Komunikasi Interaksional Facebooker Dalam Situs Jejaring Sosial Facebook Sebagai Upaya Untuk Menciptakan Komunitas Virtual

(1)

ABSTRACT

INTERACTIONAL COMMUNICATION OF FACEBOOKER IN FACEBOOK AS SOCIAL NETWORKINGAS AN EFFORT TO CREATE

A VIRTUAL COMMUNITY

By:

Rr. Sri Intan Fajarini NIM. 41805033

This script under the guidance of, Melly Maulin P., S.Sos., M. Si.

This study aimed to find out how facebookers interactional communication in the social networking site Facebook in an attempt to create a virtual community. To answer this problem, so the researchers raised the indicator in the communication, message, feedback, and interactional communication overall.

This study uses a qualitative approach with descriptive methods. Data were collected through interviews, library research and internet searching. The subject of this study is represented by a virtual community facebookers Persib Viking Club Bandung. Informants in the study are determined by using purposive sampling which amounts to two informants. The technique of data analysis was done by selecting the data, classification data, formulating research results, and analyze the results of research.

Results from this study shows, facebookers interactional communication process can be seen with the use of language that is not formally limited to, any symbols used refer to the use of facebook as well as the utilization of facility symbols emoticons. Photo images used in the form of tags that help facebookers interest and understanding as a continuation of the existence of interactions that will be built. The message is derived from the admin virtual communities, but in terms of facebookers message delivered with the aim to build on it, describing the interaction of interest and common purpose on a particular area. Feedback is given based on the existence of a response to a message that disampaiakan to see any of my interest and understanding about the message delivered. Interaction can be performed using the various facilities such as online chat facebook, wall, and also the status comment. Interactional communication facebookers built up between reveal a good effort from facebookers to be able to give attention and understanding to each other about each message.

The conclusion from this study showed that interactional communication that is developed between facebookers has become a means that also provides a role in building a virtual community. This proved to he used in the communication, messaging, feedback, and show its role in the interactional communication.

Suggestions for facebookers are can explore a virtual community media other than facebook, because there are many other kinds of media that can be found in virtual worlds such as mailing lists, forums or other social networks.


(2)

ABSTRAK

KOMUNIKASI INTERAKSIONAL FACEBOOKER DALAM SITUS

JEJARING SOSIAL FACEBOOK SEBAGAI UPAYA UNTUK

MENCIPTAKAN KOMUNITAS VIRTUAL

Oleh:

Rr. Sri Intan Fajarini NIM. 41805033

Skripsi ini di bawah bimbingan, Melly Maulin P., S.Sos., M. Si.

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui bagaimana komunikasi interaksional facebooker dalam situs jejaring sosial Facebook sebagai upaya untuk menciptakan komunitas virtual. Untuk menjawab masalah diatas, maka peneliti mengangkat indikator proses komunikasi, isi pesan, umpan balik, dan komunikasi interaksional secara keseluruhan.

Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif dengan metode deskriptif. Data dikumpulkan melalui wawancara, studi pustaka dan internet searching. Subjek penelitian ini diwakili oleh facebooker dalam komunitas virtual Viking Persib Club Bandung. Informan dalam penelitian ditentukan dengan menggunakan purposive sampling yang berjumlah dua informan. Teknik analisis data dilakukan dengan penyeleksian data, klasifikasi data, merumuskan hasil penelitian, dan menganalisa hasil penelitian.

Hasil dari penelitian ini memperlihatkan, proses komunikasi interaksional facebooker dapat dilihat dengan adanya penggunaan bahasa yang tidak dibatasi secara formal, simbol yang digunakan pun merujuk pada penggunaan fasilitas facebook seperti halnya pemanfaatan simbol-simbol emoticon. Gambar yang digunakan berupa foto tag dari facebooker yang membantu ketertarikan dan pemahaman sebagai kelanjutan dari adanya interaksi yang akan di bangun. Pesan yang disampaikan berasal dari admin komunitas virtual, tetapi dari segi facebooker pesan disampaikan dengan tujuan untuk membangun interaksi di dalamnya yang mengetengahkan ketertarikan dan kesamaan tujuan mengenai satu bidang tertentu. Umpan balik yang diberikan mengacu pada adanya suatu tanggapan atas pesan yang disampaiakan dengan melihat adanya ketertarikan dan pemahaman yang saya mengenai pesan yang disampaikan. Interaksi yang dilakukan pun dapat dilakukan dengan mempergunakan berbagai fasilitas facebook seperti halnya chat online, wall, dan juga komentar status. Komunikasi interaksional yang terbina antar facebooker memperlihatkan adanya upaya yang baik dari facebooker untuk dapat saling memberikan perhatian dan pengertian mengenai setiap pesan yang disampaikannya.

Kesimpulan dari penelitian ini menunjukan bahwa komunikasi interaksional yang terbangun diantara facebooker telah menjadi sarana yang turut memberikan peranan dalam membangun komunitas virtual. Hal ini terbukti dengan dipergunakannya proses komunikasi, pesan, umpan balik, dan komunikasi interaksional dalam menunjukan peranannya.


(3)

BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Penelitian

Banyak fenomena menarik sekarang ini yang berasal dari adanya kesatuan aksi kelompok dalam dunia maya melalui tindakan mendukung dalam bentuk aksi solidaritas. Seperti halnya dalam jejaring sosial Facebook yang sekarang ini semakin marak dijadikan sbegai media sekunder dalam

menyatukan harapan dan kebersamaan antar penggunanya. Masih ingat tentunya gerakan satu juta facebooker mendukung Hamza-Bibit dengan kasus kriminalisasi KPK (Komisi Pemberantasan Korupsi), atau gerakan koin cinta untuk Prita karena terlilit kasus dengan Rumah Sakit Omni Internasional hanya karena sebuah email dan beragam gerakan atau kelompok yang lahir dan berkembang dalam komunitas maya seperti dalam Facebook.

Setiap anggota komunitas bisa mengekspresikan berbagai kekesalan atas upaya kriminalisasi KPK, praktik arogansi oknum polisi dan oknum kejaksaaan secara lebih bebas, fleksibel dan bisa sangat personal. Sehingga ekspresi emosi masing-masing indvidu lebih terakomodasi dibanding hanya membaca hasil reportase jurnalis media massa. Banyak diantara anggota gerakan 1 juta facebookers pendukung Hamzah dan Bibit pada waktu itu, tidak saling mengenal dan tidak pernah bertemu secara face-to-face. Disinilah kekutan komunitas virtual yang disajikan sebagai bentuk interaksional yang terbina secara alamiah dengan menurut adanya kesamaan tujuan.


(4)

Pertanyaannya, mengapa komunitas virtual akhir-akhir ini dapat menjadi komunitas pengontrol sekaligus juga dapat menjadi kelompok penekan? Pertanyaan yang peneliti ajukan mungkin sama dengan seperti kebanyakan orang tanyakan. Dunia maya saat ini menjadi media yang sangat ampuh untuk dapat dieksplorasi dengan banyak tujuan. Entah baik atau buruk itu merupakan bagian dari kebebasan yang ada dalam menentukan pilihan. Hal yang harus digaris bawahi adalah adanya kesatuan visi dan pemaknaan komunitas virtual dalam situs jejaring sosial Facebook.

Jadi apa sebenarnya Facebook, yang telah menyedot banyak sekali perhatian para pelaku dunia maya modern? Facebook termasuk dalam kategori situs jejaring sosial seperti halnya Twitter, Myspace, Windows Live Spaces, Friendster, Hi5, Flicker, Orkut, Flixter, Multiply dan netlog dan berbagai situs jejaring sosial sejening lainnya yang menyediakan media bagi para penggunanya untuk saling bertukar informasi dan berinteraksi. Facebook diluncurkan pertama kali pada tanggal 4 Februari 2006 oleh seorang mahasiswa Harvard University, Mark Zuckerberg. Nama Facebook sendiri diinspirasi oleh Zuckerberg dari sebuah istilah di kalangan kampus seantero AS untuk saling mengenal antar sesama civitas akademiknya.

Awalnya para penggunanya hanya dikhususkan bagi para mahasiswa di kampus Harvard University. Lalu kemudian diperluas ke sejumlah kampus di wilayah Boston (Boston College, Boston University, Northeastern University, Tufts University) dan kampus-kampus lainnya seperti Rochester, Stanford, NYU, Northwestern, and Ivy League. Menyusul kemudian sejumlah kampus


(5)

lain di AS. Akhirnya, penggunanya lebih diperluas lagi ke sejumlah kampus lain di seluruh dunia. Tanggal 11 September 2006, Facebook membuat satu langkah penting dengan mengizinkan aksesnya ke seluruh netter yang mempunyai alamat email valid, namun, dengan pembatasan usia.

Facebook sebenarnya merupakan hasil perkembangan produk social networking lainnya dari hasil perbaikan situs jejaring sosial yang telah berkembang sebelumnya. Sebut saja pendahulunya yang juga memberikan tema serupa sebagai situs jejaring sosial seperti halnya Friendster, mySpace, dan Live Connector yang pernah berjaya sebelum era Facebook. Hal ini merupakan bentuk kebosanan masyarakat dengan produk pendahulunya yang sudah bertahun-tahun menempati posisi sebagai situs jejaring sosial utama.

Tak hanya facebook tapi juga ada 10 situs lain yang trend digunakan yakni: Twitter, Myspace, Windows Live Spaces, Friendster, Hi5, Flicker, Orkut, Flixter, Multiply dan netlog. Meski yang paling populer tentu saja adalah Facebook. Hal ini sejalan dengan yang diungkapkan forum ruang cendekia sebagai salah satu forum hasil facebook, yang menyatakan bahwa:

Demam Facebook adalah kelanjutan dari keberhasilan situs komunitas Friendster yang berhasil menjaring 12 juta registered users atau sekitar 60% pengguna internet di Indonesia. Bahkan banyak pengguna Friendster yang melakukan migrasi ke Facebook karena layanan yang diberikan lebih lengkap dan mengikuti selera masyarakat. Facebook memiliki sederet fitur yang memungkinkan penggunanya berinteraksi langsung (real time), seperti chatting, tag foto, blog, game, dan update status what are you doing now yang dinilai lebih keren dari Friendster.1

1


(6)

Dapat dilihat bahwa pada dasarnya Facebook memang memiliki benang merah yang sama dengan Friendster atau pun jejaring sosial lainnya, yakni sebagai situs yang memberikan wadah bagi setiap individu untuk dapat berinteraksi secara virtual di dalamnya. Hanya saja dalam hal ini Facebook memiliki beberapa keunggulan dibandingkan pendahulunya semisal Friendster. Keunggulan yang ada merupakan bentuk perbaikan dari situs sebelumnya yang dapat diperlihatkan dengan jauh lebih baik.

Fitur yang beragam, aplikasi yang cenderung mudah bagi user (pengguna), adanya fasilitas yang tidak di dapat dari situs jejaring sosial seperti hanya fitur chat online, struktur komentar yang tersusun, game, dan beragam fitur lainnya yang jauh lebih berkembang dari situs jejaring sosial lainnya. Bahkan Facebook memberikan kesempatan bagi para user untuk mendulang uang di dalamnya, seperti memanfaatkan fitur game atau fitur lainnya dan bukan itu saja, banyak perusahaan yang juga meraup keuntungan dengan memanfaatkan Facebook sebagai alat jual mereka.

