Tinjauan Yuridis Terhadap Nasabah Yang Melakukan Pembiayaan Bermasalah Dalam Perjanjian Murabahah Pada Perbankan Syariah (Studi Pada : BRI Syariah KCI.S.Parman Medan)

(1)

TINJAUAN YURIDIS TERHADAP NASABAH YANG MELAKUKAN PEMBIAYAAN BERMASALAH DALAM PERJANJIAN MURABAHAH

PADA PERBANKAN SYARIAH

(STUDI PADA : BRI SYARIAH KCI.S.PARMAN MEDAN) SKRIPSI

Disusun dan Diajukan Untuk Melengkapi Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana Hukum Pada Universitas Sumatera Utara

Oleh :

REZA SUPRANA FACHRI

070200110

DEPARTEMEN HUKUM PERDATA DAGANG

F

FAKULTAS HUKUM

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

MEDAN


(2)

TINJAUAN YURIDIS TERHADAP NASABAH YANG MELAKUKAN PEMBIAYAAN BERMASALAH DALAM PERJANJIAN MURABAHAH

PADA PERBANKAN SYARIAH

(STUDI PADA : BRI SYARIAH KCI S.PARMAN MEDAN) SKRIPSI

Diajukan Untuk Melengkapi Tugas-Tugas Dan Untuk Memenuhi Syarat Untuk Memperoleh Gelar Sarjana Hukum

Oleh :

REZA SUPRANA FACHRI 070200110

Departemen Hukum Keperdataan Program Kekhususan Hukum Perdata Dagang

Disetujui oleh :

Ketua Departemen Hukum Keperdataan

Dr.Hasim Purba, SH.M.Hum Nip.196603031985081001

DOSEN PEMBIMBING I DOSEN PEMBIMBING II


(3)

ABSTRAK

Dengan keluarnya Undang-Undang khusus yang mengatur tentang perbankan syariah yaitu Undang-Undang No. 21 tahun 2008. Lebih menegaskan lagi akan kinerja Perbankan Syariah yang hadir di tengah tengah masyarakat yang memberikan warna baru dengan konsep Islam di dalam menjalankan kegiatan perbankannya. Terutama dalam hal yang mengatur tentang pembiayaan dimana pembiayaan Murabahah adalah salah satu produknya.

Pertumbuhan pembiayaan yang tinggi di tengah pasar Perbankan Syariah yang sedang berkembang di Indonesia merupakan suatu dampak yang didambakan, akan tetapi pertumbuhan pembiayaan yang lebih tinggi bukan segalanya. Hal yang didambakan adalah pembiayaan dengan portofolio yang sehat dan tumbuh sesuai dengan kebutuhan pasar. Oleh karena itu semangat tinggi dalam pertumbuhan, seringkali setelah pembiayaan diberikan bukan peningkatan pendapatan yang diperoleh. Hal yang muncul justru permasalahan pembiayaan khususnya dalam murabahah (jual-beli).

Sehubungan dengan Murabahah tersebut terdapat beberapa permasalahan yang diangkat dalam skripsi ini diantaranya Bagaimanakah Prosedur Pemberian Perjanjian Pembiayaan Murabahah pada BRI Syariah KCI.S.Parman Medan, Bagaimana Dampak adanya Pembiayaan Bermasalah yang disebabkan oleh nasabah dalam Perjanjian Murabahah pada BRI Syariah KCI.S.Parman Medan dan Bagaimana Upaya Hukum yang diberikan oleh Pihak BRI Syariah KCI.S.Parman Medan kepada nasabah dalam hal penyelesaian Pembiayaan Bermasalah dalam Perjanjian Murabahah

Dalam penyusunannya digunakan metode penelitian normatif, yaitu penelitian dalam menggunakan data sekunder(studi kepustakaan) untuk memperkuat data ilmiah. Di samping itu untuk melengkapi data sekunder, penulis melakukan penelitian lapangan berupa wawancara dengan Direktur Operasional dan beberapa staff BRI Syariah KCI S.Parman. sehingga diakhir penulisan melalui beberapa tahapan yaitu : 1.prosedur pemberian pembiayaan harus melalui beberapa tahapan seperti tahapan permohonan,wawancara, pemeriksaan lokasi usaha, evakuasi dan penilaian, negosiasi, keputusan pembiayaan, pembukaan rekening, dokumentasi, pencairan dan monitoring 2. Dampak adanaya pembiayaan bermasalah:terhadap bank, karyawan dan pemilik modal.3.upaya hukum yang ditempuh dalam hal penyelesaian pembiayaan bermasalah ada soft approach dan hard approach(jalur hukum yaitu melalui Badan Arbritase Nasional, Pengadilan dan Melibatkan Pihak Kepolisian).


(4)

KATA PENGANTAR

Dengan Mengucap Bismillahirrohmaniroohim, Penulis memulai menulis Skripsi ini, Puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT, yang telah melimpahkan Rahmat, Taufiq, dan Hidayah-Nya kepada penulis, sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini guna melengkapi syarat untuk mencapai gelar Sarjana Hukum pada Fakultas Hukum Universitas Sumatera Utara Medan.

Dalam memilih judul Skripsi ini, Penulis telah diperkenankan oleh Ketua Jurusan Perdata untuk membuat skripsi yang berjudul :”Tinjauan Yuridis Terhadap Nasabah yang Melakukan Pembiayaan Bermasalah Dalam Perjanjian Murabahah Pada Perbankan Syariah” . (Studi Pada BRI Syariah KCI.S.Parman Medan).

Terima kasih yang tak terhingga Penulis sampaikan kepada Bapak-Bapak dan Ibu-Ibu para Dosen/Asisten-Dosen dan Karyawan Fakultas Hukum Universitas Sumatera Utara Medan yang telah membekali Penulis dengan berbagai ilmu pengetahuan hukum, sejak memasuki bangku perkuliahan di Fakultas Hukum yang tercinta ini. Maka pada kesempatan ini penulis ingin mengucapkan rasa terima kasih yang tak terhingga khusus kepada :

1. Bapak Prof.Dr.Runtung Sitepu, SH.M.hum sebagai Dekan Fakultas Hukum USU.

2. Bapak Prof.Dr.Budiman Ginting, SH.Mhum selaku PD I Fakultas Hukum USU.


(5)

3. Bapak Muhammad Husni, SH.M.hum selaku Dosen dan PD II Fakultas Hukum USU yang telah banyak membimbing penulis selama mengikuti perkuliahan.

4. Bapak Dr.Hasim Purba,SH.M.hum sebagai Dosen Pembimbing I sekaligus Ketua Departemen Hukum Keperdataan Fakultas Hukum Universitas Sumatera Utara yang telah banyak membimbing Penulis dengan banyak menyisihkan waktunya guna menyelesaikan skripsi ini.

5. Bapak Mulhadi SH.M.Hum sebagai Dosen Pembimbing II yang juga telah banyak memberikan bimbingan yang sangat bermanfaat kepada Penulis.

6. Bapak Dr.Suwarto, SH.M.Hum selaku Dosen Penasehat Akademik Penulis yang telah banyak memberi nasehat kepada penulis selama mengikuti perkuliahan di Fakultas Hukum USU ini.

7. Bapak dan ibu dosen maupun asisten dosen serta semua unsur staff administrasi di Fakultas Hukum Universitas Sumatera Utara

Demikian pula Penulis ingin mengucapkan rasa terimakasih yang sebesar-besarnya atas bantuannya baik secara langsung maupun tidak langsung dalam pembuatan skripsi ini kepada :

1. Ayahanda tercinta Riduan, SH, yang sangat Penulis cintai sepanjang masa yang telah banyak memberi Cinta, Kasih-Sayang, Pengorbanan, Bimbingan, Do’a, Semangat, Nasehat, Suri Tauladan yang sangat berarti


(6)

dalam kehidupan Penulis, dan Ibunda Tercinta Farida Ariyani yang telah banyak memberikan Cinta, Kasih Sayang serta doa yang tulus yang tidak ternilai harganya dan juga kepada Adinda tersayang yang telah memberikan nasehat, do’a dan dukungan kepada penulis. Semoga Allah SWT selalu melindungi dan memberikan Rahmat, Taufiq dan hidayahnya kepada keluarga tercinta.Amin ya Rabbal alamin.. .

3. Pihak BRI Syariah KCI.S.Parman Medan. Khususnya kepadaDirektur Operasional beserta Staff yang telah memberikan izin dan meluangkan waktunya bagi Penulis selama melakukan riset skripsi ini BRI Syariah KCI.S.Parman Medan.

4. Rekan-rekan di Fakultas Hukum Universitas Sumatera Utara, khususnya sahabat-sahabat penulis :Almawida Afni SH, Sarah Nauli Pulungan SH, Batara Sanjaya Perangin Angin, M.Reza Lubis, Dirga Arbas SH, Wahyu Simon Tampubolon, Agus Samosir SH, Adrianto P. Pasaribu SH, Howard Limbong, Mario F. Gultom, Beni Sarungmaha SH, Hardiles MDKH, dan rekan-rekan Penulis yang sangat banyak membantu dan memberikan dukungan serta semangat kepada Penulis dalam menyelesaikan skripsi ini.

5. Khusus untuk beberapa orang Sahabat-sahabat Penulis :

- Almawida Afni Terimakasih kuucapkan kepadamu yang telah mendukung, memberi semangat, doa dan perhatiannya selama ini. all the best for u..


(7)

- Reza, Dirga, Agus, Wahyu Terimakasih sahabat atas segala nasehat, suka duka pertemanan selama masa perkuliahan, semoga persahabatan kita akan abadi .Amin ya Rabb .

6. Beserta semua Pihak yang telah banyak membantu Penulis selama menyelesaikan Penulisan Skripsi ini.

Akhirnya kepada Allah Subhanahu Wata’ala Penulis memohon ampun dan kepada Bapak-Bapak/Ibu-Ibu/Rekan-Rekan Penulis juga memohon maaf atas segala dosa dan perbuatan yang Penulis pernah perbuat.

Medan, 2011 Penulis

Reza Suprana Fachri


(8)

DAFTAR ISI

Halaman KATA PENGANTAR...

ABSTRAKSI... DAFTAR ISI... BAB I. PENDAHULUAN

A. Latar Belakang... B. PerumusanMasalah... C. Tujuan dan Manfaat penulisan... D. Keaslian Penulisan... E. Tinjauan Kepustakaan... F. Metode Penulisan... G. Sistematika Penulisan... BAB II. TINJAUAN UMUM TERHADAP PEMBIAYAAN BERMASALAH

PADA PERBANKAN SYARIAH A. Gambaran Umum Tentang Perbankan Syariah...

1. Pengertian Perbankan Syariah... 2. Landasan Hukum Perbankan Syariah…... 3. Fungsi Bank Syariah... B. Pembiayaan Bermasalah Pada Bank Syariah...


(9)

2. Pengertian Pembiayaan Bermasalah pada Bank Syariah... 3. Alternatif Penyelamatan Terhadap Kredit Macet/Pembiayaan Bermasalah... BAB III. PEMBIAYAAN MURABAHAH DALAM PRAKTEK PERBANKAN

SYARIAH

A. Defenisi Perjanjian Pembiayaan Murabahah... 1. Defenisi Perjanjian Pembiayaan Murabahah... 2. Landasan Perjanjian Pembiayaan Murabahah... B. Unsur-Unsur Perjanjian Pembiayaan Murabahah... 1. Unsur-Unsur Perjanjian Pembiayaan Murabahah... 2. Jenis-Jenis Murabahah... C. Jaminan dalam Perjanjian Pembiayaan Murabahah... 1. Bentuk Jaminan...

2. Alternatif Penyelesaian Masalah apabila terjadi Piutang dalam Perjanjian Pembiayaan...

BAB IV. TINJAUAN YURIDIS TERHADAP NASABAH YANG MELAKUKAN PEMBIAYAAN BERMASALAH DALAM PERJANJIAN MURABAHAH PADA PERBANKAN SYARIAH KCI S.PARMAN MEDAN

A. Prosedur Pemberian Perjanjian Pembiayaan Murabahah Pada BRI Syariah KCI.S.Parman Medan...

1. Sejarah BRI Syariah KCI.S.Parman Medan...

2. Prosedur Pemberian Perjanjian Pembiayaan Murabahah Pada BRI Syariah KCI.S.Parman Medan...


(10)

B. Dampak adanya Pembiayaan Bermasalah yang disebabkan oleh nasabah dalam pembiayaan murabahah pada BRI KCI.S.Parman Medan...

1. Hal yang menyebabkan nasabah melakukan pembiayaan bermasalah dalam perjanjian pembiayaan Murabahah pada BRI Syariah KCI.S.Parman Medan...

2. Dampak adanya Pembiayaan Bermasalah yang disebabkan oleh nasabah dalam pembiayaan murabahah pada BRI KCI.S.Parman Medan...

