Account Representative Dan Modernisasi Sistem Administrasi Perpajakan Terhadap Kepatuhan Wajib Pajak Pada KPP Pratama Bandung Karees

(1)

(2)

ACCOUNT REPRESENTATIVE

DAN MODERNISASI SISTEM

ADMINISTRASI PERPAJAKAN TERHADAP KEPATUHAN

WAJIB PAJAK PADA KPP PRATAMA BANDUNG KAREES

Account Representative and Modernisation Administration Taxation

System To Tax Compliance On KPP Pratama Bandung Karees

RENAT NURUL FITRI 21108153

SKRIPSI

Diajukan untuk memenuhi salah satu syarat skripsi guna memperoleh gelar Sarjana Ekonomi

Program Studi Akuntansi

PROGRAM STUDI AKUNTANSI

FAKULTAS EKONOMI

UNIVERSITAS KOMPUTER INDONESIA

BANDUNG


(3)

(4)

iv

Abstract

RENAT NURUL FITRI, "Account Representative and Modernisation Administration Taxation System To Tax Compliance On KPP Pratama Bandung Karees," under guidance of: Prof.. Dr. Hj. Umi Narimawati, Dra., SE., M.Si

The modernization of the administration that started the DJP should support the growth of the voluntary compliance of tax payers, especially the role supported by Account Representative (AR) continues to foster WP to always obedient and alert the rights and obligations. The purpose of this study to determine the effect of the account representative and the modernization of tax administration system on adherence to the KPP Primary taxpayer Karees Bandung.

The method used in this research is descriptive method and verifikatif. The unit of analysis in this study is an individual taxpayer in KPP Pratama Bandung Karees totaling 100 samples. The tests used were calculated statistic Person correlation, Spearman, coefficient of determination, hypothesis testing and also using the SPSS 19 for windows.

The results of this study indicate that there is a strong relationship between the account representative and a very strong relationship between the modernization of tax administration system with taxpayer compliance. In addition, the account representative and the modernization of tax administration system with formal compliance an individual taxpayer, the magnitude of the effect amounted to 83.6%, and the rest are other factors that influenced the enforcement of tax laws, tax audit, and tax rates.

Keywords: Account Representative, Tax Administration System Modernization and Compliance Individual Taxpayer


(5)

ABSTRAK

RENAT NURUL FITRI, “Account Representative dan Modernisasi Sistem Administrasi Perpajakan terhadap Kepatuhan Wajib Pajak pada KPP

Pratama Bandung Karees,” di bawah bimbingan: Prof. Dr. Hj. Umi Narimawati, Dra., SE., M.Si

Adanya modernisasi administrasi yang telah dimulai DJP seharusnya mendukung tumbuhnya kepatuhan sukarela dari WP, apalagi dengan ditunjang dengan peranan Account Representative (AR) yang terus membina WP agar selalu patuh dan mengingatkan hak dan kewajibannya. Tujuan dari penelitian ini untuk mengetahui pengaruh account representative dan modernisasi sistem administrasi perpajakan terhadap kepatuhan wajib pajak pada KPP Pratama Bandung Karees.

Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode deskriptif dan verifikatif. Unit analisis dalam penelitian ini adalah wajib pajak orang pribadi di KPP Pratama Bandung Karees yang berjumlah 100 sampel. Pengujian statisti yang digunakan adalah perhitungan korelasi Person, Spearman, koefisien determinasi, uji hipotesis dan juga menggunakan aplikasi SPSS 19 for windows.

Hasil dari penelitian ini menunjukkan bahwa terdapat hubungan yang kuat antara account representative dan hubungan yang sangat kuat antara modernisasi sistem administrasi perpajakan dengan kepatuhan wajib pajak. Selain itu, account representative dan modernisasi sistem administrasi perpajakan dengan kepatuhan formal wajib pajak orang pribadi, besarnya pengaruh tersebut adalah sebesar 83,6%, dan sisanya dipengaruhi faktor lain yaitu penegakan hukum perpajakan, pemeriksaan pajak, dan tarif pajak.

Kata kunci: Account Representative, Modernisasi Sistem Administrasi Perpajakan dan Kepatuhan Wajib Pajak Orang Pribadi


(6)

vi

KATA PENGANTAR

Puji syukur penyusun panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa karena atas rahmat dan Karunianya, penyusun dapat menyelesaikan Skripsi ini dengan baik dan tepat waktu. Skripsi ini berjudul Pengaruh Account Representative dan Modernisasi Sistem Administrasi Perpajakan Terhadap Kepatuhan Wajib Pajak Pada KPP Pratama Bandung Karees”. Adapun dalam penulisan skripsi ini merupakan salah satu syarat guna memperoleh gelar Sarjana Ekonomi Program Studi Akuntansi Universitas Komputer Indonesia (UNIKOM).

Penyelesaian penulisan Usulan Penelitian ini tidak akan pernah tercapai tanpa ada dukungan, partisipasi dan motivasi baik langsung maupun tidak langsung, baik berupa material maupun non material dari semua pihak yang sudah membantu penulis, terutama kepada Prof. Dr.Hj. Umi Narimawati, Dra., SE., M.Si. selaku dosen pembimbing yang telah memberikan pengarahan dan masukan sehingga skripsi ini dapat terselesaikan. Selain itu penulis mengucapkan terima kasih kepada:

1. Dr. Ir. Eddy Soeryanto Soegoto selaku Rektor Universitas Komputer Indonesia.

2. Prof. Dr. Hj. Umi Narimawati, Dra.,SE., M.Si. Selaku Dekan Fakultas

Ekonomi. 3. Sri Dewi Anggadini, SE., M.Si. Selaku Ketua Program Studi Akuntansi

Fakultas Ekonomi Universitas Komputer Indonesia.

4. Ony Widilestariningtyas S.E. M.Si. selaku dosen wali penulis di kelas Ak-4 angkatan 2008,


(7)

vii

telah memberikan izin lokasi penelitian.

6. Bapak Ramelan selaku Kepala Sub Bagian Umum KPP Pratama Bandung Karees.

7. Drs. Yunan Sugiyan Dinata, selaku Kepala Bagian Pelayanan dan pembimbing langsung penulis di lapangan yang telah bersedia meluangkan waktu senggangnya dalam membimbing kegiatan penulis dalam penulisan skripsi.

8. Seluruh staf dosen Fakultas Ekonomi Universitas Komputer Indonesia (UNIKOM), yang telah memberikan pengarahan dan pembelajaran yang sangat berharga bagi penulis.

9. Orang tua penulis yang telah memberikan kasih sayang, dukungan dan motivasi yang begitu besar kepada penulis. Terima kasih untuk doa-doa malam yang menjelma menjadi nada yang hening dalam malam-malam sunyi senyap, lalu sampai pada diseberang lautan sana. Untuk membantu menepis kantuk tengah malam demi beberapa lembar skripsi , untuk mampu bertahan dari setiap lelah tak berujung sepulang kuliah, untuk mendekap hangat ringkuk ketika benar-benar sendiri, dan menopang kaki-kaki rapuh dalam perjalanan luar biasa panjang ini hingga kita merasa cukup tegar untuk tetap berdiri dan berjalan lagi.

10. Kedua adik ku tersayang. Mutiara Sakinah dan Raditya As Sidiq yang selalu memberikan motivasi, dukungan,semangat dan bantuan. Setiap kesulitan yang kalian hadapi yakinlah aka nada kemudahan yang mengapitnya.


(8)

viii

viii

11. Kepada pacarku Einvri Ardian yang selalu memberikan motivasi, dukungan, semangat, bantuan dan mendekap hangat ringkuk ketika benar-benar sendiri, dan menopang kaki-kaki rapuh dalam perjalanan luar biasa panjang ini hingga kita merasa cukup tegar untuk tetap berdiri dan berjalan lagi.

12. Teman-teman kelas Ak-4 angkatan 2008 dan teman-teman seperjuangan yang selalu kompak. Pertemuan yang menyenangkan dengan kalian, orang-orang baik yang membangkitkan semangat. Kebersamaan yang takkan pernah berkarat, biarpun jarak kita jauh, biar kehidupan kita sudah sendiri-sendiri, biar cerita kita sudah beda tema, beda lakon, beda drama dan beda naskah, biar kehidupan membawa kita pergi ke takdir yang berbeda-beda

13. Kepada semua pihak yang membantu dalam penyelesaian makalah ini yang telah memberikan bantuan.

Penulis menyadari bahwa dalam dalam penulisan usulan penelitian ini masih banyak terdapat kekurangan dan kesalahan, untuk itu penulis mengharapkan kritik dan saran yang membantu demi sempurnanya penulisan usulan penelitian ini. Semoga usulan penelitian ini dapat bermanfaat bagi semua pihak. Amien

Bandung, Juli 2012


(9)

ix DAFTAR ISI

Hal

LEMBAR PENGESAHAN……….…..i

PERNYATAAN KEASLIAN………..….ii

MOTTO……….…iii

ABSTRACT………...…iv

ABSTRAK……….….…v

KATA PENGANTAR………...vi

DAFTAR ISI………....…….…….ix

DAFTAR GAMBAR………......xiii

DAFTAR TABEL……….....xv

DAFTAR LAMPIRAN……….……xviii BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian ... 1

1.2 Identifikasi Masalah Rumusan Masalah 9 1.2.1 Identifikasi Masalah ... 9

1.2.2 Rumusan Masalah ... .9

1.3 Maksud dan Tujuan Penelitian ... 10

1.4 Kegunaan Penelitian ... 10

1.4.1 Kegunaan Praktis ... 10

1.4.2 Kegunaan Akademis ... 11

1.5 Lokasi dan Tempat Penelitian ... 12

1.5.1 Lokasi Penelitian……….12

1.5.2 Waktu Penelitian……….12

BAB II KAJIAN PUSTAKA, KERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS 2.1. Kajian Pustaka ... 14

2.1.1 Account Representative ... 14


(10)

x

2.1.1.2. Indikator Account Representative ... 17

2.1.1.3.Syarat Profesional Account Representative ... 20

2.1.2 Modernisasi Sistem Administarasi perpajakan ... 21

2.1.2.1. Pengertian Administrasi……….21

2.1.2.2. Pengertian Pelayanan ... 21

2.1.2.3. Peran Administrasi Perpajakan ... 22

2.1.2.4. Pengertian Modernisasi Administrasi Perpajakan...23

2.1.2.5 Indikator Modernisasi Sistem Administarsi Perpajakan...27

2.1.3 Kepatuhan Wajib Pajak………...29

2.1.3.1.Pengertian Kepatuhan Wajib Pajak………….……….29

2.1.3.2. Faktor Mempengaruhi Kepatuhan WP………31

2.1.3.3. Indikator Kepatuhan Wajib Pajak………...….……..32

2.1.3.4. Pengukuran Tingkat Kepatuhan WP………...32

2.1.3.5. Proses dan Teori Kepatuhan……….…….…..33

2.1.4 Hasil Penelitian Sebelumnya……….……....34

2.2 Kerangka Pemikiran ……….…...38

2.2.1. Keterkaitan Account Representative terhadap Kepatuhan Wajib Pajak ………..…...….…40

2.2.2. Keterkaitan Modernisasi Sistem Administrasi Perpajakn terhadap Kepatuhan Wajib Pajak ………...42

2.2.3. Keterkaitan Account Representative dan Modernisasi Sistem Administrasi Perpajakan terhadap Kepatuhan Wajib Pajak...43

2.3 Hipotesis……….………46

BAB III OBJEK DAN METODE PENELITIAN 3.1 Objek Penelitian.……….48

3.2. Metode Penelitian……….…..48

3.2.1 Desain Penelitian………....50

3.2.2 Operasionalisasi Variabel……….…..51

3.2.3 Sumber dan Tehnik Penentuan Data ………...54


(11)

