Tinjauan hukum Islam terhadap praktik gadai pada masyarakat kecamatan Tapos kota Depok

  “TINJAUAN HUKUM ISLAM TERHADAP PRAKTIK GADAI PADA

  MASYARAKAT KECAMATAN TAPOS KOTA DEPOK”

  Skripsi Diajukan Untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh

  Gelar Sarjana Syari’ah (S.Sy.) Oleh :

ADE TRI CAHYANI

  NIM : 1110043100029

  

KONSENTRASI PERBANDINGAN MADZHAB FIKIH

PROGRAM STUDI PERBANDINGAN MADZHAB DAN HUKUM

FAKULTAS SYARIAH DAN HUKUM

UIN SYARIF HIDAYATULLAH

J A K A R T A

LEMBAR PERYATAAN

  Nama : Ade Tri Cayani Nim : 1110043100029

  Dengan ini saya menyatakan bahwa; 1.

  Skripsi ini merupakan hasil karya asli saya yang di ajukan untuk memenuhi salah satu persayaratan memperoleh gelar strata 1 Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta.

  2. Semua Sumber saya gunakan dalam penulisan ini saya cantumkan sesuai dengan ketentuan yang berlaku di Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta.

  3. Jika di kemudian hari karya ini bukan hasil karya saya atau merupakan hasil jiplakan dari karya orang lain, maka saya bersedia menerima sanksi yang berlaku di Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta.

  Jakarta, 15 Oktober 2014 Ade Tri Cahyani

  ABSTRAK

  Ade Tri Cahyani, NIM: 1110043100029, “Tinjauan Hukum Islam Terhadap

  

Praktik Gadai Pada Masyarakat Kecamatan Tapos Kota Depok”, program Studi

  perbandingan Madzhab dan Hukum, Konsentrasi Perbandingan Mazhab Fikih, Fakultas Syari’ah dan Hukum, Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta, 1435 H/2014 M.

  Skripsi ini merupakan upaya untuk memaparkan mengenai permasalahan

Praktik Gadai Pada Masyarakat Kecamatan Tapos Kota Depok . dalam praktiknya

  menunjukkan adanya beberapa hal yang dipandang memberatkan dan dapat mengarahkan kepada suatu persoalan yaitu riba. Hal ini dapat dilihat dari praktik pelaksanaan gadai itu sendiri yang secara ketat ia harus menambahkan adanya bunga gadai (rahin) karena ia harus menambahkan sejumlah uang tertentu dalam melunasi utangnya. Oleh karena itu penulis akan mengkaji mengenai praktik gadai tersebut yang terjadi dalam masyarakat di Kecamatan Tapos Kota Depok, dengan menganalisa permasalahan mengenai tinjauan hukum Islam terhadap mekanisme gadai, pemanfaatan barang gadai, pemanfaatan barang gadai yang terjadi di masyarakat Kecamatan Tapos Kota Depok.

  Tujuan dari penelitian ini adalah Untuk memberikan pengetahuan kepada masyarakat, khususnya masyarakat di Kecamatan Tapos Kota Depok tentang praktik pegadaian yang sesuai dengan hukum Islam. Untuk mengetahui pandangan hukum Islam dalam memberi jawaban atas permasalahan terhadap praktik gadai di masyarakat Kecamatan Tapos Kota Depok.

  Jenis penelitian yang penulis lakukan adalah penelitian kualitatif dengan menggunakan instrumen penelitian lapangan (field research). Dan penelitian kepustakaan yang didasarkan pada suatu pembahasan dengan menggunakan metode studi kepustakaan (library research), metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode deskriptif, yakni penulis berusaha menyajikan fakta-fakta yang objektif sesuai dengan kondisi dan situasi yang sebenarnya terjadi pada saat penelitian dilakukan. Metode pengumpulan data menggunakan purposive sampling.

  Dengan permasalahan yang ada, penulis menarik kesimpulan bahwa praktik gadai yang diterapkan masyarakat di Kecamatan Tapos Kota Depok ini tidak sah menurut hukum Islam, akad gadai dalam mekanisme gadai tidak sempurna atau belum sesuai syariat Islam, seluruh praktik gadai yang penulis temukan terdapat unsur riba dan pemanfaatan atas barang yang di gadaikan, gadai yang berupa barang hutang praktik gadai yang terjadi dengan menggunakan barang kredit ini jelaslah sangat tidak sesuai dengan syariat Islam. Kata kunci : Praktik gadai, pemanfaatan barang gadai, gadai berupa barang hutang. Pembimbing : H. M. Riza Afwi, MA dan Arip Purkon, S.Hi, MA Daftar Pustaka : Tahun 1923 s.d. Tahun 2011

  

ِميِحَرّلٱ ِنَٰمۡحَرّلٱ ِهَلّلٱ ِمۡسِب

KATA PENGANTAR

  Alhamdulillahirabbil ‘alamin, Puji dan syukur yang tiada hentinya

  dipanjatkan kepada sang penguasa kepada Allah SWT, yang telah memberikan nikmat dan petunjuknya, sehingga penulis dapat menyelesaikan skiripsi ini dengan baik. Shalawat serta salam selalu tercurahkan kepada nabi Muhammad SAW beserta keluarganya, para sahabatnya dan para pengikutnya hingga akhir zaman.

  Berkat rahmat dan hidayah dari Allah SWT, akhirnya penulis dapat menyelesaikan karya ilmiah dengan judul “TINJAUAN HUKUM ISLAM

  

TERHADAP PRAKTIK GADAI PADA MASYARAKAT KECAMATAN

TAPOS KOTA DEPOK”

  Penulis juga sadar sepenuhnya bahwa diri ini berutang budi kepada banyak pihak telah berkontribusi bahkan berjasa besar baik secara langsung maupun tidak langsung dalam penulisan skripsi ini. Penulis juga ingin menyampaikan ungkapan penuh rasa terima kasih yang sedalam-dalamnya kepada para pihak yang telah menanamkan jasa baik berupa bimbingan, arahan serta bantuan yang diberikan sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini dengan baik. Oleh karena itu, ucapan terima kasih diberikan kepada: 1.