C. Upaya Hukum yang dilakukan BRI Syariah KCI.S.Parman Medan kepada nasabah dalam hal Penyelesaian Pembiayaan Bermasalah dalam Perjanjian Pembiayaan Murabahah... 1. Upaya Hukum yang dilakukan BRI Syariah KCI.S.Parman Medan

kepada nasabah dalam hal Penyelesaian Pembiayaan Bermasalah dalam Perjanjian Pembiayaan Murabahah... 2. Langkah-langkah Pihak Bank tersebut untuk mencegah terjadinya

Pembiayaan bermasalah dalam Perjanjian Pembiayaan Murabahah...

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan………...

B. Saran……….


(11)

ABSTRAK

Dengan keluarnya Undang-Undang khusus yang mengatur tentang perbankan syariah yaitu Undang-Undang No. 21 tahun 2008. Lebih menegaskan lagi akan kinerja Perbankan Syariah yang hadir di tengah tengah masyarakat yang memberikan warna baru dengan konsep Islam di dalam menjalankan kegiatan perbankannya. Terutama dalam hal yang mengatur tentang pembiayaan dimana pembiayaan Murabahah adalah salah satu produknya.

Pertumbuhan pembiayaan yang tinggi di tengah pasar Perbankan Syariah yang sedang berkembang di Indonesia merupakan suatu dampak yang didambakan, akan tetapi pertumbuhan pembiayaan yang lebih tinggi bukan segalanya. Hal yang didambakan adalah pembiayaan dengan portofolio yang sehat dan tumbuh sesuai dengan kebutuhan pasar. Oleh karena itu semangat tinggi dalam pertumbuhan, seringkali setelah pembiayaan diberikan bukan peningkatan pendapatan yang diperoleh. Hal yang muncul justru permasalahan pembiayaan khususnya dalam murabahah (jual-beli).

Sehubungan dengan Murabahah tersebut terdapat beberapa permasalahan yang diangkat dalam skripsi ini diantaranya Bagaimanakah Prosedur Pemberian Perjanjian Pembiayaan Murabahah pada BRI Syariah KCI.S.Parman Medan, Bagaimana Dampak adanya Pembiayaan Bermasalah yang disebabkan oleh nasabah dalam Perjanjian Murabahah pada BRI Syariah KCI.S.Parman Medan dan Bagaimana Upaya Hukum yang diberikan oleh Pihak BRI Syariah KCI.S.Parman Medan kepada nasabah dalam hal penyelesaian Pembiayaan Bermasalah dalam Perjanjian Murabahah

Dalam penyusunannya digunakan metode penelitian normatif, yaitu penelitian dalam menggunakan data sekunder(studi kepustakaan) untuk memperkuat data ilmiah. Di samping itu untuk melengkapi data sekunder, penulis melakukan penelitian lapangan berupa wawancara dengan Direktur Operasional dan beberapa staff BRI Syariah KCI S.Parman. sehingga diakhir penulisan melalui beberapa tahapan yaitu : 1.prosedur pemberian pembiayaan harus melalui beberapa tahapan seperti tahapan permohonan,wawancara, pemeriksaan lokasi usaha, evakuasi dan penilaian, negosiasi, keputusan pembiayaan, pembukaan rekening, dokumentasi, pencairan dan monitoring 2. Dampak adanaya pembiayaan bermasalah:terhadap bank, karyawan dan pemilik modal.3.upaya hukum yang ditempuh dalam hal penyelesaian pembiayaan bermasalah ada soft approach dan hard approach(jalur hukum yaitu melalui Badan Arbritase Nasional, Pengadilan dan Melibatkan Pihak Kepolisian).


(12)

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Penjelasan umum Undang-Undang No.7 Tahun 1992 tentang Perbankan menjelaskan bahwa salah satu sarana yang mempunyai peran strategis dalam menyerasikan dan menyeimbangkan pembangunan adalah perbankan. Peran strategis tersebut terutama disebabkan oleh fungsi utama bank sebagai suatu wahana yang dapat menghimpun dan menyalurkan dana masyarakat secara efektif dan efisien, yang dengan berasaskan demokrasi ekonomi mendukung pelaksanaan pembangunan nasional dalam rangka meningkatkan pemerataan pembangunan dan hasil-hasilnya, pertumbuhan ekonomi dan stabilitas nasional, ke arah peningkatan taraf hidup.

Peranan penting dari dunia perbankan dalam meningkatkan taraf perekonomian bangsa tidak dapat dipungkiri lagi, bahkan dunia perbankan pada suatu Negara dapat dijadikan sebagai indikator dari perekonomian suatu negara, dikarenakan oleh dunia perbankan tersebut menyangkut dengan sekian banyak dana masyarakat.

Di Indonesia saat ini, selain berkembangnya Bank Konvensional , dengan di motori oleh UU.No.7 Tahun 1992, yang ditegaskan dalam Pasal 6 huruf m Pasal 13 huruf c undang-undang tersebut, telah lahir dan berkembang secara pesat bank dengan Prinsip Syariah dengan berbagai macam produk yang ditawarkan.


(13)

bank sekaligus, menjalankan pola pembiayaan dan kegiatan lain berdasarkan Prinsip Syariah dimana pada undang-undang ini yang membagi perbankan menjadi 2(dua) jenis, yaitu Bank Umum dan Bank Pembiayaan Rakyat, dimana kedua bank ini melaksanakan kegiatan Konvensional atau Syariah.

Bahkan Undang-Undang No.10 Tahun 1998 tersebut memberikan kesempatan yang seluas-luasnya bagi masyarakat untuk mendirikan bank yang dapat menyelenggarakan kegiatan usaha berdasarkan Prinsip Syariah, termasuk pemberian kesempatan kepada Bank Umum membuka kantor cabangnya yang khusus melakukan kegiatan berdasarkan Prinsip Syariah, yang dalam hak ini ditujukan untuk merampung dan memenuhi aspirasi masyarakat.

Dalam prakteknya saat ini Bank Syariah cukup banyak di minati oleh masyarakat, hal ini terbukti dengan terus bermunculan dan berkembangnya bank-bank dengan Prinsip Syariah. Fatwa tentang haramnya bunga pada Bank yang dikeluarkan oleh Majelis Ulama Indonesia (MUI) pada Rapat Kerja Nasional (RAKERNAS) tanggal 14-16 Desember 2003 merupakan salah satu faktor yang mendorong perkembangan dari bank dengan Prinsip Syariah ini. Fatwa ini dikeluarkan pada dasarnya sudah merupakan landasan hukum bagi umat islam untuk ’tidak lagi’ mempergunakan jenis-jenis bank konvensional secara tradisional yang sejak lama telah melayani masyarakat yang menggunakan jasanya dengan memberi imbalan berbagai bentuk, terutama dalam bentuk bunga. Perbankan konvensional mengenal istilah bunga, sedangkan pada perbankan syariah kata ‘bunga’ diganti jadi kata margin (keuntungan).


(14)

Meskipun secara nominal kontribusi dan peranan Perbankan Syariah dalam industri perbankan masih kecil,dan literatur mengenai Bank Syariah masih terbatas namun tiap tahun Bank Syariah ini terus meningkat, Bank Syariah dalam perkembangannya ingin mewujudkan Perbankan Syariah yang ideal. Syarat akan nilai-nilai islam didalamnya.

Di dalam Perbankan Syariah ini cukup unik karena didalam produk-produknya sendiri semua berlandaskan Syariah, dan tetap berlandaskan pada rambu-rambu hukum positif dan mengharamkan riba. Oleh karena itu, produk-produk pendanaan dan pembiayaan pada Bank Syariah harus menghindari unsur-unsur yang dilarang tersebut. Perbankan Syariah dalam menjalankan usahanya menggunakan pola bagi hasil yang merupakan landasan utama dalam operasionalnya baik dalam produk pendanaan, produk pembiayaan maupun produk lainnya.

Pengharaman dan pelarangan riba secara jelas diatur dalam Al-Qur’an yaitu: Q.S. Al-Baqarah : 275, Q.S. Al-Baqarah : 278 – 279 , Q.S. Ali Imran : 130.

Dengan keluarnya Undang-undang Perbankan Syariah yang khusus yaitu Undang-Undang No.21 Tahun 2008 ini dimana didalam peraturan ini telah sesuai dengan prinsip Syariah yang sejalan dengan tujuan pembangunan nasional indonesia untuk mencapai terciptanya masyarakat yang adil dan makmur berdasarkan demokrasi ekonomi, maka dikembangkanlah suatu sistem ekonomi yang berlandaskan nilai keadilan, kebersamaan, kemanfaatan.1


(15)

Maka semakin menegaskan bahwa kebutuhan masyarakat akan jasa-jasa perbankan terus meningkat, dan pengaturan mengenai Perbankan Syariah tersendiri ini semakin mengkhususkan perbankan ini daripada bank konvensional, untuk menjamin Prinsip-prinsip Syariah, dan dengan adanya Bank Syariah ini diharapkan dapat memobilisi dana dan negara lain yang menyaratkan pengaturan tehadap Bank Syariah dalam undang-undang tersendiri

Pengaturan tentang produk Perbankan Syariah didalamnya telah diatur oleh Fatwa MUI yang mana diawasi oleh Dewan Pengawas Syariah. Produk yang ditawarkan dalam Perbankan Syariah sangat beragam sesuai kebutuhan masyarakat salah satu produk yang akan dibahas dalam skripsi ini adalah Murabahah dimana dalam melakukan operasional Bank tersebut dilaksanakan dengan prinsip jual beli sesuai dengan ketentuan yang ditetapkan oleh Peraturan Pemerintah, baik itu dilaksanakan oleh Bank Umum maupun oleh Bank Permbiayaan Rakyat.

Karakteristik dasar dari Perbankan Syariah yang antara lain melarang menerapan riba dan melarang transaksi yang didasarkan pada motif spekulasi, membuat Bank Syariah mengidentifikasikan sebagai lembaga pembiayaan yang memiliki keterkaitan erat dengan sektor riil, dan hal inilah yang menjadi keunggulan kompentitif bagi Bank Syariah.

Operasi Bank Syariah yang menggunakan prinsip jual beli atau Murabahah ini adalah menjadi wabah penyakit negative spread yang dialami oleh bank konvensional, karena konsekuensi dari sistem bunga yang diterapkan oleh bank konvensional menjadikan bank harus menanggung rugi atas kegiatan usaha


(16)

penghimpunan dananya pada suatu suku bunga kredit atau pembiayaan lebih rendah daripada dibandingkan dengan suku bunga simpanan (dana pihak ketiga yang disimpan di bank).2

Guna menghadapi persaingan Bank Syariah yang semakin tajam diperlukan suatu putusan yang tepat dan didukung dengan perencanaan yang baik. Perencanaan berfungsi sebagai dasar operasional dan pencapaian perusahaan untuk memperoleh profit seperti apa yang diharapkan dapat tercapai. Salah satu perencanaan yang baik adalah mengusahakan pemakaian dana dan pengupayaan sumber dana yang tersedia baik dalam jangka waktu pendek maupun jangka waktu panjang. Disamping itu sangat penting penting bagi manajemen untuk menjaga keseimbangan agar tidak bank antara profitability dan safety yang penekanannya berada pada pengaturan sumber dana yang diterima dengan aktiva produktif yang dikeluarkan oleh bank.3

Salah satu keberhasilan dalam penghimpunan dan penyaluran dana melalui pembiayaan, baik pembiayaan modal maupun pembiayaan dalam bentuk hutang. Untuk meningkatkan profitabilitasnya bank akan berusaha meningkatkan dana dari sumber dana yang disertai dengan upaya meningkatkan kualitas dana dari sumber dana yang tersedia disertai dengan upaya meningkatnya kualitas penyaluran aktiva priduktif agar dapat menghasilkan tingkat keuntungan atau kinerja keuangan bank yang baik.

2


(17)

Pembiayaan modal lazim juga disebut dengan pembiayaan dengan skema bagi hasil, dimana Bank Syariah memberikan pembiayaan untuk modal usaha nasabahnya.

Dimana semakin lama murabahah dalam produk perbankan ini pelan-pelan meningkat dan mayoritas portofolio pembiayaan pada Perbankan Syariah banyak didomonasi oleh pembiayaan Murabahah. dan menurut faktanya bahwa Murabahah ini salah satu pembiayaan yang banyak diminati oleh nasabah4

4

Dengan terus hadirnya produk murabahah di dalam Perbankan Syariah tentunya banyak juga masalah yang berkaitan dengan proses jalannya perbankan salah satunya adalah ‘Pembiayaan Bermasalah’ yang terjadi pada perjanjian pembiayaan murabahah. atau Bank Konvensional menyebutnya sebagai ‘kredit macet’. pembiayaan murabahah sangat bermanfaat untuk nasabah disaat kekurangan dana dan membutuhkan barang,dalam rnaka peningkatan usaha dan kesejahteraan hidup.maka, nasabah dapat meminta bank untuk memenuhi kebutuhan dengan pembayaran yang dilakukan secara cicil dalam kurun waktu yang telah disepakati.

