dengan tanah yang kurang subur (Masdar, 2005).
Universitas Sumatera Utara

Heritabilitas Proporsi variasi merupakan sumber yang penting dalam program
pemuliaan karena dari jumlah variasi genetik ini diharapkan terjadi kombinasi genetik yang baru. Variasi keseluruhan dalam suatu populasi merupakan hasil kombinasi genotipe dan pengaruh lingkungan. Nilai heritabilitas secara teoritis berkisar dari 0 sampai 1. Nilai 0 ialah bila seluruh variasi yang terjadi disebabkan oleh faktor lingkungan, sedangkan nilai 1 bila seluruh variasi disebabkan oleh faktor genetik. Dengan demikian nilai heritabilitas akan terletak antara kedua nilai ekstrim tersebut (Welsh, 2005).
Fungsi penting dari heritabilitas adalah bersifat prediktif pada generasi berikutnya. Nilainya dapat memperlihatkan nilai fenotipe yang pada akhirnya dapat digunakan sebagai breeding value (Hadie, 2000).
Heritabilitas mengandung dua pengertian yaitu pengertian sempit dan pengertian luas. Dalam pengertian sempit heritabilitas diartikan sebagai nisbah antara besaran ragam aditif yang merupakan bagian dari ragam genetik total dengan ragam fenotipenya, sedangkan heritabilitas dalam pengertian luas adalah nisbah antara besaran ragam genetik dengan ragam fenotipe sifat bersangkutan.
h2 = σ2G / σ2P (Poespodarsono, 1988).
Keragaman genetik alami merupakan sumber bagi setiap program pemuliaan tanaman. Jika perbedaan antara dua individu yang mempunyai faktor lingkungan yang sama dapat diukur, maka perbedaan ini berasal dari variasi genotip kedua tanaman tersebut. Keragaman genetik menjadi perhatian utama
Universitas Sumatera Utara

para pemuliaan tanaman, karena melalui pengelolaan yang tepat dapat dihasilkan

varietas baru yang lebih unggul (Welsh, 1991).

Kriteria nilai heritabilitas dalam arti luas dengan ketentuan sebagai

berikut :

- H < 0,20

= heritabilitas rendah

- 0,20 < H < 0,50 = heritabilitas sedang

- H > 0,50

= heritabilitas tinggi

(Mursito, 2003).

Universitas Sumatera Utara

BAHAN DAN METODE

Tempat dan Waktu Penelitian

Penelitian dilaksanakan di lahan masyarakat Pasar 1 Tanjung Sari,

Kecamatan Medan Selayang Kotamadya Medan dengan ketinggian tempat ± 25 m

di atas permukaan laut pada bulan Juni sampai dengan Oktober 2012.

Bahan dan Alat

Bahan tanaman dalam penelitian ini adalah benih Padi GogoVarietas Situ

Bagendit, Situ Patenggang, Towuti, Batutegi dan Cirata. Untuk pengendalian

hama dan penyakit digunakan insektisida dengan bahan aktif deltamethrin 25 cc/l

dan fungisida dengan bahan aktif mancozeb 80%. Pupuk Urea, TSP, dan KCl

sebagai pupuk dasar (sesuai dosis anjuran padi).

Alat–alat yang digunakan dalam penelitian ini adalah cangkul, gembor,

tugal, tali raffia, gembor, meteran, gunting/cutter, pacak sampel, jaring, alat tulis,

kalkulator, dan timbangan.

Metode Penelitian

Adapun rancangan yang digunakan dalam penelitian ini adalah

Rancangan Acak Kelompok (RAK) Faktorial dengan 2 faktor perlakuan, yaitu:

Faktor I

= Jarak tanam yang berbeda dengan 3 jarak tanam:

J1 = Jarak tanam 20 cm x 20 cm

J2 = Jarak tanam 20 cm x 25 cm

J3 = Jarak tanam 20 cm x 30 cm

Faktor II = Varietas padi gogo dengan 5 varietas:

V1 = Varietas Situ Bagendit

V2 = Varietas Situ Patenggang

Universitas Sumatera Utara

V3 = Varietas Towuti

V4 = Varietas Cirata

V5 = Varietas Batutegi

Sehingga diperoleh 15 kombinasi perlakuan, yaitu:

J1V1

J1V2

J1V3

J1V4

J1V5

J2V1

J2V2

J2V3

J2V4

J2V5

J3V1

J3V2

J3V3

J3V4

J3V5

Jumlah Ulangan

:3

Jumlah Plot

: 45

Luas Plot

: 200 cm x 100 cm

Jumlah tanaman per plot

Jarak tanam 20 cm x 20 cm :

50 tanaman

Jarak tanam 20 cm x 25 cm :

40 tanaman

Jarak tanam 20 cm x 30 cm :

35 tanaman

Jumlah seluruh tanaman

: 1620 tanaman

Jumlah sampel per plot

: 10 tanaman

Jumlah seluruh sample