Persepsi masyarakat mengenai perilaku bullying.

(1)

DAN KECERDASAN EMOSI PADA REMAJA

Agnes Wijaya

Abstrak

Penelitian ini bertujuan untuk melihat hubungan antara intensitas penggunaan situs jejaring sosial dan kecerdasan emosi pada remaja. Hipotesis yang dirumuskan dalam penelitian ini, yaitu terdapat hubungan negatif antara intensitas penggunaan Situs Jejaring Sosial dan kecerdasan emosi pada remaja. Jenis penelitian yang digunakan adalah penelitian kuantatif dengan teknik analisis data spearman Rho untuk menguji korelasi kedua variabel. Responden penelitian adalah 221 remaja dengan rentang usia 13-18 tahun. Hasil penelitian menunjukkan bahwa terdapat hubungan negatif yang signifikan (p < 0.05) antara intensitas penggunaan Situs Jejaring Sosial dan kecerdasan emosi pada remaja.


(2)

Emotional Intelligence among Adolescents

Agnes Wijaya

Abstract

The purpose of this research is to determine the correlation between the intensity of Social Networking Sites usage and adolescenceemotional intelligence. This research hypothesis is, there is a negative correlation between the intensity of Social Networking Sites usage and adolescence emotional intelligence. This research is quantitative research that using spearman rho as its analysis data technique. Respondents are 221 teenagers(13 to 18 years old). The result shows that there is significance (p < 0.05) negative correlation between the intensity of Social Networking Sites usage and adolescence emotional intelligence.


(3)

PERSEPSI MASYARAKAT MENGENAI PERILAKU BULLYING

Skripsi

Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Syarat

Memperoleh Gelar Sarjana Psikologi

Program Studi Psikologi

Disusun Oleh :

Grace Kristiana Susanto

NIM : 109114049

PROGRAM STUDI PSIKOLOGI JURUSAN PSIKOLOGI FAKULTAS PSIKOLOGI

UNIVERSITAS SANATA DHARMA YOGYAKARTA


(4)

SKRIPSI

PERSEPSI MASYARAKAT MENGENAI PERILAKU BULLYING

Oleh:

Grace Kristiana Susanto 109114049

Telah Disetujui oleh:

Dosen Pembimbing,


(5)

iii


(6)

“He hath made every thing beautiful in His time”

~Ecclesiastes 3:11a~

“Not all of us can do great things, but we can do small

things with great love”

~Mother Theresa~

Ther e is no elevat or t o success. You have t o t ake t he

st air s. NN

Do what you have to do until you can do what you

want to do. `Oprah Winfrey`

Believe in yourself dan you will be unstoppable.

NN


(7)

v

Untuk Tuhan Yesus Kristus yang telah

memberikan kehidupan, biarlah melalui

karya ini nama-Mu dimuliakan

Untuk yang terkasih Papa, Mama, dan Aldo

yang selalu memberikan dukungan tiada


(8)

HALAMAN PERNYATAAN KEASLIAN KARYA

Saya menyatakan dengan kesungguhan hati bahwa karya ini tidak memuat karya

orang lain kecuali yang tercantum dalam sumber acuan dan daftar pustaka

selayaknya karya ilmiah.

Yogyakarta,


(9)

vii

PERSEPSI MASYARAKAT MENGENAI PERILAKU BULLYING

Grace Kristiana Susanto

ABSTRAK

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui bagaimana persepsi masyarakat mengenai perilaku bullying yang terjadi di Indonesia. Penelitian ini dilakukan karena banyak dari masyarakat di Indonesia yang sering memandang sebelah mata perilaku bullying serta belum banyak penelitian mengenai perilaku bullying di Indonesia. Penelitian ini menggunakan metode interpretative phenomenological analysis (IPA). Metode tersebut bertujuan untuk mengeksplorasi secara mendetail cara responden untuk memaknai situasi atau kondisi tertentu dalam kehidupan sosialnya. Penelitian ini melibatkan delapan responden yang dibagi menjadi empat kelompok yaitu, korban, pelaku, orangtua, dan guru BK. Pengambilan data diawali dengan penyajian dua video dan dilanjutkan dengan beberapa pertanyaan semi terstuktur. Hasil dari penelitian menunjukkan bahwa menurut responden perilaku bullying merupakan perilaku yang muncul karena adanya perbedaan kekuatan antara pelaku dan korban, perilaku berulang, dan perilaku yang bersifat fisik. Responden tidak menggunakan istilah bullying untuk menyebutkan perilaku bullying tetapi langsung menyebutkan bentuk-bentuk dari perilaku bullying seperti fitnah dan kenakalan. Kata kunci : bullying, persepsi


(10)