………

3.2.4 Teknik Pengumpulan Data……….….………...56

3.2.4.1 Uji Validitas……….………...57

3.2.4.2 Uji Realibilitas……….……...61

3.2.4.3 Uji MSI……….……….….63

3.2.5 Rancangan Analisis dan Uji Hipotesis..……….……65

3.2.5.1 Rancangan Analisis...………..……65

3.2.5.2 Uji Hipotesis……….………….….77

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Gambaran Umum Perusahaan………...…...84

4.1.1. Sejarah Perusahaan………84

4.1.2. Struktur Organisasi………..………..91

4.1.3. Job Deskription……….….91

4.1.4.1 Aktivitas Perusahaan……….….101

4.2 Karakterikstik Responden………...101

4.3 Analisis Deskriptif……….…….104

4.3.1. Pengaruh Account Representative terhadap Kepatuhan Wajib Pajak………...104

4.3.2. Pengaruh Modernisasi Sistem Administrasi Perpajakan terhadap Kepatuhan Wajib Pajak……….……....114

4.3.3. Pengaruh Account Representative dan Modernisasi Sistem Administrasi Perpajakan terhadap Kepatuhan Wajib Pajak ………..………....124

4.4 Analisis Verivikatif……….……..…..142

4.5 Hasil Analisia Data dan Pengujian Hipotesis……….…147

4.5.1. Hasil Analisa Data………...147

4.5.1.1 Hasil Analisis Regresi Berganda………..…147

4.5.1.2 Analisis Korelasi………..….149

4.5.1.3 Koefisien Determinasi……….………...153

4.5.2. Pengujian Hipotesisi………....155 4.5.2.1 Pengaruh Account Representative dan Modernisasi


(12)

xii

Sistem Administrasi Perpajakan Berpengaruh Secara

Simultan terhadap Kepatuhan Wajib Pajak………...155 4.5.2.2 Pengaruh Account Representative dan Modernisasi

Sistem Administrasi Perpajakan Berpengaruh Secara

Parsial terhadap KepatuhanWajib Pajak………...159 BAB V SIMPULAN DAN SARAN

5.1 Simpulan………..….165 5.2 Saran……….…167 DAFTAR PUSTAKA……….…...168 LAMPIRAN-LAMPIRAN


(13)

1 1. 1 Latar Belakang

Pajak merupakan salah satu sumber penerimaan negara yang digunakan untuk membiayai pembangunan nasional. Pembangunan nasional dapat terus bergerak dan perekonomian negara dapat terus tumbuh karena adanya penerimaan negara. Semakin besar penerimaan negara tentu akan semakin banyak fasilitas publik yang dapat disediakan pemerintah. Penerimaan negara dapat ditingkatkan jika kesadaran pembayaran pajak semakin meningkat.

Sejak diadakannya reformasi perpajakan tahun 1983, sebagaimana telah diubah dengan undang undang Nomor 9 Tahun 1994 dan undang-undang Nomor 16 Tahun 2000 tentang Ketentuan Umum dan Tata Cara Perpajakan, sistem pemungutan pajak di Indonesia berubah dari Official Assessment System menjadi

Self Assessment System. Perubahan sistem perpajakan dari official assessment

menjadi self assessment, di mana wajib pajak diberi kepercayaan untuk mendaftar, menghitung, memperhitungkan, membayar, dan melaporkan kewajiban perpajakannya menjadikan kepatuhan sukarela wajib pajak sebagai kunci keberhasilan pemungutan pajak. (Nirwan Nur: 2011).

Ditegaskan oleh Machfud Sidik kepatuhan memenuhi kewajiban perpajakan secara sukarela (voluntary ofcompliance) merupakan tulang punggung sistem self assesment, di mana wajib pajak bertanggungjawab menetapkan sendiri kewajiban


(14)

2

perpajakan dan kemudian secara akurat dan tepat waktu membayar dan melaporkan pajaknya tersebut. (Siti Kurnia Rahayu ,2009).

Efektivitas tingkat kepatuhan pajak juga tercermin dari penyampain SPT. Ditjen Pajak dalam Surat Edaran Dirjen Pajak SE-18/PJ/2006 tanggal 27 Juli 2006 tentang Key Performance Indicator menyebutkan bahwa salah satu indikator kinerja dari kantor pajak adalah penyampaian SPT untuk mengukur tingkat kepatuhan wajib pajak dengan rumusan jumlah SPT Tahunan WPOP/Badan yang disampaikan dibagi dengan jumlah WPOP/Badan terdaftar dikalikan 100%. Jika angka kepatuhan pajak rendah, maka secara otomatis akan berdampak pada rendahnya penerimaan pajak sehingga menurunkan tingkat penerimaan pajak sehingga menurunkan tingkat penerimaan APBN pula. Dari berbagai data indikator kepatuhan pajak tersebut, terlihat bahwa terdapat permasalahan kepatuhan pajak di Indonesia yang masih menunjukkan level kepatuhan yang rendah (Sri Mulyani , 2010).

Pelaksanaan tax compliance di kota Yogyakarta juga masih belum maksimal. Dengan kata lain tax compliance belum menginternalisasi dalam diri semua wajib pajak di kota Yogyakarta. Hal ini tentunya berimbas pada tidak optimalnya penerimaan pajak di Kota Yogyakarta (Dahliana Hasan, volume 20, nomor 2, juni 2008).

Fenomena masih rendahnya kepatuhan wajib pajak terlihat pula dari tabel 1.1 mengenai jumlah SKPKB, SKPN, dan SKPLB yang terbit di tahun 2010 pada KPP Pratama yang ada di Kantor Wilayah Jawa Barat I


(15)

Tabel 1.1

SKPKB, SKPN, dan SKPLB yang terbit pada KPP Pratama di Kawil Jawa Barat I Periode 2010

KPP Pratama 2010

SKPKB SKPLB SKPN Tegallega 144 26 218 Cibeunying 436 55 225

Karees 306 104 334

Bojonagara 246 93 352

Cicadas 450 73 411

Sumedang 2 - 3

Majalaya 333 41 271

Sumber : KPP Pratama Wilayah Kota Bandung

Dari tabel di atas terlihat bahwa terdapat beberapa KPP yang jumlah SKPKB terbit lebih besar daripada jumlah SKPLB atau SKPN. Hal ini menandakan bahwa kepatuhan material wajib pajak di beberapa KPP Pratama yang ada di Kantor Wilayah Jawa Barat I masih ada yang tergolong rendah karena jumlah SKPKB yang terbit lebih besar dibandingkan jumlah SKPLB atau SKPN. Jumlah SKPKB yang terbit lebih besar dibandingkan jumlah SKPLB atau SKPN, menunjukkan bahwa belum sesuaianya jumlah kewajiban pajak yang harus dibayar dengan perhitungan sebenarnya oleh wajib pajak. Hal ini menandakan bahwa ketidakpatuhan wajib pajak secara material.

Kepatuhan wajib pajak masyarakat Indonesia dalam membayar pajak masih sangat rendah jika dibandingkan dengan negara lainnya di Asia Tenggara.. Rendahnya kondisi kepatuhan wajib pajak di Indonesia, ditunjukkan dengan masih sedikitnya wajib pajak orang pribadi dan wajib pajak badan yang terdaftar sebagai wajib pajak serta sedikitnya wajib pajak yang terdaftar yang melaporkan kewajiban perpajakannya. (Sri Mulyani, 2010). Departemen Keuangan


(16)

4

menyatakan bahwa jumlah wajib pajak resmi di Indonesia secara keseluruhan masih sangat sedikit. Data di tahun 2007 menunjukkan jumlah wajib pajak badan hanya 1,35 juta dan wajib pajak orang pribadi hanya 5,14 juta. Jumlah ini terlampau kecil bila dibandingkan dengan total usia produktif di Indonesia yang mencapai 170 juta. Untuk tahun 2011 saja terdapat 67 persen dari empat juta pemilik NPWP dilaporkan tidak menyerahkan SPT pajak. Kondisi itu terjadi antara lain diduga karena mereka kecewa terhadap pelayanan yang diberikan petugas pajak. (Darmin Nasution : 2011)

Kemudian Ketidakpatuhan pajak pun dapat ditunjukkan dengan pernyataan dari Kepala Subdirektorat Kepatuhan Wajib Pajak dan Pemantauan yang menyebutkan bahwa sebanyak 5.899.624 wajib pajak orang pribadi dan badan dilaporkan tidak patuh memenuhi kewajiban dalam menyampaikan surat pemberitahuan Pajak Penghasilan tahunan (Kompas, 7/1/2011). Fenomena tersebut juga ditunjukkan oleh KPP Pratama Karees sebagai berikut:

Tabel 1.2

Tingkat Kepatuhan SPT di KPP Pratama Bandung Karees

Tahun Pajak

SPT yang

Masuk Total Wajib Pajak terdaftar

Rasio Kepatuhan Terhadap Jumlah

Wajib Pajak Terdaftar

2009 32.070 67.813 47,29 %

2010 38.339 83.670 45,82 %

2011 29.600 67.831 43,63%

Sumber : KPP Karees 2012

Dari tabel diatas bisa dilihat bahwa tingkat kepatuhan wajib pajak orang pribadi di KPP Pratama Bandung Kareess masih rendah dilihat dari tingkat


(17)

pengembalian SPT dari tahun ke tahun. Hal ini bisa dilihat dari perbandingan dari jumlah wajib pajak orang pribadi dengan jumlah SPT yang masuk. Pada tahun 2010 jumlah Wajib Pajak terdaftar mengalami peningkatan sebesar 83.670 atau SPT yang masuk sebesar 38.339 , hal ini dikarenakan kemungkinan banyak wajib pajak yang membuat NPWP untuk memperoleh kredit atau pinjaman uang, menghindari pajak fiskal luar negeri, dan adanya NPWP ganda. Walaupun tiap tahun jumlah wajib pajak orang pribadi bertambah, tapi dari jumlah SPT yang masuk masih rendah. Untuk tahun berikutnya terjadi penurunan jumlah SPT yang masuk sebesar 29.600. Hal ini dikarenakan semakin bagus sitem yang ada tidak menjamin tingkat pengembalian SPT wajib pajak, selain itu juga kemungkinan dikarenakan kesibukan wajib pajak itu sendiri, ketidaktahuan wajib pajak untuk melapor dikarenakan kurangnya sosialisasi petugas pajak. (Darmin Nasution : 2011)

Salah satu upaya dalam meningkatkan kepatuhan wajib pajak adalah memberikan pelayanan yang baik kepada wajib pajak. Peningkatan kualitas dan kuantitas pelayanan diharapkan dapat meningkatkan kepuasan kepada wajib pajak sebagai pelanggan sehingga meningkatkan kepatuhan dalam bidang perpajakan. Paradigma baru yang menempatkan aparat pemerintah sebagai abdi Negara dan masyarakat (wajib pajak) harus diutamakan agar dapat meningkatkan kinerja pelayanan publik. ( Berita Pajak: 2009 ).

Menurut Kanwil Bandung bahwa Account Representative belum sepenuhnya efektif. Keadaan ini dilihat dari tugas-tugas Account Representative yang belum terlaksana dengan baik, seperti adanya profile wajib pajak yang belum up-date


(18)

6

oleh Account Representative karena satu orang Account Representative harus melayani jumlah wajib pajak yang terlalu banyak,sedangkan profil wajib pajak tersevut sifatnya wajib dan harus Account Representative ketahui dan profil wajib pajak tersebut sebagai sarana awal guna menunjang fungsional pemeriksa.(Agus :2010)

Konsep tersebut telah menjadi acuan penunjukan Account Representative,

yaitu aparat pajak yang bertanggung jawab dalam melaksanakan pelayanan dan pengawasan secara langsung untuk sejumlah wajib pajak tertentu yang telah ditugaskan kepadanya. Kepatuhan dan kesadaran masyarakat terhadap pajak tidak saja tergantung dari penyuluhan-penyuluhan dan pelayanan pajak yang optimal, namun tergantung pada sistem data yang akurat. Agar aparat pajak menyadari perannya sebagai petugas pajak yang harus memberikan pelayanan sebaik mungkin yaitu sebagai Account Representative dengan memberikan kemudahan dan mendorong wajib pajak agar lebih baik lagi dalam memenuhi kewajibannya sebagai warga Negara yang baik.

