Analisis Akuntansi Persediaan dan Pengaruhnya Terhadap Laba Perusahaan sesuai dengan PSAK No. 14 Pada PT. Elektronic City Indonesia Cabang Medan
SKRIPSI
ANALISIS AKUNTANSI PERSEDIAAN DAN PENGARUHNYA
TERHADAP LABA PERUSAHAAN SESUAI DENGAN PSAK
NO.14 PADA PT. ELEKTRONIC CITY INDONESIA CABANG
MEDAN
OLEH :
FRANSISKA BR SITEPU 080522016
PROGRAM STUDI STRATA 1 AKUNTANSI
FAKULTAS EKONOMI
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
2011
(2)
PERNYATAAN
Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi yang berjudul “Analisis Akuntansi Persediaan dan Pengaruhnya Terhadap Laba Perusahaan sesuai dengan PSAK No. 14 Pada PT. Elektronic City Indonesia Cabang Medan” adalah benar hasil karya saya sendiri dan judul dimaksud belum pernah dimuat, dipublikasikan atau diteliti oleh mahasiswa lain dalam konteks penulisan skripsi program S-1 Ekstensi Departemen Akuntansi Fakultas Ekonomi Universitas Sumatera Utara. Semua sumber data dan informasi yang diperoleh telah dinyatakan dengan jelas, benar apa adanya. Apabila di kemudian hari pernyataan ini tidak benar, saya bersedia menerima sanksi yang ditetapkan oleh Universitas Sumatera Utara.
Medan, May 2011 Yang membuat Pernyataan,
Fransiska Br Sitepu NIM. 080522016
(3)
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur peneliti panjatkan kepada Tuhan Yesus Kristus atas segala berkat dan anugrah-Nya sehingga peneliti dapat menyelesaikan skripsi ini dengan baik. Skripsi yang berjudul “Analisis Akuntansi Persediaan dan Pengaruhnya Terhadap Laba Perusahaan sesuai dengan PSAK No. 14 Pada PT. Elektronic City Indonesia Cabang Medan” disusun sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Ekonomi pada Fakultas Ekonomi Departemen Akuntansi Universitas Sumatera Utara.
Penulisan skripsi ini tidak akan terwujud tanpa adanya dukungan berupa doa, bimbingan, pengarahan, bantuan, serta kerja sama semua pihak yang telah turut membantu peneliti dalam menyelesaikan skripsi ini. Pada kesempatan ini, peneliti ingin menyampaikan hormat dan terima kasih kepada beberapa pihak antara lain :
1. Bapak Drs. Jhon Tafbu Ritonga, M.Ec selaku Dekan Fakultas Ekonomi Universitas Sumatera Utara,
2. Bapak Drs. Firman Syarif, M.Si. Ak selaku Ketua Program Studi S-1 Akuntansi dan Ibu Dra. Mutia Ismail, MM, Ak selaku Sekretaris Program Studi S-1 Akuntansi Universitas SumateraUtara,
3. Bapak Drs. Syahelmi, M.Si. Ak Selaku Dosen Pembimbing yang telah meluangkan waktu dan memberikan sumbangan pemikirannya dalam mengarahkan dan membimbing penulis sehingga dapat menyelesaikan penulisan skripsi ini,
4. Bapak Ibu Dra,Salbiah, M.Si., Ak. selaku Dosen Pembanding/Penguji I dan Bapak Drs. Sucipto, MM, Ak. selaku Dosen Pembanding/Penguji II yang telah memberikan kritik dan saran kepada peliti,
5. Kedua orang tua yang sangat kusayangi I. Sitepu dan R Br Sembiring. Makasih banyak untuk semua dukungan baik moril maupun materil yang telah diberikan sejak aku masih kecil dan juga atas kesempatan kedua yang telah bapak dan mamak berikan. Skripsi ini juga khusus ku persembahakan kepada kedua orang tuaku.
(4)
6. Terima kasih kepada abang saya Andreas dan istrinya, kak Reta dan suaminya dan adik saya Cristianna yang telah mendukung saya dalam menyelesaikan skripsi ini.
7. Terima kasih kepada suami saya Sertu H.Y Sembiring yang telah mendukung dan memberi semangatdalam saya menyelesaikan skripsi ini.
8. PT. Electronic City Indonesia Cabang Medan yang telah memberikan tempat bagi saya untuk melakukan riset khususnya kepada Bapak Ferry atas tenaga dan waktunya sehingga data-data perusahaan dapat diterima oleh penulis.
9. Buat sahabat-sahabat terdekatku yang telah memberi semangat kepadaku, Friska, Putri, Atik, Tius, Eka, Niken, Ria yang selalu memberi informasi dan semua tawa canda yang telah kita lalui bersama.
Peneliti menyadari bahwa masih terdapat banyak kekurangan dalam penyusunan skripsi ini baik dalam tata bahasa maupun pembahasannya. Dengan demikian peneliti menerima kritik dan saran yang membangun dari berbagai pihak demi penyempurnaan skripsi ini. Semoga skripsi ini bermanfat bagi banyak pihak.
Medan, May 2011 Penulis,
Fransiska Br Sitepu NIM: 080522016
(5)
ABSTRAK
Persediaan merupakan salah satu aktiva yang paling aktif dalam operasi kegiatan perusahaaan dagang. Sebagaian besar sumber daya perusahaan acap kali diinvestasikan dalam bentuk barang-barang yang dibeli atau diproduksi. Dalam perusahaan tertentu seperti perusahaan yang membuat perumahan real estate yang kegiatannya membangun rumah untuk dijual, maka rumah yang belum terjual merupakan persediaan baginya. Sedangkan bagi pihak lain yang membelinya untuk dihuni atau digunakan untuk kegiatan bisnis lain rumah tersebut adalah suatu aktiva tetap. Metode analisis data yang dilakukan adalah dengan Metode Deskriptif. Metode Deskriptif yaitu suatu metode dimana data yang dikumpulkan, disusun, diinterprestasikan dan dianalisis sehingga memberikan keterangan yang lengkap bagi pemecahan masalah yang dihadapi. Jenis data yang dilakukan yaitu berupa data yang bersifat kualitatif dan kuantitatif yang terdiri dari data primer dan data sekunder. Teknik pengumpulan data di lakukan dengan observasi,wawancara, stusi literature. Berdassrakna hasil penelitian di dapatkan sebagain besar jenis barang yang tersedia di PT Elektronik City Indonesia Cabang Medan telah terjual.
Kata Kunci : Persediaan, PSAK No. 14, Pencatatan Persediaan, Penilaian Persediaan
(6)
ABSTRACT
Supply represent one of the most active asset in operation activity of perusahaaan of trade. As is big of resource company of times;rill acap invested in the form of goods bought or produced. In certain company like company making housing of estate real which is its activity develop;build house to be sold, hence house which not yet been sold to represent supply for him. While to other party buying it to be dwelt or used for the activity of other business of the house is an plant asset. Method analyse data taken is with Descriptive Method. Descriptive Method that is a[n method where collected data, to be compiled, diinterprestasikan and analysed so that give complete boldness to trouble-shooting faced. done/conducted Data type that is in the form of data having the character of qualitative and quantitative consisting of primary data and data of sekunder. Technique data collecting in doing/conducting with observasi,wawancara, literature stusi. Berdassrakna result of research in getting big sebagain of available goods type in PT Electronic of City Indonesia Branch Field have been sold
Keyword : Supply, PSAK No. 14, Record-Keeping Of Supply, Assessment of
(7)
DAFTAR ISI
PERNYATAAN………... i
KATA PENGANTAR………. ii
ABSTRAK……… iv
ABSTRACT………. v
DAFTAR ISI……… vi
DAFTAR LAMPIRAN………... ix
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah……….. 1
B. Perumusan Masalah………. 3
C. Tujuan dan Manfaat Penelitian……… 4
D. Manfaat Penelitian………... 4
BAB II LANDASAN TEORITIS A. Pengertian, Fungsi, dan Jenis Persediaan……….... 5
1. Pengertian Persediaan……… 5
2. Fungsi Persediaan……….. 7
3. Jenis-jenis Persediaan……… 7
B. Biaya-biaya yang Berhubungan dengan Persediaan……… 9
C. Sistem Akuntansi Persediaan………... 13
D. Penilaian Persediaan ………... 17
E. Akuntansi Persediaan Menurut PSAK No.14………. 21
(8)
G. Tinjauan Penelitian Terdahulu………. 27
H. Kerangka Konseptual………... 27
BAB III METODE PENELITIAN A. Jenis Penelitian……… 29
B. Jenis Data ……… 29
C. Teknik Pengumpulan Data……….. 30
D. Tempat Jadwal Penelitian……… 30
E. Jadwal Penelitian………. 31
BAB IV HASIL PENELITIAN A. Gambaran Umum Perusahaan………. 32
1. Sejarah singkat Perusahaan……… 32
2. Struktur Organisasi dan Pembagian Tugas……… 33
3. Jenis Persediaan………. 38
B. Metode Pencatatan Persediaan PT. Elektronic City Indonesia Cabang Medan C. Analisis Hasil Penelitian……….. 43
1. Dalam Struktur Organisasi……… 43
2. Jenis Persediaan………. 44
3. Metode Pencatatan Penjualan……… 44
4. Metode Penilaian Persediaan………. 45
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN A. Kesimpulan……….. 46
(9)
DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN
(10)
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran Judul Halaman
Lampiran i Struktur organisasi……….. 49 Lampiran ii Surat Orderan……….. 50 Lampiran iii Laporan Stok FIFO………. 51
(11)
ABSTRAK
Persediaan merupakan salah satu aktiva yang paling aktif dalam operasi kegiatan perusahaaan dagang. Sebagaian besar sumber daya perusahaan acap kali diinvestasikan dalam bentuk barang-barang yang dibeli atau diproduksi. Dalam perusahaan tertentu seperti perusahaan yang membuat perumahan real estate yang kegiatannya membangun rumah untuk dijual, maka rumah yang belum terjual merupakan persediaan baginya. Sedangkan bagi pihak lain yang membelinya untuk dihuni atau digunakan untuk kegiatan bisnis lain rumah tersebut adalah suatu aktiva tetap. Metode analisis data yang dilakukan adalah dengan Metode Deskriptif. Metode Deskriptif yaitu suatu metode dimana data yang dikumpulkan, disusun, diinterprestasikan dan dianalisis sehingga memberikan keterangan yang lengkap bagi pemecahan masalah yang dihadapi. Jenis data yang dilakukan yaitu berupa data yang bersifat kualitatif dan kuantitatif yang terdiri dari data primer dan data sekunder. Teknik pengumpulan data di lakukan dengan observasi,wawancara, stusi literature. Berdassrakna hasil penelitian di dapatkan sebagain besar jenis barang yang tersedia di PT Elektronik City Indonesia Cabang Medan telah terjual.
Kata Kunci : Persediaan, PSAK No. 14, Pencatatan Persediaan, Penilaian Persediaan
(12)
ABSTRACT
Supply represent one of the most active asset in operation activity of perusahaaan of trade. As is big of resource company of times;rill acap invested in the form of goods bought or produced. In certain company like company making housing of estate real which is its activity develop;build house to be sold, hence house which not yet been sold to represent supply for him. While to other party buying it to be dwelt or used for the activity of other business of the house is an plant asset. Method analyse data taken is with Descriptive Method. Descriptive Method that is a[n method where collected data, to be compiled, diinterprestasikan and analysed so that give complete boldness to trouble-shooting faced. done/conducted Data type that is in the form of data having the character of qualitative and quantitative consisting of primary data and data of sekunder. Technique data collecting in doing/conducting with observasi,wawancara, literature stusi. Berdassrakna result of research in getting big sebagain of available goods type in PT Electronic of City Indonesia Branch Field have been sold
Keyword : Supply, PSAK No. 14, Record-Keeping Of Supply, Assessment of
(13)
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Setiap perusahaan baik yang bergerak dalam usaha dagang maupun manufaktur pada umumnya bertujuan untuk mendapatkan laba. Di samping tujuan tersebut perusahaan juga harus memelihara kontinuitas usaha dan pertumbuhannya agar perusahaan dapat berjalan dengan baik dan dapat berkembang. Agar tujuan perusahaan dapat dicapai maka perusahaan dituntun untuk dapat mengelola sumber daya secara efektif dan efisien.