  Bapak Dr. H. Phil. J.M. Muslimin, M.A selaku Dekan Fakultas Syariah dan Hukum UIN Syarif Hidayatullah Jakarta 2. Bapak Dr. Khamami, MA selaku Ketua Jurusan Program Study Perbandingan

  Mazhab dan Hukum, beserta ibu Siti Hanna, Lc, MA, selaku Sekretaris Jurusan

  Program Study Perbandingan Mazhab dan Hukum Fakultas Syari’ah dan Hukum Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta.

  3. Bapak Dr. Muhammad Taufiki, M.Ag dan Bapak Fahmi Ahmadi, M.Si yang sudah memberikan arahan dan bimbingan sehingga penulis dapat menulis skripsi dengan baik.

  4. Bapak H. Riza Afwi, MA, dan bapak Arip Purkon S.Hi, MA, selaku pembimbing skiripsi yang telah banyak memberikan bimbingan dan arahan, saran serta petunjuk dalam menyelesaikan skiripsi sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi

  5. Para Dosen Fakultas Syariah dan Hukum UIN Syarif Hidayatullah Jakarta yang telah memberikan ilmu yang sangat bermanfaat kepada penulis semasa kuliah, semoga amal kebaikannya mendapatkan balasan di sisi Allah SWT.

  6. Seluruh staf karyawan Perpustakaan Utama dan staf karyawan fakultas Syariah dan Hukum UIN Syarif Hidayatullah Jakarta atas kerjasamanya dalam pelayanan yang terbaik dalam pengumpulan materi skiripsi dan kelancaran administrasi.

  7. Pejabat Kantor Kecamatan Tapos Kota Depok, beserta jajarannya yang telah membantu proses kelancaran dalam memperoleh data-data yang diperlukan untuk penelitian ini.

  8. Para relawan yang telah bersedia untuk diwawancarai sehingga membantu kelancaran dalam memperoleh data-data yang diperlukan untuk penelitian ini.

  9. Kepada ayah tercinta bapak H. Asam Muhit, S.Ag M.Si, ibunda Hj. Yayah Rokayah, atas pengorbanan dan cinta kasihnya yang tidak terbatas baik berupa moril dan materil, serta doa yang tak pernah terhingga sepanjang masa untuk keberhasilan studi penulis, segala hormat dan cinta yang tak terhingga penulis persembahkan. Seluruh keluarga besarku, kakanda Neneng Hasanah, machyudin, kakak iparku Dodi Mardani dan Juliana Sari dan kaka yang tercinta Boggie Adhar Frandyas yang senantiasa memberikan motivasi dan dukungan agar penulis tetap semangat dalam menempuh studi di kampus tercinta ini. serta seluruh keluargaku yang selalu memberikan keceriaan dalam bingkai kebersamaan baik suka maupun duka.

10. Sahabat-sahabat tercinta, Dian Rahmayanti, Sri Wahyu Ningsih, Widya permata

  Sari, Dian Kamal sari Ohorella, Ida Handayani, Ulfah Hidayah, Raihanun, dan semua rekan-rekan PMH (Perbandingan Mazhab Hukum) angkatan 2010, khususnya perbandingan mazhab fiqih kelas A dan B yang tidak mungkin dapat penulis sebutkan satu-persatu, yang senantiasa selalu memberikan semangat dan berjuang bersama dikampus tercinta ini, serta yang selalu menebarkan benih-benih keceriaan dalam kebersamaan.

  Besar harapan bagi penulis, semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi siapa saja yang memerlukannya dan dapat memberikan khazanah baru dalam dunia akademik. Sebagai manusia yang dhoif, yang memiliki keterbatasan dan kekurangan, tentunya skripsi ini masih jauh dari kesempurnaan. Akhirnya, hanya kepada Allah SWT juga kita memohon agar apa yang telah kita lakukan menjadi sesuatu investasi yang sangat berharga dan kelak dapat membantu kita di yaumil akhir.

  Jakarta, 15 Oktober 2014

  

DAFTAR ISI

PERSETUJUAN PEMBIMBING .............................................................................. i

LEMBAR PENGESAHAN ........................................................................................ ii

LEMBAR PERNYATAAN ....................................................................................... iii

ABSTRAK .................................................................................................................. iv

KATA PENGANTAR ................................................................................................ v

DAFTAR ISI ............................................................................................................. viii

  BAB I : PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah ................................................................... 1 B. Pembatasan dan Perumusan Masalah ............................................... 6 C. Tujuan dan Manfaat Penelitian ......................................................... 7 D. Kajian Pustaka .................................................................................. 8 E. Metode Penelitian ........................................................................... 11 F. Sistematika Penulisan ..................................................................... 14 BAB II : TINJAUAN UMUM MENGENAI GADAI A. Pengertian Gadai (Rahn) ................................................................ 16 B. Dasar Hukum Gadai ....................................................................... 20 C. Rukun dan syarat Gadai .................................................................. 23 D. Hak dan Kewajiban dalam gadai .................................................... 30 E. Pendapat Para Ulama Tentang Pemanfaatan barang gadai ............ 32 F. Berakhirnya Akad Gadai ................................................................ 37

  

BAB III: PRAKTIK GADAI PADA MASYARAKAT Di KECAMATAN

TAPOS KOTA DEPOK A. Letak Geografis Wilayah Kecamatan Tapos Kota Depok .............. 39 B. Sekilas Kondisi masyarakat di Kecamatan Tapos Kota Depok ..... 40 C. Mekanisme praktik gadai di masyarakat Kecamata Tapos Kota Depok ............................................................................................ 46 D. Latar belakang terjadinya praktik pemanfaatan barang gadai

  di kecamatan Tapos kota Depok ................................................... 50

  

BAB IV: ANALISIS HUKUM ISLAM TERHADAP PRAKTIK GADAI DI

KECAMATAN TAPOS KOTA DEPOK A. Tinjauan Hukum Islam terhadap Mekanisme gadai yang terjadi di

  masyarakat Kecamatan Tapos Kota Depok ................................... 53 B. Tinjauan Hukum Islam terhadap praktik pemanfaatan barang gadai di masyarakat Kecamatan Tapos Kota Depok ............................... 55

  C.