PERCEPTIONS OF REGARDING THE BULLYING

Grace Kristiana Susanto

Abstract

This study aimed to see how perceptions of regarding the bullying that occurred in indonesia .The study was done because many of the people in indonesia often see the eyes behavior bullying and are not research regarding the bullying in indonesia .This research used the method interpretative phenomenological analysis ( IPA ) .This method aimed at to explore in detail way of respondents to perceive situation or a specific condition in the life of social .This research involved eight respondents who were divided into four group that is , victims , bullies , parents , and counseling teacher .The data was preceded by presentation of two video and followed by semi-structure interview. The result of research showed that according to respondents behavior bullying is behavior that shows up because of differences in strength between bullies and victims , repeated behavior , and behavior as physical .Respondents wasn’t using the term bullying to mention behavior bullying is directly said forms of behavior bullying as slanderous and misbehavior


(11)

ix

LEMBAR PERNYATAAN PERSETUJUAN

PUBLIKASI KARYA ILMIAH UNTUK KEPENTINGAN AKADEMIS

Yang bertanda tangan di bawah ini, saya mahasiswa Universitas Sanata Dharma

Nama : Grace Kristiana Susanto Nomor Mahasiswa : 109114049

Demi pengembangan ilmu pegetahuan, saya memberikan kepada Perpustakaan Universitas Sanata Dharma karya ilmiah saya yang berjudul:

PERSEPSI MASYARAKAT MENGENAI PERILAKU BULLYING

Dengan demikian saya memberikan kepada Perpustakaan Universitas Sanata Dharma hak untuk menyimpan, mengalihkan dalam bentuk media lain, mengelolanya di internet atau media lain untuk kepentingan akademis tanpa perlu meminta ijin dari saya maupun memberikan royalti kepada saya selama tetap mencantumkan nama saya sebagai penulis.

Demikian pernyataan ini yang saya buat dengan sebenarnya.

Dibuat di Yogyakarta Pada tanggal,

Yang menyatakan,


(12)

KATA PENGANTAR

Puji syukur kepada Tuhan Yesus Kristus atas rahmat karunia berlimpah

yang telah diberikan kepada penulis sehingga skripsi ini dapat terselesaikan

dengan baik.

Penulis menyadari ada banyak pihak yang telah berkontribusidalam proses

penulisan skripsi ini. Oleh karena itu, pada kesempatan ini penulis ingin

mengucapkan terima kasih kepada:

1. Ibu Dr. Tjipto Susana M.Si. selaku Dosen Pembimbing Skripsi. Terima

kasih atas bimbingan dan kesabaran Ibu selama ini.

2. Bapak YB. Cahya Widiyanto, Ph.D. selaku Dosen Penguji. Terima kasih

atas masukkannya untuk skripsi saya.

3. Ibu Sylvia Carolina MYM,. M.Si. selaku Dosen Penguji. Terima kasih atas

masukkannya untuk skripsi saya.

4. Bapak Dr. Tarsisius Priyo Widiyanto, M.Si. selaku Dekan Fakultas

Psikologi Universitas Sanata Dharma.

5. Ibu Ratri Sunar Astuti, M.Si. selaku Kepala Program Studi Fakultas

Psikologi Universitas Sanata Dharma.

6. Ibu Dra Lusia Pratidarmanastiti selaku Dosen Pembimbing Akademik.

Terima kasih atas segala petuah-petuah yang ibu berikan.

7. Seluruh dosen Fakultas Psikologi Universitas Sanata Dharma yang telah

memberikan banyak ilmu selama saya mengikuti proses perkuliahan dari


(13)

xi

8. Segenap staff Fakultas Psikologi dan Perpustakaan Universitas Sanata

Dharma yang telah memberi banyak bantuan kepada saya selama proses

perkuliahan.

9. Untuk Papa Edi Susanto Lono dan Mama Rina Magdalena, orangtua yang

tidak pernah lelah untuk memberikan semangat dan dukungan secara moril

maupun materiil. Terima kasih untuk segalanya. Untuk adikku

satu-satunya Leonardo Theo Susanto, terima kasih untuk selalu menjadi adik

yang berguna untuk kakaknya.

10. Untuk Adelbertus Reynard Bai. Terima kasih untuk semuanya.

11. Untuk para responden yang telah memberikan waktu dan pemikirannya

dalam penelitian kali ini.

12. Untuk yang tersayang My Support System, Wuri yang selalu ada untuk

berbagi rasa, Yovidia yang selalu memberikan keceriaan, Bianca yang

selalu memberikan pandangan-pandangan baru, dan Fiona yang sudah

menjadi pribadi yang objektif. Sayang kalian semua. Sukses selalu ya

gengs.

