PROFIL PETANI LADA (Piper nigrum L) DI DESA BADAU KECAMATAN BADAU KABUPATEN BELITUNG.

(1)

No. Daftar FPIPS : 2013/UN.40.2.4/PL/2014

PROFIL PETANI LADA (Piper nigrum L) DI DESA BADAU KECAMATAN BADAU KABUPATEN BELITUNG

SKRIPSI

Diajukan Untuk Memenuhi Sebagian Dari Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan

Jurusan Pendidikan Geografi

Oleh : Isron Al Sheh

0901519

JURUSAN PENDIDIKAN GEOGRAFI

FAKULTAS PENDIDIKAN ILMU PENGETAHUAN SOSIAL UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA


(2)

PROFIL PETANI LADA (Piper nigrum L) DI DESA BADAU KECAMATAN BADAU KABUPATEN BELITUNG

Oleh Isron Al Sheh

Sebuah skripsi yang diajukan untuk memenuhi salah satu syarat memperoleh gelar Sarjana Pendidikan pada Fakultas Pendidikan Ilmu Pengetahuan Sosial

© Isron Al Sheh

Universitas Pendidikan Indonesia 2014

Hak cipta dilindungi undang-undang.

Skripsi ini tidak boleh diperbanyak seluruhnya atau sebagian, Dengan dicetak ulang, difoto kopi, atau cara lainnya tanpa izin dari penulis.


(3)

ISRON AL SHEH NIM. 0901519

“PROFIL PETANI LADA (Piper nigrum L) DI DESA BADAU KECAMATAN BADAU KABUPATEN BELITUNG”

DISETUJUI DAN DISAHKAN OLEH : Pembimbing I

Prof. Dr. H. Darsihardjo,MS NIP. 19620921 198603 1 005

Pembimbing II

Drs. H. Dadang Sungkawa, M.Pd NIP. 19550210 198002 1 001

Mengetahui :

Ketua Jurusan Pendidikan Geografi

Dr. Hj. Epon Ningrum, M.Pd NIP. 19620304 198704 2 001


(4)

Isron Al Sheh, 2014

Profil petani lada (piper nigrum l) di desa Badau kecamatan Badau kabupaten Belitung Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

v

i

PROFIL PETANI LADA (Piper nigrum L) DI DESA BADAU KECAMATAN BADAU KABUPATEN BELITUNG

ABSTRAK

Oleh : Isron Al Sheh (0901519)

Desa Badau Kecamatan Badau Kabupaten Belitung merupakan salah satu daerah yang menghasilkan lada di Indonesia khususnya lada putih. Lahan pertanian budidaya lada di Desa Badau Kecamatan Badau memiliki cakupan yang cukup luas. Tanaman lada memiliki pengaruh yang cukup besar terhadap tingkat kesejahteraan petani lada di Desa Badau dikarenakan lada memiliki harga jual yang cukup tinggi sehingga dapat menjadi jaminan dalam memenuhi kebutuhan hidup. Oleh karena itu diperlukan penelitian untuk mengetahui seberapa besar pengaruh usaha budidaya lada di Desa Badau Kecamatan Badau Kabupaten Belitung. Identifikasi masalah yang diambil dalam penelitian ini adalah (1) Bagaimana cara pengolahan lahan pertanian lada Desa Badau Kecamatan Badau Kabupaten Belitung ? (2) Bagaimana pendapatan yang diperoleh dari petani lada Desa Badau Kecamatan Badau Kabupaten Belitung ? (3) Bagaimana pendidikan keluarga petani lada Desa Badau Kecamatan Badau Kabupaten Belitung ?

Penelitian ini menggunakan metode penelitian deskriptif. Salah satu metode deskriptif yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode survei. Populasi wilayah penelitian meliputi lahan dan budidaya perkebunan lada di Desa Badau Kecamatan Badau Kabupaten Belitung yang telah dimanfaatkan oleh masyarakat yang melakukan pemanfaatan atau pengolahan lahan perkebunan lada (Piper nigrum L). Sedangkan populasi sosial adalah petani lada yang berjumlah 314 orang di Desa Badau Kecamatan Badau. Sampel wilayahnya adalah perkebunan lada yang terdapat di Desa Badau Kecamatan Badau, sedangkan sampel manusia adalah sampel petani lada yang dihitung menggunakan rumus Taro Yamane dengan jumlah 76 responden. Sampel diambil menggunakan teknik pengambilan proportional random sampling. Adapun teknik pengumpulan data menggunakan observasi lapangan, wawancara, studi dokumentasi dan literature. Teknik pengolahan dan analisis data menggunakan persentase (%).

Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa cara pengolahan lahan pertanian lada di Desa Badau dimulai dari penyiapan lahan, penyiapan tiang panjat, penanaman, pemeliharaan, dan panen. Efektifitas pengolahan lahan yang baik membuat petani lada memiliki pendapatan untuk setiap kali panen (satu tahun sekali) berkisar Rp.5.000.000,00

– Rp.100.000.000,00 dan lebih dari setengahnya sebesar 62% responden berpenghasilan Rp.10.000.000,00 – Rp. 50.000.000,00 dengan jumlah pendapatan tersebut maka sebagian besar petani lada dapat memenuhi kebutuhan hidupnya. Walaupun dengan pendapatan yang mencukupi dan tingkat pendidikan petani lada yang tergolong rendah tetapi sebagian besar atau sebesar 85% petani lada sangat menganggap penting akan pendidikan untuk anak serta keluarga mereka. Hal ini ditunjukkan bahwa sebagian besar petani lada atau sebesar 88% responden petani lada menyekolahkan anaknya.


(5)

Isron Al Sheh, 2014

Profil petani lada (piper nigrum l) di desa Badau kecamatan Badau kabupaten Belitung Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

v

ii

PROFIL PETANI LADA (Piper nigrum L) DI DESA BADAU KECAMATAN BADAU KABUPATEN BELITUNG

ABSTRACT

Badau village Sub-district Badau Belitung district is one of the areas that produce pepper in Indonesia particularly white pepper. Pepper cultivation of agricultural land in the village of Badau Badau Subdistrict have ample coverage. Pepper plants have a considerable influence on the level of welfare of the farmers in the villages of pepper Badau due to pepper has a high enough price so that it can be a guarantee to meet the necessities of life. It is therefore necessary to research to find out how big the influence of pepper cultivation at the village of Badau Badau Belitung district Subdistrict. The identification of issues that are taken in this research is (1) how does the processing of the pepper farm Badau Village Badau Sub-district Belitung district? (2) how the income earned from the pepper farmer Badau Village Badau Sub-district Belitung district? (3) How pepper farmer education family Badau Village Badau Sub-district Belitung district?

This research uses descriptive research method. One of the descriptive method used in this research is a survey method. Population of the area of research covers the land and cultivation of pepper plantation in the village of Badau Badau Belitung district District which had been utilized by the people who perform utilization or processing of plantation pepper (Piper nigrum L). While the population of social is the pepper farmers totaled 314 people in the village of Badau Badau Subdistrict. Samples of pepper plantations were found in the village of Badau Badau Subdistrict, while human samples are samples of pepper farmers are calculated using a formula of Taro Yamane with 76 respondents. Samples were taken using the technique of taking proportional random sampling. As for the data collection technique using field observations, interviews, documentation and study of literature. Processing techniques and data analysis using a percentage (%).

The results of this research show that the way the processing of agricultural land in the village of pepper Badau land preparation, starting from the pole climb preparation, planting, maintenance, and harvesting. The effectiveness of a good land processing makes the pepper farmers have an income for each harvest time (once a year) range Rp.5.000.000,00 – Rp.100.000.000,00 and more than half of the 62% of the respondents earn Rp.10.000.000,00 – Rp. 50.000.000,00 with the amount of income that most farmers pepper can meet the needs of his life. Although with sufficient income and educational levels of the pepper farmers belong to low but most of the 85% of farmers or the pepper is very important to consider the education for children and their families. It is shown that most of the farmers or pepper of 88% of respondents send pepper farmers son.