  Tinjauan Hukum Islam terhadap gadai yang berupa barang hutang di masyarakat Kecamatan Tapos Kota Depok ............................... 61

  BAB V: PENUTUP A. Kesimpulan ..................................................................................... 65 B. Saran ............................................................................................... 67

DAFTAR PUSTAKA ................................................................................................ 70

LAMPIRAN

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Dalam kehidupan sehari-hari manusia tidak lepas dengan transaksi, Allah SWT telah menjadikan manusia saling melengkapi antara satu dengan yang lainnya,

  agar mereka saling tolong-menolong, baik dengan jalan tukar-menukar, sewa menyewa, bercocok tanam atau dengan cara yang lainnya, karena sejatinya manusia adalah makhluk sosial (social creature). Bentuk dari tolong menolong ini bisa berupa 1 Praktik gadai yang terjadi pada masyarakat di pemberian dan bisa berupa pinjaman (gadai).

  kecamatan Tapos Kota Depok tidak sesuai dengan syariat Islam.

  Bagi masyarakat mendengar kata gadai bukanlah hal yang aneh, mereka mengetahui bahwa gadai merupakan salah satu ajaran yang ada dalam agama Islam, khususnya masyarakat di Kecamatan Tapos kota Depok sudah menjadi suatu kebiasaan. Untuk memenuhi kebutuhan hidupnya sehari-hari masyarakat di Kecamatan Tapos Kota Depok, mereka terbiasa melaksanakan praktik gadai dengan cara yang sangat sederhana yang dilakukan antar kerabat dekat ataupun tetangga.

  Mereka menganggap proses gadai tersebut lebih mudah dan cepat untuk mendapatkan pinjaman di bandingkan mereka harus meminjam kepada pegadaian ataupun bank.

  Meski begitu mereka tetap menganggap bahwa barang gadaian tersebut sebagai antisipasi bilamana hutangnya tidak terbayar, maka barang gadaian yang digunakan untuk menutupi hutangnya. Dan mereka pun tahu bahwa hutang adalah hak adami 2 yang harus dibayar sebelum mati.

  Allah berfirman dalam surat al-Maidah ayat 2 sebagai berikut :

                     

  Artinya :

  “Dan tolong-menolonglah kamu dalam (mengerjakan) kebajikan dan takwa, dan jangan tolong-menolong dalam berbuat dosa dan pelanggaran. Dan bertakwalah kamu kepada Allah SWT, sesungguhnya 3 Allah SWT amat berat siksa- Nya.” (Qs. Al-Maidah:2).

  Karena sebagai makhluk sosial, manusia mempunyai hasrat untuk hidup bersama. Lebih-lebih dalam zaman modern ini tidak mungkin bagi seseorang makhluk hidup secara layak dan sempurna tanpa bantuan dari atau kerja sama dengan orang lain. Oleh sebab itu, kerjasama antara seorang manusia merupakan sebuah kebutuhan. Kebutuhan itu bisa berbagai bentuk, misalnya berupa uang, padahal ia memiliki sejumlah barang yang dapat dinilai dengan uang. Dalam kondisi seperti ini orang bisa melakukan beberapa alternatif guna mendapatkan uang. Salah satu alternatif tersebut, misalnya dengan menggadaikan barang.

  Rasulullah pernah mencontohkan praktik gadai dengan menggadaikan baju besinya ketika membeli makanan kepada orang Yahudi. Seiring dengan berkembangnya zaman dan aneka ragam kebutuhan manusia, maka saat ini bukan 2 3 Muhammad al-Fitra Haqiqi, harta halal harta haram, (Jombang: lintas media, tth) hal.129.

  Departemen Agama RI Al-Quran dan terjemahannya, (Jakarta: yayasan penyelenggaraan hanya pakaian tetapi segala macam harta benda dapat digadaikan sebagaimana yang sering dilakukan oleh masyarakat Kecamatan Tapos Kota Depok. Diantara mereka ada yang menggadaikan tanah, kendaraan bermotor, ruko, rumah, bahkan elektronik seperti handphone, televisi.

  Rahn mempunyai nilai sosial yang sangat tinggi. Namun pada kenyataannya,

  dalam masyarakat konsep tersebut dinilai “tidak adil”. Dilihat dari segi komersil yang meminjamkan uang merasakan dirugikan misalnya karena inflasi atau pelunasan berlarut-larut sementara barang jaminan tidak laku. Di lain pihak barang jaminan 4 mempunyai hasil.

  Banyaknya lembaga pegadaian dengan tujuan pokoknya yang baik bukan berarti semua masyarakat mengerti dan menggadaikan barangnya ke lembaga pegadaian tetapi banyak pula masyarakat dalam melakukan transaksi gadai melakukan transaksi gadai justru lebih memilih antar individu dengan cara sederhana.

  Gadai yang terjadi di masyarakat khususnya masyarakat Kecamatan Tapos Kota Depok, dalam praktiknya menunjukkan adanya beberapa hal yang dipandang memberatkan salah satu pihak yakni Murtahin dan dapat mengarahkan kepada suatu persoalan yaitu riba. Hal ini dapat dilihat dari praktik pelaksanaan gadai itu sendiri yang mengharuskan penerima barang gadai (murtahin) untuk membebankan bunga kepada penggadai (rahin) pada saat Penggadai mengembalikan uang pinjamannya

4 Chuzaimah T. Yanggo, A. Hafiz Anshori, AZ, MA, Problematika Hukum Islam

  5

  kepada penerima barang gadai (murtahin). Dengan adanya syarat dan ketentuan seperti itu maka praktik gadai yang dilakukan oleh masyarakat di Kecamatan Tapos Kota Depok tidak akan bisa menjadi suatu solusi untuk menyelesaikan masalah keuangan yang sedang dialami oleh rahin, akan tetapi justru akan menambah masalah baru karena rahin harus mengembalikan uang pinjamannya lebih banyak dari uang pinjaman yang diterima.

