20
dengan reaksi-reaksi pribadi yang pada umumnya menentang pengaruh social, e tema ketuhanan : tema yang berhubungan dengan kondisi dan situasi manusia
sebagai makhluk sosial.
2.2.2.6 Sudut Pandang
Sudut pandang point of view, menyaran pada sebuah cerita dikisahkan. Ia merupakan cara dana tau pandangan yang dipergunakan pengarang sebagai sarana
untuk menyajikan tokoh, tindakan, latar, dan berbagai peristiwa yang membentuk cerita dakam sebuah karya fiksi kepada pembaca Abrams dalam Nurgiyantoro,
2009:248. Segala sesuatu yang dikemukakan dalam karya fiksi memang milik pengarang, pandangan hidup, dan tafsirannya terhadap kehidupan. Namun,
kesemuannya itu dalam karya fiksi disalurkan lewat sudut pandang tokoh, lewat kacamata tokoh cerita. Sudut pandang adalah pandangan pencerita yang dipilih
oleh pengarang untuk menceritakan suatu cerita Sumardjo 1986: 63-64. Kadang-
kadang orang sulit membedakan antara pengarang dengan tokoh pencerita, pada prinsipnya pengarang berbeda dengan tokoh pencerita. Tokoh pencerita
merupakan tokoh individu ciptaan pengarang yang mengemban misi membawa cerita, ia bukan pengarang itu sendiri. Sebuah cerita memang dituturkan oleh
pengarangnya, tetapi pengarang harus menentukan tokoh atau orang yang menceritakan cerita tersebut.
21
Sumardjo 1986: 63-64 membagi sudut pandang menjadi empat macam yaitu:
a. Sudut pandang Yang Maha Kuasa, pengarang bertindak sebagai pencipta segalanya. Ia tahu segalanya, pengarang dapat menggambarkan semua
tingkah laku dan mengetahui perasaan para tokohnya, mengerti apa yang mereka pikirkan mengetahui semua apa yang mereka kerjakan.
b. Sudut pandang orang pertama, pengarang sebagai pelaku cerita. Pengarang berlaku sebagai karakter utama cerita, ini ditandai dengan menggunakan
kata “aku”. Penggunaan teknik ini menyebabkan pembaca tidak mengetahui segala hal yang tidak diungkapkan oleh sang narator.
Keuntungan dari teknik ini adalah pembaca merasa menjadi bagian dari cerita. Dengan demikian semua c
erita bergantung pada tokoh “aku”. c. Sudut pandang peninjau, pengarang memilih salah satu tokohnya untuk
bercerita. Seluruh kejadian kita ikuti bersama tokoh ini. Cerita dikisahkan menggunakan kata ganti orang ketiga, seperti: mereka dan dia. Pengarang
hanya dapat melukiskan keadaan tokoh “dia”, tetapi tidak dapat
melukiskan kedadaan jiwa tokoh lain. d. Sudut pandang objektif, pengarang serba tahu tetapi tidak memberikan
komentar apapun. Pembaca hanya disuguhi pendangan mata, apa yang seolah dilihat pengarang. Sudut pandang ini hamper sama sama dengan
sudut pandang Yang Maha Kuasa, tetapi perbedaanya pengarang tidak sampai melukiskan keadaan batin tokoh-tokoh.
22
2.2.2.7 Bahasa