Pendahuluan Proposal Penelitian Mengenai Persepsi Masyarakat Gedebage Terhadap Stadion GBLA Bandung

(1)

BAB I Pendahuluan

1.1 Latar Belakang

Kota Bandung kini telah menjadi salah satu kota metropolitan di Indonesia yang sama-sama sedang menghadapi berbagai permasalahan kompleks perkotaan. Seiring dengan perkembanganya, Kota Bandung yang telah menjadi pusat pertumbuhan ekonomi terus melakukan pembangunan. Hal ini jelas berdampak terhadap meluasnya aktivitas dan perkembangan perkotaan juga intensitas pembangunan sarana dan prasarana sebagai bagian dari

perkembangan tersebut.

Pembangunan Sarana dan Prasarana tersebut meliputi berbagai macam bangunan yang disebut juga Infrastruktur. Infrastruktur pada dasarnya

merupakan asset pemerintah yang dibangun dalam rangka pelayanan terhadap masyarakat. Prinsipnya ada dua jenis infrastruktur, yakni infrastruktur pusat dan daerah. Infrastruktur pusat adalah infrastruktur yang dibangun pemerintah pusat untuk melayani kebutuhan masyarakat dalam skala nasional, seperti jalan raya antar propinsi, pelabuhan laut dan udara, jaringan listrik, jaringan gas,

telekomunikasi dan sebagainya. Sedangkan Infrastruktur daerah adalah infrastruktur yang dibangun pemerintah daerah, seperti penyediaan air bersih, jalan khas untuk kepentingan daerah pariwisata, fasilitas publik, ruang terbuka hijau dan sebagainya.


(2)

Salah satu infrastruktur yang ini telah dibangun oleh pemerintah Kota Bandung adalah Stadion Gelora Bandung Lautan Api yang berlokasi di sebelah timur Kota Bandung, tepatnya di kecamatan Gedebage. Pembangunan proyek ini tentunya didasari berbagai macam kebijakan, baik dari segi tata ruang, dampak lingkungan maupun sosial ekonominya. Kebijakan pembangunan Stadion Gelora Bandung Lautan Api yang diambil Walikota Bandung

merupakan kebijakan populis. Kebijakan ini diyakini memiliki multiplier effect yang positif, misalnya terhadap bidang ekonomi dan parawisata.

Keberadan stadion di kawasan Gedebage diharapkan dapat menjadi nyawa perkembangan ekonoi di wilayah tersebut. Hal tersebut diutarakan oleh Walikota Bandung periode lalu kepada media massa jabarberita.com (8 Februari 2012) beliau menyampaikan harapannya terhadap dampak

pembangunan mega proyek ini bahwa jika pengelolaan stadion berjalan dengan baik dan maksimal, maka diyakini akan meningkatkan Pendapatan Asli Daerah (PAD) Kota Bandung dan juga menambah geliat perekonomian di Bandung bagian timur.

Perkembangan infrastruktur dengan pembangunan ekonomi mempunyai hubungan yang erat dan saling mempengaruhi satu sama lainya. Dalam jangka pendek pembangunan infrastruktur akan menciptakan lapangan kerja sektor konstruksi dalam jangka menengah dan panjang akan mendukung peningkatan efisiensi dan produktifitas sektor-sektor ekonomi terkait. Sehingga


(3)

pertumbuhan ekonomi, pengentasan kemiskinan, peningkatan kualitas hidup, peningkatan mobilitas barang dan jasa, serta dapat mengurangi biaya investor dalam dan luar negeri.

Dalam mendorong pembangunan infrastruktur, pemerintah sebagai aktor utama selayaknya menjaga kesinambungan investasi pembangunan

infrastruktur. Pembangunan infrastruktur sepatutnya melibatkan pihak swasta dan masyarakat demi tercapainya pembangunan yang berkesinambungan. Selayaknya juga ada kombinasi yang tepat antar infrastruktur berskala besar dan kecil untuk mencapai target pemerataan pendapatan dan penanggulangan kemiskinan. Perlu pendekatan yang lebih terpadu dalam pembangunan

infrastruktur mulai dari perencanaan sampai pelayanannya kepada masyarakat. Akan tetapi pada sektor-sektor terkait, seringkali terabaikan bahwa infrastruktur sangat mungkin memiliki dampak negatif, bukan hanya dampak positif saja.

