Pengaruh Media Tanam dan Pemberian Pupuk NPK (16:16:16) Terhadap Pertumbuhan kakao di Pembibitan

1

PENGARUH MEDIA TANAM DAN PEMBERIAN PUPUK NPK (16:16:16)
TERHADAP PERTUMBUHAN KAKAO (Theobroma cacao L.)
DI PEMBIBITAN

EDI HANDOKO

DEPARTEMEN BUDIDAYA PERTANIAN
FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
MEDAN
2011

Universitas Sumatera Utara

2

PENGARUH MEDIA TANAM DAN PEMBERIAN PUPUK NPK (16:16:16)
TERHADAP PERTUMBUHAN KAKAO (Theobroma cacao L.)
DI PEMBIBITAN


SKRIPSI

OLEH :
EDI HANDOKO
050301022
BDP - AGRONOMI

PROGRAM STUDI AGRONOMI
DEPARTEMEN BUDIDAYA PERTANIAN
FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
MEDAN
2011

Universitas Sumatera Utara

3

PENGARUH MEDIA TANAM DAN PEMBERIAN PUPUK NPK (16:16:16)

TERHADAP PERTUMBUHAN KAKAO (Theobroma cacao L.)
DI PEMBIBITAN

SKRIPSI

OLEH :

EDI HANDOKO
050301022
BDP - AGRONOMI

Skripsi Sebagai Salah Satu Syarat Untuk Memperoleh
Gelar Sarjana (S1) di Fakultas Pertanian
Universitas Sumatera Utara, Medan

PROGRAM STUDI AGRONOMI
DEPARTEMEN BUDIDAYA PERTANIAN
FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
MEDAN

2011

Universitas Sumatera Utara

4

Judul Penelitian

Nama

: Pengaruh Media Tanam dan Pemberian Pupuk
NPK (16:16:16) Terhadap Pertumbuhan kakao
di Pembibitan
: Edi Handoko

Nim

: 050301022

Departemen


: Budi Daya Pertanian

Program Studi

: Agronomi

Disetujui oleh,
Komisi Pembimbing :

(Ir. Balonggu Siagian, MS)
Ketua

(Ir. Irsal , MP)
Anggota

Mengetahui,

(Ir. Edison Purba, Ph. D)
Ketua Departemen Budi Daya Pertanian


Tanggal Lulus :

Universitas Sumatera Utara

5

ABSTRACT

EDI HANDOKO : The influence of Planting Media and Present of NPK
Manure (16:16:16) To Growth of Cacao (Theobroma cacao L.) in Nursery,
leader by BALONGGU SIAGIAN and IRSAL.
The design of the experiment was randomized block design arranged in
factorial patttern with two factors. The first factor is planting media, 100%
subsoil, 75% subsoil + 25% trichokompost, 50% subsoil + 50% trichokompost,
and
25% subsoil + 75% trichokompos. The second factor present of NPK
Manure (16:16:16), 0,0 g/polibag, 2,5 g/polibag, 5,0 g/polibag, 7,5 g/polibag.
The Parameter observed includes plant hight (cm), number leafs (sheet),
diameter of stem (mm), total of broad leaf (cm2), fresh and dry weight of crown

(g) fresh and dry weight of root (g).
The result of reseach showed that planting media influential
significantly on plant height, number of leafs ,diameter of stem, total of broad
leaf, fresh and dryweight of crown,fresh and of root. Present of manure in
fluential significantly to total of broad leaf, influentialunsignificantly to plant
height, number of leaf, diameter of stem,fresh and dryweight of crown, fresh
and dryweight of root. Interaction between planting media presnt of manure
influential significantly to plant height, diameter of stem, total of broad leaf.
The best taraf combination is planting M2P1 with 50% subsoil + trichokompost
increased present of manure P1 2,5g/polibag.
Key Words :Trichokompost TKKS, Present of Manure, Cacao, Nursery

Universitas Sumatera Utara

6

ABSTRAK

EDI HANDOKO : Pengaruh Media Tanam dan Pemberian Pupuk
NPK (16:16:16) Terhadap Pertumbuhan kakao(Theobroma cacao L.) di

Pembibitan, di bimbing oleh BALONGGU SIAGIAN dan IRSAL.
Rancangan penelitian yang digunakan adalah Rancangan Acak
Kelompok (RAK) pola faktorial dengan dua faktor. Faktor pertama adalah
media tanam, yaitu 100% Subsoil, 75% Subsoil + 25% Trichokompos, 50%
Subsoil + 50% Trichokompos dan 25% Subsoil + 75% Trichokompos.
Faktor kedua adalah pemberian pupuk NPK (16:16:16) yaitu : 0,0 g/polibag,
2,5 g/polibag, 5,0 g/polibag, 7,5 g/polibag. Parameter yang diamatai
meliputi tinggi bibit (cm), jumlah daun (helai), diameter batang (mm), total
luas daun (cm2), bobot basah dan kering tajuk (g), serta bobot basah dan
kering tajuk (g).
Hasil penelitian menunjukka n bahwa media tanam berpengaruh
nyata pada tinggi bibit, jumlah daun, diameter batang, total luas daun, bobot
basah dan kering tajuk, serta bobot basah dan kering akar. Pemberian pupuk
berpengaruh nyata pada total luas daun, berpengaruh tidak nyata pada tinggi
bibit, jumlah daun, diameter batang, bobot basah kering tajuk, bobot basah
kering akar. Interaksi antara media tanam dan pemberian pupuk
berpengaruh nyata pada tinggi bibit, diameter batang, total luas daun.
Kombinasi perlakuan terbaik adalah taraf kombinasi M2P1 campuran 50%
subsoil + 50% trichokompos ditambah pemberian pupuk 2,5 g/polibag.
Kata Kunci : Trichokompos TKKS, Pemberian Pupuk, Kakao, Pembibitan


Universitas Sumatera Utara

7

RIWAYAT HIDUP

Edi Handoko dilahirkan di Sawit Seberang pada tanggal 28 April 1986
putra dari Ayah P. Sembiring, dan Ibu Tuminem. Penulis merupakan putera
kelima dari lima bersaudara.
Penulis menyelesaikan pendidikan dasar di SD Negeri 056625 Kebun
Sayur pada tahun 1999, kemudian melanjutkan pendidikan ke MTs S TPI Sawit
Seberang Kabupaten Langkat, selesai pada tahun 2002, dan pada tahun 2005
penulis menyelesaikan pendidikan di Madrasah Aliyah TPI Sawit Seberang
Kabupaten langkat. Kemudian lulus seleksi masuk USU melalui jalur SPMB.
Penulis memilih program studi Agronomi Departemen Budidaya Pertanian,
Fakultas Pertanian.
Selama mengikuti perkuliahan. Penulis juga pernah mengikuti organisasi
diantaranya BKM Al- Mukhlisin FP USU sebagai staf Infotas pada tahun 20062007, sebagai Wakil Bendahara Umum (07-08), staf Kaderisasi (08-09), Tim
Mentoring Agama Islam FP USU pada tahun 2008-2010, DPW KAM RABBANI

FP USU sebagai staf kajian dan Strategi pada tahun 2006- 2007, staf Kaderisasi
(07-08), KAMMI Komisariat USU sebagai Ketua Departemen Dana dan Usaha
pada tahun 2008-2009, dan KAMMDA SUMUT sebagai staf HUMAS pada tahun
2009-2011
Penulis melaksanakan praktek kerja lapangan (PKL) pada tahun 2009 di
PTPN II Kebun Sawit Seberang Kabupaten Langkat.

