Analisa Akuntansi Persediaan Sesuai Dengan PSAK No 14 Pada PT. Indomarco Prismatama Cabang Medan
UNIVERSITAS
FAKULTAS EKONOMI PROGRAM S1 EKSTENSI MEDAN
SKRIPSI
ANALISA AKUNTANSI PERSEDIAAN SESUAI DENGAN
PSAK NO. 14 PADA PT. INDOMARCO
PRISMATAMA CABANG MEDAN
OLEH:
NAMA : BERLIANA IRAWATI SARAGIH
NIM : 070522104
DEPARTEMEN : AKUNTANSI
Guna Memenuhi Salah Satu Syarat Untuk
Memperoleh Gelar Sarjana Ekonomi
(2)
PERNYATAAN
Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi yang berjudul “ Analisa Akuntansi Persediaan Sesuai Dengan PSAK No 14 Pada PT Indomarco Prismatama Cabang Medan” adalah benar hasil karya saya sendiri dan judul yang dimaksud belum pernah dimuat, dipublikasikan atau diteliti oleh mahasiswa lain dalam konteks penulisan skripsi S1 Departemen Akuntansi Fakultas Ekonomi Universitas Sumatera Utara. Semua sumber data dan informasi yang diperoleh, telah dinyatakan dengan jelas, benar apa adanya. Dan apabila dikemudian hari pernyataan ini tidak benar, saya bersedia menerima sanksi yang ditetapkan oleh Universitas Sumatera Utara.
Medan, September 2010 Yang membuat pernyataan
Berliana Irawati Saragih NIM : 070522104
(3)
KATA PENGANTAR
Segala pujian, hormat dan syukur penulis ucapkan kepada Tuhan Yang Maha Esa atas berkat dan rahmatnya, sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini. Skripsi ini berjudul “Analisa Akuntansi Persediaan Sesuai Dengan Sesuai PSAK No 14 Pada PT Indomarco Prismatama Cabang Medan”, disusun guna memperoleh gelar Sarjana Ekonomi pada Fakultas Ekonomi Universitas Sumatera Utara.
Sepanjang proses penyusunan skripsi ini, penulis mendapat banyak bantuan serta dukungan dari berbagai pihak. Oleh karena itu, dalam kesempatan ini penulis ingin menyampaikan rasa terima kasih kepada kedua orang tua penulis. Bismar Saragih dan Rasmianna Purba yang senantiasa memberikan motivasi, baik segi dana dan doa yang tiada henti. Penulis juga mengucapkan terima kasih kepada:
1. Bapak Drs. Jhon Tafbu Ritongga, M.Ec., selaku Dekan Fakultas Ekonomi Universitas Sumatera Utara.
2. Bapak Drs. Hasan Sakti Siregar, M.Si, Ak., selaku Ketua Departemen Akuntansi Fakultas Ekonomi Sumatera Utara.
3. Ibu Dra. Mutia Ismail, MM, Ak., selaku Sekretaris Departemen Akuntansi Fakultas Ekonomi Sumatera Utara.
4. Bapak Drs. Hotmal Ja’far MM, Ak., selaku Dosen Pembimbing, yang memberikan bimbingan dan pengarahan dalam penyusunan skripsi ini.
(4)
5. Bapak Drs. Chairul Nazwar, M.Si, Ak selaku Dosen Pembanding I, yang telah memberikan saran dan arahan selama penyusunan skripsi ini.
6. Ibu Dra. Salbiah, M.Si, Ak selaku Dosen Pembanding II, yang telah memberikan saran dan arahan selama penyusunan skripsi ini.
7. Pimpinan dan Staff bagian Akuntansi PT Indomarco Prismatama Cabang Medan, terimaksih atas bantuannya.
Penulis menyadari skripsi ini masih jauh dari sempurna dan masih banyak kelemahan-kelemahan yang semata-mata merupakan kelemahan penulis. Dengan segala kerendahan hati, penulis menerima segala saran dan kritik yang membangun bagi kesempurnaan skripsi ini.
Medan, September 2010 Penulis
Berliana Irawati Saragih NIM: 070522104
(5)
ABSTRAK
Persediaan dagang adalah aktiva yang tersedia untuk dijual dalam kegiatan usaha normal perusahaan dagang. Permasalahan utama dalam akuntansi persediaan adalah pencatatan dan penilaian persediaan. Hal inilah yang mendorong penulis untuk meneliti apakah penerapan akuntansi i persediaan pada PT Indomarco Prismatama Cabang Medan telah sesuai dengan PSAK No. 14.
Dalam penelitin ini penulis menggunakan metode deskripti. Data yang diperoleh penulis adalah data tahun 2010. Penulis mengumpulkan melaui studi dokumentasi. Jeni data yang dikumpulkan penulis adalah data sekunder. Data yang diperoleh dikumpulkan, diinterpretasikan, serta dianalisis kemudian diuraikan secara rinci untuk mengetahui permasalahan dan mencari penjelasannya.
PT Indomarco Prismatama Cabang Medan adalah perusahaan dagang retail barang kebutuhan sehari-hari. Hasil penelitin penulis melihat bahwa PSAK NO. 14 telah diterapkan dengan baik meliputi pencatatan dan penilaian persediaan yang telah sesuai dengan prinsip akuntansi.
Kata kunci: Persediaan, PSAk No. 14, Pencatatan Persediaan, Penilaian
(6)
ABSTRAC
Merchadise Inventory is assets available for sale in normal activity of company. The main problem in the inventory accounting is inventory recording and valuation of inventory. This case support of writer to make a research namely to know the application of policy inventory accounting in PT Indomarco Prismatama Cabang Medan has confortable in PSAK No. 14.
In this research the writer uses the descripive method. Data used by writer is gained from division accounting and data period in April 2010. The writer collects data by study of documentations. The kind of data used in this research is secondary data. Data gained collected, interpreted, analyzed and described to know the problem and seek the solution.
PT Indomarco Prismatama Cabang Medan represent the peripatetic company that sales of daily need of pepole. Their inventory named as merchadise inventory. From result of writer researsh see that PSAK NO. 14 have been aplied. This matter is visible from system of record- mkeeping ang method of inventory assestment been conducted as according to accounting pricnciple.
Keywords: Inventory, PSAK NO. 14, Recording of Inventory, Valuation of Inventory.
(7)
DAFTAR ISI
PERNYATAAN ... i
KATA PENGANTAR ... ii
ABSTARK... ... iv
ABSTRAC... ... v
DAFTAR ISI... ... vi
DAFTAR TABEL. ... ix
DAFTAR GAMBAR ... x
DAFTAR LAMPIRAN ... xi
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah ... 1
B. Perumusan Masalah ... 3
C. Tujuan Penelitian ... 3
D. Manfaat Penelitian ... 3
BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Pengertian Persediaan dan Jenis Persediaan ... 5
(8)
2. Jenis-jenis Persediaan ... 5
B. Biaya-biaya Persediaan ... 7
C. Metode Pencatatan Persediaan ... 12
D. Metode Penilaian Persediaan ... 15
1.Penilaian Persediaan Berdasarkan Harga Pokok ... 15
2. Penilaian Persediaan Selaian Dari Harga Pokok... 24
E. Penyajian Terhadap Laporan Keuangan ... 28
1.Perbandingan Pengaruh Metode Penilaian Persediaan Pada Kondisi Inflasi ... 30
2. Perbandingan Pengaruh Metode Penilaian Persediaan Pada Kondisi Deflasi ... 31
F. Tinjauan Peneliti Terdahulu……… ... 32
G. Kerangka Konseptual ... 32
BAB III METODE PENELITIAN A. Jenis Penelitian...34
B. Jenis Data ...34
C. Teknik Pengumpulan Data... 35
D. Metode Penganalisaan Data ... 35
E. Lokasi dan Jadwal Penelitian... 35 BAB IV HASIL PENELITIAN
(9)
Cab. Medan ... 37
1. Sejarah Singkat Berdirinya Perusahaaan ... 37
2. Visi, Budaya dan Moto Perusahaan ... 38
3. Maksud dan Tujuan Perusahaan ... 39
4. Struktur Organisasi Perusahaan ... 39
5. Jenis-jenis Persediaan ... 44
6.Biaya-biaya Persediaan ... 44
7. Metode pencatatan Persediaan Pada PT INdomarco Prismatama Cab. Medan ... 45
8. Metode Penilaian Persediaan Pada PT INdomarco Prismatama Cab. Medan ... 47
9. Penyajian Dalam Laporan Keuangan... 47
B.Analisis Hasil Penelitian ... 48
1. Struktur Oeganisasi ... 48
2. Metode Pencatatan Persediaan ... 49
3. Metode Penialaian persediaan ... 49
(10)
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan ... 51
B. Saran ... 53
DAFTAR PUSTAKA ... 54
(11)
DAFTAR TABEL
NO Judul Halaman
1. Tabel 2.1 Perbedaan metode diskon laba kotor dengan metode bersih … 10
2. Tabel 2.2 Perbandingan ayat jurnal periodik dengan perpetual …... …….. 14
3. Tabel 2.3 Kalkulasi biaya persediaan LIFO-Perpetual ………..….. 18
4. Tabel 2.4 Kalkulasi biaya persediaan FIFO –Perpetual ………. 21
5. Tabel 2.5 Kalkulasi biaya rata-rata bergerak- perpetual ………. 24
6. Tabel 2.6 Penentuan Nilai persediaan dengan metode LCM………. 25
7. Tabel 2.7 Penentuan persediaan dengan eceran……….. 27
(12)
DAFTAR GAMBAR
Gambar Judul Halaman
Gambar 2.1 Kerangka konseptual……….. 32
(13)
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran Judul Halaman
Lampiran i Laba Rugi 57
(14)
ABSTRAK
Persediaan dagang adalah aktiva yang tersedia untuk dijual dalam kegiatan usaha normal perusahaan dagang. Permasalahan utama dalam akuntansi persediaan adalah pencatatan dan penilaian persediaan. Hal inilah yang mendorong penulis untuk meneliti apakah penerapan akuntansi i persediaan pada PT Indomarco Prismatama Cabang Medan telah sesuai dengan PSAK No. 14.
Dalam penelitin ini penulis menggunakan metode deskripti. Data yang diperoleh penulis adalah data tahun 2010. Penulis mengumpulkan melaui studi dokumentasi. Jeni data yang dikumpulkan penulis adalah data sekunder. Data yang diperoleh dikumpulkan, diinterpretasikan, serta dianalisis kemudian diuraikan secara rinci untuk mengetahui permasalahan dan mencari penjelasannya.
PT Indomarco Prismatama Cabang Medan adalah perusahaan dagang retail barang kebutuhan sehari-hari. Hasil penelitin penulis melihat bahwa PSAK NO. 14 telah diterapkan dengan baik meliputi pencatatan dan penilaian persediaan yang telah sesuai dengan prinsip akuntansi.
Kata kunci: Persediaan, PSAk No. 14, Pencatatan Persediaan, Penilaian
(15)
ABSTRAC
Merchadise Inventory is assets available for sale in normal activity of company. The main problem in the inventory accounting is inventory recording and valuation of inventory. This case support of writer to make a research namely to know the application of policy inventory accounting in PT Indomarco Prismatama Cabang Medan has confortable in PSAK No. 14.
In this research the writer uses the descripive method. Data used by writer is gained from division accounting and data period in April 2010. The writer collects data by study of documentations. The kind of data used in this research is secondary data. Data gained collected, interpreted, analyzed and described to know the problem and seek the solution.
PT Indomarco Prismatama Cabang Medan represent the peripatetic company that sales of daily need of pepole. Their inventory named as merchadise inventory. From result of writer researsh see that PSAK NO. 14 have been aplied. This matter is visible from system of record- mkeeping ang method of inventory assestment been conducted as according to accounting pricnciple.
Keywords: Inventory, PSAK NO. 14, Recording of Inventory, Valuation of Inventory.