Pembangunan stadion megah ini sangat mungkin menimbulkan peningkatan ekonomi, perkembangan dan dampak-dampak positif lainya bagi masyarakat bandung timur. Seperti halnya muncul pusat perdagangan baru, infrastruktur jalan dan lain sebagainya. Akan tetapi pembangunan stadion ini juga sangat berpotensi menimbulkan persepsi negatif seperti misalnya gangguan yang menimbulkan topophilia-rasa cemas bagi masyarakat sekitar jika sedang dilaksanakan pertandingan di stadion (Bale, 1990).

Dampak-dampak dari pembangunan stadion tersebut tidak semua dapat dipahami baik dan buruknya oleh stakeholder, developer, maupun masyarakat sekitar. Lain halnya dengan dampak negatif seperti Hooliganisme, kemacetan,


(4)

polusi, keributan hingga vandalism yang sangat mudah dirasakan dan dapat menimbulkan persepsi buruk seperti kecemasan masyarakat sekitar stadion.

Pengaruh pembangunan stadion bukan hanya mempengaruhi sisi ketidaknyamanan penduduk sekitar akan tetapi juga bisa mempengaruhi harga jual properti dan tanah di sekitar Stadion pada radius tertentu (Charles, 2005). Penelitian di FedEx Field Washington merepresentasikan teori not in my backyard (NIMBY) yang terjadi pada masyarakat metropolitan Washington. Hal ini menjadi menarik ketika di satu sisi sebagian masyarakat yang berprofesi menjadi pedagang maupun yang beralih profesi menjadi pedagang nantinya merasa diuntungkan lain halnya dengan sebagian masyarakat lainya yang malah merasa dirugikan dengan dibangunya stadion di lingkungan mereka (Davies, 2005). Penelitian yang sama menyebutkan bahwa dampak pembangunan stadion homebase Newcastle united di inggris (Churchman, 1995) yang menyatakan pertanyaan apakah dengan dibangunya stadion sepak bola kita ini akan dapat ‘dinikmati’ oleh para pemain, supporter, baikpun masyarakat di sekitar Stadion?

Penelitian ini mengambil judul:

“Persepsi Masyarakat Terhadap Pembangunan Stadion Gelora Bandung Lautan Api di Kecamatan Gedebage Kota Bandung”

1.2 Rumusan Masalah

Masyarakat merupakan salah satu stakeholder yang penting untuk dikaji persepsinya. Masyarakat merupakan entitas yang secara langsung menghadapi dinamika perubahan yang terjadi di lapangan, dalam hal ini Stadion GBLA.


(5)

Dampak langsung dari perkembangan stadion akan mempengaruhi pola kehidupan masyarakat secara ekonomi maupun sosial.

Penelitian mengenai dampak dibangunya stadion di Indonesia memang belum banyak dilakukan, akan tetapi penelitian di beberapa Negara Eropa menghasilkan data yang berbeda-beda, mulai dari yang positif hingga negatif. Hal ini yang sedikit banyak disadari oleh pemerintah daerah berdasarkan pernyataan mereka terhadap multiplier effect yang terjadi yaitu kemajuan ekonomi lokal di Kota Bandung bagian timur.

Hasil dari perumusan masalah tersebut disajikan dalam 2 pertanyaan penelitian yang mengantarkan penelitian terhadap kecenderungan persepsi yang terbentuk di masyarakat terhadap dampak pembangunan proyek Stadion Gelora Bandung Lautan Api:

1. Bagaimana persepsi masyarakat terhadap dibangunnya Stadion Gelora Bandung Lautan Api di sekitar lingkungan mereka? 2. Bagaimana harapan yang timbul dari masyarakat terhadap dibangunya Stadion Gelora Bandung Lautan Api di sekitar lingkungan mereka?

1.3 Tujuan Penelitian

Penelitian mengenai dampak pembangunan stadion gelora bandung lautan api ini bertujuan untuk mendapatkan persepsi masyarakat sekitar. Apakah masyarakat akan merasa baik-baik saja dengan segala kemungkinan positif dan negatifnya seperti adanya kesempatan berdagang atau malah sebaliknya. Disisi lain masyarakat juga berkesempata untuk memiliki persepsi


(6)

lain. Seperti penurunan harga tanah dan properti ataupun terhadap implikasi lain seperti hooliganism, vandalism, kemacetan, keributan, bising dan juga polusi.