Universitas Sumatera Utara

8

KATA PENGANTAR
Puji dan syukur penulis ucapkan kehadirat Allah swt, karena atas berkat dan
rahmatNya penulis dapat menyelesaikan skripsi ini. Judul dari skripsi ini adalah
‘Pengaruh Media Tanam dan Pemberian Pupuk NPK (16:16:16) Terhadap Pertumbuhan
kakao (Theobroma cacao L.) di Pembibitan’.
Terima kasih penulis ucapkan kepada Bapak Ir. Balonggu Siagian, MS dan
Bapak Ir. Irsal, MP selaku ketua dan anggota komisi pembimbing penulis, yang telah
membimbing penulis selama menyelesaikan skripsi ini, dan seluruh pihak yang telah
membantu penulis dalam menyelesaikan skripsi ini.

Pada kesempatan ini penulis ucapkan terima kasih yang teramat besar kepada
kedua orang tua penulis, ayahanda P. Sembiring dan Ibunda Tuminem yang tercinta,
atas kasih sayang baik moril, materil, maupun doa yang telah diberikan selama
penyelesaian skripsi ini. Juga kepada abangda Bambang Hermanto Sembiring, ST,
Bambang Harimurianto Sembiring, SE, Kristian Wahyudi Sembirng, SP serta kakanda
tercinta

Sri Hartini Br Sembiring, Spd yang telah mendukung dan memberi

semangat kepada penulis dalam penyelesaian skripsi ini. Tak lupa penulis ucapkan
terima kasih kepada teman-teman ARMYPLANT 2005, BKM Al-Mukhlisin, KAMMI
USU, KAMMDA SUMUT, DPW KAM RABBANI dan seluruh pihak yang tidak
dapat penulis sebutkan, yang telah membantu dan memberi semangat kepada penulis
selama menyelesaikan skripsi ini. Semoga skripsi ini bermanfaat.
Medan, Juni 2011

Penulis

Universitas Sumatera Utara


9

DAFTAR ISI

Halaman
ABSTRACT................................................................................................... i
ABSTRAK .................................................................................................... ii
RIWAYAT HIDUP ..................................................................................... iii
KATA PENGANTAR ................................................................................. iv
DAFTAR ISI ............................................................................................... v
DAFTAR TABEL....................................................................................... vii
DAFTAR GAMBAR . ............................................................................... viii
DAFTAR LAMPIRAN................................................................................. x
PENDAHULUAN ........................................................................................ 1
Latar Belakang ...................................................................................... 1
Tujuan Penelitian ................................................................................... 4
Hipotesa Penelitian ................................................................................ 4
Kegunaan Penelitian .............................................................................. 4
TINJAUAN PUSTAKA................................................................................ 5
Botani Tanaman .................................................................................... 5
Syarat Tumbuh ...................................................................................... 8
Iklim ............................................................................................. 8
Tanah...........................................................................................10
Media tanam .........................................................................................11
Subsoil ........................................................................................13
Kompos Tandan Kelapa Sawit .....................................................14
Trichoderma ................................................................................14
Trichokompos .............................................................................15
Pemberian Pupuk NPK (16:16:16).........................................................17
BAHAN DAN METODE.............................................................................21
Tempat dan Waktu ................................................................................21
Bahan dan Alat .....................................................................................21
Metode Penelitian .................................................................................22
Analisis Data ........................................................................................23
PELAKSANAAN PENELITIAN ................................................................24
Persiapan Areal .....................................................................................24
Persiapan Naungan ...............................................................................24
Persiapan Media Tanam ........................................................................24
Pengecambahan Benih ..........................................................................24
Penanaman Kecambah ..........................................................................24
Aplikasi pupuk NPK (16:16:16) ............................................................25
Pemeliharaan Tanaman .........................................................................25
Penyiraman .................................................................................25
Penyiangan..................................................................................25
Pengendalian Hama dan Penyakit.................................................25
Pengamatan Parameter ..........................................................................26

Universitas Sumatera Utara

10

Tinggi Bibit (cm)..........................................................................26
Jumlah Daun (helai) .....................................................................26
Diameter Batang (mm) .................................................................26
Total Luas daun (cm2) ..................................................................26
Bobot Basah Tajuk (g) ..................................................................27
Bobot Basah Akar (g) ...................................................................27
Bobot Kering Tajuk (g) ................................................................27
Bobot Kering Akar (g) ..................................................................27
HASIL DAN PEMBAHASAN.....................................................................27
Hasil.....................................................................................................27
Pembahasan ..........................................................................................71
KESIMPULAN DAN SARAN.....................................................................79
Kesimpulan ..........................................................................................79
Saran ....................................................................................................79
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN

Universitas Sumatera Utara

11

DAFTAR TABEL

No.

Judul

Halaman

1. Rataan tinggi bibit kakao dengan berbagai perlakuanm media
tanam dan pemberian pupuk NPK pada umur 16MST ................................28
2. Rataan jumlah daun kakao dengan bernagai perlakuan media
tanam dengan pemebrian pupuk NPK pada umur 4 s/d 16
MST.........................................................................................................37
3. Rataan diameter batang kakao dengan berbagai perlakuanm
media tanam dan pemberian pupuk NPK pada umur
4 s/d16MST..............................................................................................43
4. Rataan total luas daun pada perlakuan media tanam dan
pemberian pupuk NPK..............................................................................48
5. Rataan bobot basah tajuk pada perlakuan media tanam dan
pemberian pupuk NPK..............................................................................53
6. Rataan bobot basah akar pada perlakuan media tanam dan
pemberian pupuk NPK..............................................................................58
7. Rataan bobot kering tajuk pada perlakuan media tanam dan
pemberian pupuk NPK..............................................................................63
8. Rataan bobot kering akar pada perlakuan media tanam dan
pemberian pupuk NPK..............................................................................66

Universitas Sumatera Utara

12

DAFTAR GAMBAR

No.

