Perancangan Kampanye Pemanfaatan Lubang Resapan Biopori Di Kota Bandung

(1)

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

Pustekom, 2005 bahwa Indonesia merupakan daerah yang mempunyai curah hujan yang relatif tinggi yaitu 2000 – 3000 mm/Tahun. Namun ironisnya dibeberapa tempat masih ada yang kesulitan untuk mendapatkan air bersih. Terutama ketika musim kemarau, air bersih menjadi langka seperti di kota-kota yang sebagian besar menggunakan air ledeng. Hal ini disebabkan kuantitas dan kualitas air tanah yang kurang mencukupi dan layak untuk bisa dikonsumsi, kemudian kerap terjadi banjir apabila memasuki musim penghujan yang bisa menimbulkan berbagai permasalahan. Banjir merupakan kejadian yang rutin terjadi apabila musim penghujan datang seperti halnya bagi warga Jakarta dan Bandung. Banjir sudah menjadi rutinitas tahunan apabila musim penghujan datang. Delapan puluh lima persen bencana alam yang terjadi di Indonesia adalah banjir (Sofyan, 2006).

Permasalahan banjir yang terus terjadi perlu diatasi masalah banjir bukanlah hal yang mustahil dan sulit untuk diatasi salah satunya melalui tindakan preventif melalui teknologi yang sederhana, murah, ramah lingkungan dan bisa dilakukan oleh siapa saja. Antisipasi banjir bisa di lakukan salah satunya dengan mengurangi laju air hujan di atas permukaan tanah melaui lubang resapan. Teknologi ini lebih dikenal dengan sebutan Lubang Resapan Biopori atau disingkat menjadi LRB. lubang resapan biopori ini mempunyai beberapa manfaat diantaranya mencegah banjir, mengurangi sampah organik menjadi kompos, menyuburkan tanaman disekitarnya, meningkatkan kualitas dan kuantitas air tanah.

Begitu banyak manfaat dari teknologi biopori untuk lingkungan apabila teknologi biopori ini bisa diaplikasikan di lingkungan masyarakat maka ancaman terhadap banjir bisa diminimalisir dan terciptanya lingkungan yang sehat dan ekosistem tanah yang baik sehingga bisa mengembalikan ekosistem tanah yang sudah tidak berfungsi. Teknologi biopori ini tidak


(2)

memerlukan tempat yang luas dan biaya yang mahal sehingga bisa dilakukan secara mandiri oleh masing-masing pihak di lingkunganya sendiri seperti di halaman rumah ataupun di jalan gang sehingga teknologi biopori ini mudah diterapkan diberbagai tempat.

Informasi mengenai lubang resapan biopori ini sudah disosialisasikan sejak diresmikanya teknologi biopori oleh Institut Teknologi Pertanian Bogor (IPB), pada tanggal 18 April 2007. Banyak artikel disurat kabar maupun website yang memuat tulisan mengenai lubang resapan biopori (LRB) begitu juga acara televisi yang menayangkan tentang apa itu teknologi lubang resapan biopori. Sementara itu pemerintah dan pihak swasta melalui berbagi program telah merencanakan dan menargetkan pembuatan lubang resapan biopori dengan pembagian alat bor biopori kepada masyarakat yang bertujuan mempercepat pemasyarakatan pembuatan lubang resapan biopori akan tetapi hal ini masih kurang maksimal.

Fenomena yang terjadi mengenai penerapan lubang resapan biopori di Kota Bandung menurut data yang ada, bahwa jumlah lubang resapan biopori masih jarang dijumpai dan tergolong masih sedikit. Pengaplikasian LRB hanya ditemui pada beberapa kelurahan saja, (Bandung Green & Clean, 2009) tercatat hanya ada 25 kelurahan yang sudah menerapkan teknologi LRB dari dari jumlah total 151 kelurahan di Kota Bandung pada tahun 2009. Dari data yang ada menunjukan jumlah lubang resapan biopori yang ada di Kota Bandung bisa dikatakan masih sangat sedikit, dan sangat jauh dari jumlah yang ideal. Sebagai perbandingan,

Dalam laman beritajakarta.com bahwa untuk Kota Jakarta jumlah lubang resapan biopori yang ideal adalah 76 juta. Sedangkan untuk Kota Bandung sendiri sampai saat ini belum ada penelitian yang menyebutkan berapa jumlah lubang resapan biopori yang ideal untuk Kota Bandung karena letak geografis dan kontur tanah di Kota Bandung berbeda dengan Jakarta sehingga perlu penelitian yang lebih lanjut dari berbagai


(3)

disiplin ilmu mengenai jumlah lubang resapan biopori yang ideal untuk Kota Bandung.

Teknologi lubang resapan biopori ini bisa dikatakan masih baru bagi sebagian masyarakat, walaupun dibeberapa tempat dapat ditemui lubang resapan biopori, tetapi belum semua masyarakat memahami fungsi dan manfaatnya. Minimnya penerapan teknologi lubang resapan biopori di Kota Bandung diantaranya karena sosialisasi yang belum merata dari pihak pemerintah kota kepada masyarakat umum. Kemudian pemahaman sebagian besar masyarakat yang masih minim terhadap penanggulangan lingkungan hidup sehingga teknologi biopori ini belum bisa diaplikasikan dan dirasakan manfaatnya secara maksimal.

Berbeda halnya dengan Jakarta, melalui peran serta Pemerintah Daerah Jakarta pada tahun 2008, mengeluarkan instruksi Gubernur No 197, yang bertujuan mempercepat pemasyarakatan lubang resapan biopori (LRB), karena daerah Jakarta merupakan daerah yang rawan terjadi banjir dan menjadi langganan banjir tiap tahunnya.

Selain itu lubang resapan biopori juga memiliki nilai ekonomis karena kompos yang didapat dari proses dekomposisi sampah organik menjadi kompos, sehingga kompos bisa dipanen sebagai pupuk organik dan digunakan untuk keperluan sendiri.