Pembiayaan pada Bank Syariah untuk saat ini tampak masih belum seimbang. Hampir 80% (delapan puluh persen) pembiayaan Syariah menggunakan skema murabahah atau jual beli . banyaknya Bank Syariah begitu atrakif menawarkan produk pembiayaan komersial lewat pola jual beli atau Murabahah ini. Sistem yang digunakan Perbankan Syariah adalah sistem adalah sistem bagi hasil dan bagi resiko yang membedakannya dengan bank konvensional.

februari 2011 Pukul 17.01 wib


(18)

Pembiayaan yang telah disalurkan selain menghasilkan keuntungan juga berpotensi menimbulkan resiko jika pengembalian jumlah pinjaman tidak sesuai dengan jangka waktu yang ditentukan seperti adanya pembiayaan bermasalah. Kredit atau pembiayaan bermasalah ini terdiri dari kredit atau pembiayaan yang digolongkan sebagai kurang lancar, diragukan dan macet. Potensi terjadinya kredit atau pembiayaan bermasalah yang dialami oleh bank konvensional juga dialami oleh bank syariah. Praktek pembiayaan yang sebenarya dijalankan oleh lembaga keuangan islami adalah pembiayaan dengan sistem bagi hasil atau syirkah.

Didalam Perbankan Syariah istilah kredit diganti dengan pembiayaan. yang membedakan pembiayaan dengan kredit pada bank konvensional adalah terletak pada sistemnya, dimana pada pembiayaan dikenal dengan sistem bagi hasil atau keuntungan. Sedangkan kredit dalam memberikan pinjaman itu menggunakan sistem bunga. Seperti yang kita ketahui bahwa bunga haram hukumnya dalam agama islam.

Dalam islam hubungan pinjam-meminjam tidak dilarang, bahkan dianjurkan agar terjadi hubungan saling menguntungkan, yang pada gilirannya berakibat pada hubungan persaudaraan.

Menurut Undang-Undang Nomor 21 Tahun 2008 Bank adalah badan usaha yang menghimpun dana dari masyarakat dalam bentuk simpanan dan menyalurkannya kepada masyarakat dalam bentuk kredit dan/atau bentuk lainnya dalam rangka meningkatkan taraf hidup rakyat. namun Bank Syariah juga sebagai lembaga bisnis dalam rangka memperbaiki perekonomian ummat manusia di dunia.


(19)

Sesuai dengan itu, maka dana yang dikumpulkan dari masyarakat harus disalurkan dalam bentuk pinjaman kepada masyarkat yang membutuhkan.

Pinjaman itu berupa pembiayaan yang diberikan kepada pihak bank memperoleh bagi hasil atau keuntungan dari debitur sebagai pendapatan bank. Sementara pihak menerima pembiayaan diharapkan memperoleh nilai tambah serta dapat mengembankan usahanya agar lebih maju.

Pertumbuhan pembiayaan yang tinggi di tengah pasar Perbankan Syariah yang sedang berkembang di Indonesia merupakan suatu dampak yang didambakan, akan tetapi pertumbuhan pembiayaan yang lebih tinggi bukan segalanya. Hal yang didambakan adalah pembiayaan dengan portofolio yang sehat dan tumbuh sesuai dengan kebutuhan pasar. Oleh karena itu semangat tinggi dalam pertumbuhan, seringkali setelah pembiayaan diberikan bukan peningkatan pendapatan yang diperoleh. Hal yang muncul justru permasalahan pembiayaan khususnya dalam murabahah (jual-beli).

Dengan adanya Pembiayaan Bermasalah atau Kredit Macet dalam suatu Perbankan Syariah khususnya dalam hal Produk Murabahah ini memberikan dampak yang kurang baik dalam hal operasional perbankan. Semakin besar pembiayaan bermasalah yang dihadapi oleh bank, maka menurun pula tingkat kesehatan operasi bank tersebut.

Dengan Pesatnya masalah yang terjadi dalam Pembiayaan Bermasalah yang menyangkut Perjanjian Murabahah pada Perbankan Syariah , maka semakin banyak pula kajian- kajian yang membahas masalah tentang pembiayaan ini yang salah


(20)

satunya merupakan judul skripsi ini adalah “Tinjauan Yuridis Terhadap Nasabah yang Melakukan Pembiayaan Bermasalah dalam Perjanjain Pembiayaan Murabahah pada Perbankan Syariah”.

Dalam hal ini penulis akan mengetengahkan suatu pemaparan dengan studi kasus pada BRI Syariah KCI.S.Parman Medan.

B. Perumusan masalah

Dalam Skripsi ini, yang menjadi pokok permasalahannya adalah “Tinjauan Yuridis Terhadap Nasabah yang Melakukan Pembiayaan Bermasalah dalam Perjanjian Pembiayaan Murabahah pada Perbankan Syariah.” Studi pada BRI Syariah KCI.S.Parman Medan.

Selanjutnya berdasarkan pokok permasalahan di atas, penulis akan mengetengahkan beberapa uraian permasalahan yang berkaitan dan menunjang pokok permasalahan tersebut yaitu :

1 Bagaimanakah Prosedur Pemberian Perjanjian Pembiayaan Murabahah pada BRI Syariah KCI.S.Parman Medan?

2 Bagaimana Dampak adanya Pembiayaan Bermasalah yang disebabkan oleh nasabah dalam Perjanjian Murabahah pada BRI Syariah KCI.S.Parman Medan?

3 Bagaimana Upaya Hukum yang diberikan oleh Pihak BRI Syariah KCI.S.Parman Medan kepada nasabah dalam hal penyelesaian


(21)

C. Tujuan dan Manfaat Penulisan

Adapun Tujuan dari penulisan ini adalah untuk memenuhi syarat guna menapatkan gelar Sarjana Hukum pada Fakultas Hukum Univesitas Sumatera Utara dan untuk melaksanakan Tri Darma Perguruan Tinggi yaitu dengan memberikan sumbangan pemikiran dan pemahaman kepada para pembaca yang berminat membaca tentang Pembiayaan Bermasalah dalam Perjanjian Murabahah ini.

Namun berdasarkan pokok permasalahan yang dikeluarkan di atas, maka tujuan yang hendak dicapai dalam penulisan ini adalah untuk mengetahui bagaimana Upaya BRI KCI.S.Parman Medan dalam hal penyelesaian pembiayaan bermsalah dalam perjanjian Murabahah. Selanjutnya berdasarkan uraian permasalahan yang dikemukakan di atas maka tujuan yang hendak dicapai adalah :

1 Untuk mengetahui Prosedur pemberian Perjanjian Pembiayaan Murabahah pada BRI KCI.S.Parman Medan.

2 Untuk mengetahui dampak adanya Pembiayaan Bermasalah yang disebabkan oleh nasabah dalam Perjanjian Pembiayaan Murabahah pada BRI Syariah KCI.S.Parman.

3 Untuk Mengetahui upaya Hukum yang diberikan oleh Pihak BRI Syariah KCI.S.Parman kepada nasabah dalam hal penyelesaian Pembiayaan Bermasalah dalam Perjanjian Murabahah.


(22)

1. Secara teoritis, penulisan ini dapat dijadikan bahan kajian terhadap nasabah yang melakukan pembiayaan bermasalah dalam perjanjian pembiayaan murabahah pada Perbankan Syariah.

2. Secara Praktis, adalah memberikan sumbangan pemikiran yuridis tentang Perjanjian Murabahah oleh BRI.KCI.S.Parman Medan kepada Almamater Fakultas Hukum Universitas Sumatera Utara sebagai bahan masukan bagi rekan-rekan mahasiswa.

D. Keaslian Penulisan

Sepanjang pengetahuan penulis belum ada tulisan yang menangkat mengenai” Tinjauan Yuridis Terhadap Nasabah yang Melakukan Pembiayaan Bermasalah dalam Perjanjian Murabahah pada Perbankan Syariah”.

Penulisan ini penulis angkat karena penulis ingin mengetahui lebih lanjut tentang perkembangan Perbankan Syariah yang sangat pesat di indonesia. beriringan dengan itu Pembiayaan Murabahah ini salah satu produk dalam Perbankan Syariah yang juga penting sehingga perlu diketahui bank bagaimana bank yang bersangkutan membuat dan melaksanakan perjanjian pembiayaan ini.

Penulisan ini disusun berdasarkan literatur-literatur yag berkaitan dengan Perbankan, yaitu Bank Syariah itu sendiri, yang lebih dalam mengupas tentang Pembiayaan Bermasalah dalam Perjanjian Murabahah pada praktek Perbankan Syariah. Serta hal-hal lain yang berkaitan dengan Perjanjian Pembiayaan Murabahah dan Pembiayaan Bermasalah. Oleh karena itu penulisan ini adalah asli karya penulis.


(23)

E. Tinjauan Kepustakaan

Pembiayaan berdasarkan Prinsip Syariah oleh Undang-Undang Nomor 21 Tahun 2008 tentang Perbankan Syariah diberikan defenisi yaitu :

Pembiayaan yaitu :

“Pembiayaan adalah penyediaan dana atau tagihan yang dipersamakan dengan itu berupa:

a. Transaksi bagi hasil dalam bentuk Mudharabah dan Musyarakah.

b. Transaksi sewa menyewa dalam bentuk Ijarah atau sewa beli dalam bentuk Ijarah Muntahiya Bittamalik.

c. Transaksi jual beli dalam bentuk piutang Murabahah, Salam dan Istisna’.

d. Transaksi pinjam meminjam dalam bentuk Piutang Qardr, dan

e. Transaksi sewa menyewa jasa dalam bentuk Ijarah untuk transaksi Multijasa

Berdasarkan persetujuan atau kesepakatan antara Bank Syariah dan Unit Usaha Syariah dan pihak lain yang mewajibkan pihak yang dibiayai dan diberi fasilitas dana.

Menurut istilah dalam Fikih Islam yang berarti :“Suatu bentuk jual beli terutama ketika penjual meyatakan biaya perolehan barang, meliputi harga barang


(24)

dan biaya-biaya lain yang dikeluakan untuk memperoleh barang tersebut, dan tingkat keuntungan (margin) yang diinginkan”5

‘Suatu perjanjian jual beli barang dengan tambahan keuntungan yang disepakati , dalam hal ini penjual harus memberitahu harga produk yang ia beli dan meminta suatu tingkat keuntungan sebagai tambahan.

Secara khusus M.Syafi’i Antonio memberikan defenisi perjanjian pembiayaan Murabahah yaitu :

6

“Suatu perjanjian yang disepakati antara BPR Islam dengan nasabah, dimana BPR Islam menyediakan pembiayaan untuk pembelian bahan baku dan modal kerja lainnya yang dibutuhkan nasabah, yang akan dibayar kembali oleh nasabah, yang aka dibayar kembali oleh nasabah sebesar harga jual bank (harga beli bank plus marjin keuntungan pada saat jatuh tempo)

Warkum Suitro, SH,MH memberikan defenisi perjanjian pembiayaan Murabahah pada BPRS, yaitu :

7

Dari defenisi tersebut di atas dapat disimpulakan bahwa pengertian dasar Murabahah adalah jual beli barang antara bank dengan nasabah debitur, dimana tidak dibedakan apakah barang itu barang bergerak atau barang tidak bergerak,

5

Ascarya Akad dan Produk Bank Syariah Penerbit : PT. Raja Grapindo Persada Jakarta, 2007 Hal . 82

6

M.Syafi’i Antonio Bank Syariah Suatu Pengenalan Umum Penerbit: TAZKIA INSTITUTE, Jakarta, 1999 Hal. 145

7


(25)

dengan ketentuan bahwa dikemudian hari nasabah akan membayar harga sesuai dengan harga pembelian ditambah keuntungan yang telah disepakati.

Atau dengan kata lain pembiayaan Murabahah dapat dikatakan sebagai persetujuan antara pihak bank dengan pihak nasabah debitur, dimana disini pihak bnak sendiri membeli suatu barang untuk diserahkan kepada nasabah debitur dengan harga pembelian tersebut guna memenuhi kebutuhan nasabah debitur dan merupakan kewajiban bagi nasabah debitur untuk mengembalikan pembiayaan tersebut serta margin keuntungan yang disepakati.

F. Metode Penulisan

Dalam penyusunan skripsi ini, digunakan metode penelitian hukum sosiologis, yaitu penelitian yang menitikberatkan pada penelitian untuk memperoleh data primer. Dimana data primer adalah data yang diperoleh langsung dilapangan dengan melakukan penelitian lapangan berupa penelitian terhadap jumlah nasabah yang melakukan pembiayaan bermasalah dan peninjauan terhadap akad perjanjian pembiayaan murabahah pada BRI Syariah KCI.S.Parman Medan, serta wawancara dengan beberapa staf di BRI Syariah KCI.S.Parman Medan.

Di samping itu untuk memperkuat data primer tersebut, juga digunakan data skunder (studi kepustakaan). Penulisan mempelajari dan menganalisa data serta petunjuk-petunjuk yang penulis dapatkan dari buku-buku ilmiah, surat kabar internet dan media lainnya serta peraturan-peraturan yang berkaitan dengan pembiyaan bermasalah dalam perjanjian pembiayaan Murabahah.


