HINDUISASI TAHUN 1965-1985 3.1 Kondisi Kehidupan Masyarakat Pasca G30S

56

Bab 3. HINDUISASI TAHUN 1965-1985 3.1 Kondisi Kehidupan Masyarakat Pasca G30S

Pasca peristiwa G30S kehidupan masyarakat Desa Kaligondo tidak berjalan baik, banyak janda yang ditinggal mati suaminya karena pembantaian massal 1965. Salah satunya adalah Ibu Puji beliau merupakan istri dari salah satu anggota PKI yang suaminya mati pada peristiwa pembantaian massal. Menurut Ibu Sutri, menjelang peristiwa pembantaian tersebut Ibu Puji tidak tahu apa yang terjadi pada suaminya yang dibawa oleh para tentara. Tetapi dua hari setelah itu Ibu Puji mengetahui apa yang terjadi pada suaminya yang telah mati. 79 Beberapa bulan pasca peristiwa pembantaian massal 1965 ketakutan dan kebimbangan menyelimuti orang-orang eks PKI di Desa Kaligondo. Mereka yang berhasil selamat ternyata masih mendapat ancaman menjadi korban pembantaian. Mereka berusaha melepaskan anggapan sebagai PKI yang melekat pada diri mereka dengan cara masuk menjadi anggota PNI. Selain itu dengan cara berpindah tempat tinggal dan tidak berdomisili lagi di Desa Kaligondo. Hal tersebut merupakan strategi bertahan hidup yang harus mereka lakukan. Proses bertahan hidup yang dilakukan orang-orang eks PKI juga tidak berjalan begitu saja, kehidupan ekonomi mereka hancur karena pada masa tersebut yang mereka pikirkan hanyalah keselamatan jiwa saja. Mereka tidak lagi bisa pergi bekerja ke sawah, menggembala ternak, dan berdagang ke pasar karena setiap gerak-gerik mereka diawasi oleh orang-orang NU. Untuk menyambung hidup banyak dari mereka yang menjual harta benda yang dimilikinya seperti sawah dan ternak. 80 Apa yang dialami orang-orang PNI di Desa Kaligondo ternyata sama dengan orang-orang eks PKI, semua pendukung Soekarno yaitu PNI beserta anggotanya dihilangkan dari struktur birokrasi pemerintahan pusat hingga daerah pedesaan. Para anggota PNI di Desa Kaligondo diajak untuk beralih ke Golkar, semua pejabat desa 79 Sutri, op. cit. 80 Ibid. http:digilib.unej.ac.id http:digilib.unej.ac.id http:digilib.unej.ac.id http:digilib.unej.ac.id http:digilib.unej.ac.id http:digilib.unej.ac.id http:digilib.unej.ac.id http:digilib.unej.ac.id http:digilib.unej.ac.id http:digilib.unej.ac.id http:digilib.unej.ac.id http:digilib.unej.ac.id http:digilib.unej.ac.id http:digilib.unej.ac.id http:digilib.unej.ac.id http:digilib.unej.ac.id http:digilib.unej.ac.id http:digilib.unej.ac.id http:digilib.unej.ac.id http:digilib.unej.ac.id http:digilib.unej.ac.id http:digilib.unej.ac.id http:digilib.unej.ac.id http:digilib.unej.ac.id http:digilib.unej.ac.id http:digilib.unej.ac.id http:digilib.unej.ac.id http:digilib.unej.ac.id http:digilib.unej.ac.id http:digilib.unej.ac.id http:digilib.unej.ac.id http:digilib.unej.ac.id http:digilib.unej.ac.id http:digilib.unej.ac.id http:digilib.unej.ac.id http:digilib.unej.ac.id http:digilib.unej.ac.id http:digilib.unej.ac.id http:digilib.unej.ac.id http:digilib.unej.ac.id http:digilib.unej.ac.id http:digilib.unej.ac.id http:digilib.unej.ac.id http:digilib.unej.ac.id http:digilib.unej.ac.id http:digilib.unej.ac.id http:digilib.unej.ac.id http:digilib.unej.ac.id