Judul

Halaman

1. Hubungan trichokompos dengan Tinggi Bibit pada umur
16 MST .......................................................................................... 31
2. Hubungan pupuk NPK dengan Tinggi Bibit pada umur 16
MST ................................................................................................32
3. Hubungan Tinggi Bibit dengan pupuk NPK pada berbagai
taraf pemberian trichokompos umur pada 16 MST ............................ 33
4. Hubungan Tinggi Bibit dengan trichokompos pada berbagai
taraf pemberian pupuk NPK umur pada 16 MST ............................... 34
5. Hubungan trichokompos dengan jumlah daun pada umur
16 MST ........................................................................................... 38
6. Hubungan pupuk NPK dengan Jumlah Daun pada umur 16
MST ................................................................................................39
7. Hubungan trichokompos dengan Diameter Batang pada
umur 16 MST ..................................................................................44
8. Hubungan pupuk NPK dengan Diameter Batang pada umur
16 MST ...........................................................................................45
9. Hubungan Diameter Batang Dengan Pupuk NPK Pada
Berbagai taraf pemberian trichokompos pada umur 16 MST.............. 46
10. Hubungan Diamter Batang dengan trichokompos pada
berbagai taraf pemberian pupuk NPK pada umur 16 MST ................. 47
11. Hubungan trichokompos dengan Total Luas daun pada umur
16 MST ...........................................................................................49
12. Hubungan pupuk NPK dengan Total Luas daun pada umur
16 MST ...........................................................................................50

Universitas Sumatera Utara

13

13. Hubungan Total Luas Daun dengan pupuk NPK pada
berbagai taraf pemberian trichokompos umur pada 16 MST .............. 51
14. Hubungan Total Luas Daun dengan trichokompos pada
berbagai taraf pemberian pupuk NPK umur pada 16 MST ................. 52
15. Hubungan trichokompos dengan Bobot Basah Tajuk pada
umur
16 MST..............................................................................54
16. Hubungan pupuk NPK dengan Bobot Basah Tajuk pada
umur 16 MST ..................................................................................55
17. Hubungan Bobot Basah Tajuk dengan pupuk NPK pada
berbagai taraf pemberian trichokompos umur pada 16 MST .............. 56
18. Hubungan Bobot Basah Tajuk dengan trichokompos pada
berbagai taraf pemberian pupuk NPK umur pada 16 MST ................. 57
19. Hubungan trichokompos dengan Bobot Basah Akar pada
umur 16 MST ................................................................................59
20. Hubungan pupuk NPK dengan Bobot Basah Akar pada umur
16 MST ...........................................................................................60
21. Hubungan Bobot Basah Akar dengan pupuk NPK pada
berbagai taraf pemberian trichokompos umur pada 16 MST .............. 61
22. Hubungan Bobot Basah Akar dengan trichokompos pada
berbagai taraf pemberian pupuk NPK umur pada 16 MST ................. 62
23. Hubungan trichokompos dengan Bobot Kering Tajuk pada
umur
19 MST..............................................................................64
24. Hubungan pupuk NPK dengan Bobot Kering Tajuk pada
umur 19 MST ..................................................................................65
25. Hubungan trichokompos dengan Bobot Kering Akar pada
umur 19 MST ................................................................................67
26. Hubungan pupuk NPK dengan Bobot Kering Akar pada
umur 19 MST ..................................................................................68

Universitas Sumatera Utara

14

27. Hubungan Bobot Kering Akar dengan pupuk NPK pada
berbagai taraf pemberian trichokompos umur pada 19 MST .............. 69
28. Hubungan Bobot Kering Akar dengan trichokompos pada
berbagai taraf pemberian pupuk NPK umur pada 19 MST ................. 70
29. Perkecambahan Kakao .....................................................................116
30. Lahan Penelitian ..............................................................................116
31. Bibit kakao pada Media M0 dan Pemberian Pupuk............................ 117
32. Bibit kakao pada Media M1 dan Pemberian Pupuk............................ 117
33. Bibit kakao pada Media M2 dan Pemberian Pupuk............................ 118
34. Bibit kakao pada Media M3 dan Pemberian Pupuk............................ 118

Universitas Sumatera Utara

15

DAFTAR LAMPIRAN

No.

Judul

Halaman

1. Deskripsi tanaman kakao Lindak ...............................................................83
2. Data hasil Analisis subsoil ........................................................................84
3. Data Hasil Analisis Trichokompos TKKS .................................................85
4. Rangkuman Uji Beda Rataan ....................................................................86
5. Bagan penelitian .......................................................................................88
6. Jadwal Kegiatan Penelitian .......................................................................89
7. Data Tinggi Bibit 4 MST (cm) ..................................................................90
8. Sidik Ragam Tinggi Bibit 4 MST ..............................................................90
9. Data Tinggi Bibit 6 MST (cm) ..................................................................91
10. Sidik Ragam Tinggi Bibit 6 MST ..............................................................91
11. Data Tinggi Bibit 8 MST (cm) ..................................................................92
12. Sidik Ragam Tinggi Bibit 8 MST ..............................................................92
13. Data Tinggi Bibit 10 MST (cm) ................................................................93
14. Sidik Ragam Tinggi Bibit 10 MST ............................................................93
15. Data Tinggi Bibit 12 MST (cm) ................................................................94
16. Sidik Ragam Tinggi Bibit 12 MST ............................................................94
17. Data Tinggi Bibit 14 MST (cm) ................................................................95
18. Sidik Ragam Tinggi Bibit 14 MST ............................................................95
19. Data Tinggi Bibit 16 MST (cm) ................................................................96
20. Sidik Ragam Tinggi Bibit 16 MST ............................................................96
21. Data Jumlah Daun 4 MST (Helai) ............................................................97
22. Sidik Ragam Jumlah Daun 4 MST ...........................................................97
23. Data Jumlah Daun 6 MST (Helai) ............................................................98
24. Sidik Ragam Jumlah Daun 6 MST ............................................................98
25. Data Jumlah Daun 8 MST (Helai) ............................................................99
26. Sidik Ragam Jumlah Daun 8 MST ............................................................99
27. Data Jumlah Daun 10 MST (Helai) ..........................................................100
28. Sidik Ragam Jumlah Daun 10 MST...........................................................100
29. Data Jumlah Daun 12 MST (Helai) ..........................................................101