Salah satu sumber daya yang memegang peran penting dalam pencapaian tujuan perusahaan adalah persediaan. Hal ini di karenakan sebagian besar aktivitas perusahaan berhubungan dengan persediaan. Seperti yang dituliskan oleh Terry Hill, 2000:103, persediaan merupakan salah satu unsur aktiva lancar yang paling aktif dalam operasi perusahaan yang diperoleh secara berkesinambungan, diubah, yang kemudian dijual kembali. Persediaan juga merupakan elemen utama dari modal kerja dan merupakan elemen terbesar dari harta lancar perusahaan bersifat sensitif sehingga memerlukan perhatian khusus, terutama pada perusahaan dagang yang membeli dan menjual barang dagangan. Dimana harga pokok barang dagangan yang dijual merupakan pengurang terbesar dari hasil penjualan tersebut yang pada gilirannya nanti mempengaruhi laba bersih perusahaan.
Pelaporan persedian yang akurat dan relevan sangat penting jika ingin memberikan informasi yang berguna dalam laporan. Pelaporan persediaan secara
(14)
akurat juga sangat penting bagi para pengambil keputusan dalam perusahaan dan para pengambil keputusan di luar perusahaan. Terutama sangat berkepentingan dengan persoalan seperti memutuskan kapan harus melakukan pemesanan persediaan dan berapa banyak persediaan yang akan dibeli setiap kali melakukan pemesanan. Unit ini menitikberatkan pada pengaruh pelaporan persediaan terhadap laporan keuangan, yang dipergunakan oleh investor dan kreditor di luar perusahaan. Jika persediaan tidak diukur dan dilaporkan menurut dasar yang tepat dan benar dapat menyesatkan pengambilan keputusan mengenai laba, asset, dan ekuiti perusahaan. Jika persediaan dilaporkan terlalu kecil akan mempunyai pengaruh terhadap pelaporan harga pokok penjualan barang menjadi terlalu besar, pelaporan laba bersih menjadi terlalu kecil, pelaporan asset dan total modal menjadi terlalu rendah. Sedangkan jika dilaoprkan terlalu besar akan mempunyai pengaruh sebaliknya. Jadi bila persediaan dilaporkan salah pada akhir periode maka laba bersih dari periode tersebut akan dilaporkan salah, demikian juga laba bersih untuk periode berikutnya.
Perusahaan wajib mengikuti Standar Akuntantasi Keuangan yaitu tepatnya Pernyataan Standar Akuntansi Keuangan (PSAK) No. 14 dimana membahas tentang akuntansi persediaan yang merupakan pedoman atas perlakuan akuntansi persediaan dan membuat tentang standar pencatatan dan penilaian serta pemikiran dan pelaporan atas persediaan. PSAK No. 14 diharapkan dapat membantu perusahaan dalam mengatasi masalah akuntansi yang semakin luas dan komplek seiring dengan berkembangnya teknologi.
(15)
PT. Electronic City Indonesia Cabang Medan adalah sebuah perusahaan dagang yang mempunyai aktifitas utama menjual produk-produk electronic seperti TV, DVD player, HP, mesin cuci dan sebagainya. Perusahaan ini menjual produk tanpa melakukan perubahan pada produk tersebut dan membeli produk di distribusi produk tersebut.
PT. Elektronic City Indonesia Cabang Medan sebagai sebuah perusahaan dagang juga menghadapi masalah-masalah yang berkaitan dengan persediaan barang dagang perusahaan. Dalam pelaksanaan kegiatan operasi perusahaan, sering terjadi perbedaan jumlah fisik persediaan barang dagang yang terdapat di gudang dan jumlah yang tercatat dalam buku besar persediaan barang dagang perusahaan, disebabkan kurangnya koordinasi dan pengawasan dalam pencatatan persediaan barang dagang antara karyawan gudang dan karyawan toko.
Berdasarkan uraian di atas, penulis tertarik untuk menulis skripsi dengan judul “Analisis akuntansi persediaan dan pengaruhnya terhadap laba
perusahaan sesuai dengan PSAK No. 14 pada PT. Elektronic City Indonesia Cabang Medan.”
B. Perumusan Masalah
Pernyataan Standar Akuntansi Keuangan (PSAK) No. 14 merupakan pedoman pelaksanaan akuntansi persediaan dalam perusahaan yang berlaku di Indonesia.
Berdasarkan uraian latar belakang diatas penulis mencoba merumuskan beberapa permasalahan. Adapun perumusan masalah dalam penelitian ini adalah:
(16)
1. Apakah kebijakan perusahaan dalam pencatatan dan penilaian persediaan barang dagang telah sesuai dengan PSAK No. 14.
2. Adakah pengaruh persediaan terhadap laba perusahaan pada PT. Electronic City Indonesia Cabang Medan pada perode 2010?
C. Tujuan dan Manfaat Penelitian
Adapun tujuan dari penelitian ini adalah:
1. Untuk mengetahui apakah kebijakan perusahaan dalam pencatatan dan penilaian persediaan barang dagang telah sesuai dengan PSAK No. 14. 2. Untuk mengetahui bagaimana pengaruh persediaan terhadap laba
perusahaan.
D. Manfaat Penelitian
Manfaat yang diharapkan dari penelitian ini adalah:
1. Sebagai bahan masukan tambahan pengetahuan penulis mengenai praktek akuntansi persediaan dan pengaruhnya terhadap laba perusahaan sesuai dengan PSAK No.14
2. Sebagai bahan masukan bagi pihak manajemen perusahaan
3. Sebagai bahan acuan bagi pihak yang berkinginan untuk melakukan ataupun melanjutkan penelitian sesuai dengan judul skripsi.
(17)
BAB II
LANDASAN TEORITIS
A. Pengertian, Fungsi, dan Jenis Persediaan 1. Pengertian Persediaan
Persediaan merupakan salah satu aktiva yang paling aktif dalam operasi kegiatan perusahaaan dagang. Sebagaian besar sumber daya perusahaan acap kali diinvestasikan dalam bentuk barang-barang yang dibeli atau diproduksi. Biaya barang-barang ini harus dicatat, dikelompokkan, dan diikhtisarikan selama periode akuntasi. Pada akhir periode, biaya dialokasikan di antara aktifitas periode berjalan dan aktifitas periode mendatang, yaitu di antara barang-barang yang berada dalam persediaan untuk dijual periode mendatang.
Persediaan juga merupakan aktiva lancar terbesar dari perusahaan manufaktur maupun dagang. Pengaruh persediaan terhadap laba lebih mudah terlihat ketika kegiatan bisnis berfluktuasi. Selama iklim usaha baik, penjualan menjadi tinggi dan persediaan bergerak lebih cepat dari pembelian ke penjualan. Namun ketika kondisi ekonomi menurun, tingkat penjualan juga menjadi menurun, persediaan bertumpukdan perlu dilakukan penjualan meskipun mengalami kerugian. Untuk memperoleh gambaran yang jelas mengenai persediaan, pada bagian ini diberikan batasan maupun criteria mengenai pengertian persediaan.
(18)
Ikatan Akuntansi Indonesia (IAI) dalam Pernyataan Standar Akuntansi Keuangan (PSAK) No.14 (2007:14.3) mengemukakan bahwa:
Persediaan adalah asset:
a. Tersedia untuk dijual dalam kegiatan usaha normal b. Dalam proses produksi dan atau dalam perjalanaan; atau,
c. Dalam bentuk bahan atau perlengkapan (supplies) untuk digunakan dalam proses produksi atau pemberian jasa.
Dalam perusahaan tertentu seperti perusahaan yang membuat perumahan real estate yang kegiatannya membangun rumah untuk dijual, maka rumah yang belum terjual merupakan persediaan baginya. Sedangkan bagi pihak lain yang membelinya untuk dihuni atau digunakan untuk kegiatan bisnis lain rumah tersebut adalah suatu aktiva tetap.
Menurut Skousen, Stice, Stice (2004:653), “Persediaan ditujukan untuk barang-barang yang tersedia untuk dijual dalam kegiatan bisnis normal, dan dalam kasus perusahaan manufaktur, maka kata ini ditujukan untuk barang dalam proses produksi atau yang ditempatkan dalam kegiatan produksi.” Kieso, Weygandt, Warfield (2002:443) mengatakan bahwa “persediaan (invertory) adalah pos-pos aktiva yang dimiliki untuk dijual dalam operasi bisnis normal atau barang yang akan digunakan atau dikonsumsi dalam memproduksi barang yang akan dijual”. Pendapat Warren, Reeve, Fess (2005:440) mengatakan bahwa persediaan adalah “barang dagang yang disimpan untuk kemudian dijual dalam operasi bisnis perusahaan, dan bahan yang digunakan dalam proses produksi atau yang disimpan untuk tujuan itu”. Persedian yang diperoleh perusahaan dan langsung dijual kembali tanpa mengalami proses produksi selanjutnya disebut persediaan barang dagang.
(19)
2. Fungsi Persediaan
Rangkuti (2004:15) mengatakan bahwa fungsi persediaan adalah: a. Fungsi Decoupling
Adalah persediaan yang memungkinkan perusahaan dapat memenuhi permintaan pelangggan tanpa tergantung pada supplier. Persediaan barang mentah diadakan agar perusahaan tidak akan sepenuhnya tergantung pada pengadaannya dalam hal kuantitas dan waktu pengiriman. Persediaan barang dalam proses diadakan agar departemen-departemen dan proses-proses individual perusahaan terjaga ‘kebebasannya”. Persediaan barang jadi diperlukan untuk memenuhi permintaan produk yang tidak pasti dari para pelanggan. Persediaaan yang diadakan untuk menghadapai fluktuasi permintaan konsumen yang tidak dapat diperkirakan atau diramalkan disebut fluctuation stock
b. Fungsi Economic Lot Sizing
Persediaan lot size ini perlu pertimbangan penghematan atau potongan pembelian, biaya pengangkutan per unit menjadi lebih murah dan sebagainya. Hal ini disebabkan perusahaan melakukan pembelian dalam kuantitas yang lebih besar dibandingkan biaya-biaya yang timbul karena besarnya persediaan (biaya-biaya sewa gudang, investasi, risiko, dan sebagainya).
c. Fungsi Antisipasi
Apabila perusahaan menghadapi fluktuasi permintaan yang dapat diperkirakan dan diramalkan berdasar pengalamana atau data-data masa lalu, yaitu permintaan musiman. Dalam hal ini perusahaan dapat mengadakan permintaan musiman (seasional invertories). Di samping itu perusahaan juga sering menghadapi ketidakpastian jangka waktu pengiriman dan permintaan barang-barang selama periode tertentu. Dalam ini perusahaan memerlukan persediaan ekstra yang disebut persediaan pengaman (safety stock/invertories).
3. Jenis-Jenis Persediaaan
Katareristik dari barang yang diklasifikasikan sebagai persediaan sangat bervariasi terhadap jenis usaha. Secara umum perusahaan dapat dikelompokkan menjadi tiga jenis, yaitu perusahaan jasa, perusahaan dagang, dan perusahaan manufaktur. Oleh karena itu, jenis-jenis persediaan pada ketiga perusahaan tersebut berbeda.
(20)
a. Jenis-jenis Persediaan menurut Fungsinya seperti yang dinyatakan oleh Rangkuti (2004:7):
1) Batch Stock/Lot Size Invertory
Persediaan yang diadakan karena kita membeli atau membuat bahan-bahan atau barang-barang dalam jumlah yang lebih besar daripada jumlah yang dibutuhkan pada saat itu.