  Masyarakat Kecamatan Tapos Kota Depok menggadaikan barang yang mereka miliki ke orang lain yang mereka kenal seperti saudara, dan tetangga. Dalam pelaksanaannya, akad gadai seringkali yang mensyaratkan dalam pemberian hak pakai terhadap barang yang dimiliki rahin, ada pula dalam akad gadai meskipun

  

rahin tidak mensyaratkan perizinan memanfaatkan barang tetapi pihak murtahin tetap

  memanfaatkan barang gadaian tersebut untuk kepentingan pribadi sampai rahin dapat mengembalikan utangnya pada murtahin. praktik gadai yang dilakukan tidak dapat dikategorikan membantu seperti yang di syariatkan oleh hukum Islam, dan ini merugikan salah satu pihak dalam hal ini rahin dan bisa dikategorikan dalam persoalan riba. Padahal dalam sistem ekonomi Islam tidak mengajarkan kepada umat muslim untuk menjadi hamba yang hanya mengejar materi saja tanpa melihat kehalalannya, melainkan mengajarkan dan 6 memberitahukan tatacara bagaimana dapat menghasilkan harta dengan halal.

5 Muhammad Shalikul hadi, Pegadaian Syariah, (Jakarta: Salemba Diniyah, 2003), hal. 8.

  Menurut jumhur ulama, apabila tidak diijinkan oleh yang menggadaikan, barang yang digadaikan tidak dapat diambil sama sekali manfaatnya oleh si pemegang gadai, Jumhur berlandaskan pada hadits yang diriwayatkan oleh Abu Hanifah dari Nabi Muhammad SAW:

  ِِّثِحاَص ٍِْي ٍَُْْشنَا ُكَهْغَٚ اَن ( : َىَهَعَٔ َِّْٛهَػ َُّهنَا َٗهَص - َِّهنَا ُلُٕعَس َلاَل : َلاَل َُُّْػََٔ 7 . ٌخاَمِث ُّناَجِسَٔ , ُىِكاَحْنأَ , ُُِْٙطُلَساَذنَا ُِأََس ) ُُّيْشُغ َِّْٛهَػَٔ , ًُُُُّْغ َُّن , َََُُّْس ِ٘زَنَا Artinya: “Dari Abu Hurairah Radliyallaahu 'anhu bahwa Rasulullah

  Shallallaahu 'alaihi wa Sallam bersabda: "Barang gadaian tidak menutup pemilik yang menggadaikannya, keuntungan untuknya dan kerugiannya menjadi tanggungannya. "Riwayat Daruquthni dan Hakim dengan perawi- perawi yang dapat dipercaya.”

  Hadits ini mensyariatkan baik untung maupun rugi adalah untuk yang 8 menggadaikan. Berangkat dari beberapa landasan dan latar belakang di atas penulis menemukan suatu problem dalam hal praktik gadai di masyarakat Kecamatan Tapos Kota Depok, di mana dalam proses praktik gadai penyalahgunaan akad dalam praktik gadai karena di dalamnya terdapat pemanfaatan, kecurangan, ketidakadilan, serta riba. Menurut masyarakat, dalam pelaksanaan praktik gadai yang dilakukan di Kecamatan Tapos Kota Depok belum mengetahui kejelasan tentang hukum kehalalan dan keharamannya.

  Terkadang akad yang dilakukan itu telah sesuai dengan hukum syara‟, tetapi di dalam pelaksanaan dari akad dan sistem yang diterapkan itu sendiri belum dapat ditindak lanjuti dan masih harus dipertanyakan tentang hukumnya. 7 Al-Hafizh Ibnu Hajar Al-

  „Asqalani, Bulughul Maram, (Jakarta: Pustaka As-Sunnah, 2007),Cet. 2 Hadits No. 883. Dari fenomena di atas, maka penulis tertarik mengadakan penelitian di Kecamatan Tapos kota Depok. Sebelumnya pun tidak pernah dilakukan penelitian serupa di Kecamatan Tapos kota Depok. Maka dari itu judul skripsi yang penulis angkat adalah

  “TINJAUAN HUKUM ISLAM TERHADAP PRAKTIK GADAI PADA MASYARAKAT KECAMATAN TAPOS KOTA DEPOK”.

B. Pembatasan Dan Perumusan Masalah 1. Pembatasan Masalah

  Untuk lebih terarah dan menghindari salah persepsi dari pembaca, maka penulis membatasi pembahasan tersebut pada: a.

  Praktik gadai dibatasi pada kegiatan praktik gadai yang sering dilakukan oleh masyarakat Kecamatan Tapos Kota Depok.

  b.

  Penelitian pelaksanaan praktik gadai dan pemanfaatan barang gadai di masyarakat Kecamatan Tapos Kota Depok.

  c.

  Materi dibatasi, mengenai hukum Islam atau hukum-hukum yang hanya berkaitan dengan pelaksanaan praktik gadai.

2. Perumusan Masalah

  Praktik gadai yang terjadi pada masyarakat Kecamatan Tapos Kota Depok menimbulkan beberapa problem yang harus dibahas dan ditentukan jawabannya. Hal ini dikarenakan prosedur dari akad hingga pemanfaatan barang gadai tidak semuanya berjalan sesuai dengan prosedur gadai yang sesuai dengan syariat Islam dengan a.

  Bagaimana tinjauan hukum Islam terhadap mekanisme gadai yang terjadi di masyarakat Kecamatan Tapos Kota Depok? b.

  Bagaimana tinjauan hukum Islam terhadap praktik pemanfaatan barang gadai di masyarakat Kecamatan Tapos Kota Depok ? c.

  Bagaimana tinjauan hukum Islam terhadap gadai yang berupa barang hutang di masyarakat Kecamatan Tapos Kota Depok?

C. Tujuan Dan Manfaat Penelitian 1. Tujuan Penelitian

  Pada setiap penelitian yang dilakukan pada dasarnya memiliki tujuan dan fungsi tertentu yang ingin dicapai baik yang berkaitan langsung dengan penulis atau pihak lain yang memanfaatkan hasil penelitian tersebut. Adapun tujuan dari penelitian yang dilakukan penulis adalah: a.

