Analisis sikap masyarakat Badau di perbatasan terhadap produk Malaysia versus produk Indonesia studi kasus Kecamatan Badau, Kabupaten Kapuas Hullu, Kalimantan Barat

(1)

ANALISIS SIKAP MASYARAKAT BADAU DI PERBATASAN TERHADAP PRODUK MALAYSIA VERSUS

PRODUK INDONESIA

Studi kasus: Kecamatan Badau, Kabupaten Kapuas Hullu, Kalimantan Barat

SKRIPSI

Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Ekonomi

Program Studi Manajemen

Oleh : Agnes Annice Buu

NIM : 082214105

PROGRAM STUDI MANAJEMEN

JURUSAN MANAJEMEN FAKULTAS EKONOMI UNIVERSITAS SANATA DHARMA

YOGYAKARTA 2013


(2)

ANALISIS SIKAP MASYARAKAT BADAU DI PERBATASAN TERHADAP PRODUK MALAYSIA VERSUS

PRODUK INDONESIA

Studi kasus: Kecamatan Badau, Kabupaten Kapuas Hullu, Kalimantan Barat

SKRIPSI

Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Ekonomi

Program Studi Manajemen

Oleh : Agnes Annice Buu

NIM : 082214105

PROGRAM STUDI MANAJEMEN

JURUSAN MANAJEMEN FAKULTAS EKONOMI UNIVERSITAS SANATA DHARMA

YOGYAKARTA 2013


(3)

ii

 

SKRIPSI

ANALISIS SIKAP MASYARAKAT BADAU DI PERBATASAN TERHADAP PRODUK MALAYSIA VERSUS

PRODUK INDONESIA

Oleh : Agnes Annice Buu

NIM : 082214105


(4)

iii


(5)

iv

 

MOTTO

“Doa adalah kekuatan yang paling ampuh dalam

segala hal ”By: mama

Selalu bersyukur, berpegang pada Tuhan, dan ingat pada

Orang Tua kemanapun kamu melangkah” By: Papa

“”Segala perkara dapat Ku tanggung di dalam Dia yang memberi kekuatan kepadaku “


(6)

v

 

Pe rs e m ba h a n :

S krip s i in i s a ya p e rs e m b ah ka n ke p a d a :

Ye s u s kris tu s s a h a b a t te rb aikku d a la m u n tu n g d a n

m ala n g, s u ka d a n d u ka .

ke d u a o ra n g tu a ku d a n a b a n gku te rs a ya n g ya n g s e la lu

m e n d u ku n gku , d a n m e n c u ra h ka n p e rh a tia n n ya


(7)

vi

 


(8)

vii


(9)

viii

 

ABSTRAK

ANALISIS SIKAP MASYARAKAT BADAU DI PERBATASAN TERHADAP PRODUK MALAYSIA VERSUS

PRODUK INDONESIA

Studi kasus: Kecamatan Badau, Kabupaten Kapuas Hullu, Kalimantan Barat

Agnes Annice Buu

Program Studi Manajemen Fakultas Ekonomi Universitas Sanata DharmaYogyakarta

2012

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui sikap masyarakat Badau di perbatasan terhadap produk kebutuhan Pokok dan produk fashion made in Malaysia maupun made in Indonesia. Penelitian ini juga bertujuan untuk mengetahui komposisi produk kebutuhan pokok dan fashion made in Malaysia

versus made in Indonesia yang ada di Badau.

Jenis penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah deskriptif eksplorasi dengan subjek penelitian masyarakat Badau di perbatasan. Objek penelitian untuk produk kebutuhan pokok dilihat dari aspek harga, kualitas, kemasan, saluran distribusi, kebudayaan, layanan kesehatan dan hubungan kekeluargaan melalui pernikahan, sedangkan objek penelitian dari produk fashion dilihat dari aspek harga, selera masyarakat Badau yang dibentuk oleh Media Indonesia, kesesuaian kualitas dengan kenyamanan pemakakaian. Dalam penelitian ini penulis melakukan dua tahap penelitian, yaitu tahap wawancara dan tahap observasi. Teknik analisis yang digunakan penulis adalah teknik analisis kualitatif deksriptif untuk mengetahui secara detail sikap positif masyarakat Badau terhadap produk made in Malaysia versus made in Indonesia.

Hasil analisis menunjukkan bahwa mayoritas produk kebutuhan pokok yang ada di perbatasan Badau di dominasi oleh produk kebutuhan pokok made in Malaysia, namun terdapat juga produk China yang didatangkan dari Malaysia. Hal ini menunjukkan bahwa masyarakat Badau bersikap positif terhadap produk kebutuhan pokok made in Malaysia. Adapun faktor yang mempengaruhi sikap positif masyarakat Badau tehadap produk kebutuhan pokok made in Malaysia antara lain harga yang terjangkau, kualitas yang lebih terjamin, distribusi yang lancar dan kemasan produk yang baik, adanya kesamaan budaya, pernikahan lintas budaya dan layanan kesehatan. Sebaliknya, produk fashion di Badau lebih didominasi oleh produk fashion made in Indonesia. Hasil analisis produk fashion di perbatasan Badau menunjukkan hasil bahwa mayoritas produk fashion yang ada diperbatasan Badau berasal dari Indonesia. Hal ini menunjukkan bahwa masyarakat badau bersikap positif terhadap produk fashion made in Indonesia. Adapun faktor-faktor yang mempengaruhi sikap positif masyarakat Badau terhadap produk fashion antara lain: harga yang terjangkau, adanya media Indonesia yang membentuk selera masyarakat Badau dan kesesuaian kualitas pemakaian.


(10)

ix

 

ABSTRACT

Analysis of Badau People’s Attitude Towards Made in Malaysia Versus

Made in Indonesia Products

Faculty of Economics, Management Study Program Sanata Dharma University

2012

The purpose of this research is to find out the Badau people’s attitude toward Made in Malaysia products versus made in Indonesian products.The research also aims to figure out composition of products made in Malaysia compared to products made in Indonesian in Badau (Badau is a district at the border area of Indonesia-Malaysia).

The type of the research was a descriptive exploration study. The subject of this research was Badau people at the border area of Indonesia-Malaysia.The objects of this research werethe daily need products and the fashion products. The daily need products were observed from the price, quality, packaging, distribution, culture, medical service, and family relationship aspects. While, the fashion products were observed from the price, Badau people’ssense of fashion that were constructed by the Indonesian Media, and the compatibility of product quality and product comfort. In this research the writer conducted interview and observation to obtain the data. The analysis tecniques that were applayed in this research was descriptive qualitative. This technique was applied to find out the Badau people’s positive attitude toward made in Malaysia products versus made in Indonesian products in detail.

The result of this research showed that the daily need products in Badau were dominated by Product made in Malaysia. Though, the daily need made in Malaysia dominated the Badau market, there were also some daily need product made in China imported from Malaysia. It showed that Badau people had a positive attitude toward the daily need products made in Malaysia. The factors that influenced the Badau people’s positive attitude toward the daily need products made in Malaysia were affordable price, good quality, smooth distribution, and good product packaging. The culture similarities, transcultural marriage, and health service salso became the factors that influenced the Badau peoploe’s positive attitude toward the daily need products made in Malaysia. On the contrary, the fashion products in Badau were dominated by products made in Indonesia. It showed that the Badau people had a positive attitude toward the fashion product made in Indonesia. The factors that influenced the Badau people’s positive attitude toward the fashion made in Indonesia were the affordable price, the media (Television) that construct the Badau society sense of fashion, and the compatibility of product quality and product comfort.


(11)

x

 

KATA PENGANTAR

Segala puji dan syukur penulis persembahkan kepada Tuhan Yang Maha

Esa atas segala berkat, rahmat dan kasih-Nya penulis dapat menyelesaikan

penulisan skripsi ini. Penulis menyusun skripsi dengan judul “Analisis Sikap

Masyarakat Perbatasan di Badau Terhadap Produk Made In Malaysia

Versus Produk Made In Indonesia” Studi kasus atas masyarakat perbatasan di

Badau, kabupaten Kapuas Hulu, Kalimantan Barat.

Skripsi ini disusun sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar

Sarjana Ekonomi pada Program Studi Manajemen, Fakultas Ekonomi, Universitas

Sanata Dharma Yogyakarta.

Penulisan skripsi ini juga tidak lepas dari adanya campur tangan pihak lain

yang dengan tulus ikhlas dan rela mengorbankan waktu dan pikiran untuk

membimbing penulis sampai penulisan skripsi ini dapat terselesaikan. Untuk itu

penulis ingin mengucapkan terima kasih kepada:

1. Bapak Drs. Y.P. Supardiyono, M.Si., Akt., selaku Dekan Fakultas Ekonomi,

Universitas Sanata Dharma, Yogyakarta.

2. Bapak V. Mardi Widyadmono, S.E., M.B.A., selaku Ketua Program Studi

Manajemen, Fakultas Ekonomi, Universitas Sanata Dharma, Yogyakarta

3. Ibu Ike Janita Dewi, SE, M.B.A., Ph.D selaku Dosen Pembimbing I yang telah

banyak memberikan bimbingan, koreksi, dan saran dalam penulisan skripsi


(12)

xi

 

4. Bapak Drs. Rubiyatno. M.M selaku Dosen Pembimbing II yang telah banyak

memberikan bimbingan, koreksi, dan saran dalam penulisan skripsi ini.

5. Bapak dan Ibu Dosen Fakultas Ekonomi, Universitas Sanata Dharma,

Yogyakarta yang telah memberikan bekal ilmu pengetahuan dan pengalaman

hidup selama penulis menempuh kuliah.

6. Kedua Orang Tuaku, Rofinus Buu dan Katarina yang telah melahirkanku dan

tak henti-hentinya memberikan kasih sayang, dukungan serta doa hingga

akhirnya penulisan skripsi ini terselesaikan.

7. Abangku tersayang, Yohanes krisostomos Artarona Buu, yang selalu

menyayangiku, menyemangatiku, dan menjadi inspirasiku untuk menjadi

lebih baik, luv u bang!!.

8. Sahabat KIKO (Kinoy, Iche, Ketty, Ocha), Joe genduuut, dan Tony

narsiiis,….mksieee udah mendukungku sampai skripsinya selesai.

9. Keluarga besar Bungayang dan keluarga besar SOO di NTT, yang selalu

mendoakanku dan memberi kasih sayang begitu besar.

10.Teman-teman Kostku 15 C mrican : Ma’kasih Lhoo Mamake, O’ogi, Cikot,

Ndud, Marta, Puput,Sella dan Galuh yang selalu memberikan keceriaan dan

kegokilan masa-msa Kuliah.

11.Teman-teman kampus khususnya anak MAN’08, yang telah memberikan

perhatian, dukungan, dan doanya dari awal hingga akhir penulisan skripsi ini.

12.Untuk semua orang yang tidak dapat kusebutkan satu persatu, makasih banyak


(13)

xii

 

Penulis menyadari sepenuhnya bahwa skripsi ini masih jauh dari sempurna

karena keterbatasan pengetahuan dan pengalaman yang dimiliki penulis. Untuk

itu, penulis mengharapkan kritik dan saran yang membangun dari pembaca untuk

menyempurnakan skripsi ini.