Account Representative berperan penting dalam menjabarkan dan menjelaskan suatu regulasi pajak kepada wajib pajak agar tidak terjadi

misinformation. Para Account Representative diharapakan mempunyai satu kesamaan dan persepsi dalam memberikan penjelasan, sehingga tidak terjadi beda penafsiran di mata wajib pajak. (Suzandri, 2006).

Fungsi pelayanan, konsultasi dan pengawasan terhadap wajib pajak lebih efektif karena dilakukan Account Representative sebagai mediator khusus, sehingga proses pelaksanaan pekerjaan pelayanan, konsultasi, dan pengawasan


(19)

menjadi lebih efisien. Dengan adanya Account Representative maka penanganan atas berbagai aspek perpajakan akan menjadi lebih cepat dan dapat dimonitor. Diharapkan juga jumlah wajib pajak yang tidak patuh akan semakin berkurang dan akan melakukan kewajiban perpajakannya sesuai dengan undang-undang, atau dengan kata lain, dengan adanya Account Representative diharapkan dapat meningkatkan kepatuhan pajak.

Modernisasi Perpajakan yang dicanangkan Direktorat Jenderal Pajak tentunya bukan hanya tanggung jawab Direktorat Jenderal Pajak semata. Keberhasilan modernisasi perpajakan membutuhkan kerja sama dan keterbukaan hati dari kedua belah pihak, baik dari Direktorat Jenderal Pajak maupun Wajib Pajak. Melalui semua itu, Direktorat Jenderal Pajak juga mengharapkan apa yang telah diprogramkan Direktorat Jenderal Pajak melalui modernisasi perpajakan mampu menggugah hati semua pihak untuk larut dan ikut dalam mewujudkannya. Adanya modernisasi administrasi perpajakan ini juga diharapkan mampu meningkatkan tingkat kepuasan wajib pajak terhadap modernisasi Large Taxpayer Office (LTO). Tingkat kepuasan pajak ini dapat tercermin dalam ketepatan waktu dalam menyampaikan SPT karena kemudahan e-filling, berkurangnya denda atau penalti atas keterlambatan pembayaran angsuran pajak karena kesulitan pengisian formulir, dan pada akhirnya kepuasan wajib pajak (WP) akan berimplikasi pada meningkatnya kepatuhan membayar pajak (Siti Kurnia Rahayu: 2006)

Tujuan utama reformasi pajak menurut mantan menteri keuangan Republik Indonesia, Radius Prawiro pada sidang DPR tanggal 5 Oktober 1983 adalah untuk menegakkan kemandirian masyarakat Indonesia dalam membiayai pembangunan


(20)

8

nasional dengan lebih mencurahkan lagi segenap kemampuan kita sendiri (Gardina dan Haryanto 2006).

Reformasi pajak sebenarnya lebih diarahkan pada upaya untuk meningkatkan kepatuhan wajib pajak, terutama dalam hal pembayaran pajak.wajib pajak patuh bukan berarti wajib pajak yang membayar dalam nominal besar melainkan wajib pajak yang mengerti dan mematuhi hak dan kewajibannya dalam bidang perpajakan serta telah memenuhi kriteria-kriteria tertentu. Pemerintah pun telah berusaha keras untuk meningkatkan kesadaran masyarakat dalam membayar pajak.

Masalah yang dihadapi KPP bahwa Wajib Pajak sudah membayar pajak, tetapi masih timbul kebingungan para Wajib Pajak dalam memenuhi kewajiban perpajakannya, wajib pajak sering tidak menyampaikan SPT tepat waktu, SPT yang di sampaikan pun tidak semuanya sesuai dengan kebenaran. Terkadang SPT yang disampaikan wajib pajak tidak sesuai dengan kenyataannya. Selanjutnya menurut Yunan Sugiyan Dinata yang merupakan kepala seksi pelayanan KPP Karees, menjelaskan bahwa permasalahan yang dihadapai terkait kinerja acoount representative adalah mengenai kualitas pelayanan yang diberikan petugas

account representative kurang, selain itu terlalu banyak jenis pekerjaan yang ditangani sehingga mengakibatkan terbengkalainya pekerjaan yang lain. Sedangkan permasalahan yang terjadi terkait modernisasi sistem administrasi perpajakan adalalah kurang efektifnya petugas pajak dikarenakan dalam menjalankan tugas dan SDM yang kurang professional dalam menjalankan tugas. (Yunan Sugiyan Dinata: 2012).


(21)

Berdasarkan uraian di atas, maka peneliti merumuskan kedalam sebuah penelitian yang berjudul: ”Pengaruh Account Representative dan Modernisasi Sistem Administrasi Perpajakan Terhadap Kepatuhan Wajib Pajak.”

1. 2 Identifikasi Masalah dan Rumusan Masalah 1.2.1 Identifikasi Masalah

Berdasarkan uraian latar belakang penelitian diatas, maka penulis mengidentifikasikan beberapa pokok permasalahan sebagai berikut:

1. Masih rendah Account Representative yang memiliki andil yang kuat dalam mengawasi dan memberikan himbauan serta menganalisa setiap wajib pajak untuk menghindari ketidakpatuhan dari wajib pajak. 2. Wajib Pajak tidak tepat waktu dalam penyampaian SPT

3. Kurangnya sarana informasi dari pegawai pajak sehingga menyebabkan wajib pajak tidak patuh

4. Wajib Pajak sudah membayar pajak, tetapi masih timbul kebingungan para Wajib Pajak dalam memenuhi kewajiban perpajakannya

1.2.2 Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang diatas, maka dapat diidentifikasikan permasalahannya sebagai berikut:

1) Bagaimana Account Representative, Modernisasi Sistem Administrasi Perpajakan dan Kepatuhan Wajib Pajak di KPP Pratama Bandung Karees.


(22)

10

2) Seberapa jauh pengaruh simultan dan parsial Account Representative

dan Modernisasi Sistem Administrasi Perpajakan terhadap Kepatuhan Wajib Pajak di KPP Pratama Bandung Karees.

1. 3 Maksud dan Tujuan Penelitian

Maksud dari penelitian ini adalah untuk menganalisa dan menjelaskan pengaruh Account Representative, Modernisasi Sistem Administrasi Perpajakan secara parsial dan simultan terhadap Kepatuhan Wajib Pajak.

Adapun penelitian ini bertujuan untuk mengetahui:

1) Mengetahui Account Representative, Modernisasi Sistem Administrasi Perpajakan dan Kepatuhan Wajib Pajak di KPP Pratama Bandung Karees. 2) Menganalisis besarnya pengaruh simultan dan parsial Account Representative

dan Modernisasi Sistem Administrasi Perpajakan terhadap Kepatuhan Wajib Pajak di KPP Pratama Bandung Karees.

1. 4 Kegunaan Penelitian

Manfaat yang diharapkan dari penelitian ini adalah sebagai berikut : 1.4.1 Kegunaan Praktis

Untuk kepentingan praktis, penelitian ini diharapkan dapat berguna sebagai :

1. Bagi pihak fiskus khususnya aparatur pajak, diharapkan penelitian ini dapat menjadi masukan untuk mengetahui pemahaman wajib pajak di Kota Bandung terhadap penerapan Account Representative dan respon


(23)

wajib pajak terhadap Modernisasi Sistem Administrasi Perpajakan yang diberikan oleh aparatur perpajakan.

2. Penelitian ini bagi fiskus dapat menjadi wacana referensi bagi penentuan kebijakan-kebijakan perusahaan serta dapat dijadikan sebagai bahan pertimbangan dalam pengambilan keputusan.

3. Diharapkan dari hasil penelitian ini dijadikan sebagai penambah wawasan tentang pentingnya Account Representative dan Modernisasi Sistem Administrasi Perpajakan terhadap Kepatuhan Wajib Pajak.

1.4.2 Kegunaan Akademis

Untuk kepentingan pengembangan keilmuan, penelitian ini diharapkan dapat berguna untuk :

1. Memberikan sumbangan bagi pengembangan ilmu akuntansi, khususnya berkenaan dengan teori akuntansi terkait dengan kepatuhan wajib pajak

2. Menambah khasanah pengetahuan dan pemahaman serta dapat dijadikan sebagai referensi pengetahuan, bahan diskusi dan bahan kajian lanjutan bagi pembaca tentang masalah yang berkaitan dengan kepatuhan wajib pajak dalam upaya kepatuhan terhadap aturan perpajakan

3. Dapat menambah wawasan dan pengetahuan yang sangat berharga dalam menganalisis persoalan-persoalan penerapan teori yang


(24)

12

diperoleh saat perkuliahan dengan praktek nyata. Disamping itu dapat dijadikan masukan penelitian-penelitian selanjutnya.

1. 5 Lokasi dan Waktu Penelitian 1.5.1 Lokasi Penelitian

Lokasi pelaksanaan penelitian untuk memperoleh data dan informasi yang diperlukan dalam penyusunan skripsi ini adalah KPP Pratama Bandung Karees Jl. Ibrahim Adjie 372 Bandung Tlp. (022)-7333355, 7337010, 7333180 Fax. (022)-7337015

1.5.2 Waktu Penelitian

Adapun waktu penelitian pada Kantor Pelayanan Pajak Pratama Bandung Karees yang dilaksanakan pada bulan Maret - Agustus 2012


(25)

Tabel 1.3 Waktu Penelitian

Tahap Prosedur

Bulan Maret 2012 April 2012 May 2012 Juni 2012 Juli 2012 Agustus 2012 I

Penemuan Masalah :

1.Observasi

2.Kajian Pustaka/ Literatur 3.Pengajuan Tema

II

Pengurusan Surat Menyurat :

1.Administrasi Surat Menyurat dari Prodi 2.Pengajuan surat izin ke Kanwil Pajak 3. Persetujuan Surat BalasanPenelitian

III

Bimbingan UP :

1.Bab I 2.Bab II 3.Bab III

4.Pengajuan Kuisioner

IV

Uji Coba Pengukuran :

1.Perancangan Kuisioner 2.Penyebaran Kuisioner 3.Uji Validitas

4.Uji Reliabilitas

V

Analisis Data

1.Penyebaran Kuisioner

2.Pengujian Secara Parsial dan Simultan 3.Penulisan Draft


(26)

14 BAB II

KAJIAN PUSTAKA, KERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS

Dihubungkan dengan judul penelitian, maka dalam bab ini akan dikemukakan landasan teoritis yang menunjang analisis hasil penelitian. Bahasan pada sub bab ini memaparkan kajian pustaka yang dimulai dari variabel-variabel yang akan diteliti, yaitu Account Representative dan Modernisasi Sistem Administrasi Perpajakan Terhadap Kepatuhan Wajib Pajak (Studi Empiris pada KPP Pratama Bandung Karees). Kemudian dilanjutkan dengan menyajikan kerangka pemikiran dan hipotesis-hipotesis yang dibangun berdasarkan argumentasi konseptual dari literatur-literatur yang relevan dan hasil-hasil temuan empiris yang ada.

2.1Kajian Pustaka

2.1.1 Account Representative

2.1.1.1 Pengertian Account Representative

Salah satu kunci keberhasilan suatu perusahaan adalah bergantung pada kinerja sumber daya manusia yang secara langsung atau tidak langsung memberi kontribusi pada perusahaan, yang meliputi pemangku kepentingan eksternal (stakeholder) dan kepentingan internal (karyawan) yang dimiliki oleh perusahaan. Untuk memperoleh kinerja optimal dari keberadaan karyawan dalam perusahaan, maka perusahaan perlu menetapkan strategi yang tepat, yaitu dengan memikirkan


(27)

bagaimana mengelola karyawan agar mau mencapai tujuan perusahaan yang telah ditetapkan. Banyak organisasi yang berhasil atau efektif karena ditopang oleh kinerja sumber daya manusia. Sebaliknya, tidak sedikit organisasi yang gagal karena faktor kinerja sumber daya manusia. Dengan demikian, ada kesesuaian antara keberhasilan organisasi atau kinerja organisasi dengan kinerja individu atau sumber daya manusia.