Banjir dan sampah merupakan permasalahan yang kerap terjadi yang bisa merusak lingkungan hidup, apabila permasalahan ini terus berulang terjadi maka akan banyak memberikan berbagai dampak buruk diantaranya bagi kesehatan, lingkungan, infrastruktur, ekonomi dan ekosistem. Melalui teknologi lubang resapan biopori ini merupakan sebuah solusi dalam mengatasi permasalahan banjir dan sampah sehingga dapat merubah pola pikir dan perilaku masyarakat, agar ikut peduli terhadap lingkungan serta bertanggung jawab terhadap lingkungan sendiri dan sekitarnya. Nilai positifnya adalah permasalahan banjir dan sampah bisa diantisipasi oleh semua pihak.


(4)

1.2 Identifikasi Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah, maka identifikasi masalah sebagai berikut :

• Dari data Bandung Green & Clean 2009 (Tabel II.1) bisa disimpulkan, bahwa masih kurang meratanya informasi dan sosialisasi tentang lubang resapan biopori di masyarakat Kota Bandung.

• Permasalahan banjir dan sampah menunjukan bahwa masih kurangnya kesadaran masyarakat terhadap kelestarian lingkungan.

• Kebijakan pemerintah yang belum optimal terhadap realisasi penerapan lubang resapan biopori.

• Nilai ekonomis yang terdapat pada lubang resapan biopori bisa dimanfaatkan, seperti kompos yang dihasilkan bisa digunakan untuk pupuk skala rumah tangga.

1.3 Fokus Masalah

Bagaimana agar masyarakat di Kota Bandung bisa memahami dan menerapkan teknologi lubang resapan biopori untuk diterapkan di lingkungan sendiri dan sekitarnya.

1.4 Tujuan dari Perancangan

Mempersuasi masyarakat supaya bisa terjadi perubahan sikap dan cara pandang agar lebih peduli dan bertanggung jawab terhadap lingkungannya serta menggugah kesadaran warga terhadap penanganan lingkungan hidup dengan pemanfaatan teknologi lubang resapan biopori.


(5)

1.5 Definisi dan Kata Kunci

Biopori, resapan, LRB, sampah organik.

Berikut ini merupakan arti dari berbagai istilah diatas :

• Biopori adalah lubang-lubang di dalam tanah yang terbentuk secara alami akibat berbagai aktivitas organisme di dalamnya seperti cacing, perakaran tanaman, rayap dan fauna tanah lainya. Lubang – lubang yang terbentuk akan terisi udara, dan akan menjadi tempat berlalunya air di dalam tanah.

• Resapan adalah lubang tempat meresapnya air.

• LRB (lubang resapan biopori) yaitu lubang yang dibuat secara vertikal sebagai tempat penyerapan air yang kemudian diisi sampah organik sebagai makanan untuk fauna di dalam tanah.

• Sampah organik yaitu sampah yang mudah membusuk seperti sisa makanan, sayuran, daun-daun kering, dan sebagainya.


(6)

BAB II

PENERAPAN LUBANG RESAPAN BIOPORI DI KOTA BANDUNG

2.1 Teknologi Lubang Resapan Biopori.

Secara alami biopori adalah lubang-lubang kecil atau terowongan kecil di dalam tanah yang terbentuk oleh aktivitas organisme fauna di dalam tanah seperti cacing, rayap, akar pohon dan organisme lainnya kemudian lubang –lubang tersebut akan terisi udara dan menjadi tempat berlalunya air didalam tanah. Sedangkan lubang resapan biopori adalah merupakan lubang berbentuk silinder yang dibuat secara vertikal ke dalam tanah dengan diameter 10 sentimeter dan kedalaman 1 meter. Lubang ini lalu diisi dengan sampah organik untuk memicu terbentuknya biopori alami yang dibuat oleh fauna di dalam tanah seperti cacing. Kemudian sampah organik akan diurai secara alami menjadi kompos yang bisa menyuburkan tanah dan menjadi sumber makanan bagi fauna di dalam tanah dan meningkatkan peran aktivitas biodiversitas tanah dan akar tanaman. Ukuran lubang resapan biopori sengaja dibuat kecil untuk mengoptimalkan penampang vertikal tanah. Lubang resapan biopori mempunyai diameter 10 sentimeter dan kedalaman cukup satu meter. Karena apabila lebih dari satu meter maka akan semakin sedikit oksigen pada lubang biopori sehingga fauna tanah sulit bertahan hidup.

Gambar II.1 Lubang resapan biopori (gambar : Biopori.com)


(7)

Lubang resapan biopori ditemukan oleh seorang peneliti dan dosen Departemen Ilmu Tanah dan Sumber Daya Lahan dari IPB yaitu Ir.Kamir Raziudin Brata, M.Sc. yang terinspirasi dari Al-Qur’an :

“Apakah kamu tidak memperhatikan, bahwa sesungguhnya Allah menurunkan air dari langit, maka diaturnya menjadi sumber-sumber air di bumi kemudian ditumbuhkan-Nya dengan air itu tanam-tanaman yang bermacam-macam warnanya, lalu menjadi kering lalu kamu melihatnya kekuning-kuningan, kemudian dijadikan-Nya hancur berderai-derai. Sesungguhnya pada yang demikian itu benar-benar terdapat pelajaran bagi orang-orang yang mempunyai akal “ (Q.S.Az-Zumar, 39: 21).

Gambar II.2 lubang resapan biopori


(8)

2.2 Fungsi dan Manfaat Lubang Resapan Biopori.

Fungsi dan manfaat yang didapat dari lubang resapan biopori :

Gambar II.3 multiguna lubang resapan biopori (www.biopori.com)

a. Mencegah genangan dan banjir

Lubang resapan biopori berfungsi sebagai lubang serapan untuk mempercepat peresapan air hujan sehingga air hujan yang menggenang akan dengan cepat meresap ke dalam tanah. karena banyak lubang biopori alami yang dibuat oleh cacing.

b. Mengatasi sampah organik.

Sebagai solusi mengatasi sampah organik karena sampah organik akan diuraikan tanah sehingga sampah organik dirubah melalui proses dekomposisi untuk menjadi kompos, kemudian menjadi sumber makanan bagi fauna yang hidup di dalam tanah seperti cacing rayap dan sebagainya.

c. Menyuburkan tanaman

Sampah organik yang dibuang pada lubang biopori merupakan makanan untuk organisme yang ada dalam tanah. Organisme tersebut dapat membuat sampah menjadi kompos yang merupakan pupuk bagi tanaman disekitarnya. Kondisi ini meningkatkan peran aktivitas biodiversitas tanah dan akar tanaman.