Keunggulan yang ada pada Facebook ini tentunya menjadi nilai tambah bagi para pengguna yang merasa terpenuhi kebutuhan virtualnya. Saat ini Facebook lebih dari sekedar trend di Indonesia, bahkan Facebok menjadi media sekunder yang memiliki andil besar dalam kegiatan komunikasi masyarakat seperti halnya menghasilkan produk komunitas virtual. Sekarang ini Facebook menjadi sebuah identitas berinteraksi modern, mulai dari anak sekolah dasar sampai dengan para pengusaha, banyak yang memanfaatkan


(7)

Facebook sebagai alternatif media interaksi sosial.

Munculnya era kesadaran kelompok public attentive yang kian adaptif dengan kemajuan ICT (Information Communication Technology) terutama terkait dengan dunia virtual. Menurut data statistik yang dilansir oleh www.checkfacebook.com tahun 2009 yang kemudian dikutip dalam, pengguna facebook di Indonesia masuk 10 besar jumlah pengguna facebook terbesar di dunia.

Indonesia berada di peringkat ketujuh, mengalahkan Australia, Spanyol, dan Kolombia. Peringkat pertama dipegang Amerika Serikat (67.485.000), kemudian disusul Inggris ( 17.926.840), Kanada (11.515.660), Turki (11.417.400), Perancis (10.588.720), Italia (10.179.480), Indonesia (5.949.740) Australia (5.890.760), Spanyol (5.671.580) dan Kolumbia (5.206. 020). 2

Pengguna internet di Indonesia pun kian hari kian banyak. Menurut data dari www.internetworldstats.com tahun 2009 yangt menyatakan bahwa: Indonesia kini menempati peringkat kelima di Asia dengan jumlah user 25 Juta orang di bawah Cina, Jepang, India, Korea Selatan dan masih unggul atas Vietnam, Filipina, Malaysia dan Taiwan. Sebagian besar penggerak jejaring sosial berasal dari generasi muda terdidik (well-educated) 3

Mereka menjadikan perkembangan internet sebagai salah satu instrumen jejaring sosial termasuk untuk mengkritisi berbagai hal. Ada trend peningkatan signifikan dalam penggunaan situs jejaring sosial Facebook di masyarakat. Hal ini terlihat dari banyaknya iklan provider dan ponsel yang mencatut nama situs jejaring sosial Facebook sebagai aplikasi inti dalam

2

http://bloghendrigmail.blogspot.com/2010 3


(8)

fiturnya. Dengan meningkatnya jumlah public attentive atau komunitas yang sudah berperhatian terhadap berbagai isu politik yang berkembang, maka kian hari komunitas virtual ini kian memiliki kekuatan signifikan.

Komunitas virtual itu tak terbatasi (borderless) oleh keterpisahan tempat, waktu, ideologi, status sosial ekonomi maupun pendidikan. Saat facebooker melakukan interplay dengan facebooker lainnya dalam, maka hubungannya jauh lebih fleksibel karena bisa berhubungan kapan saja dan dari mana saja. Tak ada lagi zona proksemik seperti pernah digagas Edward Hall, yang membagi antara jarak intim, jarak personal, jarak sosial, jarak publik. Dengan adanya Facebook, nampak bahwa komunikasi tak lagi berjarak fisik seperti itu.

Komunikasi virtual yang terbentuk berada pada wilayah dunia maya yang memungkinkan antar anggotanya tidak mengenal secara personal sebelumnya, hanya saja ditemukan pada wilayah yang sama dalam Facebook. Jadi komunikasi virtual menurut catatan Ruang Cendekia dalam sebuah note di facebook menyatakan, bahwa:

Pada prinsipnya komunitas virtual merupakan sebuah forum di mana para anggotanya saling bebas berhubungan dengan mengeluarkan pendapat, namun hal ini dalam konteks ruang maya (cyberspace). Komunitas virtual ini, meliputi sekelompok orang yang melakukan komunikasi atau berinteraksi melalui multimedia. 4

Setiap orang dapat berinteraksi, bertukar isu, meciptakan tema-tema fantasi dan visi retoris yang dapat membentuk kesadaran kelompok, terbagi dengan terbentuknya kesadaran kelompok terbagi (shared group

4


(9)

conciousness). Misalnya saja, tema cicak vs buaya, kriminalisasi KPK, pemberantasan korupsi, kasus Prita, dan berbagai tema personal dengan sekejap menjadi tema-tema yang membangkitkan kesadaran. Pada saat media massa mempublikasikan tema-tema kesadaran itu, biasanya keterhubungan individu masih bersifat artificial (gamang/palsu). Hal itu, akan diperteguh dan lebih personal pada saat dia terhubung dengan komunitas virtualnya dalam Facebook.

Tidak berlebihan jika kita menyebut fenomena komunitas virtual dalam jejaring sosial Facebook ini sebagai bentuk kontemporer dari ruang publik (public sphere). Konsep ruang publik pada awalnya bermula dari sebuah esai Jurgen Habermas (1962), filsuf kritis generasi kedua dari aliran Frankfurt berjudul The Structural Transformation of The Public Sphere . Dalam esai tersebut, Habermas melihat perkembangan wilayah sosial yang bebas dari sensor dan dominasi. 5

Wilayah itu disebutnya sebagai ruang publik, yakni semua wilayah yang memungkinkan kehidupan sosial kita untuk membentuk opini publik yang relatif bebas. Ini merupakan sejarah praktek sosial, politik dan budaya yakni praktek pertukaran pandangan yang terbuka dan diskusi mengenai masalah-masalah sosial yang memiliki dampak luas pada khalayak. Penekanannya pada pembentukan kepekaan (sense of public), sebagai praktik sosial yang melekat secara budaya.

Facebook yang di dalamnya termasuk komunitas virtual, dapat menjadi

5


(10)

perantara terbentuknya struktur masyarakat emansipatif dan bebas dari dominasi. Setiap orang memiliki kesempatan yang sama untuk berpartisipasi dalam pengambilan keputusan. Jika Habermas mengangkat prototipe obrolan di coffe house (Inggris) pada abad 18, salon (Prancis) dan tichgesllschaften (Jerman) sebagai ruang publik, maka sekarang ini komunitas virtual dapat kita katakan sebagai ruang publik.

Melihat kenyataan tersebut, jelas era pembicaraan ruang publik dalam arti face-to-face sudah bergeser. Oleh karena hal tersebut, Mark Poster dalam Cyberdemocracy: Internet and the Public Sphere pada tahun 1995 mengatakan bahwa:

Apa yang dikatakan Habermas tentang konsep public sphere sebagai ruang homogen dimana subyeknya mempunyai relasi simetrikal, telah terabaikan dalam arena publik elektronik. Komunitas virtual seperti terdapat di electronic cafes, bulettin board, milist, blog, forum interaktif web personal, web jejaring sosial telah menjelma menjadi harapan baru ketersediaan ruang publik yang dapat menyediakan suatu situasi komunikasi tanpa dominasi. 6

Media massa baik cetak maupun elektronika karena alasan-alasan regulasi pasar, represi pemilik modal dan intervensi kepentingan politik negara kerap tak mampu lagi memerankan diri sebagai ruang publik secara optimal. Oleh karenanya, kelompok virtual harus tetap mampu menggerakan publik untuk senantiasa menyuarakan keadilan dan kebenaran tanpa dominasi. Sebuah wujud ekspresi dari kesadaran substantif dengan melalui Facebook sebagai sebuah sarana ampuh yang mengakomodirnya.

6


(11)

Dalam komunitas virtual juga menyediakan aktivitas dimana setiap anggotanya bisa tergabung dalam forum atau komunitas yang mempunyai kesamaan hobby. Misalnya orang yang suka otomotif tentunya bisa menambah teman, atau relasi mereka dengan bergabung dalam suatu komunitas virtual yang menyukai otomotif pula atau kesenangan lain.

Dalam hubungannya dengan sosialisasi pula, komunitas virtual ini tentunya akan menjadi media komunikasi yang interaktif. Karena setiap orang dapat terlibat secara leluasa, walaupun bukan komunikasi secara langsung namun feedback yang dihasilkan pun bisa diketahui secara cepat, penyampaian pesan yang dilakukan pun beragam dapat secara verbal, tulisan, gambar, suara atau gabungan dari semua itu, selain itu media yang digunakan pun adalah media yang interaktif.

Selain itu komunitas ini juga akan membentuk kode komunikasi baru. Banyak orang beranggapan komunikasi di dunia maya tidak bisa melihat mimik muka seseorang. Ada fasilitas webcam disini, atau melalui simbol-simbol emoticons atau lebih dikenal dengan emot yang bisa menggantikan kode non verbal yang sekiranya tidak bisa dilihat secra langsung. Kode ini berfungsi untuk menghindarai kesalahpahaman arti pada komunikasi yang berlangsung.

Komunikasi interaksional yang terjalin antara facebooker dalam komunitas virtual dalam media Facebook menjadi kesatuan yang inhern dalam penelitian ini. Dengan adanya komunikasi dan interaksi yang tumbuh dalam kegiatan ini sebenarnya telah menempatkan Facebook pada wilayah yang


(12)

lebih tinggi lagi sebagai media bersama yang menfasilitasi kepentingan komunitas tertentu. Pada tahapan selanjutnya komunitas virtual terbentuk sebagai konsekuensi logis dari terjalinnya komunikasi interaksional. Syaiful Rohim dalam bukunya Teori Komunikasi: Perspektif, Ragam & Aplikasi menjelaskan bahwa:

Komunikasi Interaksional merupakan proses komunikasi yang berlangsung dua arah: dari pengirim kepada penerima dan dari penerima kepada pengirim. Pandangan interaksional mengilustrasikan bahwa seseorang dapat menjadi pengirim maupun penerima dalam sebuah interaksi, tetapi tidak menjadi keduanya sekaligus. (Rohim, 43: 2009). Kutipan di atas menjelaskan bahwa komunikasi interaksional berlangsung secara dialogis dengan memperlihatkan aspek interaksionalnya ke dalam bentuk susunan komunikasi yang terjalin dua arah. Tidak diperlihatkan mengenai adanya penekanan dalam menentukan pengirim pesan dan penerima pesan, karena pada saatnya kedua belah pihak tersebut akan bertukar posisi. Hal inilah kemudian yang mendasari bahwa dalam komunikasi interaksional pertukaran pesan berjalan dengan sedikit mengabaikan subjek karena subjek akan bergerak secara simultan dari satu pihak ke pihak lainnya.

Facebook sebagai media yang menfasilitasi kegiatan komunikasi interaksional facebooker mempunyai kesempatan yang besar untuk dijadikan sebagai media tumbuhnya forum-forum personal berupa komunitas virtual. Entah apa pun itu tujuannya, tidak begitu mencuri perhatian. Tetapi tolok ukur media maya sebagai alat komunikasi modern, membuka paradigma baru yang sebelumnya hanya sebuah wacana berupa komunikasi virtual. Dari berbagai penjelasan diatas, maka peneliti dapat merumuskan masalah penelitian, yakni


(13)

Bagaimana komunikasi interaksional facebooker dalam situs jejaring sosial Facebook sebagai upaya untuk menciptakan komunitas virtual? 1.2 Identifikasi Masalah

1. Bagaimana proses komunikasi facebooker dalam situs jejaring sosial Facebook sebagai upaya untuk menciptakan komunitas virtual? 2. Bagaimana isi pesan facebooker dalam situs jejaring sosial Facebook sebagai upaya untuk menciptakan komunitas virtual?