Akhir kata, penulis berharap semoga skripsi ini bermanfaat dan menjadi


(14)

xiii

 

DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL ... i

HALAMAN PERSETUJUAN ... ii

HALAMAN PENGESAHAN ... iii

MOTTO ... iv

PERSEMBAHAN ... v

LEMBAR PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI KARYA ILMIAH ... vi

PERNYATAAN KEASLIANAN KARYA ... viii

ABSTRAK ... ix

ABSTRACT ... x

KATA PENGANTAR ... xi

DAFTAR ISI ... xii

DAFTAR TABEL ... xvi

DAFTAR GAMBAR ... xvii

BAB I PENDAHULUAN ... 1

A. Latar Belakang Masalah ... 1

B. Rumusan Masalah ... 6

C. Batasan Masalah ... 7

D. Tujuan Penelitian ... 8

E. Manfaat Penelitian ... 8

1. Bagi Pemerintah Kecamatan Badau ... 8

2. Bagi masyarakat Badau ... 9

F. Sistematika Penulisan ... 9

BAB II LANDASAN TEORI ... 11

A. Pengertian Perilaku Konsumen……… 11

1. Faktor-faktor lingkungan eksternal ... ... 11

a. Kebudayaan ... 11

b. Kelas Sosial ... 13

c. Kelompok sosial dan kelompok Referensi ... 14

d. Keluarga ... 15

2. Faktor-Faktor internal ... 15

a. Motivasi ... 15

b. Pengamatan ... 16

c. Belajar ... 16

d. Sikap ... 17

B. Pemasaran ... 17

C. Proses Pengambilan Keputusan ... 19

D. Produk ... 20

E. Atribut Produk ... ... 21

a. Kualitas ... 22

b. Pengemasan ... 22

F. Harga Sebagai atribut ... ... 23

G. Saluran Distribusi ... 24


(15)

xiv

 

I. Pengembangan Hipotesis ... 27

BAB III METODE PENELITIAN ... ... 30

A. Jenis Penelitian ... ... 31

B. Lokasi dan Waktu Penelitian ... ... 31

C. Subjek dan Objek Penelitian ... ... 31

1. Subjek penelitian ... 31

2. Objek Penelitian ... 32

D. Jenis dan Sumber Data ... ... 38

E. Teknik Pengumpulan Data ... ... 39

F. Teknik Analisis Data ... ... 40

BAB IV GAMBARAN UMUM ... ... 42

A. Lingkungan Fisik Kecamatan Badau. ... 42

1. Kondisi geografis... ... 42

2. Kondisi Demografis ... ... 45

3. Relasi antar Etnis di Badau ... ... 50

BAB V ANALISIS DATA DAN PEMBAHASAN A. Penjelasan Penelitian ... ... 53

B. Analisis Data ... ... 54

1. Analisis komposisi produk kebutuhan pokok asal Malaysia Vs Indonesia ... 54

2. Analisis faktor-faktor yang mempengaruhi keputusan pembelian masyarakat Badau terhadap produk kebutuhan Pokok (Malaysia Vs Indonesia) ... ... 73

3. Analisis komposisi produk Fashion asal Malaysia Vs Indonesia... ... 88

4. Analisis faktor-faktor yang mempengaruhi keputusan pembelian Masyarakat Badau terhadap produk Fashion (Malaysia Vs Indonesia) . ... 94

BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN... 98

A. Kesimpulan ... ... 98

B. Saran . ... 103

1. Bagi Pemerintah Kecamatan Badau . ... 103

2. Bagi Produsen penyedia kebutuhan pokok asal Indonesia ... 104

3. Bagi Peneliti Selanjutnya ... ... 104

C. Keterbatasan Penelitian ... 104

DAFTAR PUSTAKA ... ... 105


(16)

xv

 

DAFTAR TABEL

Tabel 1.1 Daftar Nama Desa dan Dusun di Kecamatan Badau ... 44

Tabel 1.2 Jumlah Penduduk Berdasarkan Jenis Kelamin ... 46

Tabel 1.3 Data Penduduk Menurut Penyebaran KK ... 47

Tabel 1.4 Data Penduduk Berdasarkan Mata Pencaharian ... 48

Tabel 1.5 Data Penduduk Menurut Tingkat Pendidikan ... 49


(17)

xvi

 

DAFTAR GAMBAR

Gambar 1.1 Produk kebutuhan pokok made in Malaysia yang terdapat di perbatasan Badau ... 57 Gambar 1.2 Produk made in Indonesia yang terdapat di perbatasan Badau 60 Gambar 1.3 Produk made in China yang diambil dari Malaysia ... 62 Gambar 1.4 Distribusi produk kebutuhan pokok made in Indonesia melalui

Jalur darat dari Putussibau ke Badau ... 66 Gambar 1.5 Distribusi jalur darat produk kebutuhan pokok made in

Malaysia melalui Pos Lintas Batas di Perbatasan Badau ... 67 Gambar 1.6 Kemasan produk gula made in Malaysia vs

made in Indonesia ... 70

Gambar 1.7 Kemasan produk minyak goreng made in Malasyia ... 73 Gambar 1.8 Tingkat Keamanan Produk Kebutuhan Pokok Made in

Malaysia vs made in Indonesia ... 74 Gambar 1.9 Harga produk gula made in Malaysia vs Gula made in

Indonesia ... 76 Gambar 1.10 Upacara adat Ngeduri yang dilaksanakan oleh suku

Dayak Iban ... 75 Gambar 1.11 Produk fashion made in Indonesia yang terdapat di Badau ... 83

Gambar 1.12 Beberapa pos yang terdapat di Pos Perbatasan

Lintas Batas Badau ... 85 Gambar 1.13 Produk pakaian yang diambil dari Malaysia ... 87 Gambar 1.14 Produk baju wanita yang dijual oleh para pedagang pakaian


(18)

1

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Daerah perbatasan dikenal sebagai beranda rumah bagi suatu negara.

Indonesia memiliki banyak pulau yang secara geografis, sebagian pulau

letaknya berbatasan dengan negara lain seperti Malaysia, Philipina, Papua

New Guinea, dan Timor Leste. Selain secara geografis, daerah perbatasan

juga secara kultural berbatasan, sehingga tidak jarang masyarakat perbatasan

memiliki persamaan budaya dengan negara tetangga. Pada umumnya

pembangunan di daerah perbatasan Indonesia masih jauh tertinggal jika

dibandingkan dengan daerah perbatasan negara tetangga. Hal ini dikarenakan

terbatasnya telekomunikasi, pendidikan, pelayanan kesehatan, air bersih, dan

listrik yang memadai. Kalimantan Barat merupakan salah satu pulau yang

dimiliki oleh Indonesia yang kaya akan sumber daya hutan, memiliki lima

daerah perbatasan dengan Malaysia yaitu : Aruk yang berada di Kabupaten

Sambas, bengkayang di Jagoi Babang, Entikong di Kabupaten sanggau,

Senaning di Kabupaten Sintang, dan Badau di Kabupaten Kapuas Hullu. Jauh

sebelum Indonesia menetapkan keempat daerah tersebut sebagai daerah

perbatasan, warga Indonesia yang ada diperbatasan telah menjalin hubungan

sosial-ekonomi dengan warga Malaysia dan sering melakukan perdagangan


(19)

shttp://www.indonesiatourism.com/westkalimantan/map/west_kalimantanhigh.png 

Hubungan Sosial-ekonomi yang terjalin antara warga Indonesia di

perbatasan dengan warga Malaysia memberikan banyak keuntungan bagi

warga Indonesia yang tinggal di sepanjang daerah perbatasan, khususnya

warga Indonesia di Badau. Masyarakat yang tinggal di daerah Badau

merupakan masyarakat lokal yaitu suku Dayak dan Melayu dengan mayoritas

jenis pekerjaannya di bidang pertanian dan sebagian di bidang wirausaha.

kesulitan untuk mendapatkan barang kebutuhan pokok dari dalam negeri

ditambah dengan akses jalan dari Ibu Kota Pontianak ke perbatasan Badau

yang buruk, membuat harga barang kebutuhan pokok menjadi mahal.

Kebanyakan dari masyarakat di daerah Badau menjual hasil komoditi

pertanian mereka ke Malaysia berupa lada, madu, ikan sungai, ayam

kampung, buah-buahan, kopi, dan kayu dikarenakan harga jual dari komoditi


(20)

Putussibau. Hasil pertanian tersebut dijual untuk memenuhi kebutuhan

sehari-hari dari masyarakat Badau berupa: gula, bensin, garam, minyak goreng, gas,

daging, serta makanan dan minuman ringan yang tidak bisa mereka dapatkan

dari pedagang Pontianak.

http://www.aisyiyah.or.id/app/webroot/uploaded//kapuas%20hulu%20map.jpg 

Peluang terbesar untuk mendapatkan produk kebutuhan sehari-hari

yang lebih murah dari produk buatan dalam negeri membuat warga Indonesia

dan para pedagang yang ada di Badau tertarik untuk berbelanja ke Malaysia.

Hal ini didukung oleh letak geografis yaitu jarak tempuh dari Badau-Sarawak

yang lebih singkat sekitar 30 menit dengan jalan yang beraspal mulus.

Berbeda dengan jarak Badau-Putussibau yang harus menempuh perjalanan

sekitar 5 Jam dengan jalan yang rusak seringkali membuat penduduk

perbatasan (Badau-Lanjak) harus merogoh uang transportasi sebesar

Rp80.000-Rp140.000 yang belum lagi resiko bahan makanan seperti daging


(21)

Produk kebutuhan pokok merupakan salah satu dari sekian banyak

produk yang dibeli dengan harga murah dari Sarawak. Selain produk

kebutuhan pokok, mayoritas kendaraan roda dua dan roda empat juga

didatangkan dari Malaysia. Perbandingan harga kendaraan baik itu kendaraan

roda dua maupun kendaraan roda empat yang relatif lebih murah merupakan

faktor terkuat yang mempengaruhi masyarakat Badau membelinya.

Akantetapi, kendaraan roda dua dan roda empat ini hanya beroperasi di

daerah Badau dan Malaysia saja, dikarenakan kendaraan ini pada umumnya

tidak memiliki surat menyurat. Orientasi harga yang murah dengan kualitas

produk yang lebih baik dari buatan dalam negeri membuat neraca pembelian

untuk produk buatan Malaysia lebih tinggi daripada produk buatan Indonesia.

Kondisi geografis yang mendukung serta kesamaan budaya di tambah dengan

belum adanya kebijakan pemerintah yang mengatur perdagangan lintas batas,

membuat masyarakat perbatasan di Badau maupun warga Malaysia dengan

leluasa keluar masuk Malaysia-Indonesia. Dengan kondisi yang seperti ini

tidak jarang kegiatan ekonomi yang dilakukan antara masyarakat perbatasan

di Badau dengan warga Malaysia dalam hal pembelian kebutuhan pokok

maupun kendaraan terjadi secara illegal.

Ketertarikan masyarakat perbatasan di Badau tidak hanya sampai pada

kebutuhan pokok dan kendaraan, akan tetapi merambat pada ketenagakerjaan

yang illegal juga. Hal ini menunjukkan bahwa ketergantungan masyarakat

perbatasan di Badau dengan negara tetangga sangat kuat. Tidak dapat


(22)

Malaysia memiliki dua kartu identitas (KTP), karena dengan adanya kartu

identitas dari Malaysia mereka akan diakui dan diterima untuk bekerja di

Negara Tetangga ini. Banyaknya masyarakat Badau yang bekerja di Malaysia

membuat mereka mengenal dua mata uang yaitu Ringgit Malaysia dan

Rupiah. Dengan kondisi seperti ini, pemerintah kota tidak mengeluarkan

kebijakan yang mengatur hubungan perdagangan lintas batas layaknya seperti

di Entikong. Akibat dari tidak adanya kebijakan yang tegas ini dapat terlihat

bahwa produk-produk Malaysia membanjiri daerah perbatasan bahkan sampai

ke Pontianak, dan bebasnya warga Indonesia dan warga Malaysia keluar

masuk pintu perbatasan serta ditambah banyaknya warga Indonesia

diperbatasan pindah kewarganegaraan tanpa melalui jalur hukum resmi.