(16)
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Perusahaan yang bergerak dalam perdagangan berusaha memanfaatkan semua sumber daya yang dimilikinya seefektif dan seefisien mungkin, sumber daya tersebut di antaranya adalah persediaan yang informasinya sangat diperlukan oleh pihak manajemen dalam pengambilan keputusan agar tidak terjadi kelebihan dan kekurangan persediaan .
Persediaan perusahaan dagang berbeda dengan persediaan perusahaan manufaktur. Pada perusahaan dagang, persediaan hanya terdiri dari satu jenis saja yaitu persediaan barang dagang, yang tanpa proses lebih lanjut namun barang tersebut langsung dijual ke konsumen sedangkan pada perusahaan manufaktur, persediaan terdiri dari tiga jenis persediaan yaitu persediaan bahan baku, persediaan barang dalam proses dan persediaan barang jadi. Dalam penelitian ini penulis mengambil objek yaitu sebuah perusahaan dagang yang bergerak di bidang retail.
Persediaan adalah satu syarat pokok yang harus dipenuhi dan dimiliki oleh suatu perusahaan yang bergerak dalam bidang perdagangan karena yang diperdagangkan adalah persediaan dan keuntungan yang diperoleh berdasarkan selisih harga pokok penjualan dengan harga jual. Pada laporan keuangan perusahaan dagang persediaan adalah salah satu aktiva lancar yang mempunyai
(17)
nilai investasi terbesar. Persediaan adalah barang dagang adalah persediaan yang langsung dijual kepada konsumen tanpa proses lebih lanjut . Demikian halnya dalam penyusunan laporan keuangan, persediaan merupakan hal yang sangat penting karena baik laporan Laba/Rugi maupun Neraca tidak akan dapat disusun tanpa mengetahui nilai persediaan. Kesalahan dalam pencatatan dan penilaian persediaan akan langsung berakibat kesalahan dalam laporan Laba/Rugi maupun neraca.
Perusahaan wajib mengikuti Standar Akuntansi Keuangan (SAK) yaitu Pernyataan Standar Akuntansi Keuangan (PSAK) No. 14 membahas tentang akuntansi persediaan yang merupakan pedoman atas perlakuan akuntansi persediaan. PSAK No. 14 diharapkan dapat membantu perusahan dalam mengatasi masalah akuntansi yang semakin luas dan kompleks seiring dengan berkembangnya teknologi dan informasi.
Dengan semakin banyaknya perusahaan retail yang terlibat sekarang ini, menyebabkan setiap perusahaan retail harus selalu berorientasi pada kebutuhan dan keinginan konsumen sebagai tujuan paling utama yang sangat membutuhkan selalu informasi tentang persediaan agar tidak terjadi kelebihan dan kekurangan persediaan agar selalu dapat memenuhi kebutuhan pelanggan. PT Indomarco Prismatama Cabang Medan adalah sebuah perusahaan dagang retail/eceran atau yang lebih dikenal dengan Indomaret. PT Indomarco Prismatama memiliki cabang yang tersebar di Medan sekitarnya. Aktivitas utama PT Indomarco Prismatama adalah menjual barang-barang kebutuhan sehari-hari secara tunai maupun secara kredit. Masalah yang sering timbul berkaitan dengan persediaan yaitu perbedaan
(18)
fisik antara persediaan yang ada digudang dengan jumlah yang tercatat dibuku besar pesediaan.
Berdasarkan latar belakang tersebut di atas, penulis mengambil judul: “Analisa Akuntansi Persediaan Sesuai Dengan Sesuai PSAK No 14 Pada PT Indomarco Prismatama Cabang Medan”.
B. Perumusan Masalah
Pernyataan Standar Akuntansi Keuangan (PSAK) No. 14 merupakan pedoman pelaksanaan akuntansi persediaan dalam perusahaan yang berlaku di Indonesia. Berdasarkan data yang diperoleh maka penulis membuat batasan masalah hanya mengenai metode pencatatan persediaan dan penilaian akuntansi persediaan barang dagang perusahaan. Adapun perumusan masalah dalam penelitian ini adalah ”apakah pencatatan dan penilaian persediaan barang dagang telah sesuai dengan PSAK No. 14?”
C. Tujuan Penelitian
Tujuan yang hendak dicapai melalui penelitian ini adalah untuk mengetahui apakah penerapan akuntansi persediaan khususnya tentang pencatatan dan penilaian pada PT Indomarco Prismatama Cabang Medan telah sesuai dengan Pernyataan Standar Akuntansi Keuangan (PSAK) No. 14
(19)
D. Manfaat Penelitian
Manfaat yang diharapkan dari penelitian ini adalah:
a) bagi penulis, penelitian ini diharapkan dapat memperluas pengetahuan dan wawasan penulis mengenai pencatatan dan penilaian akuntansi persediaan.
b) bagi pihak perusahaan, penelitian ini diharapkan dapat menjadi bahan pertimbangan atau masukan yang berkaitan dengan pencatatan dan penilaian akuntansi persediaan perusahaan.
c) bagi pihak yang lain, khususnya bagi almamater fakultas ekonomi USU, hasil penelitian ini dapat dijadikan sebagai bahan referensi bagi penelitiannya.
(20)
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Pengertian Persediaan dan Jenis Persediaan 1. Pengertian Persediaan
Persediaan merupakan salah satu aktiva yang paling aktif dalam operasi kegiatan perusahaan dagang. Persediaan juga merupakan aktiva lancar terbesar dari perusahaan manufaktur maupun dagang. Pengaruh persediaan terhadap laba lebih mudah terlihat ketika kegiatan bisnis sedang berfluktuasi. Untuk memperoleh gambaran yang jelas mengenai persediaan adalah seperti kutipan berikut.
Ikatan Akuntansi Indonesia (2007:14.3) mengemukakan bahwa: Persediaan adalah aset:
a. Tersedia untuk dijual dalam kegiatan usaha normal b. Dalam proses produksi dan atau dalam perjalanan; atau,
c. Dalam bentuk bahan atau perlengkapan (suplies) untuk digunakan dalam proses produksi atau pemberian jasa.
Menurut Skousen, Stice, Stice (2004:653), ”persedian ditujukan untuk barang-barang yang tersedia untuk dijual dalam kegiatan bisnis normal, dan dalam kasus perusahaan manufaktur, maka kata ini ditujukan untuk proses produksi atau yang ditempatkan dalam kegiatan produksi”.
(21)
Kieso, Weygandt, Warfield (2002:443) mengatakan bahwa ” persediaan (inventory) adalah pos-pos aktiva yang dimiliki untuk dijual dalam operasi bisnis normal atau barang yang akan digunakan atau dikonsumsi dalam memproduksi barang yang akan dijual”.
Pendapat Warren, reeve, Fess (2005:440) mengatakan persediaan adalah ”barang dagang yang disimpan untuk dijual dalam operasi bisnis perusahan, dan bahan yang digunakan dalam proses produksi atau disimpan untuk tujuan itu”. Persediaan yang diperoleh perusahaan langsung dijual kembali tanpa mengalami proses produksi selanjutnya disebut persediaan barang dagang.
Dengan demikian intinya persediaan barang dagang adalah untuk dujual dalam operasi bisnis perusahaan, dan sesuai dengan pendapat warren, reeve dan Fess maka perusahaan bisa saja menyimpan persediaan sebelum dijual didalam sebuah gudang yang sering berlaku untuk pedagan-pedagang besar seperti retail yang perputaran persediaannya cukup tinggi dan beragam untuk mengantisipasi penjualan supaya tidak terjadi kekurangan persediaan
2. Jenis-Jenis Persediaan
Persediaan pada setiap perusahaan berbeda dengan kegiatan bisnisnya. Persediaan diklasifikasikan sebagai berikut:
a Persediaan barang dagang
Barang yang ada digudang dibeli oleh pengecer atau perusahaan dagang untuk dijual kembali. Barang yang diperoleh untuk dijual kembali diperoleh secara fisik tidak diubah kembali, barang tersebut tetap dalam bentuk yang yang telah jadi ketika meninggalkan pabrik pembuatnya.
(22)
Dalam bebrapa hal dapat terjadi beberapa komponen yang dibeli untuk kemudian dirakit menjadi barang jadi. Misalnya, sepeda yang dirakit dari kerangka, roda gir dan sebagainya serta dijual oleh pengecer sepeda adalah salah satu contoh.
b Persediaan manufaktur 1) Persediaan bahan baku
Barang berwujud yang dibeli atau diperoleh dengan cara lain (misalnya dengan menambang) dan disimpan untuk penggunaan langsung dalam membuat barang untuk dijual kembali. Bagian dari suku cadang yang diproduksi sebelum digunakan kadang-kadang diklasifikasikan sebagai persediaan komponen suku cadang.
2) Persediaan barang dalam proses
Barang yang membutuhkan proses lebih lanjut sebelum penyelesaian .
3) Barang jadi
Barang yang sudah selesai diproses dan siap untuk dijual. c Persediaan rupa-rupa
Barang seperti perlengkapan kantor kebersihan dan pengiriman, persediaan ini biasanya dicatat sebagai beban penjualan umum.
(23)
B. Biaya-Biaya Persediaan
Masalah persediaan mempunyai pengaruh besar pada penentuan jumlah aktiva lancar dan total aktiva, harga pokok penjualan, laba kotor, laba bersih dan taksiran pajak. Penilaian persediaan membutuhkan penilaian yang cermat dan sewajarnya untuk dimasukkan sebagai harga pokok dan mana saja yang dibebankan pada tahun berjalan.
Ikatan Akuntan Indonesia (2007:14.2) mengatkan bahwa ”biaya persediaan meliputi semua biaya pembelian, biaya produksi dan biaya lain-lain yang timbul sampai persediaan berada dalam kondisi siap untuk dijual/dipakai. Biaya persediaan yang sering dikaitkan atau di artikan sebagai harga pokok penjualan dalam perusahaan dagang yaitu biaya pembelian yang meliputi harga pembelian, bea masuk/ pajak lainnya. Biaya pengangkutan dan lain-lain. Adapun yang mempengaruhi biaya pembelian tersebut.
1. Barang dalam Perjalanan Penjualan dilakukan dengan dua cara:
a. Syarat penjualan prangko gudang FOB (free on board) shipping point, hak atas barang dipindahkan kepada pembeli ketika barang dimuat ke alat angkut ketika akan diangkut. Dengan persyaratan ini maka penerapan atas pengiriman pada akhir tahun akan memerlukan pencatatan penjualan dan penurunan persediaan dalam penjual. Dimana hak itu berpindah pada saat pengangkutan, barang-barang dalam perjalanan akhir tahun harus dimasukkan dalam persediaan pembeli,meskipun barangnya belum tiba. Penetapan jumlah barang
(24)
dalam perjalanan pada akhir tahun dilakukan dengan mengkaji pesanan-pesanan yang datang pada awal periode baru. Catatan pembelian dibiarkan terbuka melampaui periode fiskal agar pencatatan barang dalam perjalanan pada akhir periode dapat dilaksanakan, atau barang dalam perjalanan dapat dicatat dengan menggunakan ayat penyesuaian.
b. Jika syarat penjualan pranko gudang pembeli (FOB) destination, maka penerapan aturan hukum tidak memerlukan pengakuan transaksi sebelum barang diterima pembeli. Dalam hal ini, karena sulit menetukan apakh barang-barang telah mencapai tujuannya pada akhir tahun atau belum, penjual akan lebih suka mengabaikan aturan hukum dan menggunakan saat pengangkutan sebagai dasar pengakuan penjualan dan penurunan persediaan.
