PENINGKATAN KEMAMPUAN PEMECAHAN MASALAH MATEMATIS SISWA SMA MELALUI PEMBELAJARAN DENGAN MENGGUNAKAN METODE PENEMUAN TERBIMBING.

(1)

PENINGKATAN KEMAMPUAN PEMECAHAN MASALAH MATEMATIS SISWA SMA MELALUI PEMBELAJARAN DENGAN

MENGGUNAKAN METODE PENEMUAN TERBIMBING

SKRIPSI

DiajukanuntukMemenuhiSebagiandariSyaratuntuk

MemperolehGelarSarjanaPendidikanJurusanPendidikanMatematika

Oleh:

Desi Maulidyawati 0900095

JURUSAN PENDIDIKAN MATEMATIKA

FAKULTAS PENDIDIKAN MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA


(2)

PENINGKATAN KEMAMPUAN

PEMECAHAN MASALAH MATEMATIS

SISWA SMA MELALUI

PEMBELAJARAN DENGAN

MENGGUNAKAN METODE

PENEMUAN TERBIMBING

Oleh Desi Maulidyawati

Sebuah skripsi yang diajukan untuk memenuhi salah satu syarat memperoleh gelar Sarjana pada Fakultas Pendidikan Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam

© Desi Maulidyawati 2013 Universitas Pendidikan Indonesia

Juni 2013

Hak Cipta dilindungi undang-undang.


(3)

(4)

LEMBAR PENGESAHAN

DESI MAULIDYAWATI

PENINGKATAN KEMAMPUAN PEMECAHAN MASALAH MATEMATIS SISWA SMA MELALUI PEMBELAJARAN DENGAN

MENGGUNAKAN METODE PENEMUAN TERBIMBING

Disetujuidandisahkanolehpembimbing: Pembimbing I,

Dr. H. TatangMulyana, M. Pd. NIP. 195101061976031004

Pembimbing II,

Dr. H. SufyaniPrabawanto, M. Ed. NIP. 196008301986031003

Mengetahui,

KetuaJurusanPendidikanMatematika

Drs. Turmudi, M. Ed, M. Sc, Pd. D. NIP. 196101121987031003


(5)

(6)

(7)

ABSTRAK

Desi Maulidyawati (2013). Peningkatan Kemampuan Pemecahan Masalah Matematis Siswa SMA Melalui Pembelajaran dengan Menggunakan Metode Penemuan Terbimbing.

Metode penemuan terbimbing. Tujuan khususnya adalah 1) Untuk mengetahui peningkatan kemampuan pemecahan masalah matematis siswa yang menggunakan pembelajaran dengan metoode penemuan terbimbing, dengan metode penemuan terbimbing siswadapat mengembangkan kemampuan intelektualnya (Gagne, Suherman:2001) 2) Mengetahui sikap siswa terhadap pembelajaran matematika dengan menggunakan metode penemuan terbimbing. Penelitian ini merupakan penelitian eksperimen dengan desain kelompok kontrol

pretest-posttes. Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh siswa kelas X SMA

Negeri 1 Bandung tahun ajaran 2012/2013. Instrumen yang digunakan adalah tes kemampuan pemecahan masalah matematis, angket, dan lembar observasi. Hasil penelitian penunjukkan bahwa peningkatan kemampuan pemecahan masalah matematis siswa yang mendapatkan pembelajaran matematika dengan metode penemuan terbimbing lebih baik daripada siswa yang mendapatkan pembelajaran matematika dengan metode ekspositori. Berdasarkan analisis skala sikap, sebagian besar sikap siswa terhadap pembelajaran dengan metode penemuan terbimbing adalah positif.

Kata Kunci: Metode Penemuan Terbimbing, Kemampuan Pemecahan Masalah


(8)

DesiMaulidyawati (2013) The Improvement of Mathematical Problem Solving Ability of Senior High School Students through Learning by using Guided Discovery Method.

Guided Discovery Method. The main purposes are 1) to know the improvement of students' mathematical problem solving ability who learn by using guided discovery method, since through the guided discovery method the students find the patterns and structures of mathematics by themselves through discussions with the group, using a series of students' previous experiences and teachers provide assistance to develop the ability to understand an idea or concept. With the guided discovery method students may also develop his intellectual ability (Gagne, Suherman:2001). 2) know the attitude of the students towards the Mathematics learning by using the guided discovery method. This study is a research experiment with the design of the control group pretest-posttes. The population in this research was the whole grade X in SMA Negeri1 Bandung school year 2012/2013. The instruments used are mathematical problem solving ability test, questionnaire, and observation sheet. The results of the research showed that the improvement of students' mathematical problem solving who get mathematics learning through the guided discovery method is better than students who get mathematics learning through the expository method. Based on the analysis of attitude scale, most of the students attitude toward a learning with guided discovery method is positive.


(9)

DAFTAR ISI

Halaman

PERNYATAAN ... i

ABSTRAK ... ii

KATA PENGANTAR ... iii

UCAPAN TERIMA KASIH ... iv

DAFTAR ISI ... vi

DAFTAR TABEL ... viii

DAFTAR GAMBAR ... x

DAFTAR LAMPIRAN ... xi

BAB I PENDAHULUAN ... 1

A. Latar Belakang ... 1

B. Rumusan Masalah ... 5

C. Tujuan Penelitian ... 6

D. Manfaat Penelitian ... 6

E. Struktur Organisasi ... 6

BAB II KAJIAN PUSTAKA ... 8

A. Kemampuan Pemecahan Masalahan Matematis ... 8

B. Metode Pembelajaran Penemuan Terbimbing ... 11

C. Metode Pembelajaran Ekspositori ... 15

D. Penelitian yang Relevan ... 17

E. Hipotesis Penelitian ... 18

BAB IIIMETODE PENELITIAN ... 19

A. Desain Penelitian ... 19

B. Populasi dan Sampel ... 20

C. Definisi Operasional... 20

D. Instrumen Penelitian... 21

E. Prosedur Penelitian... 29

F. Prosedur Pengolahan Data ... 30

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ... 39

A. Hasil Penelitian Data Kuantitatif ... 40

B. Hasil Penelitian Data Kualitatif ... 49


(10)

BAB V PENUTUP ... 58

A. Kesimpulan ... 58

B. Implikasi ... 58

C. Saran ... 58

DAFTAR PUSTAKA ... 60


(11)

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

Pendidikan saat ini menjadi suatu kebutuhan yang sangat penting. Di era globalisasi seperti sekarang ini, dimana tingkat persaingan individu dalam berbagai aspek kehidupan semakin terlihat jelas. Persaingan global ini menuntut setiap individu untuk memiliki skill yang baik, yang nantinya dapat digunakan dalam hal memenuhi kebutuhan hidupnya. Jadi, dapat dikatakan bahwa salah satu aspek kehidupan yang sangat penting adalah pendidikan. Kualitas pendidikan suatu bangsa, mempengaruhi kemajuan bangsa tersebut. Sebab, pendidikanlah yang dapat meningkatkan sumber daya manusia, dan sumber daya manusia yang berkualitaslah yang nantinya dapat memajukan suatu bangsa. Oleh karena itu, pendidikan sudah selayaknya dipersiapkan sedemikian rupa sehingga nantinya dapat dijadikan bekal kehidupan di masa yang akan datang.

Berbicara mengenai pendidikan, tentunya tidak lepas dari sekolah. Sekolah, yang menjadi salah satu tempat individu (siswa) untuk mendapatkan ilmu dari guru melalui proses belajar. Umumnya proses belajar ini di lakukan secara formal di dalam kelas. Menurut Fontana (Suherman:2001) belajar adalah proses perubahan tingkah laku individu yang relatif tetap sebagai hasil dari pengalaman. Proses belajar erat kaitannya dengan pembelajaran. Peristiwa belajar yang disertai dengan proses pembelajaran akan lebih terarah dan sistematik daripada yang hanya semata-mata dari pengalaman dalam kehidupan sosial di masyarakat(Suherman:2001). Pembalajaran sendiri mempunyai arti yakni merupakan upaya penataan lingkungan yang memberi nuansa agar program belajar tumbuh dan berkembang secara optimal (Suherman:2001). Dalam proses pembelajaran inilah peran guru dan bahan ajar dibutuhkan.

Di sekolah, siswa diberikan berbagai ilmu melalui pembelajaran. Setiap disiplin ilmu mempunyai peranan masing-masing dalam mengembangkan potensi siswa. Mata pelajaran yang sangat penting dan diajarkan di setiap jenjang pendidikan salah satunya adalah mata pelajaran matematika. Seperti yang


(12)

2

dikatakan Kline di dalam bukunya bahwa matematika itu bukanlah pengetahuan menyendiri yang dapat sempurna karena dirinya sendiri, tetapi adanya matematika itu terutama untuk membantu manusia dalam memahami dan menguasai permasalahan sosial, ekonomi, dan alam (Suherman:2001). Namun, beberapa siswa tidak menyukai pelajaran matematika. Seperti yang diungkapkan Ruseffendi (2006) bahwa matematika (ilmu pasti) bagi anak-anak dan secara umum merupakan pelajaran yang tidak disenangi dan atau pelajaran yang dibenci. Hal ini dapat disebabkan oleh beberapa faktor, diantaranya kurangnya peranan siswa di dalam pembelajaran sehingga mereka kurang berminat terhadap pelajaran matematika, karena siswa hanya menerima ilmu yang diberikan oleh gurunya.