3. Bagaimana umpan balik facebooker dalam situs jejaring sosial Facebook sebagai upaya untuk menciptakan komunitas virtual?

4. Bagaimana komunikasi interaksional facebooker dalam situs jejaring sosial Facebook sebagai upaya untuk menciptakan komunitas virtual?

1.3 Maksud dan Tujuan Penelitian 1.3.1 Maksud Penelitian

Penelitian ini dimaksudkan untuk dapat mendeskripsikan komunikasi interaksional facebooker dalam situs jejaring sosial Facebook sebagai upaya untuk menciptakan komunitas virtual.

1.3.2 Tujuan Penelitian

1. Untuk mengetahui proses komunikasi facebooker dalam situs jejaring sosial Facebook sebagai upaya untuk menciptakan komunitas virtual.


(14)

2. Untuk mengetahui isi pesan facebooker dalam situs jejaring sosial Facebook sebagai upaya untuk menciptakan komunitas virtual.

3. Untuk mengetahui umpan balik facebooker dalam situs jejaring sosial Facebook sebagai upaya untuk menciptakan komunitas virtual.

4. Untuk mengetahui komunikasi interaksional facebooker dalam situs jejaring sosial Facebook sebagai upaya untuk menciptakan komunitas virtual.

1.4 Kegunaan Penelitian 1.4.1 Kegunaan Teoritis

Secara teoritis penulis berharap agar penelitian ini dapat menjadi bahan pengembangan ilmiah bagi ilmu komunikasi yang memberikan perhatian lebih untuk memahami perkembangan komunitas virtual yang terjadi di dunia maya dan aktivitasnya dalam internet.

1.4.2 Kegunaan Praktis

1. Kegunaan penelitian ini bagi peneliti yakni, memberikan pengetahuan yang luas bagi peneliti mengenai berbagai akses dan media komunikasi yang semakin berkembang. Penelitian ini memberikan pemahaman bagi peniliti bahwa teknologi informasi


(15)

dan komunikasi semakin berkembang pesat dan dapat dimanfaatkan untuk berbagai tujuan. Komunikasi dunia maya sekarang ini bukan hanya sebagai gaya hidup saja tetapi lebih mengarah pada kebutuhan primer individu untuk dapat menjalin interkasi secara virtual.

2. Kegunaan penelitian ini bagi Program Studi Ilmu Komunikasi maupun Universitas Komputer Indonesia yakni, diharapkan dapat dijadikan sebagai sumber literatur bagi penelitian sejenis lainnya dan diharapkan dapat memberikan kontribusi pemahaman dalam pemanfaatan teknologi komunikasi dan informasi untuk dapat menunjang kebutuhan interaksi sosialitas dunia maya. 3. Kegunaan penelitian ini bagi masyarakat yakni, masyarakat diharapkan dapat lebih memahami keberadaan situs jejaring sosial Facebook sebagai produk perkembangan teknologi yang dapat dimanfaatkan untuk banyak kepentingan. Para pengguna situs jejaring sosial Facebook dapat memanfaatkan keberadaan Facebook sebagai media penunjang dalam membangun relasi dan jaringan sosial yang tidak terbatas dalam dunia maya. Hal ini tentunya memiliki dampak positif dalam membangun komunikasi virtual sebagai alternatif perkembangan komunikasi modern.

1.5 Kerangka Pemikiran

Kerangka pemikiran dalam pendekatan kualitatif tidak di batasi dengan adanya suatu rangkaian model komunikasi yang cenderung mengikat dalam


(16)

struktur baku. Kebebasan peneliti untuk dapat menentukan jalannya penelitian dengan berdasarkan pada teori saja telah cukup membangun alur penelitian kualitatif dengan sistem yang tidak terbebani. Bahkan teori saja tidak cukup untuk dapat memberikan batasan bagi peneiti untuk dapat menjalankan penelitian dengan keluar dari jalur yang seharusnya. Hal ini dapat dilihat dari penjelasan Jalauddin Rakhmat yang menjelaskan, bahwa:

Peneliti terjun langsung kelapangan tanpa di bebani oleh model bahkan teori sekalipun sehingga persfektifnya tidak tersaring. Ia bebas mengamati objeknya, menjelajah, dan menentukan wawasan-wawasan baru sepanjang jalan. Peneliti terus menerus mengalami reformulasi dan redireksi ketika informasi-informasi baru ditemukan. Hipotesis tidak dating sebelum penelitian. Hipotesis-hipotesis baru muncul dalam penelitian. (Rakhmat, 26:2000).

Penjelasan pada kutipan diatas menjelaskan bahwa penelitian kualitatif ini diperbolehkan untuk dibebaskan dari adanya pemilihan model komunikasi semata. Karena lebih penting dari hal tersebut, yakni hipotesis yang akan berkembang pada saat penelitian sedang berlangsung. Penentuan model komunikasi pada saat membentuk konstruksi penelitian kedalam sebuah model dikhawatirkan akan membatasi peneliti pada sebuah paradigm yang telah ada. Padahal pada kenyataannya di lapangan, peneliti sangat memungkinkan menemui hal-hal baru yang berkembang pada saat penelitian sedang berlangsung.

Penelitian ini memfokuskan pada adanya komunikasi interaksional yang terjalin diantara facebooker dalam upayanya membentuk kelompok virtual. Hal ini menjadi catatan tersendiri mengingat bahwa komunikasi interaksional akan membutuhkan upaya responsif dari facebooker untuk dapat memahami


(17)

alur komunikasi yang terjalin diantaranya. Sebagai mana yang diungkapkan oleh Syaiful Rohim dalam bukunya Teori Komunikasi: Perspektif, Ragam & Aplikasi menjelaskan bahwa:

Komunikasi Interaksional merupakan proses komunikasi yang berlangsung dua arah: dari pengirim kepada penerima dan dari penerima kepada pengirim. Pandangan interaksional mengilustrasikan bahwa seseorang dapat menjadi pengirim maupun penerima dalam sebuah interaksi, tetapi tidak menjadi keduanya sekaligus. (Rohim, 2009: 43). Kutipan diatas menjelaskan bahwa point penting dalam komunikasi interaksional adalah adanya suatu timbal balik berupa komunikai dialogis dengan mengedepankan unsur interaksi dan mengenyampingkan peran pengirim pesan atau penerima pesan. Hal ini dimaknai karena antara komunikator dan komunikan dalam komunikasi interaksional akan saling bertukar posisi sejauh umpan balik yang diutarakan memiliki nilai interaksional mutual.

Dalam melakukan komunikasi, perlu adanya suatu proses yang memungkinkannya untuk melakukan komunikasi secara efektif. Proses komunikasi inilah yang membuat komunikasi berjalan dengan baik dengan berbagai tujuan. Dengan adanya proses komunikasi, berarti ada suatu alat yang digunakan dalam prakteknya sebagai cara dalam pengungkapan komunikasi tersebut. Menurut Onong Uchjana Effendy dalam buku Ilmu Komunikasi, Teori dan Praktek , Proses komunikasi terbagi menjadi dua tahap yakni proses komunikasi secara primer dan secara sekunder, yakni:


(18)

dan atau perasaan seseorang kepada orang lain dengan menggunakan lambang (symbol) sebagai media. Lambang sebagai media primer dalam proses komunikasi adalah bahasa, kial, isyarat, gambar, warna, dan lain sebagainya yang secara langsung mampu menerjemahkan pikiran atau perasaan komunikator kepada komunikan. (Effendy, 2003: 11).

Setelah proses komunikasi primer, maka proses komunikasi kedua adalah proses komunikasi sekunder. Sebagaimana yang diungkapkan oleh Onong Uchjana Effendy bahwa, Proses komunikasi secara sekunder adalah proses penyampaian pesan oleh seseorang kepada orang lain dengan menggunakan alat atau sarana sebagai media kedua setelah memakai lambang sebagai media pertama. (Effendy, 2003: 16).

Menurut Onong Uchjana Effendy Mengemukakan bahwa Kita memerlukan strategi dan perencanaan komunikasi yang bertujuan untuk mengidentifikasi isi pesan. Ada beberapa jenis pesan, antara lain information message (pesan yang mengandung informasi), instructional messege (pesan yang mengandung instruksi), dan motivasional message (pesan yang berusaha mendorong). (Liliweri, 1997 : 20)

Dalam penyampain isi pesan secara tepat, dan jelas Menurut Siahaan, harus diperhatikan beberapa hal berikut ini :

1. Pesan itu harus jelas (clear), bahasa yang mudah dipahami, tidak berbelit, tanpa denotasi yang menyimpang dan tuntas.

2. Pesan itu menarik dan meyakinkan (convicining), menarik karena berkaitan dengan dirinya sendirinya sesuai dengan rasio.


(19)

(Siahaan, 1991: 73)

Selain itu isi pesan berperan dapat mempengaruhi tingkat kemampuan pesan untuk mempengaruhi komunikan yang efektif harus memiliki syarat-syarat sebagai berikut :

1. Adanya kesamaan dalam mempermudah proses penyandian (decoding) yakni proses menterjemaahkan lambang-lambang yang diterima menjadi gagasan-gagasan.

2. Adanya kesamaan membantu membangun premis yang sama (persepsi).

3. Adanya kesamaan menyebabkan komunikan tertarik pada komunikator.

(Rakhmat, 1988: 271)

Peneliti melihat kepentingan umpan balik dalam penelitian ini sebagai suatu sentral dari efek yang dilakukan dalam komunikasi interaksional. Umpan balik menurut Wiener yang kemudian dikutip oleh Aubrey Fisher, bahwa Umpan balik adalah metode pengendalian suatu system dengan jalan memasukan kembali ke dalamnya hasil pelaksanaan yang lalu. (Fisher, 1986:389).

Selanjutnya Aubrey Fisher memperlihatkan empat buat variasi fundamental dalam konteks umpan balik, sebagai berikut:

1. Umpan balik sebagai respon 2. Umpan balik sebagai peneguhan

3. Umpan balik sebagai servomekanisme internal 4. Umpan balik sebagai proses sosial. (Fisher, 1986: 390).

Walaupun penelitian kualitatif tidak diharuskan memberikan suatu model komunikasi tertentu, tetapi peneiltian ini dijuga didasari oleh berbagai


(20)

teori yang mendukung seperti beragam teori dari berbagai ahli pada penjelasan di atas. Hal ini dirasa perlu, untuk menunjukan bahwa berbagai hipotesa lanjutan akan sangat memungkinkan timbul pada saat penelitian, dan tidak menutup kemungkinan bahwa peneliti dapat mengembangkan teori yang ada ketika penelitian sedang berlangsung di lapangan

1.6 Pertanyaan Penelitian

A. Proses komunikasi facebooker dalam situs jejaring sosial Facebook sebagai upaya untuk menciptakan komunitas virtual:

1. Bagaimana proses komunikasi primer facebooker dalam situs jejaring sosial Facebook sebagai upaya untuk menciptakan komunitas virtual?