Keuntungannya:
a). Potongan harga pada harga pembelian b). Efisiensi produksi
c). Penghematan biaya angkutan 2) Fluctuation Stock
Persediaan yang diadakan untuk menghadapi fluktuasi permintaan konsumen yang tidak dapat diramalkan,
3) Anticipation Stock
Persediaan yang diadakan untuk menghadapi fluktuasi permintaan yang dapat diramalkan, berdasarkan pola musiman yang terdapat dalam satu tahun dan untuk menghadapi peggunaan, perjualan, atau permintaan yang meningkat.
b. Jenis-jenis Persediaan menurut Jenis dan Posisi Barang seperti yang dinyatakan oleh Dyckman, Dukes, Davis (2000:377):
1. Persediaan Barang Dagangan (Merchandise Invertory)
Barang yang ada digudang (goods on hand) dibeli oleh pengecer atau perusahaan perdagangan seperti importir atau eksportir dan eksportir untuk dijual kembali. Biasanya, barang yang diperoleh untuk dijual kembali secara fisik tidak diubah oleh perusahaan pembeli; barang-barang tersebut tetap dalam bentuk yang telah jadi ketika meninggalkan pabrik pembuatnya. Dalam beberapa hal, dapat terjadi beberapa komponen dibeli untuk kemudian dirakit menjadi barang jadi. Misalnya, sepeda yang dirakit jadi kerangka, roda, gir, dan sebagainya serta dijual oelh pengecer sepeda adalah salah satu contoh,
2. Persediaan Manufaktur (Manufacturing Invertory)
Persediaan gabungan dari entitas manufaktur, yang terdiri dari: a). Persediaan Bahan Baku
Barang yang berwujud dibeli atau diperoleh dengan cara lain (misalnya, dengan menambang) dan disimpan untuk peggunaan langsung dalam membuat barang untuk diual kembali. Bagian atau suku cadang yang diproduksi sebelum digunakan kadang-kadang diklasifikasikan sebagi persediaan komponen suku cadang,
(21)
Barang-barang yang membutuhkan pemrosesan lebih lanjut sebelum penyelesaian dan penjualan. Barang dalam proses, juga disebut persediaan barang dalam proses, meliputi biaya bahan langsung, tenaga kerja langsung, dan alokasi biaya overhead pabrik yang terjadi sampai tanggal tersebut.
c). Persediaan Barang Jadi
Barang-barang manufaktur yang telah diselesaikan dan disimpan untuk dijual. Biaya persediaan barang jadi meliputi biaya bahan langsung, tenaga kerja langsung, dan alokasi biaya overhead pebrik yang berkaitan dengan manufaktur,
d). Persediaan Perlengkapan Manufaktur
Barang-barang seperti minyak pelumas untuk mesin-mesin bahan pembersih, dan barang lainnya yang merupakan bagian yang kurang penting dari produk jadi,
3). Persediaan rupa-rupa
Barang-barang seperti perlengkapan kantor, kebersihaan, dan pengiriman. Persediaan jenis ini biasanya digunakan segera dan biasanya dicatatan sebagai beban penjualan dan umum (selling or
general expenses) ketika dibeli.
B. Biaya-Biaya Yang Berhubungan Dengan Persediaan
Mulyadi (2002:8) mengatakan “biaya dalam arti luas adalah pengorbanan sumber ekonomi, yang ditukar dalam satuan uang,yang telah terjadi untuk tujuan tertentu.”
4 unsur pokok dalam defenisi biaya tersebut adalah: 1. Biaya merupakan pegorbanan sumber ekonomi 2. Diukur dalam satuan uang
3. Yang telah terjadi atau yang secara potensial akan terjadi. 4. Pengorbanan tersebut untuk tujuan tertentu.
Biaya persediaan meliputi semua biaya pembelian, biaya produksi dan biaya lainnya yang timbul sampai persediaan berada dalam kondisi dan tempat yang siap untuk dijual, dipakai. Biaya persediaan sering dikatakan atau diartikan sebagai harga pokok persediaan.
(22)
Pembelian
Biaya pembelian meliputi harga pembelian, bea masuk/pajak lainnya, biaya pengangkutan dan lain-lain. Adapun yang mempengaruhi biaya pembelian adalah:
Biaya pemesanan, yaitu biaya-biaya yang terjadi dalam rangka melaksanakan kegiatan pemesanan bahan.
Diskon dagang, yaitu suatu potongan yang merupakan suatu cara untuk menentukan berapa sebenarnya harga yang harus di bayar oleh pembeli. Potongan pembelian, yaitu potongan yang diperoleh oleh pembeli apabila ia mampu membayar faktur terhutang atas pembelian tersebut sebelum masa potongan berakhir.
Retur pembelian, timbul karena barang yang diterima rusak atau tidak sesuai dengan perjanjian ataupun mungkin karena adanya penyesuaian harga yang diperlukan, total retur pembelian selama satu periode akan mengurangi pembelian perusahaan pada periode tersebut dan disajikan dalam laporan laba rugi.
Pajak pertambahan nilai (PPN)
Pajak pertambahan nilai ditujukan pada mereka orang pribadi maupun badan yang menghasilkan/memproduksi barang, mengimpor barang, memperdagangakan barang dan ataupun menyerahkan jasa yang dilakukan dalam lingkungan perusahaan. PPN timbul kerana digunakannya factor-faktor produksi pada setiap jalur perusahaan dalam menyiapkan, menghasilkan, menyalurkan dan
(23)
memperdagangkan barang ataupun pemberian pelayanan jasa pada konsemun. Semua biaya untuk mendapatkan dan mempertahankan laba termasuk bunga modal, sewa, tanah, upah kerja, dan laba perusahaan merupakan unsure pertambahan nilai yang menjadi dasar pengenaan PPN.
Biaya pengangkutan
Biaya pengangkutan yang terjadi dalam kaitannya dengan pembelian harus ditambahkan ke dalam perhitungan biaya persediaan. Namun biaya ini sering dicatat dalam pos khusus seperti ongkos angkut yang dilaporkan sebagai tambahan harga pokok penjualan pada perusahaan dagang dan biaya bahan yang digunakan oleh perusahaan manufaktur.
Biaya penyimpanan, yaitu biaya yang terjadi dalam rangka melaksanakan kegiatan penyimpanan bahan sebelum diproduksi.
Biaya Produksi
Biaya produksi ialah semua biaya yang berhubungan dengan kegiatan pengolahan bahan baku menjdi produk jadi dengan menggunakan fasilitas-fasilitas pabrik. Biaya produksi dibagi menjadi 3 elemen, yaitu: biaya bahan baku, biaya tenaga kerja dan biaya overhead pabrik.
Biaya bahan baku
Biaya bahan baku adalah keseluruhan biaya bahan baku secara langsung digunakan dalam proses produksi dan merupakan pengeluaran yang besar dalam memproduksi satu barang. Tidak semua bahan yang dipakai dalam pembuatan suatu produk apat disebut bahan baku,
(24)
melainkan ada juga sebagai bahan penolong yang ikategorikan sebagai bagian dari biaya produksi tidak langsung.
Bahan baku yang digunakan dalam proses produksi dapat diperoleh melalui pembelian atau melalui pengolahan sendiri. Biaya bahan baku yang diperoleh dari pembelian, meliputi : harga bahan baku ditambah harga pemesanan, pengakutan, dan penyimpanan. Sedangkan biaya bahan baku yang diperoleh dari pengolahan sendiri, meliputi: harga bahan, ongkos pembelian, tenaga kerja langsung dan juga penyusutan aktiva yang mengolah akan turut diperhitungkan.
Biaya tenaga kerja langsung
Biaya tenaga kerja langsung adalah upah yang dibayarkan kepada tenaga kerja yang secara langsung bekerja dalam pengolahan bahan baku menjadi produk selesai. Sama halnya dengan biaya bahan baku, pada kenyataannya bahwa da upah tenaga kerja yang ikut membantu terlaksananya kegiatan produksi tidak dapat digolongkan sebagai upah tenaga kerja langsung. Karena itu upah tenaga kerja dapat dibedakan menjadi biaya tenaga kerja langsung dan biaya tenaga kerja tidak langsung.
Biaya overhead pabrik merupakan semua biaya yang dikorbankan untuk proses produksi selain bahan baku dan biaya tenaga kerja langsung. Beberapa istialah yang sering dipakai untuk biaya ini adalah beban pabrik (factory expense), overhead pabrikasi dan biaya produksi tidak langsung.
(25)
Biaya ini meliputi: biaya bahan baku tidak langsung, biaya tenaga kerja tidak langsung dan biaya lainnya.
Biaya lain-lain, yaitu biaya yang dikeluarkan untuk menempatkan persediaan
barang jadi berada dalam kondisi dan tempat yang siap dijual atau dipakai. Misalnya dalam keadaan tertentu diperkenankan untuk membebankan biaya overhead non produksi atau biaya perancaan produk untuk pelanggan khusus sebagai biaya persediaan.
C. Sistem Akuntansi Persediaan
1. Sistem Pencatatan Persediaan
Adapun system pencatatan persediaan dapat digolongkan ke dalam dua cara yaitu:
a. System Periodic Atau Fisik (Physical Method)
Menurut sistem ini setiap pembelian atau pemasukan maupun penjualan (pengeluaran) persediaan tidak dicatat atau dibukukan kedalam perkiraan persediaan. Pembelian barang dibukukan keperkiraan-keperkiraan pembelian dan beberapa perkiraan lain seperti potongan pembelian dan pengembalian pembelian. Penjualan dibukukan ke perkiraan penjualan.
Dengan system ini jumlah persediaan akhir diketahui setelah dilakukan perhitungan fisik (invertory taking) terhadap barang yang ada digudang. Selanjutnya setelah perhitungan fisik maka perlu dilakukan closing (penutup) terhadap persediaan awal. Jadi dalam buku besar persediaan hanya terdapat
(26)
jumlah persediaan awan dan persediaan akhir. Bagi perusahaan dagang jika menggunakan metode ini maka system pencatatannya adalah sebagai berikut: Saat Pembelian:
Pembelian Rp xxx
Kas/Hutang Dagang Rp xxx
Jika barang yang telah dibeli dikembalikan karena rusak atau penyebab lainnya: Kas/Hutang Dagang Rp xxx
Retur Pembelian Rp xxx
Saat penjualan:
Kas/Piutang Dagang Rp xxx
Penjualan Rp xxx
Jika barang yang telah dijual dikembalikan karena sesuatu hal:
Retur Penjualan Rp xxx
Kas/Piutang Dagang Rp xxx b. System Perpetual atau Kontinyu (Perpetual Method)
Menurut system ini, setiap saat harus dilakukan pencatatan atas penambahan ataupun pengurangan persediaan akibat adanya pembelian, pemakaian bahan baku dan penjualan sehingga jumlah maupun nilai persediaan dapat diketahui sewaktu-waktu tanpa melakukan perhitungan fisik. Untuk perusahaan dagang, pencatatan yang dilakukan menurut metode ini adalah sebagai berikut:
(27)
Saat pembelian:
Persediaan Barang Dagangan Rp xxx
Kas/Hutang Dagang Rp xxx
Jika barang yang telah dibeli dikembalikan karena rusak atau penyebab lainnya:
Kas/Hutang Dagang Rp xxx
Persediaan Barang Dagangan Rp xxx Saat penjualan:
Kas/Piutang Dagang Rp xxx
Penjualan Rp xxx
Harga Pokok Penjualan Rp xxx
Persediaan Barang Dagangan Rp xxx Jika barang yang telah dijual dikembalikan karena sesuatu hal:
Retur Penjualan Rp xxx
Kas/Piutang Dagang Rp xxx Persediaan Barang Dagang Rp xxx
Harga Pokok Penjualan Rp xxx
Karena system perpektual dicatat setiap ada perubahan dalam persediaan, maka saldo dalam perkiraan yang ada di neraca saldo adalah saldo perkiraan persediaan akhir, sehingga tidak diperlukan ayat jurnal penyesuaian.