  Memberikan penjelasan terhadap proses dalam mekanisme gadai yang terjadi di Masyarakat Kecamatan Tapos Kota depok sesuai dengan tata cara pelaksanaan Praktik gadai yang sesuai dengan syariat Islam.

  b. memberikan pengetahuan kepada masyarakat, khususnya masyarakat di

  Kecamatan Tapos Kota Depok tentang hukum pemanfaatan barang gadai yang sesuai dengan syariat Islam.

  c. memberikan penjelasan terhadap permasalahan barang gadai yang berupa barang hutang sesuai dengan syariat Islam.

2. Manfaat Penelitian

  Sedangkan manfaat yang diharapkan dari penelitian ini adalah: a. Dari penelitian ini dapat menambah pengetahuan dari pihak lain yang memanfaatkannya, juga diharapkan hasil penelitian ini dapat mendeskripsikan proses dalam mekanisme gadai yang sesuai dengan syariat Islam.

  b.

  Dengan penelitian ini dapat memberikan informasi mengenai hukumnya memenfaatkan barang gadai sesuai dengan Hukum Islam.

  c.

  Dengan penelitian yang penulis lakukan bisa memberitahu informasi mengenai hukum menggadaikan barang yang berupa barang hutang, serta hasil penelitian ini bisa bermanfaat untuk seluruh masyarakat dalam menjalani praktik gadai yang sesuai dengan syariat Islam.

D. Tinjauan (Review) Kajian Terdahulu

  Berdasarkan telaah yang sudah dilakukan terhadap beberapa sumber, kepustakan, penulis meliputi bahwa apa yang menjadi masalah pokok penelitian tampaknya sangat penting dan prospektif. Untuk menghindari pengulangan dalam penelitian ini, sehingga tidak terjadi adanya pembahasan yang sama dengan penelitian lain, maka penulis perlu menjelaskan adanya tujuan penelitian yang akan diajukan. Dan beberapa tulisan yang berkaitan dengan masalah tersebut merupakan suatu data yang sangat penting.

  Adapun beberapa skripsi yang pernah dibaca pada perpustakaan yang tersedia di UIN Syarif Hidayatullah Jakarta adalah sebagai berikut:

  1. Pada tahun 2011, telah ditulis skripsi atas nama Sarki dengan judul “Praktik

  Gadai Dikalangan Masyarakat di Desa Argapura Kecamatan Cigudeg Kabupaten Bogor Dalam Perspektif Hukum Islam” dalam anaslisa ini membahas

  tentang Skripsi ini membahas tentang praktik gadai yang sering dilakukan oleh masyarakat Desa Argapura Cigudeg Bogor yang hanya meliputi praktik gadai mengandung riba atau tidak dan hukum Islam yang dibatasi hukum-hukum yang bekaitan dengan pelaksanaan gadai. Metode penelitian kualitatif deskriptif, penulisnya tidak bisa menyajikan data yang valid dan jelas terhadap studi kasus yang coba diangkat.

  2. Pada tahun 2012 atas nama Nur habibah, dengan judul “Analisa Dampak

  Perekonomian dalam Gadai Sawah di Kalangan Petani Muslim .” Skripsi ini

  membahas mengenai tata cara sistem gadai sawah, dampak perekonomian petani muslim di Desa Karang Patri dan analisa hukum memanfaatkan uang dari hasil gadai. Metode yang digunakan kualitatif dan kuantitatif.

  3. Pada tahun 2003, atas nama Aty Nurhayati, dengan judul “Konsep Gadai (ar-

  rahn) dalam Islam Serta Prospeknya di Indonesia.” Dalam skripsi ini membahas

  tentang Analisa pegadaian dengan sistem syariah yang mempunyai prospek yang cerah, baik pegadaian dengan sistem syariah maupun pegadaian baru serta mengenai sekmentasi dan pangsa pasarari pegadaian ini sangat baik. Ini semua dianalisis dari analisa SWOT yang telah ia teliti.

  4. Chuzaimah T. Yanggo dan A. Hafiz Anshory AZ. Dalam bukunya “Problematika menurut Syari'at Islam berarti, permohonan atau pengekangan. Sehingga dengan akad gadai menggadai kedua belah pihak mempunyai tanggung jawab bersama.

  Yang punya hutang bertanggung jawab melunasi hutangnya, dan orang yang punya hutang bertanggung jawab menjamin keutuhan barang jaminannya. Dan bila utang telah dibayar, maka penahanan atau pengekangan oleh sebab itu akad menjadi lepas, sehingga dalam pertanggungjawaban yang menggadai dan yang menerima gadai hilang untuk menjalankan kewajiban dan bebas dari tanggung jawab masing-masing.

  Sedangkan yang membedakan dari penelitian ini membahas tentang penyalahgunaan akad dalam praktik gadai di masyarakat Kecamatan Tapos Kota Depok. Yang menjelaskan praktik gadai dalam Islam, penulis menyajikan beberapa contoh praktik gadai yang diduga sering menjadi objek penyalahgunaan, agar dapat menjadi bahan yang dapat dipertimbangkan untuk terciptanya produk hukum baru sehingga bisa menanggulangi penyalahgunaan dan pemanfaatan praktik gadai tersebut, kemudian Penulis juga mencoba untuk memberikan data yang akurat secara prima dan up to date sehingga dapat dipertanggung jawabkan secara ilmiah. Dengan metode penelitian yang mengedepankan kualitatif deskriptif. Dan didukung oleh wawancara secara langsung dengan para narasumber yang sering dan bahkan selalu bersentuhan dengan praktik gadai dalam kehidupan sehari-harinya.

E. Metode Penelitian

  Suatu metode ilmiah dapat dipercaya apabila disusun dengan mempergunakan suatu metode yang tepat. Metode merupakan cara kerja atau tata kerja untuk dapat memahami obyek yang menjadi sasaran dari ilmu pengetahuan yang bersangkutan. Metode adalah pedoman

  • –pedoman, cara seseorang ilmuwan mempelajari dan memahami lingkungan
  • –lingkungan yang dihadapi. Dalam penelitian ini penulis menggunakan me
  • –metode sebagai berikut: 1.