Selain itu, hal yang juga perlu diperhatikan ialah sejauh mana pemahaman masyarakat terhadap suatu proyek pembangunan yang akan

mempengaruhi tatanan kehidupan dan lingkungan mereka. Sejauh mana mereka mengetahui dampak dan manfaat yang dapat mereka peroleh dari adanya stadion tersebut.

Dari uraian diatas dapat disimpulkan bahwa tujuan penelitian ini yaitu: 1. Mengetahui persepsi masyarakat, Kota Bandung terhadap

dibangunya Stadion Gelora Bandung Lautan Api di sekitar lingkungan tempat tinggal mereka.

2. Mengetahui harapan masyarakat Kecamatan Gedebage terhadap dibangunya Stadion Gelora Bandung Lautan Api di sekitar lingkungan mereka.

1.4 Kegunaan Penelitian

1. Sebagai salah satu syarat kelulusan di Fakultas Geografi, Universitas Gadjah Mada.

2. Sebagai sumber data dan informasi bagi pihak yang terkait dengan pengembangan wilayah di bidang ekonomi dan social yang

berkaitan dengan pembangunan infrastruktur khususnya stadion. 3. Sebagai bahan masukan bagi pemerintah dalam melaksanakan

pembangunan sarana dan prasarana di Kecamatan Gedebage maupun lingkup Kota Bandung.


(7)

4. Sebagai referensi bagi penelitian serupa berikutnya.

1.5 Tinjauan Pustaka 1.5.1 Geografi

Geografi merupakan ilmu yang mempelajari hubungan kausal gejala dan peristiwa yang ada di muka bumi baik fisik maupun yang menyangkut mahluk hidup berserta permasalahannya melalui pendekatan keruangan (spasial), pendekatan lingkungan (ekologi), dan pendekatan kompleks wilayah. (Bintarto dan Surastopo, 1979). Secara rinci, ketiga pendekatan tersebut dijelaskan oleh Yunus (2005) dalam Manajemen Perspektif Spasial sebagai berikut:

1. Pendekatan Keruangan (Spasial)

Merupakan suatu pendekatan yang mempelajari fenomena geosfer dengan menggunakan ruang sebagai media analisis.

Dimensi keruangan yang dimunculkan lebih menonjolkan sebaran, pola, struktur, organisasi, proses, tendensi, asosiasi, interaksi, elemen-elemen geosfer dalam suatu hamparan bidang permukaan bumi, sehingga penekanan analisis adalah perbandingan keunikan variasi lokasional ruang.

2. Pendekatan Lingkungan (Ekologi).

Merupakan suatu pendekatan dengan penekanan pada elaborasi secara intens tentang keterkaitan elemen-elemen


(8)

Oleh karena itu, manusia menjadi fokus analisis dan menekankan manusia sebagai mahluk berbudaya dan berbagai aspek

kehidupannya (tingkah laku, persepsi dan kegiatan). Terdapat beberapa tema yang dikembangkan dalam pendekatan ekologi, yaitu keterkaitan antar manusia (behavior dan perception) dengan elemen lingkungan, keterkaitan antara kegiatan manusia dengan lingkungan, serta keterkaitan antara phsycho-artificial features dengan elemen-elemen lingkungan.

3. Pendekatan Kompleks Wilayah

Pendekatan ini dikembangkan sebagai bentuk penggabungan antara pendekatan spasial dan pendekatan ekologi. Pendekatan ini didasarkan pada pemahaman mengenai keberadaan suatu wilayah sebagai suatu system, dimana di dalamnya terdapata subsistem-subsistem serta elemen-elemen wilayah yang saling terkait.

1.5.2 Persepsi

Berdasarkan Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI), persepsi adalah tanggapan (penerimaan) langsung dari sesuatu. Proses seseorang mengetahui beberapa hal melalui panca inderanya. Suharman (2005: 23) menyatakan bahwa persepsi merupakan suatu proses interpretasi

informasi yang diperoleh melalui sistem panca indera manusia dan terdapat tiga aspek dalam persepsi yang dianggap relevan dengan kognisi manusia, yaitu pencatatan indera, pengenalan pola, dan perhatian.