Universitas Sumatera Utara

16

30. Sidik Ragam Jumlah Daun 12MST ...........................................................101
31. Data Jumlah Daun 14 MST (Helai) ..........................................................102
32. Sidik Ragam Jumlah Daun 14 MST...........................................................102
33. Jumlah Daun 16 MST (Helai) ..................................................................103
34. Sidik Ragam Jumlah Daun 16 MST...........................................................103
35. Data Diameter Batang 4 MST (mm) ..........................................................104
36. Sidik Ragam Diameter Batang 4 MST .......................................................104
37. Data Diameter Batang 6 MST (mm) ..........................................................105
38. Sidik Ragam Diameter Batang 6 MST .......................................................105
39. Data Diameter Batang 8 MST (mm) ..........................................................106
40. Sidik Ragam Diameter Batang 8 MST .......................................................106
41. Data Diameter Batang 10 MST (mm) ........................................................107
42. Sidik Ragam Diameter Batang 10 MST .....................................................107
43. Data Diameter Batang 12 MST (mm) ........................................................108
44. Sidik Ragam Diameter Batang 12 MST .....................................................108
45. Data Diameter Batang 14 MST (mm) ........................................................109
46. Sidik Ragam Diameter Batang 14 MST .....................................................109
47. Data Diameter Batang 16 MST (mm) ........................................................110
48. Sidik Ragam Diameter Batang 16 MST .....................................................110
49. Data Total Luas Daun (cm2) ......................................................................111
50. Sidik Ragam Diameter Batang 16 MST (cm2)............................................111
51. Data Bobot Basah Tajuk (g) ......................................................................112
52. Sidik Ragam Bobot Basah Tajuk (g)..........................................................112
53. Data Bobot Basah Akar (g) .......................................................................113
54. Sidik Ragam Bobot Basah Akar(g) ............................................................113
55. Data Bobot Kering Tajuk (g).....................................................................114
56. Sidik Ragam Bobot Kering Tajuk (g) ........................................................114
57. Data Bobot Kering Akar (g) ......................................................................115
58. Sidik Ragam Bobot Kering Akar (g)..........................................................115
59. Dokumentasi Penelitian ............................................................................116

Universitas Sumatera Utara

5

ABSTRACT

EDI HANDOKO : The influence of Planting Media and Present of NPK
Manure (16:16:16) To Growth of Cacao (Theobroma cacao L.) in Nursery,
leader by BALONGGU SIAGIAN and IRSAL.
The design of the experiment was randomized block design arranged in
factorial patttern with two factors. The first factor is planting media, 100%
subsoil, 75% subsoil + 25% trichokompost, 50% subsoil + 50% trichokompost,
and
25% subsoil + 75% trichokompos. The second factor present of NPK
Manure (16:16:16), 0,0 g/polibag, 2,5 g/polibag, 5,0 g/polibag, 7,5 g/polibag.
The Parameter observed includes plant hight (cm), number leafs (sheet),
diameter of stem (mm), total of broad leaf (cm2), fresh and dry weight of crown
(g) fresh and dry weight of root (g).
The result of reseach showed that planting media influential
significantly on plant height, number of leafs ,diameter of stem, total of broad
leaf, fresh and dryweight of crown,fresh and of root. Present of manure in
fluential significantly to total of broad leaf, influentialunsignificantly to plant
height, number of leaf, diameter of stem,fresh and dryweight of crown, fresh
and dryweight of root. Interaction between planting media presnt of manure
influential significantly to plant height, diameter of stem, total of broad leaf.
The best taraf combination is planting M2P1 with 50% subsoil + trichokompost
increased present of manure P1 2,5g/polibag.
Key Words :Trichokompost TKKS, Present of Manure, Cacao, Nursery

Universitas Sumatera Utara

6

ABSTRAK

EDI HANDOKO : Pengaruh Media Tanam dan Pemberian Pupuk
NPK (16:16:16) Terhadap Pertumbuhan kakao(Theobroma cacao L.) di
Pembibitan, di bimbing oleh BALONGGU SIAGIAN dan IRSAL.
Rancangan penelitian yang digunakan adalah Rancangan Acak
Kelompok (RAK) pola faktorial dengan dua faktor. Faktor pertama adalah
media tanam, yaitu 100% Subsoil, 75% Subsoil + 25% Trichokompos, 50%
Subsoil + 50% Trichokompos dan 25% Subsoil + 75% Trichokompos.
Faktor kedua adalah pemberian pupuk NPK (16:16:16) yaitu : 0,0 g/polibag,
2,5 g/polibag, 5,0 g/polibag, 7,5 g/polibag. Parameter yang diamatai
meliputi tinggi bibit (cm), jumlah daun (helai), diameter batang (mm), total
luas daun (cm2), bobot basah dan kering tajuk (g), serta bobot basah dan
kering tajuk (g).
Hasil penelitian menunjukka n bahwa media tanam berpengaruh
nyata pada tinggi bibit, jumlah daun, diameter batang, total luas daun, bobot
basah dan kering tajuk, serta bobot basah dan kering akar. Pemberian pupuk
berpengaruh nyata pada total luas daun, berpengaruh tidak nyata pada tinggi
bibit, jumlah daun, diameter batang, bobot basah kering tajuk, bobot basah
kering akar. Interaksi antara media tanam dan pemberian pupuk
berpengaruh nyata pada tinggi bibit, diameter batang, total luas daun.
Kombinasi perlakuan terbaik adalah taraf kombinasi M2P1 campuran 50%
subsoil + 50% trichokompos ditambah pemberian pupuk 2,5 g/polibag.
Kata Kunci : Trichokompos TKKS, Pemberian Pupuk, Kakao, Pembibitan

Universitas Sumatera Utara

17

PENDAHULUAN

Latar Belakang
Kakao merupakan salah satu komoditas ekspor yang mampu memberikan
kontribusi dalam upaya peningkatan devisa Indonesia. Komoditas kakao
menempati peringkat ketiga ekspor sektor perkebunan dalam menyumbang devisa
negara, setelah komoditas CPO dan karet. Pada tahun 2006 ekspor kakao
mencapai US$ 975 juta atau meningkat 24,2% dibanding tahun sebelumnya dan
pada tahun 2009 juga mengalami peningkatan mencapai US$ 1,719 juta atau
meningkat 35,6% (Suryani dan Zulfebriansyah, 2007).
Di Indonesia tanaman kakao diperkenalkan oleh orang Spanyol pada tahun
1560 di Minahasa, Sulawesi. Ekspor dari pelabuhan Manado ke Manila di mulai
tahun 1825 hingga 1838 sebanyak 92 ton. Nilai ekspor tersebut dikabarkan
menurun karena adanya serangan hama pada tanaman kakao. Tahun 1919
Indonesia mamapu mengekspor sampai 30 ton, tetapi setelah tahun 1928 ternyata
ekspor tersebut terhenti (Hartobudoyo, 1995).
Dari biji-biji kakao ini, dengan perlakuan pascapanen, termasuk proses
pengolahan dan pengeringan akan dihasilkan biji-biji kakao kering yang siap
dikirim ke pabrik pengolah (prosesor). Oleh pengolahan, biji kakao diolah
menjadi

produk-produk

setengah

jadi

dan

produk-produk

sudah

jadi

(Soedarsono, 1995).
Kakao Indonesia mengalami perkembangan cukup pesat. Tahun 19691970, produksi kakao Indonesia hanya sekitar 1 ton atau peringkat ke-29 dunia
(FAO,1972) kemudian meningkat menjadi sekitar 16 ton atau peringkat ke-16
pada tahun 1980-1981 (Soenaryo, 1983).