(26)

Sistematika penulisan skripsi ini dibagi dalam beberapa tahapan yang disebut dengan bab, masing-masing bab diuraikan masalahnya secara tersendiri, namaun masih dalam konteks yang saling bekaitan satu sama lainnya. Secara sistematis penulis menempatkan materi pembahasan keseluruhannya ke dalam 5(lima)bab yang terperinci sebagai berikut :

BAB I : PENDAHULUAN

Pada bab ini penulis mengambarkan hal-hal yang bersifat umum, yang diikuti dengan alasan pemiihan judul, kemudian dilanjutkan dengan pemasalahan, tujuan dan manfaat penulisan, keaslian penulisan, tinjauan kepustakaan dan metode penulisan. Bab ini akan ditutup dengan memberikan sistematika dari penulisan skripsi.

BAB II : PERBANKAN SYARIAH

Sesuai dengan judul bab kedua ini, maka akan diuraikan mengenai gambaran umum Perbankan Syariah, pengertian Perbankan Syariah dan landasan hukum Bank Syariah, fungsi Bank Syariah, pengertian pembiayaan dalam Syariah, pengertian pembiayaan, pengertian pembiayaan bermasalah atau kredit macet, dan diakhiri dengan alternatif penyelamatan terhadap kredit macet atau pembiayaan bermasalah. dan

BAB III : PEMBIAYAAN MURABAHAH DALAM PRAKTEK PERBANKAN SYARIAH


(27)

Pada bab ini akan diuraikan mengenai Defenisi Perjanjian Murabahah, landasan hukum Perjanjian Pembiayaan Murabahah, unsur-unsur perjanjian pembiayaan Murabahah, jenis-jenis perjanjian pembiayaan Murabahah, jaminan dalam Murabahah, bentuk Murabahah, serta alternatif penyelesaian masalah apabila terjadi piutang dalam perjanjian pembiayaan Murabahah tersebut.

BAB IV :TINJAUAN YURIDIS TERHADAP NASABAH YANG MELAKUKAN PEMBIAYAAN BERMASALAH DALAM PERJANJIAN MURABAHAH PADA PERBANKAN SYARIAH BRI SYARIAH KCP S.PARMAN MEDAN

Bab ini merupakan bab yang paling pokok dari penulisan skripsi ini, dalam bab ini akan diuraikan mengenai Prosedur Pemberian Perjanjian Pembiayaan Murabahah Pada BRI Syariah KCI.S.Parman Medan, Sejarah BRI Syariah KCI.S.Parman Medan, Prosedur Pemberian Perjanjian Pembiayaan Murabahah Pada BRI Syariah KCI.S.Parman Medan, Dampak adanya Pembiayaan Bermasalah yang disebabkan oleh nasabah dalam pembiayaan murabahah pada BRI KCI.S.Parman Medan, Hal yang menyebabkan nasabah melakukan pembiayaan bermasalah dalam perjanjian Murabahah pada BRI Syariah KCI.S.Parman Medan dan diakhiri dengan Langkah-langkah Pihak Bank tersebut untuk mencegah terjadinya Pembiayaan bermasalah dalam Perjanjian Murabahah.


(28)

Pada bab akhir ini, penulis akan merumuskan suatu kesimpulan dari pembahasan permasalahan yang dilanjutkan dengan memberikan beberapa saran yang diharapkan akan dapat berguna didalam praktek.

BAB II

TINJAUAN UMUM TERHADAP PEMBIAYAAN BERMASALAH PADA PERBANKAN SYARIAH

A. Gambaran Umum Perbankan Syariah

Atas dorongan kebutuhan masyarakat terhadap layanan jasa Perbankan Syariah, Bank Syariah pertama kali berdiri pada tahun 1992. Dari semenjak Tahun 1992 ini pemerintah menerapakan sisem dual banking system (Perbankan ganda).


(29)

Komitmen pemerintah dalam usaha pengembangan Perbankan Syariah baru mulai terasa pada tahun 1998 yang memberikan kesempatan yang luas pada Perbankan Syariah untuk berkembang.

Pada tahun berikutnya, kepada Bank indonesia (Bank central) diberi amanah untuk mengembangkan Perbankan Syariah di Indonesia. pengembangan Perbankan Syariah dilakukan dengan strategi pengembangan yang bertahap yag sesuai dengan Prinsip Syariah.

- Tahap pertama, dimasudkan untuk pengembangan industri (2002-2004)

- Tahap kedua, melalui fase untuk memperkuat struktur industri Perbankan Syariah (2005-2009).

- Tahap ketiga, Perbankan Syariah diarahkan untuk dapat memenuhi standar keuangan dan mutu pelayanan internasional (2010-2012).

- Tahap keempat, mulai terbentuknya integrasi lembaga keuangan Syariah (2013 2015).

- Dan pada tahun 2015, diharapkan Perbankan Syariah indonesia telah memiliki pangsa yang signifikan ikut ambil bagian dalam mengembangkan ekonomi indonesia yang mensejahterakan masyarakat luas.8

1. Pengertian Perbankan Syariah

8

Zainul Arifin Memahami Bank Syariah Lingkup Peluang Tantangan dan prospek Penerbit : Alvabet Anggota IKAPI Jakarta, November 2008 Hal. 115


(30)

Pengertian Perbankan Syariah menurut Pasal 1 butir 1 Undang-Undang Nomor 7 Tahun 1992 adalah badan usaha yang menghimpun dana dari masyarakat dalam bentuk simpanan dan menyalurkannya kepada masyarakat dalam rangka meningkatkan taraf hidup rakyat banyak.

Undang-Undang Nomor 21 Tahun 2008 Pasal 1 memberikan penjelasan tentang Perbankan Syariah adalah Segala sesuatu yang menyangkut tentang Bank Syariah dan Unit Usaha Syariah, mencakup kelembagaan, kegiatan usaha, serta cara dan proses dalam melaksanakan kegiatan usahanya.

Sedangkan Dalam Kerangka Dasar Akuntansi Syariah, yang disusun oleh Dewan Standart Akuntansi Keuangan (Ikatan Akuntan Indonesia) , Dewan Syariah Nasional (MUI), Bank Indonesia, Departemen Keuangan dan Praktisi menjelaskan tentang Perbankan Syariah merupakan ketentuan hukum islam yang mengatur aktivitas umat manusia yang berisi perintah dan larangan, baik yang menyangkut hubungan interaksi vertikal dengan tuhan maupun interaksi horisontal dengan sesama makhluk9

Di sisi lain Bank Syariah adalah lembaga keuangan yang mendorong dan mengajak masyarakat untuk ikut-aktif berinvestasi melalui berbagai produknya, sedangkan di sisi lain Bank Syariah aktif untuk melakukan investasi di masyarakat.

Prinsip Syariah yang berlaku dalam kegiatan umum (Transaksi Syariah) mengikat secara hukum bagi semua pelaku dan Stakeholder entitas yang melakukan Transaksi Syariah.


(31)

Kegiatan usaha Perbankan Syariah pada dasarnya merupakan perluasan jasa perbankan bagi masyarakat yang membutuhkan dan menghendaki pembayaran imbalan yang tidak didasarkan pada sistem bunga, melainkan atas dasar Prinsip Syariah sebagaimana digariskan Syariah / hukum atau aturan-aturan ajaran agama Islam.

Bank Syariah dalam menjalankan operasinya tidak menggunakan sistem bunga sebagai dasar penentuan imbalan yang akan diterima atas pembiayaan yang diberikan dan atau pemberian imbalan atas dana masyarakat. Ini sangat bebanding tebalik sekali dengan Bank konvensional dimana setiap imbalan selalu dihitung dalam bentuk bunga. Tingkat bunga merupakan suatu aspek yang penting yang selalu terkait dengan jalannya sistem kegitan bank konvensional.

Sejak dulu,sistem bunga dalam melakukan suatu Transaksi sudah menjadi polemik dikalangan zaman filsafat yunani dan romawi. Banyak juga kalangan agama non muslim sepeti agama yahudi dan kristen yang melarang inplementasi sistem bunga.

Terlepas dari haram atau tidaknya sistem bunga, pada dasarnya banyak kelemahan yang terdapat pada perbankan konvensional dalam menerapkan sistem bunga. Tapi harus kita sadari juga, banyak kalangan masyarakat luas lebih tertarik memilih bunga bank daripada beriventasi. Salah satu pemicu masyarakat memilih sistem bunga penyebabnya adalah implikasi negatif sistem bunga bank tidak dirasakan langsung secara individual dalam waktu dekat. Implikasi negatif ini baru


(32)

akan dirasakan secara makro dalam jangka waktu yang lebih panjang dan kerusakan yang tiba-tiba.

Dengan adanya sistem bunga yang diterapkan di bank sebenarnya lama-lama akan menjebloskan diri kita sendiri ke jurang kehancuran di masa yang akan datang. Dengan demikian muncullah suatu sistem Perbankan Syariah yang menjadi sarana untuk mengedukasi masyarakat tentang dampak negatif bunga bank.

Terlepas dari haram atau tidaknya bunga bank, bunga bank mengakibatkan dampak negatif seperti antara lain adalah penyebab krisis ekonomi, menciptakan budaya malas dan memperlebar jurang sosial dan masih banyak penyebab lainnya.

Perkembangan akan manfaat Bank Syariah ternyata dirasakan juga oleh beberapa Negara Eropa , Amerika Serikat, Australia , Afrika dan Asia. Bahkan Singapura sebagai negara sekuler pun juga mengakomodasi sistem keuangan Syariah.

Menurut beberapa artikel yang penulis baca bank-bank raksasa seperti ABN,Amro, City bank, dan HSBC ternyata sudah lama menerapkan sistem Keuangan Syariah.dan ANZ Australia yang juga membuka Unit Syariah.

Menurut laporan the banker yang menyebutkan bahwa Bank Islam bukan hanya didirikan dan dimiliki oleh negara atau kelompok muslim saja, tetapi juga di Negara-Negara Non Muslim seperti Inggris, Amerika Serikat, Kanada, Luxemburg, Swiss, Denmark, Afrika Selatan, Australia, India, Srilangka, Filipina, Siprus, Virgin Island, Cayman Islam, dan Bahama.


(33)

Bahkan kajian mengenai Perbankan Syariah ini merambah sampai dengan beberapa universitas di negara-negara barat. Perhatian dunia barat akan ekonomi Syariah ini dikarenakan keunggulan doktrin dan sistem ekonomi Syariah. Banyak ekonom non muslim yang menaruh perhatian pada ekonomi Syariah dan memberikan rasa salut pada ajaran Syariah ini seperti Prof.Volker Ninhaus dari Jerman (Bochum university), William Shakpeare dan Rodney Wilson.10

Keberadaan sistem Perbankan Syariah saat ini dirasakan dapat memenuhi kebutuhan sebagian masyarakat yang tidak bersedia memanfaatkan jasa-jasa bank konvensional karena prinsip keyakinan atau kepercayaan. Pada dasarnya

Perkembangan Bank Syariah di indonesia dimasudkan antara lain menyediakan alternatif pelayanan kepada masyarakat baik dalam bentuk penyimpanan dana atau jenis-jenis lainnya maupun berupa pembiayaan yang dilakukan berdasrkan Prinsip Syariah. Adanya Produk Syariah memberikan tempat bagi masyarakat yang belum bisa menerima sistem bank konvensional disebabkan oleh karena hambatan keyakinan yang dianutnya.

Upaya pengembangan Perbankan Syariah di indonesia merupakan kegiatan yang mendasar dan memiliki dampak luas, bukan saja bagi perekonomian nasional tetapi juga kegiatan ekonomi masyarakat. Oleh karena itu untuk mengembangkan Perbankan Syariah tersebut perlu diikutsertakan unsur-unsur yang dapat membantu perkembangan sistem Perbankan Syariah antara ahli Bankir Syariah, para ahli ekonomi, hukum dan Perbankan Islam, serta para ulama.

10

Agustianto Ekonomi Syariah Untuk Kepentingan Bangsa Penerbit: Harian Republika , Jakarta, Kamis 15 Januari ,2009 Hal.3.


(34)

produk pada Perbankan Syariah ini bersifat universal (umum), maksudnya tidak hanya dikhususkan untuk suatu masyarakat tertentu , meskipun prinsip operasi Bank Syariah ini didasarkan pada Syariah Islam yaitu hukum-hukum yang bersumber dari Al-Qur’an dan Sunnah Rasul.11

Di indonesia, regulasi mengenai Bank Syariah tertuang dalam Undang-Undang Perbankan Syariah yang baru yaitu Undang-Undang-Undang-Undang Nomor 21 tahun 2008 yang mana menjelaskan tentang Bank Syariah adalah bank yang menjalankan kegiatan usahanya berdasarkan Prinsip Syariah dan menurut jenisnya Bank Syariah terdiri atas Bank Umum Syariah, Unit Usaha Syariah dan Badan Pembiayaan Rakyat Syariah (BPRS).

Baik dalam Undang Nomor 10 tahun 1998 maupun dalm Undang-Undang Nomor 21 Tahun 2008 dijelaskan bahwa ‘Syariah’ adalah aturan berdasarkan hukum islam’.