Pengertian Kinerja menurut Hersey and Blanchard dalam Tb. Sjafri Mangkuprawira (2008:219) menyatakan bahwa:

“Kinerja merupakan suatu fungsi dari motivasi dan kemampuan untuk

menyelesaikan tugas atau pekerjaan, seseorang harus memiliki derajat kesediaan dan tingkat kemampuan tertentu. Kesediaan dan keterampilan seseorang tidaklah cukup efektif untuk mengerjakan sesuatu tanpa pemahaman yang jelas tentang apa yang dikerjakan dan bagaimana mengerjakannya”.

Tb. Sjafri Mangkuprawira (2008:218) berpendapat bahwa:

“Kinerja adalah hasil atau tingkat keberhasilan seseorang secara dibandingkan

dengan berbagai kemungkinan, seperti hasil kerja, target atau sasaran atau kriteria yang telah ditentukan terlebihdahulu dan disepakati bersama.”

Sehubungan dengan itu, kinerja adalah kesediaan seorang atau kelompok orang untuk melakukan sesuatu kegiatan dan menyempurnakannya sesuai dengan tanggung jawabnya dengan hasil seperti yang diharapkan. Istilah kinerja sering digunakan untuk menyebut prestasi atau tingkat keberhasilan individu atau kelompok individu tersebut mempunyai kriteria keberhasilan yang telah ditetapkan. Kriteria keberhasilan ini berupa tujuan-tujuan atau target-target tertentu yang hendak dicapai. Tanpa ada tujuan atau target, kinerja seseorang atau organisasi tidak munkin dapat diketahui karena tidaka ada tolok ukurnya.


(28)

16

Menurut pengertian Account Representative di lingkungan Direktorat jendral Pajak dalam Jhon Hutagaol (2007: 22) adalah:

”Pegawai Direktorat Jenderal Pajak (DJP) yang diberi kepercayaan, wewenang, dan tanggung jawab untuk memberikan pelayanan, pembinaan, dan

pengawasan secara langsung kepada Wajib Pajak tertentu”.

Sedangkan Menurut Ricard Burton dalam Siti Resmi (2008:239) Account Representative adalah:

”Secara khusus petugas pajak dengan sebutan AR lebih fokus pada pekerjaan

berupa: a) menganalisa dan memonitor kepatuhan pembayaran pajak setiap Wajib Pajak yang diawasinya (semacam Tax peyer profile/ company profile); b) membantu mempercepat proses permohonan surat keterangan yang diperlukan Wajib Pajak; c) memonitor penyelesian pemeriksaan pajak dan proses keberatannya; dan d) menjawab pertanyaan Wajib Pajak atas permasalahan perpajakan serta menginformasikan ketentuan perpajakan terbaru.”

Account Representative dapat disebut juga sebagai staf pendukung pelaksana dalam tiap Kantor Pelayanan Pajak Modern, bertanggung jawab dalam menganalisa dan memonitor kepatuhan Wajib Pajak melalui penyampaian SPT yang harus sesuai dengan peraturan perundang-undangan pajak dan berwenang untuk memberikan respon yang efektif, tepat dan benar atas pertanyaan dan permasalahan yang disampaikan Wajib Pajak dalam pelaksanaan kewajibannya, memberikas edukasi kepada Wajib Pajak, asistensi secara langsung, serta mendorong, memofitasi dan mengawasi pemenuhan hak dan kewajiban Wajib Pajak yang menjadi tanggung jawab Account Representative.

Jadi dapat disimpulkan bahwa yang dimaksud dengan Kinerja Account Representative adalah hasil tingkat keberhasilan dari tugas-tugas yang di lakukan


(29)

oleh pegawai pajak yang ditujuk oleh Dirjen Pajak yang bekerja pada kantor pelayanan pajak yang sudah menerapkan sistem perpajakan modern.

2.1.1.2 Indikator Account Representative

Kinerja Account Representative dapat dilihat dari kualitas pelayanan, kode etik pegawai, tugas dan tanggung jawab pegawai Account Representative terhadap Wajib Pajak, tanggung jawab Account Representative terhadap atasannya. (Kanwil DJP Wajib Pajak Besar, 2008)

Indikator Account Representative menurut Kanwil DJP Wajib Pajak Besar terdiri atas:

1. Kualitas Pelayanan

Setiap Account Representative mempunyai beberapa Wajib Pajak yang harus diawasi. Penugasan pelayan Account Representative dilakukan berdasarkan jenis usaha sehingga meningkatkan profesionalisme dan meningkatkan produktivitas kerja karena pelaksanaan pekerjaan lebih tefokus. Account Representative dilatih agar menjadi staf yang proaktif, bersikap melayani, dan memiliki pengetahuan perpajakan yang baik. Seorang Account Representative

memiliki akses terhadap rekening Wajib Pajak secara on-line dan juga Wajib Pajak dapat secara mudah menghubungi Account Representative-nya baik secara langsung datang ke KPP maupun menggunakan telepon atau e-mail.

2. Kode Etik Pegawai

Penunjukan Account Representative merupakan karakeristik utama penerapan sistem administrasi perpajakan modern sejak reformasi perpajakan tahun


(30)

18

2002. Penerapan admnistrasi perpajakan yang modern salah satunya memberikan pelayanan yang baik kepada wajib pajak dengan menyiapkan tenaga ahli yang memadai.

Adapun kode etik pegawai pajak antara lain:

1). Menghormati agama, kepercayaan, budaya, dan adat istiadat orang lain. 2). Bekerja secara profesional, transparan, dan akuntabel.

3). Mengamankan data dan atau informasi yang dimiliki Direktorat Jenderal Pajak.

4). Memberikan pelayanan kepada Wajib Pajak, sesama Pegawai, atau pihak lain dalam pelaksanaan tugas dengan sebaik-baiknya.

5). Mentaati perintah kedinasan.

6). Bertanggung jawab dalam penggunaan barang inventaris milik Direktorat Jenderal Pajak.

7). Mentaati ketentuan jam kerja dan tata tertib kantor.

8). Menjadi panutan yang baik bagi masyarakat dalam memenuhi kewajiban 3. Tanggung Jawab Account Representative terhadap wajib pajak

Berdasarkan Keputusan Menteri Keuangan Republik Indonesia No. 98/KMK.01/2006 tentang Account Representative dalam Pasal 2 disebutkan bahwa Account Representative mempunyai tugas: (1) melakukan pengawasan kepatuhan perpajakan Wajib Pajak, (2) bimbingan/himbauan/konsultasi teknik perpajakan kepada Wajib Pajak, (3) penyusunan profil Wajib Pajak, (4) analisis kinerja Wajib Pajak, rekonsiliasi data Wajib Pajak dalam rangka intensifikasi, dan (5) melakukan evaluasi hasil banding berdasarkan ketentuan yang berlaku


(31)

Account Representative yang juga disebut staff pendukung pelaksana dalam tiap Kantor Pelayanan Pajak Modern, bertanggung jawab dan berwenang untuk memberikan pelayanan secara langsung, menyampaikan informasi perpajakan secara efektif dan professional, memberikan respon yang efektif atas pertanyaan dan permasalahan yang disampaikan Wajib Pajak, edukasi, asistensi serta mendorong dan mengawasi pemenuhan hak dan kewajiban Wajib Pajak.

Adapun tugas Account representative yang berhubungan dengan wajib pajak antara lain:

1). Melaksanakan pengawasan kepatuhan formal Wajib Pajak

2). Melaksanakan bimbingan/himbauan mengenai ketentuan perpajakan kepada Wajib Pajak

3). Memberikan konsultasi teknis perpajakan kepada Wajib Pajak 4). Membuat dan memutakhirkan profil Wajib Pajak

5). Melaksanakan proses pembetulan ketetapan pajak sebagaimana dimaksud dalam Pasal 16 UU KUP

6). Membuat konsep usulan Wajib Pajak / PKP Fiktif dan Wajib Pajak Patuh 7). Menganalisis SPT yang diberikan wajib pajak

8). Menginfirmasikan Perubahan peraturan perpajakan yang berkaitan dengan kewajiban perpajakan Wajib Pajak.

4. Tanggung jawab Pegawai Account Representative terhadap atasannya

Tanggungjawab Pegawai Account Representative terhadap atasannya adalah : 1). Membuat konsep rencana kerja

2). Menyusun estimasi penerimaan pajak berdasarkan potensi pajak, perkembangan ekonomi dan keuangan


(32)

20

3). Mengusulkan pemeriksaan dan atau penyidikan 4). Membuat konsep laporan berkala seksi.

2.1.1.3 Syarat Profesionalisme Account Representative

Menurut Siti Kurnia Rahayu (2010:129) syarat profesionalisme account representative terdiri dari :

1. Knowledge

- Menguasai ketentuan perpajakan - Menguasai semua jenis pajak - Menguasai teknologi informasi 2. Skill

- Mengawasi pemenuhan kewajiban perpajakan wajib pajak - Memahami karakteristik perusahaan dan industry wajib pajak

- Melakukan analisis data dan potensi perpajakan yang diperoleh dari berbagai sumber

- Memberikan pelayanan prima

- Berkomunikasi dengan baik dengan wajib pajak 3. Attitude

- Proaktif dan Inovatif - Kreatif


(33)

2.1.2 Modernisasi Sistem Administrasi Perpajakan 2.1.2.1 Pengertian Administrasi

Menurut Trecker (2000:55) mengatakan pengertian administrasi adalah:

“Suatu proses yang dinamis dan berkelanjutan, yang digerakkan dalam rangka mencapai tujuan dengan cara memanfaatkan orang dan material melalui

koordinasi dan kerjasama”.

Definisi diatas menunjukkan beberapa batasan istilah administrasi yang secara langsung menepis anggapan bahwa administrasi selalu diartikan sebagai kegiatan ketatausahaan yang berkaitan dengan pekerjaan mengatur berkas, membuat laporan administratif, dan sebagainya.

Menurut Berry Nurdiansyah (2009) yang mengutip Chandler and Plano, dalam The Public Aministration Dictionary definisi administrasi adalah “Proses dimana keputusan dan kebijakan diimplementasikan.”

2.1.2.2 Pengertian Administrasi Perpajakan

Modernisasi perpajakan yang dilakukan merupakan bagian dari reformasi perpajakan secara komprehensif sebagai satu kesatuan dilakukan terhadap 3 bidang pokok yang secara langsung menyentuh pilar perpajakan yaitu bidang administrasi, bidang peraturan dan bidang pengawasan. Melalui modernisasi administrasi perpajakan, diharapkan terbangun pilar-pilar pengelolaan pajak yang kokoh sebagai fundamental penerimaan negara yang baik dan berkesinambungan. (Siti Kurnia Rahayu, 2010:109)


(34)

22

Menurut Sophar Lumbantoruan dalam Siti Kurnia Rahayu (2010:93) administrasi perpajakan adalah :

“Cara-cara atau prosedur pengenaan dan pemungutan pajak”

Administrasi pajak dalam arti sebagai prosedur meliputi antara lain tahap-tahap pendaftaran wajib pajak, penetapan pajak, pembayaran pajak, pelaporan pajak, dan penagihan pajak.

2.1.2.3 Peran Administrasi Perpajakan

Administrasi pajak berperan penting dalam sistem perpajakan di suatu Negara. Suatu Negara dapat dengan sukses mencapai sasaran yang diharapkan dalam menghasilkan penerimaan pajak yang optimal karena administrasi perpajakan mampu dengan efektif melaksanakan sistem perpajakan disuatu Negara yang dipilih.

