Populasi dan Sampel Penelitian 1 Populasi Penelitian Variabel Penelitian Teknik Pengumpulan Data

Ira Wulandari, 2013 Peningkatan Kemampuan Generalisasi Matematis Siswa Sekolah Menengah Atas Melalui Metode Pembelajaran Penemuan Terbimbing Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu penemuan terbimbing terhadap kemampuan generalisasi matematis, maka dalam penelitian ini dilibatkan kategori kemampuan siswa tinggi, sedang dan rendah. Pengelompokkan siswa didasarkan pada kemampuan matematika dengan cara mengurutkan skor hasil belajar matematika sebelumnya ulangan harian serta pengklasifikasian yang dilakukan oleh guru kelas. Pembagian kemampuan siswa terdiri dari tiga kelompok kategori, yaitu kelompok tinggi, sedang, dan rendah dengan pebandingan 30, 40 dan 30 Dahlan, 2004.

B. Populasi dan Sampel Penelitian 1 Populasi Penelitian

Populasi adalah keseluruhan subjek penelitian. Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh siswa-siswi kelas X SMAN 1 Tambun Selatan. 2 Sampel Penelitian Dari seluruh sepuluh kelas X yang ada di SMAN 1 Tambun Selatan yang setiap kelompok kelasnya memiliki karakteristik yang sama, dipilih dua kelas, satu kelas sebagai kelas eksperimen dan satu kelas sebagai kelas kontrol. Karena desain penelitian yang digunakan adalah Nonequivalent Control Group Design, maka penentuan sampel dilakukan dengan menggunakan teknik Purposive Sampling, yaitu teknik pengambilan sampel berdasarkan pertimbangan tertentu Sugiyono, 2009. Pada kedua kelompok tidak dilakukan pengacakan sesungguhnya, hanya berdasarkan kelas yang ada. Menurut kepala sekolah dan guru di sekolah tiap kelas memiliki kemampuan yang sama. Hal ini dikarenakan bila dilakukan pengacakan yang sesungguhnya dikhawatirkan akan mengganggu Ira Wulandari, 2013 Peningkatan Kemampuan Generalisasi Matematis Siswa Sekolah Menengah Atas Melalui Metode Pembelajaran Penemuan Terbimbing Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu proses pembelajaran di sekolah tersebut. Dengan demikian, pemilihan sampel dilakukan dengan purposive sampling.

C. Variabel Penelitian

Data yang akan dikumpulkan berupa data mengenai skor tes kemampuan matematika yang meliputi aspek generalisasi matematis siswa, serta data mengenai sikap siswa terhadap matematika dan sikap siswa terhadap pembelajaran dengan metode penemuan terbimbing. Oleh karena itu, variabel-variabel dalam penelitian ini terdiri dari variabel bebas dan variabel terikat. Adapun yang menjadi variabel bebasnya adalah pembelajaran dengan metode penemuan terbimbing, sedangkan variabel terikatnya adalah kemampuan siswa dalam aspek generalisasi matematis.

D. Pengembangan Instrumen Penelitian

Untuk mengukur kemampuan yang dimaksud diperlukan instrumen yang baik dan sesuai. Untuk itu diperlukan analisis terhadap instrumen sebelum benar- benar digunakan dalam mengumpulkan data menjaring informasi yang diharapkan dalam penelitian yang sebenarnya.