2. Diskon
Diskon (potongan harga) yang diperlakukan sebagai pengurang biaya dalam pencatatan pembelian barang juga harus dipelakukan sebagai pengurang biaya persediaan. Diskon dagang merupakan potongan dari daftar harga yang berlaku menjadi harga yang benar-benar dibebankan kepada pelanggan. Besarnya diskon yang diberikan dapat bervariasi menurut faktor-faktor tertentu seperti kuantitas barang yang dibeli. Jadi diskon dagang sering kali ditetapkan dalam sauatu seri. Contoh: Suatu perusahaan menggambarkan daftar diskon dagangnya dalam suatu katalog sebagai berikut:
Penjualan Diskon Jumlah faktur bersih
(25)
$4000 10%X4000=400 4000-400= 3600
$3600 5%X3600=180 3600-180 = 3420
Diskon tunai adalah ptongan harga yang diberikan faktur-faktur yang dibayar dalam periode tetentu. Diskon tunai biasanya ditetapkan sebagai suatu persentase harga yang tidak perlu dibayar. Bila mana faktur dibayar dalam beberapa hari tertentu, dan jumlah penuh harus dibayar jika pembayaran melampaui dalam periode diskon. Sebagai contoh, /10, n/30 berarti dalam dua persen diberikan sebagai diskon tunai jika faktur dibayar dalam waktu 2 hari setelah tanggal faktur, tetapi jumlah penuh dapat dibayar dalam 30 hari.
Secara teoritis persediaan harus dicatat dalam jumlah setelah diskon yaitu harga faktur kotor dikurangi diskon yang dapat diperoleh. Metode bersih ini menunjukkan kenyataan bahwa diskon yang tidak diambil sebenarnya merupakan pengeluaran atau beban kredit yang terjadi karena ketidakmampuan untuk membayar dalam periode diskon. Jumlah ini dicatat dalam perkiraan diskon yang tidak diambil dan dilaporkan sebagai suatu pos terpisah pada perhitungan laba rugi. Ayat jurnal yang diperlukan baik untuk metode kotor dan metode bersih sebagai berikut:
(26)
Tabel 2.1
Perbedaan Pencatatan Diskon Metode Bersih Dengan Metode Kotor
Transaksi Pembelian dilaporkan dalam Pembelian dilaporkan dalam jumlah bersih jumlah kotor
Pembelian barang dagan seharga Persediaan 1372 Persediaan 1400
2.500 dikurangi diskon dagang Utang dagang 1372
Utang
dagang 1400
30/20 dan diskn tunai 20 %
$2.500 dikurangi 30%= $ 1.750
$1.750 dikurangi 20%= $ 1.400
$ 1.400 dikurangi 2% = $ 1.372
a. diasusmsikan bahwa pembayaran Utang usaha 1372 Utang usaha 1400 faktur dilakukan dalam periode Kas 1372 Persediaan 28
diskon Kas 1372
b. diasumsikan bahwa pembayaran Utang usaha 1372 Utang usaha 1400
faktur dilakukan setelah periode Diskon yang tidak Kas 1400
diskon diambil 28
Kas 1400
(27)
c. penyesuaian yang diperlukan Diskon yang tidak Tidak diperlukan ayat jurnal
pada akhir periode dengan diambil 28 mengasumskan bahwa faktur Utang usaha 28
belum dibayar dan periode diskon
telah lewat
Sumber: Smith dan Skousen (1997:336)
3. Retur pembelian dan pengurangan harga
Penyesuaian atas faktur perlu juga jika barang ternyata rusak atau jika kualitasnya lebih rendah daripada yang dipesan. Kadangkala barang tersebut secara periodik dikembalikan kepada suplier atau pemasok mungkin pembeli juga diberikan nota kredit oleh pemasok untuk mengkompensasi kerusakan atau kualitas barang yang rendah dalam kedua hal tersebut hutang akan berkurang dan dilakukan pengkreditan secara langsung keperkiraan persediaan pada sistem perpetual, atau keperkiraan kontra pembelian, yakni retur pembelian dan pengurangan harga, pada sistem persediaan periodik.
Jurnal retur pembelian 1) periodik
utang usaha xxx
retur dan potongan pembelian xxx 2) perpetual
utang usaha xxx
(28)
4. Pajak Pertambahan Nilai (PPN)
Pajak pertambahan nilai ditujukan untuk orang pribadi maupun badan yang timbul karena digunakannya faktor-faktor produksi pada setiap jalur perusahaan dalm menyimpan, menghasilkan,menyalurkan dan memperdagangkan barang atau pemberian pelayanan jasa kepada konsumen. Semua biaya untuk mendapatkan dan mempertahankan laba termasuk bunga modal, sewa, tanah dan upah dan upah kerja merupaakan unsur pertambahan nilai yang menjadi dasar PPN.
5. Biaya lain-lain
Biaya lain-lain yaitu biaya yang dikeluarkan untuk menempatkan persediaan dalm kondisi dan tempat siap dijual.
C. Metode Pencatatan Persediaan 1. Sistem Periodik
Menurut Weygandt, Kieso, Kimmel (2007:262) mengemukakan bahwa :
dalam sistem persediaan periodik (periodic inventory system), rincian persediaan barang yang dimiliki tidak disesuaikan secara terus menerus dalam satu periode. Harga pokok penjualan barang ditentukan hanya pada akhir periode akuntansi (seara periodik). Pada saat itu, dilakukan perhitungan persediaan secara periodik untuk menentukan harga pokok barang yang tersedia (persediaan barang dagang). Untuk menentukan harga okok penjualan dalam
(29)
sistem periodik, harus: (1) menentukan harga pokok barang yang tersedia pada awal periode (coet of goods on hand), (2) menambahkannya pada harga pokok barang yang dibeli (cost of
goods purchsed), (3) mengurangkannyadengan harga pokok barang
yang tersedia pada akhir periode akuntansi.
Menurut Dycman, Dukes, Davis (2000:381) mengatakan bahwa:
dalam sistem persediaan periodik, perhitungan periodik aktual atas barang-barang yang ada ditangan pada akhir periode akuntansi ketika menyiapkan laporan keuangan. Barang-barang dihitung, ditimbang, atau jika tidak diukur, dan jumlahnya dikaitkan dengan unit biaya untuk memberi nilai persediaan.
2. Sistem Perpetual
Menurut Niswonger, Warren, Reeve, dan Fess (1999:366):
dalam sistem persediaan perpetual, semua kenaikan dan penurunan baran dagang dicatat dengan cara yang sama seperti mencatat kenaikan dan penurunan kas. Akun persediaan barang dagang pada awal periode akuntansi mengindikasikan stok pada tanggal tersebut. Pembelian dicatat dengan mendebit persediaan barang dagang dengan mengkredit kas atau utang usaha. Pada tanggal penjualan,
(30)
harga pokok barang yang terjual dicatat dengan mendebit harga pokok penjualan dan mengkredit persediaan barang dagang.
Penggunaan sistem perpetual memberikan sarana pengendalian yang paling efektif atas aktiva tersebut, demikian juga adanya kekurangan dapat ditentukan dengan mengadakan perhitungan periodik barang dan membandingkan perhitungan tersebut dengan saldo buku tambahan. Pemesanan kembali barang secara tepat waktu dan pencegahan kelebihan persediaan dapat dicapai dengan membadingkan saldo buku tambahan dengan tingkat persediaan maksimum dan minimum yang ditentukan terlebih dahulu.
Dycman, Dukes, Devis (2000:383) mengatakan bahwa, ” apabila sistem persediaan atas akun buku besar atas dasar lancar”. Catatan persediaan perpetual untuk setiap barang harus memberikan informasi penerimaan, pengeluaran dan saldo ditangan. Dengan inforasi ini, kuantitas periodik dan penilaian barang yang ada ditangan tersedia setiap waktu. Jadi perhitungan periodik tidak diperlukan kecuali memverifikasi jumlah persediaan. Perhitungan periodik bisanya dilakukan secara tahunan untuk tujuan audit yang membandingkan persediaan ditangan dengan catatan perpetual dan menyatakan data untuk setiap jurnal penyesuaian yang dibutuhkan (misalnya kesalahan dan kerugian). Catatan persediaan harus disesuaikan ke perhitungan periodik apabila terdapat perbedaan pencatatan.
(31)
Tabel 2.2
Perbandingan Ayat Jurnal Perpetual dengan Periodik
Ayat Jurnal pada Buku Beyer Video
Transaksi Sistem Persediaan Perpetual Sistem Pesediaan Periodik 4 Mei Pemebelian barang dagang Persediaan barang dagang 3800 Pembelian 3800
secara kredit Utang usaha 3800 Utang Usaha 3800
8 Mei Retur dan potongan pembelian Utang usaha 300 Utang usaha 300
Persediaan barang dagang 300 Retur dan potongan pembelian 300
9 Mei Biaya pengiriman atas pembelian Persediaan barang dagang 150 Biaya pengiriman 150
Kas 150 kas 150
14 Mei Pembayaran utang dengan diskon Utang usaha 3500 Utang usaha 3500
Kas 3430 Kas 3430
Persediaan barang dagang 70 Diskon Pembelian 70
Ayat jurnal pada Buku Seller Electronix
Transaksi Sistem Persediaan Perpetual Sistem Persediaan Periodik 4 Mei Penjualan barang dagang Pituang usaha 3800 Piutang usaha 3800
secara kredit Penjualan 3800 Penjualan 3800
Harga pokok penjualan 2400 Tidak ada ayat jurnal harga
Persediaan barang dagang 2400 pokok penjualan
8 Mei Retur barang dagang terjual Retur dan Potongan Penjualan 300 Retur dan Potongan Penjualan 300
Piutang usaha 300 Piutang usaha 300
Persediaan Barang dagang 140 Tidak ada jurnal
Harga pokok penjualan 140
15 Mei Penerimaan uang atas piutang Kas 3430 Kas 3430
dengan diskon Diskon penjualan 70 Diskon penjualan 70
Piutang usaha 3500 Piutang usaha 3500
(32)
D. Metode Penilaian Persediaan
1. Penilaian Persediaan Berdasarkan Harga Pokok
Penentuan harga pokok persediaan sangat bergantung dari metode penilaian yang dipakai yaitu metode identifikasi khusus, FIFO, LIFO dan metode
weighted average.
a. Metode Identifikasi khusus
Dyckman, Dukes, Davis (2000:392) mengatakan bahwa, ”metode identifikasi biaya khusus mensyaratkan bahwa setiap barang yang disimpan harus ditandai secara khusus sehingga biaya per unitnya dapat di identifiksi setiap waktu”. Jika barang yang terlibat berjumlah besar atau mahal atau hanya dalam jumlah kecil yang ditangani, mungkin bisa dilaksanakan penandaan atau penomoran setiap barang ketika dibeli atau diproses. Metode ini memungkinkan dilakukannya identifikasi biaya per unit khusus untuk setiap barang yang terjual pada tanggal penjualan dan tiap barang yang tetap ada di persediaan. Dengan demikian, metode identifikasi biaya khusus menghubungkan arus biaya secara langsung dengan arus baya secara periodik.
Dari sudut pandang teoritis, metode identifikasi khusus sangat menarik, khususnya ketika setiap unsur persediaan unik dan memiliki biaya yang tinggi. Namun ketika persediaan terdiri dari berbagai unsur atau unsur-unsur identik yang dibeli pada saat berlainan dengan harga yang berbeda, maka identifikasi khusus akan menjadi lamban membebani dan memakan biaya. Oleh karena itu, metode ini sangat jarang digunakan oleh perusahaan dagang.
(33)
b. Metode LIFO (Last In First Out)
Ikatan Akuntan Indonesia (2007:14,21) merumuskan metode LIFO sebagi berikut, “ rumus MTKP/LIFO mengasumsikan barang yang dibeli atau diproduksi terakhir dijual atau digunakan terlebih dahulu, sehingga yang termasuk dalam persediaan akhir adalah yang dibeli atau diproduksi terlebih dahulu”. Dycman, Dukes, Davis (2000:396) mengatakan bahwa, “metode LIFO untuk kalkulasi biaya persediaan menandingkan persediaan yang dinilai pada biaya per unit akuisisi terbaru dengan pendapatan penjualan periode berjalan. Unit-unit yang tetap ada dipersedian akhir dibebankan pada biaya per unit terlama yang terjadi, dan unit-unit tersebut termasuk pada harga pokok penjualan yang dibebankan pada biaya per unit terbaru yang muncul.