(6)

Isron Al Sheh, 2014

Profil petani lada (piper nigrum l) di desa Badau kecamatan Badau kabupaten Belitung Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

v


(7)

Isron Al Sheh, 2014

Profil petani lada (piper nigrum l) di desa Badau kecamatan Badau kabupaten Belitung Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

v

DAFTAR ISI

ABSTRAK ... i

KATA PENGANTAR ... ii

UCAPAN TERIMA KASIH ... iii

DAFTAR ISI ... v

DAFTAR TABEL ... ix

DAFTAR GAMBAR ... xi

BAB I PENDAHULUAN ... 1

A. Latar Belakang masalah ... 1

B. Rumusan Masalah ... 5

C. Tujuan Penelitian ... 5

D. Manfaat Penelitian ... 5

BAB II TINJAUAN PUSTAKA ... 6

A. Pertanian ... 6

1. Pertanian dan Perkebunan di Indonesia ... 6

2. Masyarakat Petani ... 7

3. Lahan Pertanian ... 8

B. Lada dan Produksi Lada ... 8

1. Pengertian Lada ... 8

a. Jenis Lada ... 11

b. Budidaya Lada ... 11

1) Penyediaan Bibit ... 11

a) Lada Tiang Panjat ... 12

b) Lada Perdu ... 12

2) Penanaman Lada ... 13

3) Pemeliharaan ... 13

4) Panen ... 14


(8)

Isron Al Sheh, 2014

Profil petani lada (Piper Nigrum L) di desa Badau kecamatan Badau kabupaten Belitung Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

a. Faktor Produksi ... 15

b. Pengendalian Proses Produksi ... 16

c. Pemasaran Hasil Pertanian ... 16

C. Daya Dukung Pertumbuhan Lada ... 17

1. Faktor Fisik ... 17

a. Iklim ... 17

b. Tanah ... 17

2. Faktor Manusia ... 18

a. Tingkat Pendidikan ... 18

b. Pengalaman ... 19

c. Modal ... 19

d. Mata Pencaharian ... 20

D. Keuntungan Budidaya Lada ... 20

1. Pendapatan ... 20

2. Pendidikan ... 21

3. Kondisi Rumah ... 22

BAB III PROSEDUR PENELITIAN ... 23

A. Lokasi Penelitian dan Subyek Populasi/Sampel Penelitian ... 23

1. Lokasi Penelitian ... 23

2. Populasi ... 23

a. Populasi Wilayah ... 23

b. Populasi Manusia ... 25

3. Sampel ... 25

a. Sampel Wilayah ... 25

b. Sampel Manusia ... 25

B. Metode dan Variabel Penelitian ... 27

1. Metode Penelitian... 27

2. Variabel Penelitian ... 28

C. Definisi Operasional... 29


(9)

vii

Isron Al Sheh, 2014

Profil petani lada (Piper Nigrum L) di desa Badau kecamatan Badau kabupaten Belitung Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

2. Lada ... 30

D. Teknik dan Alat Pengumpulan Data ... 30

1. Teknik Pengumpulan Data ... 30

a. Data Primer ... 30

1) Observasi Lapangan ... 30

2) Wawancara ... 30

b. Data Sekunder ... 31

1) Studi Dokumentasi ... 31

2) Literatur ... 31

2. Alat Pengumpul Data ... 31

E. Teknik Pengolahan dan Analisis Data Penelitian ... 32

1. Teknik Pengolahan Data ... 32

2. Teknik Analisis Data Penelitian ... 32

a. Teknik Persentase... 32

BAB IV ANALISIS HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ... 34

A. Gambaran Kondisi Geografi Daerah Penelitian ... 34

1. Kondisi Fisik Daerah Penelitian ... 34

2. Kondisi Sosial Daerah Penelitian ... 36

a. Jumlah dan Kepadatan Penduduk ... 36

b. Komposisi Penduduk Berdasarkan Usia dan Jenis Kelamin... 38

c. Komposisi Penduduk Berdasarkan Mata Pencaharian ... 41

d. Komposisi Penduduk Berdasarkan Tingkat Pendidikan ... 42

B. Hasil Penelitian dan Pembahasan... 43

1. Kondisi yang Cocok untuk Budidaya Lada ... 43

a. Kondisi Fisik ... 43

1) Iklim ... 43

2) Ketinggian Tempat ... 48

3) Tanah ... 48

b. Kondisi Sosial ... 49


(10)

Isron Al Sheh, 2014

Profil petani lada (Piper Nigrum L) di desa Badau kecamatan Badau kabupaten Belitung Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

2) Tingkat Pendidikan ... 50

3) Mata Pencaharian ... 52

a) Mata Pencaharian Pokok ... 52

b) Mata Pencaharian Sampingan ... 53

4) Modal ... 54

2. Pengolahan Lahan Pertanian Lada di Desa Badau ... 55

a. Persiapan Lahan ... 55

b. Persiapan Tiang Panjat ... 56

c. Penanaman ... 57

d. Pemeliharaan ... 59

1) Penjagan Kondisi Lingkungan ... 59

2) Pengaturan Pertumbuhan Tanaman... 59

3) Pemangkasan ... 59

4) Pemupukan ... 60

e. Panen ... 61

3. Profil Petani Lada di Desa Badau ... 64

a. Karakteristik Responden Berdasarkan Usia/Umur ... 64

b. Tingkat Pendapatan ... 65

c. Tingkat Pendidikan ... 69

d. Kondisi Rumah ... 73

C. Implikasi Hasil Penelitian terhadap Bidang Pendidikan Geografi ... 77

BAB V SIMPULAN DAN REKOMENDASI ... 78

A. Simpulan ... 78

B. Rekomendasi ... 80

DAFTAR PUSTAKA ... 82


(11)

Isron Al Sheh, 2014

Profil petani lada (piper nigrum l) di desa Badau kecamatan Badau kabupaten Belitung Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

v

1 BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Indonesia kaya akan sumberdaya alam yang beragam serta melimpah, hal ini membuat keanekaragaman mata pencaharian penduduk di Indonesia. Salah satu mata pencaharian yang cukup banyak di Indonesia ini adalah petani. Selain itu kondisi iklim tropis yang sesuai dan ketersediaan lahan yang cukup luas menjadi kombinasi yang cocok untuk memperluas pengembangan komoditas perkebunan diseluruh wilayah Indonesia.

Mubyarto (1989:12) menyatakan bahwa pertanian memegang peranan penting dari keseluruhan perekonomian nasional, hal ini dapat ditunjukan dari banyaknya penduduk atau tenaga kerja yang hidup atau bekerja pada sektor pertanian. Karena Indonesia merupakan negara agraris yang sebagian besar penduduknya bekerja dalam bidang pertanian, oleh karena itu sektor pertanian ini harus diperhatikan lebih optimal dari pemerintah dengan pertimbangan sebagai berikut :

1. Pertanian sebagai penyedia lapangan pekerjaan; 2. Pertanian sebagai penyedia bahan makanan;

3. Pertanian sebagai penyedia bahan mentah dan bahan baku bagi industri;

4. Pertanian memberikan devisa bagi negara .

Jika pemerintah memperhatikan dan mengoptimalkan sumberdaya pertanian tersebut tentu akan berdampak baik bagi peningkatan ekonomi serta kesejahteraan penduduk indonesia. Peningkatan ekonomi ini tentu didukung oleh peningkatan produksi dengan memanfaatkan potensi sumberdaya alam wilayah.


(12)

Isron Al Sheh, 2014

Profil petani lada (piper nigrum l) di desa Badau kecamatan Badau kabupaten Belitung Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

v

Salah satu sumberdaya alam pertanian Indonesia yang sangat terkenal ialah lada. Lada (Piper nigrum L) merupakan komoditas ekspor potensial di Indonesia, selain ditinjau sebagai penyumbang devisa bagi negara maupun dari segi kegunaannya yang khas dan tidak bisa tergantikan oleh rempah lainnya.