Lain halnya dengan produk fashion, masyarakat Badau lebih tertarik

akan produk fashion asal Indonesia yang didatangkan dari Bandung dan

Jakarta. Kebanyakan toko pakaian yang ada didaerah Badau menjual pakaian

dengan model terbaru yang sedang trend di Indonesia. Media Indonesia

berupa program televisi yang dilihat dan didengar oleh masyarakat Badau

sangat berperan akan ketertarikan masyarakat Badau terhadap produk fashion

Made in Indonesia. Hal ini dikarenakan media Indonesia memperlihatkan

model berbusana artis Indonesia, sehingga model pakaian yang digunakan

oleh artis Indonesia menjadi acuan trend pakaian untuk masyarakat Badau.

Berdasarkan uraian diatas, dapat disimpulkan bahwa masyarakat

Perbatasan di Badau sudah mengenal perdagangan antar Negara.


(23)

sehingga harga kebutuhan pokok menjadi mahal. Oleh karena itu, masyarakat

Badau terdorong untuk berbelanja ke Malaysia untuk memenuhi kebutuhan

pokoknya seperti beras, gas, minyak goreng, gula, garam bawang, serta

makanan kemasan dan minuman kaleng. Berdasarkan fenomena ini, penulis

tertarik untuk melakukan penelitian dengan mengangkat judul “Analisis

Sikap Masyarakat Perbatasan di Badau Terhadap Produk Made In Malaysia Versus Produk Made In Indonesia”

B. Rumusan Masalah

1. Bagaimanakah sikap masyarakat Badau terhadap produk kebutuhan pokok

made in Malaysia versus made in Indonesia dan apa faktor-faktor yang

melandasinya ?

2. Bagaimanakah sikap masyarakat Badau terhadap produk fashion made in

Malaysia versus made in Indonesia dan apa faktor-faktor yang

melandasinya ?

3. Bagaimana komposisi produk kebutuhan pokok yang dikonsumsi

masyarakat Badau berdasarkan asal pembuatan produk (Malaysia versus

Indonesia)

4. Bagaimana komposisi produk Fashion yang dikonsumsi masyarakat


(24)

C. Batasan Masalah

Untuk membatasi masalah yang diteliti agar tidak menyimpang terlalu

jauh dari permasalahan, maka batasan masalah pada penelitian ini antara lain:

1. Analisis faktor yang menyebabkan masyarakat Badau terdorong untuk

memilih produk kebutuhan pokok made in Indonesia versus made in

Malaysia antara lain: harga, saluran distribusi, kebudayaan, kemasan,

kualitas produk, dan kelompok acuan seperti keluarga dan teman.

2. Analisis faktor yang mempengaruhi masyarakat Badau memilih produk

fashion made in Indonesia versus made in Malaysia antara lain:

kenyamanan pemakaian dan trend model pakaian.

3. Komposisi produk kebutuhan pokok (Indonesia versus Malaysia) yang

dikonsumsi oleh masyarakat Badau di lihat dari perbandingan kuantitas

produk yang ada di setiap toko.

4. Komposisi produk fashion yang dikonsumsi masyarakat Badau dilihat dari

perbandingan kuantitas produk yang dijual oleh pedagang pakaian.

D. Tujuan Penelitian

1. Untuk mengetahui faktor-faktor apa saja yang mendorong pemilihan

produk kebutuhan pokok Made In Malaysia Versus Indonesia .

2. Untuk mengetahui faktor-faktor apa saja yang mendorong pemilihan


(25)

3. Untuk mengetahui komposisi produk kebutuhan pokok yang dikonsumsi

masyarakat Badau berdasarkan asal pembuatan produk (Malaysia versus

Indonesia)

4. Untuk mengetahui komposisi produk Fashion yang dikonsumsi

masyarakat Badau berdasarkan asal pembuatan produk (Malaysia versus

Indonesia)

E. Manfaat Penelitian 1. Bagi Pemerintah

Memberikan informasi mengenai seberapa besar produk dalam

negeri yang terserab di daerah perbatasan yaitu Badau. Dengan begitu,

pemerintah menjadi tahu bagaimana keadaan perbatasan dan lebih

memperhatikan apa saja kebutuhan masyarakat perbatasan di Badau serta

memikirkan solusi apa saja yang perlu dilakukan oleh pemerintah agar

masyarakat perbatasan di Badau dan daerah sekitar perbatasan dapat

dengan mudah mendapatkan produk kebutuhan pokok buatan dalam

negeri yang terjangkau.

2. Bagi Masyarakat Perbatasan di Badau

Melalui penelitian ini masyarakat di Badau dapat menyampaikan

keinginan mereka kepada Pemerintah untuk lebih di perhatikan terutama

dalam hal pelayanan kesehatan yang memadai, Infrastruktur jalan, dan


(26)

merasakan apa yang menjadi hak mereka sebagai warga Negara

Indonesia untuk memperoleh sarana dan prasarana, serta produk buatan

Indonesia terutama produk kebutuhan pokok.

F. Sistematika Penulisan

Untuk memudahkan pemahaman dan memperjelas arah pembahasan

maka penulisan skripsi ini dibuat secara sistematis menjadi enam bab dengan

uraian sebagai berikut :

BAB I : Pendahuluan

Pada bab ini dibahas mengenai latar belakang masalah, rumusan

masalah, tujuan penelitian, manfaat penelitian dan sistematika

penulisan.

BAB II : Kajian Pustaka

Bab ini membahas tentang landasan teori yang berhubungan

dengan masalah penelitian, penelitian-penelitian sebelumnya

yang menjadi acuan penulisan, rumusan hipotesis, dan kerangka

teoritis.

BAB III : Metode Penelitian

Bab ini berisikan tentang jenis penelitian, subyek dan obyek

penelitian, tempat dan waktu penelitian, variabel penelitian,

jenis data, teknik pengumpulan data, populasi dan sampel,


(27)

BAB IV : Gambaran Umum Daerah Badau

Bab ini berisikan tentang gambaran umum dari daerah Badau,

mengenai distribusi dan proses pembelian masyarakat di Badau,

faktor-Faktor yang mempengaruhi pembelian produk fashion

dan kebutuhan pokok, data presentase jumlah produk Malaysia

di Badau dibandingkan persentase jumlah produk Indonesia di

Badau.

BAB V : Analisis Data dan Pembahasan

Bab ini berisikan tentang hasil penelitian disertai dengan analisis

data sesuai dengan tujuan penelitian.

BAB VI : Kesimpulan dan Implikasi Hasil Penelitian

Bab ini berisikan kesimpulan hasil penelitian, keterbatasan

penelitian dan saran bagi produsen sehubungan dengan


(28)

BAB II

TINJAUAN LITERATUR

A. Pengertian Perilaku Konsumen

Menurut Mowen dan Minor (2002:6) perilaku konsumen merupakan studi

tentang unit pembelian dan proses pertukaran yang melibatkan pendapatan,

konsumsi, jasa, pengalaman serta ide-ide.

Dari pengertian diatas dapat terlihat bahwa ada dua hal penting dari perilaku konsumen. Pertama konsumen tidak bisa menghindari terjadinya proses pertukaran,karena dalam proses pertukaran akan terlihat perilaku dari konsumen dalam membeli, memilih, dan mengevaluasi bahkan menolak produk dan jasa yang diharapkan dan dibutuhkan mereka. Kedua, dalam proses pengambilan keputusan akan pembelian suatu produk dan jasa Perilaku konsumen sangat dipengaruhi faktor eksternal dan faktor internal (Basu Swastha dan Hani Handoko, 2000:57-94). Kedua faktor tersebut dapat diuraikan sebagai berikut:

1. Faktor-faktor lingkungan eksternal meliputi : a. Kebudayaan

Perilaku manusia sangat ditentukan oleh kebudayaan yang

melingkupinya dan pengaruhnya akan selalu berubah sesuai dengan

kemajuan dan perkembangan zaman dari masyarakat tersebut.

Dalam buku “Manajemen Pemasaran” (Basu Swastha dan Hani

Handoko, 2000:59), Stanton mendefinisikan kebudayaan sebagai

symbol dan fakta yang komplek, yang diciptakan oleh manusia,


(29)

diturunkan dari generasi ke generasi sebagai penentu dan pengatur

perilaku manusia dalam masyarakat yang ada.

Dari uraian diatas dapat penulis kaitkan dengan permasalahan

yang ada di perbatasan Badau. Mayoritas penghuni daerah

perbatasan Badau terdiri dari masyarakat dayak iban, dayak

Embaloh, dan Melayu. Masyarakat perbatasan Badau yang terdiri

dari tiga suku ini telah lama menjalin hubungan sosial-ekonomi

dengan warga Malaysia di Sarawak jauh sebelum mengenal batas

negara. Interaksi sosial-ekonomi antara masyarakat Badau dengan

masyarakat Malaysia terjadi atas dasar untuk memenuhi kebutuhan

pokoknya melalui pertukaran hasil pertanian dengan para Cukong

(sebutan untuk pedagang Malaysia) sebagai penyedia produk

kebutuhan pokok. Hubungan sosial-ekonomi ini terjadi tidak terbatas

pada pemenuhan akan kebutuhan pokok tetapi juga pada lapangan

pekerjaan yang tersedia di Malaysia sampai pada hubungan

pernikahan.

Lapangan pekerjaan yang masih luas dan menjanjikan

membuat masyarakat perbatasan baik itu di Badau maupun daerah

sekitar Badau tertarik untuk bekerja disana. Tidak jarang masyarakat

perbatasan Badau dan Lanjak yang bekerja di Malaysia melakukan

transmigrasi ke Malaysia bahkan menetap di Malaysia karena ikatan

perkawinan dengan Warga Malaysia. Transmigrasi, bekerja di


(30)

lama dan turun menurun sampai saat ini. Kondisi seperti ini sudah

menjadi kebudayaan masyarakat perbatasan secara turun menurun

sehingga dapat terlihat bahwa suku dan budaya yang dianut oleh

masyarakat perbatasan tidak jauh berbeda dengan Warga Malaysia di

Sarawak.

b. Kelas Sosial

Kelas Sosial merupakan pembagian yang relatif permanen

dan berjenjang dalam masyarakat di mana anggotanya berbagi nilai,

minat, dan perilaku yang sama. Kelas sosial tidak dipengaruhi hanya

oleh satu faktor saja tetapi kelas sosial diukur berdasarkan kombinasi

beberapa faktor seperti pekerjaan, pendapatan, pendidikan, serta

kekayaan (Kotler dan Susanto, 2000:226).

Menurut Basu Swastha dan Hani Handoko (2000 : 64) kelas

sosial masyarakat dikelompokkan menjadi tiga golongan yaitu:

1) Golongan atas

Yang termaksud dalam kelas ini antara lain :

pengusaha-pengusaha kaya dan pejabat-pejabat tinggi.

2) Golongan Menengah

Yang termaksud dalam kelas ini antara lain: karyawan instansi

pemerintah, dan pengusaha menengah.

3) Golongan Rendah

Yang termaksud dalam golongan ini antara lain: buruh-buruh


(31)

c. Kelompok Sosial dan Kelompok Referensi

1) Kelompok sosial

Kelompok sosial adalah kesatuan sosial yang menjadi

tempat individu-individu berinteraksi satu sama lain, karena

adanya hubungan di antara mereka (Swastha dan Handoko, 2000 :

66).

Ada dua kelompok yang mempengaruhi perilaku

seseorang yaitu:

(a) Kelompok Primer seperti keluarga,teman, tetangga, rekan

kerja yang mana orang tersebut secara terus-menerus

berinteraksi dengan mereka.

(b) Kelompok Sekunder seperti kelompok keagamaan, profesi,

dan kelompok asosiasi perdagangan yang cenderung

bersifat formal dan mempunyai interaksi yang tidak begitu

rutin.