Metode LIFO atau MTKP terdiri dari dua macam yaitu: 1) Sistem periodik
Metode LIFO sistem periodik adalah penilaian persediaan yang ditentukan dengan cara saldo periodik yang ada dikalikan harga pokok per unit barang yang masuk pada awal periode. Bila saldo periodik terlalu besar dari barang yang masuk pada awal periode, diambilkan dari harga pokok per unit yang masuk berikutnya.
Contoh perhitungan Metode LIFO sistem pencatatan periodik
Harga pokok barang yang tersedia untk dijual $1.120 Dikurangi persediaan akhir (300 unit per perhitungan fisik )
(34)
100 unit @ $1, 10 ( terlama tersedia berikutnya dari tgl 9 Jan)
Persediaan akhir
110
Harga pokok penjualan $810
310
2) Sistem perpetual
Metode LIFO penghubung perpetual adalah suatu metode penilaian persediaan yang pencatatan persediaannya dilakukan secara terus menerus dalam kartu persediaan. Setiap kali ada transaksi, baik pembelian maupun penjualan (pemasukan dan pengeluaran), langsung dicatat dalam kartu persediaan. Harga pokok penjualan dicatat berdasarkan harga pokok barang pertama kali masuk. Jumlah yang masih tersisa merupakan nialai persediaan akhir.Selama periode inflasi, penggunaan metode LIFO akan menghasilkan kemungkinan laba bersih yang terendah. Alsannya adalah karena harga pokok barang yang diperoleh terahkhir akan mendekati nilai ganti barang yang dijual. Dengan demikian metode ini memberikan perbandingan yang lebih sesuai antara harga pokok dan laba. Keutungan lain metode ini adaah penghematan pajak karena laba yang dihasilkan adalah yang paling rendah, sehingga akan menghasilkan pajak penghasilan yang lebih rendah. Bila dibandingkan dentgan metode FIFO ataupun metode rata-rata dalam periode deflasi, pengaruh yang terjadi adalah kebalikannya. Metode LIFO akan menghasilkan kemungkinan laba bersih yang tertinggi. Alasan utama bagi mereka yang membela metode ini adalah adanya kecenderungan untuk mengurangi pengaruh perkembangan harga pada laba bersih. Kritik terhadap penggunaan metode ini adalah nilai persediaan barang dagang yang ditetapkan di
(35)
neraca dapat jauh berbeda dengan nilai gantinya. Tetapi hal ini dapat diungkapkan dalam catatan yang menyertai laporan keuangan.
Berikut ini terlampir contoh perhitungan metode LIFO Perpetual
Tabel 2.3
Kalkulasi Biaya Persediaan LIFO-Perpetual
Tanggal
Pembelian Penjualan (pengeluaran) Saldo Persediaan
unit biaya per unit total biaya unit biaya per unit total biaya unit biaya per unit total biaya
Jan 1 200* $ 1.00 $200
9 300 $1,10 $330 200 $ 1.00 $200
300 $1,10 $330
10 300 $1,10 $330
100 $1,00 $100 100 $ 1.00 $100
15 400 $1,16 $464 100 $ 1.00 $100
400 $1,16 $464
18 300 $1,16 $348 100 $ 1.00 $100
100 $1,16 $116
24 100 $1,26 $126 100 $ 1.00 $100
100 $1,16 $116
100 $1,26 $126
Persediaan Akhir $342
Harga pkok penjualan $778
* Persediaan awal
(36)
c. Metode FIFO (First in First Out)
Menurut Zulian( 2005:200), “dengan metode FIFO, biaya persediaan dihitung berdasarkan asumsi bahwa barang akan dijual atau dipaki sendiri dan sisa dalam persediaan menunjukkan pembelian atau produksi yang terakhir”.
Ikatan Akuntan Indonesia (2007:14.21) merumuskan metode FIFO sebagai berikut, “formula MPKP/FIFO mengasumsikan barang dalm persediaan yang pertama dibeli akan dijual atau digunakan terlebih dahulu sehingga yang tertinggal dalam persediaan akhir adalah yang dibeli atau diproduksi kemudian”.
Sebagian perusahaan mengeluarkan barang sesuai dengan urutan pembeliannya. Hal ini terutama untuk barang-barang yang tidak tahan lama dan produk-produk yang modelnya cepat berubah. Sebagai contoh, Toko bahan pangan menyusun produk-produk susu dalam rak-rak berdasarkan tanggal kadaluarsanya. Begitu juga dengan toko pakian memajang pakaian sesuai dengan musim. Pada akhir musim toko ini biasanya memberikan diskon untuk menjual pakaian yang musimnya sudah lewat atau ketinggalan mode . Jadi, Metode FIFO dapat dikatakan konsisten dengan arus periodik atau pergerakan barang .
Metode FIFO/MTKP dibagi atas dua bagian, yakni: 1) sistem periodik
Menurut sistem FIFO yang berdasarkan atas metode periodik niali persediaan akhir ditentukan dengan cara saldo periodik yang ada dikalikan dengan harga pokok per unit barang yang terakhir kali masuk. Bila saldo periodik ternyata lebih besar dari jumlah unit terakhir masuk, sisanya dipergunakan harga pokok per unit yang masuk sebelumnya.
(37)
Contoh perhitungan metode FIFO sistem pencatatan periodik
Persediaan awal (200 unit pada $1) $200
Ditambah pemebelian selama periode tersebut
Harga pokok barang tersedia untuk dijual 1120 920
Dikurangi persediaan akhir perhitungan periodik persdiaan 100 unit @ $1,26 (pembelian terbaru tgl 24) $126 200 unit @$ 1,16 (pembelian terbaru berikutnya tgl 15)
Total biaya persediaan akhir
232
Harga pokok penjualan $762
538
2) Sistem perpetual
Metode FIFO perpetual adalah suatu metode penilaian persediaan yang pencatatan persediaannya dilakukan terus menerus dalm kartu persediaan. Setiap kali ada transaksi, baik pembelian maupun penjualan (pemasukan dan pengeluaran) barang, langsung dicatat dalam kartu persediaan. Harga pokok penjualan dicatat berdasarkan harga pokok barang pertama masuk. Jumlah yang masih tersisa merupakan nilai persediaan akhir merupakan nilai persediaan akhir. Selama periode inflasi atau kenaikan harga terus menerus, penggunaan metode FIFO akan menghasilkan kemungkinan laba tertinggi dibandingkan dengan metode-metode
(38)
yang lain, karena perusahaan cenderung untuk menaikkan harga jualnya sesuai dengan perkembangan pasar tanpa memperhatikan kenyataan bahwa barang yang terdapat dalam persediaan telah diperoleh sebelum terjadinya kenaikan harga. Kenaikan laba karena naiknya harga persediaan ini sering disebut sebagai laba persediaan (inventory profit) atau laba semu (ilusory profit). Dalam periode deflasi dimana terjadi penuruna harga, pengaruh yang terjadi adalh kebalikannya. Metode FIFO akan menghasilkan kemungkinan laba bersih yang terendah. Kritik utama terhadap metode ini adalah adanya kecenderungan untuk lebih menambah pengaruh kenaikan /penurunan harga pada laba yang di laporkan.
Tabel 2.4
Kalkulasi Biaya Persediaan FIFO-Perpetual
Tanggal
Pembelian Penjualan (pengeluaran) Saldo Persediaan
unit biaya per unit total biaya unit biaya per unit total biaya unit biaya per unit total biaya
Jan 1 200* $ 1.00 $200
9 300 $1,10 $330 200 $ 1.00 $200
300 $1,10 $330
10 200 $1,00 $200
200 $1,10 $220 100 $1,10 $110
15 400 $1,16 $464 100 $1,10 $110
400 1,16 $464
18 100 $1,10 $110
200 $1,16 $232 200 $1,16 $232
24 100 $1,26 $126 200 $1,16 $232
100 $1,26 $126
Persediaan Akhir $358
Harga pkok penjualan $762
* Persediaan awal
(39)
d. Metode Rata-Rata
1) Rata-rata tertimbang ( Sistem pencatatan periodik)
Ikatan Akuntan Indonesia (2007:14.21) merumuskan metode rata-rata sebagai berikut :
dengan rumus biaya rata-rata tertimbang, biaya setiap barang ditentukan berdasarkan biaya rata-rata tertimbang dari barang serupa pada awal periode dan biaya barang serupa yang dibeli atau diproduksi selama peride. Perhitungan rata-rata dapat dilakukan secara berkala atau pada setiap penerimaan kiririman, bergantung pada keadaan perusahaan.
Asumsi metode ini adalah unit dijual tanpa memperhatikan urutan pembeliannya dan menghitung harga pokok penjualan serta persediaan akhir. Biaya per unit rata-rata tertimbang dihitung dengan membagi jumlah biaya persediaan awal dan biaya pembelian periode berjalan. Biaya rata-rata tertimbang per unit yang sama digunakan dalam menentukan biaya persediaan barang pada akhir periode. Dycman, Dukes, Davis (2000:393) menyatakan bahwa, ” biaya per unit rata-rata tertimbang dihitung dengan membagi jumlah biaya persediaan awal dan biaya pembelian periode berjalan dengan jumlah unit persediaan awal ditambah unit pembelian selama peroide tersebut”.
(40)
Contoh Rata-rata tertimbang ( sistem pencatatan periodik)
unit harga total biaya
per unit
Barang tersedia
1 Januari Persediaan awal 200 $ 1,00 $200
9 Pembelian 300 1,10 330
15 Pembelian 400 1,16 464
24 Pembelian 100 1,12
Total tersedia 1000 1.120
126
persediaan akhir rata-rata tertimbang
31 Jan 300 1,12
harga pokok penjualan rata-rata tertimbang:
336
Penjualan selama Januari 700 1,12 $784
unit biaya rata-rata tertimbang ($1.120:1000)
Pengaruh perkembangan harga berjalan secara rata-rata dalam hal penetapan laba bersih maupun dalam penetapan harga pokok persediaan. Untuk suatu pembelian tertentu harga pokok rata-ratanya akan sama, tanpa memperhatikan dari harga perkembangan harga. Misalnya apabila urutan serta harga pokok per unit barang yang tersedia untuk dijual adalah kebalikan dari
(41)
urutan, maka hal ini tidak akan mempunyai pengaruh terhadap laba bersih maupun harga pokok persediaan. Waktu yang diperlukan untuk mengumpulkan data dalam metode rata-rata tertimbang biasaya akan lebih banyak dibandingkan dengan metode-metode lain. Biaya tambahan yang harus di keluarkan mungkin akan besar apabila pembelian dilakukan berkali-kali dan jenis barangnya banyak
2) Rata-rata bergerak ( sistem pencatatan perpetual)
Apabila digunakan sistem pencatatan perpetual, maka biaya per unit rata-rata bergerak digunakan. Metode rata-rata-rata-rata bergerak biasanya dipandang objektif, konsisten dan tidak mudah melakukan manipulasi karena sistem perpetual yang melakukan pencatatan setiap terjadinya transaksi dam metode ini memberikan biaya rata-rata periode berjalan atas dasar berkelanjutan.
Metode ini tidak menandingkan biaya per unit paling akhir dengan pendapatan penjulan periode berjalan. Namun menandingkan biaya rata-rata periode tersebut dengan pendapatan dan nilai persediaan akhir, oleh karena itu jika biaya per unit pasti meningkat atau menurun maka metode rata-rata bergerak akan memberikan jumlah persediaan dan harga pokok yang berada diantara metode penilaian FIFO dan LIFO.