(9)

Sugihartono, dkk (2007: 8) juga mengemukakan bahwa persepsi adalah kemampuan otak memproses stimulus yang masuk ke dalam alat indera manusia. Sementara itu, Jalaludin Rakhmat (2007: 51) mengatakan bahwa persepsi adalah pengamatan tentang objek, peristiwa atau hubungan-hubungan yang diperoleh dengan menyimpulkan informasi dan menafsirkan pesan.

Waidi (2006: 118) mengungkapkan bahwa persepsi seseorang tergantung dari sudut pandangnya dalam menginterpretasikan objek atau masalah dengan menggunakan alat indera yang dimilikinya dan kemudian berusaha untuk menafsirkannya. Persepsi dapat diibaratkan sebagai sebuah berkas yang telah tersimpan rapi di dalam alam pikiran bawah sadar suatu individu setelah menerima suatu informasi, kemudian muncul ketika terdapat stimulus yang merangsangnya.

Bimo Walgito (1985) mengungkapkan bahwa persepsi merupakan suatu proses pengorganisasian, penginterpretasian terhadap stimulus yang diterima oleh organisme atau individu sehingga menjadi sesuatu yang berarti, dan merupakan aktivitas yang terintregasi dalam diri individu.

Berdasarkan pengertian persepsi dari beberapa ahli tersebut, maka dapat disimpulkan bahwa persepsi merupakan suatu proses dimulai dari interpretasi terhadap objek, masalah atau informasi yang diterima panca indera manusia yang kemudian diolah dalam pikiran manusia hingga terbentuk suatu respon atau tanggapan dari objek, masalah, atau informasi tersebut.


(10)

.5.3 Masyarakat

Masyarakat merupakan penduduk sekitar yang akan terkena dampak secara langsung maupun tidak langsung terkait dengan pengambilan kebijakan, isu atau masalah.

Tokoh masyarakat merupakan anggota dari suatu kelompok masyarakat yang oleh masyarakat ditokohkan dan dianggap sebagai wakil aspirasi masyarakat daerah tersebut.

.5.4 Konsep Pengembangan dan Pembangunan

Syarat dasar untuk pembangunan wilayah adalah tingkat pengadaan modal pembangunan yang seimbang dengan pertambahan penduduk. Bertambahnya infrastruktur dan perbaikannya oleh pemerintah daerah diharapkan akan memacu pertumbuhan ekonomi daerah.

Pembangunan sarana dan prasarana oleh pemerintah daerah berpengaruh positif pada pertumbuhan ekonomi (Kuncoro, 2004)

Pada hakekatnya pengembangan (development) merupakan upaya untuk memberi nilai tambah dari apa yang dimiliki untuk meningkatkan kualitas hidup. Pembangunan atau pengembangan, dalam arti


(11)

oleh apa yang dimiliki manusianya, dalam hal ini penduduk setempat. Sebaliknya, pengembangan itu adalah kemampuan yang ditentukan oleh apa yang dapat mereka lakukan dengan apa yang mereka miliki, guna meningkatkan kualitas hidupnya, dan juga kualitas hidup orang lain. Jadi, pengembangan harus diartikan sebagai keinginan untuk memperoleh perbaikan, serta kemampuan untuk merealisasikannya.

Jadi pengembangan wilayah itu tidak lain dari usaha

mengkombinasikan sumberdaya alam, manusianya, dan teknologi secara harmonis dengan memperhitungkan daya tampung lingkungan itu sendiri.

Perkembangan suatu wilayah terkait erat dengan potensi-potensi yang mempengaruhi wilayah tersebut. Dengan demikian sangat sering kita jumpai perbedaan tingkat perkembangan antar wilayah dikarenakan pemanfaatan potensi wilayah yang berbeda juga.

Dalam model-model ekonomi makro disebutkan bahwa ekonomi penentu intern pertumbuhan wilayah adalah modal, tenaga kerja, tanah (sumberdaya alam), dan sistem sosio-politik, sedangkan menurut model ekspor pertumbuhan, industri ekspor dan kenaikan permintaan adalah penentu pokok pertumbuhan wilayah yang bersifat ekstern (Sirojuzilam, 2005).