2) Kelompok Referensi

Kelompok referensi adalah kelompok sosial yang menjadi

ukuran seseorang (bukan anggota kelompok tersebut) untuk

membentuk kepribadian dan perilakunya. Sebagai contoh banyak

anak muda mengidentifikasi dirinya sebagai pemain band

terkenal, sehingga mereka meniru cara berpakaian, potongan


(32)

Dari uraian diatas dapat dikaitkan dengan keadaan

masyarakat perbatasan di Badau. Masyarakat Badau berinteraksi

satu sama lain dengan masyarakat Malaysia karena ada hubungan

diantara mereka yaitu hubungan sebagai suku yang sama dan

punya unsur budaya yang sama. Keadaan suku dan unsur budaya

yang sama mempengaruhi kepribadian masyarakat perbatasan di

Badau berperilaku seperti masyarakat Malaysia seperti gaya

rambut, berpakaian dan aliran musik.

d. Keluarga

Keluarga merupakan individu yang membentuk suatu

rumah tangga baru dimana setiap anggota keluarga dapat

mempengaruhi suatu keputusan pembelian.

2. Faktor-Faktor internal meliputi : a. Motivasi

Menurut Swasta dan Handoko (2000 : 77), Motivasi adalah

keadaan dalam diri seseorang yang mendorong keinginan individu

untuk melakukan kegiatan-kegiatan tertentu guna mencapai sesuatu

tujuan.

Menurut teori Maslow, kebutuhan manusia tersusun dalam

hirarki, dari yang paling mendesak sampai pada kebutuhan yang

kurang mendesak. Jika seseorang berhasil memuaskan kebutuhan


(33)

berikutnya. Berdasarkan urutan tingkat kepentingannya,

kebutuhan-kebutuhan tersebut antara lain:

1) Kebutuhan fisik

Kebutuhan fisik seperti makanan, minuman, dan tempat tinggal.

2) Kebutuhan keamanan

Kebutuhan keamanan seperti rasa aman dan perlindungan.

3) Kebutuhan sosial

Kebutuhan sosial seperti perasaan diterima sebagai anggota dan

dicintai. Contoh: dicintai dan diterima dalam keluarga,teman,

atau lawan jenis.

4) Kebutuhan penghargaan

Seperti pengakuan dan status seseorang yang dapat dilihat dari

penghargaan-penghargaan yang diberikan padanya.

5) Kebutuhan aktualisasi diri

Kebutuhan akan pemahaman dan pengembangan diri seseorang.

b. Pengamatan

Pengamatan adalah suatu proses dengan mana konsumen

(manusia) menyadari dan menginterpretasikan aspek lingkungannya.

c. Belajar

Belajar dapat didefinisikan sebagai perubahan-perubahan

perilaku yang terjadi sebagai hasil akibat adanya pengalaman.

Tanggapan konsumen sangat dipengaruhi oleh pengalaman masa


(34)

diperkuat, dan ada kecenderungan bahwa tanggapan yang sama akan

terulang.

d. Sikap

Sikap (Attitude) adalah suatu keadaan jiwa (mental) dan

keadaan pikiran (neural) yang dipersiapkan untuk memberikan

tanggapan terhadap suatu objek, yang diorganisir melalui

pengalaman serta mempengaruhi secara langsung atau secara

dinamis pada perilaku.

B. Pemasaran

1. Pengertian pemasaran

Menurut Kotler dan Armstrong diperoleh pengertian pemasaran

(Marketing) merupakan suatu proses dimana perusahaan menciptakan nilai

bagi pelanggan dan membangun hubungan yang kuat dengan pelanggan

dengan tujuan untuk menangkap nilai dari pelanggan sebagai imbalannya.

Sedangkan pengertian pemasaran menurut Perreault, cannon, dan

McCharty dkk. (2008 : 8) adalah sebagai berikut:

Pemasaran (Marketing) adalah suatu aktivitas yang bertujuan

mencapai sasaran perusahaan, dilakukan dengan cara mengantisipasi

kebutuhan pelanggan atau klien serta mengarahkan aliran barang dan jasa

yang memenuhi kebutuhan pelanggan atau klien dari produsen.

Jadi pemasaran adalah serangkaian proses dari aktivitas perusahaan


(35)

membangun hubungan dengan pelanggan dengan balas jasa sebagai

imbalannya.

Pengertian pemasaran tersebut bertujuan untuk memahami fungsi

dari pemasaran dimana dalam memahami fungsi pemasaran, ada

serangkaingan konsep inti yang meliputi: kebutuhan (needs), keinginan

(wants) dan permintaan (Demand). Kebutuhan. Permintaan dan keinginan

dapat dibedakan sebagai berikut:

a. Kebutuhan (needs)

Kebutuhan adalah keadaan dari perasaan kekurangan.

Kebutuhan manusia meliputi kebutuhan fisik akan makanan, pakaian,

kehangatan dan keamanan; kebutuhan sosial akan kebersamaan dan

perhatian; serta kebutuhan pribadi akan pengetahuan dan ekspresi diri.

b. Keinginan (Wants)

Keinginan merupakan kebutuhan manusia yang terbentuk oleh

budaya dan kepribadian seseorang. keinginan terbentuk oleh

masyarakat dan dipaparkan dalam bentuk objek yang bias memuaskan

kebutuhan.

c. Permintaan (Demand)

Permintaan adalah keinginan manusia yang didukung oleh

daya beli. Melihat dari keinginan dan sumber dayanya, manusia

menuntut manfaat produk yang memberi tambahan pada nilai dan


(36)

C. Proses pengambilan keputusan

Menurut kotler dan Armstrong (2008:179) Keputusan pembelian

adalah membeli merek yang paling disukai. Proses keputusan pembelian

terdiri dari beberapa tahap antara lain:

1. Pengenalan kebutuhan

Pada tahap ini, konsumen baru menyadari suatu masalah atau

kebutuhan. Kebutuhan dapat dipicu dari rangsangan internal yaitu

kebutuhan fisik dan rangsangan eksternal seperti iklan atau diskusi

dengan teman.

2. Pencarian informasi

Pencarian informasi merupakan tahap proses keputusan

pembelian dimana konsumen ingin mencari informasi lebih banyak.

Konsumen dapat memperoleh informasi dari beberapa sumber seperti:

a) Sumber pribadi

keluarga,teman,rekan,dan tetangga

b) Sumber komersial

iklan, Wiraniaga, situs Web, penyalur, kemasan, dan tampilan)

c) Sumber publik

media massa, dan pencarian internet

d) Sumber pengalaman


(37)

3. Evaluasi alternative

Evaluasi alternative merupakan tahap proses keputusan

pembelian dimana konsumen menggunakan informasi untuk

mengevaluasi merek alternative dalam sekelompok pilihan.

D. Produk

Produk merupakan segala sesuatu yang dapat ditawarkan kepada pasar

agar menarik untuk diperhatikan dan dikonsumsi yang dapat memberikan

kepuasan pada keinginan dan kebutuhan konsumen baik itu berupa objek

fisik, jasa, orang, organisasi, ide atau bauran dari semua hal tersebut (Kotler

dan Armstrong, 2008 : 266).

Sedangkan menurut cannon, Perreault, dan McCharty (2008:284)

Produk adalah kepuasan akan kebutuhan yang ditawarkan oleh suatu

perusahaan. Menurut Kotler dan Armstrong (2008:269) produk berdasarkan

tipe konsumen yang menggunakannya dibagi menjadi dua yaitu:

1. Produk Konsumen

Produk konsumen merupakan produk dan jasa yang dibeli oleh

konsumen akhir untuk di konsumsi secara pribadi. Produk konsumen

meliputi :

a. Produk kebutuhan sehari-hari

Produk kebutuhan sehari-hari merupakan produk yang sering dibeli


(38)

b. Produk belanja

Produk belanja merupakan produk yang jarang dibeli oleh konsumen

dan konsumen melakukan perbandingan kecocokan, kualitas harga,

dan gaya produk secara cermat.

c. Produk Khusus

Produk Khusus merupakan produk konsumen dengan

karakteristikunik dimana sekelompok pembeli secara signifikan

melakukan usaha pembelian khusus.

2. Produk Industri

Produk industri merupakan produk yang dibeli untuk digunakan

pada proses lebih lanjut dalam menjalankan usaha suatu bisnis. Produk

industri lebih kepada bahan pokok yang digunakan untuk berproduksi.

Dalam menyusun rencana produk, terdapat beberapa variable yang harus

diperhatikan. Variable tersebut antara lain variable yang berkaitan

dengan kualitas produk, fitur produk, desain produk dan pengemasan

produk.

E. Atribut Produk

Atribut produk adalah komponen yang merupakan sifat-sifat produk

yang menjamin agar produk tersebut dapat memenuhi kebutuhan dan

keinginan yang diharapkan oleh pembeli (Gitosudarmo, 2000 : 188). Atribut


(39)

Atribut yang berwujud berupa kualitas, fitur, desain dan kemasan produk.

Atribut yang tidak berwujud berupa nama baik dari perusahaan penghasil

barang tersebut.

1. Kualitas produk

Kualitas Produk adalah kemampuan suatu produk untuk melakukan

fungsi-fungsinya; kemampuan itu meliputi daya tahan ,kehandalan,

ketelitian yang dihasilkan, kemudahan dioperasikan dan diperbaiki, dan

atribut lain yang berharga pada produk secara keseluruhan (Kotler dan

Armstrong, 2001:347).

Kualitas produk memiliki dua dimensi yaitu tingkatan dan

konsistensi. Dalam dimensi tingkatan kualitas, kualitas produk berarti

kemampuan produk untuk melakukan fungi-fungsinya. Dalam dimensi

konsistensi kualitas, kualitas produk berarti bebas dari kecacatan dan

konsisten dalam memberikan tingkatan kualitas yang dijanjikan.

2. Pengemasan

Menurut Kotler dan Armstrong (2008:359) pengertian

pengemasan merupakan kegiatan mendesain dan memproduksi wadah

atau pembungkus produk. Terdapat tiga bentuk kemasan yaitu :

1. Kemasan dapat berupa wadah utama produk (berupa tube)

2. kemasan sekunder yang dibuang pada saat produk digunakan


(40)

3. kemasan yang dikhususkan untuk menyimpan, mengidentifikasikan,

dan mengirim produknya (berupa kardus)

Menciptakan kemasan yang baik bagi produk baru membutuhkan

pengambilan berbagai keputusan. Keputusan-keputusan yang harus dibuat

adalah yang berkaitan dengan elemen-elemen khusus kemasan seperti

ukuran, bentuk, bahan dasar, dan tanda merk.

F. Harga sebagai atribut

Menurut Kotler dan Amstrong (2008:345), Harga (Price) adalah

jumlah semua nilai yang diberikan oleh pelanggan untuk mendapatkan

keuntungan dari memiliki atau menggunakan suatu produk atau jasa. Harga

adalah satu-satunya elemen dalam bauran pemasaran yang menghasilkan

pendapatan. Para peneliti mengidentifikasi harga kedalam tujuh dimensi yang

mana lima dimensi berperan secara negatif dan dua dimensi lainnya berperan

positif (Kotler dan Susanto, 2001: 647). Dalam peran dimensi negatif, harga

digunakan untuk mempengaruhi orang seperti:

1) Sadar nilai (value conscious), keadaan dimana konsumen memperhatikan

rasio kualitas produk terhadap harga.

2) Sadar harga (price conscious), keadaan dimana konsumen lebih fokus

pada pembayaran harga yang lebih murah.

3) Penawaran kupon (coupon prone), keadaan dimana konsumen menanggapi


(41)

4) Penawaran penjualan (sale prone), keadaan dimana konsumen

menanggapi tawaran pembelian yang melibatkan pengurangan harga

sementara.

