Hanny Marliawati, 2014 PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN INKUIRI PICTORIAL RIDDLE UNTUK MENINGKATKAN
KEMAMPUAN ANALISIS SISWA SMA
Universitas Pendidikan Indonesia
|
repository.upi.edu |
perpustakaan.upi.edu
BAB I PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG MASALAH
Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan 2003, hlm. 6 secara tertulis menjabarkan bahwa
Mata pelajaran fisika adalah salah satu mata pelajaran dalam rumpun sains yang dapat mengembangkan kemampuan berpikir analisis induktif dan
deduktif dalam menyelesaikan masalah yang berkaitan dengan peristiwa alam sekitar, baik secara kualitatif maupun kuantitatif dengan menggunakan
matematika, serta dapat mengembangkan pengetahuan, keterampilan dan sikap percaya diri.
Kemampuan berpikir analisis induktif dan deduktif termasuk dalam keterampilan berpikir khususnya berpikir tingkat tinggi
high level thinking
. Hal ini sesuai dengan yang disampaikan oleh Joko Sutrisno 2008 bahwa
“
Berpikir tingkat tinggi
adalah operasi kognitif yang banyak dibutuhkan pada proses-proses berpikir yang terjadi dalam
short-term memory
. Jika dikaitkan dengan taksonomi Bloom, berpikir tingkat tinggi meliputi evaluasi, sintesis, dan analisis
”, sehingga idealnya pembelajaran fisika diaplikasikan untuk memenuhi penjabaran mata
pelajaran fisika sesuai KTSP yang di dalamnya terdapat keterampilan berpikir. Realita di Indonesia, masih banyak pembelajaran di sekolah yang belum
mendukung terlaksananya pembelajaran keterampilan berpikir yang efektif seperti yang dikemukakan oleh Sutrisno 2008
Sayangnya, kondisi pembelajaran yang ada di kebanyakan sekolah di Indonesia belum begitu mendukung untuk terlaksananya pembelajaran
keterampilan berpikir yang efektif. Beberapa kendalanya antara lain pembelajaran di sekolah masih terfokus pada guru, belum student-centered; dan
fokus pendidikan di sekolah lebih pada yang bersifat menghafalpengetahuan faktual.
Mata pelajaran fisika secara umum menurut KTSP diantaranya bertujuan agar peserta didiknya mengembangkan pengalaman untuk dapat merumuskan
masalah, mengajukan dan menguji hipotesis melalui percobaan, merancang dan merakit instrumen percobaan, mengumpulkan, mengolah, dan menafsirkan data,
Hanny Marliawati, 2014 PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN INKUIRI PICTORIAL RIDDLE UNTUK MENINGKATKAN
KEMAMPUAN ANALISIS SISWA SMA
Universitas Pendidikan Indonesia
|
repository.upi.edu |
perpustakaan.upi.edu
serta mengkomunikasikan hasil percobaan secara lisan dan tertulis. Dengan demikian, hendaknya proses belajar dan pembelajaran fisika yang berlangsung di
sekolah harus sesuai dengan tujuan pembelajaran fisika secara umum. Sehingga pada saat pembelajaran berlangsung akan tercipta suasana belajar yang aktif serta
student centred berpusat pada siswa yang bermuara pada ketercapaian tujuan pembelajaran tersebut.
Permendiknas No: 41 Th. 2007 tentang Standar Proses 2007, hlm. 8 menjelaskan dalam proses pembelajaran ideal harus terjadi yaitu interaktif ,
inspiratif, menyenangkan, menantang, dan memotivasi siswa untuk berpartisipsi aktif student centered. Proses pembelajaran ditekankan agar dapat memberikan
ruang yang cukup bagi prakarsa, kreativitas, dan kemandirian sesuai dengan bakat, minat dan perkembangan fisik serta psikologis peserta didik.