Setiap metode yang telah dilelaskan di atas masing-masing memiliki keunggulan dan kelemahan. Hal itu dapat dijelaskan sebagai berikut:
(28)
1. Cara pengerjaanya lebih sederhana, dimana setiap ada pembelian dicatat dalam buku pembelian, dan setiap penjualan dicatat dalam buku penjualan tanpa mempengaruhi rekening persediaan.
2. Dalam metode ini tidak diperlukan kartu persediaan dan hanya diperlukan kartu gudang sehingga lebih efesien.
3. Sesuai untuk perusahaan yang mempunyai jenis persediaan yang banyak. Kelemahan metode periodical:
1. Pengendalian terhadap persediaan lemah karena tidak dapat dilakukan
cross check kartu persediaan dengan rekening persediaan.
2. Saldo persediaan tidak dapat diketahui pada saat itu juga, karena mutasi persediaan tidak dicatat dalam rekening/kartu persediaan.
3. Untuk mengetahui saldo persediaan yang sebenarnya, diperlukan pemeriksaan fisik persediaan yang tentunya memakan biaya.
Keunggulan metode perpetual:
1. Saldo persediaan dapat diketahui dengan segera karena setiap mutasi dilakukan pencatatan dalam perkiraan persediaan dan kartunya.
2. Pengendalian persediaan lebih baik dibandingkan dengan metode periodical karena dapat dilakukan cross check antara buku besar persediaan dengan kartu persediaan.
3. Cocok untuk perusahaan yang mempunyai jenis persediaan yang sedikit dan bernilai tinggi, misalnya dealer mobil.
(29)
Kelemahan metode perpetual:
1. Pengerjaannya tidak sesederhana metode periodical.
2. Selain buku besar, diperlukan juga kartu persediaan dan kartu gudang sehingga biaya administrasinya lebih banyak.
3. Meski saldo persediaan dapat diketahui, namun pada akhir periode masih memerlukan pemeriksaan fisik persediaan.
D. Penilaian Persediaan
System penilaian persediaan mempunyai pengaruh yang penting terhadap penetapan pendapatan yang dilaporkan dalam posisi keuangan. Hal ini disebabkan karena persediaan mempunyai posisi yang bersifat ganda didalam laporan keuangan yaitu sebagai jumlah yang dimasukkan dalam laporan laba rugi dan disajikan di neraca.
Kebijaksaan yang diambil untuk menetapkan system persediaan, menurut Wilson (1996:454) akan mempertimbangkan hal-hal berikut:
“1. Tingkat ketanggapan harga jual terhadap perubahan harga pokok. 2. Bagian investasi relative dalam persediaan.
3. Kemungkinan untuk mengadakan transaksi hedging 4. Tingkat perputaran
5. Laju inflasi”
Dengan memperhatikan factor-faktor ini maka ada beberapa system atau metode penilaian persediaan yang umum dapat digunakan, yaitu:
(30)
1. Identifikasi Khusus (Spesific Identification)
Biaya dapat dialokasikan ke barang-barang yang masih ada dalam perusahaan pada akhir periode sesuai dengan biaya actual dari unit-unit barang secara khusus. Metode ini memerlukan pengidentifikasian biaya histories dari masing-masing unit persediaan sampai pada saat penjualannya. Dengan metode ini, arus biaya yang tercatat dibandingkan dengan arus fisik barang.
Metode identifikasi khusus merupakan suatu pendekatan yang amat objektif untuk membandingkan biaya histories dengan pendapatan. Akan tetapi aplikasi metode ini sering kali sulit atau bahkan tidak mungkin, jika persediaan terdiri dari barang-barang yang sangat beragam atau barang yang sejenis diperoleh pada waktu yang berbeda dan dengan harga yang berbeda, metode identifikasi khusus mungkin akan sangat memakan waktu, menjemukan dan mahal. Selanjutnya jika unit barangnya sejenis dan dapat dipertukarkan, metode ini memberikan peluang dilakukannya manipulasi laba dengan jalan melakukan pemilihan unit-unit tertentu untuk dikirimkan. Akhirnya perubahan biaya yang besar selama satu periode akan dapat mengakibatkan pembebanan pendapatan dengan dasar yang berbeda dari masa lalu yang dapat diidentifikasi.
2. Masuk Pertama Keluar Pertama (FIFO)
Metode ini didasarkan pada asumsi bahwa barang dalam persediaan yang pertama dibeli akan dijual atau digunakan terlebih dahulu sehingga yang tertinggal dalam persediaan akhir adalah yang dibeli atau diproduksi kemudian. 3. Masuk Terakhir Keluar Pertama (LIFO)
(31)
Metode ini mengasumsikan bahwa barang yang dibeli atau diproduksi terakhir dijual atau digunakan terlebih dahulu, sehingga yang termasuk dalam persediaan terakhir adalah yang dibeli atau diproduksi terlebih dahulu.
4. Rata-Rata Tertimbang (Weighted Average)
Metode ini berdasarkan pada asumsi bahwa barang yang dijual harus dibebani dengan biaya rata-rata, dimana rata-rata itu dipengaruhi atau ditimbang menurut jumlah unit yang diperoleh pada masing-masing harga. Persediaan dinyatakan dengan biaya rata-rata tertimbang per unit yang sama.
5. Metode Laba Kotor
Metode ini biasanya digunakan dalam keadaan tertentu, misalnya menghitung kerugian apabila ada kebakaran atau kecurian, atau menghitung persediaan pada pertengahan periode bila memakai system periodic tanpa melakukan stock opname (perhitugan fisik ke gudang).
Penggunaan yang utama dari metode laba kotor ini adalah sebagai cara untuk menaksir invertory apabila stock opname tidak mungkin atau tidak praktis dilakukan, dan untuk menguji kebenaran persediaan akhir yang dihitung dengan cara lain. Misalnya dalam hal ini persediaan habis terbakar atau apabila sebagian dari inventory telah dicuri.
6. Metode Persediaan Enceran (Retail Invertory Method)
Metode ini didasarkan atas hubungan antara harga pokok persediaan yang tersedia untuk dijual dengan harga enceran persediaan tersebut. Harga enceran dari semua barang dikumpulkan dalam catatan tambahan, dan persediaan dengan harga enceran ditentukan dengan mengurangi nilai penjualan dalam periode
(32)
tertentu dari harga enceran barang yang tersedia untuk dijual dalam periode yang sama. Kemudian persediaan menurut harga enceran dikonversi ke harga pokok berdasarkan rasio harga pokok terhadap harga jual.
7. Nilai Terendah antara Harga Pokok atau Harga Pasar (Lower of Cost or
Market/LOCOM).
Menurut metode ini, persedian akhir didasarkan atas harga beli (cost) dibandingkan dengan harga pasar (market) yang paling rendah. Metode ini dapat digunakan untuk mengatasi apabila terjadi perubahan pada tingkat persediaan, terutama dalam kondisi untuk menilai persediaan yang dimiliki. Adanya penurunan harga persediaan memerlukan suatu perlakuan sehingga penilaian tersebut sesuai dengan prinsip atau standar akuntansi yang berlaku. Kerugian yang terjadi harus segera dicatat walaupun kerugian tersebut belum direalisasi sedangkan keuntungan tidak boleh dicatat sebelum direalisasikan walaupun mungkin saja hal tersebut diungkapkan dalam laporan keuangan.
Metode LOCOM ini dapat disajikan dalam pos-pos individual, per kelas ataupun persediaan secara keseluruhan. Namun penggunaan metode ini mempunyai kelemahan karena sering kali harga pasar merupakan taksiran sehingga harga tersebut tidak sesuai dan dapat berakibat adanya laporan keuangan yang tidak benar dan menyesatkan. Disamping itu, metode ini juga memingkinkan suatu manipulasi atas laba perusahaan dengan menyajikan persediaan dibawah nilai perolehannya sehingga laba yang dilaporkan adalah hal yang tidak benar.
(33)
8. Nilai Pasar (Valuation at Market)
Bila harga pokok penjualan maupun persediaan dinilai menurut harga pasar, maka maka jumlahnya akan melebihi harga pokok persediaan yang dibeli. Peggunaan nilai ganti untuk mencatat harga pokok penjualan memungkinkan pembagian laba kotor menjadi dua bagian, yaitu selisih antara harga pokok pembelian dan nilai ganti pada saat penjualan, yang disebut keuntungan penyimpanan atau pemilikan (holding gain) dan selisih antara nilai ganti dan harga jual yang merupakan laba operasi (operating profit).
Dari penjelasan di atas, dapat diketahui bahwa penilaian persediaan dapat dilakukan berdasarkan biaya, harga pasar dan metode estimasi/perkiraan. Sedangkan penilaian persediaan menurut Standar Akuntansi Keuangan (2004:14.2) “Persediaan harus diukur berdasarkan biaya atau nilai realisasi
bersih, mana yang lebih rendah (the lower of cost and realizable value)”
Yang dimaksud dengan nilai realisasi bersih adalah taksiran harga jual dalam kegiatan usaha normal dikurangi taksiran biaya penyelesaian dan taksiran biaya yang diperlukan untuk melaksanakan penjualan.
E. Akuntansi Persediaan Menurut PSAK No. 14
Tujuan PSAK No. 14 ini adalah merumuskan perlakuan akuntansi untuk persediaan menurut biaya histories. Permasalahan pokok dalam akuntansi persediaan adalah jumlah biaya yang harus diakui sebagai aktiva dan konversi selanjutnya sampai pandapatan tersebut diakui.
Defenisi persediaan menurut Standar Akuntansi Keuangan (2004:14.1) “ persediaan adalah aktiva:
(34)
a. Tersedia untuk dijual dalam kegiatan usaha normal b. Dalam proses produksi dan atau dalam perjalanan: atau
c. Dalam bentuk bahan baku atau perlengkapan (supplies) untuk digunakan dalam proses produksi atau pemberian jasa.
Dari defenisi di atas dapat diketahui bahwa persediaan merupakan suatu aktiva yang meliputi barang milik perusahaan dengan maksud untuk dijual dalam kegiatan normal perusahaan, atau bahan-bahan yang masih dalam proses produksi untuk diolah menjadi barang setengah jadi/barang jadi, serta bahan baku, dan semua bahan perlengkapan yang digunakan untuk menghasilkan barang atau jasa. Dalam Standar Akuntansi Keuangan (2004:14.4) lebih ditegaskan lagi apa saja yang dikategorikan sebagai persediaan, yakni sebagai berikut:
Persediaan meliputi barang yang dibeli dan disimpan untuk dijual kembali, misalnya barang dagang yang dibeli oleh pengecer untuk dilual kembali, atau pengadaan tanah dan property lainnya untuk dijual kembali. Persediaan juga mencakup barang jadi yang telah diproduksi, atau barang dalam penyelesaian yang sedang diproduksi perusahaan, dan termasuk bahan serta kelengkapan yang akan digunakan dalam proses produksi. Bagi perusahaan jasa, persediaan meliputi biaya jasa, diamana pendapatan yang bersangkutan belum diakui perusahaan.
Adapun biaya-biaya persediaan menurut Standar Akuntansi Keuangan (2004:14.7) adalah sebagai berikut : “Biaya-biaya persediaan harus meliputi
semua biaya pembelian, biaya konversi dan biaya lain yang timbul samapi persediaan berada dalam kondisi dan tempat yang siap untuk dijual atau dipakai.”
Biaya pembelian persediaan meliputi harga pembelian, bea masuk dan pajak lainnya (kecuali yang kemudian dapat ditagih kembali oleh perusahaan
(35)
kepada kantor pajak), dan biaya pengangkutan, penanganan serta biaya lainnya yang secara langsung dapat diatribusikan pada perolehan barang jadi, bahan dan jasa. Diskon dagang, rabat, dan pos lain yang serupa dikurangkan dalam menentukan biaya pembelian.