(9)

d. Meningkatkan cadangan air tanah

Organisme dalam tanah mampu membuat sampah menjadi mineral-mineral yang kemudian dapat larut dalam air. Hasilnya, air tanah akan berkualitas karena mengandung banyak mineral.

e. Mengurangi emisi gas

Mengurangi emisi gas dari kegiatan mengkompos sampah organik, dan mengurangi dampak efek rumah kaca yaitu CO2 dan metan. f. Mencegah penyakit

Mengatasi masalah timbulnya genangan air yang meyebabkan berbagai penyakit seperti demam berdarah dan malaria.

2.3 Cara Membuat Lubang Resapan Biopori

Cara membuat lubang resapan biopori dilakukan melalui beberapa tahapan yaitu :

Pertama:

Membuat lubang silindris secara vertikal ke dalam tanah dengan diameter 10 cm. Kedalaman kurang lebih 100 cm atau tidak sampai melampaui muka air tanah bila air tanahnya dangkal. Jarak antar lubang antara 50 hingga 100 cm.

Kedua:

Memperkuat mulut lubang dengan semen selebar 2 hingga 3 cm dengan tebal 2 cm disekeliling mulut lubang.

Ketiga:

Mengisi lubang dengan sampah organik yang berasal dari sampah dapur, sisa tanaman, dedaunan, atau pangkasan rumput. Sampah organik perlu selalu ditambahkan ke dalam lubang yang isinya sudah berkurang dan menyusut akibat proses pelapukan. Kompos yang terbentuk dalam lubang dapat diambil pada setiap akhir musim kemarau bersamaan dengan pemeliharaan lubang resapan.


(10)

Keempat:

Menutup lubang biopori dengan menggunakan apa saja seperti ram kawat, tutup paralon dan lain-lain dengan diberi lubang untuk sirkulasi udara dan peresapan air.

2.4 Bahan yang Diperlukan untuk Membuat Lubang Resapan Biopori Bahan yang diperlukan untuk membuat sebuah lubang resapan biopori : 1. Paralon atau bambu dengan diameter 10 cm dan panjang 10-15 cm. 2. Tutup paralon dengan diameter 10 cm atau roaster, kaleng bekas,

ram kawat dan sebagainya untuk menutupi lubang resapan biopori. 3. Semen secukupnya untuk memperkuat permukaan sekitar lubang

resapan biopori.

2.5 Jumlah yang Disarankan

Tim Biopori IPB, 2007 bahwa Jumlah lubang yang perlu dibuat dapat dihitung menggunakan persamaan :

Jumlah LRB = intensitas hujan (mm / jam) x luas bidang kedap (m2) / laju peresapan air perlubang (liter/perjam).

Sebagai contoh, untuk daerah dengan intensitas hujan 50 mm/jam (hujan lebat), dengan laju peresapan air perlubang 3 liter/menit (180 liter/jam) pada 100 m2 bidang kedap perlu di buat sebanyak (50 x 100) / 180 = 28 lubang.

Bila lubang yang dibuat berdiameter 10 cm dengan kedalaman 100 cm, maka setiap lubang bisa menampung 7,8 liter sampah organik. ini berarti bahwa setiap lubang dapat diisi dengan sampah organik selama 2-3 hari. Dengan demikian 28 lubang baru dapat dipenuhi oleh sampah organik yang dihasilkan selama 56-84 hari. Dalam selang waktu tersebut lubang yang pertama di isi sudah terdekomposisi menjadi kompos sehingga volumenya telah menyusut. Dengan demikian lubang-lubang ini seudah dapat di isi kembali dengan sampah organik baru dan seterusnya.


(11)

2.6 Penerapan Teknologi Lubang Resapan Biopori di Bandung.

Gambar II.4 Peta zonasi sumur resapan Kota Bandung ( BPLH Kota Bandung 2009)

Ayokebandung.net.2009, Bandung terletak di koordinat 107° BT dan 6° 55’ LS. Luas Kota Bandung adalah 16.767 hektar. Kota Bandung terletak di ketinggian ±768 m di atas permukaan laut rata-rata (mean sea level). Daerah utara Kota Bandung pada umumnya lebih tinggi daripada daerah selatan. Rata-rata ketinggian di sebelah utara adalah ±1050 m di atas permukaan laut, sedangkan di bagian selatan adalah ±675 m di atas permukaan laut. Bandung dikelilingi oleh pegunungan yang membuat Bandung menjadi semacam cekungan.

Kota Bandung dialiri dua sungai utama, yaitu Sungai Cikapundung dan Sungai Citarum beserta anak-anak sungainya yang pada umumnya mengalir ke arah selatan dan bertemu di Sungai Citarum. Dengan kondisi yang demikian, Bandung selatan sangat rentan terhadap masalah banjir.


(12)

Tabel II.1 Wilayah nominator Bandung Green and Clean 2009 (sumber Bank Data Bandung Green and Clean 2009).

Dari data diatas menunjukan bahwa masih sedikitnya jumlah lubang resapan biopori di Kota Bandung, kemudian bisa diambil beberapa kesimpulan yaitu:

a. Masih kurangnya tingkat kesadaran masyarakat terhadap lingkungan dilihat dari masih sedikitnya lubang resapan biopori yang ada.

b. Sosialisasi yang dilakukan pemerintah mengenai penerapan lubang resapan biopori belum begitu efektif.

c. Masih sedikit orang yang mengetahui fungsi dan manfaat teknologi lubang resapan biopori sehingga teknologi ini belum memasyarakat. Dan hanya beberapa kelurahan saja yang sudah mengaplikasikan teknologi lubang resapan biopori di wilayahnya, hanya ada 25 kelurahan yang tercatat sudah menerapkan LRB dari 151 kelurahan di


(13)

Kota Bandung pada tahun 2009. Jumlah lubang resapan biopori yang ada saat ini masih sangat sedikit, dan sangat jauh dari jumlah yang ideal. Sebagai perbandingan,

beritajakarta.com, untuk kota Jakarta jumlah lubang resapan biopori yang ideal adalah 76 juta. Sedangkan untuk Kota Bandung sendiri sampai saat ini belum ada penelitian yang menyebutkan berapa jumlah lubang resapan biopori yang ideal untuk Kota Bandung karena letak geografis dan kontur tanah di Kota Bandung berbeda dengan Jakarta sehingga haruslah ada penelitian yang lebih lanjut dari berbagai disiplin ilmu mengenai jumlah lubang resapan biopori yang ideal untuk Kota Bandung.