2. Bagaimana proses komunikasi sekunder facebooker dalam situs jejaring sosial Facebook sebagai upaya untuk menciptakan komunitas virtual?

B. Isi pesan facebooker dalam situs jejaring sosial Facebook sebagai upaya untuk menciptakan komunitas virtual:

1. Bagaimana kejelasan pesan facebooker dalam situs jejaring sosial Facebook sebagai upaya untuk menciptakan komunitas virtual?

2. Apakah jenis pesan yang disampaikan facebooker dalam situs jejaring sosial Facebook sebagai upaya untuk menciptakan komunitas virtual?

3. Bagaimana penyampaian pesan facebooker dalam situs jejaring sosial Facebook sebagai upaya untuk menciptakan komunitas virtual?


(21)

4. Apakah tujuan pesan yang disampaikan facebooker dalam situs jejaring sosial Facebook sebagai upaya untuk menciptakan komunitas virtual?

C. Umpan balik facebooker dalam situs jejaring sosial Facebook sebagai upaya untuk menciptakan komunitas virtual:

1. Bagaimana respon yang diberikan facebooker dalam situs jejaring sosial Facebook sebagai upaya untuk menciptakan komunitas virtual? 2. Bagaimana respon tersebut terbentuk dalam situs jejaring sosial

Facebook sebagai upaya untuk menciptakan komunitas virtual?

3. Bagaimana menyikapi respon antara facebooker dalam situs jejaring sosial Facebook sebagai upaya untuk menciptakan komunitas virtual? D. Komunikasi interaksional facebooker dalam situs jejaring sosial Facebook sebagai upaya untuk menciptakan komunitas virtual?

1. Bagaimana interaksi antara facebooker terbentuk? 2. Bagaimana interaksi tersebut diarahkan facebooker? 3. Bagaimana pemaknaan interaksi yang terjalin?

1.7 Metode Penelitian

Penelitian ini menggunakan metode penelitian deskriptif. Metode ini dipilih dengan tujuan untuk dapat menggambarkan fenomena yang ada dalam situs jejaring sosial Facebook sebagai media hasil perkembangan teknologi informasi dan komunikasi yang memberikan wadah bagi para penggunananya untuk dapat melakukan interkasi sosial yang luas. Penggunaan metode


(22)

deskriptif ini pada dasarnya digunakan untuk dapat lebih memberikan keleluasaan bagi peneliti untuk dapat memberikan wacana yang ada dalam penelitian sebagai sebuah upaya pemaparan fenomena secara utuh.

Peneliti memahami metode penilitian deskriptif akan dapat mengakomodasi kepentingan kedalaman penelitian yang diarahkan untuk menghasilkan sebuah peristiwa yang utuh secara holistik. Untuk itu pula metode deskriptif dijadikan sebagai metode penelitian yang paling cocok untuk peneliti gunakan. Pengertian lainnya adalah bahwa metode penelitian deskriptif dapat dilihat sebagai suatu upaya dalam memahami perilaku dan permasalahan situasi sosial ke dalam bentuk story telling , artinya peneliti memberikan beragam informasi secara tersistematis. Hal ini sebagaimana yang diungkapkan oleh Djalaluddin Rakhmat, bahwa:

Metode deskriptif, yaitu dengan cara mempelajari masalah-masalah dan tata cara yang berlaku dalam masyarakat serta situasi-situasi tertentu dengan tujuan penelitian yaitu menggambarkan fenomena secara sistematis, fakta atau karakteristik populasi tertentu atau bidang tertentu secara faktual dan cermat. (Rakhmat, 1997: 22)

Kutipan diatas menunjukan bahwa metode deskriptif digunakan sebagai upaya penggambaran fenomena sosial yang dilaporkan dengan sistematika peristiwa yang menyeluruh. Artinya peneliti memiliki kesempatan untuk dapat memberikan pemahaman yang luas bagi penelitian ini dalam kerangka pewacanaan yang didasarkan atas apa yang terjadi dalam penelitian dan tidak memberikan indikasi lainnya kecuali hanya memaparkan kebenarannya.

Dengan menggunakan metode deskritif ini, peneliti dapat dengan leluasa dalam menyampaikan dan merumuskan apa yang ada di lapangan secara


(23)

keseluruhan dengan cakupan-cakupan tertentu yang telah dirumuskan sebelumnya. Pada dasarnya metode deskritif ada sebagai upaya dalam menjelaskan fenomena yang ada sebagai suatu permasalahan yang dapat dibahas secara umum kemudian merumuskannya ke dalam cakupan yang lebih sempit lagi dengan pemaparan yang tersistematis.

Penggunaan metode ini dalam penelitian ditujukan untuk lebih dapat memberikan penjelasan mengenai banyaknya aktivitas komunikasi interaksional yang dibangun dalam situs jejaring sosial Facebook antar sesama facebooker sebagai cikal bakal dalam upaya menghubungkan sosialitas dalam dunia maya tersebut dalam suatu kelompok komunikasi virtual. Facebook sebagai produk perkembangan teknologi komunikasi pun memberikan peran sertanya untuk dapat mengakomodir para penggunanya untuk dapat melakukan intensitas komunikasi secara fleksibel dan menumbuhkan upaya untuk saling menghubungkan facebooker ke dalam komunikasi yang luas.

1.8 Teknik Pengumpulan Data

1. Wawancara

Wawancara menjadi salah satu bagian dalam teknik pengumpulan data dalam penelitian ini. Peneliti dapat dengan leluasa mengatur dan membentuk perolehan informasi dan kedalamnya dari proses kegiatan wawancara. Sebagaimana yang diungkapkan oleh Riduwan yang menjelaskan mengenai pengertian wawancara, bahwa Wawancara adalah suatu cara pengumpulan data yang digunakan untuk memperoleh


(24)

informasi langsung dari sumbernya. Wawancara ini digunakan bila ingin mengetahui hal-hal dari responden secara lebih mendalam serta jumlah responden sedikit. (Riduwan, 2005: 29).

Informan yang dijadikan sebagai narasumber dalam penelitian ini berasal dari komunitas virtual Viking Versib Club yang berdomisi di Bandung dan tergabung dengan Viking Club sebagai salah satu komunitas besar penggemar klub sepakbola Persib Bandung. Informan dalam penelitian ini terdiri atas dua orang, yakni Baldy Irawan sebagai admin komunitas virtual dan Hendra Permana sebagai anggota.

2. Studi Pustaka

Studi pustaka digunakan sebagai salah satu teknik pengumpulan data dalam penelitian ini, karena penting untuk peneliti memperoleh data dari buku serta karya ilmiah yang berhungan dengan penelitian ini untuk melengkapi data yang telah ada atau sebagai bahan perbandingan. Dalam studi pustaka, peneliti menggunakan buku dan karya ilmiah yang memiliki korelasi dengan penelitian sehingga menjadikannya sebagai bahan literatur tambahan untuk dapat memperoleh referensi.

Studi pustaka memungkinkan peneliti untuk mengetahui berbagai penelitian yang telah ada sebagai bahan penyelaras dari data dilapangan yang telah diperoleh. Studi pustaka yang dilakukan berupa mengumpulkan buku, jurnal, karya ilmiah, dan lain-lain yang berhubungan dengan komunikasi interaksional dan sosialitas dalam dunia maya, khusunya mengenai kelompok-kelompok komunikasi virtual.


(25)

3. Browsing Internet

Perkembangan teknologi informasi dan komunikasi yang berkembang pesat ini menjadikannya sebagai alternatif untuk dapat memperoleh berbagai ilmu dan referensi mengenai penelitian ini. Internet sebagai salah satu produk teknologi saat ini, keberadaannya sangat membantu dalam memberikan beragam informasi yang sejalan dengan penelitian. Sehingga dalam penelitian ini, peneliti menyertakan pencarian data dalam berbagai situs dalam internet sebagai teknik pengumpulan data.

Penggunaan internet sebagai salah satu sumber dalam teknik pengumpulan data dikarenakan dalam internet terdapat banyak informasi yang berkaitan dengan penelitian komunikasi interaksional yang terjadi dalam kelompok komunikasi virtual. Beragam informasi ini tentunya sangat berguna bagi penelitian, serta dilengkapi sengan beragam literatur yang berasal dari penelitian yang telah dilakukan sebelumnya dari berbagai belahan dunia. Aksesibilitas yang fleksibel dan aplikasi yang mudah juga menjadi point penting untuk menjadikan pencarian data dalam intenet sebagai salah satu teknik pengumpulan data dalam penelitian ini.

1.9 Teknik Analisis Data

Dalam penelitian perlu diadakannya tahapan-tahapan penelitian yang memungkinkan peneliti untuk tetap berada dijalurnya dengan menerapkan langkah-langkah penelitian. Tahapan-tahapan penelitian ini berguna dalam proses sistematika penelitian yang akan memberikan gambaran mengenai


(26)

proses penelitian dan digunakan sebagai teknik analisa data yang terdiri dari:

1. Penyeleksian data

Penyeleksian data yakni memilah data yang didapatkan untuk dijadikan sebagai bahan laporan penelitian. Hal ini dilakukan agar data yang didapatkan sesuai dengan kebutuhan penelitian dan dianggap relevan untuk dijadikan sebagai hasil laporan penelitian. Data yang diperoleh kemungkinan tidak sejalan dengan tujuan penelitian sebelumnya, oleh karena itu penyeleksian data yang dianggap layak sangat dibutuhkan. Penyeleksian data ini juga berfungsi sebagai cara untuk dapat memfokuskan pembahasan penelitian dengan penilaian tertentu yang dianggap menunjang.

2. Klasifikasi data

Klasifikasi data yakni mengkategorikan data yang diperoleh berdasarkan bagian-bagian penelitian yang telah ditetapkan. Klasifikasi data ini dilakukan untuk memberikan batasan pembahasan dan berusaha untuk menyusun laporannya secara tersistematis menurut klasifikasinya. Klasifikasi ini juga membantu penulis dalam memberikan penjelasan secara lebih detail dan jelas.

3. Merumuskan hasil penelitian

Semua data yang diperoleh kemudian dirumuskan menurut pengklasifikasian data yang telah ditentukan. Rumusan hasil penelitian ini memaparkan beragam hasil yang didapat dilapangan dan berusaha untuk menjelaskannya dalam bentuk laporan yang terarah dan tersistematis.


(27)

4. Menganalisa hasil penelitian

Tahap akhir adalah menganalisa hasil penelitian yang diperoleh dan berusaha membandingkannya dengan berbagai teori atau penelitian sejenis lainnya dengan data yang diperoleh secara nyata dilapangan. Menganalisa hasil penelitian dilakukan untuk dapat memperoleh jawaban atas penelitian yang dilakukan dan berusaha untuk membuahkan suatu kerangka pikir.

1.10 Subjek dan Informan Penelitian 1.10.1 Subjek

Subjek ini berasal dari populasi penelitian yang merupakan bagian penting dalam penelitian, karena dengan adanya populasi ini berarti peneliti dapat melakukan penelitian dengan memfokuskan pada kumpulan populasi tersebut. Populasi menjadi sebuah identitas tempat atau pun kelompok yang menjadi objek penelitian dan berusaha untuk menjelaskan bagian-bagian yang terkandung di dalamnya ke dalam bentuk laporan penelitian.