5) Maven harga (price mavens), keadaan dimana konsumen menjadi sumber

informasi bagi orang lain tentang harga di pasar bisnis.

Dalam peran positif, harga digunakan untuk mempengaruhi konsumen

pada dua jenis keadaan:

1) Hubungan harga-mutu, adalah keadaan dimana konsumen menggunakan

harga sebagai indikator mutu.

2) Sensitivitas prestise, adalah keadaan dimana konsumen membentuk

persepsi atribut harga yang menguntungkan berdasarkan sensitivitasnya

terhadap persepsi orang lain dari tanda-tanda status dengan harga yang

lebih mahal.

G. Saluran distribusi

Saluran distribusi merupakan seperangkat organisasi yang saling

bergantung satu sama lain, yang dilibatkan dalam proses penyediaan suatu

produk atau jasa, untuk digunakan atau dikonsumsi oleh konsumenatau

pengguna bisnis (Kotler dan Armstrong, 2001 : 7).

Setiap lapisan perantara pemasaran yang melakukan beberapa

kegiatan untuk membawa produk dan kepemilikannya lebih dekat ke pembeli


(42)

saluran yaitu saluran pemasaran langsung dan saluran pemasaran tidak

langsung. Tingkatan distribusi tersebut diuraikan sebagai berikut:

1. Saluran pemasaran langsung

Dalam saluran ini, satu perusahaan menjual langsung ke konsumen tanpa

perantara. Misalnya Tupperware menjual produknya dari pintu ke pintu

atau melalui pesta rumah dan kantor.

2. Saluran pemasaran tidak langsung

Pada pasar konsumen, tingkatan ini adalah pengecer. Misalnya produsen

televisi, kamera, ban, furniture, perabotan utama dan berbagai produk

lainnya yang selanjutnya akan dijual ulang ke konsumen akhir.

H. Penelitian Terdahulu

Husnadi berpendapat dalam skripsinya yang berjudul ” Menuju

Model Pengembangan Kawasan Perbatasan Daratan antar Negara” :

studi kasus Kecamatan Paloh dan Sajingan Besar, Kabupaten Sambas,

Kalimantan Barat. Daerah perbatasan seperti daerah Kecamatan Paloh dan

Sajinan Besar (PALSA) merupakan daerah yang strategis dengan kekayaan

alam berupa hutan dan panorama yang indah namun sampai saat ini masih

kurang mendapatkan perhatian dari Pemerintah Daerah. Dari hasil studi yang

telah dilakukannya dapat disimpulkan bahwa daerah perbatasan memiliki

sumber daya yang melimpah dan letak geografis yang strategis, akan tetapi

kekayaan alam yang dimiliki serta letak yang strategis tidak dapat mengubah


(43)

tertinggal secara langsung kepada kehidupan yang lebih baik. Hal ini

disebabkan iklim pembangunan yang ada di Indonesia belum sepenuhnya

menganggap kawasan perbatasan sebagai kawasan prioritas.

Pada kenyataannya yang terjadi selama ini berupa maraknya illegal

logging yang menyebabkan degradasi lingkungan hutan yang semakin parah.

Pengawasan dan penegakan hukum yang lemah membuat banyak pihak

tertentu menggunakan kesempatan ini untuk keuntungannya sendiri. Selain

itu, diketahui juga bahwa masyarakat perbatasan di kecamatan Paloh dan

Sajingan Besar sering melakukan transaksi perdagangan lintas batas dengan

masyarakat Biawak, namun cenderung sepihak karena harga komoditas yang

dijual masyarakat perbatasan sudah ditentukan oleh pedagang pengumpul di

Biawak (Sarawak). Adanya Cukai tidak yang mengharuskan masyarakat

perbatasan membayar pajak sehingga keuntungan dari penjualan komoditinya

berkurang. Meskipun kondisi seperti ini sering terjadi, masyarakat kecamatan

Paloh dan Sajingan Besar tetap menjual hasil komoditinya dikarenakan akses

ke kota Sambas sangat sulit yang disebabkan jalan yang tidak memadai.

Melihat situasi dan kondisi ini maka direkomendasikan suatu model

pengembangan kawasan perbatasan di Kecamatan Paloh dan Sajingan besar

menggunakan Model Agropolitan yaitu dengan mengintegrasikan prasarana

dan sarana transportasi secara internal dan eksternal (jalan lintas negara,

pelabuhan, air port), komunikasi, air bersih dan energi, serta dibutuhkan

fasilitas CIQS (Customs, Imigration, Quarantine, Security). Fungsi ini


(44)

itu, perlu pula ditempatkan pos militer setingkat kompi (SSK) disekitar garis

perbatasan untuk menjaga kedaulatan dan integritas wilayah NKRI serta

dilkukan pengembangan sumberdaya manusia dalam bidang pertanian yang

responsif terhadap teknologi dan informasi.

I. Pengembangan Hipotesis

Berdasarkan latar belakang masalah dan didukung dengan landasan

teori, dapat digambarkan keadaan masyarakat perbatasan khususnya yang ada

di Badau mengalami kesulitan mendapatkan kebutuhan pokok terutama

buatan dalam negeri. Berdasarkan penelusuran Media Indonesia (Aries

Munandar/N-2) hal ini dipengaruhi oleh infrastruktur dasar yang minim

sehingga distribusi produk untuk kebutuhan pokok buatan dalam negeri

tersendat ke wilayah Badau. Kondisi distribusi yang kurang baik ini membuat

masyarakat Badau jarang merasakan produk kebutuhan pokok asal

Indonesia. Kalaupun produk kebutuhan pokok tersedia harganya sangat

mahal, sehingga tidak ada pilihan lain yaitu dengan mendatangkan produk

kebutuhan dari Malaysia. Hal ini didukung letak geografis sangat dekat dan

keadaan jalan yang baik dari Badau ke Malaysia, sehingga distribusi produk

kebutuhan pokok asal Malaysia lebih cepat dan terjamin. Selain distribusi

yang lancar, harga yang relatif lebih terjangkau juga mendukung sikap positif

masyarakat Badau dalam memilih produk kebutuhan pokok dari Malaysia.

Selain kedua faktor tersebut, kebudayaan merupakan faktor yang juga


(45)

suku di Malaysia dengan suku yang ada di Badau yaitu mayoritas Dayak Iban

membuat batas Negara menjadi buram di daerah Badau. Kesamaan ini

mendorong masyarakat Badau untuk selalu berinteraksi sampai pada akhirnya

menjadi ketergantungan terutama dalam ekonominya, sehingga secara tidak

langsung ini memicu kegiatan illegal berupa produk kebutuhan pokok,

kendaraan (motor dan mobil), dan ketenagakerjaan.

Keluarga juga sangat mempengaruhi pembelian produk Malaysia.

Kebanyakan dari masyarakat Badau dengan tingkat pendidikan yang rendah

mencari pekerjaan ke Malaysia (Sibu, Sarawak, dan Miri) dimana mereka

melakukan transmigrasi tanpa surat-menyurat yang resmi. Hampir sebagian

besar Warga Indonesia asal Badau yang bekerja di Malaysia menetap tinggal

di Malaysia karena ikatan pernikahan dengan warga Malaysia. Keberadaan

keluarga di Malaysia seringkali mempengaruhi keluarga lainnya yang masih

tinggal di Badau untuk pergi dan berbelanja di Malaysia.

Meskipun masyarakat Badau sangat bergantung pada kebutuhan

pokok dan kendaraan asal Malaysia, tidak begitu dengan Fashion atau cara

berpakaian dari Masyarakat Badau. Kesamaan budaya dan pengaruh keluarga

mungkin saja mempengaruhi jenis aliran musik mereka yaitu aliran musik

bernuansa etnik Dayak Iban kombinasi melayu. Namun untuk selera

berpakaian mereka mengikuti trend pakaian terbaru dari Indonesia. Hal ini

terlihat dari toko pakaian yang ada di Badau maupun di Lanjak yang menjual

model-model pakaian asal Indonesia yang didapatkan dari Jakarta dan


(46)

Semua faktor tersebut didukung oleh informasi yang diperoleh masyarakat

Badau melalui media Indonesia seperti program televisi Sinetron atau

Infotament. Dari uraian diatas, peneliti merumuskan hipotesis sebagai

berikut:

1. H1 = Masyarakat Badau cenderung bersikap positif terhadap produk

kebutuhan pokok Made In Malaysia dibandingkan produk

kebutuhan pokok Made In Indonesia

2. H2 = Masyarakat Badau cenderung bersikap positif terhadap produk

fashion made in Indonesia dibandingkan produk fashion made in Malaysia


(47)

BAB III

METODE PENELITIAN

Penelitian ini akan dilakukan penulis di daerah Badau dengan

menggunakan penelitian eksploratif dan deskriptif. Adapun subjek dari penelitian

ini adalah masyarakat Badau dengan variabel penelitian berupa kualitas, harga,

dan proses distribusi, dan pengemasan untuk produk kebutuhan pokok Made In

Malaysia, sedangkan untuk variable penelitian fashion didaerah perbatasan berupa

Harga, model pakaian yang sesuai trend, dan tingkat kenyamanan pemakaian.

Penulis menggunakan sumber data primer untuk mengetahui opini dari

masyarakat Badau mengenai perbandingan antara produk kebutuhan pokok asal

Malaysia dengan produk kebutuhan pokok asal Indonesia dan data sekunder untuk

mengetahui gambaran umum daerah Badau di perbatasan berupa infrastruktur

jalan dan proses distribusi. Pengumpulan data sekunder dan primer dilakukan

penulis menggunakan dua tahap yaitu tahap wawancara dan observasi.

A. Jenis Penelitian

Jenis penelitian yang digunakan adalah penelitian eksploratif dan

deskriptif. Jenis penelitian deksriptif eksploratif digunakan oleh penulis

untuk menjawab dan mengetahui secara lebih mendalam mengenai keempat

rumusan masalah yaitu faktor yang mempengaruhi masyarakat Badau di

perbatasan lebih memilih produk kebutuhan pokok dan produk kebutuhan

fashion dari Indonesia atau dari Malaysia, serta komposisi produk kebutuhan


(48)

pokok dan fashion yang ada di perbatasan berdasarkan asal pembuatan

produk (Malaysia versus Indonesia). Jenis penelitian ini menggunakan

metode wawancara dan observasi. Wawancara digunakan untuk mengetahui

alasan masyarakat Badau yang memperkuat hasil analisis sedangkan

Observasi dilakukan dengan mendokumentasikan keadaan yang memperkuat

hasil wawancara.

B. Lokasi dan Waktu Penelitian

1. Lokasi : Kecamatan Badau, Kabupaten Kapuas Hullu, Kalimantan Barat.

2. Waktu penelitian : Februari – Maret 2012

C. Subjek dan Objek Penelitian 1. Subjek penelitian

Subjek penelitian ini adalah masyarakat perbatasan di Badau

khususnya pedagang yang mengkonsumsi produk asal Malaysia maupun

produk asal Indonesia.

2. Objek penelitian

Objek penelitian ini merupakan faktor-faktor yang mempengaruhi

keputusan pembelian dari masyarakat Badau terhadap Produk Malaysia

versus Produk Indonesia yang berupa:

a) Faktor budaya

Kebudayaan merupakan suatu ilmu yang komplek dari pengetahuan,


(49)

kebiasaan yang didapatkan oleh manusia sebagai anggota masyarakat.

(Basu Swastha dan Hani Handoko, 2000:59). Kesamaan suku yang ada di

Badau dan yang ada di Sarawak, sibu dan miri yaitu suku Dayak Iban

mempengaruhi keputusan pembelian masyarakat Badau karena

mereka berasal dari suku yang sama dan menggunakan bahasa yang

sama yaitu bahasa Iban dalam berkomunikasi ketika mereka

melakukan transaksi.

b) Keluarga

Keluarga merupakan individu-individu yang terbentuk kedalam

kelompok inti dan besar dan dibangun melalui suatu perkawinan.