Rondineli (1985) mengungkapkan indeks tingkat perkembangan wilayah dapat dilihat secara sederhana dalam tiga indikator, yaitu:


(12)

1. Karakteristik sosial ekonomi dan demografi, diukur melalui pendapatan perkapita, kebutuhan fisik minimum, produk domestic bruto, investasi, jumlah penduduk, pertumbuhan penduduk, kepadatan penduduk, usia harapan hidup, tingkat kematian bayi per 1000 penduduk, jumlah fasilitas kesehatan. 2. Kontribusi industri dan produksi pertanian diukur melalui

persentase penyerapan tenaga kerja, jumlah perusahaan komersial, luas total lahan pertanian, produktivitas pertanian, luas lahan sawah, luas lahan pertanian untuk hidup layak. 3. Transportasi diukur melalui kualitas jalan, kepadatan jalan,

tipe jalan dan panjang jalan.

Pada umumnya pengembangan wilayah dapat dikelompokkan menjadi usaha-usaha mencapai tujuan bagi kepentingan-kepentingan di dalam kerangka azas:

1. Sosial

Usaha-usaha mencapai pemenuhan kebutuhan-kebutuhan dan peningkatan kualitas hidup serta peningkatan kesejahteraan individu, keluarga, dan seluruh masyarakat di dalam wilayah itu diantaranya dengan mengurangi pengangguran dan menyediakan lapangan kerja serta menyediakan prasarana-prasarana kehidupan yang baik seperti pemukiman, papan,


(13)

fasilitas transportasi, kesehatan, sanitasi, air minum dan lainnya.

2. Ekonomi

Usaha-usaha mempertahankan dan memacu perkembangan dan pertumbuhan ekonomi yang memadai untuk

mempertahankan kesinambungan dan perbaikan kondisi-kondisi ekonomis yang baik bagi kehidupan dan

memungkinkan pertumbuhan kearah yang lebih baik. 3. Wawasan Lingkungan

Pencegahan kerusakan dan pelestarian lingkungan terhadap kesetimbangan lingkungan. Aktivitas sekecil apapun dari manusia yang mengambil sesuatu dari, atau memanfaatkan potensi alam, sedikit banyak akan mempengaruhi

kesetimbangannya, yang apabila tidak diwaspadai dan dilakukan penyesuaian terhadap dampak-dampak yang terjadi akan menimbulkan kerugian bagi kehidupan manusia,

khususnya akibat dampak yang dapat bersifat tak berubah lagi (irreversible changes).

Untuk mencegah hal-hal ini maka di dalam melakukan pengembangan wilayah, program-programnya harus


(14)

menjaga kesetimbangan dan mempertahankan kelestarian alam (Mulyanto, 2008).

1.1 Infrastruktur Stadion

Infrastruktur merujuk pada sistem fisik yang menyediakan transportasi, pengairan, drainase, bangunan-bangunan gedung dan fasilitas publik yang lain yang dibutuhkan untuk memenuhi kebutuhan dasar manusia dalam lingkup sosial dan ekonomi (Grigg, dkk 1988).

Infrastruktur adalah aset fisik yang dirancang dalam sistem sehingga memberikan pelayanan publik yang penting. Grigg (2000) menggambarkan secara sederhana hubungan antara infrastruktur dengan sistem sosial, ekonomi, dan lingkungan dalam bentuk diagram. Diagram yang digambarkan Grigg menunjukkan bahwa secara ideal lingkungan alam merupakan pendukung dari sistem infrastruktur, dan sistem ekonomi didukung oleh sistem infrastruktur. Sistem sosial sebagai objek dan sasaran didukung oleh sistem ekonomi.

Social system Economics system Physical infrastructure

Gambar 1. Hubungan infrastruktur dengan sistem sosial, ekonomi, dan lingkungan


(15)

1.2 Multiplier Effect

Teori multiplier effect menyatakan bahwa suatu kegiatan akan dapat memacu timbulnya kegiatan lain (Glasson, 1990). Berdasarkan teori ini dapat dijelaskan bahwa kegiatan ekonomi dari stadion akan memicu timbulnya aktivitas lain seperti perdagangan dan peningkatan jasa (akomodasi dan transportasi), dan lain sebagainya, sehingga pendapatan dan kegiatan masyarakat semakin bertambah dan variatif. Multiplier effect disini berkaitan dengan pengembangan perekonomian suatu daerah. Makin banyak kegiatan yang timbul maka semakin tinggi pula dinamisasi suatu wilayah yang pada akhirnya meningkatkan pengembangan wilayah. 1.6 Fokus Penelitian