1. Bentuk tes

Instrumen yang akan dikembangkan dalam penelitian ini terdiri dari tes tulis dalam bentuk uraian. Dalam hal ini, tes tulis yang diberikan akan digunakan untuk mengetahui kemampuan siswa dalam aspek-aspek generalisasi matematis. Sebelum tes dipergunakan dalam penelitian terlebih dahulu dibuat kisi-kisi soal yang dilanjutkan dengan menyusun soal beserta alternatif kunci jawaban dan Ira Wulandari, 2013 Peningkatan Kemampuan Generalisasi Matematis Siswa Sekolah Menengah Atas Melalui Metode Pembelajaran Penemuan Terbimbing Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu aturan pemberian skor untuk tiap butir soal. Selanjutnya soal diujicobakan untuk mengetahui validitas, reliabilitas, tingkat kesukaran dan daya pembeda tiap butir soal tes yang akan digunakan dalam penelitian. Sebelum soal-soal tes diujicobakan terlebih dahulu peneliti melakukan konsultasi dengan dosen pembimbing, teman-teman peneliti di SPS Pendidikan Matematika UPI dan guru bidang studi matematika di sekolah tempat penelitian . Pedoman penskoran tes kemampuan generalisasi matematis disajikan pada Tabel 3.1 di bawah ini. Pedoman ini diadaptasi dari kriteria penilaian penalaran matematis dari holistic scoring rubrics Cai, Lane dan Jakabscin, 1996. Hal ini dikarenakan kemampuan generalisasi matematis merupakan bagian dari penalaran. Ira Wulandari, 2013 Peningkatan Kemampuan Generalisasi Matematis Siswa Sekolah Menengah Atas Melalui Metode Pembelajaran Penemuan Terbimbing Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu Tabel 3.1 Pedoman Penskoran Kemampuan Generalisasi Matematis

2. Analisis Validitas a.

Validitas logis logical validity Validitas logis atau validitas teoritik untuk sebuah instrumen evaluasi pada kondisi bagi sebuah instrumen yang memenuhi persyaratan valid berdasarkan teori dan ketentuan yang ada. Validitas muka disebut juga validitas Skor Menjelaskani dentifikasi pola masalah Menggunakan hasil identifikasi untuk menentukan langkah berikutnya Membuat formula mengambil kesimpulan generalisasi Menggunakan hasil generalisasi formula untuk Pemecahan masalah Tidak ada jawaban yang benar , kalaupun ada hanya memperlihatkan ketidakpahaman tentang konsep sehingga informasi yang diberikan tidak berarti apa-apa 1 Hanya sedikit dari penjelasan identifikasi yang benar Hanya sedikit hasil identifikasi yang digunakan, benar Formula yang disusun sedikit yang benar dan tidak lengkap Solusi yang diperoleh hanya sedikit yang benar 2 Penjelasan masalah masuk akal tapi hanya sebagian yang benar Penggunaan hasil identifikasi benar tapi tidak lengkap Formula yang dibuat benar tapi tidak lengkap Solusi yang diperoleh sebagai hasil penggunaan formula hanya sebagian yang benar 3 Penjelasan secara matematis masuk akal dan benar meskipun tidak tersusun secara logis Data yang diperoleh sebagai hasil dari identifikasi, benar tapi tidak sistematis Formula yang dibuat benar lengkap tapi prosesnya tidak sistematis Solusi yang diperoleh sebagai hasil penggunaan formula benar tapi tidak sistematis 4 Penjelasan secara matematis masuk akal dan jelas serta tersusun secara logis dan sistematis Data yang diperoleh sebagai hasil identifikasi, benar dan sistematis Formula yang dibuat benar dan prosesnya sistematis Solusi yang diperoleh sebagai hasil dari penggunaan formula benar dan sistematis Ira Wulandari, 2013 Peningkatan Kemampuan Generalisasi Matematis Siswa Sekolah Menengah Atas Melalui Metode Pembelajaran Penemuan Terbimbing Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu bentuk soal pertanyaan, pernyataan, suruhan atau validitas tampilan, yaitu keabsahan susunan kalimat atau kata-kata dalam soal sehingga jelas pengertiannya atau tidak menimbulkan tafsiran lain termasuk juga kejelasan gambar atau soal Suherman, dkk. 2003. Validitas isi berarti ketepatan alat tersebut ditinjau dari segi materi yang diajukan, yaitu materi yang dipakai sebagai tes tersebut merupakan sampel yang representatif dari pengetahuan yang harus dikuasai, termasuk antara indikator dan butir soal, kesesuaian soal dengan tingkat kemampuan siswa, dan kesesuaian materi dengan tujuan yang ingin dicapai. Sebuah tes dikatakan memiliki validitas konstruksi apabila butir-butir soal yang membangun tes tersebut mengukur setiap aspek berpikir seperti yang disebutkan dalam Tujuan Instruksional Khusus Arikunto, 2007.