Lada memiliki peran penting dalam perekonomian nasional, yaitu sebagai sumber devisa, penyedia lapangan kerja, bahan baku industri, dan konsumsi langsung. Devisa dari lada menempati urutan keempat setelah minyak sawit, karet, dan kopi, dengan nilai ekspor US$ 221.089 juta (Direktorat Jenderal Bina Produksi Perkebunan 2002). Lada merupakan bahan baku industri makanan siap saji, obat-obatan, kosmetik, dan lainnya. Di beberapa negara industri parfum yang sudah maju seperti Perancis, ketergantungan pada lada sangat besar. Lada digunakan pada berbagai makanan tradisional maupun masakan Eropa sebagai penyedap. Lada juga berperan sebagai penggerak perekonomian disentra-sentra produksi. Konsumsi lada di Indonesia rata-rata sebagai keunggulan dalam hal produksi ekspornya, seperti India, Vietnam, Brazil.

Menurut Informasi Pasar Komoditi Domestik dan Internasional Bappebti Kementerian mencapai 60kg/kapita/tahun (Direktorat Jenderal Bina Produksi Perkebunan 2002). Bila jumlah penduduk Indonesia sekitar 220 juta, maka dalam setahun dibutuhkan 13.200 ton lada atau 19,60% dari produksi nasional. Karena kebutuhan serta keuntungan yang diperoleh inilah menjadikan lada suatu hal yang penting, tidak hanya Indonesia beberapa negara pun menjadikan produksi lada.

Perdagangan mencatat ekspor lada Indonesia pada 2010 mencapai 63.000 ribu ton senilai 246 juta dolar AS. Atau meningkat sekitar 24 persen dibanding ekspor tahun 2009 sebesar 51.000 ton senilai 140 juta dolar AS. Menurut data IPC (international Pepper Community) pemanfaatan lahan untuk lada di Indonesia menempati urutan kedua setelah India. Lada Indonesia masih mempunyai kekuatan dan peluang untuk dikembangkan, karena lahan yang sesuai untuk lada cukup luas, biaya produksi lebih rendah dibanding negara pesaing, tersedianya


(13)

3

Isron Al Sheh, 2014

Profil petani lada (piper nigrum l) di desa Badau kecamatan Badau kabupaten Belitung Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

v

teknologi budidaya lada yang efisien, serta adanya peluang melakukan diversifikasi produk apabila harga lada jatuh.

Lada Indonesia mempunyai kekuatan dan daya jual tersendiri karena cita rasanya yang khas. Lada Indonesia dikenal dengan nama Muntok White Pepper untuk lada putih dan Lampung Black Pepper untuk lada hitam yang sudah dikenal sejak sebelum Perang Dunia II. Kemampuan produksi lada Indonesia yang mampu memasok sekitar 80% kebutuhan akan lada di Dunia, sehingga sekitar pada tahun 1772 produksi lada Indonesia mampu memberikan keuntungan dua per-tiga dari keuntungan VOC pada saat Belanda masih menjajah Indonesia. Sebagian besar (99%) pertanaman lada diusahakan dalam bentuk perkebunan rakyat dengan pengelolaan yang tradisional. Salah satu daerah penghasil lada yang terkenal dengan istilah Muntok White Peppernya ialah Bangka Belitung seperti pada tabel 1.1.

Tabel 1.1

Ketersediaan Komoditi Lada di Indonesia

No Nama Daerah Luas Lahan

1 Bangka-Belitung Lahan yang sudah digunajan (Ha): 36.790 Status lahan: Perkebunan Rakyat

2 Banten Lahan yang sudah digunakan (Ha): 1.050 Status Lahan: Perkebunan Rakyat 3 Bengkulu Lahan yang sudah digunakan (Ha): 7.089

Status Lahan: Perkebunan Rakyat : 7,089 4 Daerah Istimewa

Yogyakarta

Lahan yang sudah digunakan (Ha): 61 Status Lahan: Perkebunan Rakyat 5 Jambi Lahan yang sudah digunakan (Ha): 233

Status Lahan: Perkebunan Rakyat terdiri dari :233 Ha 6 Jawa Barat Lahan yang sudah digunakan (Ha): 2.787

Status Lahan: Perkebunan Rakyat 7 Kalimantan Barat

Lahan yang sudah digunakan (Ha): 9.416

Status Lahan: Luas Area Untuk Perkebunan Lada yang terdiri dari perkebunan Rakyat:9.416

8 Kalimantan Tengah

Lahan yang sudah digunakan (Ha): 2.720

Status Lahan: Luas Area Perkebunan Lada Terdiri Dari Perkebunan Rakyat : 2.720 Ha

9 Kalimantan Timur Lahan yang sudah digunakan (Ha): 13.973 Status Lahan: Perkebunan Rakyat


(14)

Isron Al Sheh, 2014

Profil petani lada (piper nigrum l) di desa Badau kecamatan Badau kabupaten Belitung Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

v

11 Maluku Utara

Lahan yang sudah igunakan (Ha): 77

Status Lahan: Luas Area Perkebunan Lada Terdiri dari Perkebunan Rakyat :77 Ha

12 Sulawesi Barat Lahan yang sudah digunakan (Ha): 446 Status Lahan: Perkebunan Rakyat

13 Sulawesi Selatan Lahan yang sudah digunakan (Ha): 12.582 Status Lahan: Perkebunan Rakyat

14 Sulawesi Tengah Lahan yang sudah digunakan (Ha): 2.144 Status Lahan: Perkebunan Rakyat 16 Sulawesi Utara Lahan yang sudah digunakan (Ha): 711 17 Sumatera Selatan Lahan yang sudah digunakan (Ha): 11.074

Sumber : Direktorat Pengembangan Potensi Daerah BKPM, 2013

Berdasarkan Tabel 1.1 Bangka Belitung merupakan provinsi yang menempati urutan kedua setelah Lampung dalam hal pemanfaatan lahan untuk budidaya lada di Indonesia dengan luas 36.790 ha. Produksi lada Bangka Belitung secara keseluruhan mengalami peningkatan dari tahun 2006 sampai dengan tahun 2010 seperti pada tabel 1.2.

Tabel 1.2

Produksi Lada di Bangka Belitung Produksi 2010 (Ton) 16.416 Produksi 2009 (Ton) 15.601 Produksi 2007 (Ton) 15.670 Produksi 2006 (Ton) 16.292

Sumber : Statistik Perkebunan Indonesia 2009-2011 Departemen Pertanian Direktorat Jenderal Perkebunan

Berdasarkan Tabel 1.2 produksi lada Bangka Belitung pada tahun 2006 sebesar 16.292 ton naik menjadi 16.416 ton pada tahun 2010. Sedangkan menurut data statistik 2010 Dinas Pertanian Perkebunan dan Peternakan Provinsi Kepulauan Bangka Belitung, komoditas lada di Bangka Belitung menghasilkan produksi 18.472 ton dengan produktivitas 1.465 ton/Ha/thn.

Salah satu Desa yang menghasilkan lada di Kepulauan Bangka Belitung adalah Desa Badau. Desa Badau merupakan salah satu dari 43 Desa/Kelurahan


(15)

5

Isron Al Sheh, 2014

Profil petani lada (piper nigrum l) di desa Badau kecamatan Badau kabupaten Belitung Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

v

yang ada di Kabupaten Belitung dan Ibu Kota dari Kecamatan Badau yang dari aspek sejarah merupakan daerah kerajaan pertama di Pulau Belitung. Mayoritas penduduk di Desa ini ialah petani dan buruh tani. Penggunaan lahan di Desa Badau ini lebih terkonsentrasi untuk perkebunan.