Tujuan mata pelajaran matematika sebagaimana tercantum di dalam KTSP (Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan) adalah agar peserta didik memiliki kemampuan sebagai berikut.

1. Memahami konsep matematika, menjelaskan keterkaitan antarkonsep dan mengaplikasikan konsep atau algoritma, secara luwes, akurat, efisien, dan tepat, dalam pemecahan masalah.

2. Menggunakan penalaran pada pola dan sifat, melakukan manipulasi matematika dalam membuat generalisasi, menyusun bukti, atau menjelaskan gagasan dan pernyataan matematika.

3. Memecahkan masalah yang meliputi kemampuan memahami masalah, merancang model matematika, menyelesaikan model dan menafsirkan solusi yang diperoleh.

4. Mengomunikasikan gagasan dengan simbol, tabel, diagram, atau media lain untuk memperjelas keadaan atau masalah.

5. Memiliki sikap menghargai kegunaan matematika dalam kehidupan, yaitu memiliki rasa ingin tahu, perhatian, dan minat dalam mempelajari matematika, serta sikap ulet dan percaya diri dalam pemecahan masalah.

Selain itu, NCTM (National Council of Teacher of Mathematics) merekomendasikan pemecahan masalah sebagai fokus pembelajaran matematika (Mahmudi:2008).


(13)

3

Dapat dilihat bahwa KTPS dan NCTM memuat bahwa kemampuan pemecahan masalah sebagai salah satu tujuan yang harus dimiliki oleh siswa. Karena merupkan salah satu tujuan mata pelajaran matematika, maka kemampuan pemecahan masalah merupakan salah satu fokus utama dalam pembelajaran matematika. Karena pentingnya kemampuan pemecahan masalah tersebut, haruslah siswa difasilitasi dengan baik untuk mengembangkan kemampuannya dalam menyelesaikan suatu permasalahan dan memiliki kecakapan pemecahan masalah yang baik.

Berdasarkan teori belajar yang dikemukakan Gagne (Suherman:2001), bahwa keterampilan intelektual tingkat tinggi dapat dikembangkan melalui pemecahan masalah. Dalam penelitian lainnya, Bliter dan Capper (Suherman:2001)mengemukakan bahwa pengajaran matematika harus digunakan untuk memperkaya, memperdalam, dan memperluas kemampuan siswa dalam pemecahan masalah. Ini berarti siswa hendaklah memiliki kemampuan pemecahan masalah matematika untuk menyelesaikan permasalahan-permasalahan, baik yang berkaitan dengan pelajaran matematika di sekolah maupun di dalam kehidupan sehari-hari.

Namun dalam kenyataan di lapangan, pembelajaran matematika pada umumnya belum mampu memberikan hasil yang baik mengenai kemampuan siswa dalam pemecahan masalah. Hal ini bisa disebabkan oleh kurangnya fasilitas yang memberikan kesempatan kepada siswa untuk mengasah kemampuan pemecahan masalah matematis. Karena selama ini pelajaran matematika dikenal oleh siswa adalah pelajaran menyelesaikan persoalan dengan cara yang sudah diterangkan oleh guru sebelumnya. Pada pembelajaran dengan metode ekspositori, biasanya guru memberikan contoh soal terlebih dahulu, kemudian memberikan latihan soal kepada siswa yang hampir mirip dengan contoh soal yang diberikan.Metode belajar seperti ini, tidak dapat mengembangkan kemampuan siswa secara utuh dan metode ini juga dapat menyebabkan rendahnya kemampuan pemecahan masalah siswa. Rendahnya kemampuan pemecahan masalah tersebut dibuktikan oleh hasil penelitian yang dilakukan lembaga


(14)

4

penelitian OECD PISA dukungan Bank Dunia (Andriatna:2012) terhadap 7.355 siswa usai 15 tahun dari 290 SLTP/SMA/SMK se-Indonesia tahun 2003 menunjukkan bahwa 7.070 siswa hanya mampu menguasai matematika sebatas pemecahan masalah sederhana, mereka belum menyelesaikan masalah kompleks dan rumit. Pada tahun 2009 lembaga survey tiga tahunan Programme for

International Student Assesment (PISA) juga melakukan survey dan Indonesia

berada di urtutan ke-61 dari 65 negara dalam hal matematika. Hal yang dinilai dalam PISA adalah kemampuan siswa dalam memecahkan suatu masalah (problem solving), memformulasikan penalaran (reasoning), dan mengkomunikasikan gagasan-gagasan yang dimilikinya kepada orang lain (communication) (Mahuda:2012).

Selain itu, penelitian yang dilakukan oleh Rajagukguk pada tahun 2009 terhadap siswa kelas X pada salah satu sekolah menunjukkan bahwa siswa kelas X di sekolah tersebut masih tergolong rendah kemampuan pemecahan masalah matematisnya. Hal ini dibuktikan dengan hasil bahwa masih jauhnya skor yang diperoleh siswa dari skor maksimum yang diharapkan. Dari 38 siswa yang mengikuti tes, diperoleh skor rata-rata siswa 22,21 (dalam hal ini penskoran menggunakan skala 0-60).

Berdasarkan fakta-fakta yang telah dipaparkan tersebut, menunjukkan bahwa kemampuan pemecahan masalah matematis siswa masih kurang baik. Rendahnya kemampuan pemecahan masalah disebabkan oleh beberapa faktor, diantaranya kurangnya minat siswa dalam belajar matematika. Bisa jadi belajar matematika menjadi hal yang sangat membosankan. Selain itu porsi guru yang sangat besar dalam proses pembelajaran sehingga tidak memberikan kesempatan kepada siswa untuk mengembangkan pengetahuannya sendiri. Dengan demikian, guru harus menemukan suatu inovasi dalam mengelolah pembelajaran sehingga pembelajaran tidak lagi berpusat kepada guru. Misalnya dengan menggunakan berbagai pendekatan, metode ataupun media pembelajaran yang relevan dengan kondisi siswa.


(15)

5

Salah satu metode pembelajaran yang dapat digunakan oleh guru dalam meningkatkan kemampuan pemecahan masalah matematis adalah pembelajaran dengan metode penemuan terbimbing. Pembelajaran dengan metode penemuan terbimbing adalah metode pembelajaran dimana ide atau gagasan disampaikan melalui proses penemuan. Siswa menemukan sendiri pola-pola dan struktur matematika melalui diskusi dengan teman kelompok, menggunakan sederetan pengalaman siswa sebelumnya dan guru memberikan bantuan untuk mengembangkan kemampuan memahami ide atau gagasan. Metode penemuan terbimbing ini juga memberikan kesempatan dengan porsi yang besar kepada siswa, peran guru hanya sebagai fasilitaor.

Pembelajaran dengan menggunakan metode penemuan terbimbing memiliki ciri-ciri sebagai berikut: 1) siswa diberikan masalah (dapat berupa LKS); 2) siswa menyusun, memproses, mengorganisir, dan menganalisis data tersebut dengan bimbingan guru; 3)Siswa menyusun konjektur; 4) Penarikan kesimpulan (Markaban:2006). Ruseffendi (Prabowo:2009) menyatakan bahwa belajar penemuan itu penting, sebab matematika adalah bahasa yang abstrak, konsep dan lain-lainnya itu akan lebih melekat bila melalui penemuan dan dapat meningkatkan kemampuan memecahkan masalah.

Berdasarkan uraian di atas, maka peneliti difokuskan pada peningkatan kemampuan pemecahan masalah siswa melalui pembelajaran dengan metode penemuan terbimbing. Dengan demikian judul dalam penelitian ini adalah

“Peningkatan Kemampuan Pemecahan Masalah Matematis Siswa SMA melalui Pembelajaran dengan Menggunakan Metode Penemuan Terbimbing”.

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan uraian latar belakang masalah sebelumnya, maka penulis merumuskan masalah sebagai berikut.

“Apakah pembelajaran dengan metode penemuan terbimbing dapat meningkatkan kemampuan pemecahan masalah matematis siswa.” Selanjutnya, rumusan masalah tersebut dijabarkan dalam bentuk pertanyaan-pertanyaan sebagai berikut:


(16)

6

1. Apakah kemampuan pemecahan masalah matematis siswa yang mendapat pembelajaran matematika dengan metode penemuan terbimbing lebih baik daripada siswa yang mendapat pembelajaran matematika dengan metode ekspositori?

2. Bagaimana sikap siswa terhadap pembelajaran dengan metode penemuan terbimbing?

C. Tujuan Penelitian

Berdasarkan rumusan masalah yang dikemukakan, maka tujuan dari penelitian ini adalah sebagai berikut.