b. Validitas empiris empirical validity

Validitas empiris adalah validitas yang ditinjau dengan kriteria tertentu. Kriteria ini untuk menentukan tinggi rendahnya koefisien validitas alat evaluasi yang dibuat melalui perhitungan korelasi Product Moment Pearson Suherman dan Sukjaya, 1990, yaitu : = � − � 2 − 2 � 2 − 2 Keterangan: = Koefisien korelasi antara variabel X dan variabel Y N = Jumlah peserta tes X = Skor siswa tiap butir soal Y = Skor tiap responden siswa Ira Wulandari, 2013 Peningkatan Kemampuan Generalisasi Matematis Siswa Sekolah Menengah Atas Melalui Metode Pembelajaran Penemuan Terbimbing Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu Interpretasi mengenai derajat koefisien validitas digunakan kriteria Guilford Suherman dan Sukjaya, 1990. Tabel 3.2 Klasifikasi Koefisien Korelasi Besarnya � Interpretasi 0,80 ≤ ≤ 1,00 Sangat Tinggi 0,60 ≤ 0,80 Tinggi 0,40 ≤ 0,60 Cukup 0,20 ≤ 0,40 Rendah 0,00 ≤ ≤ 0,20 Sangat Rendah Hasil perhitungan validitas item tes uji coba, untuk mengetahui signifikansi korelasi yang didapat, selanjutnya diuji dengan menggunakan rumus uji-t, yaitu: ℎ� � = �−2 1 − 2 Sudjana 2005 Keterangan: ℎ� � = daya beda uji-t � = jumlah subjek = koefisien korelasi Jika ℎ� � maka validitas butir soalnya valid. Nilai hasil uji coba yang diperoleh kemudian dihitung nilai validitasnya dengan bantuan program Microsoft Excel. Hasil uji validitas kemampuan generalisasi matematis disajikan dalam Tabel 3.3 berikut ini: Ira Wulandari, 2013 Peningkatan Kemampuan Generalisasi Matematis Siswa Sekolah Menengah Atas Melalui Metode Pembelajaran Penemuan Terbimbing Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu Tabel 3.3 Rekapitulasi Uji Validitas Tes Generalisasi Matematis Dari enam butir soal yang digunakan untuk mengukur kemampuan generalisasi matematis siswa, hanya soal nomor 1 yang memiliki validitas tinggi dan hanya soal nomor 6 yang memiliki validitas sangat tinggi. Soal-soal yang lainnya semua memiliki validitas sedang cukup.

3. Analisis Reliabilitas

Pengujian reliabilitas dilakukan untuk mengetahui ketetapan suatu instrumen dan untuk menunjukkan bahwa suatu instrumen dapat dipercaya. Koefisien reliabilitas perangkat tes berupa uraian dapat diketahui menggunakan rumus Alpha Suherman dan Sukjaya, 1990 sebagai berikut : 11 = − 1 1 − � 2 2 Keterangan : 11 = Reliabilitas tes secara keseluruhan n = Banyak butir soal item � 2 = Jumlah variansi skor tiap item 2 = Variansi skor total No Soal Koef.Korelasi Interpretasi t hitung t tabel keterangan 1 0,7872 Tinggi 6,8739 2,0452 valid 2 0,5521 Sedang 3,5661 2,0452 valid 3 0,5245 Sedang 3,3177 2,0452 valid 4 0,5307 Sedang 3,3718 2,0452 valid 5 0,5954 Sedang 3,9910 2,0452 valid 6 0,8523 Sangat Tinggi 8,7744 2,0452 valid Ira Wulandari, 2013 Peningkatan Kemampuan Generalisasi Matematis Siswa Sekolah Menengah Atas Melalui Metode Pembelajaran Penemuan Terbimbing Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu Derajat reliabilitas dari soal uji coba kemampuan generalisasi matematis didasarkan pada klasifikasi menurut Guilford Suherman dan Sukjaya, 1990 sebagai berikut: Tabel 3.4 Klasifikasi Derajat Reliabilitas Besarnya � �� Interpretasi 0,90 11 ≤ 1,00 Sangat Tinggi 0,70 11 ≤ 0,90 Tinggi 0,40 11 ≤ 0,70 Sedang 0,20 11 ≤ 0,40 Rendah 11 ≤ 0,20 Sangat Rendah Dalam menentukan signifikansi koefisien reliabilitas, maka r 11 dibandingkan dengan r tabel . Jika r 11 r tabel maka data reliabel dan sebaliknya. Berdasarkan hasil uji coba reliabilitas butir soal secara keseluruhan untuk tes generalisasi matematis diperoleh nilai tingkat reliabilitas sebesar 0,704, sehingga dapat diinterpretasikan bahwa soal tes generalisasi matematis mempunyai reliabilitas yang tinggi. Lebih lengkapnya seluruh perhitungan reliabilitas dengan bantuan Microsoft Excel dapat dilihat dalam lampiran B.