Sebagaimana pemaparan di atas, Tanaman lada merupakan komoditi yang banyak dibudidayakan oleh masyarakat di desa ini. Keberadaan budidaya lada di desa Badau yang didukung oleh harga lada yang cukup tinggi akan menambah jumlah pendapatan petani. Hal inilah yang melatarbelakangi penulis untuk meneliti tentang usaha budidaya lada dengan judul “PROFIL PETANI LADA (Piper nigrum L) DI DESA BADAU KECAMATAN BADAU KABUPATEN

BELITUNG”.

B. Rumusan Masalah

Berangkat dari latar belakang diatas, dapat dirumuskan masalahnya kedalam bentuk petanyaan sebagai berikut :

1. Bagaimana cara pengolahan lahan pertanian lada Desa Badau Kecamatan Badau Kabupaten Belitung ?

2. Bagaimana pendapatan yang diperoleh dari petani lada Desa Badau Kecamatan Badau Kabupaten Belitung ?

3. Bagaimana pendidikan keluarga petani lada Desa Badau Kecamatan Badau Kabupaten Belitung ?

C. Tujuan Penelitian

Adapun tujuan dari penelitian ini adalah :

1. Mengidentifikasi cara pengolahan lahan petani lada Desa Badau Kecamatan Badau Kabupaten Belitung .

2. Mengidentifikasi pendapatan yang diperoleh dari petani lada Desa Badau Kecamatan Badau Kabupaten Belitung .

3. Menganalisis pendidikan keluarga petani lada Desa Badau Kecamatan Badau Kabupaten Belitung.


(16)

Isron Al Sheh, 2014

Profil petani lada (piper nigrum l) di desa Badau kecamatan Badau kabupaten Belitung Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

v

D. Manfaat Penelitian

Manfaat yang diharapkan dari penelitian ini adalah :

1. Sebagai bahan masukan bagi pemerintah dalam pengembangan pertanian lada khususnya di Desa Badau Kecamatan Badau Kabupaten Belitung. 2. Sebagai salah satu sumber data dan informasi bagi pengembangan


(17)

23

Isron Al Sheh, 2014

Profil petani lada (piper nigrum l) di desa Badau kecamatan Badau kabupaten Belitung Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

v

BAB III

PROSEDUR PENELITIAN

A. Lokasi Penelitian dan Subyek Populasi/Sampel Penelitian 1. Lokasi Penelitian

Lokasi penelitian bertempat di Desa Badau merupakan salah satu Desa yang berada di Kecamatan Badau Kabupaten Belitung. Berikut ini adalah batas-batas secara administratif lokasi penelitian, yaitu :

Sebelah Utara berbatasan dengan Kabupaten Belitung Timur Sebelah Timur berbatasan dengan Desa Cerucuk

Sebelah Selatan berbatatan dengan Desa Bukit Ibul Sebelah Barat berbatasan dengan Desa Buluh Tumbang

Alasan memilih Desa Badau dijadikan sebagai lokasi penelitian karena di Desa Badau ini mayoritas penduduknya bermatapencaharian sebagai petani lada maka penulis tertarik untuk melakukan penelitian di Desa Badau. Letak Desa Badau ditunjukkan dalam peta administratif Desa Badau pada gambar 3.1.

2. Populasi

Sugiyono (2011:61) populasi adalah wilayah generalisasi yang terdiri atas: obyek/subyek yang mempunyai kualitas dan karakteristik tertentu yang di tetapkan oleh peneliti untuk di pelajari dan kemudian ditarik kesimpulannya. Berdasarkan dari pengertian tersebut maka populasi yang akan diteliti meliputi populasi ruang fisik atau wilayah dan populasi ruang sosial atau manusia.

a. Populasi Wilayah

Populasi wilayah dalam Penelitian ini meliputi lahan dan budidaya perkebunan lada di Desa Badau Kecamatan Badau Kabupaten Belitung yang telah


(18)

dimanfaatkan oleh masyarakat yang melakukan pemanfaatan atau pengolahan lahan perkebunan lada.


(19)

24

Isron Al Sheh, 2014

Profil petani lada (piper nigrum l) di desa Badau kecamatan Badau kabupaten Belitung Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu


(20)

Isron Al Sheh, 2014

Profil petani lada (piper nigrum l) di desa Badau kecamatan Badau kabupaten Belitung Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

v

b. Populasi Manusia

Populasi manusia dalam penelitian ini adalah petani lada di Desa Badau Kecamatan Badau Kabupaten Belitung, adapun jumlah populasi dalam penelitian ini adalah 314 petani lada Desa Badau Kecamatan Badau Kabupaten Belitung. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada tabel. 3.1.

Tabel 3.1

Jumlah dan Persebaran Petani Lada Desa Badau Kecamatan Badau Kabupaten Belitung

No Dusun Jumlah Petani

1 2 3

Badau 1 Badau 2 Kelekak Datuk

80 134 100

Jumlah 314

Sumber : Monografi Desa Tahun 2010

3. Sampel

Menurut Sugiyono (2011:62) sampel adalah bagian dari jumlah dan karakteristik yang dimiliki oleh populasi. Sampel yang di ambil dari populasi harus benar-benar refresentatif (mewakili). Adapun sampel yang digunakan dalam penelitian ini adalah :

a. Sampel Wilayah

Adapun yang menjadi sampel wilayah dalam penelitian ini adalah perkebunan lada yang terdapat di Desa Badau Kecamatan Badau Kabupaten Belitung.

b. Sampel Manusia

Dalam menentukan jumlah sampel yang harus diambil dari populasi tidak ada aturan tertentu yang mutlak. Arikunto (2006: 134) bahwa banyaknya sampel tergantung pada : kemampuan peneliti dilihat dari waktu, tenaga, dan dana, sempit


(21)

26

luasnya wilayah pengamatan dari setiap subjek, karena hal ini menyangkut banyaknya data, dan terakhir besar kecilnya resiko yang ditanggung oleh peneliti.

Metode pengambilan sampel pada penelitian ini untuk petani lada di desa Badau adalah sampling aksidental. Menurut Sugiyono (2011:60) sampling aksidental adalah “teknik penentuan sampel berdasarkan kebetulan, yaitu siapa saja yang secara kebetulan bertemu dengan peneliti dapat digunakan sebagai sampel, bila dipandang orang yang kebetulan ditemui cocok sebagai sumber data”. Alasan penggunaan sampel aksidental dikarenakan belum adanya data yang pasti dari nelayan yang mengalami perubahan orientasi mata pencaharian.

Adapun penentuan jumlah sampel petani lada yang akan diambil adalah dengan menggunakan rumus Taro Yamane dalam Nureni (2011:30), yaitu :

Keterangan :

= Jumlah Sampel N = Jumlah Populasi d = Presisi yang ditetapkan

Berdasarkan rumus tersebut dapat diperoleh jumlah sampel ( ) penelitiannya sebagai berikut, dengan nilai presisi 10% (0,1):

=

75,845 dibulatkan menjadi 76 responden

Berdasarkan dari uraian dan perhitungan tersebut maka diperoleh, sampel dari populasi sebanyak 76 responden. Jumlah sampel dari setiap dusun dilakukan


(22)

dengan menggunakan teknik pengambilan sampel secara proportional random sampling dengan menggunakan rumus alokasi proportional dari sugiyono (dalam Riduwan 2009:66) yaitu:

no Keterangan :

ni : Banyaknya sampel dari setiap Dusun

no : Banyaknya sampel yang diambil dari tiga Dusun Ni : Jumlah penduduk tiap Dusun

∑No : Jumlah penduduk dari tiga Dusun Maka dapat diketahui :

1) Dusun Badau 1 mempunyai 80 petani lada, sehingga persentasenya yaitu :

76 = 19

Jadi untuk sampel petani dusun badau 1 sebanyak 19 petani lada. 2) Dusun Badau 2 mempunyai 134 orang petani lada, sehingga

persentasenya yaitu :

76 = 33

Jadi untuk sampel petani lada dusun badau 2 sebanyak 33 petani lada.