Carlos A. Silvani dalam Siti K. Rahayu (2010:93) menyebutkan administrasi pajak dikatakan efektif bila mampu mengatasi masalah-masalah:

1) Wajib Pajak yang tidak terdaftar (unregistered taxpayers)

Dengan Aministrasi pajak yang efektif akan mampu mendeteksi dan menindak dengan menerapkan sanksi tegas bagi masyarakat yang telah memenuhi ketentuan menjadi Wajib Pajak tetapi belum terdaftar. Penambahan jumlah Wajib Pajak secara signifikan akan menigkatkan jumlah penerimaan pajak.


(35)

Administrasi perpajakan efektif akan dapat mengetahui penyebab Wajib Pajak tidak menyampaikan SPT melalui pemeriksaan pajak.

3) Penyelundup pajak (tax evaders)

Penyelundup pajak (tax evaders) yaitu Wajib Pajak yang melaporkan pajak lebih kecil dari yang seharusnya menurut ketentuan perundang-undangan akan lebih terdeteksi dengan dukungan adanya bank data tentang Wajib Pajak dan seluruh aktivitas usahanya sangat diperlukan.

4) Penunggak pajak (delinquent tax pavers)

Upaya pencairan tunggakan pajak dilakukan melalui pelaksanaan tindakan penagihan secara intensif dalam set administrasi pajak yang baik akan lebih efektif melaksanakan upaya tersebut.

Berdasarkan dari pengertian diatas disimpulkan bahwa administrasi perpajakan berupaya untuk merealisasikan peraturan pajak, penerimaan pajak dan cara mengatasi masalah-masalahnya agar administrasi perpajakan dapat terlaksanadengan efektif.

2.1.2.4 Pengertian Modernisasi Administrasi Perpajakan

Dengan Adanya modernisasi administrasi perpajakan ini diharapkan mampu meningkatkan tingkat kepatuhan wajib pajak. Kepatuhan wajib pajak (tax compliance) dapat diidentifikasi dari kepatuhan wajib pajak dalam mendaftarkan diri, kepatuhan untuk menyetorkan kembali Surat Pemberitahuan (SPT), kepatuhan dalam penghitungan dan pembayaran pajak terutang, serta kepatuhan dalam pembayaran tunggakan. Isu kepatuhan menjadi penting karena


(36)

24

ketidakpatuhan secara bersamaan akan menimbulkan upaya menghindarkan pajak, seperti tax evasion dan tax avoidance, yang mengakibatkan berkurangnya penyetoran dana pajak ke kas negara. Pada hakekatnya kepatuhan wajib pajak dipengaruhi oleh kondisi sistem administrasi perpajakan yang meliputi tax service

dan tax enforcement.

Pengertian modernisasi administrasi perpajakan menurut Djazoeli Sadhani (2005:60) yaitu sebagai berikut :

“Modernisasi administrasi perpajakan adalah suatu proses reformasi pembaharuan dalam bidang administrasi pajak yang dilakukan secara komprehensif, meliputi aspek teknologi informasi yaitu perangkat lunak, perangkat keras, dan sumber daya manusia dengan tujuan mencapai tingkat kepatuhan perpajakan yang tinggi, kepercayaan terhadap administrasi perpajakan dan tercapainya produktivitas kinerja aparat perpajakan yang tinggi, sehingga diharapkan dapat mengurangi praktek Korupsi, Kolusi, dan Nepotisme (KKN).”

Pengertian modernisasi administrasi perpajakan menurut Indra Ismawan (2001:81) adalah sebagai berikut:

“Modernisasi Administrasi Perpajakan adalah suatu proses pembaharuan

dalam bidang administrasi perpajakan yang dilakukan warga komprehensif, meliputi aspek teknologi informasi yaitu perangkat lunak, perangkat keras dan

sumber daya manusia.”

Pandiangan mengemukakan mengenai konsep dari modernisasi perpajakan, adalah pelayanan prima dan pengawasan intensif dengan pelaksanaan good governance. Tujuan modernisasi antara lain, meningkatkan kepatuhan pajak, kepercayaan terhadap administrasi perpajakan dan memacu produktivitas pegawai pajak yang tinggi. Modernisasi sendiri meliputi tiga hal, yakni reformasi kebijakan, administrasi dan pengawasan. Keberhasilan modernisasi perpajakan


(37)

membutuhkan kerja sama dan keterbukaan hati dari kedua belah pihak, baik dari Direktorat Jenderal Pajak maupun wajib pajak.

Program modernisasi administrasi perpajakan telah mendapat peran cukup penting dalam menentukan masa depan Direktorat Jenderal Pajak. Dalam praktiknya, DJP terus melakukan berbagai pembenahan, diantaranya pembenahan organisasi yang kini lebih menyesuaikan pada kebutuhan wajib pajak. Selain itu DJP juga melakukan pembaharuan di bidang informasi teknologi, business redesign process serta sumber daya manusia (SDM). Apabila seluruh aspek modernisasi sudah berjalan dengan baik, maka pihak DJP dapat melakukan penilaian berbasis kinerja kepada para pegawai dan memberikan insentif berdasarkan kinerjanya. Dengan perbandingan yang ada dalam pengelolaan pajak di berbagai negara, utamanya negara-negara yang lebih maju, agar mudah diaplikasikan dan dilaksanakan maka disusun konsep modernisasi perpajakan ala Indonesia, yakni disesuaikan dengan iklim, kondisi, dan sumber daya yang ada.

Sebagai dasar dari konsep modernisasi administrasi perpajakan adalah ”pelayanan prima” dan ”pengawasan intensif” dengan pelaksanaan ”good governance”

(2008:6-9).

Adapun tujuan modernisasi administrasi perpajakan menurut Liberti Pandiangan (2008:10) adalah untuk menjawab latar belakang dilakukannya modernisasi perpajakan, yaitu :

1. Tencapainya tingkat kepatuhan pajak (tax compliance) yang tinggi

2. Tercapainya tingkat kepercayaan (trust) terhadap administrasi perpajakan yang tinggi


(38)

26

3. Tercapainya tingkat produktivitas pegawai pajak yang tinggi.

Adanya modernisasi administrasi perpajakan ini diharapkan mampu meningkatkan tingkat kepatuhan wajib pajak. Kepatuhan wajib pajak (tax compliance) dapat diidentifikasi dari kepatuhan wajib pajak dalam mendaftarkan diri, kepatuhan untuk menyetorkan kembali Surat Pemberitahuan (SPT), kepatuhan dalam penghitungan dan pembayaran pajak terutang, serta kepatuhan dalam pembayaran tunggakan. Isu kepatuhan menjadi penting karena ketidakpatuhan secara bersamaan akan menimbulkan upaya menghindarkan pajak, seperti tax evasion dan tax avoidance, yang mengakibatkan berkurangnya penyetoran dana pajak ke kas negara. Pada hakekatnya kepatuhan wajib pajak dipengaruhi oleh kondisi sistem administrasi perpajakan yang meliputi tax service

dan tax enforcement.

Menurut Nasucha (2004), pengukuran efektivitas administrasi perpajakan yang lebih akurat adalah dengan mengukur berapa besarnya jurang kepatuhan (tax gap), yaitu selisih antara penerimaan yang sesungguhnya dari potensi pajak dengan tingkat kepatuhan dari masing-masing sektor perpajakan. Dengan adanya perbaikan sistem administrasi perpajakan diharapkan akan mendorong kepatuhan wajib pajak Dengan kata lain hipotesis yang dikemukakan dalam penelitian ini adalah penerapan sistem administrasi perpajakan modern berpengaruh terhadap peningkatan kepatuhan wajib pajak.


(39)

2.1.2.5 Indikator Modernisasi Sistem Administrasi Perpajakan

Menurut Siti Kurnia Rahayu (2006:88) program dan kegiatan reformasi dan modernisasi administrasi perpajakan dilakukan secara komprehensif melalui : 1. Sistem Administrasi

Menurut A. Dunsire yang dikemukakan kembali oleh Siti Kurnia Rahayu (2006:71) tentang administrasi sebagai berikut :

“Administrasi diartikan sebagai arahan, pemerintahan, kegiatan, implementasi, mengarahkan, penciptaan prinsip – prinsip implementasi kebijakan, kegiatan melakukan analisis, menyeimbangkan dan mempresentasikan keputusan, pertimbangan – pertimbangan kebijakan, sebagai pekerjaan individual dan kelompok dalam menghasilkan barang dan jasa publik, dan sebagai arena bidang kerja akademik dan teoritis (Yeremias T. Keban). Selanjutnya administrasi merupakan suatu proses dinamis dan berkelanjutan yang digerakkan dalam rangka mencapai tujuan dengan cara memanfaatkan orang atau material melalui koordinasi dan kerja sama.”

Sistem Administrasi Perpajakan Modern dikemukakan oleh Suparman (2007:1) sebagai berikut: “Sistem Administrasi Perpajakan Modern adalah penyempurnaan atau perbaikan kinerja administrasi baik secara individu, kelompok maupun kelembagaan agar lebih efisien, ekonomis dan cepat.” 2. Kinerja

Pengertian kinerja menurut Veithzal Rivai Ahmad Fawzi MB (2005) pengertian Kinerja adalah sebagai berikut :

“Kinerja adalah hasil atau tingkat keberhasilan seseorang secara keseluruhan selama periode tertentu di dalam melaksanakan tugas dibandingkan dengan berbagai kemungkinan, seperti standar hasil kerja, target atau sasaran atau kriteria yang telah ditentukan terlebih dahulu dan telah disepakati bersama. Jika dilihat dari asal katanya, kata kinerja adalah terjemahan dari kata performance, yang menurut The Scribner-Bantam English Distionary, terbitan Amerika Serikat dan Canada (1979), berasal dari

akar kata “to perform” dengan beberapa “entries” yaitu: (1) melakukan, menjalankan, melaksanakan (to do or carry out, execute); (2) memenuhi atau melaksanakan kewajiban suatu niat atau nazar (to discharge of fulfill; as vow);


(40)

28

(3) melaksanakan atau menyempurnakan tanggung jawab (to execute or complete an understaking); dan (4) melakukan sesuatu yang diharapkan oleh seseorang atau mesin (to do what is expected of a person machine).”

3. Efektivitas Pengawasan

Untuk meningkatkan produktivitas aparat perpajakan dengan melalui program – program berikut :

a. Program reorganisasi Direktorat Jenderal Pajak berdasarkan fungsi dan kelompok wajib pajak.

b. Program peningkatan kemampuan pengawasan dan pembinaan oleh Kantor Pusat/Kanwil Direktorat Jenderal Pajak.

c. Program penyusunan kebijakan baru untuk manajemen sumber daya manusia.

d. Program peningkatan mutu sarana dan prasarana. e. Program penyusunan rencana kerja operasional. 4. SDM Profesional

Penyiapan sumber daya manusia (SDM) yang bekualitas dan professional merupakan program reformasi aspek sumber daya manusia, antara lain melalui pelaksanaan fit and profer test secara ketat, penempatan pegawai sesuai kapasitas dan kapabilitasnya, reorganisasi, kaderisasi, pelatihan, dan program pengembangan self capacity.


(41)

2.1.3 Kepatuhan Wajib Pajak 2.1.3.1 Pengertian Kepatuhan pajak

Menurut Safri Nurmantu yang dikutif Siti Kurnia Rahayu (2010:139) kepatuhan perpajakan adalah :

“Suatu keadaan dimana Wajib Pajak memenuhi semua kewajiban perpajakan dan melaksanakan hak perpajakannya”.

Suatu iklim kepatuhan dan kesadaran pemenuhan kewajiban perpajakan, tercermin dalam situasi dimana:

1) Wajib Pajak paham atau berusaha untuk memahami semua ketentuan peraturan perundang-undangan perpajakan.

2) Mengisi formulir pajak dengan lengkap dan jelas. 3) Menghitung jumlah pajak yang terutang dengan benar. 4) Membayar pajak yang terutang tepat pada waktunya.