Subjek ini merupakan objek penelitian secara keseluruhan mengenai tempat dimana penelitian dilakukan dan ditujukan kepada siapa penelitian ini dilakukan. Populasi berkenaan dengan kependudukan, masyarakat, penduduk, khalayak umum, kumpulan orang dalam suatu tempat secara berkelompok dan segala hal yang berkenaan dengan sifat kuantitatif dalam jumlah dan data.


(28)

dikutip oleh Bambang Prasetyo dan Lina miftahul Jannah mengatakan bahwa, Populasi adalah keseluruhan gejala/satuan yang ingin diteliti. (Prasetyo dan Jannah, 2005: 119).

Salah satu hal yang menarik dalam penelitian ialah bahwa peneliti dapat menduga sifat-sifat suatu kumpulan objek penelitian hanya dengan mempelajari dan mengamati sebagian dari kumpulan itu. Hal ini memang memberikan sifat generalisasi tetapi itulah esensi yang didapatkan dalam populasi penelitian. Bagian yang diamati itu disebut sampel, sedangkan kumpulan objek penelitian disebut populasi. Objek penelitian dapat berupa orang, umpi, organisasi, kelompok, lembaga, buku, kata-kata, surat kabar dan lain-lain.

Sebagaimana yang diungkapkan oleh Bailey (1994: 83) yang dikutip oleh Bambang Prasetyo dan Lina miftahul Jannah dalam buku Metode Penelitian Kuantitatif: Teori dan Aplikasi mengatakan bahwa, Populasi adalah keseluruhan gejala/ satuan yang ingin diteliti. (Prasetyo dan Jannah, 2005: 119).

Dalam penelitian ini tidak ditetapkan berapa banyak jumlah dari populasi, karena salah satu jenis populasi yakni populasi tak terbatas yang memungkinkannya untuk menentukan populasi secara kualitatif tanpa harus disertai dengan data kuantitatif yang jelas tentang jumlah. Hal ini dikarenakan jumlah populasi yang sulit untuk di dapatkan atau pun terlalu luas. Pada penelitian ini, peneliti sulit untuk mendapatkan data yang akurat mengenai jumlah pemegang account facebook secara


(29)

keseluruhan, karena dinamika kepemilikan Facebook yang semakin berkembang setiap waktunya.

Adanya kemungkinan account ganda yang artinya hanya dimiliki oleh satu orang, account palsu, account yang tidak aktif, dan berbagai kendala lainnya sangat sulit untuk mendapatkan data populasi tersebut. Hanya ada satu kemungkinan yakni dengan meminta Facebook pusat untuk dapat memberikan data para penggunanya tetapi hal tersebut juga dirasa sulit karena hal-hal yang menyangkut kerahasian perusahaan dan prosedural internal Facebook.

Banyaknya komunitas virtual yang ada dalam media Facebook menjadikan subjek dalam penelitian ini tidak memiliki jumlah pastu dalam arti kuantitatif. Tidak adanya data pasti dari suatu lembaga mengenai jumlah komunitas virtual yang aktif juga menjadi alasan sulitnya menentukan jumlah subjek penelitian. Hanya saja untuk dapat memberikan keterfokusan dan bentuk keterwakilan, peneliti mengambil subjek penelitian dari komunitas virtual Viking persib club on Facebook. Kamunitas Viking ini dipilih karena Viking merupakan komunitas pecinta Persib terbesar di Jawa Barat dan Bandung khususnya, dengan jumlah anggota dalam group Facebooknya yang berjumlah lebih dari 50.000 account aktif.

Jadi subjek dari penelitian ini adalah komunitas virtual yang tergabung dalam komunitas Viking Persib Club On facebook dalam media Facebook. Komunitas ini di urus oleh admin yang berdomisili di


(30)

Bandung, tetapi dengan anggota yang tersebar luas bahkan sampai dengan luar daerah Bandung. Peneliti menggunakan komunitas virtual Viking Persib Club sebagai subjek penelitian karena Viking merupakan komunitas yang besar bagi para pecinta Persib. Jadi pemi8lihan subjek ini bukan untuk meneliti mengenai komunitas Viking itu sendiri, tetapi lebih dijadikan sebagai keterwakilan sampel untuk dapat memberikan keterfokusan bagi penelitian.

1.10.2 Informan

Dengan didapatkannya subjek penelitian merupakan sampel penelitian, maka selanjutnya penelitian memerlukan keterwakilan subjek melalui sampel informan untuk dapat diwakilkan oleh beberapa informan yang dipilih oleh peneliti. Informan peneltian ini dipilih dalam kelompok subjek dengan pengertian bahwa informan ini dapat mewakili subjek dalam. Hal ini dilakukan untuk melihat kedalaman penelitian dari sudut pandang keterwakilan dari keterangan informan. Hal ini dibenarkan dalam penelitian, sehingga pemilihan informan juga dilakukan peneliti untuk dapat melihat berbagai informasi penelitian dari informan.

Sebagaimana yang diungkapkan oleh Bailey (1994: 83) yang dikutip oleh Bambang Prasetyo dan Lina miftahul Jannah yang mengatakan bahwa, Sampel merupakan bagian dari populasi yang ingin diteliti. Oleh Karena itu, sampel harus dilihat sebagai suatu pendugaan terhadap populasi dan bukan populasi itu sendiri.


(31)

(Prasetyo dan Jannah, 2005: 119).

Jelas bahwa informan merupakan bagian kecil dari subjek penelitian yang diambil untuk mewakili subjek secara keseluruhan. informan ini diharapkan dapat mewakili berbagai aspek yang ada dalam subjek penelitian secara luas. Dengan ketersedian sampel yang ada, maka dibutuhkan suatu teknik penarikan sampel atau disebut rencana sampling atau rancangan sampling (sampling design). Untuk penelitian ini, peneliti menggunakan rancangan sampling nonprobabilitas dengan teknik purposive sampling.

Teknik penarikan purposive sampling dipilih karena teknik ini memilih informan dengan berbagai penilaian tertentu menurut kebutuhan peneliti sehingga dianggap layak untuk dijadikan sebagai sumber informasi. Sebagaimana yang dikatakan oleh Jalaluddin Rakhmat bahwa, Sampling purposif, yaitu memilih orang-orang tertentu karena dianggap berdasarkan penilaian tertentu. (Rakhmat, 1997: 81).

Dengan ini peneliti memiliki kewenangan untuk menentukan sampel yang menurut peneliti masuk ke dalam kriteria yang tepat untuk dapat mewakili kegiatan komunikasi interaksional antar facebooker. Peneliti menggunakan dua orang informan sebagai narasumber yang kemudian akan terlibat langsung dalam perolehan informasi dengan peneliti mengenai keberadaannya dalam interaksi sosial dan komunikasi interaksional yang terjalin di dalamnya sebagai


(32)

upaya awal dalam menumbuhkan kesamaan dalam kelompok virtual. Informan yang yang dipilih ini tentunya berdasarkan pertimbangan peneliti yang melihat tingkat aksesebilitas informan yang intens dalam Facebook dan tentunya keterlibatan informan dalam komunitas virtual. Hal ini perlu dijadikan sebagai standar pemilihan oleh peneliti, mengingat jumlah pengguna komunitas virtual Viking Persib club yang besar. Kedua informan juga dipilih karena berbagai pertimbangan termasuk umur, strata sosial, pendidikan dan lain-lain. Perbandingan ini diharapkan dapat mewakili facebooker secara individual menurut bacgroundnya.

Tabel 1.1 Sampel Penelitian

No Nama Informan Posisi

1. Baldy Irawan Admin Komunitas Viking Persib

Club

2. Hendra Adrian Facebooker, Anggota Komunitas

Virtual Sumber: Data peneliti, 2010

1.11 Lokasi dan Waktu Penelitian 1.11.1 Lokasi


(33)

Penelitian ini dilakukan di Bandung pada domain resmi www.facebook.com dengan menggunakan account Facebook pribadi peneliti yang dilakukan dengan beragam perangkat teknologi yang memungkinkannya untuk dapat mengakses Facebook seperti halnya melalui PC (personal computer) dan ponsel yang memiliki ketersediaan akses internet dengan aksesibilitas yang fleksibel.

1.11.2 Waktu Penelitian

Penelitian ini dilakukan secara bertahap dimulai dari bulan Februari 2010 sampai dengan Juli 2010. Tahapan penelitian kemudian diuraikan ke dalam bentuk tabel di bawah ini:

Tabel 1.2 Skedul Penelitian

No. Kegiatan Februari Maret April Mei Juni Juli

1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1. Persiapan

Pengajuan judul

Acc judul

Pengajuan persetujuan pembimbing

2. Pelaksanaan Bimbingan BAB I

Sidang UP

Bimbingan BAB II

Bimbingan BAB III

Proses wawancara


(34)

Pengolahan data

Bimbingan BAB IV

Bimbingan BAB V

3. Penyelesaian

Laporan Penyusunan draft skripsi

4. Sidang

Konfrehensif

5. Sidang Kelulusan

Sumber: Peneliti, Maret 2010

1.12 Sistematika Penulisan BAB I PENDAHULUAN

Berisikan tentang Latar Belakang Masalah, Identifikasi Masalah, Maksud dan Tujuan Penelitian, Kegunaan Penelitian, Kerangka Pemikiran, Pertanyaan Penelitian, Metode Penelitian, Teknik Pengumpulan Data, Teknik Analisa Data, Populasi dan Sampel, Lokasi dan Waktu Penelitian, serta Sistematika Penelitian.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

Berisikan Tinjauan Tentang Komunikasi, Komunikasi interaksional, Komunikasi Virtual, Komunitas, Komunitas Virtual, Internet, Jejaring Sosial, dan Tinjauan Tentang Facebooker.


(35)

Berisikan tentang Sejarah Singkat Facebook, Sejarah Facebook Di Indonesia, Visi dan misi Facebook, Akses Facebook, Cara mempergunakan Facebook, Keuntungan dan kerugian menggunakan Facebook, Aplikasi dalam Facebook, Syarat dan ketentuan dalam Facebook.

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

Berisikan tentang deskripsi informan, deskripsi hasil penelitian, dan pembahasan.

BAB V PENUTUP

Berisikan tentang kesimpulan dan saran dari peneliti mengenai masalah yang telah selesai diteliti.


(36)

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Tinjauan Tentang Ilmu Komunikasi 2.1.1 Pengertian Komunikasi

Banyak definisi dan pengertian mengenai komunikasi yang ingin disampaikan oleh para ahli komunikasi untuk dapat menjelaskan makna utama dari komunikasi. Wiryanto dalam bukunya Pengantar Ilmu Komunikasi menjelaskan bahwa, Komunikasi mengandung makna bersama-sama (common). Istilah komunikasi atau communication berasal dari bahasa Latin, yaitu communicatio yang berarti pemberitahuan atau pertukaran. Kata sifatnya communis, yang bermakna umum atau bersama-sama. (Wiryanto, 2004: 5).

Pernyataan diatas sejalan dengan pernyataan Onong Uchjana Effendy, Istilah komuniksi atau dalam bahasa Inggris communication berasal dari kata Latin communicatio, dan bersumber dari kata communis yang berarti sama. Sama disini maksudnya adalah sama makna. (Effendy, 2003: 9).