1. Untuk mengetahui peningkatan kemampuan pemecahan masalah matematis siswa yang menggunakan pembelajaran dengan metode penemuan terbimbing jika dibandingkan dengan siswa yang menggunakan pembelajaran dengan metode ekspositori.

2. Untuk mengetahui sikap siswa yang belajar dengan metode penemuan terbimbing.

D. Manfaat

1. Memberikan informasi kepada pembaca khususnya guru tentang upaya meningkatkan kemampuan pemecahan masalah matematis siswa dengan menerapkan pembelajaran metode penemuan terbimbing.

2. Memberikan pengalaman kepada siswa untuk memecahkan suatu masalah.

E. Struktur Organisasi

1. BAB I (Pendahuluan), terdiri dari; Latar Belakang, Rumusan Masalah, Tujuan Penelitian, Manfaat, dan Struktur Organisasi.

2. BAB II (Kajian Pustaka), terdiri dari; Kemampuan Pemecahan Masalah Matematis, Metode Pembelajaran Penemuan Terbimbing, Metode Pembelajaran Ekspositori, dan Hipotesis Penelitian.


(17)

7

3. BAB III (Metode Penelitian), terdiri dari; Desain Penelitian, Populasi dan Sampel, Definisi Operasional, Instrumen Penelitian, dan Prosedur Pengolahan Data.

4. BAB IV (Hasil Penelitian dan Pembahasan), terdiri dari; Hasil Penelitian Data Kuantitatif, Hasil Penelitian Data Kualitatif, dan Pembahasan Hasil Penelitian.


(18)

BAB III

METODE PENELITIAN A. Desain Penelitian

Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah medote eksperimen, karena dalam penelitian ini, sampel didesain menjadi dua kelompok penelitian,yaitu kelompok eksperimen dan kelompok kontrol yang diambil secara acak kelas. Kelompok eksperimen diberi perlakuan pembelajaran dengan metode penemuan terbimbing sedangkan kelompok kontrol diberikan pembelajaran dengan metode ekspositori. Perlakuan dan kontrol diatur secara sengaja sehingga terdapat suatu kondisi yang dimanipulasikan dan akan dilihat akibat manipulasi tersebut. Bila sebab akibat tersebut dimanipulasikan oleh penelitia atau petugas lain, maka penelitian tersebut dinamakan penelitian eksperimen(Wirantiwi:2011). Peneliti berusaha agar kelompok tersebut seserupa mungkin, sehingga untuk melihatnya diberikan tes awal (pretest) untuk kedua kelompok sebelum perlakuan diberikan, kemudian setelah perlakuan diberikan kepada masing-masing kelompok, maka diberikan tes akhir (posttest). Soal yang diberikan untuk tes awal dan tes akhir merupakan soal yang serupa.Penelitian ini menggunakan desain penelitian “desain kelompok kontrol pretest-posttes”, dengan skema sebagai berikut:

A: O1X O2

A : O1 O2

Keterangan:

A : pengambilan sampel secara acak kelas O1 : tes awal

X : pembelajaran matematika dengan metode penemuan terbimbing O2 : tes akhir


(19)

20

B. Populasi dan Sampel

Penelitian ini dilaksanakan di SMA Negeri 1 Bandung yang terletak di jalan Ir. Juanda no. 93 Bandung. Populasi dalam penelitian ini adalah siswa kelas X. Berdasarkan informasi dari wakil kepala sekolah bagian kurikulum diketahui bahwa kelas X SMA Negeri 1 Bandung terdiri dari sepuluh kelas. Berdasarkan desain penelitian yang digunakan diambil dua kelas sebagai sampel secara acak. Penetapan kelas X sebagai sampel didasarkan pada kesesuaian topik matematika yang akan diteliti dan pelaksanaan pembelajaran. Topik yang akan diteliti adalah topik dimensi tiga pada semester genap.

C. Definisi Operasional

Berikut ini dijelaskan beberapa istilah yang digunakan dalam penelitian ini, untuk menghindari penafsiran yang berbeda.

1. Pemecahan masalah matematis yang dimaksud dalam penelitian ini adalah kemampuan siswa dalam; 1) mengidentifikasi unsur-unsur yang diketahui, yang ditanyakan, dan kecukupan unsur yang diperlukan, 2) merumuskan masalah matematis atau menyusun model matematis, 3) memilih dan merapkan strategi untuk menyelesaikan masalah dan atau di luar matematika, 4) menjelaskan atau menginterpretasikan hasil sesuai permasalahan asal, dan kemampuan siswa dalam 5) menerapkan matematika secara bermakna.

2. Pembelajaran dengan menggunakan metode penemuan terbimbing adalah strategi pembelajaran dimana ide atau gagasan disampaikan melalui proses penemuan. Siswa menemukan sendiri pola-pola dan struktur matematika melalui sederetan pengalaman yang lampau, guru memberikan bantuan untuk mengembangkan kemampuan memahami ide atau gagasan. Dengan langkah-langkah pembelajaran sebagai berikut:

a. Merumuskan masalah yang akan diberikan kepada siswa.

b. Dari data yang diberikan guru, siswa menyusun, memproses, mengorganisir, dan menganalisis data tersebut.


(20)

21

c. Siswa menyusun konjektur (prakiraan) dari hasil analisis yang dilakukannya.

d. Konjektur yang dibuat siswa, diperiksa oleh guru. e. Verbalisasi konjektur oleh siswa.

f. Latihan soal.

3. Pembelajaran dengan metode ekspositori adalah strategi pembelajaran yang menekankan kepada proses penyampaian materi secara verbal dari seorang guru kepada siswa dengan maksud agar siswa dapat menguasai materi pelajaran secara optimal. Dengan langkah-langkah pembelajaran sebagai berikut:

a. Persiapan (Preparation) b. Penyajian (Presentation) c. Korelasi (Correlation)

d. Menyimpulkan (Generalization) e. Mengaplikasikan (Aplication)

D. Intstrumen Penelitian

Untuk memperoleh data dalam penelitian digunakan dua macam instrument yaitu tes dan non tes. Instrumen tes berupa soal-soal yang digunakan untuk mengukur kemampuan pemecahan masalah matematis siswa, sedangkan instrumen nontes berupa angket dan lembar observasi.

Tebel 3. 1 Rancangan Instrumen

No Target Sumber

Data

Teknik/ Cara

Instrumen yang Digunakan

1. Kemampuan pemecahan

masalah matematis Siswa Tertulis Tes

2.

Respon terhadap pembelajaran matematika dengan metode penemuan terbimbing

Siswa Tertulis

Skala Sikap, Lembar Observasi


(21)

22

Tes yang digunakan dalam penelitian ini terbagi ke dalam dua macam tes, yaitu pretestdan posttets.

a. Pretest, dilaksanakan sebelum diberikan perlakuan (tindakan), yang bertujuan

untuk mengetahui kemampuan awal pemecahan masalah matematis siswa. b. Posttest, dilaksanakan setelah diberi perlakuan atau tindakan, dengan tujuan

untuk mengetahui kemampuan pemecahan masalah matematis siswa setelah diberikan perlakuan, baik kepada kelas kontrol maupun kelas eksperimen. Bentuk tes (pretest dan posttest) yang diberikan adalah berupa soal uraian, karena dengan soal bentuk uraian dapat menimbulkan sifat kreatif pada diri siswa dan hanya siswa yang telah menguasai materi betul-betul yang bisa memberikan jawaban yang baik dan benar (Rusefendi:2010).

Untuk pemberian skor terhadap soal-soal pemecahan masalah mengacu pada pedoman pemberian skorseperti yang terdapat dalam tabel berikut:

Tebel 3. 2

Pedoman Pemberian Skor

Kemampuan Pemecahan Masalah Matematis Siswa Aspek yang

dinilai Skor Keterangan

Pemahaman masalah

0 Salah menginterpretasikan soal/tidak ada jawaban sama sekali.

1 Dapat mengidentifikasi sebagian unsur-unsur yang diketahui tetapi belum mengarah ke jawaban yang benar.

3 Dapat mengidentifikasi sebagian unsur-unsur yang diketahui, yang ditanyakan, dan kecukupan unsur yang diperlukan.

5 Dapat mengidentifikasi unsur-unsur yang diketahui, yang ditanyakan, dan kecukupan unsur yang diperlukan. Perencanaan

Penyelesaian

0 Menggunakan strategi yang tidak relevan/tidak ada strategi sama sekali.

1 Dapat merumuskan masalah matematis, namun belum mengarah ke jawaban yang benar.

3 Dapat merumuskan sebagian masalah matematis. 5 Dapat merumuskan masalah matematis secara

keseluruhan. Pelaksanaan

Perhitungan

0 Tidak ada solusi sama sekali


(22)

23

permasalahan. Namun strategi yang digunakan belum mengarah ke jawaban yang benar.

Aspek yang

dinilai Skor Keterangan

4 Menerapkan sebagian strategi untuk menyelesaikan permasalahan dan hasil yang diperoleh benar.

6 Menerapkan strategi yang benar untuk menyelesaikan permasalahan.Namun hasil yang diperoleh belum tepat, dikarenakan salah perhitungan.