  Metode Pendekatan Dalam ini penulis menggunakan metodelogi dengan pendekatan kualitatif, yang memiliki karakteristik alami (natural setting) sebagai sumber data langsung, deskriptif, proses lebih dipentingkan daripada hasil, analisis data kualitatif cendrung dilakukan secara analisa induktif dan makna merupakan hal yang 9 esensial.

  Dalam masalah ini prosedur pemecahan masalah yang diselidiki dengan menggambarkan/melukiskan keadaan subyek/obyek penelitian (seorang, lembaga, masyarakat, dan lain-lain) pada saat sekarang berdasarkan fakta-fakta yang 10 tampak, atau sebagaimana adanya.

  Dari pemaparan di atas Penulis berusaha memaparkan suatu kejadian dan peristiwa. Metode ini berguna untuk melahirkan teori-teori tentative, metode 9 Lexi Moeleong. Metotodologi penelitian Kualitatif, Cet. 13, (Bandung: PT. Remaja Rosda karya, 2002), hl.135. 10 Hadari Nawawi, Metode Penelitian Bidang Sosial, Cet.12, (Yogyakarta: Gajah Mada

  deskriptif berusaha mencari bahan bukan mengujinya, penelitian ini lahir karena kebutuhan.

  Penelitian ini memerlukan kualifikasi, yaitu peneliti harus memiliki sifat yang represif (mau menerima) yang berarti harus selalu mencari informasi, bukan menguji kebenaran suatu teori dan penelitian harus memiliki kekuatan integrative, yaitu kekuatan untuk memadukan berbagai informasi yang diperoleh menjadi satu kesatuan penafsiran.

2. Jenis Penelitian

  Dalam penyusunan skiripsi ini, penulis memilih studi kepustakaan (library

  research). Penulis mencari bahan-bahan dari sumber tulisan yang berhubungan dengan permasalahan judul skiripsi.

3. Sumber Data

  Untuk memperoleh data dalam penelitian ini, penulis menggunakan teknik Studi Pustaka, yaitu menyelidiki dokumen-dokumen tertulis untuk memperoleh data yang terdiri dari: a.

  Sumber data primer yaitu kitab suci Al-Quran, Hadist, Kitab Fiqih dan lain-lain b.

  Sumber data sekunder yaitu data yang di peroleh dari bahan-bahan hukum yang memberikan penjelasan mengenai bahan primer seperti, buku teks, Dokume-dokumen, Analisis data, Biografi, Kamus, maupun data dari internet (website).

4. Teknik Pengumpulan Data

  Teknik pengumpulan data dalam penulisan skiripsi ini adalah dengan menggunakan purposive sampling yaitu salah satu teknik pengambilan data atau sampel yang sering digunakan dalam penelitian. Dengan cara peneliti menentukan sendiri sampel yang diambil karena adanya pertimbangan pertimbangan tertentu, sampel diambil tidak secara acak tetapi ditentukan sendiri oleh peneliti. Jadi menurut penulis sampel ini cocok untuk penelitian kualitatif penelitian yang tidak melakukan generalisasi.

  11 5.

  Metode Analisis Data Dalam menganalisis data yang telah dihimpun, penulis menggunakan beberapa metode, yaitu: a.

  Metode induktif, yaitu pengambilan kesimpulan yang dimulai dari kesimpulan atau fakta-fakta khusus menuju kepada kesimpulan yang bersifat umum. 12 Jadi metode induktif adalah menganalisa data yang bersifat khusus kemudian ditarik kesimpulan secara umum, oleh karenanya dalam penelitian sebagai isi dari skiripsi ini, penulis mencari berdasarkan literarture tentang judul yang sedang penulis teliti kemudian dari temuan tersebut dilakukan analisa atau kesimpulan secara umum.

  11 12 Nana Sudjana, Tuntunan Penyusunan Karya Ilmiah,Cet ke 7,(Bandung: Sinar Baru

  b.

  Metode deduktif, menarik fakta atau kesimpulan yang bersifat umum, 13 untuk dijadikan fakta atau kesimpulan umum yang bersifat khsusus.

6. Teknik Penulisan

  Adapun Teknik penulisan dan penyusunan skripsi berpedoman pada Prinsip- prinsip yang telah diatur dan di bukukan dalam buku pedoman penulisan skiripsi Fakultas Syari‟ah dan Hukum UIN Syarif Hidayatullah Jakarta Tahun 2012.

F. Sistematika Penulisan

  Skripsi ini terdiri atas tiga bagian, yaitu bagian awal skripsi, bagian isi skripsi, dan bagian akhir skripsi yang terbagi dalam lima bab. Masing-masing bab terbagi dalam berbagai uraian sub-sub bab. Sistematika skripsi ini adalah sebagai berikut: Bagian awal skripsi terdiri dari halaman judul, persetujuan pembimbing, lembar pengesahan penguji, lembar pernyataan, abstrak, kata pengantar, daftar isi.

  Bagian isi skripsi terdiri dari: Bab I membahas mengenai pendahuluan, dalam bab ini diuraikan latar belakang masalah, pembatasan dan perumusan masalah,tujuan dan manfaat penelitian, kajian pustaka, metode penelitian dan sistematika penulisan.

  Bab II memembahas tentang teori tentang gadai dalam Islam. Dalam bab ini diuraikan tentang teori yang digunakan sebagai dasar pembahasan selanjutnya yaitu pengertian gadai, dasar hukum gadai, rukun dan syarat gadai, hak dan kewajiban 13 Sutrisno Hadi, Metodelogi Penelitian Resreach, (Jakarta: PT. Moyo Segoro Agung, 2007), dalam gadai, pendapat ulama kontemporer terhadap pemanfaatan barang gadai, batalnya akad gadai.

  Bab III membahas mengenai praktik Gadai di Kecamatan Tapos Kota Depok. Letak geografis wilayah Kecamatan Tapos, sekilas kondisi masyarakat Kecamatan Tapos, mekanisme praktik gadai di masyarakat Kecamatan Tapos Kota Depok, latar belakang terjadinya praktik pemanfaatan barang gadai di Kecamatan Tapos Kota Depok. Bab IV membahas tentang hasil Analisa Dan Pembahasan. Bab ini terdiri dari 3 sub yaitu terhadap Tinjauan Hukum Islam terhadap mekanisme gadai yang terjadi di masyarakat Kecamatan Tapos Kota Depok, Tinjauan Hukum Islam terhadap praktik pemanfaatan barang gadai di masyarakat Kecamatan Tapos Kota Depok, dan Tinjauan Hukum Islam terhadap gadai yang berupa barang hutang.