13. Untuk Mbak Thia yang selalu menjadi pendengar yang baik, Pak Toni

yang selalu memberikan ketegangan dan keceriaan di kantor, Pak Adi

yang sudah memberikan kesempatan untuk belajar di P2TKP, Pak Tius

yang sudah mau berdinamika selama saya belajar di P2TKP, dan Sr Dewi

yang sudah mau menjadi tempat berkeluh kesah. Terima kasih untuk


(14)

14. Untuk teman-teman asisten P2TKP seperjuangan, Rika, Anin, Anju, Lito,

Bella, Christy, Ester, Pudar, Ardi, Lukas, Natasya, terima kasih untuk

kebersamaannya selama 2 tahun kita berkembang bersama menjadi pribadi

yang jauh lebih baik dari sebelumnya. Untuk adik2 asisten lainnya, Pipit,

Sasha, Jejes, Cia, Retha, Stanis, Lenny, Tiara, Dimas, Estu. Terima kasih

untuk dinamika selama 1 tahun ini kita belajar bersama untuk saling

mengenal dan menyayangi.

15. Untuk teman-teman seangkatan seperjuangan Sr. Petra, Vivid, Tirza,

terima kasih untuk kebersamaannya selama ini.

Penulis menyadari bahwa Skripsi ini masih jauh dari sempurna, oleh

karena itu saran dan kritik yang membangun sangat penulis harapkan untuk

menyempurnakan skripsi ini.Akhir kata, semoga skripsi ini dapat bermanfaat dan

menjadi sumbangan dalam perkembangan ilmu pengetahuan.Terimakasih.

Penulis,


(15)

xiii

DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL ... i

LEMBAR PERSETUJUAN DOSEN PEMBIMBING ... ii

LEMBAR PENGESAHAN ... iii

HALAMAN MOTTO DAN PERSEMBAHAN... iv

HALAMAN PERNYATAAN KEASLIAN KARYA ... v

ABSTRAK ... vi

ABSTRACT ... vii

LEMBAR PERSETUJUAN PIBLIKASI ... viii

KATA PENGANTAR ... ix

DAFTAR ISI ... xii

DAFTAR LAMPIRAN ... xvi

DAFTAR TABEL ... xvii

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang ... 1

B. Rumusan Masalah ... 7

C. Tujuan Penelitian ... 7

D. Manfaat Penelitian ... 7

1. Manfaat Teoritis ... 7

2. Manfaat Praktis ... 7

BAB II


(16)

A. Perilaku Bullying ... 8

1. Pengertian Bullying ... 8

2. KarakteristikBullying ... 9

3. Bentuk-Bentuk Bullying ... 10

4. Komponen Perilaku Bullying ... 12

5. Faktor-faktor Penyebab Terjadinya Perilaku Bullying ... 15

6. Dampak Perilaku Bullying ... 15

B. Perilaku Agresi ... 17

1. Pengertian Agresi ... 17

2. Jenis-jenis Agresi ... 18

3. Faktor-faktor penyebab Terjadinya Agresi ... 20

C. Perilaku Kekerasan ... 22

1. Pengertian Kekerasan ... 22

2. Rentang Respon Ekspresi Marah ... 23

D. Perbedaan Antara Bullying, Agresi, dan Kekerasan ... 23

E. Persepsi ... 24

1. Pengertian Persepsi ... 24

2. Proses Terjadinya Persepsi ... 25

3. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Persepsi ... 26

F. Dinamika Persepsi Masyarakat terhadap Perilaku Bullying ... 27

BAB III METODE PENELITIAN A. Jenis Penelitian ... 29


(17)

xv

B. Responden Penelitian ... 29

1. Pelaku Bullying ... 30

2. Korban Bullying ... 30

3. Orangtua ... 30

4. Guru Bimbingan Konseling (BK) ... 31

C. Metode Pengumpulan Data ... 32

D. Metode Analisi Data ... 34

E. Verivikasi Penelitian ... 36

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN A. Pelaksanaan Penelitian ... 37

B. Identitas Responden Penelitian ... 41

C. Diskripsi Hasil ... 44

1. Definisi Perilaku Bullying ... 45

2. Bentuk Perilaku Bullying ... 48

3. Penyebab Perilaku Bullying ... 52

4. Dampak Perilaku Bullying ... 59

5. Temuan Lain dalam Wawancara ... 71

D. Pembahasan ... 72

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN A. Kesimpulan ... 78


(18)

C. Saran ... 80

DAFTAR PUSTAKA ... 82 LAMPIRAN ... 84


(19)

xvii

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1. Informed Consern ... 85

Lampiran 2. Lembar Persetujuan Wawancara ... 86

Lampiran 3. Transkrip Wawancara Responden 1 ... 87

Lampiran 4. Transkrip Wawancara Responden 2 ... 108

Lampiran 5. Transkrip Wawancara Responden 3 ... 115

Lampiran 6. Transkrip Wawancara Responden 4 ... 122

Lampiran 7. Transkrip Wawancara Responden 5 ... 128

Lampiran 8. Transkrip Wawancara Responden 6 ... 137

Lampiran 9. Transkrip Wawancara Responden 7 ... 151


(20)