(Basu Swastha dan Hani Handoko, 2000:59). Pernikahan antar Mayarakat Badau dengan masyarakat Malaysia membangun hubungan keluarga dari

kedua warga Negara di perbatasan. Pernikahan antar warga negara ini

secara tidak langsung mempengaruhi keputusan pembelian dari

masyarakat Badau di perbatasan.

c) Kualitas produk

Kualitas Produk adalah kemampuan suatu produk untuk melakukan fungsi-fungsinya; kemampuan itu meliputi daya tahan ,kehandalan, ketelitian yang dihasilkan, kemudahan dioperasikan dan diperbaiki, dan atribut lain yang berharga pada produk secara keseluruhan (Kotler dan Armstrong, 2001:347).

Mayoritas toko di perbatasan Badau menjual produk kebutuhan pokok

asal Malaysia. Oleh karena itu, penelitian ini melakukan perbandingan

terhadap kualitas produk kebutuhan pokok dan fashion asal Indonesia


(50)

Malaysia bertujuan untuk mengetahui apakah kualitas produk

merupakan alasan kuat masyarakat Badau membeli produk Indonesia

atau Malaysia.

d) Harga

Harga (Price) adalah jumlah semua nilai yang diberikan oleh pelanggan

untuk mendapatkan keuntungan dari memiliki atau menggunakan suatu

produk atau jasa. (Kotler dan Amstrong, 2008:345). Harga mempengaruhi

pembelian masyarakat Badau terhadap produk kebutuhan pokok dan

Fashion dari Indonesia Versus Malaysia. Di pasar perbatasan Badau,

Harga produk kebutuhan pokok dari Malaysia lebih murah dari

produk kebutuhan pokok asal Indonesia. Sedangkan harga kebutuhan

produk pakaian asal Indonesia relatif lebih murah dari produk

pakaian asal Malaysia. Oleh karena itu, harga diangkat sebagai objek

penelitian untuk mengetahui apakah harga merupakan alasan

masyarakat Badau terhadap pemilihan produk Malaysia Versus

Indonesia.

e) Distribusi

Saluran distribusi merupakan faktor penting dalam proses pengadaan

produk. Oleh karena itu, penelitian ini mengangkat distribusi sebagai

objek penelitian. Secara geografis, jarak Badau-Malaysia lebih dekat

dibandingkan jarak Badau-Putussibau. Letak geografis ini

mempengaruhi distribusi produk kebutuhan pokok asal Malaysia lebih


(51)

Malaysia membuat masyarakat Badau lebih memilih untuk membeli

produk kebutuhan pokok mereka ke Malaysia. Sedangkan untuk

produk pakaian, masyarakat Badau memilih produk pakaian dari

Indonesia. masyarakat Badau lebih memilih produk pakaian asal

Indonesia dikarenakan distribusi produk pakaian asal Indonesia lebih

praktis.

f) Kenyamanan pemakaian pakaian

Kualitas produk mempengaruhi tingkat kenyamanan pemakaian

produk pakaian. Kualitas produk yang baik dipengaruhi oleh harga

produk yang relatif mahal. Pada umumnya, produk pakaian memiliki

tingkat kualitas yang berbeda satu sama lain. Sehingga untuk

mendapatkan produk pakaian dengan tingkat kenyamanan yang tinggi

harus membayar dengan harga yang relatif mahal. Di perbatasan

Badau, produk pakaian yang mendominasi pasar berasal dari

Indonesia. Oleh karena itu, tingkat kenyamanan pemakaian pada

pakaian menjadi objek penelitian studi kasus ini. Hal ini untuk

mengetahui apakah tingkat kenyamanan pemakaian fashion asal

Indonesia merupakan alasan masyarakat Badau membeli produk

fashion asal Indonesia.

g) Model pakaian yang trend

Trend model pakaian sangat mudah dan cepat mengalami perubahan.

Dalam memenuhi kebutuhan dan keinginan konsumen terhadap model


(52)

terhadap perubahan model pakaian. Hal ini dikarenakan konsumen

lebih jeli dan kritis dalam menentukan model pakaian. Masyarakat

Badau merupakan konsumen yang jeli akan perubahan fashion karena

masyarakat Badau menyadari adanya kebutuhan akan pakaian. Setelah

menyadari kebutuhannya, masyarakat Badau mencari informasi

mengenai produk fashion. Ada banyak media yang menawarkan

informasi fashion antara lain televise atau majalah. Ketika mereka

melihat sebuah gaya di media, mereka akan menanamkannya di

pikiran mereka lalu mencocokkan dengan apa yang tersedia dipasar

dan dikenakan orang lain. Oleh karena itu, model pakaian menjadi

objek penelitian ini, karena model pakaian merupakan alasan

konsumen fashion di Badau membeli pakaian asal Indonesia.

3. Pemilihan produk kebutuhan pokok dilihat dari :

a) Kualitas

b) Harga

c) Kemasan

d) Proses distribusi

4. Pemilihan produk kebutuhan fashion dilihat dari :

a) Harga

b) Kualitas dan model pakaian

c) Kenyamanan pemakaian

5. Komposisi produk kebutuhan pokok yang dilihat dari

a) Jumlah konsumsi kebutuhan pokok masyarakat Badau perbulan


(53)

b) Jumlah penjualan produk kebutuhan pokok oleh pedagang eceran

didaerah Badau (Malaysia versus Indonesia)

6. Komposisi produk fashion yang dilihat dari

a) Karakteristik konsumen yang membeli (jenis kelamin)

b) Pembelian konsumen perbulan untuk produk fashion asal Malaysia

atau asal Indonesia.

c) Penjualan produk fashion perbulan asal Malaysia atau asal Indonesia

7. Panduan wawancara

a) Panduan untuk pemilihan produk kebutuhan pokok Made In Malaysia

Versus Indonesia, pertanyaan sebagai berikut:

1. Apakah alasan masyarakat Badau membeli produk kebutuhan

pokok dari Malaysia Versus Indonesia ?

2. Mengapa alasan tersebut sangat mempengaruhi masyarakat Badau

untuk membeli produk kebutuhan pokok asal Malaysia Versus

Indonesia?

3. Apakah faktor-faktor rasional saja yang mempengaruhi sikap positif

masyarakat Badau pada produk kebutuhan pokok asal Malaysia

Versus Indonesia?

4. Apakah ada produk kebutuhan pokok tertentu yang dibeli dari

Malaysia atau hampir seluruhnya? Mengapa produk tersebut tidak

dibeli dari Indonesia atau malaysia?

5. Bagaimana proses pembelian produk kebutuhan pokok dari


(54)

6. Berapa kali anda melakukan pembelian produk kebutuhan pokok ke

Malaysia Versus Indonesia?

7. Apakah ada sebuah ketentuan mengenai jumlah belanja kebutuhan

pokok? mengapa ketentuan ini diberlakukan?

8. Berapa banyak toko yang ada di daerah perbatasan Badau? Apakah

hampir semua toko yang ada di Badau membeli produk kebutuhan

pokok dari Malaysia Versus Indonesia?

9. Apakah anda lebih sering melakukan pembayaran dengan ringgit

Malaysia atau tetap menggunakan rupiah pada saat pembelian

produk kebutuhan pokok? Bagaimana anda memperoleh ringgit

Malaysia?

b) Panduan untuk pemilihan produk kebutuhan fashion Made In Indonesia

Versus Malaysia, pertanyaan sebagai berikut:

1. Berapa banyak toko pakaian yang ada didaerah perbatasan Badau?

2. Apakah alasan masyarakat Badau membeli fashion buatan

Indonesia atau Malaysia ?

3. Berapa kali anda melakukan pembelian produk fashion dari

Indonesia? Apakah pembelian dengan sistem borongan atau

dibatasi? Mengapa?

4. Mengapa mereka lebih memilih produk fashion asal Indonesia?

5. Berasal dari manakah produk fashion didatangkan? Bagaimana


(55)

6. Apakah proses distribusinya mempengaruhi harga menjadi lebih

mahal? Mengapa masyarakat Badau masih tetap membeli produk

fashion dari Indonesia?

c) Panduan untuk mengetahui komposisi produk kebutuhan pokok

berdasarkan asal produk, pertanyaan sebagai berikut:

1. Produk kebutuhan pokok jenis apa saja yang dibeli oleh masyarakat

Badau (Malaysia versus Indonesia)? Mengapa memilih jenis produk

tersebut?

2. Berapa banyak pembelian jenis kebutuhan pokok tersebut?

Mengapa hanya jenis tertentu yang dibeli (Malaysia versus

Indonesia)?

3. Apakah jumlah pembelian kebutuhan pokok asal Malaysia lebih

banyak dibeli dibandingkan produk kebutuhan pokok asal

Indonesia? Mengapa ?

4. Berapakah jumlah penjualan produk kebutuhan pokok asal

Indonesia atau Malaysia yang terjual di setiap toko yang ada

didaerah Badau?

d) Panduan untuk mengetahui komposisi produk fashion berdasarkan asal

produk, pertanyaan sebagai berikut:

1. Apakah konsumen wanita atau pria yang sering membeli produk

fashion (Malaysia versus Indonesia)?

2. Mengapa konsumen wanita atau pria yang lebih sering membeli


(56)

3. Berapakah jumlah pembelian konsumen untuk produk fashion

perbulan (Malaysia versus Indonesia)? Jenis produk fashion apa saja

yang dibeli? Mengapa hanya jenis produk tersebut yang banyak

dibeli?

4. Berapakah jumlah pembelian produk fashion oleh pemilik toko

perbulan (Malaysia versus Indonesia)?

5. Berapakah jumlah penjualan perbulan toko pakaian untuk produk

fashion (Malaysia versus Indonesia)?

8. Panduan observasi

Observasi dilakukan dengan mendokumentasikan keadaan didaerah

perbatasan seperti jumlah toko yang ada didaerah Badau, jenis-jenis

produk kebutuhan pokok Made In Malaysia dan Made In Indonesia yang

dijual di Badau, keadaan infrastruktur berupa jalan dari Badau-Malaysia

atau Badau-Putussibau, model produk fashion asal Indonesia, serta proses

pengangkutan produk kebutuhan pokok atau fashion dari Malaysia ke

Badau atau dari Putussibau ke Badau.

D. Sumber Data

Dalam penelitian ini, penulis menggunakan sumber data primer dan

sekunder. Data primer yang dibutuhkan dalam penelitian ini berupa opini

dari masyarakat Badau mengenai faktor apa yang mendorong mereka dalam

pemilihan produk kebutuhan pokok dan fashion dari asal produk (Malaysia


(57)

wawancara dengan pihak-pihak terkait penelitian ini. Data sekunder yang

dibutuhkan dalam penelitian ini berupa gambaran umum daerah Badau (peta

dan sejarah daerah tersebut), Jumlah penduduk, mata pencaharian penduduk

Badau, dan tingkat pendidikan masyarakat Badau.. Data sekunder dapat

penulis dapatkan dari instansi resmi seperti Kantor Kecamatan Badau,

internet atau media massa seperti Koran Kompas yang sering membahas

tentang wilayah perbatasan.

E. Teknik Pengumpulan Data

Teknik pengumpulan data yang digunakan oleh penulis melalui dua

tahap. Tahap pertama teknik pengumpulan data kualitatif melalui wawancara

dan tahap kedua teknik pengumpulan data kuantitatif melalui observasi.