Universitas Sumatera Utara

18

Iklim dan kontur tanah Indonesia khusunya di Sumatera sangat sesuai
untuk pengembangan tanaman kakao. Hal ini dapat dibuktikan dengan luas lahan
yang terus meningkat dan produktivitas yang terus membaik. Harga komoditas ini
juga terus meningkat dan berada pada level yang tinggi yang menyebabkan
banyak petani beralih ke komoditas ini (Suryani dan Zulfebriansyah, 2007).
Menurut Mulyani dkk (2001) tanah yang digunakan untuk pembibitan
kakao adalalah tanah subsoil yang banyak tersedia dan dapat digunakan sebagai
media tumbuh bagi bibit, namun lapisan tanah bawah ini miskin bahan organik.
Selain itu tumpukan partikel liat yang berbentuk koloid dan bahan mineral seperti
Fe, Al, Ca, dan S menjadikan lapisan ini lebih padat,sehingga menghambat
pergerakan udara dan air.
Penambahan bahan organik sebagai pupuk kedalam tanah yang miskin
hara seperti tanah lapisan bawah (subsoil) yang digunakan sebagai media tumbuh
bibit dapat dilakukan dengan pemberian trichokompos. Sutedjo dan Kartasapoetra
(1991) yang menyatakan kompos merupakan hasil pelapukan dari bahan-bahan
yang berasal dari tumbuhan dan hewan yang merupakan gudang nutrisi bagi
tanaman.
Trichokompos merupakan semua bahan organik yang dalam proses
pengomposannya ditambahkan dengan mikro organisme (cendawan antagonis
Trichoderma). Trichoderma selain sebagai dekomposer juga berfungsi untuk
pengendali organisme pengganggu tanaman (OPT) tular tanah dan sebagai zat
pengatur tumbuh. Tricokompos berbahan tandan kosong kelapa sawit ini
diharapkan dapat dijadikan alternatif pengganti pupuk kimia serta dapat
menunjang pertanian organik ramah lingkungan ( Dinas Pertanian Jambi, 2009).

Universitas Sumatera Utara

19

Trichokompos TKKS mengandung unsur hara makro dan mikro lengkap
yang berfungsi untuk memudahkan pertumbuhan akar tanaman, menyimpan air
tanah lebih lama dan meningkatkan daya ikat tanah terhadap air.Tanah menjadi
gembur dan tidak padat, aerasi tanah bagus, penyimpanan unsur hara oleh
tanaman menjadi lebih mudah.Menambah daya serap air dan memperbaiki
kehidupan mikroorganisme dalam tanah. Harga relatif lebih murah dan dapat
dibuat sendiri serta ramah lingkungan. Produktivitas dengan menggunakan
trichokompos hasil lebih meningkat 1-2 ton/ha(Dinas Pertanian Jambi, 2009).
Pupuk NPK merupakan hara penting bagi tanaman. Nitrogen merupakan
unsur hara utama bagi pertumbuhan tanaman, yang pada umumnya sangat
diperlukan untuk pembentukan atau pertumbuhan bagian-bagian vegetatif
tanaman seperti daun, batang dan akar. Nitrogen merupakan komponen penyusun
dari banyak senyawa esensial bagi tumbuhan, misalnya asam asam amino. Karena
setiap molekul protein tersusun dari asam-asam amino dan setiap enzim adalah
protein maka nitrogen merupakan unsur penyusun protein dan enzim. Fosfor
berperan dalam berbagai proses fisiologis di dalam tanaman seperti fotosintesis
dan respirasi dan sangat membantu perkembangan perakaran dan mengatur
pembungaan. Kalium berperan dalam aktivitas berbagai enzim yang esensial
dalam reaksi – reaksi fotosintesis dan respirasi serta untuk enzim yang terkait
dalam sintesis protein dan pati (Lakitan, 1993).
Berdasarkan uraian diatas, maka penulis tertarik untuk melakukan
penelitian untuk mengetahui pengaruh media tanam dan pemberian pupuk NPK
terhadap pertumbuhan kakao di masa pembibitan.

Universitas Sumatera Utara

20

Tujuan Penelitian
Untuk mengetahui pengaruh media tanam dan pemberian pupuk
NPK (16:16:16) terhadap pertumbuhan kakao dipembibitan.

Hipotesa Penelitian
Ada pengaruh trichokompos TKKS media tanam dan pemberian pupuk
NPK (16:16:16) serta interaksi kedua faktor tersebut.
Kegunaan Penelitian
Penelitian ini berguna untuk mendapatkan data penyususnan skripsi

Universitas Sumatera Utara

21

TINJAUAN PUSTAKA

Botani Tanaman
Menurut Tjitrosoepomo (1988) sistematika tanaman kakao adalah sebagai
berikut:
Kingdom

: Plantae

Divisi

: Spermatophyta

Sub divisio

: Angiospermae

Kelas

: Dicotyledoneae

Ordo

: Malvales

Family

Sterculiaceae

Genus

: Theobroma

Spesies

: Theobroma cacao L.
Akar tanaman kakao adalah surface root feeder, artinya sebagian besar

akar lateralnya (mendatar) berkembang dekat permukaan tanah, yaitu pada
kedalaman tanah (jeluk) 0-30 cm. Menurut Himme (cit. Smyth, 1960), 56 % akar
lateral tumbuh pada jeluk 0-10 cm, 26% pada jeluk 11-20 cm, 14% pada jeluk 2130 cm dan hanya 4% tumbuh pada jeluk diatas 30 cm dari permukaan tanah.
Jangkauan jelajah akar lateralnya dinyatakan jauh di luar proyeksi tajuk.
Ujungnya membentuk cabang-cabang kecil yang susunannya ruwet/intricate
(Anonimous, 2004).
Tanaman kakao asal biji , setelah mencapai tinggi 0,9-1,5 meter akan
berhenti tumbuh dan akan membentuk jorket (jorquette). Jorket adalah tempat
percabangan dari pola percabangan ortotrop ke plagiotrop dan khas hanya terdapat
pada tanaman kakao. Pembentukan jorker didahului dengan berhentinya