2.6.1 Segmentasi

Pemilihan kelurahan Cibadak sebagai salah satu sampel di kota Bandung karena di wilayah ini kerap terjadi banjir Cileuncang yang berasal dari luapan air sungai Citepus, hal ini di tenggarai karena terhambat sampah san sedikit daerah konservasi air.

Berdasarkan Perda Kota Bandung nomor 06 Tahun 2006, Kota Bandung terbagi kedalam 30 kecamatan dan terdiri dari 151 kelurahan. Penelitian dilakukan pada salah satu kecamatan di Kota Bandung yang sering tergenang banjir yaitu kecamatan Astanaanyar yaitu kelurahan Cibadak RW 02 meliputi RT 06/07/09 dan RT 10.

Kecamatan Kelurahan Sumur resapan Biopori

Astanaanyar Cibadak RW 02 14 -

Tabel II.2 Jumlah sumur resapan


(14)

2.6.2 Geografis

Untuk memudahkan penelitian, maka dipilih salah satu sampel kelurahan yaitu kelurahan Cibadak RW 02 dari enam kelurahan di Kecamatan Astana anyar yaitu Karasak, Pelindung Hewan, Nyengseret, Panjunan, dan Karanganyar. Kelurahan Cibadak RW 02 merupakan kawasan industri percetakan. Hal ini bisa dilihat dengan banyaknya percetakan yang ditemui disekitar jalan Pagarsih disamping itu kelurahan Cibadak dikenal sebagai tempat jual beli grosiran. Populasi penduduk RW 02 kelurahan Cibadak pada tahun 2010 tediri dari 456 kepala keluarga dan ± 1600 jiwa. Selama proses penelitian dilakukan melalui metode observasi dan wawancara langsung dengan warga masyarakat dan aparat terkait. Pemilihan kelurahan Cibadak ini karena di wilayah ini terdapat aliran sungai Citepus kemudian merupakan wilayah yang sangat padat penduduk, pertokoan, pusat perdagangan dan bisnis dan kerap sekali terjadi banjir kiriman karena luapan air dari sungai Citepus sehingga warga menderita kerugian disamping permasalahan lainya.

2.6.3 Demografis a. Primary

Jenis kelamin : Laki-laki dan perempuan Kelompok umur : 17- 45 tahun.

Alasan dipilih usia 17-45 tahun karena pada usia ini merupakan usia dewasa yang sudah bisa memahami dan menyikapi sesuatu dengan rasional baik dan kritis.

b. Secondary

Jenis kelamin : Perempuan Kelompok umur : 25-45 tahun

Status : Ibu rumah tangga

Alasan memilih ibu rumah tangga karena berdasarkan hasil wawancara di lapangan ibu rumah tangga mudah untuk diajak dan mudah diberikan pengarahan dan memiliki sifat terbuka untuk


(15)

perubahan dan diharapkan bisa menjadi penggerak didalam lingkungan keluarga sendiri.

2.6.4 Tingkat Pendidikan

Mayoritas penduduk kelurahan RW 02 Cibadak menyelesaikan pendidikannya sampai dengan SLTA disamping itu ada juga sebagian yang melanjutkan ke perguruan tinggi atau lulusan dari perguruan tinggi. Warga Cibadak RW 02 kebanyakan berprofesi sebagai wirausaha dibidang industri percetakan dan home industry dan sisanya sebagai pegawai, pekerja, pelajar dan pedagang.

2.6.5 Psikografis

Masyarakat perkotaan di kota Bandung terdiri dari masyarakat yang beragam kedudukan sosialnya, dan terdiri dari beberapa element masyarakat. Karakteristik masyarakat perkotaan menurut Poplin (1972) sebagai berikut :

• Perilaku heterogen

• Perilaku yang dilandasi oleh konsep pengandalan diri dan kelembagaan

• Perilaku yang berorientasi pada rasionalitas dan fungsi • Mobilitas sosial, sehingga dinamik

• Kebauran dan diversifikasi kultural

• Birokrasi fungsional dan nilai-nilai sekuler • Individualisme.


(16)

2.7 5W + 1H Analisis Observasi Lubang Resapan Biopori di Kota Bandung.

Dari hasil observasi yang diperoleh maka dapat diuraikan sebagai berikut:

What

Banyaknya masyarakat yang belum memahami dan menerapkan teknologi lubang resapan biopori di lingkungannya, Teknologi lubang resapan biopori sebagai sebuah tindakan preventif terhadap permasalahan banjir yang disebabkan oleh genangan air dan solusi penanganan masalah sampah organik disamping multiguna lubang resapan biopori.

Who

Khususnya masyarakat perkotaan yang berada di daerah yang sering tergenang banjir sehingga bisa menimbulkan berbagai masalah dan kerugian yang ditimbulkan oleh banjir. Umumnya masyarakat di Kota Bandung dalam upaya mengurangi sampah organik dan terciptanya ekosistem tanah yang baik.

Why

Masih kurang meratanya sosialisasi, kebijakan publik yang belum efektif, kesadaran pribadi masing-masing dan motivasi sebagian masyarakat yang belum antusias terhadap pengendalian dan pelestarian lingkungan hidup.

When

Ketika musim hujan datang kerap terjadi banjir karena air hujan yang tidak menyerap ke dalam tanah. dan kekeringan ketika musim kemarau karena kuantitas air tanah yang sedikit.

Where

Permasalahan banjir dan sampah kerap terjadi di kota-kota besar khususnya di Bandung. Beberapa daerah di Kota Bandung merupakan daerah yang sering terkena banjir seperti salah satunya di Kecamatan Astanaanyar di Kelurahan Cibadak Bandung.