Ketentuan mengenai Perbankan Syariah ini pada dasarnya didasarkan pada hukum islam yang mana dituangkan dalam suatu ketentuan yang dikeluarkan oleh Majelis Ulama Indonesia(MUI) yang dikenal dengan ‘Fatwa Dewan Syariah Nasioanal’. Fatwa inilah yang dipergunakan sebagai referensi atau rujukan dalam melaksanakan kegiatan usaha yang dilakukan oleh Entinitas Syariah, termasuk Bank Syariah. Karena bahwa dalam hukum islam banyak mazhab banyak sumbernya, sehingga mana yang dipergunakan itu telah dilakukan pembahasan yang sangat mendalam oleh Majelis Ulama Indonesia (Dewan Syariah Nasional).


(35)

Walaupun ketentuan Perbankan Syariah bersumber dari hukum islam bukan berarti yang melaksanakan Bank Syariah termasuk nasabahnya hanya boleh beragama islam. Namun banyak juga Bank Syariah yang dikelola oleh non islam, dan memiliki nasabahnya non islam, dan harus meengikuti ketentuan-ketentuan dalam Perbankan Syariah ini sesuai Syariah dan islami.

Perbankan Syariah bersifat universal, artinya tidak diperuntukkan untuk golongan atau kalangan apa saja, tanpa membedakan suatu agama tertentu, semua masyarakat bisa masuk dan berinvestasi di dalam Bank Syariah ini, yang terpenting adalah setiap yang ingin berinvestasi didalalam perbankan syariah ini harus tunduk akan peraturan bank tersebut yang syarat akan nilai agamanya khusussnya syariat atau ajaran agama islam. ini salah satu juga menunjukkan eksistensi akan dunia Perbankan Syariah mendapat kemajuan yang sangat pesat. bahkan sejak zaman rasullullah pun dulu, rasul pun banyak mencontoh beberapa transaksi jual beli dengan non muslim.

2. Landasan Hukum Perbankan Syariah

Landasan Perbankan Syariah di Indonesia tidak lepas dari sejarah perkembangan Perbankan Syariah di indonesia. Perbankan Syariah perkembangan di indonesia melalui beberapa tahap priode yaitu :

1. Priode sebelum tahun 1992

Sebelum tahun 1992 di indonesia telah berdiri Bank Syariah dalam bentuk BPR Syariah, yaitu BPRS Mardhatillah, BPRS Berkah Amal Sejahtera, Al Mukaromah dimana sebagai pendiri adalah alumni ITB atau masjid salman(masjid dalam lingkungan kampus ITB Bandung). Pada priode ini BPRS didirikan sesuai dengan


(36)

perundang-undangan perbankan yang berlaku saat itu (Bank konvensional),dan tidak ada ketentuan yang mengatur tentang Bank Syariah disamping masyarakat yang belum memungkinkan untuk diajak untuk bertransaksi Syariah sehingga BPR Syariah tersebut mati secara pelan-pelan.

2. Priode tahun 1992 sampai dengan tahun 1998

Dalam priode ini lahir puluhan BPR Syariah dan satu Bank Umum Syariah, yaitu Bank muamalat indonesia. Pada priode ini Bank Syariah didirikan berdasarkan Undang-undang nomor 7 tahun 1992 tentang perbankan.

Dalam undang-undang nomor 7 tahun 1992 ini tidak dibahas secara langsung, tentang Bank Syariah , hanya dalam pasal 6 huruf m dan pasal 13 huruf c yang mengatur tentang usaha Bank Syariah yaitu :

Usaha Bank Umum : ‘menyediakan pembiayaan bagi nasabah berdasarkan prinsip bagi hasil sesuai dengan ketentuan yang ditetapkan daln peraturan pemerintah’(pasal 6 huruf m).

Usaha Bank Pembiayaan Rakyat : “ menyediakan pembiayaan bagi nasabah berdasarkan prinsip bagi hasil sesuai dengan ketentuan yang ditetapakan dalam peraturan pemerintah’(pasal 13 huruf c) .

Berdasarkan ketentuan dalam Undang-Undang Nomor 7 tahun 1992 tentang perbankan tersebut pemerintah mengeluarkan dana ketentuan Perbankan Syariah yaitu:


(37)

a. Peraturan Pemerintah nomor 72 tahun 1992 tentang bank berdasarkan bagi hasil. Sehingga undang-undang nomor 7 tahun 1992 tentang perbankan dan peraturan pemerintah tersebut sebagai landasan hukum berdirinya Bank Umum Syariah

Peraturan Pemerintah nomor 73 tahun 1992 tentang bank perkreditan rakyat bardasarkan bagi hasil. Sehingga undang-undang nomor 7 tahun 1992 tentang perbankan dan peraturan pemerintah tersebut sebagai landasan hukum bersirinya bank perkreditan rakyat dalam priode ini.

Pada priode ini tidak ada ketentuan lain kecuali ketentuan tersebut diatas, seperti peraturan bank indonesia, ketentuan tentang akuntansi dan sebagainya. Pada priode in masing Dewan Pengawas Syariah mengeluarkan fatwa masing-masing sehingga ketentuan Syariah BPR Syariah yang satu berbeda pula dengan fatwa yang dikeluarkan oleh DPS Bank muamalat indonesia.

Pada priode ini Bank Syariah dalam menjalankan kegiatan usaha dibidang Syariah sesuai kemampuan masing-masing , berdasarkan fatwa masing-masing Dewan Pengawas Syariah yang bersangkutan.

3. Priode tahun 1998 sampai dengan tahun 2008

Dari pengalaman dan kajian yang dilakukan ternyata Bank Syariah memiliki karakteristik yang berbeda dengan bank konvensional , maka undang-undang nomor 10 tentang perbankan telah disempurnakan disempurnakan dengan undang-undang nomor 7 tentang perbankan.


(38)

Dalam undang-undang nomor 10 tahun 1998 ketentuan-ketentuan Bank Syariah misalnya :

a. Dalam pasal 1 angka 13 disebutkan ‘Prinsip Syariah’ adalah aturan perjanjian berdasarkan hukum islam antara bank dan pihak lain antara bank dan pihak lan untuk penyimpanan dan /atau pembiayaan kegiatan usaha, atau kegiatan usaha lainnya yang dinyatakan sesuai Syariah , antara lain pembiayaan berdasarkan prinsip bagi hasil (mudharabah), pembiayaan berdasarkan prinsip penyertaan modal (musharakah), prinsip jual beli barang dengan memperoleh keuntungan (murabahah) atau barang modal berdasarkan prnsip sewa murni tanpa pilihan (ijarah) atau dengan adanya pemilihan pemindahan kepemilikan atas barang yang disewa dari pihak bank oleh pihak lain (ijarah wa iqtina).

b. pasal 6 huruf m “ menyediakan pembiayaan barang modal berdasarkan Prinsip Syariah, sesuai dengan ketentuan yang ditetapkan oleh bank indonesia.

c. masih banyak pasal-pasal yang mengatur tentang Perbankan Syariah.

Didalam undang-undang nomor 10 tahun 1998 telah banyak membahas tentang Perbankan Syariah, maka untuk itu pemerintah mencabut dua peraturan pemerintah tersebut di atas dan diganti dengan Peraturan Pemerintah nomor 30 tahun 1998. sebagai peraturan pelaksana bank indonesia sejak tahun 1999 banyak


(39)

merupakan landasan hukum berdirinya Badan Pembiayaan Rakyat Syariah dan Bank Umum Syariah seperti Bank Syariah Mandiri, Bank Mega Syariah dan beberapa cabang syariah dari bank konvensional, seperti BRI syariah, BNI syariah, BTN syariah, Bank Jabar Syariah dan lain-lain.

4. Priode setelah tahun 2008

Mulai pada tahun 2008 ini terbentuklah peraturan khusus yang mengatur tentang Perbankan Syariah, dimana kebutuhan masyarakat akan adanya Perbankan Syariah ini terus meningkat semakin pesat, dan produk yang ditawarkan berbeda dengan bank konvensional. Untuk itulah pemerintah membuat suatu undang-undang khusus tentang Perbankan Syariah ini yaitu undang-undang nomor 21 tahun 2008 tentang Perbankan Syariah.

Ketentuan Pasal 69 undang-undang nomor 21 tahun 2008 ini menjelaskan:

“Pada saat undang-undang ini mulai berlaku, segala ketentuan mengenai Perbankan Syariah yang diatur dalam undang-undang nomor 7 tahun 1992 tentang perbankan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1992 Nomor 31, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 3472) sebagaimana telah diubah dengan undang-undang nomor 10 thun 1998(Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1998 tahun 182, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 3790) beserta peraturan pelaksanaannya dinyatakan tetap berlaku sepanjang tidak bertentangan dengan undang-undang ini.”12

12

Wiroso Produk perbankan syariah Penerbit : LPFE Unisakti Jakarta , 2009 Hal. 44


(40)

Jadi meskipun undang-undang tentang Perbankan Syariah ini telah berdiri sendiri dan khusus, bukan berarti undang diatasnya tdak berlaku, undang-undang sebelumnya tetap juga berlaku, sepanjang tidak ada hal-hal yang bertentangan tentang Perbankan Syariah nomor 21 tahun 2008.

3. Fungsi Bank Syariah

Fungsi dasar bank adalah menyediakan tempat utuk menitipkan uang dengan aman dan menyediakan alat pembayaran untuk membeli barang dan jasa. Setiap bank tentu memiliki fungsi yang berbeda-beda sesuai dengan pemenuhan kebutuhan bank itu sendiri, begitu juga dengan Bank Syariah juga tentu memiliki fungsi.

Yang mana fungsi tiap bank ada yang sebagai penghubung (intermediary) antara pihak yang kelebihan dana dan membutuhkan dana, dan lain-lain. Begitu pun juga dengan fungsi Bank Syariah. Disini penulis ingin menjelaskan beberapa fungsi dalam Bank Syariah.

Dalam undang-undang nomor 21 tahun 2008 tentang Perbankan Syariah pasal 4 menjelaskan tentang fungsi Bank Syariah sebagai berikut :

1. Bank Syariah dan UUS wajib menjalankan fungsi menghimpun dan menyalurkan dana masyarakat

2. Bank Syariah dan UUS dapat menjalankan fungsi social dalam bentuk lembaga baitul mal, yaitu menerima dana yang berasal dari zakat, infak, sedekah, hibah, atau dana sosial lainnya dan menyalurkannya kepada organisasi pengelola zakat.


(41)

3. Bank Syariah dan UUS dapat menghimpun dana sosial yang berasal dari wakaf uang dan menyalurkannya kepada pengelola wakaf (nazhir) sesuai dengan kehendak pemberi wakaf (wakif).

Dari penjelasan di undang undang diatas tentunya fungsi pada Bank Syariah juga berbeda dengan perbankan konvensional, yang membedakannya dimana di dalam fungsi pada Bank Syariah ini kita melihat adanya 3 fungsi yaitu: manajer investasi, investor, jasa keuangan dan sosial. Ketiga fungsi ini akan penulis jabarkan satu persatu dalam skripsi penulis yang akan penulis uraikan sebagai berikut :

1. manajer investasi

Salah satu fungsi yang penting dalam Bank Syariah adalah manajer investasi, adalah bahwa Bank Syariah tersebut merupakan manajer investasi dari pemilik dana yang dihimpun, karena besar kecilnya pendapatan (bagi hasil) yang diterima oleh pemilik dan yang dihimpun sangat tergantung pada keahlian, kehati-hatian dan profesionalisme dari Bank Syariah.13

13

Sofyan Syafri Harahap, Wiroso, Muhammad Yusuf Akuntansi Perbankan Syariah Penerbit : LPFE Usakti Jakarta, 2004 Hal. 5

Fungsi ini pada prakteknya banyak yang tidak memahami, dan kebanyakan masih menggunakan paradigma dari bank konvensional. Penyaluran dana yang dilakukan Bank Syariah hendaknya mendapatkan hasil. Dan apabila investasi yang dilakukan Bank Syariah macet atau kurang lancar dalam hal ini, tentu sangat berpengaruh pada pendapatan yang diperoleh kecil dan pendapatan yang diterima pemilik dana pun juga kecil.


(42)

Besarnya dana atau investasi yang dilakukan oleh Bank Syariah bukanlah otomatis pendapatan bagi hasil besar yang diterima oleh pemilik dana yang dihimpun.

Bank Syariah dalam hal ini dapat mengelola investasi atas dana nasabah dengan mengunakan akad mudharabah.

2.investor

Dalam investor ini, Bank Syariah dapat menginvestasikan dana yang dimilikinya maupun dana nasabah yang dipercayakan kepadanya dengan menggunakan alat investasi yang sesuai dengan Syariah. Keuntungan yang diperoleh dibagi secara proporsional sesuai nisbah yang disepakati antara bank dan pemilik dana.14

3. Jasa keuangan

Di dalam jasa keuangan ini, instrumen pada Perbankan Syariah yang tersedia bukan merupakan produk-produk yang ditawarkan Bank Syariah kepada nasabahnya, meainkan hanya merupakan instrumen keuangan yang dimanfaatkan Bank Syariah untuk manajemen likuiditasya untuk sementara dan berjangka pendek.


(43)

Instrumen pada Perbankan Syariah di indonesia yang tersedia ada 2 yaitu : sertifikat investasi mudharabah antar bank (SIMA) dan sertifikat wadiah bank indonesia(SWBI).