Universitas Sumatera Utara

22

pertumbuhan ortotrop karena ruas-ruasnya tidak memanjang. Pada ujung tunas
tersebut stipula (semacam sisik yang terdapat pada kuntum bunga) dan kuncup
ketiak daun serta tunas daun tidak berkembang. Dari ujung perhentian tersebut
kemudian tumbuh 3-6 cabang yang arah pertumbuhannya condong ke samping
membentuk sudut 0-60° dengan arah horizontal. Cabang-cabang itu disebut
dengan cabang-cabang primer (cabang plagiotrop). Pada cabang primer tersebut
kemudian tumbuh pada cabang-cabang lateral (fan) sehingga tanaman membentuk
tajuk-tajuk yang rimbun (Soenaryo, 1983).
Pada tanaman kakao dewasa sepanjang batang pokok tumbuh wiwilan atau
tunas air (chupon). Dalam teknik budidaya yang benar, tunas air ini selalu
dibuang, tetapi pada tanaman kakao liar, tunas air tersebut akan membentuk
batang dan jorket yang baru sehingga tanaman mempunyai jorket yang tersusun
(Mamangkey, 1983).
Sama dengan sifat percabangannya, daun kakao juga bersifat dimorfis (dua
bentuk percabangan). Pada tunas ortotrop, tangkai daunnya panjang, yaitu 7,5-10
cm sedangkan pada tunas plagiotrop panjang tangkai daunnya hanya sekitar 2,5
cm. Tangkai daunnya berbentuk silinder dan bersisik halus, bergantung pada
tipenya (Soenaryo, 1983).
Bentuk helaian daun memanjang (oblongus), ujung daun meruncing
(acuminatus) dan pangkal daun runcing (acutus). Susunan tulang daun menyirip
dan tulang daun menonjol ke permukaan bawah helai daun. Tepi daun rata, daging
daun tipis tetapi kuat seperti perkamen. Warna daun dewasa hijau tua bergantung
pada kultivarnya. Panjang daun dewasa 30 cm dan lebarnya 10 cm. Permukaan
daunlicin dan mengkilap (Anonimous, 2004).

Universitas Sumatera Utara

23

Tanaman kakao bersifat kauliflori. Artinya bunga tumbuh dan berkembang
dari bekas ketiak daun pada batang dan cabang. Tempat tumbuh bunga tersebut
semakin lama semakin membesar dan menebal atau biasa disebut dengan bantalan
bunga (cushion). Bunga kakao disusun oleh 5 daun kelopak yang bebas satu sama
lain, 5 daun mahkota, 10 tangkai sari yang tersusun dalam 2 lingkar yang tersusun
dari 5 tangkai sari tetapi hanya 1 tangkai sari yang fertil, dan 5 daun buah yang
bersatu. Bunga kakao berwarna putih, ungu atau kemerahan. Warna yang kuat
terdapat pada benang sari dan daun mahkota. Warna bunga ini khas untuk setiap
kultivar. Tangkai bunga kecil tetapi panjang (1-1,5 cm). Daun mahkotanya
panjang 6-8 mm, terdiri atas dua bagian. Bagian pangkal berbentuk seperti kuku
binatang (claw) dan biasanya terdapat dua garis merah. Bagian ujung berupa
lembaran tipis, fleksibel dan berwarna putih (Hartobudoyo, 1995).
Warna buah kakao sangat beragam, tetapi pada dasarnya hanya ada dua
macam warna. Buah yang ketika masih muda berwarna hijau atau hijau agak putih
jika sudah masak akan berwarna kuning. Sementara itu, buah yang ketika muda
berwarna merah, setelah masak berwarna jingga/orange (Tjitrosoepomo, 1988).
Kulit buah memiliki 10 alur dalam dan dangkal yang letaknya berselangseling. Pada tipe criollo dan trinitario alur buah kelihatan jelas. Kulit buah tebal
tetapi lunak dan permukaannya kasar. Sebaliknya pada tipe forasero, permukaan
kulit buah pada umumnya halus (rata), kulitnya tipis tetapi keras dan liat
(Hartobudoyo, 1995).
Kulit buah tersusun dalam lima baris mengelilingi poros buah. Jumlahnya
beragam, yaitu 20-50 butir per buah. Jika dipotong melintang, tampak bahwa biji
disusun oleh dua kotiledon yang saling melipat dan bagian pangkalnya menempel

Universitas Sumatera Utara

24

pada poros lembaga (embryo axis). Warna kotiledon putih untuk tipe criollo dau
ungu untuk tipe forastero (Ananimous, 2004).
Menurut Sunanto (1992), tanaman kakao yang akan diambil bibitnya atau
benih yang bagus sebaiknya dari kebun induk yang mempunyai sifat-sifat:
1. Kondisinya sehat
2. Pertumbuhannya normal dan kokoh
3. Menghasilkan Produksi tinggi, antara 70-90 tongkol/pohon/tahun
4. Berumur antara 12-18 tahun.
Pada umumnya biji diambil dari bagian tengahnya sebagai benih, karena
besarnya seragam sehingga diharapkan pertumbuhannya akan seragam. Perlu
diketahui biji kakao tidak mempunyai masa istirahat (dormansi), sehingga biji
yang disiapkan untuk benih harus segera dikecambahkan atau langsung di polibag
(Syamsyulbahri, 1996).
Syarat Tumbuh

Iklim
Pada umumnya kakao diusahakan pada ketinggian kurang dari 300 m dpl.
Suhu maksimal untuk kakao sekitar 300 C – 320 C, sedangkan suhu minimum
sekitar 180 C – 210 C. bila suhu terlalu tinggi menyebabkan hilangnya dominansi
apikal, dan tunas ketiak daun tumbuh menjadi daun kecil – kecil. Sedangkan suhu
yang terlalu rendah menyebabkan daun seperti terbakar dan bunga mengering
(Anonimous, 2004).
Daerah penghasil kakao memiliki kelembaban relatif maksimum 100%,
pada malam hari dan 70% - 80% pada siang hari. Kelembaban yang rendah akan