(42)
Tabel 2.5
Penentuan Nilai Persediaan dengan Metode LCM
Total
Kuantitas Biaya Harga pasar Lebih rendah
Komoditas Persediaan per Unit per Unit Biaya Pasar Biaya atau pasar A 400 $10,25 $9,50 $ 4,100 $ 3,800 $ 3,800 B 12 $22,50 $24,10 $ 2,700 $ 2,892 $ 2,700 C 600 $8.00 $7,75 $ 4,800 $ 4,650 $ 4,650 D 280 $14.00 $14,75 $ 3,920 $ 4,130 $ 3,920
$15,520 $15,472 $15,070
Total
Sumber: Warren, Reeve, Fess (2005:457)
2. Penilaian Persediaan Selain dari Harga Pokok
Dalam beberapa kasus, persediaan dapat dinilai selain dari harga pokok. Warren, Reeve, Fess (2005:456) mengatakan bahwa situasi macam itu timbul apabila “ biaya penggantian barang-barang persediaan lebih rendah dari biaya yang tercatat dan persediaan tidak dapat dijual pada harga jual normal karena cacat, usang, perubahan gaya, atau penyebab lainnya”.
a. Nilai terendah antara harga pokok atau harga pasar
Jika biaya penggantian suatu persediaan lebih rendah daripada biaya pembeliannya maka metode nilai terendah antara harga pokok atau harga pasar (lowerof cost market method – LCM) digunakan untuk menilai persediaan. Harga pasar, yang digunakan dalam LCM adalah biaya untuk mengganti barang pada tanggal persediaan. Nilai pasar ini didasarkan pada jumlah yang biasanya dibeli
(43)
dari sumber pemasok. Dalam bisnis yang sering dilanda inflasi, harga pasar jarang turun namun, dalam bisnis yang teknologinya berubah cepat (misalnya televisi dan komputer), penuruna harga sering terjadi. Keunggulan utama dari metode LCM adalah bahwa laba kotor (dan laba bersih ) akan berkurang dalam periode terjadinya penurunan nilai pasar.
Skousen, Albrecht, Stice, Stice (2001:395) mengatakan dasar pedoman dalam menerapakan aturan ini adalah:
1. menetapkan nilai pasar sebagai berikut:
a) biaya penggantian jika jatuh diantara harga tertinggi dan harga terendah b) harga terendah, jika biaya penggantian lebih kecil dari harga terendah, c) harga tertinggi, jika biaya penggantian lebih tinggi dari pada harga harga
tertinggi (sebagian dalam praktik, pada saat biaya penggantian, harga tertinggi dan harga terendah dibandingkan dengan harga pasar terendah selalu nilai di tengah-tengah).
2. Membandingkan nilai pasar dengan harga pertama-tama dan memilih jumlah yang lebih rendah.
(44)
Tabel 2.6
Penentuan Nilai Persediaan dengan Metode LCM
Total
Kuantitas Biaya Harga pasar Lebih rendah
Komoditas Persediaan per Unit per Unit Biaya Pasar Biaya atau pasar
A 400 $10,25 $9,50 $ 4,100 $ 3,800 $ 3,800 B 12 $22,50 $24,10 $ 2,700 $ 2,892 $ 2,700
C 600 $8.00 $7,75 $ 4,800 $ 4,650 $ 4,650
D 280 $14.00 $14,75 $ 3,920 $ 4,130 $ 3,920
$15,520 $15,472 $15,070
Total
Sumber: Warren, Reeve, Fess (2005:457)
b. Penilaian Pada Nilai Realisasi Bersih
Barang dagang yang telah usang, rusak, cacat atau yang hanya bisa dijual dengan harga dibawah harga pokok harus diturunkan nilaianya. Barang dagang semacam itu harus dinilai dengan nilai realisasai bersih. Warren, Reeve, Fess (2005:457) mengatakan bahwa, ” nilai realisasi bersih (net realizeble) adaah estimasi harga jual dikurangi biaya pelepasan langsung, seperti komisi penjualan”. Menurut Ikatan Akuntan Indonesia (2007:14.5) menjelaskan bahwa ”persediaan harus diukur berdasarkan biaya atau nilai realisasi bersih, yang lebih
(45)
rendah (the lower of cost and net reliazible value)”. Nilai persediaan bersih yang telah ditentukan harus ditinaju kembali pada setiap periode berikutnya. Apabila kondisi yang semula mengakibatkan penurunan nilai persediaan dibawah biaya ternyata tidak lagi berlaku, maka jumlah penurunan nilai harus dieliminasi balik (reversed) sedemikian rupa sehingga jumlah tercatat baru persediaan adalah yang terendah dari biaya atau nilai realisasi bersih yang telah direvisi. Hal ini timbul misalnya, jika suatu barang persediaan, yang dicantumkn sebesar nilai realisasi karena harga jualnya telah turun, masih dimiliki pada periode berikutnya dan harga jualnya telah meningkat.
c. Metode Eceran
Untuk penentuan harga pokok persediaan Warren, Reeve, Fess (2005:459) mengatakan, “metode persediaan eceran (retail inventory method)
megestimasikan biaya persediaan berdasarkan hubungan antara harga pokok barang dagang yang sama. Untuk menggunakan metode ini harga eceran dari semua barang dagang harus ditetapkan dan dijumlahkan. Berikutnya, persediaan eceran ditentukan dengan mengurangi penjualan selama periode berjalan dari harga eceran barang yang tersedia untuk dijual selama periode bersangkutan. Estimasi biaya persediaan kemudian dihitung dengan mengalihkan persediaan eceran dengan rasio biaya terhadap harga jual (eceran) barang dagang yang tesredia untuk dijual.
(46)
Tabel 2.7
Penentuan Persediaan Dengan Metode Eceran
Harga pokok Harga eceran
Persediaan barang dagang, 1 Januari $ 19,400 $ 36,000
Pembelian Bulan Januari (Bersih) $ 42,600 $ 64,000
Barang yang tesedia untuk dijual $ 62,000 $ 100,000
Rasio biaya trhadap harga eceran= $ 62.000 = 62%
$100.00
Penjualan bulan Januari (bersih) $ 70,000
Pesediaan barang dagang 31 Januari pada eceran $ 30,000
Pesediaan barang dagang 31 Januari pada estimasi biaya
($30.000x62%) $ 18,600
Sumber: Warren, Reeve, Fess (2005:460)
d. Persediaan Berdasarkan Metode Laba Kotor
Soemarso (2002:394) menyatakan bahwa, ”metode laba bruto atau metode laba kotor (gross profit method): metode penetapan harga pokok persediaan secara taksiran yang didasarkan atas hubungan, yang terdapat dalam periode yang lalu, antara laba bruto dengan harga jual”. Metode laba kotor menggunakan estimasi laba kotor yang direalisasi selama periode dimaksud untuk mengestmasi persediaan pada akhir periode. Laba kotor biasanya diestimsikan dari tahun
(47)
sebelumnya, disesuaikan dengan setiap perubahan yang terjadi dengan harga pokok dan harga jual selama periode berjalan. Dengan menggunakan tingkat laba kotor, penjualan untuk suatu periode dapat dibagi dalam dua komponen: laba kotor dan harga pokok penjualan. Harga pokok penjualan dapat dikurangkan dari harga pokok barang tersedia untuk dijual guna mendapat estimasi persediaan akhir barang dagang.
Metode laba kotor sangat berguna dalam mengistemasi persediaan untuk laporan keuangan bulanan atau triwulan daam system persediaan periodik. Metode ini juga berguna dalam mengistemasi harga pokok barang dagang yang rusak akibat kebakaran atau bencana lainnya.
Tabel 2.8
Estimasi Persediaan dengan Metode Laba Kotor
Persediaan barang dagang, 1 Januari $57,000
Pembelian Bulan Januari
(Bersih) $180,000
Barang yang tesedia untuk
dijual $237,000
Penjualan bulan Januari
(bersih) $250,000
Dikurangi: estimasi laba kotor (30%x
$250.000) $75,000
Estimasi harga pokok
penjualan $175,000
Estimasi persediaan barang dagang, 31
Januari $62,000
Sumber: Warren, Reeve, Fess (2005:461)
(48)
E. Penyajian Terhadap Laporan Keuangan
Laporan yang dibuat perusahaan harus memberikan informasi yang cukup bagi pihak-pihak didalam dan diluar perusahaan. Sehingga baik manajemen dan pihak luar yang berkepentingan dapat mengambil keputusan yang informatif. Perusahaan harus dapat melaporkan informasi mengenai kegiatan usahanya secara relevan dapat dipercaya dan dapat diperbandingkan.
Dan kaitannya dengan persediaan perusahaan harsu mengungkapkan metode-metode pencatatan dan penilaian yang dipakai perusahaan secara konsisten. Penilain persediaan yang diterakan harus diungkapkan dalam suatu penjelasan laporan keuangan yang menguraikan secara garis besar semua kebijakan akuntansi yang di ikuti basis penilaian seperti metode harga pokok (FIFO, LIFO, Average) harus dijelaskan.
Pada laporan neraca persedian disajikan sebagai harta lancar Pada Laporan aba rugi, metode penilaian persediaan berpengaruh dalam penentuan nilai persediaan awal, persediaan akhir harga pokok penjualan dan penentuan laba kotor.
Pengaruh pada laba rugi kadang-kadang sulit dievaluasi karena adanya perbedaan atau selisih yang dapat dipengaruhi oleh suatu kesalahan. Suatu penetpan persediaan awal yang terlalu tinggi (overstatement) akan mengakibatkan overstatement barang yang tersedia dijual dan harga pokok pennjualan. Selanjutnya penetapan harga pokok penjualan terlalu renah (understatement) akan menyebabkan laba bersih yang terlalu rendah.
(49)
Perbandingan sntsrs metode penilaian persediaan tersebut jelas terlihat bila diperbandingkan antsrs metode FIFO, LIFO, rata-rata tertimbang, retail, LCM serta laba kotor.
1. Perbandingan pengaruh metode penilaian persediaan pada kondisi inflasi.
a. FIFO
Metode ini akan menghasilkan nilai persediaan akhir yang paling tinggi karenametode ini mengasumsikan persedian akhir bersal dari persediaan yang paling akhir diperoleh, akan menghasilkan harga pokok penjualan yang paling rendah, dan laba kotor yang paling tinggi dibandngkan metode LIFO dan rata-rata.
Metode ini kurang baik untuk mengatasi pengaruh inflasi karena peningkatan harga perolehan tidak diimbangi dengan pembebanan pada penjualan persediaan, tetapi meode ini dapat memberikan informasi persediaan yang dapat dipercaya.
b. LIFO
Metode ini akan menghasilkan nilai persediaan akhir yang paling rendah dibandingkan metode lainnya (FIFO dan rata-rata). Nilai yang paling rendah tersebut karena pada metode LIFO, persediaan akhir adalah persediaan yang paling awal diperoleh. Dengan demikian, dengan metode LIFO akan diperoleh harga pokok penjualan yang paling tinggi dan juga laba kotor yang paling rendah. Metode ini dalm kondisi infalsi lebih cepat mengatasi pengaruh harga karena
(50)
kenaikan harga perolehan langsung diimbangi dengan pembebanan nilai tersebut pada setiap penjualan persediaan.
c. Rata-rata Tertimbang
Metode ini merupakan metode yang netral antara etode FIFO dan LIFO karena akan diperoleh nilai persediaan akhir, harga pokok penjualan dan laba kotor diantara nilai metode FIFO dan LIFO. Apabila digunakan metode rata-rata sistem periodik (weigted average method) makametde rata-rata ini akan cenderung ke FIFO karena nilai persediaan akhir cenderung lebih besar kepada persediaa yang paling akhir diperoleh.
d. Retail
Metode ini dianggap lebih mendekati nilai bersih yang dapat direalisasi dikurangi markup bersih. Metode ini cenderung dengan metode FIFO karena persediaan akhir dinilai terlebih dahulu dengan harga akhir metode rata-rata.
e. Metode LCM dan Laba Kotor
Keduanya mempunyai dasr penilaian yang berbeda dengan metode diatas. Penilian LCM sering bersifat subyektif dan hanya didasarkan pada taksiran-taksiran dan apabila taksiran-taksirannya tidakmenjadi kenyataan maka akan menyebabkan kesalahan dalam laporan keuangan.