SIMA merupakan instrumen Keuangan Syariah yang diperjualbelikan di pasar uang atar Bank Syariah (PUAS) yang dikeluarkan oleh Bank Syariah yang kekurangan likuiditas. Sedangkan SWBI merupakan fasilitas yang disediakan oleh bank indonesia untuk Bank Syariah yang mempunyai kelebihan likuiditas sementara.15

B. Pembiayaan Bermasalah pada Bank Syariah

Pembiayaan adalah suatu tindakan atas dasar perjanjian yang dalam perjanjian tersebut terdapat balas jasa (prestasi dan kontra prestasi) yang keduanya dipisahlan oleh unsur waktu.

Bank sebagai lembaga keuangan yang bertindak mewakili pemerintah dalam memberikan fasilitas pembiayaan selalu mensyaratkan adanya jaminan. Hal ini dimaksudkan agar tercapai kepastian hukum.

Semakin meningkatnya kebutuhan masyarakat akan Perbankan Syariah ini, semakin banyak juga masalah yang timbul dari Perbankan Syariah ini salah satunya adalah masalah pembiayaan yang terus meningkat.

Meningkatnya pemberian pembiayaan adalah dikarenakan 2 alasan yakni yang pertama dilihat dari sisi internal, permodalan masih cukup kuat dan portofolio pembiayaan meningkat, sedangkan yang kedua adalah alasan eksternal bank adalah

15


(44)

semakin membaiknya prospek usaha nasabah. Namun juga tidak menutup kemungkinan terjadinya pembiayaan yang bermasalah atau kredit macet atas kredit yang diberikan16

Untuk mengetahui layak atau tidaknya, besar atau kecilnya pemberian kredit atau pembiayaan maka bank melakukan analisa fakor-faktor yang bisa

.

Salah satu dampak atau bahaya yang timbul dari pembiayaan bermasalah adalah tidak terbayarnya kembali pembiayaan tersebut, baik sebagian maupun seluruhnya dalam melakukan kegiatan usahanya. Disini bank harus mempunyai dana agar dapat menyalurkannya kepada masyarakat atau nasabah.

Yang membedakan antara pembiayaan dengan kredit adalah terletak pada sistemnya, dimana pada pembiayaan dikenal dengan sistem bagi hasil atau keuntungan. Sedangkan kredit dalam memberikan pinjaman itu menggunakan sistem bunga. Dalam hubungan islam hubungan pinjam-meminjam tidak dilarang, bahkan dianjurkan agar terjadi hubungan saling menguntungkan, yang pada gilirannya berakibat pada hubungan persaudaraan.

Dalam aplikasinya, sebelum bank merealisasikan kredit atau pembiayaan kepada nasabah terlebih dahulu bank melakukan analisa kredit atau pembiayaan setelah survey atas angunan usaha nasabah yang bersangkutan. Disini dapat dilihat oleh bank bagaimana kondisi usaha nasabah yang sebenarnya, apakah layak diberikan kredit atau pembiayaan terhadap nasabah yang bersangkutan.


(45)

mempengaruhi jumlah realisasi pembiayaan nasabah. Hal ini berkaitan dengan usaha dan kepribadian nasabah yang megelola usaha yang sudah dijalankan selama ini.

Pada proses analisa ini nasabah memang sering kecewa terhadap jalannya sistem Perbankan Syariah , hal ini disebabkan lamanya proses bank dalam merealisasikan pembiayaan kepada nasabah, dan bahkan pembiayaan yang diberikan oleh bank tidak sesuai dengan apa yang diharapkan ataupun yang diajukan nasabah sebelumnya.

Oleh karena itu Bank Syariah pada dasarnya bukan sekedar lembaga keuangan yang bersifat sosial. Walaupun disebut sebagai Bank Syariah yang bernuansa agama islam , Bank Syariah adalah tetap sebuah lembaga keuangan yang ingin memperoleh laba dari hasil usahanya dan terbuka bagi semua pihak yang ingin berinvestasi.

Pertumbuhan pembiayaan yang tinggi di tengah pasar Perbankan Syariah yang sedang berkembang dewasa ini di Indonesia merupakan suatu yang didambakan. Akan tetapi pertumbuhan pembiayaan yang tinggi bukan segalanya.

Hal yang didambakan adalah pembiayaan dengan portofolio yang sehat dan tumbuh sesuai dengan kebutuhan pasar saat ini. Oleh karena itu semangat yang tinggi dalam sistem pertumbuhan, seringkali setelah pembiayaan diberikan bukan peningkatan pendapatan yang diterima oleh perbankan , hal yang lain justru muncul adalah permasalahan akan pembiayaan ini.

Adanya pembiayaan bermasalah atau kredit macet memberikan dampak yang kurang baik bagi negara Indonesia, masyarakat dan bagi Perbankan Indonesia. Bahaya atas pembiayaan bermasalah yakni tidak terbayarnya kembali pembiayaan yang diberikan, baik sebagian maupun seluruhnya.


(46)

Semakin besar pembiayaan bermasalah atau kredit macet yang dihadapi oleh bank, maka menurun pula tingkat kesehatan operasi bank tersebut. Penurunan mutu pembiayaan atau kredit dan tingkat kesehatan bank mempengaruhi sistem likuiditas bank yang dapat mempengaruh kepercayaan para penitip dana atau para nasabah atau calon nasabah.

Semakin besar jumlah pembiayaan bermasalah, maka semakin besar jumlah dana cadangan yang harus disediakan, semakin besar pula tanggungan bank untuk mengadakan dana cadangan tersebut, karena kerugian yan ditanggung bank akan mempengaruhi modal sendiri.

Pengelolaan likuiditas merupakan masalah yang kompleks dalam operasional bank. Sulitnya pengelolaan tersebut disebabkan karena dana yang dikelola bank semakin besar adalah dana dari masyarakat( Dana Pihak Ketiga).

1. Pengertian Pembiayaan dalam Bank Syariah

Pembiayaan dalam Bank Syariah dimana dalam menjalankan segala kegiatan perbankan harus berdasarkan Prinsip-prinsip Syariah adalah penyediaan uang atau tagihan yan dipersamakan dengan itu berdasarkan persetujuan atau kesepakatan antar Bank dengan pihak lain yang mewajibkan pihak yang dibiayai unuk mengembalikan uang atau tagihan tersebut setelah jangka waktu tertentu dengan imbalan bagi hasil.

Pembiayaan bermasalah dalam Syariah adalah bentuk pembiayaan yang tidak lancar yang mana dalam hal ini debiturnya tidak memenuhi persyaratan pembayaran,


(47)

Pembiayaan bermasalah dijelaskan dalam Al-Quran tentang pembiayaan Q.S.Al-Baqarah ayat 282 yang artinya : “Hai orang-orang yang beriman , apabila kamu bermu’alah tidak secara tunai untuk waktu yang ditentukan , hendaknya kamu menuliskannya dan hendaknya seseorang penulis diantara kamu menuliskannya dengan benar.(Q.S.Al-Baqarah : 282)17

a. Pembiayaan modal kerja yaitu pembiayaan untuk memenuhi kebutuhan : Menurut penggunaannya Pembiayaan dapat menjadi 2 (dua) hal berikut :

1). Pembiayaan Produktif

Yaitu Pembiayaan yang ditujukan untuk memenuhi kebutuhan produksi dalam arti luas, yaitu untuk peningkatan usaha, baik usaha produksi, perdagangan, maupun investasi.

2). Pembiayaan Komsumtif

Yaitu Pembiayaan yan digunakan untuk memenuhi kebutuhan kosumsi, yang akan digunakan untuk memenuhi kebutuhan.

Menurut keperluannya, Pembiayaan Produktif dapat dibagi menjadi dua hal berikut :

a) Peningkatan Produksi, baik secara kuantitatif yaitu jumlah hasil produksi, maupun secara kualitatif, yaitu peningkatan kualitas atau mutu suatu produksi

17

Departemen Agama RI, Mushaf Al-Quran dan Terjemahan Penerbit: Pena Pundi Aksara 2002, Jakarta Hal.49-50.


(48)

b) Untuk keperluan perdagangan atau peningkatan utlity of place dari suatu barang serta fasilitas-fasilitas yang erat kaitannya dengan itu.

Dalam konsep Bank Syariah, pembiayaan tersebut diatas digolongkan kepada jenis-jenis akad yang meliputi :

1. Mudharabah

Adalah akad kerja sama usaha antara 2 (dua) pihak dimana pihak pertama (shahibul maal) menyediakan seluruh modal (100%). Sedangkan pihak lain (Mudharib) menjadi pengelola keuntungan usaha dibagi menurur kesepakatan yang dituangkan dalam kontrak.18

Dalam konteks Perbankan Mudharib menerima dukungan dana bank, yang dengan dana tersebut mudharib dapat mulai menjalankan usaha dengan membelanjakan dalam bentuk barang dagangan untuk dijual kepada pembeli, dengan tujuan agar memperoleh keuntungan.

19

2. Musyarakah

Adalah akad kerjasama antara dua pihak atau lebih untuk satu usaha tertentu dimana masing-masing pihak memberiakn kontribusi dana dengan kesepakatan bahwa keuntungan dan resiko akan ditanggung bersama sesuai dengan kesepakatan.

18

Abdullah Saed, Bank Islam dan Bunga Penerbit : Pustaka Pelajar, Yogyakarta 2004 Hal.100


(49)

3. Murabahah

Murabahah adalah akad jual beli barang dengan menyatakan harga perolehan dan keuntungan(margin) yang disepakati oleh penjual dan pembeli 20

Kegiatan pembiayaan merupakan salah satu tugas pokok bank yaitu pemberian bank yaitu pemberian fasilitas penyediaan dana untuk memenuhi kebutuhan pihak-pihak yang merupakan deficit unit

. Bank-bank Islam mengambil Murabahah untuk memberikan pembiayaan jangka pendek kepada kliennya untuk membeli barang walaupun kliennya tersebut tidak memiliki uang tunai untuk membayarnya.

Disini penulis lebih menitikberatkan pada pembiayaan bermasalah dalam Perbankan Syariah yang salah satu produknya adalah murabahah. Tentang murabahah ini akan lebih jah penulis sampaikan pada Bab III skripsi penulis ini.

21

Dalam Bank Konvensional pembiayaan bermasalah dikenal dengan kredit macet sedangkan istilah kredit tidak dikenal dalam Perbankan Syariah. Kredit diganti dengan Pembiyaan bermasalah. Salah satu produk yang diberikan oleh bank dalam membantu kelancaran usaha debiturnya, adalah dengan pemberian kredit atau

. Dalam hal memberikan kredit atau pembiayaan, bank menganalisis calon debitur dengan menggunakan pendekatan prinsip analis pembiayaan.

2. Pengertian Pembiayaan Bermasalah pada Bank Syariah

20

Zainul Arifin, Dasar-Dasar Manajemen Bank Syariah , Penerbit :Pustaka Alvabet, Jakarta 2006 Hal.200

21

Habullah, Penanganan dan Penanggulangan Pembiayaan Bermasalah


(50)

pembiayaan, dalam hal ini merupakan salah satu fungsi bank dalam mendukung pertumbuhan ekonomi.

Peraturan-Peraturan yang terkait tentang pembiayaan bermasalah adalah antara lain:

- SE BI Nomor 2/DPNP Tanggal 12 Juni 2000 tentang Penilaian Aktiva Produktif dalam Penghitungan Aktiva Tertimbang Menurut Resiko.

- SE BI Nomor 2/15/PBI/2000 Tanggal 12 Juni 2000 tentang Perubahan Keputusan Direksi Bank Indonesia Nomor 31/150/KEP/DIR tanggal 12 November 1998 tentang Restrukturisasi Kredit.

- SE BI Nomor 27/7/UPPB dan Surat Keputusan Direksi Bank Indonesia Nomor 27/162/Kep/Dir tentang Kewajiban Penyusunan dan Pelaksanaan Kebijaksanaan Perkreditan Bank Bagi Umum .

- PBI Nomor 5/7/PBI/2003 Tanggal 19 Mei 2003 dan Nomor 5/9/PBI/2003 Tanggal 19 Mei 2003, mengenai Kualitas Aktiva Produkif bagi Bank Syariah dan Pembentukan Penyisihan Penghapusan Aktiva Produktif bagi Bank Syariah.

- PBI No.7/2/PBI/2005 Tanggal 20 Januari 2005, Penilaian Kualitas Aktiva Bank Umum.

- Fatwa DSN No.46/DSN-MUI/II/2005 Tanggal 22 Februari 2005, tentang Potongan Tagihan Murabahah.


(51)

- Fatwa DSN No.47/DSN-MUI Tanggal 22 Februari 2005, tentang Penyelesaian Piutang Murabahah bagi Nasabah Tidak Mampu Membayar.

- Fatwa DSN No.48/DSN-MUI/II/2005 Tanggal 25 Februari 2005, tentang Penjadualan Kembali Tagihan Murabahah.