Biaya konversi persediaan meliputi biaya yang secara langsung terkait dengan unit yang diproduksi dan biaya overhead produksi tetap dan variable yang dialokasikan secara sistematis, yang terjadi dalam proses konversi bahan menjadi barang jadi. Biaya overhead tetap adalah biaya produksi tak langsung yang relative konstan tanpa memperhatikan volume produksi yang dihasilkan, seperti penyusutan dan pemeliharaan bangunan dan peralatan pabrik dan juga biaya manajemen dan administrasi pabrik. Biaya overhead variable adalah biaya produksi yang berubah secara langsung atau hampir secara langsung, mengikuti perubahan volume produksi, seperti bahan tak langsung dan
Proses produksi mungkin menghasilkan lebih dari satu jenis produk secara serentak. Hal tersebut terjadi misalnya, bila dihasilkan produk gabungan (joint
product) atau bila terdapat produk utama dan produk sampingan. Bila biaya
konversi tidak dapat diidentifikasikan secara terpisah, biaya tersebut dialokasikan antar produk secara rasional dan konsisten. Biaya lain hanya dibebankan sebagai biaya persediaan sepanjang biaya tersebut timbul agar persediaan berada dalam kondisi dan tempat yang siap untuk dijual atau dipakai, sedangkan biaya-biaya yang merupakan baiya yang terjadi karena infisiensi perusahaan tidak dapat dimasukkan sebagai biaya persediaan.
(36)
Metode penilaian persediaan menurut PSAK No.14 harus dihitung dengan menggunakan rumus biaya yang antara lain: First-In, First-Out (FIFO), Rata-rata Tertimbang (Weighted Average Cost Method), ataupun Last-In, First-Out (LIFO).
Formula FIFO mengasumsikan barang dalam persediaan yang pertama dibeli akan dijual atau digunakan terlebih dahulu sehingga yang tertinggal dalam persediaan akhir adalah yang dibeli atau diproduksi kemudian. Dengan rumus biaya Rata-rata Tertimbang, biaya setiap barang ditentukan berdasarkan baiya rata-rata tertimbang dari barang serupa pada awal periode dan biaya barang serupa yang dibeli atau diproduksi selama periode. Perhitungan rata-rata dapat dilakukan secara berkala ataupun apada setiap penerimaan kiriman, tergantung pada keadaan perusahaan. Rumus LIFO mengasumsikan barang yang dibeli atau diproduksi terakhir dijual atau digunakan terlebih dahulu, sehingga yang termasuk dalam persediaan akhr adalah yang dibeli atau diproduksi terdahulu.
Menurut Standar Akuntansi Keuangan (2004:14.7) dalam hal penyajian persediaan pada laporan keuangan perlu diungkapkan beberapa hal, yaitu:
Kebijakan akuntansi yang digunakan dalam pengukuran persediaan termasuk rumus biaya yang dipakai.
Total jumlah tercatat persediaan dan jumlah tercatat menurut klasifikasi yang sesuai bagi perusahaan.
Jumlah tercatat persediaan yang dicatat sebesar nilai realisasi bersih.
Jumlah dari setiap pemulihan dari setiap penurunan nilai yang diakui sebagai penghasilan selama periode berjalan.
Kondisi atau peristiwa penyebab terjadinya pemulihan nilai persediaan yang diturunkan.
Nilai tercatat persediaan yang diperuntukkan sebagai jaminan kewajiban. Laporan keuangan harus mengungkapkan salah satu informasi berikut ini:
Biaya persediaan yang diakui sebagai beban selama periode tertentu, atau
Biaya operasi, yang dapat diaplikasikan pada pendapatan, diakui sebagai beban selama periode laporan keuangan, diklasifikasikan sesuai dengan hakikatnya.
(37)
F. Pengaruh Kesalahan Persediaan Pada Laporan Keuangan.
Pentingnaya penyajian dan pengungkapan persedian yang baik dalam laporan keuangan, maka perlu diketahui pengaruh kesalahan persedian terhadap laporan keuangan.
Niswonger (2000:362) mengatakan setiap kesalahan dalam perhitungan persediaan akan mempengaruhi baik neraca maupun laporan laba-rugi. Sebagai contoh, kesalahan dalam perhitungan fisik persediaan akan mengakibankan kekeliruan persediaan akhir, aktiva lancar dan total aktiva pada neraca. Hal ini disebabkan karena perhitungan fisik persediaan merupakan dasar bagi pembuatan ayat jurnal penyesuaian untuk memcatat penciutan persediaan. Selain itu kesalahan dalam perhitungan fisik persediaan akan menimbulkan kekeliruan harga pokok penjualan, laba kotor dan laba bersih pada laporan laba-rugi. Selanjutnya karena laba-rugi ditutup ke ekuitas pemilik pada akhir periode, maka ekuitas pemilik juga akan salah. Kesalahan ekuitas pemilik ini akan setara dengan kesalahan persediaan akhir, aktiva lanacar dan total aktiva.
Menurut Kieso (2002:452) pengaruh dari kesalahan persediaan dapat digambarkan sebagai berikut:
Salah saji persediaan akhir
Modal Kerja = Aktiva Lancar - Kewajiban Lancar Rasio Lancar = Aktiva Lancar : Kewajiban Lancar
Salah saji pembelian dan persediaan
Neraca Laporan Laba-Rugi
Persediaan Kurang Saji Harga Pokok Penjualan Lebih Saji Laba Ditahan Kurang Saji Laba Bersih Kurang Saji Modal Kerja Kurang Saji
Rasio Lancar Kurang Saji
Neraca Laporan Laba-Rugi
Persediaan Kurang Saji Pembelian Kurang Saji Laba Ditahan - Harga Pokok Penjualan -
(38)
Pada laporan keuangan maka untuk mencegah/menghindarinya perlu dilakukan perhitungan fisik persediaan. Perhitungan fisik secara teratur dari persediaan yang ada adalah pengelolan yang penting agar catatan akuntansi persediaan dapat diandalkan. Dengan system perpektual, perhitungan fisik dapat dibandingkan ke saldo persediaan yang dicatat untuk melihat apakah terdapat persediaan yang hilang atau dicuri. Dengan system periodic, perhitungan fisik hanya untuk mendapatkan informasi yang dibutuhkan untuk menghitung harga pokok penjualan. Tidak mempermasalahkan system persediaan yang digunakan perusahaan, perhitungan fisik persediaan perlu dan bagian yang penting dari akuntansi persediaan.
Perhitungan fisik menyangkut 2 tahap, yaitu: A. Perhitungan Kuantitas
Perhitungan fisik ini biasanya dilakukan pada hari libur atau tutup kantor setiap hari karena kegiatan ini cukup memakan waktu. Perlakuan yang khusus ini diambil untuk menyakinkan bahwa semua persediaan dimiliki dimanapun lokasinya, dihitung, dan persediaan ditangan tetapi tidak dimiliki atau tidak dihitung.
B. Biaya Persediaan.
Pada saat perhitungan fisik diselesaikan, setiap jenis dari barang yang dijual dibebankan biaya per unit. Kuantitas dari setiap jenis persediaan dikalikan dengan unit biaya untuk menetapkan jumlah akhir persediaan untuk bisnis. Ini adalah jumlah yang dilaporkan sebagai persediaan
(39)
dineraca. Saldo akhir dari akun persediaan disesuaikan untuk kekurangan yang ditemukan.
G. Tinjauan Penelitian Terdahulu
Nama Peneliti Variabel Penelitian Hasil Penelitian
Rico P. Lumban Toruan 2008 Persediaan dan Pengaruhnya terhadap laba perusahaan. Penerapan Akuntansi dalam hal persediaan dan pengaruhnya terhadap laba perusahaan blm sesuai
secara keseluruhan dengan PSAK No.14 Rumia R.O 2005 Persediaan dan Pengaruhnya terhadap laba perusahaan. Penerapan Akuntansi dalam hal persediaan dan pengaruhnya terhadap laba perusahaan blm sesuai
secara keseluruhan dengan PSAK No.14 Selvina 2004 Persediaan dan Pengaruhnya terhadap laba perusahaan. Penerapan Akuntansi dalam hal persediaan dan pengaruhnya terhadap laba perusahaan blm sesuai
secara keseluruhan dengan PSAK No.14
H. Kerangka Konseptual
PT. Elektronic City Indonesia Cabang Medan merupakan perusahaan dagang yang mempunyai aktifitas utama menjual barang-barang elektronik, dimana persediaannya merupakan aktiva perusahaan yang paling utama. Dasar penerapan akuntansi persediaan di Indonesia adalah PSAK No.14 oleh karena itu, perlu diperhatikan apakah penerapan akuntansi persediaan pada perusahaan telah sesuai atau tidak dengan PSAK No.14 terutama dalam pengaruhnya terhadap laba perusahaan. Adapun kerangka konseptual penelitian ini adalah sebagai berikut:
(40)
PT. Elektronic City Indonesia Cabang Medan
PSAK No.14
Pencatatan Persediaan
(41)
BAB III
METODE PENELITIAN
A. Jenis Penelitian
Metode analisis data yang dilakukan adalah dengan Metode Deskriptif. Metode Deskriptif yaitu suatu metode dimana data yang dikumpulkan, disusun, diinterprestasikan dan dianalisis sehingga memberikan keterangan yang lengkap bagi pemecahan masalah yang dihadapi.
B. Jenis Data
Jenis data yang dilakukan yaitu berupa data yang bersifat kualitatif dan kuantitatif yang terdiri dari data primer dan data sekunder.
1. Data primer adalah data yang diperoleh secara langsung dari objek penelitian yang dalam hal ini adalah PT. Electronic City Indonesia Cabang Medan. Data ini memerlukan pengolahan lebih lanjut dan dikembangkan dengan pemahaman sendiri oleh penulis, misalnya data yang diperoleh dari hasil wawancara dengan pihak perusahaan.
2. Data sekunder, yaitu data yang diperoleh dari perusahaan dan data tersebut sudah diolah dan terdokumentasi di perusahaan, seperti sejarah singkat perusahaan, stuktur organisasi perusahaan, laporan persediaan serta data kelengkapan lainnya. Data ini juga bias bersumber dari buku-buku dan sumber kepustakaan lainnya yang mendukung pembahasan penelitian ini.
C. Teknik Pengumpulan Data
(42)
1. Observasi, yaitu mengadakan pengamatan secara langsung maupun tidak langsung terhadap objek-objek yang diteliti dalam hal ini PT. Electronic City Indonesia Cabang Medan
2. Wawancara, yaitu melakukan serangkaian tanya jawab secara langsung dengan pihak perusahaan seperti pada pimpinan dan karyawan-karyawan lain yang berhubungan dengan objek penelitian.
3. Teknik studi literature, yaitu pengumpulan data-data dengan membaca dan mempelajari teori-teori dan literature-literatur yang berkaitan dengan akuntansi persediaan.
D. Tempat Jadwal Penelitian
Penelitian ini dilaksanakan di PT. Electronic City Indonesia Cabang Medan yang beralamat di Plaza Medan Fair lantai 3 Zona Selatan Jalan Jend. Gatot Subroto No. 30 Medan
(43)
E. Jadwal Penelitian
Tahap Penelitian Oktober November Desember January Pengajuan Proposal
Bimbingan Proposal Seminar Proposal
Bimbingan dan Penulisan Skripsi
(44)
BAB IV
HASIL PENELITIAN
A. Gambaran Umum PT. Elektronic City Indonesia Cabang Medan 1. Sejarah Singkat Perusahaan
PT. Elektronic City Indonesia Cabang Medan adalah sebuah perusahaan dagang yang mempunyai aktifitas utama mennjual produk-produk elektonik seperti TV, DVD player, Hp, mesin cuci, dan sebagainya. Perusahaan ini menjual produk tanpa melakukan perubahan pada produk tersebut dan membeli produk dari distributor produk tersebut.