(17)

How

Menanggulangi permasalahan banjir dan sampah yang kerap terjadi di Kota Bandung yaitu dengan cara memberi pemahaman tentang fungsi dan manfaat lubang resapan biopori dan mengajak masyarakat agar bisa mengaplikasikan teknologi lubang resapan biopori sebagai salah satu upaya dan solusi terhadap permasalahan yang terjadi. Agar bisa di terapkan dilingkunganya masing-masing.

Dari hasil pengumpulan data litelatur dan penelitian maka menyimpulkan diperlukannya pemberian pemahaman kepada masyarakat tentang fungsi dan manfaat lubang resapan biopori sebagai salah satu solusi dari permaslahan banjir dan sampah organik. Caranya adalah :

Menyampaikan pesan melalui kampanye yang bertujuan untuk mempersuasi dan memberikan pemahaman kepada masyarakat melalui strategi komunikasi dan media yang efektif .


(18)

BAB III

STRATEGI PERANCANGAN KAMPANYE LUBANG RESAPAN BIOPORI DI KOTA BANDUNG.

3.1 Strategi komunikasi

Strategi komunikasi yang dilakukan disesuaikan dengan primary target dan Scondary target dari kampanye yaitu masyarakat di Kota Bandung dengan kisaran umur 17- 45 tahun. Strategi yang digunakan disesuaikan dengan kondisi keadaan lingkungan masyarakat sehingga masyarakat bisa menerima pesan yang akan disampaikan. Strategi yang digunakan yaitu melalui komunikasi yang persuasif melalui penyuluhan dan dialog melalui media dan event (lomba).

3.1.1 Segmentasi

Agar pendekataan kepada khalayak sasaran dapat lebih terfokus dan efektif dalam penyampaian pesan. Maka untuk segmentasi sasaran yang akan dipilih dalam perancangan ini adalah:

a. primer

Ditunjukan kepada masyarakat perkotaan pada kisaran umur 17-45 tahun. Pada usia ini merupakan usia dewasa yang mana pada usia ini sudah bisa memahami dan menyikapi sesuatu dengan rasional baik dan kritis.

b. sekunder

Ibu rumah tangga dengan kisaran usia 25-45 tahun. Karena ibu rumah tangga mudah untuk diajak melakukan sesuatu yang baru, dan mudah diberikan pengarahan dan memiliki sifat terbuka.

3.1.2 Tujuan Komunikasi

Tujuan dari utama komunikasi dalam kampanye ini adalah agar masyarakat bisa memelihara dan perduli terhadap lingkungannya, di samping mengetahui fungsi dan manfaat lubang resapan biopori dan bisa menerapkannya pada lingkunganya sendiri.


(19)

3.1.3 Pesan Utama Komunikasi

Pesan yang ingin disampaikan yaitu “Lubang resapan biopori merupakan teknologi tepat guna sebagai solusi yang mudah dan murah dalam mencegah banjir dan sampah organik di samping itu multiguna lubang resapan biopori memberikan manfaat yang banyak bagi lingkungan salah satunya meningkatkan kuantitas air tanah dan resapan air tanah”.

Dari penjelasan diatas maka dapat diambil kata kunci yang dijadikan tagline kampanye sebagai berikut :

“Biopori, langkah kecil untuk resapan air tanah”

Tagline ini menjadi pesan utama dalam kampanye dimana pesan kampanye yang ingin disampaikan kepada masyarakat bisa mudah dimengerti dan dipahami maksudnya sehingga bisa menimbulkan keingin tahuan tentang biopori. menjadi sebuah solusi untuk melakukan perubahan di lingkungannya.

3.1.4 Materi Pesan

Materi pesan dalam kampanye ini mempunyai beberapa tahapan yakni sebagai berikut :

a. Pengertian fungsi & manfaat lubang resapan biopori (LRB). b. Cara membuat LRB

c. Cara memelihara LRB d. Pengingatan (remainding). 3.1.5 Pendekatan Bahasa

Pendekatan bahasa dalam perancangan media ini disesuaikan dengan sasaran, yaitu menggunakan bahasa Indonesia yang sederhana dan ringan. Penggunaan istilah atau bahasa ilmiah dengan porsi yang seperlunya, agar mudah dipahami oleh semua lapisan dan kalangan masyarakat.

3.2 Strategi Kreatif

Strategi kreatif yang dilakukan yaitu dengan cara pendekatan rasional mengajak dan memberikan informasi berupa fakta dan fungsi dari


(20)

lubang resapan biopori. Dan pesan yang ingin disampaikan melalui ambient media dan poster dengan tampilan visual simbolis dari lubang resapan biopori melalui berbagai media.

3.2.1 Pendekatan Kreatif

Pendekatan yang akan dilakukan yaitu dengan pendekatan menggunakan media poster dan ambient media sebagai media penyampaian pesan, pada lingkungan perumahan, tempat umum dan tempat strategis lainnya. Kemudian kerjasama dengan LSM yang bergerak pada bidang lingkungan yaitu dengan mengadakan dialog santai dan penyuluhan melalui berbagai kegiatan yang ada di masyarakat seperti penyuluhan dikegiatan majelis ta’lim, karang taruna, kegiatan arisan, pendidikan non formal dan lain sebagainya. Dibentuk pengkaderan sebagai penggerak di lingkungannya sebagai upaya memberikan pelatihan kepada masyarakat. Dipilih lomba karena agar melaui lomba ini sebagai upaya pemicu menumbuhkan motivasi pada masyarakat, sehingga masyarakat bisa berlomba-lomba dan bergotong royong dalam menjaga dan memelihara lingkunganya. Hasil yang ingin dicapai pada kampanye adalah memahami pesan yang akan disampaikan dan diharapkan berkembang pada perubahan pola pikir dan prilaku masyarakat mengenai penangulangan lingkungan hidup.