Menurut Chaizi Nasucha dalam Siti Kurnia Rahayu (2010:139) kepatuhan wajib pajak dapat diidentifikasi dari :

a. Kepatuhan wajib pajak dalam mendaftarkan diri;

b. Kepatuhan untuk melaporkan kembali surat pemberitahuan (SPT); c. Kepatuhan dalam penghitungan dan pembayaran pajak terutang; dan d. Kepatuhan dalam membayar tunggak


(42)

30

Kemudian merujuk kepada kriteria wajib pajak patuh menurut Keputusan Menteri Keuangan No. 544/KMK.04/2000, bahwa kriteria kepatuhan wajib pajak adalah :

a. Tepat waktu dalam menayampaikan SPT untuk semua jenis pajak dalam 2 tahun terakhir.

b. Tidak mempunyai tunggakan pajak untuk semua jenis pajak, kecuali telah memperoleh izin untuk mengangsur atau menunda pembayaran pajak.

c. Tidak pernah dijatuhi hukuman karena melakukan tindak pidana di bidang perpajakan dalam jangka waktu 10 tahun terakhir.

d. Dalam 2 tahun terakhir menyelenggarakan pembukuan dan dalam hal terhadap wajib pajak pernah dilakukan pemeriksaan, koreksi pada pemeriksaan yang terakhir untuk masing-masing jenis pajak yang terutang paling banyak 5%. e. Wajib pajak yang laporan keuangannya untuk 2 tahun terakhir diaudit oleh

akuntan public dengan pendapat wajar tanpa pengecualian, atau pendapatan dengan pengecualian sepanjang tidak memengaruhi laba rugi fiskal.

Menurut Siti Kurnia Rahayu (2010:139), menyatakan bahwa kepatuhan pada prinsipnya kepatuhan perpajakan adalah tindakan wajib pajak dalam pemenuhan kewajiban perpajaknnya sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan dan peraturan pelaksanaan perpajakan yang berlaku dalam suatu negara. Predikat wajib pajak patuh dalam arti disiplin dan taat, tidak sama dengan wajib pajak yang berpredikat pembayar pajak dalam jumlah besar, tidak ada hubungan antara


(43)

kepatuhan dengan jumlah nominal setoran pajak yang dibayarkan pada kas

negara.”

Dari beberapa pendapat para ahli yang telah disebutkan di atas, dapat disimpulkan bahwa Kepatuhan adalah tindakan taat atau patuhnya wajib pajak dalam memenuhi kewajiban perpajakannya sesuai dengan ketentuan umum perpajakan yang berlaku.

2.1.3.2 Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Kepatuhan Wajib Pajak

Ada beberapa hal yang mempengaruhi kepatuhan wajib pajak dalam memenuhi kewajiban pajaknya. Adapaun factor-faktor tersebut, antara lain:

a. Tarif pajak

b. Pelaksanaan penagihan yang rapi, konsisten dan konsekuen c. Ada tidaknya sanksi bagi pelanggar

d. Pelaksanaan sanksi secara konsisten, konsekuen dan tidak pandang bulu (Burton, 2005:4-6)

Menurut kepatuhan wajib pajak dalam memenuhi kewajiban perpajakan pada dasarnya tercermin dari 3 hai, yaitu:

a. Pemenuhan kewajiban intern seperti pembayaran SPT Masa dan SPT Tahunan termasuk SPT PPNdan PPnBM yang dilaksanakan setiap bulan.

b. Pemenuhan kewajiban tahunan seperti menghitung dan melunasi utang pajak, serta melaporkan perhitungan dari SPT akhir tahun


(44)

32

c. Pemenuhan ketentuanmateril dan yuridis formal perpajakan melalui perlakuan pembukuan atas pengakuan penghasilan dan biaya serta berbagai transaksi keuangan lain untuk memperoleh dasar perhitungan pajak terutang yang tercermin dalam pembukuan wajib pajak.

2.1.3.3 Indikator Kepatuhan Pajak

Menurut Keputusan Menteri Keuangan No. 544/KMK.04/2000 yang dikutif dari Siti Kurnia Rahayu (2010:139), bahwa kriteria kepatuhan wajib pajak adalah

1. Tepat waktu penyampaian SPT 2. Kebenaran perhitungan pajak 3. Tepat waktu membayar pajak 4. Tidak memiliki tunggakan pajak 5. Tidak melanggar peraturan perpajakan 6. Tidak pernah dijatuhi hukuman pidana 7. Hasil audit laporan keuangan

8. Pembukuan sesuai dengan perpajakan

2.1.3.4 Pengukuran Tingkat Kepatuhan Wajib Pajak

Untuk menentukan kepatuhan Wajib Pajak, dibutuhkan suatu ukuran agar dapat dipastikan kepatuhan tersebut. Menurut Chaizi Nasucha yang dikutif oleh Siti Kurnia Rahayu (2010:139) kepatuhan Wajib Pajak dapat diidentifikasi dari: 1) Kepatuhan Wajib Pajak dalam mendaftarkan diri.


(45)

3) Kepatuhan dalam peritungan dan pembayaran pajak terutang. 4) Kepatuhan dalam pembayaran tunggakan.

Kepatuhan memenuhi kewajiban perpajakan secara sukarela (Volume of Compliance) merupakan tulang punggu Self Assessment System, karena Wajib Pajak diberikan wewenang untuk menghitung, memperhitungkan, membayar dan melaporkan kewajiban perpajakannya secara jujur, akurat dan tepat waktu. Dengan adanya kepatuhan dari Wajib Pajak itu sendiri maka kewajiban perpajakan akan dipenuhi secara sukarela

2.1.3.5 Proses dan Teori Kepatuhan

Dilihat dari perspektif hukum kepatuhan dapat mengandung empat proses utama, yaitu sebagai berikut:

1) Indoctrination, yaitu orang mematuhi hukum karena diindokrinasi untuk berbuat seperti yang dikehendaki oleh kaidah hukum tersebut.

2) Habibuation, yaitu sikap lanjut dari proses sosialisasi di atas. Dimana dilakukan suatu sikap dan perilaku yang terus menerus dilakukan secara berulang-ulang sehingga menjadi suatu kebiasaan.

3) Utility, yaitu orang cenderung untuk berbuat sesuatu karena merasakan memperoleh manfaat dari sikap yang dilakukannya. Orang akan mematuhi hukum karena merasakan kegunaan hukum untuk menciptakan keadaan yang diharapkan.

4) Group Identification, yaitu kepatuhan hukum didasarkan pada kebutuhan untuk mengadakan identifikasi dengan kelompok sosialnya. Kepatuhan


(46)

34

terhadap hukum dianggap merupakan sarana yang paling tepat untuk mengadakan identifikasi tersebut.

2.1.4 Hasil Penelitian Sebelumnya

Selanjutnya untuk mendukung penelitian ini dapat disajikan beberapa penelitian terdahulu untuk membedakan originalitas.

Adapun tabel yang menjelaskan mengenai perbedaan dan perbandingan penelitian ini dengan penelitian terdahulu yaitu seperti dibawah ini :

Tabel 2.1

Ringkasan Penelitian Terdahulu

No Penelitian Judul Kesimpulan Perbedaan Persamaan

1 Supriyati & Nur Hidayat (2008)

Pengaruh Pengetahuan Pajak dan Persepsi Wajib Pajak Terhadap

Kepatuhan Wajib Pajak

Berdasarkan hasil pengujian bahwa variabel pengetahuan pajak memiliki pengaruh terhadap kepatuhan wajib pajak, sedangkan variabel persepsi wajib pajak terhadap petugas pajak dan persepsi terhadap kriterian wajib pajak patuh tidak memiliki pengaruhnya pengetahuan pajak terhadap kepatuhan wajib pajak

 Perbedaan responden dan unit analisis, yaitu Wajib Pajak badan

 Menggunakan variable

independen yang berbeda, yaitu pengetahuan

pajak dan

persepsi wajib pajak.

 Meneliti dan mengukur tingkat kepatuhan wajib pajak dalam

memenuhi kewajiban  Menggunakan

variable

dependen yang sama, yaitu kepatuhan pajak

 Menggunakan Teknik statistik yang sama, yaitu

menggunakan regresi berganda 2 Amilin &

Nina Anisah. Trikonomika.

Pengaruh Persepsi Peran Account Representative

Hasil penelitian menunjukan bahwa peran

Account Representative

 Perbedaan responden  Menggunakan

 Menggunakan Teknik statistik yang sama,


(47)

Vol 7 No 2, Desember 2008.

Pada Tingkat Kepatuhan Pajak

yang ada pada KPP Praama Gambir Dua Jakarta belum cukup

efektif dalam

meningkatkan kepatuhan wajib pajak. Hal ini terbukti dari hasil penelitian yang menunjukan bahwa hanya variabel pelayanan yang memberikan pengaruh secara signifikan pada tingkat kepatuhan WP, sedangkan variabel

konsultasi dan

pengawasan tidak berpengaruh secara signifikan pada tingkat kepatuhan WP.

variabel

independen 2 yang berbeda, yaitu perception. yaitu menggunakan regresi berganda  Menggunakan variable

dependen yang sama yaitu kepatuhan pajak

3 Ananta Pratama. Jurnal Ilmu Komunikasi Vol. 2. No.1 April 2010

Peranan Accout Representative

Dalam Proses Pembetulan Ketetapan Pajak Guna

Meningkatkan Pelayanan Pajak.

Dari data yang di analisis maka dapat disimpulkan

Peran Account

Representative (AR) dalam proses pembetulan ketetapan pajak guna meningkatkan pelayanan pajak di KPP Madya Surabaya adalah sangat berperan, karena dalam menyelesaikan

permohonan pembetulan ketetapan pajak sudah sesuai dengan peraturan Direktorat Jenderal Pajak Nomor : PER- 01/ PJ. 07/ 2007 Bab I tentang Prosedur Pengajuan dan Penyelesaian Permohonan Pembetulan Ketetapan Pajak.

 Menggunakan teknik statistik yang berbeda yaitu deskriptif-kualitatif

 Perbedaan responden, yaitu petugas Account Representative

 Mengunakan variabel independen yang berbeda, yaitu ketetapan pajak.  Meneliti tentang Kinerja Account Representative  Menggunakan variable independen yang sama, yaitu Account Representative

4 Sri Rahayu & Ita Salsalina Lingga. (2009) Pengaruh Modernisasi Sistem Administrasi Perpajakan terhadap

Kepatuhan Wajib Pajak (Survei atas

The research shown that modernization in taxation administration system positively significant affects tax compliance.

 Menggunakan teknik statistik yang berbeda, yaitu regresi sederhana  Perbedaan

responden dan unit analisis,

 Menggunakan variable dependen yang sama, yaitu kepatuhan pajak

 Menggunakan objek


(48)

36

Wajib Pajak Badan pada KPP Pratama Bandung

”X”)

yaitu aparat pajak

penelitian yang sama, yaitu KPP

5 Ni Luh Supadmi (2009)

Meningkatkan kepatuhan wajib pajak melalui kualitas pelayanan

Untuk meningkatkan kepatuhan wajib pajak

dalam memenuhi

kewajiban perpajakannya kualitas pelayanan harus di tingkatkan oleh aparat pajak

 Menggunakan teknik statistik yang berbeda, yaitu regresi sederhana  Menggunakan

variable

independen dan dependen yang berbeda, yaitu kepatuhan pajak dan kualitas pelayanan

 Meneliti tentang meningkatkan kepatuhan wajib pajak Menggunakan variable penelitian yang sama

6 Agus Nugroho Jatmiko. Tesis. 2006

Pengaruh Sikap Wajib Pajak Pada Pelaksanaan Sanksi Denda, Pelayanan

Fiskus Dan Kesadaran

Perpajakan Terhadap

Kepatuhan Wajib Pajak

(Studi Empiris Terhadap Wajib Pajak Orang Pribadi Di

Kota Semarang)

Berdasarkan hasil analisis yang dilakukan maka diperoleh kesimpulan bahwa sikap WP terhadap pelaksanaan sanksi denda, sikap WP terhadap pelayanan

fiskus dan sikap wajib pajak terhadap kesadaran perpajakan memiliki pengaruh

positif yang signifikan terhadap kepatuhan WP.