http:digilib.unej.ac.id http:digilib.unej.ac.id http:digilib.unej.ac.id http:digilib.unej.ac.id http:digilib.unej.ac.id http:digilib.unej.ac.id http:digilib.unej.ac.id http:digilib.unej.ac.id http:digilib.unej.ac.id http:digilib.unej.ac.id http:digilib.unej.ac.id http:digilib.unej.ac.id http:digilib.unej.ac.id http:digilib.unej.ac.id http:digilib.unej.ac.id http:digilib.unej.ac.id http:digilib.unej.ac.id http:digilib.unej.ac.id http:digilib.unej.ac.id http:digilib.unej.ac.id http:digilib.unej.ac.id http:digilib.unej.ac.id http:digilib.unej.ac.id http:digilib.unej.ac.id http:digilib.unej.ac.id http:digilib.unej.ac.id http:digilib.unej.ac.id http:digilib.unej.ac.id http:digilib.unej.ac.id http:digilib.unej.ac.id http:digilib.unej.ac.id http:digilib.unej.ac.id 57 dipaksa apabila masih ingin menjabat sebagai kepala desa ataupun kepala dusun mereka harus menjadi anggota Golkar. Namun hal itu banyak mendapat penolakan, mereka lebih memilih mundur dari jabatannya dan tetap mendukung PNI dan Soekarno. Menurut Ibu Sutri, orang tua beliau yaitu bapak Supardi sebagai kepala dusun Jepit saat itu yang merupakan anggota PNI tidak mau berpindah ke Golkar dan lebih memilih meninggalkan jabatannya dan pindah tempat tinggal menuju kota Jember. Akibatnya banyak orang-orang PNI yang merasa bingung atas apa yang terjadi, para pemimpin mereka banyak yang pergi sehingga tekanan-tekanan pemerintah untuk memilih Golkar dapat mereka rasakan secara langsung. 81 Kelompok kesenian Damarwulan atau Janger Wargo Utomo milik orang PNI di Desa Kaligondo mendapat pencekalan, mereka tidak boleh lagi mengadakan pementasan. Pencekalan tersebut datang dari TNI didukung oleh orang-orang NU dan dilakukan karena orang- orang PNI tidak mau kalau janger tersebut diinternalisasi oleh pemerintah. Orang- orang PNI bersikap pasrah atas apa yang dilakukan pada kesenian janger mereka. Menurut bapak Bero, setelah pencekalan tersebut para seniman janger tidak berani lagi melakukan kegiatan seperti latihan, namun beberapa orang seperti dirinya tetap memberanikan diri untuk latihan meskipun diawasi oleh para pemuda NU. 82 PKI dan Soekarno menjadi dua hal yang disingkirkan oleh Orde Baru. Rezim Orde Baru kemudian menciptakan sebuah konstruksi sejarah mengenai peristiwa pembunuhan jenderal pada 1 Oktober 1965 yang diotaki oleh PKI, sebagai suatu langkah kudeta PKI yang didukung oleh Soekarno. 83 Apa yang dilakukan oleh rezim Orde Baru tersebut menimbulkan tekanan seperti yang dialami oleh orang-orang eks PKI dan PNI di Desa Kaligondo sehingga membuat mereka seperti saudara. Kesulitan-kesulitan tersebut berbanding terbalik dengan apa yang dialami orang- orang NU di Desa Kaligondo ini. Kehidupan orang NU pasca G30S cenderung tetap 81 Ibid. 82 Wawancara dengan Bero pada tanggal 1 Oktober 2011 di Bayuwangi. 