10 Menerapkan strategi yang benar untuk menyelesaikan permasalahan dan hasil yang diperoleh benar.

Penarikan kesimpulan

0 Tidak dapat menjelaskan dan menginterpretasi hasil sesuai permasalahan asal.

3 Dapat menjelaskan dan menginterpretasi sebagian hasil sesuai permasalahan asal.

5 Dapat menjelaskan dan menginterpretasi hasil sesuai permasalahan asal. Kesimpulan yang dituliskan benar.

Adaptasi dari Sumarmo (Andriatna:2012)

Untuk memperoleh suatu data yang berkualitas diperlukan alat pengumpulan data yang baik dan dapat dipercaya dimana alat pengumpulan data tersebut memiliki tingkat validitas dan realibilitas yang baik pula (minimal memiliki kriteria sedang/cukup). Oleh karena itu sebelum instrumen tes ini digunakan, terlebih dahulu diadakan uji coba untuk mengetahui validitas, reliabilitas, daya pembeda, dan indekskesukaran instrument tersebut. Uji coba instrumen dilakukan sebelum penelitian dilaksanakan. Instrumen tes diujicobakan kepada siswa kelas XI IPA 6 SMA Negeri 1 Bandung. Pengolahan data hasil uji coba instrumen menggunakan bantuan software AnatestV4 tipe uraian.

a. Validitas Instrumen

Suatu alat evaluasi dikatakan valid jika alat evaluasi tersebut mampu mengevaluasi apa yang seharusnya dievaluasi.Untuk mengetahui nilai koefisien validitas digunakan rumus produk moment raw score yaitu

= − ( )


(23)

24

Keterangan:

: koefisien korelasi antara variabel X dan Y

: banyaknya subjek (testi)

: skor yang diperoleh dari tes

: rata-rata nilai harian (Suherman dan Kusuma:1990).

Untuk mengetahui tingkat validitas digunakan kriteria (Suherman dan Kusuma:1990)berikut ini.

Tabel 3.3

Interpretasi Validitas Nilai

Nilai Keterangan

0,80 < ≤ 1,00 Validitas sangat tinggi 0,60 < ≤ 0,80 Validitas tinggi

0,40 < ≤0,60 Validitas sedang 0,20 < ≤ 0,40 Validitas rendah

0,00 < ≤ 0,20 Validitas sangat rendah ≤ 0,00 Tidak valid

Berdasarkan kriteria dan perhitungan dengan menggunakan bantuan program komputer softwer AnatesV4, diperoleh hasil berikut.

Tabel 3.4

Validitas Tiap Butir Soal

No. Soal Koefisien Validitas Signifikansi Interpretasi

1 0,70 Signifikan Validitas Tinggi

2 0,66 Signifikan Validitas Tinggi

3 0,67 Signifikan Validitas Tinggi

4 0,68 Signifikan Validitas Tinggi


(24)

25

Reliabilitas suatu alat ukur atau alat evaluasi dimaksudkan sebagai suatu alat yang memberikan hasil yang sama (konsisten/ajeg). Hasil pengukuran itu harus tetap sama (relatif sama) jika pengukurannya diberikan pada subjek yang sama meskipun dilakukan oleh orang yang berbeda, waktu yang berbeda, dan tempat yang berbeda pula (Suherman dan Kusuma:1990).

Teknik yang digunakan dalam menentukan koefisien reliabilitas 11yaitu dengan menggunakan formula CronbachAlpa(Suherman dan Kusuma:1990).

11 = 1 1− �

2

�2

Keterangan:

11 : koefisien relibilitas n : banyak butir soal

�2 : jumlah variansi skor setiap soal

�2 : variansi skor total.

Tolak ukur untuk menginterpretasikan koefisien reliabilitas alat evaluasi dapat digunakan tolak ukur yang diungkapkan Guilford (Suherman dan Kusuma, 1990) adalah sebagai berikut:

Tabel 3.5

Interpretasi Derajat Reliabilitas

Koefisien realibilitas r11 Keterangan

r11≤ 0,20 Derajat realibilitas sangat rendah

0,20<r11≤0,40 Derajat realibilitas rendah

0,40<r11 ≤ 0,70 Derajat realibilitas sedang

0,70 <r11≤ 0,90 Derajat realibilitas tinggi


(25)

26

Dengan menggunakan software Anates uraian diperoleh derajat reliabilitas keseluruhan soal adalah r11 = 0,47 yang artinya keseluruhan butir soal memiliki

reliabilitas sedang.

c. Daya Pembeda

Daya pembeda dari setiap butir soal menyatakan seberapa jauh kemampuan butir soal tersebut untuk bisa membedakan antara siswa yang berkemampuan tinggi dengan siswa yang berkemampuan rendah. Untuk itu, dalam menghitung daya pembeda, siswa diklasifikasikan dalam dua kelompok, yaitu kelompok atas dan kelompok bawah. Kelompok atas terdiri dari siswa yang berkemampuan tinggi atau siswa yang mendapat skor tinggi. Sedangkan kelompok bawah adalah siswa yang berkemampuan rendah atau siswa yang mendapat skor rendah.

Daya pembeda (DP) dihitung dengan menggunakan rumus sebagai berikut (Suherman dan Kusuma:1990).

��= − atau ��= −

Keterangan:

�� : daya pembeda

: jumlah siswa kelompok atas yang menjawab soal dengan benar : jumlah siswa kelompok bawah yang menjawab soal dengan benar

: jumlah siswa kelompok atas : jumlah siswa kelompok bawah

Klasifikasi daya pembeda yang digunakan adalah sebagai berikut (Suherman dan Kusuma:1990).

Tabel 3.6


(26)

27

Nilai Keterangan

0,70 <��≤ 1,00 Sangat baik

0,40 <��≤0,70 Baik

0,20 <��≤0,40 Cukup

0,00 <��≤ 0,20 Jelek

DP≤0,00 Sangat Jelek

Berdasarkan kriteria dan perhitungan dengan menggunakan bantuan

software Anates V4, diperoleh hasil berikut.

Tabel 3.7

Daya Pembeda Tiap Butir Soal

No. Soal Nillai Daya Pembeda Interpretasi

1 0,44 Baik

2 0,38 Cukup

3 0,49 Baik

4 0,51 Baik

d. Indeks Kesukaran

Indeks kesukaran menunjukkan tingkat kesukaran tiap butir soal. Untuk menghitung indeks kesukaran sebuah soal, maka digunakan rumus sebagai berikut (Suherman dan Kusuma:1990).

= +

+

Keterangan:

: indeks kesukaran

: jumlah siswa kelompok atas yang menjawab soal dengan benar

: jumlah siswa kelompok bawah yang menjawab soal dengan benar : jumlah siswa kelompok atas


(27)

28

Klasifikasi indeks kesukaran yang digunakan adalah sebagai berikut (Suherman dan Kusuma:1990).

Tabel 3.8

Klasifikasi Indeks Kesukaran

IK Keterangan

IK = 0,00 Soal terlalu sukar

0,00 < ≤0,30 Soal sukar

0,30 < ≤0,70 Soal sedang

IK Keterangan

0,70 < ≤ 1,00 Soal mudah

= 1,00 Soal terlalu mudah

Berdasarkan kriteria dan perhitugan dengan menggunakan bantuan software

Anates V4, diperoleh indeks kesukaran tiap butir soal sebagai berikut.

Tabel 3.9

Indeks Kesukaran Tiap Butir Soal

No. Soal Nilai IK Interpretasi

1 0,67 Sedang

2 0,74 Mudah

3 0,40 Sedang

4 0,39 Sedang

Secara keseluruhan, data hasil uji instrumen tiap butir soal dapat dilihat pada Tabel 3.10.

Tabel 3.10

Rekapitulasi Hasil Uji Instrumen

No. Soal

Validitas Daya Pembeda Indeks Kesukaran

Ket Nilai Interpretasi Nilai Interpretasi Nilai Interpretasi

1 0,70 Tinggi 0,44 Baik 0,67 Sedang Digunakan

2 0,66 Tinggi 0,38 Cukup 0,74 Mudah Digunakan

3 0,67 Tinggi 0,49 Baik 0,40 Sedang Digunakan

4 0,68 Tinggi 0,51 Baik 0,39 Sedang Digunakan

Reabilitas soal : 0,47

Interpretasi : Keseluruhan butir soal memiliki reliabilitas sedang

2. Instrumen Non-Tes a. Angket


(28)

29

Suherman dan Sukjaya (Wirantiwi:2011) mengemukakan bahwa angket adalah sebuah daftar pertanyaan atau pernyataan yang harus diisi oleh orang yang akan dievaluasi (responden). Tujuan pembuatan angket ini adalah untuk mengetahui respon siswa terhadap proses pembelajaran yang dilakukan, khususnya pembelajarandengan menggunakan metodepenemuan terbimbing, mengetahui sikap siswa terhadap matematika dan mengetahui sikap siswa terhadap soal-soal pemecahan masalah matematis

b. Lembar Obsevasi

Lembar observasi digunakan untuk mengamati pelaksanaan pembelajaran dengan pembelajaran menggunakanmetode penemuan terbimbing. Observasi dilakukan saat pembelajaran berlangsung, yang bertujuan untuk mengetahui proses pembelajaran, interaksi, dan keaktifan siswa, serta kegiatan pembelajaran. Selain itu, observasi ini digunakan untuk melihat aktivitas atau kinerja guru (peneliti) dalam proses pembelajaran. Sehingga diperoleh gambaran yang dilakukan termasuk kekurangan atau hambatan dalam proses pembelajaran, sehingga diharapkan pada pembelajaran berikutnya menjadi lebih baik.