 Menggunakan variabel independen yang berbeda, yaitu kepatuhan pajak

 Menggunakan Teknik

statistik yang sama, yaitu menggunakan regresi berganda  Menggunakan variabel dependen yang sama yaitu kepatuhan pajak.

 Menggunakan unit analisis dan responden yang sama. 7 Abdul

Rahman. Jurnal Ilmu Administrasi. Vol IV No. 1 Maret, 2009

Hubungan Sistem Administrasi Perpajakan Modern Dengan Kepatuhan Wajib Pajak

Hasil penelitian ini terhadap empat dimensi ini dilihat pengaruhnya terhadap kepatuhan wajib pajak telah dilakukan dan memberikan hasil yang positif/signifikan. Artinya terdapat pengaruh penerapan Sistem Administrasi Perpajakan Modern terhadap tingkat kepatuhan wajib pajak.

 Menggunakan teknik ststistik yang berbeda, yaitu deskriptif-kualitatif

 Mengunakan variabel independen dan dependen yang sama.  Menggunakan

unit analisis dan responden yang sama


(49)

8 Rapina, Jerry & Yenni Caroline. Jurnal Riset Akuntansi Vol.III No.2 Oktober 2011 Pengaruh

Penerapan Sistem Administrasi Perpajakan Modern Terhadap Kepatuhan Wajib Pajak (Survey Terhadap Kantor Pelayanan Pajak Pratama Bandung Cibeunying).

Berdasarkan hasil analisis, diketemukan bahwa besarnya kontribusi atau pengaruh penerapan sistem administrasi perpajakan modern yang terdiri dari sub variabel struktur organisasi, prosedur organisasi, strategi organisasi, dan budaya organisasi terhadap kepatuhan wajib pajak pada KPP Pratama Bandung Cibeunying adalah 79,74%. Sedangkan sisanya sebesar 20,26% dipengaruhi oleh faktor-faktor lain yang tidak diteliti. Pada pengujian secara simultan menyimpulkan bahwa keempat variabel independen secara bersama-sama

berpengaruh signifikan dalam meningkatkan kepatuhan wajib pajak pada KPP Pratama Bandung Cibeunying

 Menggunakan teknik statistik yang berbeda yaitu patch analisis

 Menggunakan variabel independen dan dependen yang sama, yaitu

modernisasi pajak dan kepatuhan pajak

9 Ricky Wellyando (2009)

Evaluasi Kinerja

Account Representative

(AR) terhadap Wajib Pajak KPP Modern

Kinerja Account Representative (AR) dapat diterima oleh Wajib Pajak dan tingkat pelayanan

Account Representative

(AR) memuaskan bagi Wajib Pajak.

 Perbedaan dari penelitian ini yaitu variabel bebas dan varibel terikat yang menambahkan kepatuhan dalam menyampaikan SPT  Persamaan dalam

penelitian ini adalah

variabel yang dianalisisnya yaitu Account Representativ

10 Fany Yulinda (2008)

Pengaruh

pelayanan dan pengawasan Account Representative (AR) terhadap tingkat kepatuhan wajib pajak

Pelayanan dan

pengawasan yang dilaksanakan oleh Account Representative memiliki pengaruh yang kuat dan signifikan terhadap tingkat kepatuhan wajib pajak.

 Perbedaan dari penelitian ini yaitu variabel bebas hanya memiliki satu dan varibel terikat yang menambahkan

 Persamaan dalam

penelitian ini adalah

variabel yang dianalisisnya yaitu Account Representative


(50)

38 kepatuhan dalam menyampaikan SPT. (AR)

11 Faisal Vol.III No.2 Oktober 2010

Pengaruh Account Representative terhadap tingkat kepatuhan wajib pajak

Terdapat pengaruh yang positif antara Account Representative terhadap tingkat Kepatuhan Wajib Pajak

 Perbedaan dari penelitian ini yaitu variabel bebas hanya memiliki satu dan varibel terikat yang menambahkan kepatuhan dalam menyampaikan SPT.  Persamaan dalam

penelitian ini adalah

variabel yang dianalisisnya yaitu Account Representative

(AR)

2.2 Kerangka Pemikiran

Sejak awal dekade 2000, “modernisasi” telah menjadi salah satu kata kunci

yang melekat dan bahan pembicaraan di lingkungan Direktorat Jendaral Pajak, Departemen Keuangan. Hal itu dilakukan yang bertujuan untuk menerapkan

good governance” dan “pelayanan prima” kepada masyarakat, demikian juga

dengan tuntunan pelayanan yang lebih baik dari stakeholders perpajakan. Dengan demikian, diharapkan semua unit kerja di Kantor Pusat, Kantor Wilayah, dan KPP sebagai unit pelaksanaan teknis/operasional perpajakan, berbenah-benah dalam menyambut, memahami, mengondisikan dan menyesuaikan serta melaksanakan (mengimplementasikan) modernisasi perpajakan sesuai dengan konsep, prinsip, dan sasaran yang sudah ditetapkan di unit masing-masiang.

Adapun latar belakang dilakukannya modernisasi administerasi perpajakan menurut Siti Kurnia Rahayu (2010:110) yang dilakukan oleh pemerintah adalah :


(51)

1 ) Citra DJP, yang harus diperbaiki dan ditingkatkan.

2 ) Tingkat kepercayaan terhadap adminstrasi perpajakan yang harus ditingkatkan.

3 ) Intergritas dan produktivitas sebagai pegawai yang masih harus ditingkatkan.

Pengertian Modernisasi Administrasi Pajak menurut Siti Kurnia Rahayu (2010:109) adalah :

“Bagian dari reformasi perpajakan secara komperhensif sebagai satu kesatuan dilakukan terhadap 3 bidang pokok yang secara langsung menyentuh pilar

perpajakan yaitu bidang administrasi, bidang peraturan dan biang pengawasan.”

Pengertian Modernisasi Administrasi Pajak menurut Indara Ismawan (2001:81) adalah :

“Suatu proses reformasi pembaharuan dalam bidang administrasi perpajakan yang dilakukan secara komperhansif, meliputi aspek teknologi informasi yaitu perangkat lunak, perangkat keras dan SDM.”

Dari definisi diatas tentang modernisasi administrasi pajak merupakan perwujudan dari program dan kegiatan reformasi administrasi perpajakan yang dilakukan secara komperhensif, yang meliputi 3 bidang yaitu bidang administrasi, bidang peraturan dan bidang pengawasan.

Penerimaan pajak yang setiap tahun terus meningkat, ternyata tidak terlepas dari maslah-masalah SPT. Hal ini salah satunya dikaranakan kurangnya pengetahuan wajib pajak (WP) tentang pajak. Dengan adanya Account Representative, maka wajib pajak dapat langsung bertanya tentang permasalahan pajak.

Pengertian Account Representative menurut Kep. Menteri Keuangan No. 98/KMK. 01/2006 pasal 1 ayat 2adalah :


(52)

40

“Pegawai yang diangkat pada setiap Seksi Pengawasan dan Konsultasi di Kantor Pelayanan Pajak yang telah mengimplementasikan Organisasi Modern.”

Dari pengertian diatas, dapat diambil kesimpulan bahwa Account Representative adalah pegawai profesional yang bertugas memberikan petunjuk danmembantu wajib pajak yang berada di KPP dan telah mengimplementasiakan Organisasi Modern.

Account Representative merupakan mitra penghubung antara Dirjen Pajak dengan wajib pajak dan Account Representative dapat membantu wajib pajak mengetahui aturan serta memberi bimbingan langsung terkait dengan kewajiban masyarakat sebagai warga negara.

Kinerja Individu menurut Berry Nurdiansyah (2009) adalah :

”Tingkat pencapaian atau hasil kerja seseorang dari sasaran yang harus dicapai atau tugas yang harus dilaksanakan dalam kurun waktu tertentu.”

Adapun Account Representative dapat dilihat dari kualitas pelayanan, kode etik pegawai, tugas dan tanggung jawab pegawai Account Representative terhadap wajib pajak, tanggung jawab Account Representative terhadap atasannya. (Kanwil DJP Wajib Pajak Besar, 2008)

2.2.1 Keterkaitan Account Representative Terhadap Kepatuhan Wajib Pajak

Menurut Siti Kurnia Rahayu (2010:110) berpendapat bahwa :

“Modernisasi bertujuan untuk menerapkan Good Governance, pelayanan prima, tingkat kepatuhan wajib pajak yang tinggi, meningkatkan kepercayaan adminstrasi perpajakan, dan meningkatkan produktivitas pegawai yang tinggi. Untuk mencapai kepatuhan cara yang ditempuh salah satunya berkaitan dengan


(53)

kinerja AR adalah menyempurnakan SDM dan meningkatkan pelayanan. Adapun tugas dan tanggungjawab AR adalah mengawasi kepatuhan perpajakan, memberikan himbauan dan konsultasi teknis, menganalisis kinerja WP, melakukan mentoring penyelesaian pemeriksaan pajak, melakukan evaluasi hasil banding, memberikan bantuan dalam masalah perpajakan, melakukan pemutakhiran data WP, dan menginformasikan ketentuan perpajakan terbaru

kepada Wajib Pajak”.

Account representative merupakan petugas pajak yang memiliki peranan yang kuat dalam membina Wajib Pajak dalam menjalani kewajibannya sehingga dapat menuju kepada kepatuhan yang diharapkan oleh Direktorat Jenderal Pajak. Adapun Teori Penghubung Pengaruh Account Representative Terhadap Kepatuhan Wajib Pajak.

Sedangkan Menurut Siti Kurnia Rahayu (2010:133) bahwa:

”Secara singkat, program modernisasi diharapkan dapat memberi manfaat bagi

Wajib Pajak sebagai berikut, yaitu, pelayanan yang lebih baik, terpadu dan personal melalui konsep One Stop Service yang melayani seluruh jenis pajak, adanya tenaga Account Representative (AR), pemanfaatan IT secara maksima,

SDM yang professional .”

Dari penjelasan diatas memberikan suatu ketegasan bahwa hal utama yang menjadi ciri modernisasi perpajakan di Indonesia yaitu dengan ditujuknya tenaga

Account Representative untuk memberikan pelayanan yang lebih baik kepada Wajib Pajak dan pentingnya memiliki Sumber Daya Manusia (SDM) yang professional.

Penelitian yang dilakukan oleh Amilin & Nina Anisah (2008) yaitu mengenai peranan Account Representative terhadap kepatuhan pajak menjelaskan bahwa peranan Account Representative belum efektif terhadap kepatuhan pajak. Hal ini terbukti dari hasil penelitian yang menunjukan bahwa hanya variabel pelayanan, berpengaruh secara signifikan pada tingkat kepatuhan wajib pajak.


(54)

42

Sedangkan penelitian yang dilakukan oleh Fany Yulinda (2008) mengenai pelayanan dan pengawasan Account Representative terhadap Kepatuhan Wajib Pajak menjelaskan bahwa pelayanan dan pengawasan yang dilaksanakan oleh

Account Representative memiliki pengaruh yang kuat dan signifikan terhadap kepatuhan wajib pajak. Hal ini didukung oleh penelitian yang dilakukan Faisal (2010) mengenai pengaruh Account Representative terhadap tingkat Kepatuhan wajib Pajak menjelasakan terdapat pengaruh yang positif antara account representative terhadap tingkat kepatuhan wajib pajak

2.2.2 Keterkaitan Modernisasi Sistem Administrasi Perpajakan Terhadap Kepatuhan Wajib Pajak

Modernisasi telah menjadi salah satu kata kunci yang melekat dan bahan pembicaraan di lingkungan Direktorat Jendaral Pajak, Departemen Keuangan. Hal

itu dilakukan yang bertujuan untuk menerapkan “good governance” dan

“pelayanan prima” kepada masyarakat, demikian juga dengan tuntunan pelayanan yang lebih baik dari stakeholders perpajakan.