2. Perbandingan pengaruh metode penilaian persediaan pada kondisi deflasi.
Pada metode LIFO akan menghasilkan nilai perseiaan akhir yanag paling tinggi. Harga pokok penjualan yang paling rendah dan laba yang paling tinggi.
(51)
Metode FIFO akan menghasilkan nilai persediaan akhir yang paling rendah, harga pokok penjualan yang paling tinggi, ala kotor yang paling rendah. Metode rata- rata berbeda diantara penilaian kedua metode diatas.
Dalam kondisi yang stabil, harga akan konstan, maka penilian tersebut akan, baik pada persediaan akhir, harga pokok penjualan maupun laba kotor. Sedangkan pada meode reatil, mempunyai selisih dengan metode-metode diatas sebesar selisih harga pokok dengan eceran serta markup bersih (harga eceran asli)
F. Tinjauan Penulis terdahulu
No Nama Tamat Judul Hasil Penelitian
1 Rico P.
Lumban
Toruan
2008 Analisis Penerapan
Akuntansi
Persediaan
Berdasarkan PSAK
NO. 14 Pada PT.
Electronic City
Indonesia Cab.
Medan
Menggunakan metode deskriptif dan data yang
diperoleh adalah data tahun 2008. Data yang
dikumpulkan melalui wawancara dan studi
dokumentasi. Jenis data yang digunakan adalah
data primer dan data sekunder. Hasil penelitian
bahwa PT. Electronic City Indonesia Cab. Medan
adalah perusahaan dagang yang menjual
barang-barang electronik telah menerapkan PSAK
NO.14 dalam sistem pencatatan dan penilaian
persediaan dengan menggunakan metode
pencatatan sistem perpetual dan penilaian
persediaan dengan metode FIFO
(52)
Simanjuntak Penerapan PSAK
NO. 14 Pada PT.
Nanyang Indokarya
Lubuk Pakam
diperoleh adalah data tahun 2001. Data yang
dikumpulkan melalui wawancara dan studi
dokumentasi. Jenis data yang digunakan adalah
data primer dan data sekunder. Hasil Penelitian
PT. Nanyang Indokarya Lubuk Pakam adalah
perusahaan manufaktur yang memproduksi
alat-alat rumah tangga dan cook ware. Telah
menerapkan PSAK yaitu pencatatan sistem
periodik dan penilaian persediaan dengan metode
FIFO namun masih ada penyimpangan misalnya
biaya penyusutan bangunan pabrik dan mesin
pabrik tidak dialokasikan dalam perhitungan
harga pokok produksi.
G. Kerangka Konseptual
Berikut ini peneliti menyajikan kerangka konseptual dari penulisan skripsi ini.
Gambar : Kerangka Konseptual
PT. Indomarco Prismatama Cabang Medan merupakan perusahaan dagang yang mengelola retail indomaret yang menjual barang kebutuhan sehari-hari. Dengan banyaknya jenis dan merk barang dagangan yang dijual perusahaan
Persediaan
(53)
tersebut maka diperlukan pencatatan dan penilaian persediaan yang akurat sehingga menghasilkan laporan keuangan yang akurat sesuai denagan PSAK NO. 14, karena metode yang digunakan dalam mencatat dan menilai persediaan membantu pihak manajemen dam membuat keputusan agar tidak terjadi kekurangan dan kelebihan barang sehingga selalu dapat memneuhi kebutuhan pelanggan, demikian juga dalam hal sistem pencatan dan penilaian menentukan jumlah persediaan serta harga pokok penjualan yang nantinya akan dilaporkan dan disajikan dalam laporan kuangan rugi laba perusahaan.
(54)
BAB III
METODE PENELITIAN
A. Jenis Penelitian
Penulis menggunakan studi deskriptif. Jenis ini adalah dimana data yang berkaitan dengan masalah penelitian yang berasal dari buku-buku, modul perusahaan sera sumber lainnya yang mendukung penelitian skripsi ini. Dalam penelitian ini terdapat uapaya mendeskripsikan, mencatat dan meniterpretasikan kondisi sekarang kemudian melakukan evaluasi.
B. Jenis data
Jenis data yang digunakan penulis terdiri dari
1. data primer, yaitu data yang diperoleh secara langsung dari objek penelitian dalam hal ini adaalah PT Indomarco Prismatama Cabang Medan. Data ini memerlukan pengolahan lebih lanjut dan dikembangkan dengan pemahaman sendiri oleh penulis, misalnya data yang diperoleh dar hasil wawancara dengan pihak perusahaan.
2. data sekunder yaitu data yang diperoleh dari perusahaan dan data tersebut sudah diolah dan terdokumentasi di perusahaan seperti sejarah singkat perusahaan, struktur organisasi perusahaan, laporan laba/rugi maupun neraca perusahaan serta kelengkapan data lainnya. Data ini juga bisa bersumber dari buku-buku dan sumber kepustakaan lainnya yang mendukung pembahasan dalam penelitina ini.
(55)
C. Teknik Pengumpulan Data
Dalam proses penelitian dan penulisan skripsi ini, penulis menggunakan metode pendekatan dalam pengumpulan data dan keterangan yang berkaitan dengan judul skripsi yaitu:
1. teknik wawancara, yaitu penulis melakukan serangkaian tanya jawab secara langsung dengan pihak perusahaan yang berwenang yaitu bagian akuntansi untuk mengetahui lebih jelas mengenai persedian dan informasi yang berkaitan dengan perusahaan.
2. teknik studi literatur, yaitu mengumpulkan data dengan membaca dan mempelajari teori-teori dan literatur–literatur yang berkaitan dengan akuntansi persediaan.
D. Metode Penganalisaan Data
Untuk menganalisis data yang diperoleh dalam penulisan skripsi ini, penulis menggunakan metode analissis deskriptif yaitu metode dengan menyusun data yang diperoleh kemudian di interpretasikan dan dianalisis sehingga
memberikan informasi bagi pemecahan masalah yang dihadapi.
E. Lokasi dan Jadwal Penelitian
PT Indomarco Prismatama Cabang Medan berlokasi di Jalan Industri No. 60 Dusun I Tanjung Morawa
(56)
Kegiatan
Maret April Mei Juni Juli
1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4
Pengajuan
judul Pengumpulan
data Penyelesaian
proposal Seminar
proposal Penelitian
laporan Penyelesaian
laporan Tabel Jadwal Penelitian
(57)
BAB IV
HASIL PENELITIAN
Dalam bab ini penulis akan manganalisis berdasarkan uraian teori yang telah diuraikan pada bab II dan uraian tentang PT Indomarco Prismatama Cabang Medan. Analisis ini dibuat dengan tujuan untuk menilai apakah kebijaksanaan peusahaan dan praktek-praktek yang dilaksanakan telah sesuai dengan teori sehingga terlihat jelas hubungan antara penerapan akuntansi persediaan perusahaan dengan PSAK No 14.
A. Gambaran Umum PT Indomarco Prismatama Cabang Medan 1. SEJARAH SINGKAT BERDIRINYA PERUSAHAAN
PT Indomarco Prismatama (Indomaret) adalah perusahaan swasta nasional yang didirikan berdasarkan akta notaries No. 207, tertanggal 21 Nopember 1988 oleh bapak Benny Kristianto dan SIUP No. 789/0902/PB/XII/88 tanggal 20 Desember 1988 dengan NPWP 1.337.994.6-041 dari Departemen Keuangan RI Ditjen Pajak Penjaringan Jakarta Utara. PT Indomarco Prismatama berkantor pusat di Jalan Ancol I No. 9-10 Ancol Barat Jakarta Utara, memiliki kantor cabang dan distribution centre (DC) di Jakarta, Cimanggis (Depok), Jatake (Tangerang), Parung (Bogor), Bekasi (Cikarang), Bandung, Surabaya, Semarang, Lampung, dan Medan.
(58)
Pada awal berdirinya Indomarco Prismatama hanya memiliki outletnya di lokasi perkantoran saja yaitu Wisma Indocement, Plaza Central, Wisma BCA. Dengan semakin berkembangnya usaha tersebut maka diteruskan sampai ke lokasi perumahan-perumahan dan lokasi bisnis lainnya. Untuk toko Franchise (waralaba) baru dimulai tahun 1997 dengan dua toko yaitu Franchise Tole Iskandar dan Franchise Borobudur. Sedangkan perkembangan toko Franchise sampai dengan akhir tahun 2006 Indomarco Prismatama sudah memiliki 750 toko. Pada pertengahan 2008 dibuka cabang Medan.
PT Indomarco Prismatama yang penulis teliti bidang usahanya adalah PT Indomarco Prismatama cabang Medan yang berlokasi di Tanjung Morawa . PT Indomarco Prismatama cabang Medan memiliki toko yang tersebar di wilayah medan sekitarnya dan berdasarkan data terbaru 2010 ada sekitar ratusan toko sekitar 100 toko yang tersebar di Medan sekitarnya dan kemungkinan akan terus bertambah.
2. VISI, BUDAYA, DAN MOTTO PERUSAHAAN
Dari proses lahir, belajar dan pengembangannya perusahaan menetapkan visi, budaya perusahaan dan motto perusahaan yaitu :
Visi Indomarco Prismatama adalah “ Menjadi Aset Nasional dalam Bentuk Jaringan Retail dan Waralaba yang unggul dalam Persaingan Global”.
(59)
Budaya Perusahaan Indomarco Prismatama adalah “ dalam Bekerja Kami menjungjung Tinggi : - Nilai-nilai Kejujuran, kebenaran, dan keadilan.
- Kerja Sama Tim.
- Kemajuan melalui Inovasi yang Ekonomis. - Kepuasan Pelanggan.
c. Motto Indomarco Prismatama adalah “ MUDAH DAN HEMAT “
3. MAKSUD DAN TUJUAN PERUSAHAAN
Sesuai dengan Akte Pendirian Perusahaan No. 207 tertanggal 21 Nopember 1988 tersebut di atas, maksud dan tujuan perusahaan adalah :
a. Bergerak dalam bidang usaha perdagangan barang/retail (mini market), jenis barang dagangannya yaitu : hasil bumi (pertanian, peternakan), obat-obatan, kelontong, kosmetik, alat-alat kesehatan dan lain-lain.
b. Mengadakan kerja sama (joint venture) dengan masyarakat dan badan usaha yang ingin membuka usah dalam bidang perdagangan (business retail) dengan sistem waralaba.
(60)
4. STRUKTUR ORGANISASI PERUSAHAAN
PT Indomarco Prismatama cabang Medan dalam pengoperasian usahanya Struktur organisasi PT Indomarco Prismatama Cabang Medan adalah serangkaian aktivitas yang menyusun suatu kerangka yang menjadi wadah bagi segenap kegiatan yang menunjukkan hubungan-hubungan seluruh pekerjaan atau jabatan masing-masing agar tugas-tugas dalam organisasi menjadi efektif dan efisien. Bentuk dari struktur organisasi Indomarco Prismatama cabang Medan adalah organisasi lini yaitu merupakan hubungan wewenang dan tanggung jawab langsung secara vertical yang dikaitkan dengan tugas jabatan tiap tingkatan atasan dan bawahan.
PT Indomarco Prismatama Cabang Medan mempunya karakteristik bentuk organisasi dimana di dalamnya terdapat pembagian tugas, wewenang, dan tanggung jawab yang didelegasikan kepada anggota-anggotanya serta mempersiapkan kegiatan-kegiatan tersebut untuk dapat menjalankan rencana yang telah ditetapkan agar tujuan dapat tercapai.