Hasil observasi terhadap proses pembelajaran fisika di kelas XI di salah satu SMA Negeri di kota Bandung, dari waktu pembelajaran 60 menit, 20 menit
digunakan guru untuk menjelaskan materi penerapan hukum-hukum Newton. Kemudian, 40 menit digunakan siswa untuk mencatat apa yang guru jelaskan di
papan tulis dan mengerjakan latihan soal. Pada awal pembelajaran guru menanyakan pada siswa materi apa yang terakhir kali telah mereka pelajari.
Kemudian guru menginformasikan bahwa materi yang akan mereka pelajari pada pertemuan kali itu adalah penerapan hukum-hukum Newton. Setelah itu guru
menuliskan materi pembelajaran mengenai gesekan pada papan tulis. Guru menggambarkan sebuah balok yang diletakkan di lantai mendatar kemudian balok
tersebut ditarik oleh seorang anak. Guru menuliskan gaya-gaya yang bekerja pada pada balok saat anak menarik balok tersebut. Setelah itu guru menuliskan contoh
soal yang berkaitan dengan gesekan di papan tulis. Kemudian siswa dipersilahkan untuk bertanya tentang apa yang belum dipahaminya dari materi yang dijelaskan
oleh guru. Berikutnya, guru menuliskan 3 buah soal latihan mengenai materi gesekan pada papan tulis. Guru meminta 3 orang siswa untuk mengerjakan soal di
papan tulis. Kemudian guru memberikan arahan kepada 3 orang siswa yang mengerjakan soal di papan tulis, namun arahan tersebut tidak disampaikan pada
Hanny Marliawati, 2014 PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN INKUIRI PICTORIAL RIDDLE UNTUK MENINGKATKAN
KEMAMPUAN ANALISIS SISWA SMA
Universitas Pendidikan Indonesia
|
repository.upi.edu |
perpustakaan.upi.edu
siswa lain. Siswa lainnya mengerjakan latihan soal di tempat duduknya masing- masing. Namun, karena guru lebih fokus membimbing siswa yang mengerjakan
soal latihan di papan tulis, siswa lainnya mulai gaduh dan bahkan sebagian besar siswa mengobrol dan tidak mengerjakan soal-soal tersebut. Berikutnya
menanyakan apakah siswa telah mengerti dengan soal-soal yang dilatihkan. Setelah itu guru memberikan pekerjaan rumah untuk siswa dan menutup kegiatan
pembelajaran. Dari 38 siswa yang ada di kelas itu, hanya 8 orang siswa 21,05 yang terlibat dalam pembelajaran yang terdiri dari: 1 orang siswa 2,63
mengajukan pertanyaan mengenai materi yang disampaikan oleh guru, 4 orang siswa 10,53 mengajukan pertanyaan mengenai perintah soal yang diberikan
oleh guru, 3 orang siswa 7,89 mengerjakan soal di depan kelas selama proses pembelajaran. Tidak terjadi diskusi antar siswa ataupun tanya jawab siswa dengan
guru mengenai materi yang disampaikan guru. Kegiatan pembelajaran hanya berorientasi pada penyelesaian soal yang bersifat matematis. Proses pembelajaran
masih bersifat teacher centered berpusat pada guru. Waktu pembelajaran lebih banyak digunakan oleh guru untuk menyampaikan materi pelajaran dan
mengerjakan latihan soal. Tidak ada insiatif siswa untuk terlibat aktif dalam kegiatan pembelajaran. Siswa lebih banyak berperan sebagai penerima informasi
terhadap hal-hal yang disampaikan guru. Pembelajaran belum menunjukkan proses pembelajaran yang ideal yang dijelaskan dalam Permendiknas No: 41 Th.
2007 tentang Standar Proses. Proses pembelajaran secara umum yang terjadi di dalam kelas kurang memfasilitasi pengembangan kemampuan berpikir siswa
seperti yang dijabarkan KTSP mengenai mata pelajaran fisika yang dapat mengembangkan kemampuan berpikir analisis.
Berdasarkan wawancara dengan siswa, pelaksanaan kegiatan praktikum jarang sekali dilakukan. Padahal berdasarkan hasil penyebaran angket dari 38
siswa, 64,42 siswa menyukai kegiatan praktikum. Siswa berpendapat dengan melakukan kegiatan praktikum membuat
pembelajaran menjadi lebih menyenangkan dan materi pembelajaran menjadi lebih mudah dimengerti
daripada dengan mendengarkan ceramah di kelas.