Penelitian ini difokuskan pada persepsi masyarakat sekitar Stadion Gelora Bandung Lautan Api mengenai dampak pembangunan stadion terhadap perkembangan social ekonomi masyarakat. Secara khusus peelitian ini mencari tahu penjababaran dari pembangunan stadion apakah lebih banyak persepsi positif atau negative dari masyarakat. Masyarakat sekitar stadion disini yaitu yang berada di Kelurahan Rancanumpang dan Cimincrang, Kecamatan Gedebage, Kota Bandung.

1.7 Keranga pemikiran

Kerangka pemikiran yang melandasi penelitian ini adalah untuk mengetahui dasar-dasar persepsi yang terbangun di benak masyarakat terhadap dampak pembangunan Stadion Gelora Bandung Lautan Api.


(16)

Seberapa besar pengaruh yang dirasakan oleh masyarakat secara langsung maupun tidak langsung dengan adanya infrastruktur Stadion yang

dibangun di sekitar lingkunganya. Selebihnya penelitian ini mencoba mendeskripsika bentuk harapan masyarakat yang timbul karena dibangunya stadion di lingkungan mereka


(1)

oleh apa yang dimiliki manusianya, dalam hal ini penduduk setempat. Sebaliknya, pengembangan itu adalah kemampuan yang ditentukan oleh apa yang dapat mereka lakukan dengan apa yang mereka miliki, guna meningkatkan kualitas hidupnya, dan juga kualitas hidup orang lain. Jadi, pengembangan harus diartikan sebagai keinginan untuk memperoleh perbaikan, serta kemampuan untuk merealisasikannya.

Jadi pengembangan wilayah itu tidak lain dari usaha

mengkombinasikan sumberdaya alam, manusianya, dan teknologi secara harmonis dengan memperhitungkan daya tampung lingkungan itu sendiri.

Perkembangan suatu wilayah terkait erat dengan potensi-potensi yang mempengaruhi wilayah tersebut. Dengan demikian sangat sering kita jumpai perbedaan tingkat perkembangan antar wilayah dikarenakan pemanfaatan potensi wilayah yang berbeda juga.

Dalam model-model ekonomi makro disebutkan bahwa ekonomi penentu intern pertumbuhan wilayah adalah modal, tenaga kerja, tanah (sumberdaya alam), dan sistem sosio-politik, sedangkan menurut model ekspor pertumbuhan, industri ekspor dan kenaikan permintaan adalah penentu pokok pertumbuhan wilayah yang bersifat ekstern (Sirojuzilam, 2005).

Rondineli (1985) mengungkapkan indeks tingkat perkembangan wilayah dapat dilihat secara sederhana dalam tiga indikator, yaitu:


(2)

1. Karakteristik sosial ekonomi dan demografi, diukur melalui pendapatan perkapita, kebutuhan fisik minimum, produk domestic bruto, investasi, jumlah penduduk, pertumbuhan penduduk, kepadatan penduduk, usia harapan hidup, tingkat kematian bayi per 1000 penduduk, jumlah fasilitas kesehatan. 2. Kontribusi industri dan produksi pertanian diukur melalui

persentase penyerapan tenaga kerja, jumlah perusahaan komersial, luas total lahan pertanian, produktivitas pertanian, luas lahan sawah, luas lahan pertanian untuk hidup layak. 3. Transportasi diukur melalui kualitas jalan, kepadatan jalan,

tipe jalan dan panjang jalan.

Pada umumnya pengembangan wilayah dapat dikelompokkan menjadi usaha-usaha mencapai tujuan bagi kepentingan-kepentingan di dalam kerangka azas:

1. Sosial

Usaha-usaha mencapai pemenuhan kebutuhan-kebutuhan dan peningkatan kualitas hidup serta peningkatan kesejahteraan individu, keluarga, dan seluruh masyarakat di dalam wilayah itu diantaranya dengan mengurangi pengangguran dan menyediakan lapangan kerja serta menyediakan prasarana-prasarana kehidupan yang baik seperti pemukiman, papan,


(3)

fasilitas transportasi, kesehatan, sanitasi, air minum dan lainnya.