E. Prosedur Penelitian

Adapun prosedur atau langkah-langkah penelitian yang akan dilakukan adalah sebagai berikut:

1. Tahap Persiapan

Langkah-langkah yang akan dilakukan dalam tahap ini sebagai berikut: a. Observasi ke lapangan.

b. Mengajukan judul penelitian.

c. Berkonsultasi kepada pembimbing mengenai judul penelitian. d. Penyusunan proposal penelitian.

e. Bimbingan dan konsultasi kepada pembimbing mengenai proposal penelitian.

f. Seminar proposal penelitian. g. Mengurus perizinan penelitian.


(29)

30

i. Menyusun komponen-komponen pembelajaran yang meliputi RPP, LKK, Soal Pretest dan Posttest.

j. Menyusun dan mengujicobakan instrumen tes.

k. Melaksanakan revisi berdasarkan hasil uji instrumen tes.

2. Tahap Pelaksanaan

Langkah-langkah yang akan dilakukan dalam tahap ini sebagai berikut: a. Memberikan pretest kepada kelas kontrol dan kelas eksperimen.

b. Melaksanakan kegiatan pembelajaran di kedua kelas tersebut. Di kelas eksperimen melakukan pembelajaran dengan metode penemuan terbimbing. Sedangkan di kelas kontrol, pembelajaran dilakukan dengan menggunakanmetode pembelajaran ekspositori.

c. Pengisian lembar observasi pada setiap pertemuan. d. Memberikan posttes pada kedua kelas tersebut.

e. Memberikan angket kepada siswa di kelas eksperimen pada pertemuan terakhir, untuk mengetahui sikap ataupun respon siswa dalam proses pembelajaran yang telah dilakukan.

3. Tahap Analisis Data

Langkah-langkah yang akan dilakukan dalam tahap ini sebagai berikut: a. Mengolah data yang telah diperoleh dari penelitian yang telah dilakukan. b. Melakukan pengkajian dan analisis terhadap hasil pengolahan data. c. Membuat kesimpulan berdasarkan hasil pengolahan data.

4. Tahap Penyusunan Laporan

F. Prosedur Pengolahan Data

Data dalam penelitian ini merupakan data berbentuk kuantitatif dan kualitatif. Data diperoleh dari hasil tes, pengisian angket, dan lembar observasi. Setelah data diperoleh maka dilakukan pengelompokkan data yang terdiri dari data kuantitatif dan data kualitatif yang kemudian diolah dan dianalisis.

1. Data Kuantitatif

Data kuantitatif diperoleh dari tes awal (pretest) dan tes akhir (posttest). Analisis data bertujuan untuk melihat perbedaan kemampuan pemecahan masalah


(30)

31

matematis siswa kelas eksperimen dan kelas kontrol. Adapun langkah-langkah pengolahan data tersebut sebagai berikut.

a. Analisis Data Pretest

Data pretest diolah dengan tujuan untuk mengetahui kemampuan awal pemecahan masalah matematis siwa antara kelas kontrol dan kelas eksperimen, apakah kedua kelas mempunyai kemampuan yang sama atau tidak. Pengolahan data pretest melalui beberapa tahapan yaitu:

1) Analisis Deskriptif

Analisis deskriptif bertujuan untuk mengetahui gambaran mengenai data yang diperoleh. Adapun data deskriptif yang dihitung adalah mean dan standar deviasi.

2) Analisis Statistik

Melalui analisis statistik dapaat diketahui apakah terdapat perbedaan kemampuan awal pemecahan masalah matematis siswa secara signifikan atau tidak antara kelas kontrol dan kelas eksperimen, dilakukan analisis statistik dengan tahapan.

a) Uji Normalitas Data

Uji normalitas digunakan untuk mengetahui apakah data berasal dari sampel yang berdistribusi normal atau tidak. Dalam hal ini pengujian dilakukan dengan menggunaan Software SPSS 20.0 for Windows. Uji normalitas yang digunakan dalam penelitian ini adalah uji Shapiro-Wilk. Perumusan hipotesis yang digunakan pada uji normalitas data pretest adalah sebagai berikut:

H0 : Skor pretest (kelas eksperimen atau kelas kontrol) berasal dari populasi yang

berdistribusi normal.

H1 : Skor pretest (kelas eksperrimen atau kelas kontrol) berasal dari populasi yang

tidak berdistribusi normal.

Dengan menggunakan taraf signifikansi 0,05 maka kriteria pengujiannya adalah terima H0 jika nilai signifikansi lebih besar atau sama dengan 0,05 dan

tolak H0 jika nilai signifikansi kurang dari 0,05 (Sudjana:2005).


(31)

32

maka tidak dilakukan pengujian homogenitas varians, tetapi dilakukan pengujian persamaan dua rata-rata dengan menggunakan uji non parametrik, seperti uji

Mann-Whitney U.

b) Uji Homogenitas Varians

Uji homogenitas varians bertujuan untuk mengetahui apakah data dari dua sampel yang berbeda memiliki varians yang sama (homogen) atau tidak. Dalam hal ini pengujian dilakukan dengan menggunaan Software SPSS 20.0 for Windows. Uji homogenitas yang digunakan dalam penelitian ini adalah uji Levene. Perumusan hipotesis yang digunakan pada uji homogenitas data pretest adalah sebagai berikut:

H0 : Tidak terdapat perbedaan varians antara kelas kontrol dengan kelas

eksperimen.

H1 : Terdapat perbedaan varians antara kelas kontrol dengan kelas eksperimen.

Dengan menggunakan taraf signifikansi 0,05 maka kriteria pengujiannya adalah terima H0 jika nilai signifikansi lebih besar atau sama dengan 0,05 dan

tolak H0 jika nilai signifikansi kurang dari 0,05 (Sudjana:2005).

Pada penelitian ini, data homogen atau tidak homogen akan sama-sama dilanjutkan pada uji persamaan dua rata-rata.

c) Uji Persamaan Dua Rata-Rata

Uji persamaan dua rata-rata bertujuan untuk mengetahui rata-rata kemampuan awal pemecahan masalah matematis siswa kelas eksperimen dan kelas kontrol sama atau tidak. Jika data berasal dari distribusi normal dan homogen, maka uji perbedaan dua rata-rata menggunakan uji t. Jika data berdistribusi normal tetapi tidak homogen, maka uji perbedaan dua rata-rata menggunakan uji t’. Sedangkan jika data yang diperoleh tidak berdistribusi normal, maka pengujian dilakukan dengan menggunakan uji non-parametrik seperti uji Mann-Whitney U.

Perumusan hipotesis yang digunakan pada uji persamaan dua rata-rata data

pretest adalah sebagai berikut:

H0 : Rerata kemampuan pemecahan masalah matematis siswa kelas eksperimen


(32)

33

H1 : Rerata kemampuan pemecahan masalaah matematis siswa kelas eksperimen

dan kelas kontrol berbeda.

Dengan menggunakan taraf signifikansi 0,05 maka kriteria pengujiannya adalah terima H0 jika nilai signifikansi lebih besar atau sama dengan 0,05 dan

tolak H0 jika nilai signifikansi kurang dari 0,05 (Sudjana:2005).

b. Analisis Data Peningkatan Kemampuan Pemecahan Masalah Matematis

Dari hasil pengolahan data pretest, diperoleh dua kemungkinan yaitu kemungkinan pertama apabila hasil pretest menunjukkan kemampuan awal pemecahan masalah matematis siswa antara kelas kontrol dan kelas eksperimen sama atau tidak terdapat perbedaan yang signifikan maka untuk mengetahui peningkatan kemampuan pemecahan masalah matematis siswa digunakan data

posttest. Kemungkinan kedua apabila hasil pretest menunjukkan kemampuan

awal pemecahan masalah matematis siswa antara kelas kontrol dan eksperimen memiliki perbedaan yang signifikan maka untuk mengetahui peningkatan kemampuan pemecahan masalah matematis siswa digunakan data indeks gain.

1) Analisis Deskriptif

Analisis deskriptif bertujuan untuk mengetahui gambaran mengenai data yang diperoleh. Adapun data deskriptif yang dihitung adalah mean dan standar deviasi.