Struktur organisasi di PT Indomarco Prismatama Cabang Medan terdiri dari
1. Branch Manager.
2. Deputy Branch Manager.
3. Manager-manager yang bertanggung jawab terhadap masing-masing departemen di bawah pengawasannya.
(61)
Departemen-departemen yang ada dalam struktur organisasi PT Indomarco Prismatama cabang Medan adalah :
a. Distribution center
Sistem distribusi dirancang seefisien mungkin dengan jaringan pemasok yang handal dalam menyediakan produk yang terkenal dan berkualitas serta sumber daya manusia yang kompeten, menjadikan PT Indomarco Prismatama memberikan pelayanan terbaik kepada konsumen. Saat ini PT Indomarco Prismatama di Ancol, Jakarta, Cimanggis, Depok, Tangerang, Bandung, Surabaya Dan Medan Untuk Cabang Medan. Untuk menjalin kerjasam dengan para pemasok PT Indomarco Prismatama memiliki posisi baik dalam menentukan produk yang akan dijualnya.
b. Area
Bagian yang betanggung jawab dalam menjalankan operasi toko.
c. Finace Reguler
Bagian yang bertanggung jawab dalam hal keluar masuk uang atas toko-toko yang dimiliki PT indomarco Prismatama sendiri.
d. Finance Franchise
Bagian yang bertanggung jawab dalam hal keluar masuk uang atas toko-toko yang dimiliki PT Indomarco Prismatama yang pengelolaanya sistem franchise yang dikelola oleh perorangan.
(62)
e. Accounting and Tax Reguler
Bagian yang bertanggung jawab dalam hal menusun laporan keuangan dan menyusun laporan pajak untuk toko-toko PT Indomarco
Prismatama Sendiri
f. Accounting and Tax Franchise
Bagian yang bertanggung jawab dalam hal menusun laporan keuangan dan menyusun laporan pajak untuk toko-toko PT Indomarco Prismatama yang pengelolaanya sistem franchise/waralaba
g. EDP and BIC
Electronic data procesing yang bertanggung jawab dalam hal mengentri semua data dan memproses data tersebut untuk
menampilkan laporan keuangan secara terkomputerisasi dan Bagian BIC mengontrol keluar masuknya barang
h. Personel and General Affair
Bagian yang bertanggung jawab dalam hal perekrutan karyawan dan mengatur semua kebutuhan semua departemen yang ada di PT Indomarco Prismataman dan bagian ini juga bertanggung jawab dalam hal pelatihan karyawan agar sesuai standart yang di inginkan PT Indomarco Prismatama
i. Development
(63)
j. Location
Bertanggung jawab dalam mencari lokasi yang strategis untuk pembukaan toko-toko baru, yang tujuannya untuk expansi dan bisa dijangkau oleh konsumen dengan mudah
k. project
Bagian yang bertanggung jawab dalam hal pengembangan toko dan renovasi toko.
4. Supervisor
Bertanggung jawab memonitor semua rekap dan laporan di setiap divisi atau depertemen yang membawahinya serta mengontrol kinerja divisi serta membuat laporan kinerja divisi
5. Officer
staf masing-masing divisi yang dibawahi supevisor dan bertanggung jawab kepada sepenuhnya kepada supervisor setiap divisi / departemen yang membawahinya.
6. Clerk
Staf yang membantu officer dalam menyelesaikan tugas-tugasnya. Adapun Gambar Stuktur organisai PT Indomrco Prismatama adalah berikut ini. (Gambar 2.2)
(64)
5. Jenis–Jenis Persediaan
PT Indomarco Prismatama Cabang Medan memiliki beraneka ragam persediaaan untuk kebutuhan sehari-hari. Jenis-jenis persediaan yang dimiliki PT Indomarko Prismatama menurut kondisinya
a) Persediaan sehat digudang yaitu persediaan yang disimpan sementara digundang penyimpanan sebelum di pajang disetiap toko-toko retail yang dimiliki perusahaan yang tersebar dimedan sekitarnya.
b) Persediaan ditoko yaitu persediaan langsung dijual kepada pembeli secara pelayanan sendiri yang dipajang ditoko dan ditata sedemikian rupa pemajangannya
c) Persediaan rusak yaitu persedian yang mutunya tidak sama seperti semula atau sudah habis masa kadaluwarsanya yang dapt dijual dibawah harga pokok atau atau tidak dapat dijual yang dicadangkan dalam persediaan rusak.
Biaya-biaya persediaan
Dalam operasinya PT Indomarco prismatama sering menemukan perediaan rusak maka perusahaan perlu melakukan retur pembelian
Jurnal retur pembelian
Utang dagang xxx
Persediaan xxx
Ketentuan mengenai barang yang diakui menjadi persediaan perusahaan adalah diakui jika sudah sampai dan diterima oleh bagian gudang yang diantar langsung oleh supplier atau pemasok
(65)
Mengenai pajak pertambahan nilai yang dibebankan perusahaan suplier kepada perusahaan, perusahaan membebankan kembali kepada pembeli dan langsung di tambahkan ke harga jual barang. Maka muncul perkiraan PPN masuk dan PPN keluar dalam perkiraan laba rugi perusahaan.
6. Metode pencatatan Persediaan Pada PT Indomarco Prismatama Cabang Medan
PT Indomarco Prismatama Cabang Medan mencatat persediaan barang dagangannya dengan sistem pencatatan perpetual dengan sistem terkomputerisasi, sehingga perusahaan dapat mengetahui jumlah persediaan yang ada sestiap saat karena catatan persediaannya mampu menyajikan data dari setiap transaksi pemasukan maupun pengeluaran barang dagangan secara lengkap dan akurat.
Data persediaan yang ada di gudang maupun ditoko langsung dicatat dalam sistem komputer perusahaan pada saat barang masuk atau keluar. Hal ini merupakan kelemahan metode pencatatan persediaan perusahaan, karena memeberikan kesempatan terjadinya kesalahan dan kecurangan dalam pencatantan persediaan.
Jurnal pembelian
stock barang xxx
utang dagang xxx
Pencatatan pembelian ini dilakukan oleh bagian akuntansi apabila barang yang dipesan telah diterima oleh bagian gudang dan dokumen dasar
(66)
pencatatannya adalah faktur pembelian. Pencatatan permintaan barang dagang dilakukan oleh kepala gudang berdasarkan dokumen permintaan barang dagang. Apabila karyawan gudang sudah menerima dokumen permintaan barang dagang yang telah disetujui tersebut maka karyawan gudang wajib mengeluarkannya dan melaporkannya ke bagian akuntansi.
Jika secara tunai
Kas xxx
Penjualan xxx
Harga pokok penjualan xxx Stock barang xxx Jurnal Penjualan
jika secara kredit
Piutang dagang xxx
Penjualan xxx
Harga pokok penjualan xxx Stock barang xxx
Adapun alasan penggunaan sistem pencatatan perpetual adalah karena banyaknya jenis barang yang dijual, sehingga memerlukan sistem pencatatan yang selalu dapat memberikan informasi tentang persediaan baik dari jumlah unit, harga perolehan per unit dan total nilai persediaan yang dimiliki. Hal tersebut
(67)
juga didukung oleh perputaran persediaan yang sangat cepat sehingga dengan adanya informasi yang tersedia dengan cepat dan lengkap memudahkan pihak manajemen dalam mangantisipasi setiap peluang penjualan maupun penurunan penjualan sehigga persediaan selalu tersedia untuk mencegah kelebihan maupun kekurangan persediaan.
Sehingga kebutuhan pasar yang meningkat pada masa tertentu dapat dipenuhi dan perusahaan dapat terhindar dari penumpukan persediaan pada saat perintaan pasar turun. Kelemahan pada metode ini adalah memungkinkan kesalahan dalam pencatatan maupun kecurangan pada persediaan.
.
7. Metode Penilaian Persediaan pada PT Indomarco Prismatama Cabang Medan
PT Indomarco Prismatama Cabang Medan menggunakan metode penilaian persediaan dengan metode retail yang mendekati FIFO, dimana tetap barang yang masuk tetap pertama kali keluar namun dalam menghitung harga pokok digunakan retail yaitu sistem mark up tetentu atas keuntungan yang akan diperoleh atas penjualan.
Metode ini digunakan karena banyaknya ragam persediaan sehingga jika dikelola per item barang maka akan mengakibatkan pemborosan waktu dan tenaga. Demikian FIFO yang digunakan arus keluar masuknya barang dimaksud agar terhindar dari kerugian penjualan akibat dari keusangan atau kadaluarsanya suatu barang.
(68)
8. Penyajian Dalam Laporan Keuangan
Perhitungan neraca dan laba rugi tidak dapt dipisahkan dan saling terkait. Persediaan dilaporkan dalam laporan keuangan laba rugi sebesar nilainya. Dan neraca disajikan dalam diposisi asset lancar di passiva.
a. Penyajian di Neraca
Persediaan dicantumkan di neraca pada aktiva lancar . Persediaan yang tercantum mencerminkan nilai persediaan pada tanggal neraca. Penggunaan metode FIFO dalm menilai persediaan dianggap lebih baik dan akan memberikan informasi atas persediaan yang lebih terpercaya dalam penyajian di neraca. Sehubungan dengan penetuan hak atas persediaan daalm perjalanan, perusahaan menggunakan FOB destination, maka perusahaan tidak mencatat persediaan dalm perjalanan dalam perkiraan persediaan.
b. Penyajian di Laporan Laba Rugi
Persediaan tidak disajikan dalam laporan laba rugi namun nilainya digunakn untuk menghitung harga pokok penjualan. Metode FIFO yang digunakan perusahaan untuk menilai pesediaan sebenarnya akan menyebabakan harga pokok lebih rendah sehingga terlihat laba kotor akan terlihat tinggi apabila harga dalam satu periode cenderung meningkat. Tetapi bila harga dalam satu perode cenderung terus menurun akan mengakibatkan harga pokok penjualan yang tinggi sehingga laba kotor akan terkihat rendah.
Namun mengingat kondisi saat ini dimana harga cenderung meningkat maka penggunaan metode FIFO menyebabkan laba kotor akan telihat tinggi
(69)
sehingga mengakibatkan langsung ke pajak penghasilan yang harus ditanggung perusahaan.
B. ANALISA HASIL PENELITIAN 1. Struktur Organisasi
Dalam prakteknya PT Indomarco Prismatama telah melakukan pemisahan fungsi dan tanggung jawab yang jelas kepada masing-masing stafnya. Struktur organisasi yang diterapkan perusahaan ini adalah berbentuk garis.
2. Metode Pencatatan persediaan
PT Indomarco Prismatama menggunakan metode pencatatan persediaan menggunakan sistem perpetual, hal ini memudahkan untuk setiap saat dapat mengetahui posisi persediaan secara keseluruhan untuk dapat mengantisipasi peluang penjualan dan penurunan penjualan, penggunaan metode ini telah sesui dengan PSAK No 14 sebagai pedoman yang berlaku umum di Indonesia dalam hal pencatatan persediaan.
3. Metode Penilaian Persediaan
PT Indomarco Prismatama Cabang Medan melakukan penilaian persediaan dengan metode retail cenderung ke FIFO karena perusahaan memilki jenis persediaan yang cukup banyak. Metode ini akan menghasilkan persediaan yang ada digudang adalah persediaan yang terahir dibeli sehingga terhindar dari keusangan atau tanggal kadaluarsa untuk produk-produk makanan dan minuman maupun obat-obatan.
(70)
Dalam hal ini perusahaan telah sesuai dengan PSAK No 14 diamana barang yang pertama kali dijual adalah adalah barang yang pertama kali masuk, sehingga persediaan yang tertinggal digudang adalah persediaan yang terahir masuk.