3) Dusun Kelekak Datuk mempunyai 100 orang petani lada, sehingga persentasenya yaitu :

76 = 24

Jadi untuk sampel petani lada Dusun Kelekak Datuk sebanyak 24 petani lada.


(23)

28

1. Metode Penelitian

Pemilihan metode penelitian yang tepat untuk suatu permasalahan yang akan diteliti sangatlah diperlukan, hal ini memudahkan peneliti dalam proses pengumpulan, mengolah, dan menampilkan data – data dari hasil penelitian yang dilakukan. Sehingga bagi seorang peneliti, sudah seharusnya memilih metode yang tepat untuk dipakai dalam sebuah penelitian. Sugiyono (1999:1) mengemukakan metode penelitian adalah Sebuah cara yang digunakan untuk mencapai suatu tujuan penelitian, metode penelitian atau metode pengumpulan data adalah cara ilmiah untuk mendapatkan dengan tujuan dan kegunaan tertentu.

Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode deskriptif. Menurut Tika (2005:4) metode deskriptif merupakan metode yang mengarah pada pengungkapan suatu masalah atau keadaan sebagaimana adanya dan mengungkapkan fakta-fakta yang ada, walaupun kadang-kadang diberikan interprestasi atau analisis.

Salah satu metode deskriptif yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode survei, banyak keuntungan yang bisa diperoleh dengan menggunakan metode ini. Seperti yang dikemukakan oleh Tika (2005:7) keuntungan survei diantaranya ialah sebagai :

1. Dilibatkan lebih banyak orang untuk mencapai generalisasi atau kesimpulan yang dapat dipertanggung jawabkan;

2. dapat menggunakan berbagai teknik pengumpulan data; 3. sering tampil masalah yang sebelumnya tidak diketahui; 4. dapat dibenarkan atau mewakili teori tertentu;

5. biaya lebih rendah karena waktunya singkat.

Untuk penelitian sosial kemasyarakatan, survei biasanya menggunakan teknik wawancara atau angket dalam penelitiannya. Sedangkan untuk penelitian fisik survei biasanya menggunakan observasi lapangan melalui suatu sampel. Penggunaaan metode ini bertujuan untuk dapat mengungkap dan mengkaji masalah-masalah yang dikemukakan, yaitu mengenai kondisi lingkungan yang cocok untuk budidaya lada, cara pengolahan lahan budidaya lada, serta keuntungan ekonomi yang bisa diperoleh dari budidaya lada di Desa Badau Kecamatan Badau Kabupaten Belitung.


(24)

2. Variabel Penelitian

Menurut Y. W. Best yang disunting oleh Sanpiah Faisal dalam Cholid Narbuko (2009:118) variabel penelitian adalah kondisi-kondisi atau serenteristik-serenteristik yang oleh peneliti dimanipulasikan, dikontrol atau diobservasi dalam suatu penelitian.

Variabel dalam penelitian ini menggunakan variabel tunggal, yaitu usaha budidaya lada dengan indikator meliputi kondisi lingkungan yang mendukung budidaya cengkeh, cara pengolahan pertanian lada, pendapatan petani lada, dan tingkat pendidikan keluarga petani lada. Untuk jelasnya dapat dilihat pada gambar 3.2.

Gambar 3.2

DiagramVariabel Penelitian

C. Definisi Operasional Variabel

Profil Petani Lada

Indikator :

1. Kondisi Lingkungan Yang Mendukung budidaya lada

a. Faktor Fisik (1) Iklim (2) Tanah

(3) Ketinggian tempat b. Faktor Manusia (1) Pendidikan (2) Pengalaman petani (3) Modal

(4) Mata pencaharian 2. Cara Pengolahan Pertanian Lada 3. Keuntungan Ekonomi Yang Diperoleh Dari Budidaya Lada

a. Pendapatan

b. Pendidikan keluarga c. Kondisi rumah


(25)

30

Judul penelitian ini adalah “Profil Petani Lada (Piper nigrum L) Di Desa Badau Kecamatan Badau Kabupaten Belitung” maka dari judul tersebut penulis memberi batasan pengertian Profil Petani ialah Petani Lada yang berada di Desa Badau.

1. Profil Petani

Menurut kamus besar bahasa Indonesia online, profil adalah grafik atau ikhtisar yang memberikan fakta tentang hal-hal, dalam penelitian ini profil mengacu kepada hal-hal khusus yang berkaitan kepada petani budidaya Lada.

Menurut Eric R.Wolf dalam Mutomimah (2009:25) petani merupakan sebagai orang desa yang bercocok tanam di daerah pedesaan, tidak di dalam ruangan-ruangan tertentu (green house) di tengah-tengah kota atau dalam kotak-kotak aspistra yang diletakkan di atas ambang jendela. Profil Petani yang dimaksud di sini ialah gambaran petani lada yang berada di Desa Badau.

2. Lada

Merupakan rempah-rempah berwujud biji-bijian yang dihasilkan oleh tumbuhan dengan nama yang sama. Lada merupakan komoditas ekspor tertua bagi indonesia, dan juga merupakan salah satu komoditas pertanian yang tinggi nilai ekonominya.

Memperhatikan dari definisi tersebut, judul penelitian ini bermaksud mengungkapkan profil petani budidaya lada serta keuntungan yang diperoleh dari petani lada di Desa Badau Kecamatan Badau Kabupaten Belitung.

D. Teknik dan Alat Pengumpulan Data 1. Teknik Pengumpulan Data

Dalam penelitian ini menggunakan data primer dan data sekunder. Untuk mengumpulkan data tersebut penulis menggunakan beberapa teknik ,diantara lain adalah :

a. Data Primer


(26)

1) Observasi Lapangan

Observasi adalah metode pengumpulan data melalui pengamatan langsung atau peninjauan secara cermat dan langsung di lapangan atau lokasi penelitian. Penemuan ilmu pengetahuan selalu dimulai dengan observasi dan kembali kepada observasi untuk membuktikan kebenaran ilmu pengetahuan tersebut. Dalam hal ini, peneliti dengan berpedoman kepada desain penelitiannya perlu mengunjungi lokasi penelitian untuk mengamati langsung berbagai hal atau memperoleh gambaran kondisi sosial ekonomi petani lada Desa Badau Kecamatan Badau. 2) Wawancara

Menurut Narbuko (2009:83) wawancara adalah proses tanya jawab dalam penelitian yang berlangsung secara lisan dalam mana dua orang atau lebih bertatap muka mendengarkan secara langsung informasi atau keterangan. Wawancara ini dilakukan sebagai cara untuk memperoleh data secara lebih mendalam yang tidak bisa diperoleh dengan data dokumentasi, adapun orang yang dijadikan sebagai sumber data ialah petani lada Desa Badau Kecamatan Badau. b. Data Sekunder

1) Studi Dokumentasi

Studi dokumentasi merupakan teknik pengumpulan data yang ditujukan tidak kepada subjek penelitian melainkan dengan melihat dokumen. Dokumen yang diteliti dapat berupa berbagai macam, tidak hanya dokumen resmi. Misalnya buku, laporan-laporan, surat-surat, dan lain-lain.

2) Literatur

Sejumlah data dan informasi yang mempunyai kaitan dengan permasalahan yang diteliti sebagai landasan pemikiran dalam penulisan penelitian. Peneliti melakukan studi literatur yang berkaitan dengan mengumpulkan buku-buku, referensi, artikel, surat kabar dan hasil penelitian pihak lain yang berkaitan dengan penelitian yang dimaksudkan untuk menjadi petunjuk dan bahan pertimbangan sehingga dapat memperjelas analisis dalam pemecahan masalah penelitian.