Universitas Sumatera Utara

25

mempengaruhi evapotranspirasi menjadi lebih cepat, sedangkan kelembaban yang
tinggi mengundang perkembangan senyawa patogen (Tumpal, 1989).
Daerah produsen kakao umumnya memiliki curah hujan berkisar antara
1250 – 3000 mm tiap tahun. Curah hujan yang kurang dari 1250 – 3000 mm akan
terjadi evapotranspirasi melebihi presipitasi. Di daerah yang keadaan iklimnya
demikian dianjurkan tidak menanam kakao kecuali ada irigasi seperti di Colombia
dan Peru. Curah hujan yang melebihi dari 2500 mm tiap tahun akan
meningkatkan serangan penyakit busuk buah Phytophtora dan VSD (Vascular
Streak Dieback). Di samping itu, akan terjadi pencucian atau leaching yang berat
terhadap tanah, sehingga akan menurunkan kesuburan tanah, pH turun dan
petukaran kation rendah (Susanto, 1994).
Sinar matahari merupakan sumber energi bagi tanaman dalam proses
fotosintesa. Namun kebutuhan sinar matahari tergantung dari besar kecilnya
tanaman. tanaman muda yang baru ditanam memerlukan sinar matahari sekitar
25% - 35% dari sinar matahari penuh. Sedangkan untuk tanaman dewasa atau
yang sudah berproduksi kebutuhan sinar matahari makin besar yaitu 65% - 75%.
Hal

ini

dapat

diperoleh

dengan

cara

mengatur

tanaman

penaung

(Soil Improvement Committee 1998).
Daun kakao umumnya lebih besar dibandingkan dengan daun kopi,
sehingga akan lebih muda rusak bila diterpa angin kencang. Terutama daun yang
muda akan mudah robek dan terjadi defoliasi. Hal ini akan lebih berat bila sifat
angin itu kering dan kencang, kecepatan angin mulai merusak dan merugikan
tanaman kakao apabila lebih dari 4 m tiap detik atau sekitar 15 km tiap jam
(Tumpal, 1989).

Universitas Sumatera Utara

26

Tanah
Tanaman kakao dapat tumbuh pada tanah yang memiliki kisaran pH 4,0 –
8,5. Namun pH yang ideal adalah 6,0 – 7,5 dimana unsur-unsur hara dalam tanah
dapat tersedia bagi tanaman. pada pH yang tinggi misalnya lebih dari 8,0
kemungkinan tanaman akan kekurangan unsur hara dan akan keracunan Al, Mn
dan Fe pada pH rendah, misalnya kurang dari 4,0 (Susanto, 1994).
Tanaman kakao menghendaki tanah yang memiliki kapasitas pertukaran
kation minimum sebesar 12 me/100 gram tanah. Di samping itu kejenuhan basa
atau persentase kation Ca, Mg, K dan Na yang terdapat pada permukaan partikel
tanah minimal 35%. Untuk dapat mencukupi kebutuhan unsur hara yang diserap
tanaman, maka unsur hara dalam tanah harus mencapai kadar tertentu
(Tumpal, 1989).
Tanah yang baik untuk tanaman kakao adalah tanah yang bila musim
hujan drainase baik dan pada musim kemarau dapat menyimpan air. Hal ini dapat
terpenuhi bila tanah dapat memiliki tekstur sebagai berikut: fraksi pasir sekitar
50%, Fraksi debu sekitar 10% - 20 %, dan fraksi lempung 30% - 40%. Jadi tekstur
yang cocok bagi tanaman kakao adalah tanah liat berpasir dan lempung liat
berpasir (Anonimous, 1991).
Pada tanah ringan atau tanah berpasir walaupum drainasenya baik, tetapi
jika kapasitas menyimpan air dan kation basa sangat rendah, maka tanaman akan
mengalami kekeringan dan kurus karena kekurangan unsur hara. Sebaliknya, pada
tanah lempung yang berat dan drainasenya jelek, maka aerase tanah juga tidak
baik. Aerase sangat penting bagi perakaran kakao, yaitu untuk proses respirasi dan
penyerapan lengas serta unsur hara tanaman.tanah latosol dengan fraksi liat yang
tinggi, kurang baik untuk tanaman kakao. Sedangkan tanah regosol dengan tekstur

Universitas Sumatera Utara

27

lempung liat, walaupum mengandung kerikil, masih baik untuk tanaman kakao
(Anonimous, 2004).
Tanaman kakao dapat tumbuh dan berproduksi pada jenis tanah ultisol
yang dikenal dengan solum tanahnya antara 1,3-5,0 m, tanah podsolik merah
hingga kuning, teksturnya lempung berpasir sampai lempung liat, gembur,
kandungan haranya rendah, tanah andosol dapat dikenal dengan solum tanah yang
tebal antara 1-2 m, berwarna hitam kelabu sampai coklat tua (Widya, 2008).
Tekstur tanah yang baik untuk tanaman kakao adalah lempung liat berpasir
dengan komposisi 30-40% fraksi liat, 50% pasir, dan 10-20% debu. Susunan
demikian akan mempengaruhi ketersediaan air dan hara serta aerasi tanah.
Struktur tanah yang remah dengan agregat yang mantap menciptakan gerakan air
dan

udara

di

dalam

tanah

sehingga

menguntungkan

bagi

akar

(Siregar, dkk, 1997).

Media Tanam
Media tanam merupakan tempat melekatnya tanaman. Untuk pertumbuhan
akar tanaman yang sempurna, media tanam harus didukung oleh drainase dan
aerasi yang baik. Drainase yang baik menjadikan akar-akar tanaman lebih leluasa
bernapas sehingga optimal dalam menyerap unsur-unsur hara yang dibutuhkan
(Anonimus,2007).
Pertumbuhan kakao di lapangan sangat ditentukan oleh pertumbuhan
tanaman tanaman selama pembibitan. Media tanam merupakan salah satu faktor
yang mempengaruhi pertumbuhan tanaman kakao di pembibitan. Penggunaan
media tanaman yang banayak mengandung bahan organik sangat menguntungkan
bagi pertumbuhan tanaman kakao. Media tanam yang biasa digunakan dalam

Universitas Sumatera Utara

28

pembibitan kakao adalah berupa campuran antara tanah dan pupuk organik
(Sudirja dkk, 2005).
Ada 4 fungsi media tanah yang harus mendukung pertumbuhan tanaman
yang baik yaitu, sebagai tempat unsur hara, harus dapat memegang air yang
tersedia bagi tanaman, dapat melakukan pertukaran udara antara atmosfer di atas
media, dan terakhir harus dapat menyokong tanaman (Nelson, 1981).
Jenis tanah berhubungan sangat erat dengan plastisitas, permeability,
kekerasan, kemudahan oleh kesuburan dan produktivitas tanah pada daerah
geografik tertentu akan tetapi berhubungan adanya variasi yang terdapat dalam
sistem mineralogi fralisi tanah, maka belum berlaku untuk semua jenis tanah di
permukaan bumi (Foth, 1984).
Agregat tanah dapat terbentuk karena flokulasi (penyusunan partikel tanah
secara tidak beraturan tapi saling bersinggungan). Dengan demikian jenis kation
yang berada di dalam tanah akan sangat mempengaruhi proses pembentukan
tanah. Tanah yang banyak mengandung Ca2+ mempunyai struktur yang baik.
Kation Ca2+ dapat memperbaiki stuktur tanah karena Ca mampu memflokulasi
koloid tanah. Kalsium juga memperbaiki struktur tanah secara tidak langsung,
dalam hal ini kalsium mempengaruhi mikroba tanah dan penguraian bahan
organik serta pengikatan antara bahan organik dan liat. Di samping itu kalsium di
dalam tanah juga dapat berfungsi langsung sebagai bahan semen atau perekat
(Islami dan Utomo, 1995).