Komunikasi merupakan alat utama yang digunakan dalam rangka melakukan interaksi yang berkesinambungan untuk berbagai tujuan menurut kepentingannya. Komunikasi bersifat fundamental karena berbagai maksud dan tujuan yang ingin dicapai memerlukan adanya suatu


(37)

34

pengungkapan atas dasar-dasar tujuan tersebut, maka dalam hal ini komunikasi menjadi alat utama yang digunakan untuk menyampaikan tujuan-tujuan tersebut. Komunikasi sangat mendasari berbagai pemaknaan yang akan dibuat dan yang akan terbuat setelahnya.

Sebagaimana yang dikatakan oleh Fisher (1986: 17) yang dikutip oleh Wiryanto bahwa, Ilmu komunikasi mencakup semua dan bersifat eklektif. (Wiryanto, 2004: 3). Sifat eklektif ini sejalan dengan pendapat yang digambarkan oleh Wilbur Schramm (1963: 2) yang dikutip oleh Wiryanto bahwa, Komunikasi sebagai jalan simpang yang ramai, semua disiplin ilmu melintasinya. (Wiryanto, 2004: 3).

Berbagai pendapat untuk menjelaskan komunikasi juga diungkapkan oleh Charles R. Berger dan Steven H. Chaffe dalam buku Handbook Communication Science (1983: 17) yang dikutip oleh Wiryanto, menerangkan bahwa:

Communication science seeks to understand the production, processing and effect of symbol and signal system by developing testable theories containing lawful generalization, that explain phenomena associated with production, processing and effect (Ilmu komunikasi itu mencari untuk memahami mengenai produksi, pemrosesan dan efek dari simbol serta sistem sinyal, dengan mengembangkan pengujian teori-teori menurut hukum generalisasi guna menjelasken fenomena yang berhubungan dengan produksi, pemrosesan dan efeknya). (Wiryanto, 2004: 3).

Sebagaimana yang dikatakan oleh Sarah Trenholm dan Arthur Jensen (1966: 4) dalam buku Interpersonal Communication yang dikutip oleh


(38)

35

Wiryanto menerangkan bahwa, A process by which a source transmits a message to a receiver through some channel (Komunikasi adalah suatu proses dimana sumber mentransmisikan pesan kepada penerima melalui beragam saluran). (Wiryanto, 2004: 6).

Carl I. Hoveland (1948: 371) dalam buku Social Communication , yang dikutip oleh Wiryanto mendefinisikan komunikasi, The process by which an individual (the communicator) transmits stimuli (usually verbal symbols) to modify, the behavior of other individu (Komunikasi adalah proses di mana individu mentransmisikan stimulus untuk mengubah perilaku individu yang lain). (Wiryanto, 2004: 6).

Raymond S. Ross (1983: 8) dalam buku Speech Communication; Fundamentals and Practice sebagimana yang dikutip oleh Wiryanto mengatakan bahwa, Komunikasi sebagai suatu proses menyortir, memilih, dan mengirimkan simbol-simbol sedemikian rupa, sehingga membantu pendengar membangkitkan makna atau respons dari pikirannya yang serupa dengan yang dimaksudkan oleh sang komunikator. (Wiryanto, 2004: 6).

Everett M. Rogers dan D. Lawrence Kincaid (1981: 8) dalam buku Communication Network: Towards a New Paradigm for Research sebagaimana yang dikutip oleh Wiryanto menerangkan bahwa,


(39)

36

atau melakukan pertukaran informasi antara satu sama lain, yang pada gilirannya terjadi saling pengertian yang mendalam. (Wiryanto, 2004: 6).

Bernard Berelson dan Gary A. Steiner (1964: 527) dalam buku Human Behavior: An Inventory of Scientific Finding sebagaimana yang dikutip oleh Wiryanto mengatakan bahwa, Communication: the transmission of information, ideas, emotions, skills, etc. by the uses of symbol (Komunikasi adalah transmisi informasi, gagasan, emosi, keterampilan dan sebagainya, dengan menggunakan simbol-simbol, dan sebagainya). (Wiryanto, 2004: 7).

Claude E. Shannon dan Warren Weaver (1949) dalam buku The Mathematical Theory of Communication sebagaimana yang dikutip oleh Wiryanto mengatakan bahwa, Komunikasi adalah bentuk interaksi manusia yang saling mempengaruhi satu sama lain, sengaja atau tidak disengaja dan tidak terbatas pada bentuk komunikasi verbal, tetapi juga dalam hal ekspresi muka, lukisan, seni dan teknologi. (Wiryanto, 2004: 7). Dari beberapa definisi dan pengertian komunikasi yang telah dikemukakan menurut beberapa ahli komunikasi, maka jelas bahwa komunikasi antarmanusia hanya dapat terjadi apabila seseorang yang menyampaikan pesan kepada orang lain dengan tujuan tertentu, artinya komunikasi hanya dapat terjadi apabila didukung oleh adanya komponen atau elemen komunikasi yang diantaranya adalah sumber, pesan, media,


(40)

37

penerima dan efek. Ada beberapa pandangan tentang banyaknya unsur komunikasi yang mendukung terjadi dan terjalinnya komunikasi yang efektif. secara garis besar komunikasi telah cukup didukung oleh tiga unsur utama yakni sumber, pesan dan penerima, sementara ada juga yang menambahkan umpan balik dan lingkungan selain ketiga unsur yang telah disebutkan.

Aristoteles, seorang ahli filsafat Yunani Kuno menerangkan dalam bukunya Rhetorica sebagaimana yang dikutip oleh Hafied Cangara mengatakan bahwa, Suatu proses komunikasi memerlukan tiga unsur yang mendukung, yakni siapa yang berbicara, apa yang dibicarakan, dan siapa yang mendengarkan. (Cangara, 2005: 21).

Pandangan Aristoteles ini oleh sebagian pakar komunikasi dinilai lebih tepat untuk mendukung suatu proses komunikasi publik dalam bentuk pidato atau retorika, karena pada zaman Aristoteles retorika menjadi bentuk komunikasi yang sangat populer bagi masyarakat Yunani.

Claude E. Shannon dan Warren Weaver (1949), dua orang insinyur listrik yang mendasari hasil studi yang mereka lakukan mengenai pengiriman pesan melalui radio dan telepon, sebagaimana yang dikutip oleh Hafied Cangara menyatakan bahwa, Terjadinya proses komunikasi memerlukan lima unsur yang mendukung, yakni pengirim, transmitter, signal, penerima dan tujuan. (Cangara, 2005: 22).


(41)

38

Awal tahun 1960-an David K. Berlo membuat formula komunikasi sederhana yang dikutip oleh Hafied Cangara bahwa, Formula ini dikenal dengan nama "SMCR", yakni: Source (pengirim), Message (pesan), Channel (saluran-media), dan Receiver (penerima). (Cangara, 2005: 22).

Selain Shannon dan Berlo, juga tercatat Charles Osgood, Gerald Miller dan Melvin L. De Fleur menambahkan lagi unsur komunikasi lainnya, sebagaimana yang dikutip oleh Hafied Cangara, Unsur efek dan umpan balik (feedback) sebagai pelengkap dalam membangun komunikasi yang sempurna. (Cangara, 2005: 22). Kedua unsur ini nantinya lebih banyak dikembangkan pada proses komunikasi antarpribadi (persona) dan komunikasi massa.

Perkembangan terakhir adalah munculnya pandangan dari Joseph de Vito, K. Sereno dan Erika Vora yang menambahkan unsur komunikasi lainnya, sebagaimana yang dikutip oleh Hafied Cangara bahwa, Faktor lingkungan merupakan unsur yang tidak kalah pentingnya dalam mendukung terjadinya proses komunikasi. (Cangara, 2005: 22).

Komunikasi berlangsung apabila terjadi kesamaan makna dalam pesan yang diterima oleh komunikan. Dengan perkataan lain, komunikasi adalah proses membuat pesan setala (tuned) bagi komunikator dan komunikan. Sebagaimana yang diungkapkan oleh Onong Uchjana Effendy:


(42)

39

Pertama komunikator menyandi (encode) pesan yang akan disampaikan kepada komunikan. ini berarti ia memformulasikan pikiran dan atau perasaannya ke dalam lambang (bahasa) yang diperkirakan akan dimengerti oleh komunikan. Kemudian menjadi giliran komunikan untuk mengawa-sandi (decode) pesan komunikator itu. ini berarti ia menafsirkan lambang yang mengandung pikiran dan atau perasaan komunikator berfungsi sebagai penyandi (encoder) dan komunikan berfungsi sebagai pengawa-sandi (decoder). (Effendi, 2003: 13).

Yang penting dalam proses penyandian (coding) ialah bahwa komunikator dapat menyandi dan komunikan dapat mengawa-sandi hanya ke dalam kata bermakna yang pernah diketahui dalam pengalamannya masing-masing.

Wilbur Schramm dalam karyanya Communication Research in the United States sebagaimana yang dikutip oleh Onong Uchjana Effendy mengatakan bahwa, Komunikasi akan berhasil apabila pesan yang disampaikan oleh komunikator cocok dengan kerangka acuan (frame of reference), yakni paduan pengalaman dan pengertian (collection of experiences and meanings) yang pernah diperoleh oleh komunikan. (Effendy, 2003: 13).

Kemudian Wilbur Schramm menambahkan, sebagaimana yang dikutip oleh Onong Uchjana Effendy bahwa, Bidang pengalaman (field of experience) merupakan faktor yang penting dalam komunikasi. (Effendy, 2003: 13). Pernyataan ini mengandung pengertian, jika bidang pengalaman kominikator sama dengan bidang pengalaman komunikan, maka komunikasi akan berlangsung lancar.


(43)

40

2.1.2 Unsur-Unsur Komunikasi

Untuk lebih memahami fenomena komunikasi, maka digunakan model-model komunikasi. Model adalah representasi suatu fenomena, baik nyatanmaupun abstrak, dengan menonjolkan unsur-unsur terpenting dari fenomena tersebut.

Paradigma Lasswel yang mengatakan Who Says What In Which Chanel To Whom With What Effect?, mengilhami Philip Kotler untuk membentuk suatu model proses komunikasi. Model komunikasi yang ditampilkan oleh Philip Kotler, berdasarkan kepada paradigm Lasswel, dan dikutip Onong Uchjana Effendy, sebagai berikut:

Gambar 2.1

Model Proses Komunikasi

(Sumber: Effendy 1993: 18)

sender encoding

media

decoding receiver

Feed back response

message


(44)

41

Dari model proses komunikasi di atas dapat di identifikasi unsure-unsur dari komunikasi sebagai berikut :

- Sender : komunikator menyampaikan pesan kepada seseorang atau sejumlah orang.

- Encoding : penyandian yakni proses pengalihan pikiran ke dalam bentuk lambang.

- Message : pesan, merupakan seperangkat lambang bermakna yang disampaikan oleh komunikator.

- Media : saluran komunikasi tempat berlalunya pesan dari komunikator ke komunikan.

- Decoding : proses dimana komunikan menetapkan makna pada lambing yang disampaikan.

- Receiver : komunikan yang menerima pesan dari komunikator.

- Response : tanggapan, seperangkat reaksi pada komunikasn setelah diterpa pesan.

- Feed back : umpan balik, yakni tanggapan komunikan apabila tersampaikan atau disampaikan kepada komunikator.