(27)

32

a. Angket, menurut Narbuko (2009:76) menyatakan angket adalah suatu daftar yang berisikan rangkaian pertanyaan mengenai suatu masalah atau bidang yang akan di teliti untuk memperoleh data. Angket memang mempunyai kebaikan sebagai instrumen pengumpul data. Hal ini seperti yang dikemukakan oleh Arikunto (2002:200) menyatakan sebagian besar penelitian umumnya menggunakan kuesioner atau angket sebagai metode yang dipilih untuk mengumpulkan data. Angket disebarkan kepada seluruh responden di daerah penelitian yang berjumlah 50 orang .

b. Kamera digital, yang digunakan untuk mendokumentasikan kondisi objek penelitian di lapangan.

c. Software Map Info 10 untuk membuat peta penelitian.

d. Peta RBI Perawas Lembar 1213-31 dan Peta RBI Badau Lembar 1213-32. e. Monografi Desa Badau Kecamatan Badau Kabupaten Belitung beserta data

sekunder lain yang diperoleh dari berbagai sumber yang berisi informasi – informasi untuk menunjang penelitian.

E. Teknik Pengolahan dan Analisis Data 1. Teknik Pengolahan Data

Menurut Sumaatmadja (1988:114) dalam Wildan (2011:38) analisis data merupakan pengolahan dan interpretasi data untuk menguji kebenaran hipotesis dan untuk menarik kesimpulan hasil penelitian. Secara sistematis rangka-rangka untuk menganalisis data adalah sebagai berikut :

a. Memeriksa perolehan data yang terdapat pada instrumen penelitian dengan mengecek kelengkapan jawaban responden.

b. Klasifikasi data, penggolongan data berdasarkan kriteria yang ditentukan. c. Tabulasi data, berdasarkan klasifikasi yang dibuat .

d. Menghitung frekuensi jawaban atau data.

e. Menghitung persentase dengan teknik persentase dari setiap data yang diperoleh.


(28)

g. Mendeskripsikan data yang diperoleh sesuai dengan pertanyaan dan maksud dalam penelitian.

2. Teknik Analisis Data Penelitian a. Analisis Persentase

Untuk mengolah data yang terkumpul dari hasil penelitian maka untuk menganalisis data tersebut dipergunakan teknik persentase dengan menggunakan rumus :

Keterangan :

P = Besaran persentase F = Frekuensi jawaban n = Jumlah total responden

Untuk mengetahui jawaban responden, penulis menggunakan angka indeks untuk membandingkan suatu objek atau data, baik yang bersifat faktual maupun perkembangan. Adapun kriteria persentase yang digunakan ditunjukkan pada tabel 3.2.

Tabel 3.2 Kriteria Persentase No Persentase Kriteria

1 100 Seluruhnya

2 75-99 Sebagian besar

3 51-74 ≥ Setengahnya

4 50 Setengahnya

5 25-49 ≤ Setengahnya


(29)

34

Sumber : Arikunto (dalam Nureni 2011)


(30)

Isron Al Sheh, 2014

Profil petani lada (piper nigrum l) di desa Badau kecamatan Badau kabupaten Belitung Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

v

79 BAB V

SIMPULAN DAN REKOMENDASI

A. Simpulan

Berdasarkan hasil penelitian serta pembahasan yang dilakukan penulis

mengenai “Profil Petani Lada (Piper nigrum L) Di Desa Badau Kecamatan Badau

Kabupaten Belitung”. Maka diperoleh beberapa simpulansebagai berikut:

1. Pengolahan lahan pertanian lada di Desa Badau dilakukan dengan cara menyiapkan lahan pertanian sampai dengan pengelolaan produksi. Hasil produksi petani lada berupa lada putih. Persiapan lahan pertanian dilakukan dengan membuka hutan dengan cara menebas serta membakar hutan pada musim kemarau. Setelah persiapan lahan selesai dipersiapkan tiang panjat untuk proses penanaman yang dilakukan dengan cara membuat lubang tanam berukuran 20 cm x 20 cm x 20 cm pada jarak tanam berkisar 160 cm. Bibit lada yang telah dipersiapkan dimasukkan kedalam lubang kemudian diberi naungan untuk melindungi dari sinar matahari langsung. Setelah proses penanaman selesai dilakukan proses pemeliharaan, proses ini terdiri dari beberapa hal yaitu: penjagaan kondisi lingkungan, pengaturan pertumbuhan, pemangkasan, pemupukan. Selanjutnya setelah pemeliharaan tanaman lada selama 3 tahun lada akan menghasilkan buah dan dilakukan pelaksanaan panen, selanjutnya lada akan menghasilkan produksi satu kali setiap tahunnya. Pelaksanaan panen dimulai dari pemetikan buah, perendaman dan pencucian lada, hingga penjemuran dan jadilah lada putih. Setelah lada putih


(31)

80

Isron Al Sheh, 2014

Profil petani lada (piper nigrum l) di desa Badau kecamatan Badau kabupaten Belitung Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

v

kering maka lada akan dimasukkan kedalam karung dan disimpan atau langsung dijual ke pasar maupun penadah.

2. Pendapatan yang diperoleh oleh petani lada Desa Badau kecamatan Badau Kabupaten Belitung termasuk besar, hal ini disebabkan harga lada yang cukup tinggi. Dari jumlah penghasilan yang dimiliki oleh petani lada Desa Badau maka petani dapat memenuhi kebutuhan sehari – hari keluarganya, karena dari hasil penelitian sebanyak 83% atau sebagian besar responden petani lada menyatakan bahwa mereka dapat mencukupi kebutuhan sehari – hari dari hasil produktifitas budidaya lada. Dengan pendapatan yang mencukupi dapat dibuktikan dari status kepemilikan rumah sebanyak 87% atau sebagian besar responden telah memiliki rumah sendiri dan didukung oleh fasilitas yang memadai.

3. Pendidikan Petani Lada di Desa Badau berdasarkan hasil penelitian bahwa < setengahnya yaitu 49% yang berjumlah 37 dari 76 responden merupakan lulusan SD/ sederajat.Walaupun kurang dari setengahnya petani lada merupakan lulusan atau pernah mengecap pendidikan SD atau sederajat, tetapi petani lada Desa Badau sangat menganggap arti pentingnya pendidikan bagi anak – anak mereka.Hal ini ditunjukan berdasarkan hasil penelitian bahwa sebagian besar yaitu 85% yang berjumlah 65 responden menyatakan pendidikan itu sangat penting untuk anak - anak mereka. Dan dapat dibuktikan bahwa sebagian besar sebanyak 88% yang berjumlah 67 responden telah menyekolahkan anak mereka untuk memperbaiki kehidupan dan meningkatkan kesejahteraan hidup keluarga petani lada di Desa Badau Kecamatan Badau Kabupaten Belitung.


(32)

Isron Al Sheh, 2014

Profil petani lada (piper nigrum l) di desa Badau kecamatan Badau kabupaten Belitung Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

v

Berdasarkan hasil penelitian, serta analisis dan data yang diperoleh di lapangan, penulis merekomendasikan untuk usaha budidaya lada di Desa Badau Kecamatan Badau Kabupaten Belitung adalah sebagai berikut :

1. Bagi Pemerintah dan Dinas terkait dapat memberikan arahan dan perhatian yang serius terhadap pengembangan budidaya lada di Desa Badau agar semakin meningkat baik dari segi kualitas maupun kuantitas.

2. Bagi petani lada di Desa Badau, agar lebih menjalin komunikasi yang lebih baik dengan pemerintah serta instansi terkait untuk mengatasi kendala yang dihadapi dalam pembudidayaan lada.

3. Kondisi fisik di Desa Badau Kecamatan Badau Kabupaten Belitung sangat mendukung untuk perkembangan dan pembudidayaan lada, selain kondisi fisik yang sangat mendukung kondisi sosialpun perlu diperhatikan untuk meningkatkan petani dalam pembudidayaan lada.