Teknik pengumpulan data tersebut dijelaskan sebagai berikut:

1. Wawancara

Peneliti melakukan wawancara untuk mendapatkan data dan

informasi secara mendalam terkait dengan penelitian ini. Penulis

menentukan beberapa ketentuan yaitu:

1.1) Narasumber merupakan masyarakat Badau yang minimal sudah 5

tahun tinggal di Badau.

1.2) Masyarakat Badau yang pernah atau sering membeli produk

kebutuhan pokok dari Malaysia.

1.3) Masyarakat Badau yang pernah atau sering membeli produk fashion


(58)

1.4) Masyarakat Badau yang memiliki toko serba ada, minimal sudah 3

tahun buka.

2. Observasi

Observasi dilakukan penulis dengan cara mendokumentasikan

produk yang dijual oleh masyarakat Badau, kegiatan belanja masyarakat

Badau, pemilihan produk ketika berbelanja, jumlah toko yang ada di

Badau, keadaaan infrastruktur di Badau, dan bagaimana proses pembelian

produk kebutuhan pokok yang dilakukan masyarakat Badau ke Malaysia

atau Indonesia (distribusi dan perijinan). Hasil observasi ini akan

dideskripsikan oleh penulis berdasarkan pengamatannya selama di Badau.

F. Teknik Analisis Data

Teknik analisis data yang digunakan dalam penelitian berdasarkan

rumusan masalahnya berupa analisis kualitatif deskriptif yang didapat dari

hasil wawancara dan observasi untuk menjawab ke empat rumusan masalah

sebagai berikut:

1. Untuk mengetahui faktor-faktor yang mendorong pemilihan produk

kebutuhan pokok dari Malaysia dilakukan metode wawancara. Hasil

wawancara akan di analisis dengan analisis deskriptif sehingga akan

diketahui faktor paling dominan mempengaruhi masyarakat Badau dalam

pemilihan produk kebutuhan pokok asal Malaysia. Faktor tersebut akan

didukung oleh hasil dokumentasi berupa foto-foto, sehingga memperkuat


(59)

2. Untuk mengetahui faktor-faktor yang mendorong pemilihan produk

fashion dari Indonesia, dilakukan metode wawancara. Hasil wawancara

akan di analisis dengan analisis deskriptif sehingga akan diketahui faktor

paling dominan mempengaruhi masyarakat Badau dalam pemilihan

produk kebutuhan pokok asal Malaysia. Faktor tersebut akan didukung

oleh hasil dokumentasi berupa foto-foto, sehingga memperkuat hasil

analisis.

3. Untuk rumusan masalah ketiga, data akan diambil secara deskriptif melalui

wawancara dan observasi mengenai produk kebutuhan pokok yang ada di

perbatasan Badau. Wawancara dilakukan dengan tujuan mengetahui alasan

pembelian produk kebutuhan pokok berdasarkan asal pembuatan produk

(Malaysia Versus Indonesia). Hasil analisis disimpulkan ke dalam bentuk

kata-kata atau argumentasi. Hal ini didukung dengan hasil observasi

berupa hasil dokumentasi produk-produk kebutuhan pokok yang ada di

daerah perbatasan Badau.

4. Untuk rumusan masalah keempat, data akan diambil secara deskriptif

melalui wawancara dan observasi produk kebutuhan fashion yang ada di

perbatasan Badau. Wawancara dilakukan dengan tujuan mengetahui alasan

pembelian produk kebutuhan fashion berdasarkan asal pembuatan produk

(Malaysia Versus Indonesia). Hasil analisis disimpulkan ke dalam

kata-kata atau argumentasi . Hal ini didukung dengan hasil observasi berupa

hasil dokumentasi produk-produk kebutuhan fashion yang ada di daerah


(60)

43

BAB IV

GAMBARAN UMUM

A. Lingkungan Fisik Kecamatan Badau 1. Kondisi Geografis

Kecamatan Badau merupakan daerah yang berbatasan langsung baik

secara geografis maupun secara kultural dengan Sarawak, Malaysia.

Penelitian dilakukan di Kecamatan Badau yang memiliki luas wilayah ±

700 serta beriklim tropis dengan suhu udara berkisar antara 28˚C –

31,05˚C. Berdasarkan Data Pokok Kabupaten Kapuas Hullu tahun 2009,

luas Kabupaten Kapuas Hullu secara keseluruhan 29.842 . Dengan

demikian luas Kecamatan Badau 2,35% dari seluruh luas wilayah

Kabupaten Kapuas Hullu. Keadaan Curah hujan yang tinggi di Badau

terjadi pada bulan September sampai dengan Desember dan Januari

sampai dengan Mei. Jarak tempuh dari kecamatan Badau menuju Ibukota

Kabupaten ± 5 jam - 6 jam perjalanan. Jarak tempuh ini tergantung dari

kondisi musim dimana jika musim penghujan maka dibutuhkan waktu

yang lebih lama dari waktu tersebut. Adapun Jarak antar desa ke kota


(61)

Matrix 1.1

Jarak dari 9 desa ke Ibukota kecamatan Badau

Badau

0

1.5 Janting

6 4.5 Semuntik

12 13.5 18 Kekurak

18 19.5 25.5 5.5

Tinting

Seligi

35 36.5 41 25 20

Pulau

majang

16 17.5 22 28 34 51 Seriang

20 21.5 26 32 38 55 4 Tajum

2 3.5 8 14 20 37 14 18 Sebindang

data tersebut dapat diketahui bahwa desa yang memiliki jarak

tempuh paling jauh menuju kota kecamatan adalah Desa Pulau Majang

dengan jarak tempuh 35 km dari Ibukota Kecamatan Badau, dimana

transportasi yang digunakan melalui dua jalur yaitu jalur darat kemudian

dilanjutkan dengan jalur air.

Secara teritorial kewilayahan, yang dapat dilihat dari Batas

Administrasi Pemerintahan tercatat bahwa Kecamatan Badau memiliki 4


(62)

Kecamatan Batang Lupar ; sebelah barat berbatasan dengan Kecamatan

Puring Kencana dan Kecamatan Empanang ; sebelah Utara berbatasan

dengan Distrik Lubok Antu, Sriaman, Negara Sarawak, Malaysia ; serta

sebelah selatan berbatasan dengan Kecamatan Suhaid. Sedangkan secara

Administrative pemerintahan kecamatan Badau dibagi menjadi 9 desa dan

20 dusun dengan luas wilayah masing-masing desa dan persentase wilayah

desa berdasarkan perbandingan luas wilayah kabupaten dan wilayah desa,

sehingga dapat dilihat dari tabel berikut ini :

Tabel. 1.1

Daftar Nama Desa dan Dusun di Kecamatan Badau

No Desa Dusun Luas Persentase

1 Badau 1. Badau 1

2. Badau 2

67,08

km²

9,58

2 Janting 1. Bunut lalau

2. Berangan

114,17

km²

16,30

3 Semuntik 1. Semuntik

2. Pesayah

53, 83

km²

7,70

4 Kekurak 1. Kekurak

2. Perumbang

98,70

km²

14,10

5 Tinting Seligi 1. Sungai Telian

2. Sungai Tembaga 3. Empaik 118,61 km² 16,94


(63)

6 Pulau Majang 1. Majang

2. Raden Sura

35,91

km²

5,13

7 Sebindang 1. Sebindang

2. Mentari

63,65

km²

9,10

8 Seriang 1. Seriang Hulu

2. Seriang Hilir

31,36

km²

4,48

9 Tajum 1. Tangit I

2. Tangit II

3. Tangit IV

116,69

km²

16,67

JUMLAH 20 Dusun 700 km² 100

Sumber : Seksi Pemerintahan Kecamatan Badau, 2010 2. Kondisi Demografi

Kecamatan Badau yang merupakan tempat hunian 2 etnik yaitu

Melayu dan Dayak, serta terdiri dari 9 desa memiliki jumlah penduduk

kurang lebih 6.275 jiwa yang terdiri dari 3.327 jiwa berjenis kelamin

Laki-laki dan 2.948 jiwa berjenis kelamin perempuan. Adapun data tersebut


(64)

Tabel 1.2

Jumlah Penduduk Berdasarkan Jenis Kelamin

No Desa Jumlah Penduduk %

L P L+P

1 Badau 1.469 1.206 2.675 42,63

2 Janting 172 166 338 5,39

3 Semuntik 117 121 238 3,79

4 Kekurak 191 169 360 5,74

5 Pulau majang 472 412 884 14,09

6 Seriang 235 227 462 7,36

7 Tingting

selinggi

179 174 353 5,63

8 Sebindang 220 214 434 6,92

9 Tajum 272 259 531 8,46

Jumlah 3.327 2.948 6.275 100

Sumber : Seksi Pemerintahan Kecamatan Badau, Februari 2011

Meskipun secara umum penghuni penduduk Badau merupakan

masyarakat lokal (Dayak Iban dan Melayu), Badau juga dihuni oleh para

pendatang yang terdiri dari suku Jawa, Flores, dan Minang. Pada awalnya

mereka datang untuk mencari kerja atau membuka usaha di Badau.

Namun, karena banyak diantara mereka yang berkeluarga di Badau baik

dengan sesama pendatang maupun dengan penduduk Dayak Iban, maka


(65)

Penduduk atau Kartu Keluarga. Adapun data penduduk Kecamatan Badau

menurut penyebaran KK dapat di lihat sebagai berikut:

Tabel 1.3

Data Penduduk Menurut Penyebaran KK

No Desa Jumlah KK %

1 Badau 796 40

2 Janting 113 5,74

3 Semuntik 85 4,32

4 Kekurak 135 6,86

5 Pulau majang 119 6,05

6 Seriang 274 13,92

7 Tingting selinggi 121 6,15

8 Sebindang 123 6,25

9 Tajum 202 10,26

JUMLAH 1.968 KK 100

Sumber : Seksi Pemerintahan Kecamatan Badau, Februari 2011

Dapat disimpulkan dari data diatas bahwa KK tersebar paling banyak

berada di desa Badau dengan jumlah 796 KK atau sekitar 40% dari

jumlah keseluruhan KK di Kecamatan Badau. Sedangkan penyebaran KK

yang paling sedikit terdapat di Semuntik dengan jumlah 85 KK atau

sekitar 4,32% dari jumlah seluruh KK di Kecamatan Badau.

Dalam membangun suatu daerah, Sumber daya manusia merupakan

faktor yang sangat penting, karena kemajuan pembangunan suatu daerah


(66)

tersebut. Seperti halnya perkembangan di daerah Kecamatan Badau, dapat

dilihat dari tingkat pendidikan penduduk Badau dimana pendidikan akan

menunjukkan peran penduduk Badau sebagai penggerak sumber produksi

untuk menghasilkan kebutuhan hidup serta mata pencaharian penduduk

Badau dalam memenuhi kebutuhan hidupnya. Oleh karena itu, berdasarkan

data yang didapat dari Kantor Kecamatan Badau tahun 2011 dapat dilihat

perkembangannya sebagai berikut:

Tabel 1.4

Data Penduduk Berdasarkan Mata Pencaharian

No Mata Pencaharian Jumlah % Keterangan

1 Petani 5592 89,12 Petani

merupakan

pemilik lahan

2 Buruh Bangunan 20 0,32

3 Buruh Perkebunan 262 4,18

4 Pedagang 52 0,83

5 Jasa Angkutan 10 0,16

6 Bengkel/Montir 15 0,24

7 PNS 130 2,07

8 TNI/Polri 31 0,49

9 Pensiunan 7 0,11

10 Lain-lain 156 2,49


(67)

Mayoritas mata pencaharian masyarakat Badau adalah petani yang

memiliki lahan sendiri. Namun, pada kenyataannya para pendatang yang

menikah dan bertempat tinggal disana memiliki dua profesi seperti

misalnya PNS berprofesi sebagai pedagang, pedagang yang juga

berprofesi sebagai petani.