3.3. Tahapan Kampanye

Dalam perencanaan penyampaian pesan kampanye ini memiliki tiga tahapan yang mana pada tahapan-tahapan tersebut merupakan bagian dari keseluruhan proses kampanye :

1. Tahapan Mengenalkan (awareness)

Tahap awal dimana ditimbulkan rasa penasaran tentang kampanye ini. Teknis pelaksanaanya yaitu dengan menyebarkan media berupa poster ditempat yang strategis, di lingkungan permukiman diseluruh


(21)

Kota Bandung dan tempat umum. Fungsi poster adalah untuk memberikan pemahaman mengenai fungsi dan manfaat lubang resapan biopori.

2. Tahapan Mengajak (persuasive)

Yaitu dengan diadakan sebuah lomba bertema lingkungan hidup di tingkat RW se-Kota Bandung, yang mana adanya alur kerjasama dimulai dari pemerintah kota Pemkot Kota Bandung, Kecamatan, Kelurahan dan RW untuk disebar kepada masyarakat. dengan jangka waktu yang telah ditentukan. Kemudian yang nantinya akan diadakan sebuah event sebagai puncak dari kampanye yang pemenangnya akan di umumkan pada event tersebut.

Penyebaran dan pemasangan media informasi mengenai lomba yang akan diperlombakan untuk mengajak masyarakat turut serta di dalam perlombaan dengan diadakanya lomba di tingkat kelurahan se-Kota Bandung. Pelaksanaan lomba dimulai pada tahapan pertama yaitu tahapan awareness yang kemudian berjalan pada tahap selanjutnya yaitu diadakan sebuah event sebagai puncak dari pelaksanaan kampanye.

Kegiatan event puncak perlombaan terdiri dari :

Family Game

Yaitu permainan lomba membuat lubang resapan biopori pada lokasi yang tepat yang dimainkan oleh beberapa orang atau satu keluarga. Melalui pendekatan interaktif antara dengan mediator kampanye. Tujuannya agar masyarakat bisa mengetahui fungsi LRB, manfaat LRB dan bagaimana cara membuatnya.

• Lomba menggambar

Lomba menggambar dengan media tong sampah dengan menggunakan tema manfaat biopori. Lomba ini di tunjukan untuk anak-anak dengan didampingi orang


(22)

kampanye. Selain ibu rumah tangga sebagai secondary anak-anak juga diharapkan bisa memahami fungsi dan manfaat LRB sejak dini melalui penyampaian dari orang tuanya.

Trash art.

Yaitu merupakan sabuah rangkaian kegiatan dari event yaitu lomba membuat sebuah benda atau barang yang berbahan baku dari limbah atau sampah untuk menjadi sebuah benda baru yang mempunyai fungsi dan nilai jual. Hal ini bertujuan untuk memunculkan sebuah potensi dari

sampah yang mempunyai nilai jual disamping

memunculkan idea yang kreatif dikalangan masyarakat.

3. Tahapan Pengingatan (reminder)

Tahap selanjutnya pemasangan media pengingat dan ambient media di lingkungan pemukiman, sarana umum dan tempat strategis lainya. Sebagai reminder dari kegiatan kampanye dan menjadi pengingat manfaat dari lubang resapan biopori dan diharapkan bisa meningkat pada tahap pengaplikasikan di lingkunganya sendiri.

3.4 Jadwal Pelaksanaan Kampanye

Jadwal pelaksaan kampanye dilakukan selama lima bulan yang yang dibagi kedalam beberapa tahapan yang diakhiri oleh event perlombaan. Waktu pelaksanaan event dilakukan ketika hari libur yaitu hari Minggu. Hal ini agar tidak menggangu aktifitas berkerja dan bisa memanfaatkan hari libur dengan kegiatan yang bermanfaat.

3.5 Rasionalisasi Visual

Pendekatan visual atau cara pendekatan menyampaikan pesan kampanye kepada khalayak sasaran dilakukan melalui bahasa visual yang sederhana sesuai dengan keseharian yang mudah ditemui dan mudah dimengerti. Karena kampanye ditujukan kepada masyarakat


(23)

umum sehingga maksud pesan bisa dimengerti dan dipahami oleh semua lapisan masyarakat.

Ilustrasi : Merupakan penggabungan visual dari foto digital imaging untuk mendukung gagasan visual yang akan dimunculkan.

Tipografi : Tipografi yang digunakan adalah dengan memunculkan kesan dinamis, nilai keterbacaannya yang baik, sederhana dan tidak kaku.

Warna : Warna yang digunakan merupakan warna yang bisa mewakili unsur lingkungan hidup, bersih, dan natural.

Layout : Tata letak menggunakan komposisi yang sederhana dengan mempertimbangkan kenyamanan yang berkaitan satu dengan yang lainnya agar ilustrasi dan pesan bisa dipahami dengan baik.

3.6 Strategi Media

Media merupakan alat bantu atau sarana yang digunakan untuk menyampaikan pesan dari komunikator kepada khalayak sasaran dengan perencanaan yang sistematik dan berharap mendapatkan tanggapan atau respon dari penerima pesan.

Strategi media dibagi dua. Media utama dan media pendukung, media pendukung digunakan untuk menyokong efektivitas media utama.

3.6.1 Pemilihan Media

Pemilihan media berfungsi untuk membatasi media yang akan di gunakan dalam perancangan kampanye agar tidak terlalu luas dengan pertimbangan disesuaikan dengan kepentingan sasaran utama kampanye dalam menyampaikan pesan kepada khalayak sasaran yang di rancang secara persuasif agar pesan yang disampaikan dapat diterima dengan mudah dan tepat.


(24)

a. Media Utama • Poster

Poster merupakan media lini atas yang juga termasuk media luar ruang, poster dapat ditempatkan atau dipasang di tempat-tempat umum dan informasi yang akan disampaikan dapat cepat tersampaikan kepada khalayak sasaran, penggunaan poster sebagai media utama dalam kampanye ini di karena: • Visual yang menarik

• Tingkat keterbacaan tinggi

• Mempunyai jangkauan dan penempatan yang luas

• Berfungsi sebagai media pemberi informasi dan pengingat

b. Media Pendukung

Media-media yang bersifat menunjang atau melengkapi media utama dalam perencanaan kampanye ini. Adapun media-medianya berupa :

• Baliho

Sama halnya dengan poster dan spanduk tetapi ukuran baligho yang besar tersebut dapat dengan jelas bisa dilihat oleh khalayak sasaran sehingga informasinya pun bisa dengan cepat sampai pada khalayak sasaran.