4. Penyajian dalam Laporan Keuangan
PT Indomarco Prismatama Cabang Medan telah menyajikan persediaannya di laba rugi dan di neraca sebagai harta lancar di kelompok passiva yang disusun perbulan dan laporan tahunan disusun yang menghasilkan laporan keuangan tahunan oleh bagian Akuntansi Keuangan Kantor Pusat yang berada di Jakarta. Penyajian dalam laporan keuangan, pada PSAk No.14 diuraikan bahwa laporan keuangan mengungkapkan informasi sebagai berikut:
a. Biaya persediaan yang diakui sebagai beban selama periode berjalan. b. Biaya operasi yang dapat diaplikasikan pada pendapatan.
Penyajian persediaan dalam laporan keuangan PT Indomarco Prismatama telah sesuai dengan PSAK No. 14, dimana persediaan disajikan dineraca yakni persediaan akhir yang dimiliki oleh perusahaan dan dikelompokkan dalam aktiva lancar . Persediaan pada laporan laba rugi disajikan pada bagian harga pokok .
Dilihat dari penilaian persediaan dengan metode FIFO memang meyebabkan laba kotor perusahaan tinggi yang akan berpengaruh pada pajak penghasilan. Namun Untuk kondisi perusahaan saat ini yang sedang berkembang dan baru dibuka dan banyak melakukan ekspansi dengan menambah pembukaan toko, mengakibatkan perusahaa secara operasional merugi, sehingga peusahaan PT Indomarco Prismatama Cabang Medan tidak menanggung pajak penghasilan .
(71)
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
Berdasarkan uraian di atas maka diambil suatu kesimpulan sehubungan akuntansi persediaan khususnya tentang pencatatan dan penilaian persediaan pada PT Indomarco Prismatama Cabang Medan.
A. Kesimpulan
1. PT Indomarco Prismatama Cabang Medan adalah sebuah perusahaan dagang yang berpusat di Jakarta, perusahaan ini bergerak di bidang retail untuk barang kebutuhan sehari-hari dan langsung menjual kepada konsumen.
2. Pembagian tugas di perusahaan ini telah diterapkan dengan baik yaitu dengan adanya pembagian tugas dan tanggung jawab secara jelas dan tegas dengan memmakai susunan struktur organisasi bebentuk garis. 3. Metode pencatatan yang di pakai dalam perusahaan PT Indomarco
Prismatama Cabang Medan adalah sistem pencatatan perpetual yang memungkinkan diketahuinya informasi persediaan setiap saat dan hal ini sangatlah membantu pihak manajemen karena perusahaan yang bergerak di dagang retail yang perputaran persediaanya cukup tinggi sehingga dengan metode perpetual ini dapat dilakukan antisipasi agar tidak terjadi kekurangan dan kelebihan persediaan. Hal ini telah sesuai dengan PSAK No 14. karena perusahaan selalu mencatat setiap adanya transaksi kedalam akun transaksi dengan demikian setiap saat
(72)
dapat diketahui jumlah persedian. Namun sistem ini mempunyai kelemahan atau kurangnya pengawasan karena tidak adanya sistem manual diterapkan seperti kartu gudang dan kartu persediaan toko yang mana semua transaksi yang terjadi dicatat secara terkomputerisasi yang bisa saja terjadi human error atau virus yang merusak data.
4. Perusahaan selalu melakukan perhitungan fisik persediaan setiap akhir bulan di gudang untuk mengetahi kebenaran saldo persediaan yang dicatat dengan kondisi fisik persediaan yang sebenarya apakah sesuai apa tidak.
5. Metode penilaian yang digunakan adalah retail cenderung ke FIFO. Penilaian secara retail adalah karena banyaknya dan beragamnya jenis persedian yang dijual jadi jika dikelola per item akan memakan waktu dan tenaga yang tidak sedikit yang nantinya akan menambah ke biaya. Jadi perusahaan menerapkan sistem mark up keuntungan yang berlaku untuk semua jenis produk persediaan . Sistem FIFO digunakan diman abarang yang pertama masuk pertama keluar hal untuk mengantisipasi terjadinya keusangan dan habisnya masa tanggal kadaluarsa produk yang dapat menyebabkan kerugian pada pihak perusahaan sehingga menyebabkan laba menurun. Dan metode ini telah sesuai dengan PSAK No 14.
(1)
Dalam hal ini perusahaan telah sesuai dengan PSAK No 14 diamana barang yang pertama kali dijual adalah adalah barang yang pertama kali masuk, sehingga persediaan yang tertinggal digudang adalah persediaan yang terahir masuk.
4. Penyajian dalam Laporan Keuangan
PT Indomarco Prismatama Cabang Medan telah menyajikan persediaannya di laba rugi dan di neraca sebagai harta lancar di kelompok passiva yang disusun perbulan dan laporan tahunan disusun yang menghasilkan laporan keuangan tahunan oleh bagian Akuntansi Keuangan Kantor Pusat yang berada di Jakarta. Penyajian dalam laporan keuangan, pada PSAk No.14 diuraikan bahwa laporan keuangan mengungkapkan informasi sebagai berikut:
a. Biaya persediaan yang diakui sebagai beban selama periode berjalan. b. Biaya operasi yang dapat diaplikasikan pada pendapatan.
Penyajian persediaan dalam laporan keuangan PT Indomarco Prismatama telah sesuai dengan PSAK No. 14, dimana persediaan disajikan dineraca yakni persediaan akhir yang dimiliki oleh perusahaan dan dikelompokkan dalam aktiva lancar . Persediaan pada laporan laba rugi disajikan pada bagian harga pokok .
Dilihat dari penilaian persediaan dengan metode FIFO memang meyebabkan laba kotor perusahaan tinggi yang akan berpengaruh pada pajak penghasilan. Namun Untuk kondisi perusahaan saat ini yang sedang berkembang dan baru dibuka dan banyak melakukan ekspansi dengan menambah pembukaan toko, mengakibatkan perusahaa secara operasional merugi, sehingga peusahaan PT Indomarco Prismatama Cabang Medan tidak menanggung pajak penghasilan .
(2)
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
Berdasarkan uraian di atas maka diambil suatu kesimpulan sehubungan akuntansi persediaan khususnya tentang pencatatan dan penilaian persediaan pada PT Indomarco Prismatama Cabang Medan.
A. Kesimpulan
1. PT Indomarco Prismatama Cabang Medan adalah sebuah perusahaan dagang yang berpusat di Jakarta, perusahaan ini bergerak di bidang retail untuk barang kebutuhan sehari-hari dan langsung menjual kepada konsumen.
2. Pembagian tugas di perusahaan ini telah diterapkan dengan baik yaitu dengan adanya pembagian tugas dan tanggung jawab secara jelas dan tegas dengan memmakai susunan struktur organisasi bebentuk garis. 3. Metode pencatatan yang di pakai dalam perusahaan PT Indomarco
Prismatama Cabang Medan adalah sistem pencatatan perpetual yang memungkinkan diketahuinya informasi persediaan setiap saat dan hal ini sangatlah membantu pihak manajemen karena perusahaan yang bergerak di dagang retail yang perputaran persediaanya cukup tinggi sehingga dengan metode perpetual ini dapat dilakukan antisipasi agar tidak terjadi kekurangan dan kelebihan persediaan. Hal ini telah sesuai dengan PSAK No 14. karena perusahaan selalu mencatat setiap adanya transaksi kedalam akun transaksi dengan demikian setiap saat
(3)
dapat diketahui jumlah persedian. Namun sistem ini mempunyai kelemahan atau kurangnya pengawasan karena tidak adanya sistem manual diterapkan seperti kartu gudang dan kartu persediaan toko yang mana semua transaksi yang terjadi dicatat secara terkomputerisasi yang bisa saja terjadi human error atau virus yang merusak data.
4. Perusahaan selalu melakukan perhitungan fisik persediaan setiap akhir bulan di gudang untuk mengetahi kebenaran saldo persediaan yang dicatat dengan kondisi fisik persediaan yang sebenarya apakah sesuai apa tidak.
5. Metode penilaian yang digunakan adalah retail cenderung ke FIFO. Penilaian secara retail adalah karena banyaknya dan beragamnya jenis persedian yang dijual jadi jika dikelola per item akan memakan waktu dan tenaga yang tidak sedikit yang nantinya akan menambah ke biaya. Jadi perusahaan menerapkan sistem mark up keuntungan yang berlaku untuk semua jenis produk persediaan . Sistem FIFO digunakan diman abarang yang pertama masuk pertama keluar hal untuk mengantisipasi terjadinya keusangan dan habisnya masa tanggal kadaluarsa produk yang dapat menyebabkan kerugian pada pihak perusahaan sehingga menyebabkan laba menurun. Dan metode ini telah sesuai dengan PSAK No 14.
(4)
B. Saran
1. Perusahaan sebaiknya mempertimbangkan untuk meningkatkan pengawasan terhadap pencatatan persediaan. Hal ini dapat dilakukan dengan mengadakan kartu persediaan took dan kartu gudang dicatata secara manual sehingga perusahaan dapat mencocokkan antara data yang ada di sistem komputer dengan data yang ada di kartu tersebut karena bisa saja terjadi human error untuk sistem komputer atau bila terjadi serangan virus yang memakan semua data, maka data manual sangatlah diperlukan.
2. Perusahaan sebaiknya melakukan pemeriksaaan fisik persediaan lebih sering agar terhindar dari kecurangan atau kesalahan yang tidak disengaja misalnya dengan melakukan pemeriksaan minimal dua kali dalam sebulan.
(5)
DAFTAR PUSTAKA
Fakultas Ekonomi Universitas Sumatera Utara, Departemen Dyckman, Thomas R., Roland E.Dukes, Charles J.Davis, 2000. Akuntansi Intermediate, Edidisi Ketiga, Jilid 1, Er;angga, Jakarta.
Akuntansi, 2004. Buku Petunjuk Teknis Penulisan Proposal Penelitian dan Penulisan Skripsi, Medan
Ikatan Akuntan Indonesia, 2007. Standar Akuntansi Keuangan, Salemba Empat, Jakarta
Kieso, Donald E., Jerry J. Weygandt dan Terry D. Warfield, 2002. Akuntansi Intermediate, Edisi Kesepuluh, Terjemahan Emil Salim, Erlangga, Jilid Satu, Jakarta
Lumban Toruan, Rico. P. 2008. Analisis Penerapan Akuntansi Persediaan Berdasarkan PSAk NO. 14 Pada PT. Electronic City Cab. Medan. Universitas Sumatera Utara. Medan
Niswonger, C. Rollin, Carl s. Warren, James M. Reeve, dan Philip E. Fess. 1999. Prinsip-Prinsip Akuntansi, Edisi Ke-19, Terjemahan Alfansus Sirait dan Helda Gunawan, Erlangga, Jilid I, Jakarta.
Rangkuti, Freddy, 2004. Manajemen Persediaan: Aplikasi di Bidang Bisnis, Grafindo Persada, Jakarta.
Sekaran, Uma, 2006. Metodologi Penelitian Untuk Bisnis, Edisi Empat, Buku Satu, Salemba Empat, Jakarta.
Simanjuntak, Pentus. 2003. Analisa Terhadap Penerapan PSAK NO. 14 Pada PT. Nanyang Indokarya Lubuk Pakam. Universitas Sumatera Utara. Medan.
(6)
Skousen, K. Fred, James D. Stice, 2004. Intermediate Accounting, Edisi Lima Belas, Terjemahan Tim Penerjemah salemba Empat, Saemba Empat, Buku Satu, Jakarta.
Skousen, K. Fred, W. Steve Albrecht, James D. Stice, Earl K. Stice, 2001. Akuntansi Keuangan: Konsep dan Aplikasi, Edisi Pertama, Buku 1, Salemba Empat, Jakarta.
Soemarso SR, 2002. Akuntansi Suatu Pengantar, Edisi Lima, Buku 1, Salemba Empat, Jakarta.
Warren Carl S., James M. Reeve dan Philip E. Fess, 2005. Pengantar Akuntansi, Edisi 21, Buku Satu, Terjemahan Aria Farahmita dan Amanugrahani, Salemba Empat, Jakarta.