2. Ekonomi

Usaha-usaha mempertahankan dan memacu perkembangan dan pertumbuhan ekonomi yang memadai untuk

mempertahankan kesinambungan dan perbaikan kondisi-kondisi ekonomis yang baik bagi kehidupan dan

memungkinkan pertumbuhan kearah yang lebih baik. 3. Wawasan Lingkungan

Pencegahan kerusakan dan pelestarian lingkungan terhadap kesetimbangan lingkungan. Aktivitas sekecil apapun dari manusia yang mengambil sesuatu dari, atau memanfaatkan potensi alam, sedikit banyak akan mempengaruhi

kesetimbangannya, yang apabila tidak diwaspadai dan dilakukan penyesuaian terhadap dampak-dampak yang terjadi akan menimbulkan kerugian bagi kehidupan manusia,

khususnya akibat dampak yang dapat bersifat tak berubah lagi (irreversible changes).

Untuk mencegah hal-hal ini maka di dalam melakukan pengembangan wilayah, program-programnya harus


(4)

menjaga kesetimbangan dan mempertahankan kelestarian alam (Mulyanto, 2008).

1.1 Infrastruktur Stadion

Infrastruktur merujuk pada sistem fisik yang menyediakan transportasi, pengairan, drainase, bangunan-bangunan gedung dan fasilitas publik yang lain yang dibutuhkan untuk memenuhi kebutuhan dasar manusia dalam lingkup sosial dan ekonomi (Grigg, dkk 1988).

Infrastruktur adalah aset fisik yang dirancang dalam sistem sehingga memberikan pelayanan publik yang penting. Grigg (2000) menggambarkan secara sederhana hubungan antara infrastruktur dengan sistem sosial, ekonomi, dan lingkungan dalam bentuk diagram. Diagram yang digambarkan Grigg menunjukkan bahwa secara ideal lingkungan alam merupakan pendukung dari sistem infrastruktur, dan sistem ekonomi didukung oleh sistem infrastruktur. Sistem sosial sebagai objek dan sasaran didukung oleh sistem ekonomi.

Social system Economics system Physical infrastructure

Gambar 1. Hubungan infrastruktur dengan sistem sosial, ekonomi, dan lingkungan


(5)

1.2 Multiplier Effect

Teori multiplier effect menyatakan bahwa suatu kegiatan akan dapat memacu timbulnya kegiatan lain (Glasson, 1990). Berdasarkan teori ini dapat dijelaskan bahwa kegiatan ekonomi dari stadion akan memicu timbulnya aktivitas lain seperti perdagangan dan peningkatan jasa (akomodasi dan transportasi), dan lain sebagainya, sehingga pendapatan dan kegiatan masyarakat semakin bertambah dan variatif. Multiplier effect disini berkaitan dengan pengembangan perekonomian suatu daerah. Makin banyak kegiatan yang timbul maka semakin tinggi pula dinamisasi suatu wilayah yang pada akhirnya meningkatkan pengembangan wilayah. 1.6 Fokus Penelitian

Penelitian ini difokuskan pada persepsi masyarakat sekitar Stadion Gelora Bandung Lautan Api mengenai dampak pembangunan stadion terhadap perkembangan social ekonomi masyarakat. Secara khusus peelitian ini mencari tahu penjababaran dari pembangunan stadion apakah lebih banyak persepsi positif atau negative dari masyarakat. Masyarakat sekitar stadion disini yaitu yang berada di Kelurahan Rancanumpang dan Cimincrang, Kecamatan Gedebage, Kota Bandung.

1.7 Keranga pemikiran

Kerangka pemikiran yang melandasi penelitian ini adalah untuk mengetahui dasar-dasar persepsi yang terbangun di benak masyarakat terhadap dampak pembangunan Stadion Gelora Bandung Lautan Api.


(6)

Seberapa besar pengaruh yang dirasakan oleh masyarakat secara langsung maupun tidak langsung dengan adanya infrastruktur Stadion yang

dibangun di sekitar lingkunganya. Selebihnya penelitian ini mencoba mendeskripsika bentuk harapan masyarakat yang timbul karena dibangunya stadion di lingkungan mereka