  Bab V berisi penutup dan kesimpulan yang menjawab rumusan masalah dan Saran dari Penulis.

BAB II TINJAUAN UMUM MENGENAI GADAI A. Pengertian Gadai (Rahn) Al-Rahn dalam kamus bahasa arab menggadaikan, menangguhkan

  14 اُْس –ٍْس Dan dapat juga dimaknai dengan alhabsu.Secara ٍْشٚ atau jaminan hutang, gadaian. etimologi rahn (gadaian) berarti tetap atau lestari, sedangkan al-habsu berarti 15 penahanan. 16 Begitupun jika dikatakan“ni‟matun rohinah” artinya: karunia yang tetap dan lestari. Menurut syarak kalimat Rahn itu artinya menjadikan harta sebagai 17 pengkukuh/penguat sebab adanya hutang.

  Sedangkan menurut terminologi atau istilah syara‟ terdapat beragam pengertian tentang gadai(rahn), yaitu :

1. Menurut Imam syafi‟i

  Mendefinisikan akad al-rahnu seperti berikut menjadikan al-

  „Ain (barang)

  sebagai watsiiqah (jaminan) utang yang barang itu digunakan untuk membayar utang tersebut (al-marhun bihi) ketika pihak al-Madiin (pihak yang berhutang, Al-Rahin) tidak bisa membayar hutang tersebut. Kalimat, (menjadikan al-

  „Ain) mengandung

  pemahaman bahwa kemanfaatan tidak bisa dijadikan sebagai sesuatu yang digadaikan

  14 Adib Bisri, Munawir AF, Kamus AL-BISRI, (Surabaya: Pustaka Progressif, 1999), Cet.

  Ke-1, hal. 274. 15 Choiruman Pasaribu, Suhrawardi K. Lubis, Hukum Perjanjian Dalam Islam, (Jakarta: Sinar Grafika, 1996), Cet. Ke-2, hal. 139. 16 Sayyid Sabiq, Fikih Sunnah, Alih bahasa. H. Kamaluddin A Marjuki, (Bandung: PT. Al- Maarif, 1996), hal.139. 17 Taqiyuddin Abu Bakar, Kifayatul Akhyar Fii Halli Ghayatil Ikhtishar, alih bahasa oleh

  (al-marhuun), karena kemanfaatan sifatnya habis dan rusak, oleh karena itu tidak bisa 18 dijadikan sebagai jaminan.

  2. Menurut Imam Malik Mendefinisikan Al-Rahn seperti sesuatu yang mutamawwal (berbentuk harta dan memiliki nilai) yang diambil dari pemiliknya untuk menjadikan watsiiqah hutang yang Laziin

  (keberadaannya sudah positif dan mengikat). Maksudnya, suatu akad atau kesepakatan akan mengambil sesuatu dari harta yang berbentuk al-

  „Ain (Barang,

  harta yang berbentuk konkrit) seperti harta tidak bergerak yaitu tanah, rumah, hewan, barang komoditi, atau dalam bentuk kemanfaatan (kemanfaatan barang, tenaga, atau keahlian seseorang). Namun, dengan syarat kemanfaatan tersebut harus jelas dan ditentukan dengan masa (penggunaan atau pemanfaatan suatu barang) atau pekerjaan dengan memanfaatkan tenaga atau keahliannya, juga dengan syarat kemanfaatan 19 tersebut dihitung masuk kedalam hutang yang ada.

  3. Menurut Imam Hanafi

  Rahn didefinisikan menjadi sesuatu (barang) jaminan terhadap hak (piutang)

  yang mungkin dijadikan sebagai pembayaran hak (piutang) itu baik seluruhnya 20 maupun sebagiannya.

  18 Ibnu Qudamah, Al-Mughnil, Penerjemah Misbah, (Jakarta: Pustka Azzam, 2009), Cet. 1, Hal. 24. 19 Ahmad Al-Dardiri, Al-Syarhu Al-Shagir, (Mesir: Dar El-Maarif) t.th, Jil. 3, hal. 207.

4. Menurut Imam Hanbali

  Mendefinisikan rahn dengan harta yang dijadikan jaminan hutang sebagai pembayar harga (nilai) hutang ketika yang berhutang berhalangan (tidak mampu) membayar utangnya kepada pemberi pinjaman. 21 Rahn menurut syara adalah :

  َْٔأ ٍَِٚذنا َكِنَر ُذْخَأ ٍُِكًُْٚ ُثَْٛحِت ٍَِْٚذِت ِحَمِٛثَٔ ِعِسأَؾنا ِشْظََ ِٙف حِّٛناَي ٌحًَِْٛل آََن ٍَِْٛػ ُمؼج ٍَِْٛؼنا َكْهِذ ٍِْي ِِّضْؼَت ُزْخَأ “Menjadikan barang yang mempunyai nilai harta menurut pandangan syara‟sebagai jaminan hutang, hingga orang yang bersangkutan boleh mengambil hutang atau ia bisa mengambil (manfaat) barang itu” 22 Rahn adalah menahan salah satu harta milik si peminjam sebagai jaminan

  atas pinjaman yang diterimanya.Barang yang ditahan tersebut harus memiliki nilai ekonomis.Dengan demikian, pihak yang menahan memperoleh jaminan untuk dapat mengambil kembali seluruh atau sebagian piutangnya.Secara sederhana dapat dijelaskan bahwa rahn adalah semacam jaminan hutang atau gadai . 23 Menurut Wahbah Zuhayli

  Al-Rahn sebagaimana didasarkan pada firman Allah SWT dalam surat al-Muddatsir ayat 38

  : :

        Artinya:“tiap-tiap diri bertanggung jawab atas apa yang telah diperbuatnya.” 21 Afzalur Rahman, Doktrin Ekonomi Islam, (Yogyakarta: PT. Tanah Bakri Wakaf, 1996), Cet. 4, Hal. 158. 22 Sayyid Sabiq Fikih Sunnah 12, (Jakarta: Pustaka Percetakan Offset,1998), hal. 139 23 Sayyid Sabbiq, Fiqhus Sunnah (Beirut: Darul-Kitab al-Arabi, 1987), Cetakan Ke-8, hal. Sementara itu, gadai menurut istilah adalah akad utang di mana terdapat suatu barang yang di jadikan peneguhan atau penguat kepercayaan dalam utang piutang, barang itu boleh dijual kalau utang tak dapat dibayar, hanya penjual itu 24 hendaknya dengan keadilan (dengan harga yang berlaku di waktu itu).