2) Analisis Statistik

Melalui analisis statistik dapat diketahui apakah terdapat peningkatan kemampuan pemecahan masalah matematis siswa secara signifikan atau tidak antara kelas kontrol dan kelas eksperimen, dilakukan analisis statistik dengan tahapan.

a) Uji Normalitas Data

Uji normalitas digunakan untuk mengetahui apakah data berasal dari sampel yang berdistribusi normal atau tidak. Dalam hal ini pengujian dilakukan dengan menggunaan Software SPSS 20.0 for Windows. Uji normalitas yang dinggunakan


(33)

34

dalam penelitian ini adalah uji Shapiro-Wilk. Perumusan hipotesis yang digunakan adalah sebagai berikut:

H0 : Dataposttes (kelas eksperimen atau kelas kontrol) berasal dari populasiyang

berdistribusi normal.

H1 : Data posttes (kelas eksperimen atau kelas kontrol) berasal dari populasi yang

tidak berdistribusi normal

Dengan menggunakan taraf signifikansi 0,05 maka kriteria pengujiannya adalah terima H0 jika nilai signifikansi lebih besar atau sama dengan 0,05 dan

tolak H0 jika nilai signifikansi kurang dari 0,05 (Sudjana:2005).

Jika data yang diperoleh berdistribusi normal, maka selanjutnya dilakukan pengujian homogenitas varians. Sedangkan jika data tidak berdistribusi normal, maka tidak dilakukan pengujian homogenitas varians, tetapi dilakukan pengujian perbedaan dua rata-rata dengan menggunakan uji non parametrik, seperti uji

Mann-Whitney U.

b) Uji Homogenitas Varians

Uji homogenitas varians bertujuan untuk mengetahui apakah data dari dua sampel yang berbeda memiliki varians yang sama (homogen) atau tidak. Dalam hal ini pengujian dilakukan dengan menggunaan Software SPSS 20.0 for Windows. Uji homogenitas yang digunakan dalam penelitian ini adalah uji Levene. Perumusan hipotesis yang digunakan pada uji homogenitas data posttest adalah sebagai berikut:

H0 : Tidak terdapat perbedaan varians antara kelas kontrol dengan kelas

eksperimen.

H1 : Terdapat perbedaan varians antara kelas kontrol dengan kelas eksperimen.

Dengan menggunakan taraf signifikansi 0,05 maka kriteria pengujiannya adalah terima H0 jika nilai signifikansi lebih besar atau sama dengan 0,05 dan

tolak H0 jika nilai signifikansi kurang dari 0,05 (Sudjana: 2005).

Pada uji homogenitas ini, data homogen atau tidak homogen akan sama-sama dilanjutkan pada uji perbedaan dua rata-rata.


(34)

35

Uji perbedaan dua rata-rata bertujuan untuk mengetahui peningkatan kemampuan pemecahan masalah matematis siswa kelas eksperimen dan kelas kontrol setelah diberi tindakan terdapat peningkatan atau tidak. Jika data berasal dari distribusi normal dan homogen, maka uji perbedaan dua rata-rata menggunakan uji t. Jika data berdistribusi normal tetapi tidak homogen, maka uji perbedaan dua rata-rata menggunakan uji t’. Sedangkan jika data yang diperoleh tidak berdistribusi normal, maka pengujian dilakukan dengan menggunakan uji non-parametrik seperti uji Mann-Whitney U.

Perumusan hipotesis yang digunakan adalah sebagai berikut:

H0: Tidak terdapat perbedaan rata-rata posttest antara kelas eksperimen dan kelas

kontrol.

H1: Rata-rata posttest siswa kelas eksperimen lebih tinggi daripada rata-rata

posttest siswa kelas kontrol.

Dengan menggunakan taraf signifikansi 0,05 maka kriteria pengujiannya adalah terima H0 jika nilai ��

.(2− � )

2 lebih besar atau sama dengan 0,05 dan tolak H0 jika nilai signifikansi kurang dari 0,05 (Sudjana:2005).

c. AnalisisData Kualitas Peningkatan Kemampuan Pemecahan Masalah Matematis

Kualitas peningkatan kemampuan pemecahan masalah matematis siswa dalam penelitian ini diperoleh dengan menganalisis data indeks gain kedua kelas yaitu kelas eksperimen dan kelas kontrol. Indeks gainadalah gain termalisasi yang dihitung dengan rumus indeks gain dari Meltzer (Wirantiwi:2011), yaitu:

� � = � − �

− �

Adapun kriteria indeks gain menurut Hake (Wirantiwi:2011) yang tersaji dalam tabel di bawah ini.

Tabel 3.11 Kriteria Tingkat Gain


(35)

36

g ≥ 0,7 Tinggi 0,3 ≤ g < 0,7 Sedang

G < 0,3 Rendah

Setelah diperoleh data indeks gain kedua kelas, kemudian dilakukan analisis data

indeks gain. Pengolahan data indeks gainmelalui beberapa tahapan yaitu:

1) Analisis Deskriptif

Analisis deskriptif bertujuan untuk mengetahui gambaran mengenai data yang diperoleh. Adapun data deskriptif yang dihitung adalah mean dan standar deviasi.

2) Analisis Statistik

Melalui analisis statistik dapat diketahui apakah terdapat perbedaan kualitas peningkatan kemampuan pemecahan masalah matematis siswa secara signifikan atau tidak antara kelas kontrol dan kelas eksperimen, dilakukan analisis statistik dengan tahapan.

a) Uji normalitas data

Uji normalitas digunakan untuk mengetahui apakah data berasal dari sampel yang berdistribusi normal atau tidak. Dalam hal ini pengujian dilakukan dengan menggunaan Software SPSS 20.0 for Windows. Uji normalitas yang dinggunakan dalam penelitian ini adalah uji Shapiro-Wilk. Perumusan hipotesis yang digunakan pada uji normalitas data indeks gain adalah sebagai berikut:

H0 : Data indeks gain (kelas eksperimen atau kelas kontrol) berasal dari populasi

yang berdistribusi normal.

H1 : Data indeks gain (kelas eksperimen atau kelas kontrol) berasal dari populasi

yang tidak berdistribusi normal

Dengan menggunakan taraf signifikansi 0,05 maka kriteria pengujiannya adalah terima H0 jika nilai signifikansi lebih besar atau sama dengan 0,05 dan

tolak H0 jika nilai signifikansi kurang dari 0,05 (Sudjana:2005).

Jika data yang diperoleh berdistribusi normal, maka selanjutnya dilakukan pengujian homogenitas varians. Sedangkan jika data tidak berdistribusi normal, maka tidak dilakukan pengujian homogenitas varians, tetapi dilakukan pengujian


(36)

37

perbedaan dua rata-rata dengan menggunakan uji non parametrik, seperti uji

Mann-Whitney U.

b) Uji Homogenitas Varians

Uji homogenitas varians bertujuan untuk mengetahui apakah data dari dua sampel yang berbeda memiliki varians yang sama (homogen) atau tidak. Dalam hal ini pengujian dilakukan dengan menggunaan Software SPSS 20.0 for Windows. Uji homogenitas yang digunakan dalam penelitian ini adalah uji Levene. Perumusan hipotesis yang digunakan pada uji homogenitas data indeks gain adalah sebagai berikut:

H0 : Tidak terdapat perbedaan varians antara kelas kontrol dengan kelas

eksperimen.

H1 : Terdapat perbedaan varians antara kelas kontrol dengan kelas eksperimen.

Dengan menggunakan taraf signifikansi 0,05 maka kriteria pengujiannya adalah terima H0 jika nilai signifikansi lebih besar atau sama dengan 0,05 dan

tolak H0 jika nilai signifikansi kurang dari 0,05 (Sudjana:2005).

Pada uji homogenitas ini, data homogen atau tidak homogen akan sama-sama dilanjutkan pada uji perbedaan dua rata-rata.

c) Uji Perbedaan Dua Rata-Rata

Uji perbedaan dua rata-rata bertujuan untuk mengetahui kualitas peningkatan kemampuan pemecahan matematis siswakelas eksperimen dan kelas kontrol setelah diberi tindakan. Jika data berasal dari distribusi normal dan homogen, maka uji perbedaan dua rata-rata menggunakan uji t. Jika data berdistribusi normal tetapi tidak homogen, maka uji perbedaan dua rata-rata menggunakan uji t’. Sedangkan jika data yang diperoleh tidak berdistribusi normal, maka pengujian dilakukan dengan menggunakan uji non-parametrik seperti uji Mann-Whitney U.

Perumusan hipotesis yang digunakan pada uji perbedaan dua rata-rata data

indeks gain adalah sebagai berikut:

H0: Tidak terdapat perbedaan rata-rata indeks gain antara kelas eksperimen dan


(37)

38

H1: Rata-rata indeks gain siswa kelas eksperimen lebih tinggi daripada rata-rata

indeks gain siswa kelas kontrol.

Dengan menggunakan tarafsignifikansi 0,05 maka kriteria pengujiannya adalah terima H0 jika nilai signifikansi lebih besar atau sama dengan 0,05 dan

tolak H0 jika nilai signifikansi kurang dari 0,05 (Sudjana, 2005).