• Spanduk

Spanduk merupakan media yang digunakan dalam

menyampaikan pesan informatif dan persuasif yang sifatnya mendukung dan menguatkan pesan kampanye. Dalam kampanye ini pemilihan media spanduk sebagai pesan persuasif akan adanya pesan yang dimunculkan dan sebagai media informasi event yang akan dilaksanakan.


(25)

• Umbul-umbul

Penggunaan umbul-umbul sebagai media penyampaian pesan persuasif dalam kampanye ini yang digunakan sebagai pemberi informasi mengenai event

• Flayer

Digunakan karena didalamnya dapat mencakup informasi pemahaman detail mengenai pesan kampanye.

• Iklan Koran

Iklan pada media cetak surat kabar, sebagai media patner dalam kampanye, dan sealigus sebagai pemberitahuan mengenai lomba yang akan dilaksanakan.

c. Ambient Media

Ambient media sebagai sarana penyampaian pesan yang dipasang di sekitar tempat umum yang menggunakan sebuah media baru yang orang bisa tertarik dan mengingat isi pesan yang disampaikan. Ambient media berfungsi sebagai pengingat tentang kampanye dan mengingatkan manfaat lubang resapan biopori. karena media bersifat aplikatif yang ditempatkan di tempat umum seperti mall, rumah makan, sekolah, perkantoran dan tempat umum lainnya. adapun medianya berupa :

• Stiker yang ditempel pada tempat cuci tangan • Stiker yang ditempel pada tempat sampah • Stiker yang ditempel pada ubin

• Lukisan yang digambar pada tempat berjalan ditaman • Stiker yang ditepel di toilet.

d. Media Gimmick

Sebagai media pelengkap yang mengingatkan tentang kampanye tersebut dan dibagikan kepada kampanye saat event


(26)

berlangsung, karena bersifat aplikatif, adapun medianya adalah berupa:

• Kalender • T-shirt • Pin • Stiker

• Gantungan kunci

3.6.2 Pertimbangan Dasar Penyebaran Media

Pertimbangan dasar penyebaran media di lakukan tahap-tahap

penyebarannya dari media utama sampai media-media

pendukung, yang didasarkan pada kemampuan daya

jangkauannya luas dan efektif penyebaran media di kategorikan pada beberapa pertimbangan, yaitu:

a. Geografis

Wilayah penyebaran media dalam perancangan kampanye ini adalah khusus di daerah Kota Bandung, karena merupakan daerah sasaran utama dari khalayak sasaran kampanye.

b. Lokasi Penyebaran Media

Lokasi penyebaran media difokuskan di beberapa tempat di kota Bandung Seperti kompleks perumahan, jalan gang, dan di jalan-jalan bagi media event.

3.6.3 Jadwal Penyebaran Media

Jadwal penyebaran media dilakukan dalam 5 (lima) bulan, dengan berbagai pertimbangan yang disesuaikan dengan kebutuhan khalaylak sasaran dan dibagi kedalam 3 tahap :


(27)

Tabel III.1 Jadwal Penyebaran Media

3.7 Strategi Distribusi

a. Pertimbangan dasar distribusi.

Agar pesan yang ingin disampaikan lebih dapat menjangkau sasaran. Dalam kampanye ini penyebaran distribusinya langsung kepada khalayak sasaran berupa marchandise serta media lainnya disesuaikan dengan khalayak sasaran.

b. Jalur Distribusi

• Geografis : Kota Bandung

• Lokasi Penyebaran : Di 151 kelurahan di Kota Bandung.

• Jadwal Penyebaran : Dilakukan sesuai dengan tahapan yang telah direncanakan

3.8 Konsep Visual

3.8.1 Format Desain

Format yang digunakan disesuaikan dengan media yang akan dipakai salah satunya adalah poster. Poster sebagai Media utama dengan menggunakan poster portrait ukuran 42,0 cm x 59,4 cm (A2). Pertimbangan penyesuaian media adalah untuk bisa


(28)

menyesuaikan dengan karakteristik media yang digunakan. Format media utama adalah bagaimana bisa menyajikan informasi dan tujuan kampanye yang jelas kepada masyarakat. 3.8.2 Layout

Pengembangan tata letak di setiap media bervariasi agar tidak jenuh dan dinamis. Layout dibuat dengan memadukan berbagai macam unsur grafis yang meliputi warna, bentuk, ilustrasi dan tipografi menjadi satu kesatuan. Layout disesuaikan dengan media yang akan di buat dengan mengedepankan kesan feksibel dan dinamis. Dengan penempatan headline yang disesuaikan dengan posisi visual tiap-tiap ilustrasi supaya terkesan tidak kaku. Sedangkan untuk tagline dan logo penempatanya posisinya sama pada berbagai media.

Gambar III.1 Contoh rancangan lay out visual kampanye 3.8.3 Tipografi

Tipografi yang digunakan pada setiap media disesuaikan dengan karakter media dan suasana yang akan dibangun juga mempertimbangkan dari segi keterbacaan, dan komposisi yang seimbang antara tipografi dan ilustrasi sehingga mudah dipahami. Logotype yang digunakan pada identitas kampanye ini menggunakan huruf yang dinamis dan fleksibel sehingga tidak


(29)

terlihat kaku dan formal. Jenis huruf Calibri digunakan pada logotype, tagline dan headline yang mempunyai kesan dinamis dan tidak formal.

Gambar III.2 Calibri font

Gambar III.3 Arial font

Gambar III.4 Corbel font

3.8.4 Ilustrasi

Gagasan visual yang digunakan di dalam kampanye ini menggunakan sebuah ilustrasi penggabungan beberapa unsur visual menjadi sebuah visual yang menggambarkan fungsi dan manfaat lubang resapan biopori. Dengan konsep visual mengunakan pengkiasan simbolik lubang resapan biopori, dengan memunculkan kesan lingkungan yang hijau, alami dan unsur air yang merupakan bagian dari biopori dengan penggunaan headline, tagline dan identitas kampanye.