Daerah perbatasan pada umumnya sulit mendapatkan pendidikan

yang layak karena wilayah perbatasan selalu identik dengan jauh dari

perkotaan, infrastruktur yang rusak dan kesulitan telekomunikasi. Hal ini

tidak jauh berbeda dengan Badau, jauh dari perkotaan, membuat akses ke

Badau sulit untuk ditembus sehingga tenaga pengajar juga sedikit. Adapun

tenaga pengajar merupakan Angkatan Tua yang merupakan transmigrasi

dari NTT dan pulau Jawa sehingga kesadaran untuk mengenyam

pendidikan lebih tinggi masih sangat rendah. Maka dapat dilihat tingkat

pendidikan masyarakat Badau adalah sebagai berikut:

Tabel 1.5

Data Penduduk Menurut Tingkat Pendidikan

No Tingkat Pendidikan Jumlah % Keterangan

1 Belum Sekolah 1476 23,52

2 Tidak Tamat SD 663 10,57

3 Tamat SD 2098 33,43

4 Tamat SMP 769 12,26

5 Tamat SLTA 282 4,49


(68)

Akademi/Diploma

7 Tamat Perguruan

Tinggi (S-1)

22 0,35

8 Buta Huruf 909 14,49

JUMLAH 6253 100

Sumber : Kantor Camat Badau, Februari 2011

Tingkat pendidikan masyarakat Badau yang sudah mengenyam

pendidikan kebanyakan lulusan Sekolah Dasar dengan jumlah 2098 orang,

sedangkan tamatan SLTA baru 282 orang dan tamatan diploma 56 orang

serta tamatan Perguruan Tinggi hanya sebanyak 22 orang. Data disini

menunjukkan bahwa kesadaran akan pentingnya pendidikan tinggi belum

benar-benar dipahami penduduk Badau, ditambah dengan akses sarana

pendidikan serta tenaga pengajar yang masih sedikit semakin sulit

memberikan kesadaran bahwa pendidikan itu penting.

3. Relasi Antar Etnis di Badau

Di Kecamatan Badau ada dua etnis yang dominan yaitu etnis

Dayak Iban dan etnis Melayu. Orang “Dayak iban” merupakan penduduk

asli Kecamatan Badau yang cenderung mayoritas beragama katolik dan

agama Protestan. Orang Melayu merupakan penduduk asli namun


(1)

Jakarta 1/3 karung Jakarta ukurannya yang besar, untuk disini ukuran besar ndak bisa.”

Proses distribusi mempengaruhi harga?

“ Mempengaruhi harga udah pasti, cuman dari segi kita si penjual aaa untuk tambahan ongkos tu kita masukkan ke modal. Misalnya, missal harga barang RP 10.000datang kelanjak udah pasti tu meningkat menjadi Rp 13.000 modalnya. Modal Pontianak Rp 10.000 datang lanjak Rp 13.000. jadi harga tu rata-rata udah termaksud tambahan 20%, tambahan biaya dari modal pokok 20% .

“karna produk malaysia tidak dijual disini, alasan kedua produk kita lebih terjangkau dari segi harga kalo dari segi model sih, ndak kalah-kalah amat kita.malahan lebih tinggi model-model kita dari sana.kualitas lebih kurang lah, agak tinggi Malaysia.”

Menurut oom yang beli pakaian kesini banyak cewek atau cowok? “Untuk pembelinya yah seimbang, boleh 50% laki-laki-50% perempuan.” Yang belanja kesini?

“Belanja kesini sendiri yah seimbang, karna yang kita jual produk tu sama banyak 50 % produk laki-laki, 50% produk perempuan, 50% produk anak-anak. Kalo pembeli saya rasa lebih banyak perempuan. Karena kebutuhan anak, perempuan yang membelanjakan. “

“rata-rata pakaian kami melengkapi semua. Pakaian dalam, pakaian laki-laki, pakaian wanita, pakaian anak-anak, sepatu sandal, sepatu.”


(2)

Informan : Ibu Fauzy Tanggal : 16/01/12

Apa alasan bibi beli produk Indonesia disini? Atau campuran Malaysia? “Barang kita asli Indonesia, semuanya Indonesia”

Alasannya, apa ne alasannya?

“alasannya yah karna kita memasarkan produk kita sendiri. lebih dekat (Malaysia), tapi kita bandingkan harga , harga kita lebih terjangkau.”

Kalo bandingkan kualitas, kualitas pakaiannya sendiri?

“kalo kualitas pakaian itu beragam ya. Kalo pakaian ka nada yang bermerk, ada yang biasa, ada yang untuk obral. Jadi ndak bisa di bandingkan istilahnya. Kalo disana merknya bagus kita yang bermerk juga bagus. Kecuali yang biasa, harganya standar gitu.”

Tapi rata-rata kualitas menurut bibi? Bagus punya kita atau Malaysia?

“Bandingkan? Kalo itu ya pakaian yang kita liat lah yang mereka pakai kesini macam baju-baju biasa gitu, baju-baju cewe kayaknya kayak punya kita Indonesia. kecuali kalo jeans, baju-baju yang bermerk aa memang beda kualitasnya punya mereka.”


(3)

Apakah lebih bagus kita atau punya mereka?

“ punya kita ne anu bah kak, betingkat . aaa jadi susah kita bilang punya kita bagus aaa ada ugak kualitas dibawah. Karna kalo punya kita tu lain merk , lain kualitasnya kalo punya kita Indonesia. selain yang kami tahu lah.”

Kalo untuk melakukan pembelian sendiri itu kemana? “ ke Pontianak ajah, Jakarta belum.”

Proses distribusinya bagaimana?

“ kita langsung kea apa namanya, aa langsung kea gen. biasa di bawa sendiri pake bis.”

dikenakan biaya?

“iya lah, itu satu karungnya berapa ya? itu om yang tahu. Soalnya om yang belanja, sekitar 150-an kah karungnya, Itu liat karungnya. Kalo yang ekspedisi lain lagi ya karungnya.”

Kalo belinya sendiri pake borongan atau pake helai?

“ kita beli system grosir, kalo kayak kami beli eceran ne istilahnya pake lusin. Kalo masih bisa ngambil yang minim gitu, yang kecil angkanyamisalkan 1 lusin tu 12, ½ lusin 6. Kalo kita mau ngambil model banyak kan kita ambil ½ lusin jak, jadi kita bisa banyak dapat model. maklum meh kita ngecermau banyak model.”

Pembelian per bulan atau 2 minggu sekali?

“ per bulan, minimal per belanja. Kecuali ada mau hari raya kana tau keramaian baru kita bisa ngejar kan. Kecuali kalo hari-hari biasa.”

Biaya distribusi mempengaruhi harga?

“iya, kan kita ngeluarkan ongkos. Biaya ongkosnya kita keluarkan. Modal tambah ongkos harga jual.”

Pakaian yang dijual jenis produk banyak pria atau wanita?

“ banyak wanita. Dimana-mana tu yang belanja wabita. Karna konsumen yang beli tu wanita, karna wanita paling suka belanja. Wanita suka model. missal ada model baru ya kita bawa. Yang sering cewe-cewe.”


(4)

Menurut bibi kalo dari segi kenyamanan pakaian bagus punya siapa?

“ hmm kayak tadi ya, karna kualitas produknya betingkat jadi tingkat kenyamanan juga betingkat. Kalo dari punya kita baiklah.”

Kalo untuk model bagus kita atau Malaysia?

“ model, kalo bibi liat sih ya sama yang mereka pake kayaknya bagus punya kita. Kalo mereka bajunya sama kayak kita. Tapi agak ketinggalanlah.”

Ada faktor lain ndak selain harga, model kenyamanan, sama kualitas?

“ ndak ada kak , orang kan beli baju harga yang terjangkau, model yang lagi nge-trend, itu jak sih.karna kalo beli ke malaysia ne apa ya, repot pakai ijin, surat-surat, pokok repot. Mahal juga kan makanya lebih enak ke Pontianak.”


(5)

Informan : Ibu Bustimar Tanggal : 16/01/12

Baju yang dijual disini darimana?

“Baju kita Indon smua dek, hehehe asli Indonesia punya.”

Alasan beli pakaian dari Indonesia kenapa? Bukannya Malaysia lebih dekat? “karna mahal ya dek, dari Malaysia tu harganya mahal dari produk pakaian kita. Padahal kalo dibandingkan pakaian kita lebih baik, modelnya banyak. Lebih bagus dari punya mereka.” (Ibu Bustimar, Pedagang Pakaian,)

Beli produk pakaian ke pontianak atau jakarta tante?

“kayak tante ni beli sistem ekspedisi ya. Datang langsung ke Jakarta tapi beli banyak satu codi, dua codi gitu banyak modelnya. Tapi kalo sistem ekspedisi ni agak lama sama mahal yah, makanya kita beli langsung banyak model .kalo kayak tante ambil ekspedisi minimal 1 codi gitu yah ambil. Terserah kita modelnya. Minimal 3 helai 1 jenis, 1 modelnya.”

Kenapa enggak beli ke Malaysia?

“gimana ya dek, misal disini harga Rp 50.000, mereka disana jualnya RM 50. Kalo di rupiahkan harganya lebih mahal pakaian mereka. Mending beli dari Jakarta kan, memang jauh tapi harga kita masih murah. Model dari punya kita pun banyak. Malah saya pernah belanja ke Jakarta ketemu orang Malaysia


(6)

belanja pakaian kita, saya tanya katanya pakaian kita banyak model. adek tahu lah pakaian dari Malaysia tu kebanyakan model muslim yang lurus tu kan?. Kalo ibu-ibu disini banyaknya nanya, “bu bus, ada ndak jual baju model yang kayak di tv tu? Jadi kita beli yang memang kayak artis-artis sinetron pakai tu.”

Kalo kayak lelong ?

“Lelong ada, dari Malaysia. tapi kan pasarnya beda dek. Kalo baju-baju lelong tu kan orang belinya paling buat nyantai atau ke kebunlah kalo tante liat. Kalo baju yang kayak tante jual ne kan lebih kayak blouse-blouse, gaun, celana jeans, kaos, yang untuk kayak orang ke gerja, jalan-jalan gitu.”

Tadi udah modelnya, kalo tingkat kenyamanan menurut tante punya siapa yang lebih bagus?

“Tergantung merk ya dek. Rata-rata yang tante beli dari Jakarta ni nyaman lah di pake. Nyatanya jak banyak orang Malaysia beli ke kita di Jakarta, iya ndak??.merk kayak baju-baju distro tu bagus, cuman harga mahal sesuaikan lah ya dengan kualitasnya. Memang ada pakaian malaysia, kayak lelong tapi kan pasar kita beda. Kayak pakaian yang tante jual ne pasar nya untuk ibu-ibu yang tau fashion dari TV-TV. Kalo lelong kan, maaf lah kebanyakan kayak untuk orang ke kebun atau orang yang kurang lah.karna kan murah-murah lelong tu.”

Jenis produk yang dibeli apa ajah?

“ada blouse, kaos, atasan cewe –cowo, sandal, sepatu, tas, banyaklah.” Lebih banyak konsumen cewe atau cowo yang beli?

“ cewe. Soalnya tante lebih banyak jual pakaian cewe. cewe kan paling suka fashion dek. Pengennya kayak di TV-TV gitu.”

Ada faktor lnggak selain yang udah disebutkan tadi?

“Ndak ada sih. Gini ya, kalo ke Malaysia tu mahal bajunya, repot juga belanja kita ijin-ijin segala. Mending langsung ke Jakarta atau ndak ke Pontianak. Produk-produk kita kayak baju-baju ne masih bagus lah dari punya mereka. Buktinya mereka banyak beli ke Jakarta.”