4. Pertanian budidaya lada di Desa Badau Kecamatan Badau Kabupaten Belitung sangat mempengaruhi terhadap tingkat pendapatan petani lada. Namun kadangkala hasil produktifitas budidaya lada tidak selalu memberikan hasil yang cukup baik untuk petani lada dalam memenuhi kebutuhan hidup. Maka dari itu petani lada di Desa Badau tidak boleh terlalu menggantungkan kehidupan mereka kepada hasil budidaya lada saja.

5. Penelitian ini hanya terfokus terhadap profil petani lada Desa Badau Kecamatan Badau Kabupaten Belitung yang membudidayakan jenis lada tiang panjat, sebaiknya bagi peneliti selanjutnya dilakukan penelitian lebih lanjut tentang pengembangan potensi budidaya lada perdu di Desa Badau sebagai alternatif untuk luas lahan yang semakin berkurang serta kayu untuk tiang panjat yang semakin sedikit. Untuk mengetahui perbandingan hasil produksi antara lada tiang panjat dan lada perdu dalam meningkatkan


(33)

82

Isron Al Sheh, 2014

Profil petani lada (piper nigrum l) di desa Badau kecamatan Badau kabupaten Belitung Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

v

pendapatan petani lada di Desa Badau Kecamatan Badau Kabupaten Belitung.


(34)

Isron Al Sheh, 2014

Profil petani lada (piper nigrum l) di desa Badau kecamatan Badau kabupaten Belitung Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

v

82

DAFTAR PUSTAKA

Al-Gifari, Wildan Y. 2011. Profil Petani Cengkeh (Syzygium Aromaticum) Di Dusun Cilumping Desa Cikurubuk Kecamatan Buahdua Kabupaten Sumedang. Bandung : Skripsi pada Jurusan Pendidikan Geografi FPIPS UPI. Tidak diterbitkan.

Arikunto, Suharsimi. (2002). Metodologi Penelitian. Jakarta : PT. Rineka Cipta. Arikunto, Suharsimi. (2006). Prosedur Penelitian. Jakarta : PT. Rineka Cipta. Banoewidjojo, M. (1983). Pembangunan Pertanian. Surabaya : Usaha Nasional. Data Curah Hujan Selama 10 Tahun Stasion Meteorologi Tanjungpandan

Direktorat Jenderal Bina Produksi Perkebunan Tahun 2002. Statistik Perkebunan Indonesia: Lada. Direktorat Jenderal Bina Produksi Perkebunan, Jakarta. Direktorat Pengembangan Potensi Daerah BKPM Tahun 2013.

Foth Henry D. (1988). Dasar – Dasar Ilmu Tanah. Yogyakarta : Universitas Gajah Mada Press.

Handoko. (1995). Klimatologi Dasar. Jakarta : Balai Pustaka.

Hernanto, Fadholi. (1996). Ilmu Usahatani. Jakarta : Penebar Swadaya. Monografi Desa Badau Tahun 2010

Monografi Desa Badau Tahun 2011

Mubyarto. (1989). Pengantar Ekonomi Pertanian. Jakarta : LP3S.

Mutomimah. (2009). Model Pembelajaran Pendidikan Agama Islam Di Lingkungan Masyarakat Petani (Studi Kasus Di Desa Permanu


(35)

83

Isron Al Sheh, 2014

Profil petani lada (piper nigrum l) di desa Badau kecamatan Badau kabupaten Belitung Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

v

Kecamatan Pakisaji Kabupaten Malang. Malang : Skripsi pada Jurusan Agama Islam FT UIM. Tidak diterbitkan.

Narbuko, Cholid. (2009). Metodologi Penelitian. Jakarta : Bumi Aksara.

Nureni, Lela. (2011). Dampak Pembangunan Bendungan Jatigede Terhadap Reorientasi Mata Pencaharian Masyarakat Di Daerah Calon Genangan Jatigede Kabupaten Sumedang. Bandung : Skripsi pada Jurusan Pendidikan Geografi FPIPS UPI. Tidak diterbitkan.

Rafi’i, Suryatna. (1995). Meteorologi dan Klimatologi. Bandung : Angkasa. Rahardi, F. dkk. (1993). Agribisnis Tanaman Perkebunan. Jakarta : Penebar

Swadaya.

Rahardi, F dan Rudi Hartono. (2003). Agribisnis Peternakan. Jakarta : Penebar Swadaya.

Riduwan. (2009). Belajar Mudah Penelitian Untuk Pemula, Guru dan Karyawan. Bandung : Alfabeta.

Sandy, I. Made. 1985. Penggunaan Tanah di Indonesia. Jakarta : Direktorat Tata Guna Tanah. Direktorat Jenderal Agraria. Departemen Dalam Negeri. Soekanto, Soerjono. (1982). Sosiologi Suatu Pengantar. Jakarta : CV Rajawali. Statistik Perkebunan Indonesia Tahun 2009 – Tahun 2011 Departemen Pertanian

Direktorat Jenderal Perkebunan.

Sugiyono. (1999). Statistika Untuk Penelitian. Bandung : Alfabeta. Sugiyono. (2011). Statistika Untuk Penelitian. Bandung : Alfabeta.

Sumaatmadja, Nursid. (1988). Studi Geografi Suatu Pendekatan Dan Analisa Keruangan. Bandung : Alumni.


(36)

Isron Al Sheh, 2014

Profil petani lada (piper nigrum l) di desa Badau kecamatan Badau kabupaten Belitung Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

v

Sumitro, Djojohadikusumo. (2005). Ekonomi Pembangunan. Jakarta : Pustaka Ekonomi.

Suratiyah. (2006). Ilmu Usahatani. Jakarta : Penebar Swadaya.

Suwarto, dan Yuke Octavianty. (2010). Budi Daya Tanaman Perkebunan Unggulan. Jakarta : Penebar Swadaya.

Tika, Moh. Pabundu. (2005). Metode Penelitian Geografi. Bandung : Bumi Aksara.

Undang-Undang Nomor 18 Tahun 2004 Tentang Perkebunan.

Undang-Undang SISDIKNAS (Sistem Pendidikan Nasional) Nomor 20 Tahun 2003 Tentang Sistem Pendidikan Nasional.

Undang-Undang No. 56 Tahun 1960 Tentang Penerapan Batas Luas Tanah Pertanian.


(1)

80

Isron Al Sheh, 2014

Profil petani lada (piper nigrum l) di desa Badau kecamatan Badau kabupaten Belitung

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu v

kering maka lada akan dimasukkan kedalam karung dan disimpan atau langsung dijual ke pasar maupun penadah.

2. Pendapatan yang diperoleh oleh petani lada Desa Badau kecamatan Badau Kabupaten Belitung termasuk besar, hal ini disebabkan harga lada yang cukup tinggi. Dari jumlah penghasilan yang dimiliki oleh petani lada Desa Badau maka petani dapat memenuhi kebutuhan sehari – hari keluarganya, karena dari hasil penelitian sebanyak 83% atau sebagian besar responden petani lada menyatakan bahwa mereka dapat mencukupi kebutuhan sehari – hari dari hasil produktifitas budidaya lada. Dengan pendapatan yang mencukupi dapat dibuktikan dari status kepemilikan rumah sebanyak 87% atau sebagian besar responden telah memiliki rumah sendiri dan didukung oleh fasilitas yang memadai.

3. Pendidikan Petani Lada di Desa Badau berdasarkan hasil penelitian bahwa < setengahnya yaitu 49% yang berjumlah 37 dari 76 responden merupakan lulusan SD/ sederajat.Walaupun kurang dari setengahnya petani lada merupakan lulusan atau pernah mengecap pendidikan SD atau sederajat, tetapi petani lada Desa Badau sangat menganggap arti pentingnya pendidikan bagi anak – anak mereka.Hal ini ditunjukan berdasarkan hasil penelitian bahwa sebagian besar yaitu 85% yang berjumlah 65 responden menyatakan pendidikan itu sangat penting untuk anak - anak mereka. Dan dapat dibuktikan bahwa sebagian besar sebanyak 88% yang berjumlah 67 responden telah menyekolahkan anak mereka untuk memperbaiki kehidupan dan meningkatkan kesejahteraan hidup keluarga petani lada di Desa Badau Kecamatan Badau Kabupaten Belitung.