- Noise : gangguan tak terencana yang terjadi dalam proses komunikasi sebagai akibat diterima nya pesan lain oleh komunikan yang berbeda pesan yang diberikan oleh komunikator. (Effendy, 1993: 18)

2.1.3 Proses Komunikasi

A. Proses Komunikasi Primer

Dalam melakukan komunikasi, perlu adanya suatu proses yang memungkinkannya untuk melakukan komunikasi secara efektif. Proses komunikasi inilah yang membuat komunikasi berjalan dengan baik dengan berbagai tujuan. Dengan adanya proses komunikasi, berarti ada suatu alat yang digunakan dalam prakteknya sebagai cara dalam


(45)

42

pengungkapan komunikasi tersebut. Menurut Onong Uchjana Effendy dalam buku Ilmu Komunikasi, Teori dan Praktek , Proses komunikasi terbagi menjadi dua tahap yakni proses komunikasi secara primer dan secara sekunder, yakni:

Proses komunikasi secara primer adalah proses penyampaian pikiran dan atau perasaan seseorang kepada orang lain dengan menggunakan lambang (symbol) sebagai media. Lambang sebagai media primer dalam proses komunikasi adalah bahasa, kial, isyarat, gambar, warna, dan lain sebagainya yang secara langsung mampu menerjemahkan pikiran atau perasaan komunikator kepada komunikan. (Effendy, 2003: 11).

Onong Uchjana Effendy mengatakan bahwa, Bahasa digambarkan paling banyak dipergunakan dalam proses komunikasi karena dengan jelas bahwa bahasa mampu menerjemahkan pikiran seseorang untuk dapat dimengerti dan dipahami oleh orang lain secara terbuka. (Effendy, 2003: 11). Apakah penyampaian bahasa tersebut dalam bentuk ide, informasi atau opini mengenai hal yang jelas (kongkret) maupun untuk hal yang masih samar (abstrak), bukan hanya mengenai peristiwa atau berbagai hal yang sedang terjadi melainkan pada waktu dulu dan masa yang akan datang.

Kial (gesture) merupakan terjemahan dari pikiran seseorang sehingga dapat terekspresikan secara nyata dalam bentuk fisik, tetapi kial ini hanya dapat mengkomunikasikan hal-hal tertentu secara terbatas.


(46)

43

Isyarat juga merupakan cara pengkomunikasian yang menggunakan alat kedua selain bahasa yang biasa digunakan seperti misalnya kentongan, semaphore (bahasa isyarat menggunakan bendera), sirine, dan lain-lain. Pengkomunikasian ini juga sangat terbatas dalam menyampaikan pikiran seseorang.

Warna sama seperi halnya isyarat yang dapat mengkomunikasikan dalam bentuk warna-warna tertentu sebagai pengganti bahasa dengan kemampuannya sendiri. dalam hal kemampuan menerjemahkan pikiran seseorang, warna tetap tidak berbicara banyak untuk menerjemahkan pikiran seseorang karena kemampuannya yang sangat terbatas dalam mentransmisikan pikiran seseorang kepada orang lain.

Gambar sebagai lambang yang lebih banyak porsinya digunakan dalam komunikasi memang melebihi kial, isyarat, dan warna dalam hal kemampuan menerjemahkan pikiran seseorang, tetapi tetap tidak dapat melebihi kemampuan bahasa dalam pengkomunikasian yang terbuka dan transparan. Penggunaan bahasa sebagai penerjemah pikiran dapat didukung dengan menggunakan gambar sebagai alat bantu pemahaman, tetapi posisinya hanya sebagai pelengkap bahasa untuk lebih mempertegas maksud dan tujuannya.

Media primer atau lambang yang paling banyak digunakan dalam komunikasi adalah bahasa, tetapi tidak semua orang dapat mengutarakan


(47)

44

pikiran dan perasaan yang sesungguhnya melalui kata-kata yang tepat dan lengkap. Hal ini juga diperumit dengan adanya makna ganda yang terdapat dalam kata-kata yang digunakan, dan memungkinkan kesalahan makna yang diterima. Oleh karena itu bahasa isyarat, kial, sandi, simbol, gambar, dan lain-lain dapat memperkuat kejelasan makna.

B. Proses Komunikasi Sekunder

Setelah proses komunikasi primer, maka proses komunikasi kedua adalah proses komunikasi sekunder. Sebagaimana yang diungkapkan oleh Onong Uchjana Effendy bahwa, Proses komunikasi secara sekunder adalah proses penyampaian pesan oleh seseorang kepada orang lain dengan menggunakan alat atau sarana sebagai media kedua setelah memakai lambang sebagai media pertama. (Effendy, 2003: 16).

Seorang komunikator menggunakan media kedua dalam melancarkan komunikasinya karena komunikan sebagai sasarannya berada ditempat yang relatif jauh atau dengan jumlah yang banyak. Surat, telepon, teleks, surat kabar, majalah, radio, televisi, film, internet, dan lain-lain adalah media kedua yang sering digunakan dalam komunikasi. Media kedua ini memudahkan proses komunikasi yang disampaikan dengan meminimalisir berbagai keterbatasan manusia mengenai jarak, ruang, dan waktu.


(48)

45

Menurut Onong Uchjana Effendy, Pentingnya peran media, yakni media sekunder dalam proses komunikasi disebabkan oleh efisiensi dalam mencapai komunikan. (Effendy, 2003: 17). Surat kabar, radio, atau televisi misalnya, merupakan media yang efisien dalam mencapai komunikan dalam jumlah yang amat banyak. Jelas efisien karena dengan menyiarkan sebuah pesan satu kali saja dapat tersebar luas kepada khalayak yang begitu banyak jumlahnya.

Keefektifan dan efisiensi komunikasi bermedia hanya dalam menyebarkan pesan-pesan yang bersifat informatif. Menurut para ahli komunikasi yang efektif dalam menyampaikan pesan persuasif adalah komunikasi tatap muka karena kerangkan acuan (frame of reference) komunikan dapat diketahui oleh komunikator, sedangkan dalam proses komunikasinya umpan balik berlangsung seketika, dalam artian komunikator mengetahui tanggapan atau reaksi komunikan pada saat itu.

Ini berlainan dengan komunikasi bermedia, apalagi menggunakan media massa yang tidak memungkinkan komunikator mengetahui kerangka acuan khalayak yang menjadi sasaran komunikasinya dan dalam proses komunikasinya, umpan balik tidak berlangsung saat itu tetapi memerlukan waktu untuk menanggapinya.

Komunikasi sekunder ini merupakan sambungan dari komuniksi primer untuk menembus ruang dan waktu. Dalam menata


(49)

lambang-46

lambang untuk memformulasikan isi pesan komunikasi, komunikator harus mempertimbangkan sifat media yang akan digunakan. Penentuan media yang akan dipergunakan sebagai hasil pilihan dari sekian banyak alternatif perlu didasari atas pertimbangan mengenai siapa komunikan yang akan dituju.

Komunikan media surat, poster atau papan pengumuman akan berbeda dengan komunikan surat kabar, radio, televisi, atau film. Setiap media memiliki ciri atau sifat tertentu yang hanya efektif dan efisien untuk dipergunakan bagi penyampaian suatu pesan tertentu.

Onong Uchjana Effendy mengatakan bahwa, Proses komunikasi sekunder itu menggunakan media yang dapat diklasifikasikan sebagai media massa (massmedia) dan media nirmassa atau nonmassa ( non-mass media). (Effendy, 2003: 18).

Media massa seperti surat kabar, radio, televisi, film, dan lain-lain memiliki ciri-ciri tertentu, antara lain massif (massive) atau massal (massaal), yakni tertuju kepada sejumlah orang yang relatif banyak. Sedangkan media nirmassa atau media nonmassa seperti, telepon, surat, telegram, spanduk, papan pengumuman, dan lain-lain tertuju kepada satu orang atau sejumlah orang yang relatif sedikit.


(50)

47

2.1.4 Fungsi-Fungsi Komunikasi

Berbicara mengenai fungsi komunikasi, Onong Uchjana Effendy, mengemukakan bahwa fungsi komunikasi adalah :

1. Menginformasikan (to inform)

adalah memberikan informasi kepada masyarakat, memberitahukan kepada masyarakat mengenai peristiwa yang terjadi, ide atau pikiran dan tingkah laku orang lain, serta segala sesuatu yang disampaikan orang lain.

2. Mendidik (to educated)

adalah komunikasi merupakan sarana pendidikan. Dengan komunikasi, manusia dapat menyampaikan ide dan pikiranya kepada orang lain, sehingga orang lain mendapatkan informasi dan ilmu pengetahuan.

3. Menghibur (to entertain)

adalah komunikasi selain berguna untuk menyampaikan komunikasi, pendidikan dan mempengaruhi juga berfungsi untuk menyampaikan hiburan atau menghibur orang lain.

4. Mempengaruhi (to influence)

adalah fungsi mempengaruhi setiap individu yang berkomunikasi, tentunya berusaha saling mempengaruhi jalan pikiran komunikan dan lebih jauh lagi berusaha merubah sikap dan tingkah laku komunikan sesuai dengan yang di harapkan.(Effendy, 1993 : 36) Dilihat dari fungsi dan keberadaanya di masyarakat, komunikasi tidak bisa lepas dari kehidupan, karena komunikasi akan selalu berada dalam kehidupan manusia sehari-hari.


(51)

48

2.1.5 Tujuan Komunikasi

Setiap komunikasi yang dilakukan mempunyai tujuan. Tujuan komunikasi menurut Onong Uchjana Effendy, adalah :

1. Perubahan sikap (Attitude change) 2. Perubahan pendapat (Opinion change)a 3. Perubahan perilaku (Behavior change)

4. Perubahan sosial (Social change ). (Effendy, 1993 : 35)

2.2 Tinjauan Tentang Komunikasi Interpersonal 2.2.1 Pengertian Komunikasi Interpersonal

Komunikasi interpersonal (antar pribadi) didefinisikan oleh Joseph A. Devito dalam bukunya The Interpersonal Communication Book, yang mengungkapkan, bahwa:

Proses pengiriman dan penerimaan pesan-pesan antara dua orang atau di antara sekelompok kecil orang-orang, dengan beberapa efek dan beberapa umpan balik seketika (The process of sending and receiving messages between two persons, or among a small group of persons, with some effect and some immediate feedback). (Devito, 1997: 60). Komunikasi antarpribadi dapat berlangsung antara dua orang yang memang sedang berdua, seperti terapis dengan anak autis dalam mengarahkan Metoda Lovaas yang diberikan, atau antara terapis dengan orang tua anak dalam menerangkan Metoda tersebut dari mulai kegunaannya, kemudahannya, dan lainnya. Proses komunikasi antarpribadi


(52)

49

memungkinkan komunkasi yang berlangsung secara dialogis. Dimana terdapat interaksi antara komunikator dan komunikan yang sama-sama aktif.

Mulyana dalam bukunya Ilmu Komunikasi Suatu Pengantar mendefinisikan komunikasi antarpribadi, yaitu Komunikasi antara orang-orang secara tatap muka, yang memungkinkan setiap pesertanya menangkap reaksi orang lain secara langsung, baik secara verbal ataupun non verbal (Mulyana, 2005: 73).