Menurut Rapina & Jerry (2011) penerapan administrasi perpajakan modern yang terdiri dari sub variabel struktur organisasi, prosedur organisasi, strategi organisasi, dan budaya organisasi berpengaruh signifikan dalam meningkatkan kepatuhan wajib pajak pada KPP Pratama Bandung Cibeunying.

Selain itu penelitian yang dilakukan oleh Sinta Setiana, Tan Kwang En dan Lidya Agustina (2010) mengatakan bahwa Sistem administrasi perpajakan modern memiliki pengaruh yang besar terhadap kepatuhan wajib pajak pada KPP


(55)

di kanwil DJP. Subvariabel modernisasi struktur organisasi organisasi. Selain itu penelitian yang dilakukan oleh Rapina, Jerry dan Yenni (2011) mengenai penerapan modernisasi pajak terhadap kepatuhan memiliki pengaruh yang signifikan dalam meningkatkan kepatuhan wajib pajak pada KPP Pratama Bandung Cibeunying.

2.2.3 Keterkaitan Account Representative dan Modernisasi Sistem Administrasi Perpajakan terhadap Kepatuhan Wajib Pajak

Menurut Aditya Wibisono menyatakan bahwa:

”Adanya modernisasi administrasi yang telah dimulai DJP seharusnya

mendukung tumbuhnya kepatuhan sukarela dari WP, apalagi dengan ditunjang dengan peranan Account Representative (AR) yang terus membina WP agar selalu patuh dan mengingatkan hak dan kewajibannya.”

(2007:60)

Adanya penerapan sistem modernisasi perpajakan dterutama dengan penunjukkan Account Representatve dalam membina dan melakukan pengawasan dan konsultasi terhadap Wajib Pajak, maka DJP tidak menutup mata terhadap pentingnya pelayanan berkaitan dengan kulaitas pelayanan (umum). Kinerja pelayanan yang baik akan memungkinkan diperolehnya manfaat ganda apabila dikombinasikan dengan unsur-unsur self-assessment, sehingga penerimaan pajak secara maksimal dapat tercapai. Salah satu langkah penting yang yang dilakukan oleh DJP sebagai wujud nyata kepedulian pada pentingnya kualitas pelayanan adalah memberikan pelayanan prima kepada Wajib Pajak serta mengoptimalisasikan penerimaan negara.


(56)

44

Dari berbagai penelitian yang telah dilakukan sebelumnya, Wajib Pajak menjadi patuh secara sukarela pada saat mereka sadar bahwa institusi dalam hal ini DJP, memperlakukan mereka dengan wajar dan adil. Lebih jauh lagi, Wajib Pajak yang diakui sebagai Wajib Pajak patuh juga ingin mengetahui bagaimana aparat pajak menghadapi para Wajib Pajak yang tidak patuh. Dengan cara ini, pperaturan yang responsive akan dapat mewujudkan kepercayaan dan keyakinan Wajib Pajak akan ligitimasi system perpajakan kita. Dan dengan demikian akan timbulah kepatuhan pajak Wajib Pajak yang sukarela pula.

Berdasarkan uraian diatas, penulis menuangkan kerangka pemikirannya dalam bentuk skema kerangka pemikiran sebagai berikut:


(1)

KESIMPULAN ANALISIS VERIFIKATIF SECARA SIMULTAN

Uji Statistik F

ANOVAb

1403,898 2 701,949 112,721 ,000a

604,049 97 6,227

2007,948 99 Regression Residual Total Model 1

Sum of

Squares df Mean Square F Sig.

Predictors: (Constant), Modernisasi Sistem Administrasi Perpajakan, Account Represent ativ e

a.

Dependent Variable: Kepatuhan Wajib Pajak b.

Berdasarkan tabel output di atas, dapat diketahui nilai F hitung

sebesar 112,721. Nilai ini akan dibandingkan dengan nilai F

tabel. Dengan

α=

0,05, db

1

=2 dan db

2

=97, diketahui nilai F tabel

sebesar 6,944. Dari nilai-nilai di atas, diketahui nilai F hitung

(112,721) > F tabel (3,090), sehingga H

0

tidak diterima dan H

a

diterima, artinya terdapat pengaruh simultan yang signifikan dari

account representative (X

1

) dan modernisasi sistem administrasi

perpajakan (X

2

) terhadap kepatuhan wajib pajak (variabel Y).


(2)

KESIMPULAN ANALISIS VERIFIKATIF SECARA PARSIAL

Coefficien tsa

3,226 3,270 ,986 ,326

,522 ,082 ,392 6,345 ,000

,727 ,076 ,588 9,507 ,000

(Constant)

Account Representativ e Modernisasi Sistem Administrasi Perpajakan Model

1

B Std. Error Unstandardized

Coef f icients

Beta Standardized Coef f icients

t Sig.

Dependent Variable: Kepatuhan Wajib Pajak a.

Berdasarkan tabel di atas, dapat diketahui nilai t hitung untuk account

representative sebesar 6,345. Nilai ini akan dibandingkan dengan nilai t tabel pada tabel distribusi t. Dengan α=0,05, df=n-k-1=100-2-1=97, untuk pengujian dua sisi diperoleh nilai t tabel sebesar ± 1,985. Diketahui bahwa t hitung untuk X1

sebesar 6,345 > t tabel 1,985, maka Ho ditolak artinya account representative


(3)

Kesimpulan

1.

Account representative di KPP Pratama Bandung Karees sudah memiliki kualitas

pelayanan yang baik. Hal ini terlihat dari besarnya hubungan account representative

dengan kepatuhan wajib pajak termasuk ke dalam kategori yang kuat. Hal ini disebabkan

petugas account representative telah melaksanakan kode etik yang sesuai dengan yang di

tetapkan DJP, memiliki kesadaran akan tanggungjawabnya terhadap wajib pajak dan

atasannya. Untuk modernisasi sistem administrasi perpajakan sudah berjalan sesuai

dengan standar yang ditetapkan oleh DJP. Hal ini terlihat dari besarnya hubungan

modernisasi sistem administrasi perpajakan dengan Kepatuhan wajib pajak termasuk ke

dalam kategori sangat kuat. Hal ini disebabkan sistem administrasi yang sudah berjalan

mampu membantu wajib pajak dalam melaksanakan kewajiban perpajakannya, kinerja

petugasnya sudah mengalami peningkatan. Sedangkan kepatuhan wajib pajaknya belum

memiliki kepatuhan wajib pajak yang tinggi. Hal ini terlihat dari rendahnya jumlah SPT

yang masuk dan belum tercapainya target kepatuhan wajib pajak yang di harapkan.


(4)

Lanjutan

2. Berdasarkan hasil uji secara keseluruhan atau uji kecocokan model dapat disimpulkan bahwa

secara bersama-sama variabel bebas (account representative dan modernisasi sistem administrasi perpajakan) berpengaruh signifikan terhadap kepatuhan wajib pajak. Sedangkan hasil pengujian regresi diperoleh bukti empiris bahwa variabel account representative berpengaruh positif dan secara statistik berpengaruh signifikan terhadap kepatuhan wajib pajak. Hasil ini mendukung penelitian yang menyatakan account representative berpengaruh terhadap kepatuhan wajib pajak. Sedangkan hasil pengujian dengan menggunakan hasil regresi diperoleh bukti empiris bahwa variabel modernisasi sistem administrasi perpajakan berpengaruh positif, namun secara statistik signifikan terhadap kepatuhan wajib pajak. Penelitian ini sesuai dengan penelitian yang dilakukan sebelumnya yang menyimpulkan hasil bahwa modernisasi sistem administrasi perpajakan mempunyai pengaruh signifikan terhadap peningkatan kepatuhan wajib pajak pada KPP. Berdasarkan hasil uji secara keseluruhan atau uji kecocokan model dapat disimpulkan bahwa secara bersama-sama variabel bebas (account

representative dan modernisasi sistem administrasi perpajakan) berpengaruh signifikan

terhadap kepatuhan wajib pajak. Fenomena yang terjadi adalah masih adanya wajib pajak yang belum patuh akan kewajiban perpajakannya, seringkali ditemukan masih banyaknya wajib pajak yang melaporkan SPT nya secara tidak jujur. Account representative dan modernisasi sistem administrasi perpajakan naik dalam pelaksanaannya maka akan meningkatkan kepatuhan wajib pajak pada KPP Pratama Bandung Karees dan sisanya dipengaruhi oleh faktor lain seperti penegakan hukum perpajakan, pemeriksaan pajak dan tarif pajak.


(5)

Saran

1.

Account Representative

, hendaknya lebih ditingkatkan

terutama dalam hal kualitas pelayanan dan tanggung jawab

terhadap wajib pajak, agar wajib pajak puas dengan

pelayanan

account representative

sehingg

a

wajib pajak patuh.

Sedangkan modernisasi sistem administrasi perpajakan,

hendaknya lebih ditingkatkan lagi respon pelayanannya dan

SDM nya sehingga informasi yang diberikan kepada wajib

pajak bisa dimengerti oleh wajib pajak.

2.

Kepatuhan formal wajib pajak, agar DIrektorat Jenderal

Pajak selaku instansi perpajakan untuk mensosialisasikan

kepada wajib pajak agar tingkat pengembalian SPT menjadi

lebih baik


(6)

Dokumen yang terkait

PERSEPSI MODERNISASI ADMINISTRASI PERPAJAKAN TERHADAP KEPATUHAN WAJIB PAJAK DI KPP PRATAMA SINGOSARI

3 23 106

Pengaruh peran account representatif, pemahaman prosedur perpajakan wajib pajak, dan kualitas pelayanan tempat pelayanan terpadu di kantor pajak terhadap kepatuhan wajib pajak dalam memenuhi kewajiban perpajakannya (studi kasus pada delapan kantor pelayan

3 6 128

Pengaruh Kompetensi Account Representative dan Independensi Account Representative Terhadap Strategi Pengamanan Penerimaan Pajak (Survei pada Account Representative di KPP Pratama Bandung Karees dan KPP Pratama Sumedang)

37 205 51

Pengaruh Modernisasi Sistem Administrasi Perpajakan dan Kinerja Account Representative Terhadap Tingkap Kepatuhan Wajib Pajak (Studi Kasus pada 5 KPP di Wilayah Kota Bandung)

0 13 34

UPAYA MODERNISASI SISTEM ADMINISTRASI PERPAJAKAN TERHADAP KEPATUHAN WAJIB PAJAK (STUDI KASUS PADA KPP PRATAMA SEMARANG TIMUR).

0 3 17

PENGARUH PENERAPAN MODERNISASI SISTEM ADMINISTRASI PERPAJAKAN TERHADAP KEPATUHAN WAJIB PAJAK PENGARUH PENERAPAN MODERNISASI SISTEM ADMINISTRASI PERPAJAKAN TERHADAP KEPATUHAN WAJIB PAJAK ORANG PRIBADI USAHAWAN PADA KPP PRATAMA YOGYAKARTA.

0 4 14

Pengaruh Modernisasi Administrasi Perpajakan terhadap Kepatuhan Wajib Pajak pada Kantor Pelayanan Pajak (KPP) Pratama Bandung Karees.

0 0 22

Pengaruh Pelayanan Account Representative terhadap Kepatuhan Wajib Pajak Orang Pribadi: Studi Kasus pada Kantor Pelayanan Pajak (KPP) Pratama Bandung Karees.

2 6 21

Pengaruh Modernisasi Administrasi Perpajakan terhadap Kepatuhan Wajib Pajak: Survei pada KPP Pratama Bojonagara.

0 2 21

Pengaruh Kualitas Pelayanan Account Representative terhadap Kepatuhan Wajib Pajak dalam Memenuhi Kewajiban Perpajakan: Survei terhadap Wajib Pajak Orang Pribadi pada KPP Pratama Bandung Karees.

0 1 20