Persepsi Masyarakat Badau Terhadap Harga Produk

Dapat dilihat dari gambar 1. dan 1. di atas menunjukkan produk garam made in Indonesia dan garam made in Malaysia sama-sama sudah memiliki kemasan yang standar. Akantetapi, dari perbandingan kedua gambar di atas terlihat bahwa keadaan produk garam made in Malaysia lebih bersih dan tekturnya lebih halus dari garam made in Indonesia. Hal ini dikarenakan buruknya distribusi produk kebutuhan pokok dari Pontianak ke perbatasan Badau, sehingga kemasan produk yang sudah memenuhi standar tidak dapat menjamin kualitas produk kebutuhan pokok made in Indonesia yang datang ke Badau dalam keadaan aman atau tidak rusak.

d. Persepsi Masyarakat Badau Terhadap Harga Produk

Kebutuhan Pokok Made in Malaysia yang lebih terjangkau. Harga merupakan faktor yang juga mempengaruhi keputusan pembelian masyarakat Badau terhadap produk kebutuhan pokok asal Malaysia. Menurut masyarakat Badau, harga produk kebutuhan pokok made in Malaysia lebih terjangkau dari produk kebutuhan pokok made in Indonesia. Hal ini diperkuat dari hasil wawancara sebagai berikut: ”Orang nyewa truknya jak Rp 7.000.000 lho mbak, belum agik kita belanja kan. Mending Rp 7.000.000 tu dibelanjakan ke lubok, udah nyangka barang kita dapat. “Erni, Pedagang, 812012 ”Kan macam gula dari Indonesia, Pontianak-Badau harganya lebih mahal dari gula Malaysia beda Rp 6.000. gula Indonesia Rp 15.000 jual paling Rp 16.000 kita ndak untung. Gula Malaysia Rp 8.000 jual Rp 10.000 pun orang masih mau beli. kita untungnya gx jauh ambil, barang diantarkan, cepat datangnya. Gula Indonesia juga agak kuning kalo gula Malay tu bersih putih.” Ibu Whyla, Pedagang, 10112 ”kalo dari Indon kita ndak beli yah, soalnya kalo Malaysia agak lumayan bisa dijual Rp 10.000, kalo Indon belasan ribu 1 Kg kita jual disini. Beli per bungkus, modal cuman Rp 9.000 tapi kita jual Rp 10.000. cuman ambil Rp 1000 ajah. ” Ibu Neneng, Pedagang, 120112 Berdasarkan hasil wawancara diatas, diketahui bahwa tingginya biaya distribusi terkait dengan infrastruktur yang buruk dari Pontianak ke Badau mengakibatkan harga produk kebutuhan pokok made in Indonesia menjadi lebih mahal dari produk kebutuhan pokok made in Malaysia. Gula merupakan salah satu produk kebutuhan pokok yang diimpor dari Malaysia karena harganya yang terjangkau. Hasil wawancara ini juga diperkuat dengan melakukan observasi yang dapat dilihat dari hasil dokumentasi sebagai berikut: Gambar 1.9 Harga Produk Gula Made In Malaysia Versus Gula Made In Indonesia 1 2 Keterangan: 1. Gula made in Malaysia dalam kemasan 1 kilogram, 2. Gula made in Indonesia yang dikemas dengan plastik ukuran 1 kilogram Dapat dilihat dari gambar 1. dan 1. diatas, produk gula made in Malaysia dalam kemasan 1 kilogram dijual dengan harga Rp 10.000, sedangkan gula made in Indonesia yang dikemas dalam plastik ukuran 1 kilogram dijual dengan harga Rp 16.000. Perbedaan harga yang tinggi ini membuat masyarakat Badau cenderung mengkonsumsi produk gula made in Malaysia daripada produk gula made in Indonesia. Sehingga, mayoritas produk gula yang ada di perbatasan Badau didominasi oleh produk gula made in Malaysia. Berdasarkan hasil wawancara dan observasi, peneliti juga menemukan bahwa produk gula yang dijual oleh Toke merupakan produk gula yang disubsidi oleh pemerintah Malaysia. Gula subsidi diberikan oleh pemerintah Malaysia dengan tujuan warga Malaysia dapat mengkonsumsi gula kualitas unggul dengan harga terjangkau. Namun pada kenyataannya, beberapa pihak menyalahgunakan gula bersubsidi ini untuk kemudian dijual kembali ke daerah perbatasan. Oleh karena itu, harga gula asal Malaysia lebih murah dibandingkan gula asal Indonesia.

e. persepsi akan adanya kesamaan pada kebudayaan yang