Perusahan ini didirikan pada tanggal 01 September 2007 dengan alas an bahwa perusahaan ini perlu memperluas usaha di luar Jawa dalam hal ini di kota Medan. Perusahaan juga melihat bahwa kota Medan merupakan salah satu pasar yang cukup potensial karena kota Medan merupakan salah satu kota terbesar di Indonesia dan belum adanya perusahaan sejenis yang cukup besar dalam aktifitas penjualan barang-barang elektronik.
PT. Electronic City Indonesia Cabang Medan menjalin kerja sama dengan supplier barang-barang elektronik dalam usaha pengadaan barang dagangnya. Para supplier tersebut antara lain Sony, Sharp, Samsung, LG, Nokia, Panasonic, Polytron, dsb. Perusahaan langsung memesan kepada supplier yang berada di Jakarta maupun yang ada di Medan.
(45)
2. Struktur Organisasi dan Pembagian Tugas
Struktur organisasi adalah suatu kerangka atau bagan yang menggambarkan jaringan hibungan kerja yang bersifat formal, yang menunjukkan kedudukan dan jabatan secara hirarki. Struktur organisasi menggambarkan dengan jelas garis wewenang dan tanggung jawab setiap fungsi dalam sutau organisasi, yang sifatnya relative permanen tanpa menutup kemungkinan adanya reorganisasi, baik yang bersifat pemekaran maupun penyerdehanaan organisasi sesuai dengan tuntutan dari perkembangan organisasi tersebut.
Struktur organisasi perusahaan merupakan alat bagi perusahaan untuk menggambarkan pendelegasian wewenang pada tiap bagian sehingga aktivitas organisasi itu dapat diorganisasikan untuk mencapai tujuan perusahaan dengan mudah. Bentuk struktur organisasi perusahaan terlihat pada lampiran 1. struktur organisasi PT. Elektronic City Indonesia Cabang Medan menurut pembagian tugas dan tanggung jawab dapat diuraikan sebagai berikut:
C. ADMIN
1. Bertanggung jawab memonitor uang patty cash di departemen logistic dan rekap semua bon yang telah dipergunakan dan membuat laporan atas patty
cash yang digunakan setiap hari.
2. kontrol file : Surat masuk/keluar, Receiving Not,Outlet Transfer, Transfer
Order, Transfer Note, Delivery Order, Invoice, kwitansi dan Pick list.
3. Membuat surat keluar
(46)
B. HELPER
1. Melakukan pengecekan barang secara fisik, aksesoris dan kelengkapannya di receiving area,
2. Melakukan perapian di gudang sesuai lokasi, model dan kategori barang beserta FIFO,
3. Melakukan ciycel count terhadap barang di gudang sesuai lokasi, model dan kategori seminggu sekali,
4. Mengeluarkan barang take way, home delivery dan display ke toko, 5. Menjaga kebersihan
C. STAFF INVERTORY (RECEIVING)
1. Memonitor permintaan Outlet transfer dari departemen produk, mulai dari persiapan dokumen samapai barang tersebut samapai ke outlet tujuan,
2. Bertanggung jawab menerima dan mentransfer lokasi barang, baik antara lokasi gudang maupun antara lokasi gudang dengan display (toko) atau dengan lokasi lain (After Sales Service),
3. Bertanggung jawab atas data stock secara actual (Up Dating Data),
4. Bertanggung jawab untuk membuat laporan secara rutin mengenai kinerja
Inventory Control di departemen logistic pada outlet yang bersangkutan,
5. Memonitor permintaan buffer dan display dari toko. D. STAFF PURCHASE RETURN
1. Bertanggung jawab menerima barang sales return atau claim customer
in/out dari toko,
(47)
3. Membuat purchase return dari unit reject yang jatuh tempo,
4. Membuat laporan barang purchase return yang sudah dan belum di ambil, 5. Memonitor barang reject dan bertanggung jawab atas penukaran atau
pengembalian barang reject tersebut ke supplier E. STAFF STOCK CONTROL
1. Bertanggung jawab memonitor stock barang yang ada di gudang outlet, dan melakukan permintaan transfer barang ke gudang pusat untuk memenuhi
stock di gudang outlet,
2. Bertanggung jawab atas transfer lokasi barang, baik antar lokasi gudang maupun antara lokasi gudang dengan toko atau dengan lokasi lain (after
sales service),
3. Membuat permintaan barang dari centra warehouse ke outlet setiap hari (supply vs demand),
4. Bertanggung jawab atas pengeluaran barang dari semua operasional (picklist
take away/home delivery, purchase return)
5. Bertanggung jawab atas kerapian barang di dalam gudang dan harus sesuai dengan kategari berdasarkan fifo di lokasinya masing-masing,
6. Bertanggung jawab atas barang hilang dan barang tertukar (model/warna), 7. Bertanggung jawab atas data stock secara actual (up dating data),
8. Sebagai person in charge stock take, yang diadakan 1 (satu) kali dalam 3 bulan,
(48)
F. STAFF HOME DELIVERY
1. Bertanggung jawab atas stock barang yang ada di gudang yang akan dikirim ke delivery,
2. Membuat schedule pengiriman/maping untuk driver bekerja sama dengan staff gpu,
3. Bertanggung jawab atas pengeluaran barang dari gudang yang akan dikirim, 4. Bertanggung jawab atas barang hilang dan barang tertukar (model/warna)
sebelum atau sesudah pengiriman,
5. Membuat laporan pertanggung jawaban pengiriman oleh driver tiap hari, 6. meng-update data DO finish
7. Bekerja sama dengan ekspedisi untuk perjanjian sewa menyewa mobil, 8. Memastikan schedule buffer dan display dari CWH ke outlet.
G. DRIVER
1. Membuat schedule pengiriman/Maping untuk driver,
2. Bertanggung jawab atas barang hilang dan barang tertukar (model/warna) sebelum atau sesudah pengiriman,
3. Memastikan pengiriman sesuai schedule dan Maping yang telah ditentykan oleh staff,
4. Bekerja sama dengan ekspedisi untuk perjanjian sewa menyewa mobil, 5. Menjalakan schedule buffer dan display dari CWH ke outlet.
(49)
H. SENIOR STAFF LOGISTIC
1. Bertanggung jawab semua laporan internal dan eksternal di departemen logistik,
2. Bertanggung jawan atas semua kinerja departemen logistic, 3. Kontrol kerja di semua bagian di departemen logistic, 4. Membuat laporan movement logistic,
5. Membuat laporan stock aging (fast dan slow moving) di departemen logistic, 6. Kontrol stock reject dan good stock,
7. Memastikan kerjasama yang baik dengan semua devisi. I. SUPERVISOR LOGISTIC
1. Bertanggung jawab memonitor semua rekap dan laporan di departemen logistic,
2. Bertanggung jawab atas semua bagian di departemen logistic, 3. Kontrol kerja di semua bagian di departemen logistic,
4. Membuat laporan kinerja departemen logistic.
PT. Elecytronoic City Indonesia Cabang Medan beroperasi di wilayah Medan dan sekitarnya. Perusahan ini memesan barang dagangaanya dari perusahaan pusat yang berada di Jakarta atau memesan secara langsung dari supplier yang memiliki distributor di Medan seperti yang terlihat di lampiran 2.
(50)
3. Jenis-Jenis Persediaan
Pada PT. Electronic City Indonesia Cabang Medan yang kegiatannya dalam usaha dagang barang elektronik, terdiri dari berbagai jenis barang persediaan, antara lain:
a. Hand Phone (HP) : hand phone CDMA, GSM, Cyber shot b. Phone : single line phone, dect phone
c. DVD Player : tablet DVD, hifi W/DVD, hifi DVD, compo DVD d. Kamera Digital : digital still camera, digital video camera e. Mesin fax : fax thermal, fax laser
f. Radio cassette : radio cassette, radio cassette W/CD, RC W/DVD g. Speaker : speaker, active subwoofer, home theater, boom max h. Blender : blender plastic/glass, hand mixer, juicer ekstractor i. TV : TV slim, TV flat, TV ultra slim, Plasma TV
j. LCD : LCD-TV, LCD with pixel plus, slimfit k. AC : AC Split, AC split neo plasma
l. Refrigerator : refrigerator 1 door atau 2 door, side by side m. Mesin Cuci : WM 1 tube atau 2 tube, dryer, full auto WM
n. Persediaan lainnya yang dalam jumlah kecil seperti hair straighter, dispenser, water pump, gas cooker, microwave dan vacuum cleaner.
(51)
B. Metode Pencatatan Persediaan PT. Electronic City Indonesia Cabang Medan
PT. Electronic City Indonesia Cabang Medan mencatat persediaan barang dangannya dengan system pencatatan perpektual, sehingga perusahaan dapat mengetahui jumlah persediaan yang ada setiap saat karena catatan persediannya mampu menyajikan data dari setiap transaksi pemasukan maupun pengeluaran barang persediaan secara lengkap dan akurat. Namun pada setiap akhir bulan, diadakan pemeriksaan fisik barang yang meliputi:
1. Nama, model, dan kategori barang,
2. Jumlah atau kuantitas barang sesuai dengan surat pengirimannya.
Data persediaan yang ada di gudang maupun di toko langsung dicatat dalam system computer perusahaan pada saat barang masuk atau keluar. Hal ini merupakan kelemahan metode pencatatan persediaan perusahaan, karena memberikan kesempatan terjadinya kecurangan dalam pencatatan persediaan. Jurnal pembelian :
Stock barang xxx
Hutang usaha xxx
Pencatatan pembelian ini dilakukan oleh bagian akuntansi apabila barang yang dipesan telah diterima oleh bagian gudang dan dokumen dasar pencatatanya adalah faktur pembelian. Pencatatan permintaan barang dagang dilakukan oleh kepala gudang berdasarkan dokumen permintaan barang dagang. Apabila karyawan gudang sudah menerima dokumen permintaan barang dagang yang
(52)
telah disetujui tersebut maka karyawan gudang wajib mengeluarkannnya dan melaporkannya ke bagian akuntansi.
Jurnal penjualan
Piutang usaha xxx
Penjualan xxx
Harga pokok penjulan xxx
Stock Barang xxx
Adapun alas an penggunaan system pencatatan tersebut jenis persediaan barang dagangan yang beragam sehingga diperlukana suatusistem pencatatan yang selalu dapat tepat meberikan informasi tentang persediaan baik dari jumlah unit, harga perolehan per unit dan total nilai persediaan yang dimiliki. Hal tersebut juga di dukung oleh karywan bahwa perputaran persediaan yang cukup sehingga informasi yang tersedia dengan cepat dan lengkap mengenai persediaan barang dagangan akan memudahkan manajemen perusahaan dalam mengantisipasi setiap peluang penjualan maupun penurunan penjualan sehingga persediaan akan selalu tersedia untuk mencegah kelebihan maupun kekurangan persediaan. Sistem perpetual ini juga memudahkan pihak manajemen dalam memenuhi permintaan pangsa pasar yang meningkat dan menantisipasi terhindar dari persediaan barang yang rusak pada saat permintaan pangsa pasar turun.
Dalam opersional, PT Elektronik City Indonesia Cabang Medang sering menemukan persediaan rusak atau barang yang tidak sesuai dengan yang di pesan, maka perusahaan akan melakukan retur pembelian seperti yang teradapat pada lampiran 3.
(53)
Jurnal retur pembelian :
Utang usaha xxx
Persediaan xxx
Perlakuan terhadap potongan pembelian yang di lakukan PT Elektronik City Indonesia Cabang Medan menerapkan system pencatatan metode bersih, dimana potongan pembelian yang di peroleh di perlakukan sebagai pengurang harga pokok. Pencatatan dalam pembukuan, akun persediaan dan hutang usaha/usaha di catat menurut jumlah harga barang yang di beli di kurangi potong tunai. Jadi, potongan tunai tersebutu sudah di akui pada saat terjadi traansaksi pembelian.