4. Analisis Daya Pembeda

Salah satu tujuan pengukuran analisis kuantitatif soal adalah untuk menentukan dapat tidaknya suatu soal membedakan kelompok dalam aspek yang diukur sesuai dengan perbedaan yang ada dalam kelompok itu. Indeks yang digunakan dalam membedakan antara peserta tes yang berkemampuan tinggi Ira Wulandari, 2013 Peningkatan Kemampuan Generalisasi Matematis Siswa Sekolah Menengah Atas Melalui Metode Pembelajaran Penemuan Terbimbing Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu dengan yang berkemampuan rendah adalah indeks daya pembeda item discrimination. Indeks daya pembeda dihitung atas dasar pembagian kelompok menjadi dua bagian, yaitu kelompok atas yang merupakan kelompok peserta tes yang berkemampuan tinggi dengan kelompok bawah yaitu kelompok peserta tes yang berkemampuan rendah. Untuk memperoleh kelompok atas dan kelompok bawah maka dari seluruh siswa diambil 27 yang mewakili kelompok atas dan 27 yang mewakili kelompok bawah. Rumus yang digunakan untuk menghitung daya pembeda soal uraian adalah sebagai berikut: �� = � − � � Keterangan : DP = Daya pembeda � = Jumlah skor siswa kelompok atas � = Jumlah skor siswa kelompok bawah I = Jumlah skor ideal Daya pembeda uji coba soal didasarkan pada klasifikasi berikut ini Suherman dan Sukjaya, 1990: Ira Wulandari, 2013 Peningkatan Kemampuan Generalisasi Matematis Siswa Sekolah Menengah Atas Melalui Metode Pembelajaran Penemuan Terbimbing Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu Tabel 3.5 Klasifikasi Nilai Daya Pembeda Daya Pembeda Klasifikasi �� ≤ 0,00 Sangat Jelek 0,00 �� ≤ 0,20 Jelek 0,20 �� ≤ 0,40 Cukup 0,40 �� ≤ 0,70 Baik 0,70 �� ≤ 1,00 Sangat Baik Hasil perhitungan daya pembeda untuk tes generalisasi matematis disajikan dalam Tabel 3.6 berikut ini: Tabel 3.6 Daya Pembeda Tes Generalisasi Matematis Dari tabel di atas dapat dilihat bahwa hanya 1 soal yang mempunyai daya pembeda sangat baik dan 4 soal mempunyai daya pembeda yang baik. Namun, ada 1 soal yaitu nomor 3 mempunyai daya pembeda cukup. Lebih lengkapnya seluruh perhitungan daya pembeda dengan bantuan Microsoft Excel dapat dilihat dalam Lampiran B. No Soal Daya Pembeda Interpretasi 1 0,42 Baik 2 0,44 Baik 3 0,29 Cukup 4 0,42 Baik 5 0,63 Baik 6 0,92 Sangat baik Ira Wulandari, 2013 Peningkatan Kemampuan Generalisasi Matematis Siswa Sekolah Menengah Atas Melalui Metode Pembelajaran Penemuan Terbimbing Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu

5. Analisis Tingkat Kesukaran Soal

Kita perlu menganalisis butir soal pada instrumen untuk mengetahui derajat kesukaran dalam butir soal yang kita buat. Butir-butir soal dikatakan baik, jika butir-butir soal tersebut tidak terlalu sukar dan tidak terlalu mudah. Menurut Russefendi 1991, kesukaran suatu butiran soal ditentukan oleh perbandingan antara banyaknya siswa yang menjawab butiran soal itu, dihitung menggunakan rumus: �� = � � � � Keterangan: IK = Tingkat kesukaran � � = Jumlah skor yang diperoleh seluruh siswa pada satu butir yang diolah � � = Jumlah skor idealmaksimum yang diperoleh pada satu soal itu. Hasil perhitungan tingkat kesukaran diinterpretasikan menggunakan kriteria tingkat kesukaran butir soal yang dikemukakan Suherman 2003 seperti Tabel 3.7 berikut: Tabel 3.7 Kriteria Tingkat Kesukaran Indeks Kesukaran Interpretasi �� = 0,00 Terlalu sukar 0,00 �� ≤ 0,30 Sukar 0,30 �� ≤ 0,70 Sedang 0,70 �� 1,00 Mudah �� = 1,00 Terlalu mudah Ira Wulandari, 2013 Peningkatan Kemampuan Generalisasi Matematis Siswa Sekolah Menengah Atas Melalui Metode Pembelajaran Penemuan Terbimbing Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu Dari hasil perhitungan dengan menggunakan Microsoft Excel, diperoleh tingkat kesukaran tiap butir soal tes generalisasi matematis yang disajikan dalam Tabel 3.8 berikut ini: Tabel 3.8 Tingkat Kesukaran Butir Soal Generalisasi Matematis Dari tabel di atas, soal nomor 1 termasuk ke dalam kriteria sukar,sedangkan soal nomor 2 dan 4 tingkat kesukarannya tergolong mudah. Tiga soal lainnya memiliki tingkat kesukaran tergolong sedang. Melihat komposisi tingkat kesukaran butir soal kemampuan generalisasi, secara keseluruhan soal tersebut sudah baik sehingga butir-butir soalnya tidak perlu direvisi. Lebih rincinya seluruh perhitungan tingkat kesukaran dengan bantuan Microsoft Excel dapat dilihat dalam Lampiran B. Berdasarkan analisis keseluruhan terhadap hasil uji coba tes kemampuan generalisasi matematis yang dilaksanakan di SMA Negeri 1 Tambun Selatan pada kelas XI, serta dilihat dari hasil analisis validitas, reliabilitas, daya pembeda dan tingkat kesukaran soal, maka dapat disimpulkan bahwa soal tersebut layak dipakai sebagai acuan untuk mengukur kemampuan generalisasi matematis siswa SMA kelas X. No Soal Tingkat Kesukaran Interpretasi 1 0,30 Sukar 2 0,75 Mudah 3 0,69 Sedang 4 0,77 Mudah 5 0,69 sedang 6 0,49 sedang Ira Wulandari, 2013 Peningkatan Kemampuan Generalisasi Matematis Siswa Sekolah Menengah Atas Melalui Metode Pembelajaran Penemuan Terbimbing Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu

6. Skala Sikap

Instrumen skala sikap digunakan untuk memperoleh informasi mengenai sikap siswa terhadap pelajaran matematika dan sikap siswa terhadap pembelajaran dengan metode penemuan terbimbing. Skala sikap ini diberikan kepada kelas eksperimen setelah semua kegiatan pembelajaran berakhir, yaitu setelah dilaksanakannya postes. Pernyataan-pernyataan yang mengungkap sikap siswa terhadap pelajaran matematika sebanyak 4 pernyataan, 2 pernyataan yang arahnya positif dan 2 pernyataan yang arahnya negatif. Pernyataan-pernyataan yang mengungkap sikap siswa terhadap metode pembelajaran penemuan terbimbing sebanyak 14 soal, 7 pernyataan yang arahnya positif dan 7 pernyataan yang arahnya negatif. Selanjutnya, pernyataan-pernyataan yang mengungkap sikap siswa terhadap soal- soal generalisasi matematis sebanyak 2 pernyataan, 1 pernyataan yang arahnya positif dan 1 pernyataan yang arahnya negatif. Angket skala sikap siswa serta kisi- kisinya disajikan dalam Lampiran A.5. Model skala sikap yang digunakan mengacu kepada model Skala Likert yang terdiri dari 20 pernyataan yang terdiri dari 10 pernyataan positif dan 10 pernyataan negatif. Setiap butir pernyataan memiliki lima pilihan jawaban yaitu sangat setuju SS, setuju S, tidak setuju TS, dan sangat tidak setuju STS. Dalam menganalisis hasil skala sikap, skala kualitatif tersebut ditransfer ke dalam skala kuantitatif. Pemberian nilainya dibedakan antara pernyataan yang bersifat negatif dengan pernyataan yang bersifat positif. Untuk pernyataan yang bersifat positif, pemberian skornya adalah SS = 4, S = 3, TS = 2, dan STS = 1. Sedangkan Ira Wulandari, 2013 Peningkatan Kemampuan Generalisasi Matematis Siswa Sekolah Menengah Atas Melalui Metode Pembelajaran Penemuan Terbimbing Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu untuk pernyataan negatif, pemberian skornya adalah SS = 1, S = 2, TS = 3, STS = 4.