(30)

Gambar III.5 Gambar Ilustrasi Visual Kampanye

3.8.5 Warna

Warna yang digunakan dalam logo yaitu hijau dan biru, warna hijau diambil karena lubang resapan biopori menpunyai manfaat menyuburkan tanaman dan penghijauan secara alami. dan warna biru diambil dari sifat air yang menyejukan dan segar. penggabungan kedua warna ini untuk membangun kesan natural dan dinamis.

Gambar III.6 Warna-warna dominan yang digunakan pada identitas kampanye


(31)

3.8.6 Identitas Kampanye

Kampanye penyuluhan lubang resapan biopori ini mempunyai identitas kampenye berupa logo, logo tersebut sebagai identitas dari kegiatan kampanye ini. Logo yang digunakan dalam kampanye ini yaitu merupakan sebuah penyederhanaan bentuk atau stilasi dari lubang resapan biopori. Arti logo ini yaitu biopori sebagai lubang resapan air dan tempat pengkomposan sampah organik. Visualisai air mempunyai makna serapan air dan daun sebagai simbol dari sampah organik dengan lorong-lorong biopori.


(32)

Laporan Pengantar Proyek Tugas Akhir

PERANCANGAN KAMPANYE PEMANFAATAN LUBANG

RESAPAN BIOPORI DI KOTA BANDUNG

DK 38315 Tugas Akhir Semester II 2009/2010

Oleh:

Rijal Dzurrohman Hendarsyah 51905803

Program Studi Desain Komunikasi Visual

FAKULTAS DESAIN

UNIVERSITAS KOMPUTER INDONESIA BANDUNG


(1)

Tabel III.1 Jadwal Penyebaran Media

3.7 Strategi Distribusi

a. Pertimbangan dasar distribusi.

Agar pesan yang ingin disampaikan lebih dapat menjangkau sasaran. Dalam kampanye ini penyebaran distribusinya langsung kepada khalayak sasaran berupa marchandise serta media lainnya disesuaikan dengan khalayak sasaran.

b. Jalur Distribusi

• Geografis : Kota Bandung

• Lokasi Penyebaran : Di 151 kelurahan di Kota Bandung.

• Jadwal Penyebaran : Dilakukan sesuai dengan tahapan yang telah direncanakan

3.8 Konsep Visual

3.8.1 Format Desain

Format yang digunakan disesuaikan dengan media yang akan dipakai salah satunya adalah poster. Poster sebagai Media utama dengan menggunakan poster portrait ukuran 42,0 cm x 59,4 cm (A2). Pertimbangan penyesuaian media adalah untuk bisa


(2)

menyesuaikan dengan karakteristik media yang digunakan. Format media utama adalah bagaimana bisa menyajikan informasi dan tujuan kampanye yang jelas kepada masyarakat. 3.8.2 Layout

Pengembangan tata letak di setiap media bervariasi agar tidak jenuh dan dinamis. Layout dibuat dengan memadukan berbagai macam unsur grafis yang meliputi warna, bentuk, ilustrasi dan tipografi menjadi satu kesatuan. Layout disesuaikan dengan media yang akan di buat dengan mengedepankan kesan feksibel dan dinamis. Dengan penempatan headline yang disesuaikan dengan posisi visual tiap-tiap ilustrasi supaya terkesan tidak kaku. Sedangkan untuk tagline dan logo penempatanya posisinya sama pada berbagai media.

Gambar III.1 Contoh rancangan lay out visual kampanye 3.8.3 Tipografi

Tipografi yang digunakan pada setiap media disesuaikan dengan karakter media dan suasana yang akan dibangun juga mempertimbangkan dari segi keterbacaan, dan komposisi yang seimbang antara tipografi dan ilustrasi sehingga mudah dipahami. Logotype yang digunakan pada identitas kampanye ini menggunakan huruf yang dinamis dan fleksibel sehingga tidak


(3)

terlihat kaku dan formal. Jenis huruf Calibri digunakan pada logotype, tagline dan headline yang mempunyai kesan dinamis dan tidak formal.

Gambar III.2 Calibri font

Gambar III.3 Arial font

Gambar III.4 Corbel font

3.8.4 Ilustrasi

Gagasan visual yang digunakan di dalam kampanye ini menggunakan sebuah ilustrasi penggabungan beberapa unsur visual menjadi sebuah visual yang menggambarkan fungsi dan manfaat lubang resapan biopori. Dengan konsep visual mengunakan pengkiasan simbolik lubang resapan biopori, dengan memunculkan kesan lingkungan yang hijau, alami dan unsur air yang merupakan bagian dari biopori dengan penggunaan headline, tagline dan identitas kampanye.


(4)

Gambar III.5 Gambar Ilustrasi Visual Kampanye

3.8.5 Warna

Warna yang digunakan dalam logo yaitu hijau dan biru, warna hijau diambil karena lubang resapan biopori menpunyai manfaat menyuburkan tanaman dan penghijauan secara alami. dan warna biru diambil dari sifat air yang menyejukan dan segar. penggabungan kedua warna ini untuk membangun kesan natural dan dinamis.

Gambar III.6 Warna-warna dominan yang digunakan pada identitas kampanye


(5)

3.8.6 Identitas Kampanye

Kampanye penyuluhan lubang resapan biopori ini mempunyai identitas kampenye berupa logo, logo tersebut sebagai identitas dari kegiatan kampanye ini. Logo yang digunakan dalam kampanye ini yaitu merupakan sebuah penyederhanaan bentuk atau stilasi dari lubang resapan biopori. Arti logo ini yaitu biopori sebagai lubang resapan air dan tempat pengkomposan sampah organik. Visualisai air mempunyai makna serapan air dan daun sebagai simbol dari sampah organik dengan lorong-lorong biopori.


(6)

Laporan Pengantar Proyek Tugas Akhir

PERANCANGAN KAMPANYE PEMANFAATAN LUBANG

RESAPAN BIOPORI DI KOTA BANDUNG

DK 38315 Tugas Akhir Semester II 2009/2010

Oleh:

Rijal Dzurrohman Hendarsyah 51905803

Program Studi Desain Komunikasi Visual

FAKULTAS DESAIN

UNIVERSITAS KOMPUTER INDONESIA BANDUNG