BAB IV HASIL PENGUKURAN DAN PEMBAHASAN
4.1. Umum
Pada hari pertama dilakukan pengukuran pada Tanah Ladang, kondisi keadaan cuaca cerah yaitu pada suhu 32
C – 37 C dan kondisi tanahnya sedikit
lembab. Hari kedua pada pagi hari pengukuran dilakukan pada Pasir Basah, keadaan cuaca saat itu juga cerah yaitu pada suhu 32
C – 42 C. Dan siang harinya pengukuran
dilakukan pada Tanah Rawa keadaan cuaca cerah yaitu pada suhu 36 C – 46
C dengan kondisi tanah berair. Pengukuran dilakukan sebanyak 21 kali pada masing-
masing objek penelitian. Dari hasil pengukuran didapatkan data-data sebagai berikut:
4.2. Hasil Pengukuran Tahanan Pembumian Pada Tanah Ladang Tabel 4.1.Tahanan Pembumian Tanah Ladang
No. Jarak Probe E-P
meter Jarak Probe E-C
meter Besar Tahanan Pembumian
ohm
1 20
2 2
1 20
9 3
2 20
10 4
3 20
10,5 5
4 20
10,5 6
5 20
11 7
6 20
11 8
7 20
11 9
8 20
11
Universitas Sumatera Utara
No. Jarak Probe P
meter Jarak Probe C
meter Besar Tahanan Pembumian
ohm
10 9
20 11
11 10
20 11
12 11
20 11
13 12
20 11
14 13
20 11
15 14
20 11
16 15
20 11
17 16
20 11
18 17
20 11,5
19 18
20 12,5
20 19
20 15
21 20
20 85
Nilai rata-rata tahanan pembumian yang terukur adalah:
R
rata-rata
=
=
= 11 Ω
Berdasarkan Persamaan 2.9 maka dapat dihitung tahanan pembumian sebagai berikut:
Universitas Sumatera Utara
Dimana : R
= 11 Ω L = 2,35 m
a = 6.10
-3
m maka,
− =
−
1 10
. 6
35 ,
2 4
ln 11
35 ,
2 14
, 3
2
3
ρ
Ω.m
Sehingga diperoleh tahanan pembumian R sebesar:
−
= 1
4 ln
2 a
L L
R π
ρ
11 Ω
Universitas Sumatera Utara
Setelah dilakukan pengukuran dengan mengubah-ubah jarak probe pembantu tegangan terhadap elektroda pembumian diperoleh pada jarak 0 – 4 meter hasil
pengukuran tahanan pembumian cenderung linear naik disebabkan titik tersebut berada pada daerah tahanan efektif. Pada jarak 5 – 16 meter hasil pengukuran tetap
yaitu sebesar 11 Ω, sehingga pada jarak ini diperoleh hasil pengukuran yang presisi akurat karena berada luar daerah tahanan efektif. Pada jarak 17 – 20 meter
pengukuran kembali cenderung linear naik karena letak probe pembantu tegangan P sudah berada di daerah tahanan efektif yang saling berdekatan dengan letak probe
pembantu arus C. Nilai tahanan tertinggi adalah 85 Ω pada saat posisi probe
pembantu tegangan P dan arus C berimpit dan yang terendah 2 Ω pada saat posisi probe pembantu tegangan P dan elektroda pembumian E berimpit. Harga rata-rata
tahanan pembumian adalah 11 Ω. Berdasarkan rumus pendekatan yang sesuai dengan Persamaan 2.8, maka tahanan pembumian diperoleh juga 11 Ω. Jika probe
pembantu tegangan P berada di dalam daerah tahanan efektif, maka keduanya akan saling tumpang-tindih overlap, sehingga menyebabkan kenaikan pembacaan nilai
tahanan pembumian pada alat ukur Earth Tester dan hal ini tidak dapat dijadikan acuan sebagai hasil pengukuran yang presisi akurat.
Jadi untuk mendapatkan hasil pengukuran yang presisi akurat adalah dengan meletakkan probe pembantu arus C cukup jauh dari elektroda pembumian yang
diukur tahanannya E, sehingga probe pembantu tegangan P berada di luar daerah yang disebut daerah tahanan efektif dari kedua elektroda elektroda pembumian dan
probe pembantu arus.
Universitas Sumatera Utara
4.3. Hasil Pengukuran Tahanan Pembumian Pada Pasir Basah Tabel 4.2.Tahanan Pembumian Pasir Basah