  Gadai tersebut menjadikan suatu yang bernilai menurut pandangan

  syara‟

  sebagai tanggungan hutang, dengan adanya benda yang menjadi tanggungan itu 25 seluruh atau sebagian utang dapat diterima.

  Menurut kitab Undang-Undang Hukum Perdata (KUHPerdata), gadai adalah suatu hak yang diperoleh seorang berpiutang atas suatu barang bergerak, yang diserahkan kepadanya oleh seseorang yang berhutang atau oleh orang lain atas namanya dan yang memberikan kekuasaan kepada si berpiutang itu untuk mengambil pelunasan dari barang tersebut secara didahulukan dari pada orang-orang yang berpiutang lainnya, dengan kekecualian biaya untuk melelang barang tersebut dan biaya yang dikeluarkan, biaya-biaya mana harus didahulukan (Pasal 1150 KUH 26 Perdata).

  Selain berbeda dengan KUH Perdata, pengertian gadai menurut syari'at Islam juga berbeda dengan pengertian gadai menurut ketentuan hukum adat yang mana dalam ketentuan hukum adat pengertian gadai yaitu menyerahkan barang gadai untuk menerima pembayaran sejumlah uang secara tunai dengan ketentuan, si penjual 24 Hendi Suhendi, 25 Fiqh Mu‟amalah, (Jakarta: PT. Rajagrafindo Persada, 2008), hal. 106.

  Ahmad Azhar Basir, Hukum Islam tentang Riba, Utang-piutang Gadai, (Bandung: PT.Al- Ma‟arif, 1983), hal. 50.

  (penggadai) tetap berhak atas pengembalian tanahnya dengan jalan menebusnya 27 kembali.

  Dari definisi di atas pada dasarnya mengandung makna yang sama, yaitu gadai menurut bahasa adalah tetap atau penahanan, sedangkan menurut istilah menjadikan sesuatu benda yang mempunyai nilai harta dalam pandangan syara‟ untuk kepercayaan suatu utang, sehingga memungkinkan mengambil seluruh atau sebagian utang dan benda yang dighadaikan. Sederhananya dapat dijelaskan bahwa rahn adalah semacam jaminan hutang atau gadai.

B. Dasar Hukum Gadai

  Sistem hutang piutang dengan gadai ini diperbolehkan (jaiz) tidak wajib berdasarkan kesepakatan ulama, tetapi disyariatkan dengan dasar Al- Qur‟an, Hadits dan Ijma‟ para Ulama.

1. Berdasarkan dalil Al-Qur‟an Al- Baqarah/2:283:

                                      

  Artinya:

  “Jika kamu dalam perjalanan (dan bermu'amalah tidak secara tunai) sedang kamu tidak memperoleh seorang penulis, Maka hendaklah ada barang tanggungan yang dipegang (oleh yang berpiutang). Akan tetapi jika sebagian kamu mempercayai sebagian 27 yang lain, Maka hendaklah yang dipercayai itu menunaikan

  Chuzaimah T. Yanggo, A. Hafiz Anhory, A.Z, Problematika Hukum Islam Komtemporer

  amanatnya (hutangnya) dan hendaklah ia bertakwa kepada Allah Tuhannya dan janganlah kamu (para saksi) menyembunyikannya persaksian dan barang siapa yang menyembunyikannya, maka sesungguhnya ia adalah yang berdosa hatinya dan Allah SWT maha mengetahui apa yang kamu kerjakan.” (QS. Al-

  Baqarah/2:283) Berdasarkan ayat di atas, bahwa dalam melakukan kegiatan muamalah yang tidak secara tunai, yang dilakukan dalam perjalanan dan tidak ada seorang pun yang mampu menjadi juru tulis yang akan menuliskannya, maka hendaklah ada barang

  28 tanggungan (borg) yang oleh pihak yang berpiutang digunakan sebagai jaminan.

  Sebab gadai tidak bisa terjadi sebelum serah terima barang karena ia merupakan akad 29 saling membantu dan menolong yang membutuhkan serah terima.

  Para ulama bersepakat gadai hukumnya boleh, baik ketika tengah perjalanan, mapun ketika Para menetap, berbeda pendapat terdapat mujahid dan ulama 30 Zahiriyyah karena sunnah menjelaskan tentang pensyariatan dan Al-Rahn secara mutlak, baik ketika sedang ditengah perjalanan maupun ketika sedang menetap.

2. Berdasarkan dalil dari As-sunnah

  Masalah rahn juga diatur dalam hadits Nabi Muhammad SAW, yaitu:

  ّػسد ىهع ٔ ّٛهػ للها ٗهص ٙثُنا ٍْس ذمنٔ : لال ُّػ للها ٙضس ظَأ ٍػ ذمنٔ ححُع حناْإٔ شٛؼؽ ضثخت ىهع ٔ ّٛهػ للها ٗهص ٙثُنا ٗنإ دٛؾئ شٛؼؾت

  28 29 M. Ali Hasan, Masail Fiqhiyah, Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada, 2003, hal.125.

  Al-Qadhi Abu Syuja bin Ahmad Al-Ishfahani, Ringkasan Fiqih Mazhab Syafi‟I, alih bahasa Toto Edidarmo, (Jakarta:PT Mizan Publika,2012), Cet.2, hal. 327. 30 Wahbah Az-Zuhaili, Fiqih Islam Wa Adilatuhu, (Depok: Gema Insani, 2011), jilid 6, hal.