- Fatwa DSN No.49/DSN-MUI/II/2005 Tanggal 25 Februari 2005 tentang Konversi Akad Murabahah. 22

Pembiayaan Bermasalah adalah pembiayaan yang tidak lancar, dimana debiturnya tidak memenuhi persyaratan yang dijanjikan, yang tidak menepati jadwal angsuran yang memiliki potensi yang merugikan bank dan menunggak dalam satu waktu tertentu23

Untuk dapat dikatakan suatu Pembiayaan dikatakan sebagai Pembiayaan bermasalah didasarkan pada kolektabilitas pembiayaan. Kolektabilitas adalah keadaan pembayaran pokok atau angsuran oleh debitur serta kemungkinan diterimanya kemana dana tersebut disalurkan. Suatu pembiayaan dinyatakan sebagai pembiayaan bermasalah apabila pembiayaan tersebut sebagai pembiayaan kurang lancar, diragukan dan macet.

.

24

Dalam dunia Perbankan Syariah pembiayaan bermasalah disebut sebagai Non Performing Financial(NPF). Semakin rendah tingkat NPF suatu bank tersebut, maka dapat diindikasi bank tersebut dinyatakan dalam keadaan sehat.

22

pada selasa, 17 mei 2010 Jam:21.00 wib

23

Abdullah saed, Op.Cit Hal. 139

24


(52)

Dalam menjalankan sistem perbankan yang penuh dengan resiko, Bank Syariah sendiri juga tidak terlepas dari resiko pembiayaan bermasalah (Non Performing Financing/NPF). Sehingga Bank Syariah perlu mengatur strategi agar tingkat NPF di Bank Syariah tidak dalam kondisi yang mengkhawatirkan.

Oleh karena atas resiko perbankan akan menerapkan prinsip kehati-hatian dalam menyalurkan pembiayaan agar tidak terjadi pembiayaan bermasalah.

Penyebab terjadinya pembiayaan bermasalah adalah karena kesulitan-kesulitan keuangan yang dihadapi nasabah dapat dibagi beberapa faktor antara lain yaitu :

1) Faktor Internal Bank

1. Kelemahan Analisis Pembiayaan:

- analisis pembiayaan tidak berdasarkan data akurat atau kualitas data rendah

- informasi pembiayaan tidak lengkap atau kuantitas data rendah

- pembiayaan terlalu sedikit

- pembiayaan terlalu banyak

- analisis tidak cermat

- jangka waktu pembiayaan terlalu lama

- jangka waktu pembiayaan terlalu pendek


(53)

- Data mengenai pembiayaan nasabah tidak didokumentasi dengan baik

- Pengawasan atas fisik dokumen tidak dilaksanakan sesuai dengan ketentuan.

3. Kelemahan dalam supervisi pembiayaan:

- Bank kurang pengawasan dan pemantauan atas performance nasabah secara continue dan teratur

- Terbatasnya data dan informasi yang berkaitan dengan penyelamatan dan penyelesaian pembiayaan

- Tindakan perbaikan tidak diterapkan secara dini dan tepat waktu

- Jumlah nasabah terlalu banyak

- Nasabah terpencar

- Konsentrasi portofolio pembiayaan yang berlebihan

4. Kecerobohan Petugas Bank

- Bank terlalu bernafsu memperoleh laba

- Bank terlalu kompromi

- Bank tidak mempunyai kebijakan pembiayaan yang sehat

- Petugas atau pejabat bank terlalu menggampangkan masalah

- Bank tidak mampu menyaring resiko bisnis


(54)

- Pengambilan keputusan yang tidak tepat waktu

- Bank latah dalam persaingan

- Terus memberikan pada bisnis yang siklusnya menurun

- Penilaian resiko yang reaktif dan bukan proaktif

- Menetapkan standar resiko yang terlalu rendah

- Tidak diasuransikan

- Ekspansi pembiayaan

5. Kelemahan Bidang Agunan

- Jaminan tidak dipantau dan diawasi secara baik

- Terlalu collateral oriented

- Nilai agunan tidak sesuai

- Agunan fiktif

- Agunan sudah dijual

- Pengikatan agunan lemah

6. kelemahan kebijakan pembiayaan:

- Prosedur pembiayaan terlalu panjang


(55)

7. Kelemahan Sumber Daya Manusia :

- Kurangnya insentif yang jelas atas keberhasilan pembinaan atau penyelesaian pembiayaan

- Terbatasnya tenaga ahli di bidang penyelamatan dan penyelesaian pembiayaan

- Pendidikan dan pengalaman pejabat pembiayaan pejabat pembiayaan sangat terbatas

- Kurangnya tenaga ahli hukum untuk mendukung pelaksanaan penyelesaian dan penyelamatan pembiayaan

- Terbatasnya tenaga ahli untuk recovery pembiayaan yang sangat potensil

8. Kelemahan Tekhnologi :

- Bank tidak mampu secara tekhnis

- Terbatasnya sarana dan prasarana yang berkaitan dengan pekerjaan tekhnis

9. Kecurangan petugas bank:

- Petugas bank terlibat kepentingan pribadi

- Disiplin pejabat pembiayaan dalam menerapkan sistemdan prosedur pembiayaan rendah.

Faktor Internal Nasabah


(56)

- Nasabah tidak mau atau memang beritikad tidak baik

- Nasabah menghilang

2. Kecerobohan Nasabah

- Penyimpangan penggunaan pembiayaan

- Perusahaan dikelola oleh yang tidak profesional

3. Kelemahan kemampuan nasabah

- Tidak mampu mengembalikan pembiayaan karena tergangunya kelancaran usaha

- Kemampuan manajemen yang kurang

- Tekhnik produksi yang sudah ketinggalan zaman

- Kemampuan pemasaran yang tidak memadai

- Pengetahuan terbatasatau kurang memadai

- Pengalaman terbatas

4. Kelemahan Manajemen nasabah :

- Sengketa antar pengurus

- Tingkat efisiensi rendah


(57)

- Persaingan sangat tajam

2). Faktor Eksternal

Faktor Eksternal adalah faktor-faktor yang berada di luar kekuasaan manajemen perusahaan. Seperti antara lain :

- situasi ekonomi yang negative ( globalisasi ekonomi yang berakibat negative, perubahan kurs mata uang)

- situasi politik dalam negeri yang merugikan (Penggantian pejabat tertentu, .hubungan diplomatik dengan negara lain dan adanya gejolak sosial)

- politik negara lain yang merugikan (Poteksi oleh negara asing, adanya pmogokan buruh di luar negeri, adanya perkembangan politik di negara lain, dumping policy di luar negeri)

- situasi alam merugikan (faktor alam yang berakibat negative, habisnya sumber daya alam)

- peraturan pemerintah yang merugikan.25

Untuk menentukan langkah yang perlu diambil dalam menghadapi kredit macet atau pembiayaan bermasalah terlebih dahulu perlu diteliti sebab-sebab terjadinya kemacetan seperti disebabkan oleh faktor eksternal seperti bencana alam, bank tidak perlu lagi melakukan analisis lebih lanjut. yang perlu adalah bagaimana membantu nasabah untuk segera memperoleh penggantian dari perusahaan asuransi.

25


(58)

Dalam hal kredit macet atau pembiayaan bermasalah pihak bank perlu melakukan penyelamatan kredit atau pembiayaan sehingga tidak menimbulkan kerugian . penyelamatan yang dilakukan apakah diberi keringanan berupa jangka waktu atau angsuran terutama bagi kredit atau pembiayaan terkena musibah atau melakukan penyitaan bagi kredit aau pembiayaan yang sengaja lalai untuk membayar terhadap kredit atau pembiayaan yang mengalami kemacetan sebaiknya dilakukan penyelamatan sehingga bank tidak mengalami kerugian.

Bank Indonesia mewajibkan Bank Syariah untuk membentuk penyisihan aktiva produktif berupa cadangan umum dan cadangan khusus yang berguna untuk menutupi resiko kerugian. cadangan ditetapkan sekurang-kurangnya 1% (satu persen) dari seluruh aktiva produktif yang digolongkan lancar, tidak termasuk Sertifikat Wadiah Bank Indonesia dan Surat Utang Pemerintah.26

- perselisihan intern

Pelaksanaan ketentuan yang sanksinya dikaitkan dengan penelitian tingkat kesehatan bank meliputi pelanggaran ketentuan Penerapan Prinsip Mengenal Nasabah (KYC), pelanggaran ketentuan transparasi informasi produk bank dan penggunaan data pribadi nasabah.

Faktor-faktor yang dapat menggugurkan penilaian tingkat kesehatan Bank menjadi tidak sehat yaitu antara lain sebagai berikut :


(59)

- window dressing, praktek bank dalam bank

- kesulitan keuangan

- praktek perbankan lain yang dapat membahayakan kelangsungan bank.

3. Alternatif Peyelamatan terhadap kredit macet/pembiayaan bermasalah

Setiap perbankan mempunyai cara atau alternatif dalam hal penyelamatan pembiayaan bermasalah ini.Penyelamatan terhadap kredit macet/pembiayaan bermasalah dilakukan dengan cara antara lain adalah sebagai berikut :

a. Rescheduling

Suatu tindakan yang diambil dengan cara memperpanjang jangka waktu angsuran dan diberi keringanan dalam masalah pembayaran kredit atau pembiayaan.

Apabila pembiayaan itu masih dapat diharapkan akan berjalan baik kembali maka bank dapat memberikan keringanan-keringanan, misalnya menunda jadwal angsuran( rescheduling).

Dijelaskan dalam surat Al-Quran Surat Al-Baqarah ayat 280 yang artinya :“Dan jika (orang yang berhutang itu ) dalam kesukaran , maka berilah tangguh sampai ia berkelapangan, dan menyedahkan( sebagian atau semua utang) itu, lebih baik bagimu, jika kamu mengetahui’. (Q.S. Al-Baqarah : 280).

b. Reconditining


(60)

a. Penundaan pembayaran bunga atau bagi hasil sampai waktu tertentu

b. Penurunan suku bunga atau bagi hasil

c. Pembebasan atau penghapusan bunga atau bagi hasil

c. Restrukturing

Tindakan bank kepada nasabah dengan cara menambah modal nasabah dengan pertimbangan nasabah memang membutuhkan tambahan dana dan usaha yang dibiayai masih layak.

d. Kombinasi

Merupakan kombinasi dari jenis di atas. Seseorang nasabah dapat saja diselamatkan dengan kombinasi antara Resscheduling dengan Restrukturing , misalnya jangka waktu diperpanjang pembayaran bunga atau bagi hasil ditunda tau Rescheduling dengan Restructuring misalnya jangka waktu diperpanjang dengan modal tambahan.

e. Penyitaan jaminan

Penyitaan jaminan merupakan jalan terakhir apabila nasabah sudah benar-benar tidak punya itikad baik ataupun tidak mampu lagi untuk membayar semua hutang-hutangnya.

Penyelesaian pembiayaan bermasalah sebenarnya dapat diatasi dengan cara penyelesain pembiayaan dengan cara penagihan intensif, termasuk di luar jam kerja.


(61)

Di dalam Perbankan Syariah biasanya ada beberapa jenis teguran yang diberikan kepada nasabah yang melakukan pembiayaan bermasalah , bentuk tegurannya berupa :

- Surat teguran untuk semua yang menunggak s/d 3 bulan

- Surat teguran dan pemanggilan untuk yang menunggak melebihi 3 bulan

- Surat pemberitahuan akan memasang plang “ Dikuasai Bank” bagi nasabah dan penarikan jaminan yang menggunakan surat jaminan kendaraan.27

Pembiayaan bermasalah yang terjadi dalam suatu perusahaan apabila potensi usahanya masih baik tetapi untuk memperbaiki kondisi usahanya perlu dana tambahan, disini kondisi suatu perusahaan tidak dapat diharapkan lagi, maka dalam hal ini bank dapat melakukan penghapusan piutang atau pembiayaan tersebut.

Dalam menangani pembiayaan bermasalah terdapat 4 faktor yang harus diperhatikan yaitu:

a. ukuran pembiayaan bermsalah, dimana semakin besar jumlah suatu pembiayaan bermasalah, semakin besar pula potensi kerugiannya.

b. Kualitas nasabah dan kecukupan agunan, kualitas nasabah tercermin pada itikad baik dan kesanggupannya untuk membayar. Disamping itu, perlu juga didukung oleh angunan yang cukup tercermin dalam Security Coverage Ratio (SCR).

27

Syakir Abdul Azhim Petunjuk Pelaksanaan Pembukaan Kantor Bank Syariah Penerbit :Gema Insani Jakarta, 2002 Hal.21


(62)

c. Penanggulangan saat memiliki pembiayaan bermasalah

d. Strategi penanganan pembiayaan bermasalah28

Apabila kemacetan yang terjadi dalam suatu perusahaan itu akibat kelalaian, pelanggaran atau kecurangan nasabah, maka bank dapat meminta kepada nasabah agar nasabah segera menyelesaikannya. Termasuk menyerahkan barang yang diagungkan kepada bank.

Penyelesaian terhadap masalah yang terjadi dalam perbankan dapat dialakukan dengan cara diluar pengadilan seperti mediasi, atau dengan cara Arbritase, karena Arbritase tidak serumit pengadilan negeri, maka jalur perdamaian melalui arbritase banyak ditempuh. Bila akhirnya penyelesaian diluar pengadilan seperti arbritase dan mediasi tidak juga tercapai , maka disini bank berhak menempuh jalur hukum atau pengadilan dalam menyelesaikan masalahnya.