Hanny Marliawati, 2014 PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN INKUIRI PICTORIAL RIDDLE UNTUK MENINGKATKAN
KEMAMPUAN ANALISIS SISWA SMA
Universitas Pendidikan Indonesia
|
repository.upi.edu |
perpustakaan.upi.edu
Berdasarkan hasil wawancara guru, guru lebih memilih metode ceramah karena metode ini dianggap lebih mudah untuk dilakukan terkait dengan waktu
yang terbatas sedangkan materi pembelajaran yang harus disampaikan cukup banyak. Metode ceramah ini digunakan di semua materi pembelajaran.
Berdasarkan tes kemampuan analisis siswa dengan menggunakan soal kemampuan analisis yang terdiri dari tiga soal analisis berupa uraian pada materi
gerak melingkar. Soal tersebut terdiri dari aspek membedakan differentiating, aspek mengorganisasikan organizing, dan aspek mengatribusikan attributing.
Pada aspek membedakan differentiating, nilai rata-rata yang diperoleh siswa adalah 18,85. Pada aspek mengorganisasikan organizing, nilai rata-rata yang
diperoleh siswa adalah 59,65. Pada aspek mengatribusikan attributing, nilai rata- rata yang diperoleh siswa adalah 55,26. Berdasarkan nilai ketiga aspek tersebut,
maka nilai rata-rata kemampuan analisis siswa adalah 44,59. Jika nilai rata-rata kemampuan analisis siswa dibandingkan dengan nilai Kriteria Ketuntasan
Minimal KKM yang harus dicapai siswa yaitu 70, maka nilai rata-rata kemampuan analisis siswa masih dibawah nilai KKM.
Dari penjelasan hasil observasi kegiatan pembelajaran dan hasil tes kemampuan analisis siswa dapat disimpulkan bahwa kemampuan analisis siswa
masih rendah dan diketahui bahwa kemampuan analisis siswa belum dilatihkan secara maksimal.
Kembali pada KTSP yang menjabarkan mata pelajaran fisika, terdapat di dalamnya penyelesaian masalah yang berhubungan dengan alam sekitar. Hal ini
tentunya berhubungan dengan cara penyajian materi pembelajaran di kelas. Pernyataan Ruseffendi
Sapa’at, 2009 yang mendukung bahwa cara penyajian materi pembelajaran termasuk pada salah satu faktor pendukung keberhasilan
seseorang dalam belajar adalah: Ada sepuluh faktor yang mempengaruhi keberhasilan seseorang dalam
belajar, antara lain sebagai berikut: kecerdasan, kesiapan belajar, bakat, kemauan belajar, minat, cara penyajian materi perkuliahanpembelajaran,
pribadi dan sikap pengajar, suasana pengajaran, kompetensi pengajar dan kondisi masyarakat luas.