83 Singgih Nugroho, Menyintas dan Menyeberang, Perpindahan Massal Keagamaan pasca 1965 di Pedesaan Jawa Yogyakarta: Syarikat, 2008, hlm. 4. http:digilib.unej.ac.id http:digilib.unej.ac.id http:digilib.unej.ac.id http:digilib.unej.ac.id http:digilib.unej.ac.id http:digilib.unej.ac.id http:digilib.unej.ac.id http:digilib.unej.ac.id http:digilib.unej.ac.id http:digilib.unej.ac.id http:digilib.unej.ac.id http:digilib.unej.ac.id http:digilib.unej.ac.id http:digilib.unej.ac.id http:digilib.unej.ac.id http:digilib.unej.ac.id http:digilib.unej.ac.id http:digilib.unej.ac.id http:digilib.unej.ac.id http:digilib.unej.ac.id http:digilib.unej.ac.id http:digilib.unej.ac.id http:digilib.unej.ac.id http:digilib.unej.ac.id http:digilib.unej.ac.id http:digilib.unej.ac.id http:digilib.unej.ac.id http:digilib.unej.ac.id http:digilib.unej.ac.id http:digilib.unej.ac.id http:digilib.unej.ac.id http:digilib.unej.ac.id http:digilib.unej.ac.id http:digilib.unej.ac.id http:digilib.unej.ac.id http:digilib.unej.ac.id http:digilib.unej.ac.id http:digilib.unej.ac.id http:digilib.unej.ac.id http:digilib.unej.ac.id http:digilib.unej.ac.id http:digilib.unej.ac.id http:digilib.unej.ac.id http:digilib.unej.ac.id http:digilib.unej.ac.id http:digilib.unej.ac.id http:digilib.unej.ac.id http:digilib.unej.ac.id http:digilib.unej.ac.id http:digilib.unej.ac.id http:digilib.unej.ac.id http:digilib.unej.ac.id http:digilib.unej.ac.id http:digilib.unej.ac.id http:digilib.unej.ac.id http:digilib.unej.ac.id http:digilib.unej.ac.id http:digilib.unej.ac.id http:digilib.unej.ac.id http:digilib.unej.ac.id http:digilib.unej.ac.id http:digilib.unej.ac.id http:digilib.unej.ac.id http:digilib.unej.ac.id http:digilib.unej.ac.id http:digilib.unej.ac.id http:digilib.unej.ac.id http:digilib.unej.ac.id http:digilib.unej.ac.id http:digilib.unej.ac.id http:digilib.unej.ac.id http:digilib.unej.ac.id http:digilib.unej.ac.id http:digilib.unej.ac.id http:digilib.unej.ac.id http:digilib.unej.ac.id http:digilib.unej.ac.id http:digilib.unej.ac.id http:digilib.unej.ac.id http:digilib.unej.ac.id 58 baik dalam segi sosial maupun ekonomi. Orang dari kalangan NU ini menganggap perjuangan melawan orang komunis adalah ibadah wajib yang harus dilakukan untuk menjaga kehormatan bangsa, negara, dan agama. 84 Pasca G30S orang-orang NU di Desa Kaligondo menjadi salah satu bagian pendukung pemerintah dalam membasmi orang komunis. Pada bulan Januari tahun 1967 beberapa pemuda NU yang diketuai oleh bapak Nurngali setiap hari selalu mengawasi gerak-gerik serta kegiatan apa saja yang dilakukan orang eks PKI dan PNI. Alasannya adalah untuk menjaga kalau orang PKI melakukan serangan balasan atas apa yang dialami orang-orang PKI pada pembantaian massal 1965. Kegiatan yang dilakukan para pemuda NU tersebut juga mendapat dukungan dari TNI dalam setiap kegiatan mengawasi yang kemudian dilaporkan ke koramil Genteng. Hal ini menimbulkan situasi yang menegangkan dalam kehidupan masyarakat Desa Kaligondo selama kurun waktu hingga 3 tahun sampai tahun 1969. 85 Pemerintah Desa Kaligondo juga tidak bisa mengatasi situasi yang menegangkan tersebut. Sikap Subagio sebagai kepala desa hanya diam menyikapi apa yang terjadi pada masyarakatnya. Beliau yang juga sebagai orang PNI tidak mampu berbuat apa-apa karena merasa takut dan bisa dibunuh seperti orang PKI. Tekanan- tekanan inilah yang dihadapi orang-orang eks PKI dan PNI di Desa Kaligondo yang menimbulkan rasa sakit hati dan ingin melepaskan tekanan yang mereka hadapi. 86

3.2 Agama Hindu