Penggunaan metode bersih baik karena dapat menyajikan nilai asset dan kewajiban yang berkaitn secara benar, serta apabali terdapat rugi potongan maka dapat di lihat inefisiensi manajemen keuangan karena tidak dapat memanfaatkan potongan tunai yang di peroleh.
Ketentuan mengenai barang dalam perjalanan didasarkan atas syarat Free
On Board (FOB) Destination mengingat barang dagangan adalah alat elektronik
sehingga membutuhkan penanganan yang khusus dan lokasi supplier yang cukup jauh sehingga perusahaan dapat menghindari kemungkinan kerugian akibat kerusakan dalam perjalanan. Oleh karena itu persediaan di akui sebagai milik perusahaan apabila telah sampai dan di terima dengan baik oleh bagian gudang. C. Metode Penilaian Persediaan pada PPT Elektronik City Indonesia Cabang Medan
PT Elektronik City Indonesia Cabang Medan menggunakan metode penilaian persediaan secara FIFO (First in First Out). Menurut metode ini, barang
(54)
yang rusak lebih awal akan di keluarkan lebih awal juga. Dalam hal ini harga pokok persediaan yang pertama di jual sesuai dengan harga pokok persediaan yang pertama di beli dan nilai harga pokok persediaan yang terakhir di jual sesuai dengan harga pokok persediaan yang terakhir di beli dengan jenis sesuai persediaan yang sama. Setiap persdian yang di miliki akan di buatkan kartu persediaan masing-masing yang terdiri dari kolom ppenerimaan, pengeluaran, serta saldo perkiraan persediaan tersebut.
Penggunaan metode ini di pandang lebih sesuai untuk di terapkan dalam perusahaan, karena barang dagangangan yang di jual mengalami perkembangan baik jenis, tipe, maupun model barang yang cukup cepat. Dengan demikian, perusahaan dapat menghindari kerugian penjualan akibat dari barang dagangan yang telah usang atau ketinggalan zaman.
Dengan metode FIFO berarti PT Elektronik City Indonesia Cabang Medan akan menghitung harga popok penjualan barang yang di jual berdasrkn pada nilai barang yang lebih awal masuk ke gudang, sedangkan nilai persediaan akhir di hitung berdasarkan nilai barang yang terakhir masuk gudang. Metode penilaian FIFO yang di gunakan perusahaan akan menghasilkan akuntansi persediaan yang terbatu karena persediaan yang ada di gudang adalah persediaan yang harga pokok per unitnya yang terakhir di beli atau yang terbaru,seperti terlihat pada lampiran 4. Barang yang di beli perusahaan untuk di jual kembali, biasanya tidak langsung terjual. Antara saat pembelian dengan saat penjualan terdapat sat menunggu yang lamanya tergantung pada kecepatan perputaran atau laku tidaknya barang yang bersangkutan. Pada masa menunggu tersebut, harga pasang barang
(55)
mungkin menurun. Penurunan harga tersebut dapat di sebabkan berbagai factor. Tingkat penurunan harga bias bermacam-macam, mulai dari penurunan harga yang tidak begitu berarti hingga penurunan harga yang melewati (di bawah) harga perolehannya, maka cukup beralasan bagi perusahaan untuk tidak lagi menggunakan harga perolehan sebagai dasar, karena kemampuan persediaan untuk menghasilkan pendapatan sudah menurun bahkan menimbulkan kerugian. Ketidakmampuan untuk memperoleh kembai seluruh harga perolehan barang merupakan suatu kerugian yang harus di akui dan di laporkan pada periode penurunan harga terjadi bukan pada peride penjualan barang tersebut.
4. Analisis Hasil Penelitian 1. Dalam struktur organisasi
Dalam struktur organisasi yang baik harus terdapa pemisahan antara fungsi pelaksanaan, penyimpanan, dan pencatatan sehingga tercipta system pengawasan yang baik. Apabila ada perangkapan dari tugas maka akan memberikan kesempatan untuk melakukan penyelewengan atau manipulasi PT. Elektronik City Indonesia Cabang Medan dalam pembelian kegiatannya melakukan pembagian tugas dan kewjiban kepada masing-masing stafnya. Struktur organisasi yang di terapkan perusahaan ini adalah jenis garis dan staf. Ini terlihat dari pembagian wewenang, tugas, dan tanggung jawab, para staf. Tiap-tiap staf memiliki tugas dan tanggung jawab yang berbeda serta memilik file-file atau dokumen yang harus dipertanggungjawabkan setiap hari sehingga penilaiana, pencatatan, dan pelaporan persediaan tidak tumpang tindih.
(56)
Selain adanya pemisahan tugas yang baik, dalam perusahaan ini juga terdapat system otorisasi untuk setiap transaksi yang berhubungan dengan persediaan, untuk mengetahui apakah suaut transaksi sudah dilaksanakan sesuai dengan wewenang yang di berikan dan perlu adanya suatu pembuktian bahwa kuas yang di berikan orang yang berwenang itu benar-benar telah dilaksanakan sesuai denan kuasa yang di berikan.
2. Jenis Persediaan
Persediaan pada PT Elektronik Indonesia Cabang Medan merupakan barang dagang yang di beli dan disimpan untuk di jual kembali dalam operasi normal perusahaan. Namun dalam pengelompokkan persediaan, perusahaan belum melakuakn klasifikasi persediaan dengan baik. Perusahaan tidak menentukan suatu system tertentu untuk mempermudah pengawasan jenis-jenis persediaan. Persediaan di kelompokkan berdasarkan nama masing-masing persediaan walaupun antara barang yang satu dengan yang lain dapat memiliki persamaan seperti model ataupun kategori mereknya.
3. Metode Pencatatan Penjualan.
Metode pencatatan persediaan yang di gunakan oleh PT Elektronik City Indonesia Cabang Medan adalah metode perpetual. Dalam penggunaan metode ini, persahaan telah mencatat setiap transaksi yang memperngaruhi nilai persediaan secara terus menurus baik transaksi yang menambah maupun mengurangi saldo yang ada sehingga setiap saat dapat di ketahui bahwa kuantitass fisik dan nilai persediaan yang ada di perusahaan daapat mengawasi proses keluar dan masuknya barang dagangan dengan baik.
(57)
Penggunaan metode pencatatan perpetual pada PT Elektronik City Indonesia Cabang Medan telah sesuai dengan Pernyataan Standar Akuntansi Keuangan No.14 dimana pada saat transaksi pembelian persediaan di catat dengan mendebit perkiraan persediaan bersangkutan dan mengkredit kas atau hutang dan pada saat penjualan, harga pokok barang yang terjual dicata dengan mendebit harga pokok penjualan dan mengkredit persediaan tersebut.
Perhitungan fisik di lakukan pada setiap akhir bulan. Hal ini telah sesuai dengan PSAK No.14 diman inventarisasi fisik perlu di lakukan untuk mengetahui kebenaran saldo perkiraan persediaan yang ada pada kartu persediaan yang telah di catat dengan kondisi fisik persediaan yang ada di gudang untuk mengetahui apakah telah sesuai atau tidak.
4. Metode Penilaian Persediaan
PT Elektronik City Indonesia Cabang Medb melakuka penilaian persediaan dengan metode FIFO dimana metode ini sesuai diterapkan untuk perusahaan yang memiliki jenis persediaan yang cukup banyak. Metode ini juga akan menghasilkan akuntasi persediaan yang terbaru kerena persediaan yang ada di gudang adalah persediaan terakhir tu terbaru di beli sehingga perusahaan akan terhindar dari kerusakan fisik persediaan.
Metode FIFO yang di gunakan perusahaan dalam melakukan penilain persediaan telah sesuai dengan pernyataan standar akuntansi keuangan no. 14, dimana barang yang pertama di beli akan di jual telebih dahulu sehingga persediaan yang tertinggal di gudang sebagai persediaan akhir adalah persediaan yang di beli kemudian.
(58)
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
Berdasarkan uraian-uraian dan analisis yang telah dikemukakan pada bab-bab sebelumnya, maka penulisan mencoba menarik beberapa kesimpulan dan saran bagi perusahaan sehubungan dengan akuntansi persediaan pada PT. Electronic City Indonesia Cabang Medan.
A. Kesimpulan
1. PT. Electronic City Indonesia Cabang Medan merupakan cabang PT. Electronic City Indonesia yang berpusat di Jakarta dan bergerak dibidang perdagangan barang-barang electronic di wilayah kota Medan dan sekitarnya. Persediaan yang ada di perusahaan ini antara lain: HP, telepon, kultas, mesin cuci, kamera digital, TV,LCD, dan sebagainya.
2. Struktur organisasi perusahaan menggunakan struktur garis dan staf. 3. Metode pencatatan yang dilakukan perusahaan adalah perpektual. Metode
ini sesuai dengan Pernyataan Standar Akuntansi No. 14. Namun, perusahaan mempunyai kelemahan yaitu kurangnya pengawasan pencatatan karena tidak ada pencatatan persediaan secara manual seperti kartu gudang dan kartu persediaan toko.
4. Perusahaan melakukan perhitungan fisik setiap akhir bulan. Hal ini telah sesuai dengan PSAK No. 14 dimana inventarisasi fisik perlu dilakukan untuk mengetahui kebenaran saldo perkiraan persediaan yang ada pada
(59)
data persediaan yang telah dicatat dengan kondisi fisik persediaan yang ada di gudang untuk mengetahui apakah telah sesuai atau tidak.
5. Metode penilaian persediaan yang digunakan adalah FIFO karena perusahaan memiliki persediaan yang jenisnya banyak, penggunaan metode FIFO sangat cocok digunakan karena sejalan dengan aliran fisik barang dagangan dimana dalam manajemen yang baik biasanya barang yang paling lama dijual terlebih dahulu.
B. Saran
1. Perusahaan sebaiknya menambah jumlah karyawannya agar kegiatan operasional perusahaan dapat berjalan lebih baik dan lancer yaitu posisi Staff Stock Control dan Senior Staff Logistic.
2. Perusahaan sebaiknya mempertimbangkan untuk meningkatkan pengawasan terhadap pencatatan persediaan. Hal ini dapat dilakukan dengan mengadakan kartu persediaan toko dan kartu gudang yang dicatat secara manual sehingga perusahaan dapat mencocokkan data yang ada di system computer perusahaan dengan data yang ada di kartu tersebut.
3. Perusahaan sebaiknya lebih sering dalam melakukan pemeriksaan fisik persediaan mengingat banyaknya jenis persediaan dalam perusahaan. Misalnya, dua kali dalam sebulan.
(60)
DAFTAR PUSTAKA
Dyckman Thomas, R. Rolland,, et, all. Akuntansi Intermediate, Edisi Keempat, Jilid I, Terjemahan Munir Ali, Jakarta,2000.
Donald, Kieso, dan Weygandt Warfield. Akuntansi Keuangan Menengah, Jilid I, Erlangga, Jakarta, 2002.
Niswonger, et, all. Prinsip-Prinsip Akuntansi, Jilid I, Edisi 20, Air Bahasa Alfonsus Sirait, M.Bus, dan Helda Gunawan, SE, Penerbit Erlangga, Jakarta, 2000.
Mulyadi. Kanaka Puradireja. Auditing, Buku Dua, Edisi Keenam, Salemba Empat, Jakarta, 2002.
Rangkuti, Freddy. Manajemen Persediaan: Aplikasi Di Bidang Bisnis, Edisi Ketiga, Radja Grafindo Persada, Jakarta, 2004.
Skousen, K. Fred, James D. Stice, Earl K.Stice. Intermediate Accounting, Edisi Lima Belas, Terjemahan Tim Penerjemah Salemba Empat, Salemba Empat, Buku Satu, Jakarta, 2004.
Warren, Carl S., James M. Reeve dan Philip E. Fess. Pengantar Akuntansi, Edisi 21, Buku Satu, Terjemahan Aria Farahmita dan Amanugrahani, Salemba Empat, Jakarta, 2005.