Hanny Marliawati, 2014 PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN INKUIRI PICTORIAL RIDDLE UNTUK MENINGKATKAN
KEMAMPUAN ANALISIS SISWA SMA
Universitas Pendidikan Indonesia
|
repository.upi.edu |
perpustakaan.upi.edu
Salah satu upaya untuk memecahkan masalah rendahnya kemampuan analisis siswa adalah dengan menerapkan model pembelajaran inkuiri pictorial
riddle. Menurut Sudirman 1989, hlm. 180 Pictorial Riddle adalah salah satu teknik atau metode untuk mengembangkan motivasi dan minat siswa di dalam
diskusi kelompok kecil maupun besar. Gambar, peragaaan atau situasi yang sesungguhnya dapat digunakan untuk meningkatkan cara berpikir kritis dan
kreatif siswa. Dalam model pembelajaran inkuiri pictorial riddle, siswa dilibatkan secara aktif dalam pembelajaran tentang konsep dan gejala fisika melalui
pengamatan, pengukuran dan pengumpulan data untuk menarik kesimpulan. Model pembelajaran inkuiri pictorial riddle memberikan kesempatan kepada
siswa untuk memecahkan masalah yang telah disampaikan sebelumnya oleh guru melalui gambar, peragaan, atau situasi yang sesungguhnya. Adapun tahapan
model inkuiri pictorial riddle yaitu, proses penyajian masalah, pengumpulan dan verifikasi data, mengadakan eksperimen dan pengumpulan data, merumuskan
penjelasan, dan mengadakan analisis proses penelitian Model pembelajaran inkuiri pictorial riddle dapat memberikan pengetahuan dan keterampilan kepada
siswa, bukan hanya sebagai hasil dari mengingat tetapi hasil dari menemukan sendiri. Ini menunjukkan adanya kondisi student-centered dan peran guru hanya
sebagai fasilitator, sesuai dengan pembelajaran fisika yang ideal yang dijabarkan dalam KTSP. Lee 2008 menyatakan bahwa
“Penggunaan pictorial riddle dapat mengembangkan kemampuan berpikir kritis, analisis, aplikasi dan keterampilan
mengevaluasi. ” Dengan demikian, diterapkannya model pembelajaran inkuiri
pictorial riddle diharapkan kemampuan analisis siswa akan meningkat. Model pembelajaran ini telah digunakan pada penelitian terdahulu untuk
mata pelajaran fisika. Berdasarkan hasil penelitian terdahulu Cahyadi, 2008, terdapat peningkatan kemampuan berpikir kritis siswa setelah diterapkan model
pembelajaran inkuiri pictorial riddle. Henita 2010 menyimpulkan bahwa terdapat peningkatan aktivitas dan prestasi belajar siswa setelah diterapkan model
pembelajaran inkuiri pictorial riddle. Djiwandono 2010 menyatakan bahwa salah satu elemen yang harus selalu ada dalam kemampuan berpikir kritis adalah
Hanny Marliawati, 2014 PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN INKUIRI PICTORIAL RIDDLE UNTUK MENINGKATKAN
KEMAMPUAN ANALISIS SISWA SMA
Universitas Pendidikan Indonesia
|
repository.upi.edu |
perpustakaan.upi.edu
kemampuan analisis. Sehingga jika model pembelajaran inkuiri pictorial riddle dapat meningkatakan kemampuan berpikir kritis, maka model ini juga diharapkan
mampu meningkatkan kemampuan analisis. KTSP menuntut adanya kemampuan analisis yang secara jelas terdapat
dalam Standar Isi KTSP 2006 untuk kompetensi dasar pelajaran fisika kelas XI. Salah satunya adalah “Menganalisis hukum-hukum yang berhubungan dengan
fluida statik dan dinamik serta penerapannya dalam kehidupan sehari- hari.”
Berdasarkan latar belakang tersebut, penulis mengambil judul “Penerapan Model Pembelajaran Inkuiri Pictorial Riddle untuk Meningkatkan
Kemampuan Analisis Siswa SMA
”. B.
RUMUSAN MASALAH
Berdasarkan latar belakang yang telah dikemukakan di atas, maka rumusan masalah secara umum adalah:
“Bagaimanakah peningkatan kemampuan analisis siswa setelah diterapkan Model Pembelajaran Inkuiri Pictorial Riddle?
” Berdasarkan rumusan masalah secara umum di atas, maka permasalahan
penelitian di atas dapat dijabarkan menjadi pertanyaan-pertanyaan penelitian sebagai berikut:
1. Bagaimanakah peningkatan kemampuan analisis siswa pada aspek
membedakan differentiating setelah diterapkan Model Pembelajaran Inkuiri Pictorial Riddle?
2. Bagaimana
peningkatan kemampuan
analisis siswa
pada aspek
mengorganisasi organizing setelah diterapkan Model Pembelajaran Inkuiri Pictorial Riddle?
3. Bagaimanakah peningkatan kemampuan analisis siswa pada aspek
mengatribusikan attributing setelah diterapkan Model Pembelajaran Inkuiri Pictorial Riddle?
C. BATASAN MASALAH