2. Data Kualitatif

Data kualitatif meliputi data yang diperoleh dari hasil angket dan lembar observasi.

a. Data Angket Siswa

Angket diberikan dengan tujuan untuk mengetahui respons siswa terhadap pembelajaran dengan metode penemuan terbimbing. Dalam mengolah hasil angket, dilakukan dengan menggunakan skala Likert. Skala Likert meminta responden untuk menjawab pernyataan dengan jawaban sangat setuju (SS), setuju (S), tidak setuju (TS), dan sangat tidak setuju (STS. Pemberian skor untuk angket skala Likert antara pernyataan positif dengan negatif disajikan dalam tabel 3.11. Hasil angket dianalisis pula secara deskriptif untuk mengetahui respons siswa untuk setiap aspek yang ingin diketahui tanggapannya oleh peserta didik.

Tabel 3.12 Penilaian Angket

Pernyataan Sikap SS S TS STS

Positif 5 4 2 1

Negatif 1 2 4 5

Data angket yang diperoleh dioleh dengan menghitung rata-rata menggunakan skala Likert. Kemudian menganalisis skor rata-rata respon siswa pada tiap butir pernyataan. Skor rata-rata kemudian dibandingkan dengan skor netral pada skala Likert yaitu 3,00. Jika skor rata-rata lebih dari 3,00 maka respon siswa positif, dan sebaliknya jika skor rata-rata kurang dari 3,00 maka respon siswa negatif.


(38)

39

b. Lembar Observasi

Data yang diperoleh melalui lembar observasi dimaksudkan untuk mengetahui proses selama pembelajaran berlangsung yang tidak teramati oleh peneliti. Lembar observasi dianalisis dengan cara mendeskripsikan situasi pembelajaran yang terjadi di kelas.


(39)

BAB V PENUTUP A. Kesimpulan

Berdasarkan hasil analisis dan pembahasan, diperoleh kesimpulan berkaitan dengan metode pembelajaran dengan metode penemuan terbimbing untuk meningkatkan kemampuan pemecahan masalah matematis siswa. Diantaranya: 1. Peningkatan kemampuan pemecahan masalah matematis siswa yang

mendapatkan pembelajaran matematika dengan metode penemuan terbimbing lebih baik daripada siswa yang mendapatkan pembelajaran matematika dengan metode ekspositori walaupun dengan kualitas sedang. 2. Sebagian besar siswa bersikap positif terhadap pembelajaran dengan metode

penemuan terbimbing.

B. Implikasi

Pembelajaran matematika dengan metode penemuan terbimbing dapat meningkatkan kemampuan pemecahan masalah matematis siswa.

C. Saran

Berdasarkan hasil penelitian dan kesimpulan mengenai pembelajaran dengan metode penemuan terbimbing, maka dapat diajukan beberapa saran sebagai berikut:

1. Kemampuan pemecahan matematis siswa dapat meningkat melalui pembelajaran dengan metode penemuan terbimbing, oleh karena itu metode penemuan terbimbing dapat dijadikan salah satu alternatif metode pembelajaran yang dapat digunakan untuk meningkatkan kemampuan pemecahan masalah matematis siswa.

2. Belajar dengan metode penemuan terbimbing dan bahan ajar berupa LKS memerlukan waktu yang relatif banyak, oleh karena itu dalam penggunaan metode penemuan terbimbing disarankan adanya penggunaan manajemen waktu yang efektif.


(40)

59

3. Sebagian besar siswa belum terbiasa belajar dengan menggunakan LKS terbimbing, oleh karena itu bagi peneliti lebih lanjut terhadap metode penemuan terbimbing disarankan melakukan penelitian dengan waktu yang relatif lebih lama.


(41)

DAFTAR PUSTAKA

Abdurahman, Ridwan.(2012).Meningkatkan Kemampuan Pemecahan Masalah

Matematik Siswa SMA melalui Pembelajaran Matematika Menggunakan Multimedia Interaktif. Skripsi pada FPMIPA UPI: Tidak diterbitkan.

Abidin, Muh Zainal. (2011). Teori Pemecahan Masalah Polya Dalam Pembelajaran

Matematika.[Online].Tersedia:http://masbied.files.wordpress.com/2011/05/mod

ul-matematika-teori-belajar-polya.pdf.[23 Februari 2013].

Andriatna, Riki.(2012).Meningkatkan Kemampuan Pemecahan Masalah Matematis

Siswa SMA melalui Menulis Matematika dalam Pembelajaran Berbasis Masalah.Skripsi pada FPMIPA UPI: Tidak diterbitkan.

Budiarto.(2008).Pembelajaran Matematika dengan Menggunakan Metode Penemuan

Terbimbing untuk Meningkatkan Kemampuan Penalaran Adaptif Siswa SMA.

Skripsi pada FPMIPA UPI: Tidak diterbitkan.

Iriana, Dadang.(2008).Penerapan Metode Penemuan Terbimbing dalam Pembelajaran Matematika untuk Meningkatkan Kemampuan Berpikir Logis Siswa SMP. Skripsi pada FPMIPA UPI: Tidak diterbitkan.

Mahuda, Isnaini.(2012).Pembelajaran Kooperatif Tipe Co-Op-Co-Op dengan

Pendekatan Open Ended untuk Meningkatkan Kemampuan Pemecahan Masalah Matematis Siswa SMA.Skripsi pada FPMIPA UPI: Tidak diterbitkan.

Mahmudi, Ali. (2008). Pembelajaran Problem Posinguntuk Meningkatkan

Kemampuan Pemecahan Masalah Matematika. [Online]. Tersedia: http://staff.uny.ac.id/sites/default/files/penelitian/Ali Mahmudi, S.Pd, M.Pd, Dr./Makalah Semnas UNPAD 2008_Problem Posingutk KPMM_.pdf.[9 Februari 2013].

Markaban.(2006). Model Penemuan Terbimbing pada Pembelajaran Matematika

SMK.[Online].Tersedia:http://p4tkmatematika.org/downloads/ppp/PPP_Penemu

an_terbimbing.pdf.[12 Desember 2012].

Prabawanto, Sufyani.(2013). Peningkatan Kemampuan Pemecahan Masalah,

Komunikasi, dan Self-Efficacy Matematis melalui Pembelajaran Metacognitif Scaffolding. Disertasi pada SPs UPI Bandung: Tidak Diterbitkan.


(42)

61

Prabowo, Adhi. (2009). Pembelajaran dengan Penemuan (Discovery Learning).

[Online].

Tersedia:http://karyailmiah- ardhiprabowo.blogspot.com/2009/08/pembelajaran-dengan-penemuan-discovery.html.[9 Desember 2012].

Rajagukguk, Waminton.(2009). Upaya Meningkatkan Kemampuan Pemecahan

Masalah Matematika Siswa Dengan Penerapan Teori Belajar Bruner Pada Pokok Bahasan Trigonometri Di Kelas X Sma Negeri 1 Kualuh Hulu Aek Kanopan T.A.

2009/2010.[Online].Tersedia:http://akademik.nommensen-id.org/portal/public_html/JURNAL/VISI-UHN/2011/VISI_Vol_19 [17 Januari] Riadi, Muchlisin.(2012). Metode Belajar Ekspositori. [Online]. Tersedia:

http://www.kajianpustaka.com/2012/12/metode-belajar-ekspositori.html [23Januari 2013].

Ruseffendi, E.T.(2006). PengantarkepadaMembantu Guru

MengembangkanKompetensinyadalamPendidikanMatematikauntukMeningkatk an CBSA.Bandung:Tarsito.

______ (2010). Dasar-dasar Penelitian Pendidikan dan Bidang Non-eksakta

Lainnya. Bandung:Tarsito.

Sagala, Syaiful. (2003). Konsep dan Makna Pembelajaran. Bandung: Alfabeta. Shadiq, Fajar.(2004). Pemecahan Masalah, Penalaran dan Komunikasi. [Online].

Tersedia:http://p4tkmatematika.org/downloads/sma/pemecahanmasalah.pdf.[15 Mei 2013].

Sudjana.(2005). Metode Statistika. Bandung:Tarsito.

Suherman, E.(2001). StrategiPembelajaranMatematikaKontemporer.Bandung:JICA-UniversitasPendidikan Indonesia (UPI).

Suherman. E dan Sukjaya. Y.(1990). Petunjuk Praktis Untuk Melaksanakan Evaluasi

Pendidikan Matematika. Bandung:Wijaya Kusumah.

Tadiaryani, Titin.(2013). Metode Pembelajaran Kooperatif Assurance, Relevance,

Interest, Assessment, Dan Satisfaction (Arias). [Online].