(2)

Isron Al Sheh, 2014

Profil petani lada (piper nigrum l) di desa Badau kecamatan Badau kabupaten Belitung

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu v

Berdasarkan hasil penelitian, serta analisis dan data yang diperoleh di lapangan, penulis merekomendasikan untuk usaha budidaya lada di Desa Badau Kecamatan Badau Kabupaten Belitung adalah sebagai berikut :

1. Bagi Pemerintah dan Dinas terkait dapat memberikan arahan dan perhatian yang serius terhadap pengembangan budidaya lada di Desa Badau agar semakin meningkat baik dari segi kualitas maupun kuantitas.

2. Bagi petani lada di Desa Badau, agar lebih menjalin komunikasi yang lebih baik dengan pemerintah serta instansi terkait untuk mengatasi kendala yang dihadapi dalam pembudidayaan lada.

3. Kondisi fisik di Desa Badau Kecamatan Badau Kabupaten Belitung sangat mendukung untuk perkembangan dan pembudidayaan lada, selain kondisi fisik yang sangat mendukung kondisi sosialpun perlu diperhatikan untuk meningkatkan petani dalam pembudidayaan lada.

4. Pertanian budidaya lada di Desa Badau Kecamatan Badau Kabupaten Belitung sangat mempengaruhi terhadap tingkat pendapatan petani lada. Namun kadangkala hasil produktifitas budidaya lada tidak selalu memberikan hasil yang cukup baik untuk petani lada dalam memenuhi kebutuhan hidup. Maka dari itu petani lada di Desa Badau tidak boleh terlalu menggantungkan kehidupan mereka kepada hasil budidaya lada saja.

5. Penelitian ini hanya terfokus terhadap profil petani lada Desa Badau Kecamatan Badau Kabupaten Belitung yang membudidayakan jenis lada tiang panjat, sebaiknya bagi peneliti selanjutnya dilakukan penelitian lebih lanjut tentang pengembangan potensi budidaya lada perdu di Desa Badau sebagai alternatif untuk luas lahan yang semakin berkurang serta kayu untuk tiang panjat yang semakin sedikit. Untuk mengetahui perbandingan hasil produksi antara lada tiang panjat dan lada perdu dalam meningkatkan


(3)

82

Isron Al Sheh, 2014

Profil petani lada (piper nigrum l) di desa Badau kecamatan Badau kabupaten Belitung

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu v

pendapatan petani lada di Desa Badau Kecamatan Badau Kabupaten Belitung.


(4)

Isron Al Sheh, 2014

Profil petani lada (piper nigrum l) di desa Badau kecamatan Badau kabupaten Belitung

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu v

82

DAFTAR PUSTAKA

Al-Gifari, Wildan Y. 2011. Profil Petani Cengkeh (Syzygium Aromaticum) Di Dusun Cilumping Desa Cikurubuk Kecamatan Buahdua Kabupaten Sumedang. Bandung : Skripsi pada Jurusan Pendidikan Geografi FPIPS UPI. Tidak diterbitkan.

Arikunto, Suharsimi. (2002). Metodologi Penelitian. Jakarta : PT. Rineka Cipta. Arikunto, Suharsimi. (2006). Prosedur Penelitian. Jakarta : PT. Rineka Cipta. Banoewidjojo, M. (1983). Pembangunan Pertanian. Surabaya : Usaha Nasional. Data Curah Hujan Selama 10 Tahun Stasion Meteorologi Tanjungpandan

Direktorat Jenderal Bina Produksi Perkebunan Tahun 2002. Statistik Perkebunan Indonesia: Lada. Direktorat Jenderal Bina Produksi Perkebunan, Jakarta. Direktorat Pengembangan Potensi Daerah BKPM Tahun 2013.

Foth Henry D. (1988). Dasar – Dasar Ilmu Tanah. Yogyakarta : Universitas Gajah Mada Press.

Handoko. (1995). Klimatologi Dasar. Jakarta : Balai Pustaka.

Hernanto, Fadholi. (1996). Ilmu Usahatani. Jakarta : Penebar Swadaya. Monografi Desa Badau Tahun 2010

Monografi Desa Badau Tahun 2011

Mubyarto. (1989). Pengantar Ekonomi Pertanian. Jakarta : LP3S.

Mutomimah. (2009). Model Pembelajaran Pendidikan Agama Islam Di Lingkungan Masyarakat Petani (Studi Kasus Di Desa Permanu


(5)

83

Isron Al Sheh, 2014

Profil petani lada (piper nigrum l) di desa Badau kecamatan Badau kabupaten Belitung

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu v

Kecamatan Pakisaji Kabupaten Malang. Malang : Skripsi pada Jurusan Agama Islam FT UIM. Tidak diterbitkan.

Narbuko, Cholid. (2009). Metodologi Penelitian. Jakarta : Bumi Aksara.

Nureni, Lela. (2011). Dampak Pembangunan Bendungan Jatigede Terhadap Reorientasi Mata Pencaharian Masyarakat Di Daerah Calon Genangan Jatigede Kabupaten Sumedang. Bandung : Skripsi pada Jurusan Pendidikan Geografi FPIPS UPI. Tidak diterbitkan.

Rafi’i, Suryatna. (1995). Meteorologi dan Klimatologi. Bandung : Angkasa. Rahardi, F. dkk. (1993). Agribisnis Tanaman Perkebunan. Jakarta : Penebar

Swadaya.

Rahardi, F dan Rudi Hartono. (2003). Agribisnis Peternakan. Jakarta : Penebar Swadaya.

Riduwan. (2009). Belajar Mudah Penelitian Untuk Pemula, Guru dan Karyawan. Bandung : Alfabeta.

Sandy, I. Made. 1985. Penggunaan Tanah di Indonesia. Jakarta : Direktorat Tata Guna Tanah. Direktorat Jenderal Agraria. Departemen Dalam Negeri. Soekanto, Soerjono. (1982). Sosiologi Suatu Pengantar. Jakarta : CV Rajawali. Statistik Perkebunan Indonesia Tahun 2009 – Tahun 2011 Departemen Pertanian

Direktorat Jenderal Perkebunan.

Sugiyono. (1999). Statistika Untuk Penelitian. Bandung : Alfabeta. Sugiyono. (2011). Statistika Untuk Penelitian. Bandung : Alfabeta.

Sumaatmadja, Nursid. (1988). Studi Geografi Suatu Pendekatan Dan Analisa Keruangan. Bandung : Alumni.


(6)

Isron Al Sheh, 2014

Profil petani lada (piper nigrum l) di desa Badau kecamatan Badau kabupaten Belitung

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu v

Sumitro, Djojohadikusumo. (2005). Ekonomi Pembangunan. Jakarta : Pustaka Ekonomi.

Suratiyah. (2006). Ilmu Usahatani. Jakarta : Penebar Swadaya.

Suwarto, dan Yuke Octavianty. (2010). Budi Daya Tanaman Perkebunan Unggulan. Jakarta : Penebar Swadaya.

Tika, Moh. Pabundu. (2005). Metode Penelitian Geografi. Bandung : Bumi Aksara.

Undang-Undang Nomor 18 Tahun 2004 Tentang Perkebunan.

Undang-Undang SISDIKNAS (Sistem Pendidikan Nasional) Nomor 20 Tahun 2003 Tentang Sistem Pendidikan Nasional.

Undang-Undang No. 56 Tahun 1960 Tentang Penerapan Batas Luas Tanah Pertanian.