Dalam hal menyelesaikan masalah ada dua cara yang dapat ditempuh yaitu melalui Pengadilan Negeri atau Badan Arbritase Syariah Nasional (BASYARNAS). Perbankan Syariah lebih banyak menggunakan jalur Arbritase Syariah dalam menyelesaikan maslah perbankannya.

Kualitas pembiayaan sangat berpengaruh terhadap efektifitas pendapatan yang diharapkan. Oleh karena itu kualitas ini harus dijaga agar jangan sampai menjadi pembiayaan bermasalah, yang mana dampak dari pembiayaan bermasalah ini bukan saja menyebabkan tidak efektifnya pendapatan tapi lebih dari itu dapat menyebabkan


(63)

kerugian bank karena tidak terbayarnya kembali dana bank yang ditanamkan pada pembiayaan itu.

Selain faktor internal dan eksternal , Banyak dampak yang dihasilkan dari pembiayaan bermasalah ini selain terhadap kinerja perbankan itu sendiri, juga masalah likuiditas terancam, solvabilitas kurang, rentabilitas menurun, bonafiditas atau citra, tingkat kesehatan bank, modal tidak berkembang dan munculnya biaya tambahan yang tentunya hal-hal tersebut merugikan bank dalam melakukan aktivitas nya. Selain terhadap perbankan itu sendiri pembiayaan bermasalah juga berpengaruh terhadap karyawan baik dari segi mental,moral, maupun waktu dan tenaga. Serta berimbas juga pada pemilik modal dimana SHU berkurang, dan ketidakpercayaan pemilik modal.

Faktor-faktor yang menjadi penyebab masalah harus dihilangkan, dan syarat-syarat yang sempurna harus merupakan bagian yang terpenting dalam proses pemberian pembiayaan.

Secara sederhana dapat dikatakan bahwa bank yang sehat adalah bank yang dapat menjalankan fungsi-fungsinya dengan baik. Dengan kata lain bank yang sehat adalah bank yang dapat menjaga dan memelihara kepercayaan masyarakat , dapat menjalankan fungsi intermediasi , dapat membantu kelancaran lalu lintas pembayaran serta dapat digunakan oleh pemerintah dalam melaksanakan berbagai kebijakannya terutama kebijakan moneter.


(64)

Dengan menjalankan fungsi-fungsi tersebut diharapkan dapat mampu memberikan pelayanan yang baik kepada masyarakat serta bermanfaat abgi perekonomian secara keseluruhan.

Pencegahan juga bisa dilakukan dengan cara sempurnakan sistem dan prosedur, hindari subjektivitas, miliki prinsip (kode etik) minimal faktor prudential, lengkapi dokumen sebelum realisasi, pengawasan dan awas pencairan dana.29

Penyediaan atau penyaluran adalah berupa piutang, pembiayaan dan ijarah. Pembiayaan merupakan pembiayaan yang diberikan kepada pihak ( tidak termasuk pembiayaan kepada bank lain). Penyediaan dana bermasalah (NPF) adalah penyediaan dana dengan kualitas kurang lancar dan diragukan macet.

Pada dasarnya baik Bank Konvensional maupun Bank Syariah dalam proses analisis kredit dan pembiayaan sama saja. Untuk menganalisa pembiayaan, bank harus memperhatikan faktor-faktor yang sangat urgens, diantaranya karakter nasabah, modal, kemampuan untuk mengembalikan pinjaman, angunan kondisi usaha nasabah. Hal ini semua sangat berpengaruh jumlah realisasi pembiayaan, baik itu layak tidaknya pembiayaan diberikan nasabah. Oleh karena itu dengan memperhatikan faktor-faktor tersebut dapat mengurangi resiko serta mengetahui seberapa besar modal yang dibutuhkan nasabah untuk menjalankan usahanya.

30

29


(65)

BAB III

PEMBIAYAAN MURABAHAH DALAM PRAKTEK PERBANKAN SYARIAH

Pengertian (Ba’i/ jual beli)

Konsep jual-beli dalam Perbankan Syariah mengandung beberapa kebaikan antara lain pembiayaan yang diberikan selalu terkait dengan sektor riil karena yang menjadi dasar adalah barang yang diperjual belikan. Disamping itu harga yang telah disepakati tidak akan mengalami perubahan sampai dengan berakhirnya akad.

Konsep jual beli dalam Syariah bukan hanya jual beli murabahah, melainkan ada jual beli as-salam, jual beli istishna dan jual beli ijarah’.

Dari masing-masing jual beli yang ada pada Perbankan Syariah. jual beli pada perjanjian murabahah la yang banyak dipakai dalam perbankan dan jual beli pada murabahah ini diakui dan dipakai pada Perbankan Syariah.


(66)

Lebih dasar penulis ingin memberi pengertian terlebih dahulu tentang ba’i(jual beli.)

Ba’i(jual beli) adalah transaksi pertukaran antara ‘ayn yang berbentuk barang dengan dayn yang berbentuk uang. Keadaan ini lazim disebut sebagai transaksi jual beli. Dalam transaksi ini keuntungan penjualan sudah dimasukkan dalam harga jual sehingga penjual tidak perlu memberitahu tingkat keuntungan yang diingikan.

Landasan syari’ ada 2 yaitu :

1. Al-Qur’an

“... padahal Allah telah menghalalkan jual-beli dan mengharamkan riba ..”

(Q.S. Al-Baqarah : 275)

2. Al-Hadits

“ Pendapatan yang paling afdhal adalah hasil karya tangan seseorang dan jual beli yang mabrur .”(H.R Ahmad,al Bazzae, dan ath-Thabrani)

Dari Saleh bin Suhaib, dari bapaknya , Rasullullah Saw, bersabda :

“Tiga perkara yang didalamnya terdapat keberkahan : menjual dengan pembayaran tangguh, muqaradah (nama lain mudharabah ) dan mencampur gandum dengan tepung untuk keperluan rumah dan tidak untuk dijual.”(H.R Ibnu majah).

Rukun pada jual beli yaitu :


(1)

bank dan nasabah, bank bertindak sebagai penjual dan nasabah sebagai pembeli.

2. Dalam Hal penyelesaian Pembiayaan bermasalah pada BRI KCI.S.Parman Medan dilakukan 2 cara : soft approach dan hard approach(Jalur hukum melibatkan BAYERNAS,Pengadilan dan Kepolisian)

3. Pendekatan Pihak BRI KCI.S.Parman Medan terhadap nasabahnya dilakukan dengan cara memperpanjang waktu pembayaran, memperpanjang angsuran, menutunkan tingkat marjin dan pembebasan marjin(bagi nasabah yang tidak mampu membayar, tetapi tetap harga pokok pembayaran dibayar).

B.SARAN

1. Masih kurangnya informasi dan pengetahuan nasabah terhadap pembayaran di perbankan syariah , masih banyaknya nasabah yang tidak mampu membayar, merupakan dampak penyebab terjadinya kemacetan di BRI Syariah KCI.S.Parman, untuk itu perlu adanya pembenahan ulang dalam hal analisa pembayaran dan informasi terhadap nasabah perlu diperluas lebih lanjut.

2. Masih banyaknya masyarakat yang kurang berminat pada perbankan syariah, padahal ekonomi Syariah tidak mengenal bunga hanya diganti dengan marjin, disini juga pelu adanya sosialisasi tentang adanya perbankan syariah.


(2)

3. Perlu ditingkatkan lagi pembenahan dalam hal pembiayaan bermasalah baik dari segi pihak perbankan sendiri, nasabah, karyawan dan lain-lain, dan meningkatkan strategi penjualan agar mencapai keuntungan yang diharapkan.

DAFTAR PUSTAKA

BUKU

Agusmantoro, 2009, Perbankan Syariah, Jakarta : LPFE Unisakti

Ascarya, 2007, Akad dan Produk Bank Syariah, Jakarta : PT.Raja Grapindo Persada.

Agustiantoro, 2005, Ekonomi Syariah Untuk Kepentingan Bangsa , Jakarta : Harian Repulika.

Antonio, M.Syafi’i, 1999 , Bank Syariah Suatu Pengenalan Umum, Jakarta : TAZKIA INSTITUTE.

---, 2001, Bank Syariah Dari Teori Ke Praktik , Jakarta : Gema Insani.

---, 1992, Antonio M.Syafi’i, Perwaatmadja Karnaen, Apa dan Bagaimana Bank Islam, Yogjakarta : Dhana Bhakti Wakaf.


(3)

Arifin, Zainul, 2008, Memahami Bank Syariah Lingkup Peluang Tantangan dan Prospek, Jakarta : Alvabet Anggota IKAPI.

---, 2006, Dasar-Dasar Manajemen Bank Syariah , Jakarta : Pustaka Alvabet.

Azhim, Syakir Abdul, 2002, Petunjuk Pelaksanaan Pembukaan Kantor Bank Syariah, Jakarta : Gema Insani

Departemen Agama RI, 2002, Mushab Al-Qur’an dan Terjemahan, Jakarta : Pena Pundi Aksara.

Fuadi M, 2002, Hukum Bisnis Dalam Teori dan Praktik Buku Kesatu, Bamdung : PT.Citra Aditya Bakti.

Hilman, Dkk, 2003, Strategi Pengembangan Syariah di Masa Depan, Jakarta : Lintas Semesta.

PAPSI, 2003, Pedoman Akuntansi Perbankan Syariah Indonesia , Jakarta : Ikatan Akuntan Indonesia.

Sumitro, Warkum, 1997, Asas-Asas Perbankan Dalam Islam dan Lembaga yang Terkait (BAMUI&TAKAFUL) di Indonesia , Jakarta : PT.Raja Grafindo Persada Cetakan Kedua.

Siamat, Dahlan, 2005, Manajemen Lembaga Keuangan Kebijakan Moneter dan Perbankan, Jakarta : Fakultas Ekonomi Universitas Sumatera Utara.


(4)

Saefudin, Imam, 1999, Sistem Prinsip dan Tujuan Ekonomi Islam , Bandung : CV PUSTAKA SETIA.

Soemitro, Andri, 2009, Bank&Lembaga Keuangan Syariah Cetakan Ke-1 Edisi Pertama, Jakarta : Prenanda Media.

Veithzal, Andria Permata, 2008, Bank dan Financial Institution Management Conventional &Shariah System, Jakarta : PT.Raja Grafindo Persada.

Wiroso, 2009, Produk Perbankan Syariah, Jakarta : LPFE Unisakti.

Wasliah, 1999, Penghimpunana Dana Bank Syariah, Bandung :CV PUSTAKA SETIA.

Zulkifli Sunarto, 2007, Panduan Praktis Transaksi Perbankan Syariah, Jakarta Timur : Zikrul Hakim.

INTERNET

“Penerapan Sistem Jual Beli Pada Murabahah

Hasbullah, “ Penanganan dan Penangulangan Pembiayaan”

KUTIPAN HARIAN


(5)

PERATURAN PERUNDANG-UNDANGAN

Republik Indonesia, Undang-Undang No.7 Tahun 1992 Tentang Perbankan

Republik Indonesia, Undang-Undang Nomor 10 Tahun 1998, tentang Perubahan atas Undang-Undang Nomor 7 Tahun 1992.

Republik Indonesia Undang-Undang Nomor 21 Tahun 2008 Tentang Perbankan Syariah

REFERENSI

PBI No.7/6/PBI/2005 tentang Transparasi Informasi Produk Bank dan Penggunaan data Pribadi Nasabah beserta ketentuan perubahannya.

PBI No.9/19/PBI/2007 tentang Pelaksanaan Prinsip Syariah Dalam Kegiatan Penghimpunan Dana dan Penyaluran Dana serta Pelayanan Jasa Bank Syariah.

FATWA SYARIAH

1. Fatwa Dewan Syariah Nasional No: 04/DSN-MUI/1V/2000 tentang Murabahah.

2. Fatwa Dewan Syariah Nasional No: 10/DSN-MUI/IV/2000 tentang Wakalah. 3. Fatwa Dewan Syariah Nasional No: 13/DSN-MUI/IX/2000 tentang Uang

Muka Dalam Murabahah.

4. Fatwa Dewan Syariah Nasional No: 16/DSN-MUI/IX/2000 tentang Diskon Dalam Murabahah.


(6)

5. Fatwa Dewan Syariah Nasional No: 23/DSN-MUI/III/2002 tentang Potongan Pelunasan Dalam Murabahah.

6. Fatwa Dewan Syariah Nasional No: 46/DSN-MUI/II/2005 tentang Potongan Tagihan Murabahah (Khashm Fi Al-Murabahah).

7. Fatwa Dewan Syariah Nasional No: 47/DSN-MUI/II/2005 tentang Penyelesaian Piutang Murabahah bagi Nasabah Tidak Mampu Membayar. 8. Fatwa Dewan Syariah Nasional No: 48/DSN-MUI/II/2005 tentang

Penjadwalan Kembali Tagihan Murabahah.

9. Fatwa Dewan Syariah Nasional No: 49/DSN-MUI/II/2005 tentang Konversi Akad Murabahah.