(43)

62

Utomo, Pramudi. (2011). Penelitian Pendidikan dan Karya Ilmiah. [Online]. Tersedia:http://staff.uny.ac.id/sites/default/files/tmp/Mklh_PPM_Penel%20Pen d%20dan%20Karya%20Ilmiah_0.pdf.[9 Februari 2013]

Wirantiwi, Aniar. (2011). Meningkatkan Kemampuan Pemecahan Masalah

Matematis Siswa SMA melalui Model Pembelajaran Berbasis Proyek (Project Based Learning). Skripsi pada FPMIPA UPI: Tidak diterbitkan.

Wulandari,Ira.(2013).Peningkatan Kemampuan Generalisasi Matematis Siswa

Sekolah Menengah Atas Melalui Metode Pembelajaran Penemuan Terbimbing.

[Online].Tersedia:http://repository.upi.edu/operator/upload/t_mtk_1006945_ch apter1.pdf.[12 Mei 2013].


(1)

39

b. Lembar Observasi

Data yang diperoleh melalui lembar observasi dimaksudkan untuk mengetahui proses selama pembelajaran berlangsung yang tidak teramati oleh peneliti. Lembar observasi dianalisis dengan cara mendeskripsikan situasi pembelajaran yang terjadi di kelas.


(2)

58

Desi Maulidyawati, 2013

BAB V PENUTUP

A. Kesimpulan

Berdasarkan hasil analisis dan pembahasan, diperoleh kesimpulan berkaitan dengan metode pembelajaran dengan metode penemuan terbimbing untuk meningkatkan kemampuan pemecahan masalah matematis siswa. Diantaranya: 1. Peningkatan kemampuan pemecahan masalah matematis siswa yang

mendapatkan pembelajaran matematika dengan metode penemuan terbimbing lebih baik daripada siswa yang mendapatkan pembelajaran matematika dengan metode ekspositori walaupun dengan kualitas sedang. 2. Sebagian besar siswa bersikap positif terhadap pembelajaran dengan metode

penemuan terbimbing.

B. Implikasi

Pembelajaran matematika dengan metode penemuan terbimbing dapat meningkatkan kemampuan pemecahan masalah matematis siswa.

C. Saran

Berdasarkan hasil penelitian dan kesimpulan mengenai pembelajaran dengan metode penemuan terbimbing, maka dapat diajukan beberapa saran sebagai berikut:

1. Kemampuan pemecahan matematis siswa dapat meningkat melalui pembelajaran dengan metode penemuan terbimbing, oleh karena itu metode penemuan terbimbing dapat dijadikan salah satu alternatif metode pembelajaran yang dapat digunakan untuk meningkatkan kemampuan pemecahan masalah matematis siswa.

2. Belajar dengan metode penemuan terbimbing dan bahan ajar berupa LKS memerlukan waktu yang relatif banyak, oleh karena itu dalam penggunaan metode penemuan terbimbing disarankan adanya penggunaan manajemen waktu yang efektif.


(3)

59

3. Sebagian besar siswa belum terbiasa belajar dengan menggunakan LKS terbimbing, oleh karena itu bagi peneliti lebih lanjut terhadap metode penemuan terbimbing disarankan melakukan penelitian dengan waktu yang relatif lebih lama.


(4)

60

Desi Maulidyawati, 2013

DAFTAR PUSTAKA

Abdurahman, Ridwan.(2012).Meningkatkan Kemampuan Pemecahan Masalah Matematik Siswa SMA melalui Pembelajaran Matematika Menggunakan Multimedia Interaktif. Skripsi pada FPMIPA UPI: Tidak diterbitkan.

Abidin, Muh Zainal. (2011). Teori Pemecahan Masalah Polya Dalam Pembelajaran Matematika.[Online].Tersedia:http://masbied.files.wordpress.com/2011/05/mod ul-matematika-teori-belajar-polya.pdf.[23 Februari 2013].

Andriatna, Riki.(2012).Meningkatkan Kemampuan Pemecahan Masalah Matematis Siswa SMA melalui Menulis Matematika dalam Pembelajaran Berbasis Masalah.Skripsi pada FPMIPA UPI: Tidak diterbitkan.

Budiarto.(2008).Pembelajaran Matematika dengan Menggunakan Metode Penemuan Terbimbing untuk Meningkatkan Kemampuan Penalaran Adaptif Siswa SMA. Skripsi pada FPMIPA UPI: Tidak diterbitkan.

Iriana, Dadang.(2008).Penerapan Metode Penemuan Terbimbing dalam Pembelajaran Matematika untuk Meningkatkan Kemampuan Berpikir Logis Siswa SMP. Skripsi pada FPMIPA UPI: Tidak diterbitkan.

Mahuda, Isnaini.(2012).Pembelajaran Kooperatif Tipe Co-Op-Co-Op dengan Pendekatan Open Ended untuk Meningkatkan Kemampuan Pemecahan Masalah Matematis Siswa SMA.Skripsi pada FPMIPA UPI: Tidak diterbitkan. Mahmudi, Ali. (2008). Pembelajaran Problem Posinguntuk Meningkatkan

Kemampuan Pemecahan Masalah Matematika. [Online]. Tersedia:

http://staff.uny.ac.id/sites/default/files/penelitian/Ali Mahmudi, S.Pd, M.Pd, Dr./Makalah Semnas UNPAD 2008_Problem Posingutk KPMM_.pdf.[9 Februari 2013].

Markaban.(2006). Model Penemuan Terbimbing pada Pembelajaran Matematika SMK.[Online].Tersedia:http://p4tkmatematika.org/downloads/ppp/PPP_Penemu an_terbimbing.pdf.[12 Desember 2012].

Prabawanto, Sufyani.(2013). Peningkatan Kemampuan Pemecahan Masalah, Komunikasi, dan Self-Efficacy Matematis melalui Pembelajaran Metacognitif Scaffolding. Disertasi pada SPs UPI Bandung: Tidak Diterbitkan.


(5)

61

Prabowo, Adhi. (2009). Pembelajaran dengan Penemuan (Discovery Learning).

[Online].

Tersedia:http://karyailmiah- ardhiprabowo.blogspot.com/2009/08/pembelajaran-dengan-penemuan-discovery.html.[9 Desember 2012].

Rajagukguk, Waminton.(2009). Upaya Meningkatkan Kemampuan Pemecahan Masalah Matematika Siswa Dengan Penerapan Teori Belajar Bruner Pada Pokok Bahasan Trigonometri Di Kelas X Sma Negeri 1 Kualuh Hulu Aek

Kanopan T.A.

2009/2010.[Online].Tersedia:http://akademik.nommensen-id.org/portal/public_html/JURNAL/VISI-UHN/2011/VISI_Vol_19 [17 Januari] Riadi, Muchlisin.(2012). Metode Belajar Ekspositori. [Online]. Tersedia:

http://www.kajianpustaka.com/2012/12/metode-belajar-ekspositori.html [23Januari 2013].

Ruseffendi, E.T.(2006). PengantarkepadaMembantu Guru MengembangkanKompetensinyadalamPendidikanMatematikauntukMeningkatk an CBSA.Bandung:Tarsito.

______ (2010). Dasar-dasar Penelitian Pendidikan dan Bidang Non-eksakta Lainnya. Bandung:Tarsito.

Sagala, Syaiful. (2003). Konsep dan Makna Pembelajaran. Bandung: Alfabeta. Shadiq, Fajar.(2004). Pemecahan Masalah, Penalaran dan Komunikasi. [Online].

Tersedia:http://p4tkmatematika.org/downloads/sma/pemecahanmasalah.pdf.[15 Mei 2013].

Sudjana.(2005). Metode Statistika. Bandung:Tarsito.

Suherman, E.(2001). StrategiPembelajaranMatematikaKontemporer.Bandung:JICA-UniversitasPendidikan Indonesia (UPI).

Suherman. E dan Sukjaya. Y.(1990). Petunjuk Praktis Untuk Melaksanakan Evaluasi Pendidikan Matematika. Bandung:Wijaya Kusumah.

Tadiaryani, Titin.(2013). Metode Pembelajaran Kooperatif Assurance, Relevance,

Interest, Assessment, Dan Satisfaction (Arias). [Online].

Tersedia:http://aryanititin.blogspot.com/2013/04/metode-pembelajaran-kooperatif.html.[15 Mei 2013].


(6)

Desi Maulidyawati, 2013

Utomo, Pramudi. (2011). Penelitian Pendidikan dan Karya Ilmiah. [Online]. Tersedia:http://staff.uny.ac.id/sites/default/files/tmp/Mklh_PPM_Penel%20Pen d%20dan%20Karya%20Ilmiah_0.pdf.[9 Februari 2013]

Wirantiwi, Aniar. (2011). Meningkatkan Kemampuan Pemecahan Masalah Matematis Siswa SMA melalui Model Pembelajaran Berbasis Proyek (Project Based Learning). Skripsi pada FPMIPA UPI: Tidak diterbitkan.

Wulandari,Ira.(2013).Peningkatan Kemampuan Generalisasi Matematis Siswa Sekolah Menengah Atas Melalui Metode Pembelajaran Penemuan Terbimbing. [Online].Tersedia:http://repository.upi.edu/operator/upload/t_mtk_1006945_ch apter1.pdf.[12 Mei 2013].