Universitas Sumatera Utara

29

Subsoil
Pada umumnya sub soil adalah merupakan bagian tanah yang lembab yang
biasanya bersifat asam dan kurang subur. Pada daerah yang curah hujannya
rendah, sub soil biasanya cukup mengandung hara tertentu (Brady, 1984).
Horison B atau sub soil disebut juga dengan zona penumpukan. Horison
ini memiliki bahan organik yang lebih sedikit dibandingkan dengan horison A,
tetapi lebih banyak mengandung unsur hara yang tercuci daripada horison A.
Tumpukkan partikel liat yang berbentuk dan bahan mineral seperti Fe, Al, Ca dan
S, menjadikan tanah ini menjadi lebih padat (California Fertilizer Association
(CFA) (Novizan, 2005).
Menurut Sarwono (1994), tanah ultisol memang kurang baik untuk isi pot
karena kandungan bahan organiknya sedikit dan kandungan liatnya cukup tinggi.
Namun demikian bukan berarti tanah ini tidak bisa dipakai, tetapi perlu
penambahan bahan lain. Salah satu cara menggunakan tanah sub soil adalah
dengan mencampur tanah ini dengan pasir dan pupuk kandang dengan
perbandingan 1:1:1. Sedangkan salah satu kebun pembibitan, menggunakan
campuran tanah sub soil, kompos dan sekam.
Secara umum PH tanah ultisol yaitu 5,49 dengan kriteria asam, kandungan
N 0,18%, KTK 13,13 me/100 g, Aldd 0,02 me/100g. Kriteria tanah ultisol
mempunyai sifat-sifat sebagai berikut :
-

Daya simpan dan daya isap air sangat tinggi

-

Kapasitas penyangga basa sangat besar

-

Ada keracunan Al, Fe, dan Mn

Universitas Sumatera Utara

30

-

Tersediannya fosfat, Mo, Mg, Ca, dan Kreditor rendah

-

Kegiatan mikroba pengikat menurun

-

Kandungan P, N dan Mo rendah

-

Dapat disertai kekurangan S, Cu

(Kuswandi, 2005).
Pada tanah ultisol kondisi masam, aluminiumnya akan tertarik keluar
struktur liat dan menduduki muatan negatif yang kosong. Aluminiumdapat ditukar
(Aldd) ini diapsorpsi sangat kuat oleh koloid tetapi berada dalam keseimbangan
ion-ion Al3+ dalam larutan tanah. Hidrolisis Al menghasilkan Al-Hidroksida dan
ion-ion pengasaman tanah, oleh karena itu sumber utama ion-ion H+ pada tanah
ultisol adalah hdrolisis (Hanafiah,2005).
Kompos Tandan kosong Kelapa Sawit
Kompos tandan kosong sawit (TKS) merupakan salah satu bahan organik
yang bahan bakunya tersedia cukup banyak pada pengelolaan perkebunan kelapa
sawit. Selain dapat memperbaiki sifat fisik tanah terutama berperan dalam
memperbaiki struktur tanah, kompos TKS juga memiliki kandungan hara yang
dapat mendukung pertumbuhan dan perkembangan tanaman. Kompos TKS yang
halus mempunyai kandungan hara C sebesar 35,1%, N 2,34 %, C/N 15 %, P 0,31
%, K 5,53%, Ca 1,46%, dan Mg 0,96 % (PPKS, 2008).
Trichoderma
Trichoderma adalah mikro organisme berupa jamur yang banyak terdapat
di lahan. Jamur ini juga tersebar luas terutama didaerah perakaran, tetumbuhan,
dan kayu yang telah membusuk.Trichoderma merupakan jamur saprofitik yang

Universitas Sumatera Utara

31

hidup dalam tanah dan kayu mati. Jamur ini hidup diberbagai tempat. Mudah
ditemukan, dan berkembang dengan cepat. Trichoderma dikenal dengan konidia
jamur berwarna hijau (Rivai, 1969)
Trichoderma merupakan salah satu spesies trichoderma yang banyak
dijumpai dilingkungan pertanian sebagai jamur pengurai. Jamur ini merupakan
salah satu jamur antagonis dan dapat berguna untuk mengendalikan berbagai
jamur patogen lainnya dan telah dikenal semenjak tahun 1930 (Chet, et.al, 2008).
Trichokompos

Trichokompos merupakan gabungan antara trihoderma dan kompos atau
pupuk organik yang mengandung trihoderma. Jamur trichoderma mampu
menghambat perkembangan hama dan penyakit pada tanaman, karena berpotensi
sebagai agensia hayati yang bersifat antagonis tehadap beberapa patogen tanaman
(Dinas Pertanian Jambi, 2009).
Trichokompos memiliki kelebihan dibanding dengan kompos biasa karena
selain mengandung unsur hara yang tersedia bagi tanaman untuk menjaga kualitas
tanah, juga dapat berfungsi untuk melindungi tanaman dari serangan OPT, dan
juga sebagai biokontrol (pengendali hayati) penyakit tanaman yang menyerang
tanaman pangan, hortikultura (sayuran, buah-buahan, dan tanaman hias) dan dapat
menghancurkan

patogen

penyebab

penyakit

atau

mematikan

sumber

berkembangnya penyakit, mencegah patogen penyebab penyakit membentuk
koloni

(menyatu)

dan

berkembang

kembali

dalam

tanah,

melindungi

perkecambahan biji, dan akar-akar tanaman dari infeksi penyebab penyakit
patogen.

Selain

itu

juga

dapat

bermanfaat

sebagai

dekomposer

( Dinas Pertanian Jambi, 2009).

Universitas Sumatera Utara

32

Trichokompos dapat digunakan dalam pembibitan kelapa sawit dan kakao.
Trichokompos merupakan bahan organik yang mengandung unsur hara utama N,
P, K dan Mg. Selain diperkirakan m