Berdasarkan beberapa pengertian diatas dapat disimpulkan beberapa ciri khas komunikasi antarpribadi yang membedakannya dengan komunikasi massa dan komunikasi kelompok. Menurut Barnlund yang kemudian dikutip oleh Liliweri menyatakan beberapa ciri komunikasi antarpribadi, yaitu komunikasi antarpribadi selalu:

1. Terjadi secara spontan

2. Tidak mempunyai stuktur yang teratur atau diatur 3. Terjadi secara kebetulan

4. Tidak mengejar tujuan yang telah direncanakan terlebih dahulu 5. Dilakukan oleh orang-orang yang identitas keanggotaan yang

kadang -kadang kurang jelas 6. Bisa terjadi sambil lalu

(Liliweri, 1997: 13).

Komunikator senantiasa menunjukkan ada hubungan antara dua pihak yang melakukan komunikasi secara bersama-sama, artinya seluruh proses komunikasi yang disertai dengan tindakan persuasi senantiasa diarahkan untuk mengubah cara berpikir, pandangan, wawasan, perasaan, sikap dan tindakan komunikan.


(53)

50

2.2.2 Tujuan Komunikasi Interpersonal

Tujuan komunikasi interaksional dalam konteknya sebagai komunikasi interpersonal facebooker dalam komunitas virtual, tentunya dimaksudkan untuk beragam tujuan. Adapun tujuan komunikasi interpersonal; menurut Devito yang mengungkapkan, sebagai berikut:

1. Penemuan diri sendiri (Personal Discovery)

2. Mengenal dunia di luar dirinya (Discovery of the External World) 3. Mengadakan hubungan yang berarti (Establishing Meaningful

Relationships)

4. Perubahan sikap dan tingkah laku (Changing Attitudes and Behaviors)

5. Untuk membantu (Devito, 1997: 165).

2.2.3 Ciri-ciri Komunikasi Interpersonal

Evert M Rogers mengemukakan pendapatnya mengenai ciri-ciri komunikasi interpersonal yang kemudian dikutip oleh Lilliweri, yaitu:

1. Komunikasi interpersonal, spontan

2. Komunikasi interpersonal tidak mempunyai tujuan terlebih dahulu 3. Komunikasi interpersonal terjadi secara kebetulan pada peserta

yang tidak mempunyai identitas yang jelas

4. Komunikasi interpersonal mempunyai akibat yang disengaja maupun yang tidak disengaja

5. Komunikasi interpersonal seringkali berlangsung berbalas-balasan 6. Komunikasi interpersonal enghendaki paling sedikit melibatkan dua orang dengan suasana yang bebas, bervariasi dan adanya keterpengaruhan

7. Komunikasi interpersonal tidak dikatakan tidak sukses jika tidak membuahkan hasil

8. Komunikasi interpersonal menggunakan lambang-lambang yang bermakna.


(54)

51

Melalui ciri-ciri komunikasi interpersonal dapat diketahui pula adanya faktor-faktor yang turut berperan pada waktu kegiatan komunikasi berlangsung. Faktor-faktor tersebut berupa kejelasan pesan yang disampaikan, daya tarik komunikator dan keakraban komunikator dalam menghadapi komunikan.

2.2.4 Sifat-sifat Komunikasi Interpersonal

Terdapat tujuh sifat yang menunjukan bahwa komunikasi yang terjadi antara dua orang merupakan komunikasi antarpersona yang mendukung konteks interaksional di dalamnya. Hal ini terangkum dalam pendapat Reardon (1987), Effendy (1986) serta Porter dan Samovar (1982), yang kemudian dikutip oleh Liliweri. Sifat-sifatkomunikasi antarpribadi tersebut adalah sebagai berikut:

a. Komunikasi Antar Persona, Perilaku Verbal dan Nonverbal

Yang dimaksud dengan proksemik atau bahasa jarak/ruang/waktu yaitu tanda-tanda nonverbal yang mewakili pesan tentang bagaimana komunikator dan komunikan menempatkan jarak fisik atau memelihara ruang gerak dalam komunikasi antar persona. Menurut Cassagrande, lambang-lambang nonverbal bisa berbentuk kinesik atau pesan nonverbal melalui gerakan tubuh atau anggota tubuh tertentu. Terakhir gerakan tubuh yang disebut adaptor, yang menunjukan gerakan-gerakan


(55)

52

dari orang yang sudah anda kenal. Selain pesan nonverbal melalui proksemik dan kinesik maka ada pula pesan nonverbal melalui paralinguistik yang berfungsi menunjukan suatu suasana kebathinan melalui suara dan waktu anda melukiskan peristiwa kejahatan, tangisan pedagang asongan, dan lain-lain.

b. Komunikasi Antar Persona, Perilaku Spontan, Scripted, dan Contrived

a) Bentuk Perilaku Spontan

Bentuk pertama adalah perilaku yang bersifat spontan. Dalam komunikasi antarpribadi perilaku ini dilakukan secara tiba-tiba, serta merta untuk menjawab suatu rangsangan dari luar. Perilaku spontan biasa dilakukan tanpa dipikirkan terlebih dahulu. Contoh orang batak langsung meneriaki kawannya Horas . Atau orang Ambon bertemu dengan serang kawan lama, Si Tutuarima menyapanya kawannya dengan kata-kata yang maki yang berkonotasi porno dan malah jorok .

b) Bentuk Perilaku Scripted

Bentuk perilaku berikut adalah perilaku yang bersifat scripted. Kadang-kadang kita kurang menyadari bahwa sebagian reaksi emosi manusia terhadap pesan tertentu dilakukan melalui proses belajar sehingga perilaku itu menjadi rutin, kita menyebutnya perilaku karena kebiasaan. Bagaimana perilaku scripted yang verbal?. Seorang pengarang cerita


(1)

203

V.

SEMINAR DAN PELATIHAN

24 April 2009:

ROAD SHOW WITH HELMY YAHYA (ANTARA OBSESI DAN PROFESI) Auditorium Miracle, UNIKOM

31 Maret 2009:

Pelatihan Melejitkan Potensi dan Pengembangan Diri Personal Development and Self Empowerment Auditorium Miracle, UNIKOM

28 Februari 2009:

SEMINAR MUSLIMAH Atas Nama Cinta

(Mengupas Lika-Liku Cinta Remaja Dalam Perspektif Islam} Auditorium Miracle, UNIKOM

19 Juni 2009:

Kunjungan Media Massa 2007 Program Studi Ilmu Komunikasi Ke TRANS TV, TRANS 7 dan Sinematek Indonesia

13 Juni 2009:

Talk Show Media Literasi Dampak Psikologis Reality Show Auditorium Miracle, UNIKOM

24 November 2009:

Kebudayaan Film dan Sensor Film (Ilustrasi Tentang Perfilman)

27 Mei 2010

INDONESIA UNIVERSITY OF COMPUTER


(2)

vii

KATA PENGANTAR

Puji Dan Syukur Peneliti Panjatkan Kehadirat Allah SWT, atas rahmat dan karunia-Nya yang tak terhingga sehingga peneliti dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul Komunikasi interaksional facebooker dalam situs jejaring sosial Facebook sebagai upaya untuk menciptakan komunitas virtual .

Skripsi ini diajukan untuk menempuh ujian sarjana pada Program Studi Ilmu Komunikasi konsentrasi Hubungan Masyarakat (HUMAS) di Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik studi peneliti di Universitas Komputer Indonesia (UNIKOM) Bandung.

Penyusunan skripsi ini tidak dapat berjalan dengan baik tanpa adanya bantuan, bimbingan, dan motivasi. Terutama kedua orang tua, R Dody Setiardi dan

Nunung Nurhayati, Suamiku Tercinta Andika Priyono Pinda, SE., terimakasih atas do a, bantuan & supportnya sehingga membuat peneliti semangat untuk mengerjakan penelitian ini.Kakakku Tercinta Rr Sri Wulan Cahyadini, SS.,

Tendry Mayu, adikku Tersayang Rr Sri Endah Ludiana dan Andri Ferdinan

yang tidak pernah berhenti mendoakan, memberi perhatian, kasih sayang, dan dukungan moril maupun materil.

Selain itu, pada kesempatan ini peneliti juga bermaksud menyampaikan ucapan terima kasih kepada pihak-pihak terkait sehingga tersusunnya Skripsi ini , antara lain sebagai berikut:

1. Yth. Bapak Prof. Dr. Papasi selaku Dekan Fakultas Ilmu Soisal dan Ilmu Politik, Universitas Komputer Indonesia yang telah memberikan izin untuk


(3)

viii

penelitian ini dan dapat mengesahkan skripsi ini sehingga dapat dijadikan sebagai literatur bagi semua pihak yang memerlukan.

2. Yth. Ibu Rismawaty., S.Sos., M.Si selaku Ketua Program Studi Ilmu Komunikasi Universitas Komputer Indonesia yang telah banyak membantu dan membimbing peneliti dalam bidang akademik.

3. Yth. Ibu Desayu Eka Surya., S.Sos., M.Si selaku wali dosen peneliti yang telah banyak membantu peneliti dalam banyak hal dan memberikan berbagai pembelajaran yang positif dan sangat menginspirasi peneliti.

4. Yth. Ibu Melly Maulin P., S.Sos., M.Si Selaku dosen dan pembimbing peneliti dalam penyusunan skripsi ini yang telah sabar, banyak membantu dalam memberikan bimbingan dan pengarahan selama penyususunan skripsi ini.

5. Yth. Bapak Drs. Manap Solihat., M.si Selaku dosen peneliti yang banyak memberikan pengetahuan baru bagi peneliti selama masa perkuliahan.

6. Yth. Seluruh Staff dosen Program Studi Ilmu Komunikasi Universitas Komputer Indonesia yang telah banyak memberikan berbagai pengetahuan bagi peneliti.

7. Yth. Seluruh staff sekretaris Program Studi Ilmu Komunikasi Universitas Komputer Indonesia, terima kasih untuk Ibu Astri, Amd dan Ibu Ferina Tanjung Permata, S.Ds Atas berbagai bantuan yang telah diberikan bagi peneliti.

8. Terimakasih untuk Baldy Irawan Selaku Admin Komunitas Viking Persib Club dan Hendra Adrian selaku Facebooker Anggota Komunitas Virtual atas waktu dan informasinya yang peneliti dapatkan.


(4)

ix

9. Anakku tersayang Alifa Ratna Almeira (Molek), maaf ya selalu ibun tinggal nak..& Keponakan-keponakan tercinta Fairul Alifanza Sumimbar, Arkani Anindya Sumimbar, dan Salma Farisha Kasandri, Maaf tante jarang ngajak kalian main.

10. Rekan-rekan di kelas IK-Humas, IK-Jurnal, eks kelas IK-1 Angkatan 2005 & Angkatan 2006, yang tidak dapat Peneliti sebutkan satu per satu, terima kasih telah berbagi ilmu, pengalaman, dan kebersamaan dengan Peneliti selama ini.

11. Semua pihak yang secara sengaja ataupun tidak, telah membantu Peneliti dalam menyusun Skripsi ini.

Bandung, Juli 2010


(5)

(6)

iii

B elaj ar Unt uk S abar , I k hlas,

I k ht iar , dan mau memaaf k an

k esalahan or ang lain...

B u...P ah...

T er imak asih at as do a, k asih sayang,

per hat ian, dan duk ungannya S elama ini.