7. Lembar Observasi

Lembar observasi diberikan kepada guru matematika di tempat penelitian berlangsung yang dijadikan sebagai observer. Isian lembar observasi ini bertujuan untuk melihat aktivitas yang dilakukan siswa dan juga guru pada saat pembelajaran berlangsung. Aktivitas siswa yang diamati pada kegiatan pembelajaran dengan metode penemuan terbimbing meliputi keaktifan siswa dalam mengajukan dan menjawab pertanyaan, mengemukakan dan menanggapi pendapat, mengemukakan ide untuk menyelesaikan masalah, serta membuat kesimpulan di akhir pembelajaran dan menulis hal-hal yang relevan. Aktivitas guru yang diamati adalah kemampuan guru dalam melaksanakan pembelajaran dengan metode penemuan terbimbing. Tujuannya adalah untuk memberikan refleksi pada proses pembelajaran, agar pembelajaran selanjutnya menjadi lebih baik. Lembar observasi selengkapnya dapat dilihat dalam Lampiran A. E. Pengembangan Bahan Ajar Tujuan penelitian ini adalah untuk melihat kemungkinan terdapatnya perbedaan peningkatan kemampuan generalisasi matematis antara siswa yang diajarkan dengan menggunakan metode penemuan terbimbing dan model pembelajaran konvensional. Perangkat pembelajaran yang akan digunakan dalam penelitian ini dikembangkan dengan mengacu pada tujuan tersebut. Dengan perangkat pembelajaran yang memadai diharapkan proses pembelajaran dapat Ira Wulandari, 2013 Peningkatan Kemampuan Generalisasi Matematis Siswa Sekolah Menengah Atas Melalui Metode Pembelajaran Penemuan Terbimbing Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu berlangsung sebagaimana mestinya, sehingga hasil akhir dari semua data yang didapatkan dari hasil belajar dan sikap siswa sesuai dengan yang diharapkan. Perangkat pembelajaran yang akan digunakan dalam penelitian ini disusun dalam bentuk bahan ajar berupa Lembar Kegiatan Siswa LKS. Bahan ajar atau LKS tersebut dikembangkan dari topik matematika berdasarkan Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan KTSP yang berlaku di sekolah tempat penulis melakukan penelitian. Adapun materi yang akan dipilih adalah berkenaan dengan pokok bahasan Trigonometri. Dalam penyusunan LKS, materi yang akan diberikan pada setiap kali pertemuan kegiatan belajar mengajar KBM, disediakan dua jenis tugas, yaitu soal-soal atau masalah untuk menemukan suatu konsep dan latihan penerapan. Dalam menyusun bahan ajar penulis akan menyesuaikan bahan ajar dengan LKS yang digunakan dalam pembelajaran melalui pertimbangan dosen pembimbing.

F. Teknik Pengumpulan Data

Data dalam penelitian ini akan dikumpulkan melalui tes, kamera foto, skala sikap siswa dan lembar observasi. Data yang berkaitan dengan kemampuan generalisasi matematis siswa dikumpulkan melalui tes pretest dan postest. Penggunaan kamera foto bertujuan untuk melihat suasana kelas ketika proses pembelajaran berlangsung. Skala sikap siswa diberikan untuk menentukan sikap atau pandangan siswa terhadap pelajaran matematika. Skala sikap ini diberikan kepada kelompok eksperimen dan kelompok kontrol setelah seluruh pembelajaran selesai. Observasi dilakukan menggunakan format observasi yang digunakan untuk mengetahui aktivitas siswa dan guru selama proses pembelajaran. Ira Wulandari, 2013 Peningkatan Kemampuan Generalisasi Matematis Siswa Sekolah Menengah Atas Melalui Metode Pembelajaran Penemuan Terbimbing Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu

G. Teknik Analisis Data