Ikatan Akuntan Indonesia. Standar Akuntansi Keuangan, Salemba Empat, Jakarta,2004.
Fakultas Ekonomi Sumatera Utara, Departemen Akuntansi. Buku Petunjuk Teknis
(61)
Lampiran 1
Struktur Organisasi
Logistic Supervisor
Senior Staff
Admin Logistic Staff Logistic • Receiving • Stock Control • Home Delivery • Purchase Return • Helper
(62)
Lampiran 2 Purchase Order
(63)
Lampiran 3
Laporan Stock-FIFO
Loc Model Product Name Product Code QTY Taking
A3BI0 DF12NM/GY DENPOO DESK FAN DREY 0001525-12-D0821
2 2 A3BI0 SCF-128 DENPOO FREEZER WHITE
0005294-12-D0821
1 1 A3BI0 VC-0017/WH DENPOO VACUM CLEANER WHITE
0024731-12-D0821
2 2 A3BI0 ZB2902/PP ELECTROLUX VACUM CL
0024041-12-E0321
1 1 A3BI0 ZB2905/YW ELECTROLUX VACUM CLEANER
YELLO 0024040-12-E0321 2 2
A3BI0 MC-8044NLC LG MICROWAVE OVEN & GRILL
0010797-12-L0121
2 2 A3BI0
MS-2347ARS/SL
LG MICROWAVE OVEN SILVER
0013065-12-L0121
3 3 A3BI0 BH1321/S
NEW/SS
MODENA BIH STAINLESS
0008674-12-I0321
1 1
A3BI0 OX-688 OXONE WATER DISPENSER
PORTABLE 0013356-22-O0622 2 2
A3BI0 OX-78TS OXONE PROFESIONAL MICROWAVE
0020157-22-O0622
2 2 A3BI0 OX-808 OXONE BOX FAN WHITE
0004524-22-O0622
1 1 A3BI0 OX-858 OXONE OVEN TOASTER WHITE
0004551-22-O0622
3 3 A3BI0 OX-866/PK OXONE VACUM CLEANER PINK
0004562-22-O0622
3 3 A3BI0 F-ER303/GR PANASONIC BOX FAN GREEN
0002366-12-P0321
3 3 A3BI0 FV-25TGU2 PANASONIC EXHAUST FAN WHITE
002550-12-P0321
2 2 A3BI0
EM-S105AW/WH
SANYO MICROWAVE WHITE
0023991-12-S0821
2 2 A3BI0 SC-297T/BE SANYO VACUM CLEANER BLUE
0016899-12-S0821
6 6 A3BI0 KC-840Y-B/BL SHARP AIR PURIFIER BLACK
0025297-12-S0521
4 4 A3BI0
KC-860Y-W/WH
SHARP AIR PURIFIER WHITE
0025296-12-S0521
5 5 A3BI0
KC-850Y-R/RD
SHARP AIR PURIFIER RED
0023896-12-S0521
(64)
A3BI0 R-230R(S) SHARP MICROWAVE OVEN SILVER
0021858-12-S0521
2 2 A3SM0 COMPACT 707 WATER HEATER ELEKTRIC
WHITE 0001251-12-M0821 2 2
A3SM0 BL-151PF-AP/WH
MIYAKO BLENDER PLASTIK WHITE
0000790-12-B0121
4 4 A3SM0 HM-620 MIYAKO HAND MIXER WHITE
0012729-12-B0121
7 7 A3SM0 EH-8469/BE PANASONIC HAIR STYLER BLUE
0002131-12-P0321
3 3 A3SM0 SR-DE182WSR PANASONIC RICE COOKER WHITE
0018864-12-P0321
1 1 A3SM0 GC 1815/OG PHILIPS STEAM IRON ORANGE
0017416-12-C0121
1 1 A3SM0 HD2384 PHILIPS SANDWICH TOASTER WHITE
0002806-12-C0121
5 5 A3SM0 HQ132 PHILIPS SHAVER RED
0020915-12-C0121
4 4 A3SM0 HR 2071 PHILIPS BELENDER GLASS WHITE
0014775-12-C0121
4 4 A3SM0 SAC-B11 SANYO COFFEE MAKER STANDART
WH 0005185-12-S0821 5 5
A3SM0 SAC-B41M SANYO COFFEE MAKER ORANGE
0016538-12-S0821
3 3 A3SM0 SJ-BJ11 SANYO JUICER EXTRACTOR WHITE
0005467-12-S0821
3 3 A3SM0 ECJ-SP18C/GL SANYO RICE COOKER 6 IN 1 GOLD
0016535-12-S0821
2 2 A3SM0 SHM-B11 SANYO HAND MIXER WHITE
0005417-12-S0821
(1)
data persediaan yang telah dicatat dengan kondisi fisik persediaan yang ada di gudang untuk mengetahui apakah telah sesuai atau tidak.
5. Metode penilaian persediaan yang digunakan adalah FIFO karena perusahaan memiliki persediaan yang jenisnya banyak, penggunaan metode FIFO sangat cocok digunakan karena sejalan dengan aliran fisik barang dagangan dimana dalam manajemen yang baik biasanya barang yang paling lama dijual terlebih dahulu.
B. Saran
1. Perusahaan sebaiknya menambah jumlah karyawannya agar kegiatan operasional perusahaan dapat berjalan lebih baik dan lancer yaitu posisi Staff Stock Control dan Senior Staff Logistic.
2. Perusahaan sebaiknya mempertimbangkan untuk meningkatkan pengawasan terhadap pencatatan persediaan. Hal ini dapat dilakukan dengan mengadakan kartu persediaan toko dan kartu gudang yang dicatat secara manual sehingga perusahaan dapat mencocokkan data yang ada di system computer perusahaan dengan data yang ada di kartu tersebut.
3. Perusahaan sebaiknya lebih sering dalam melakukan pemeriksaan fisik persediaan mengingat banyaknya jenis persediaan dalam perusahaan. Misalnya, dua kali dalam sebulan.
(2)
Dyckman Thomas, R. Rolland,, et, all. Akuntansi Intermediate, Edisi Keempat, Jilid I, Terjemahan Munir Ali, Jakarta,2000.
Donald, Kieso, dan Weygandt Warfield. Akuntansi Keuangan Menengah, Jilid I, Erlangga, Jakarta, 2002.
Niswonger, et, all. Prinsip-Prinsip Akuntansi, Jilid I, Edisi 20, Air Bahasa Alfonsus Sirait, M.Bus, dan Helda Gunawan, SE, Penerbit Erlangga, Jakarta, 2000.
Mulyadi. Kanaka Puradireja. Auditing, Buku Dua, Edisi Keenam, Salemba Empat, Jakarta, 2002.
Rangkuti, Freddy. Manajemen Persediaan: Aplikasi Di Bidang Bisnis, Edisi Ketiga, Radja Grafindo Persada, Jakarta, 2004.
Skousen, K. Fred, James D. Stice, Earl K.Stice. Intermediate Accounting, Edisi Lima Belas, Terjemahan Tim Penerjemah Salemba Empat, Salemba Empat, Buku Satu, Jakarta, 2004.
Warren, Carl S., James M. Reeve dan Philip E. Fess. Pengantar Akuntansi, Edisi 21, Buku Satu, Terjemahan Aria Farahmita dan Amanugrahani, Salemba Empat, Jakarta, 2005.
Ikatan Akuntan Indonesia. Standar Akuntansi Keuangan, Salemba Empat, Jakarta,2004.
Fakultas Ekonomi Sumatera Utara, Departemen Akuntansi. Buku Petunjuk Teknis Penulisan Proposal Penelitian dan Penulisan Skripsi, Medan, 2006.
(3)
Lampiran 1
Struktur Organisasi
Logistic Supervisor
Senior Staff
Admin Logistic Staff Logistic
• Receiving • Stock Control • Home Delivery • Purchase Return • Helper
• Driver
(4)
(5)
Lampiran 3
Laporan Stock-FIFO
Loc Model Product Name Product Code QTY Taking
A3BI0 DF12NM/GY DENPOO DESK FAN DREY 0001525-12-D0821
2 2
A3BI0 SCF-128 DENPOO FREEZER WHITE 0005294-12-D0821
1 1
A3BI0 VC-0017/WH DENPOO VACUM CLEANER WHITE 0024731-12-D0821
2 2
A3BI0 ZB2902/PP ELECTROLUX VACUM CL 0024041-12-E0321
1 1
A3BI0 ZB2905/YW ELECTROLUX VACUM CLEANER
YELLO 0024040-12-E0321 2 2
A3BI0 MC-8044NLC LG MICROWAVE OVEN & GRILL 0010797-12-L0121
2 2
A3BI0
MS-2347ARS/SL
LG MICROWAVE OVEN SILVER
0013065-12-L0121
3 3
A3BI0 BH1321/S NEW/SS
MODENA BIH STAINLESS
0008674-12-I0321
1 1
A3BI0 OX-688 OXONE WATER DISPENSER
PORTABLE 0013356-22-O0622 2 2
A3BI0 OX-78TS OXONE PROFESIONAL MICROWAVE 0020157-22-O0622
2 2
A3BI0 OX-808 OXONE BOX FAN WHITE 0004524-22-O0622
1 1
A3BI0 OX-858 OXONE OVEN TOASTER WHITE 0004551-22-O0622
3 3
A3BI0 OX-866/PK OXONE VACUM CLEANER PINK 0004562-22-O0622
3 3
A3BI0 F-ER303/GR PANASONIC BOX FAN GREEN 0002366-12-P0321
3 3
A3BI0 FV-25TGU2 PANASONIC EXHAUST FAN WHITE 002550-12-P0321
2 2
A3BI0
EM-S105AW/WH
SANYO MICROWAVE WHITE
0023991-12-S0821
2 2
A3BI0 SC-297T/BE SANYO VACUM CLEANER BLUE 0016899-12-S0821
6 6
A3BI0 KC-840Y-B/BL SHARP AIR PURIFIER BLACK 0025297-12-S0521
4 4
A3BI0 KC-860Y-W/WH
SHARP AIR PURIFIER WHITE
0025296-12-S0521
5 5
A3BI0 KC-850Y-R/RD
SHARP AIR PURIFIER RED
0023896-12-S0521
4 4
(6)
S0521 A3SM0 COMPACT 707 WATER HEATER ELEKTRIC
WHITE 0001251-12-M0821 2 2
A3SM0 BL-151PF-AP/WH
MIYAKO BLENDER PLASTIK WHITE
0000790-12-B0121
4 4
A3SM0 HM-620 MIYAKO HAND MIXER WHITE 0012729-12-B0121
7 7
A3SM0 EH-8469/BE PANASONIC HAIR STYLER BLUE 0002131-12-P0321
3 3
A3SM0 SR-DE182WSR PANASONIC RICE COOKER WHITE 0018864-12-P0321
1 1
A3SM0 GC 1815/OG PHILIPS STEAM IRON ORANGE 0017416-12-C0121
1 1
A3SM0 HD2384 PHILIPS SANDWICH TOASTER WHITE 0002806-12-C0121
5 5
A3SM0 HQ132 PHILIPS SHAVER RED
0020915-12-C0121
4 4
A3SM0 HR 2071 PHILIPS BELENDER GLASS WHITE 0014775-12-C0121
4 4
A3SM0 SAC-B11 SANYO COFFEE MAKER STANDART
WH 0005185-12-S0821 5 5
A3SM0 SAC-B41M SANYO COFFEE MAKER ORANGE 0016538-12-S0821
3 3
A3SM0 SJ-BJ11 SANYO JUICER EXTRACTOR WHITE 0005467-12-S0821
3 3
A3SM0 ECJ-SP18C/GL SANYO RICE COOKER 6 IN 1 GOLD 0016535-12-S0821
2 2
A3SM0 SHM-B11 SANYO HAND MIXER WHITE 0005417-12-S0821