DAFTAR TABEL

Tabel 1. Kategori bentuk-bentuk perilaku bullying ... 11

Tabel 2. Daftar Pertanyaan Wawancara ... 34

Tabel 3. Persiapan Pengambilan Data ... 37

Tabel 4. Pelaksanaan Wawancara ... 40

Tabel 5. Keterangan Identitas Responden ... 44


(21)

1

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Perilaku bullying sangat marak terjadi di dunia. Menurut survey

Latitude News pada tahun 2012 terhadap 40 negara, Indonesia masuk ke dalam urutan ke-2 dari 5 negara yang melakukan bullying tertinggi di dunia.

Dengan adanya survey tersebut, Indonesia termasuk negara yang rawan

dengan perilaku bullying. Selain itu, menurut Komisi Perlindungan Anak

Indonesia (KPAI) terdapat 369 pengaduan terkait dengan masalah bullying

mulai pada bulan Januari 2011 hingga Agustus 2014. Pengaduan tersebut

merupakan bentuk pengaduan tertinggi di bidang pendidikan yaitu 25% dari

total pengaduan sebanyak 1.480 pengaduan (“Aduan Bullying Tertinggi”,

2014). Fakta-fakta yang ada di masyarakat mengenai perilaku bullying sangat

banyak. Kelompok Nero atau yang sering disebut gank Nero pada tahun

2008 sering dikabarkan melibatkan siswi-siswi SMP untuk melakukan

bullying. Kelompok tersebut menampar korban secara bergantian serta meludahi korbannya.Selain itu, perilaku bullying sangat terlihat pada masa

Orientasi Studi dan Pengenalan Kampus (OSPEK) pada Perguruaan

Tinggi.Kasus IPDN adalah kasus yang paling diingat karena kasus tersebut

mengakibatkan beberapa korban jiwa yang merupakan mahasiswa baru pada

Institusi tersebut.

Pada tingkat Internasional, kasus bullying juga sering terjadi.Individu


(22)

2014).Redheads merupakan sebutan bagi individu yang memiliki warna

rambut merah. Individu tersebut merupakan korban yang paling mudah untuk

menjadi sasaran perilaku bullying. Hal tersebut diperkuat oleh penelitian yang

dilakukan oleh Kevin O’Regan pada tahun 2013 di University College Cork.

Ia menyebutkan bahwa lebih dari 90% anak laki-laki lebih mudah menjadi

korban bullying karena warna rambutnya yang merah. Sebutan lain bagi

individu tersebut adalah ginger.

Ducan (1999) menyatakan bahwa bullying dapat menimbulkan efek

negatif sehinggga bullying dapat dikatakan sebagai perilaku agresif.Beberapa

orang sering menyamakan perilaku bullying dengan perilaku agresif.Perilaku

bullying dan agresif memiliki perbedaan namun perbedaan tersebut sangat tipis.Agresivitas merupakan perilaku yang wajar dilakukan oleh manusia.

Menurut Baron (dalam Koeswara, 1988), agresif merupakan perilaku yang

dilakukan oleh individu yang memilki tujuan untuk melukai orang lain. Selain

itu, Myer (dalam Adriani, 1985) mengatakan bahwa perilaku agresif

merupakan perilaku yang melukai orang lain secara fisik maupun verbal.

Berkowitz (1987) menjelaskan bahwa perilaku agresif adalah perilaku yang

dapat menyakiti orang lain secara fisik maupun psikologis. Pendapat lain

dikemukakan oleh Murray (dalam Lidnzey, 1981), perilaku agresif

merupakan cara seseorang untuk melawan atau menghukum orang lain

dengan kekuatannya sendiri.

Perilaku bullying merupakan perilaku agresif yang intensif, berulang,


(23)

1996).Olweus juga menyebutkan bahwa bullying merupakan perilaku negatif

yang menimbulkan rasa tidak nyaman terhadap orang lain. Menurut Slonje

dan Smith (2008), perilaku bullying dapat dibagi menjadi beberapa tipe yaitu

physical bullying dan verbal bullying.Selain itu, Monks dan Smith (2006) menambahkan tipe bullying yang lain, yaitu relational bullying dan social

bullying. Sullivan (2002) menyatakan bahwa ada beberapa karakteristik bullying yaitu, perilaku bullying merupakan kekerasan; memiliki perbedaan kekuatan; dilakukan secara terorganisir dan sistematik; perilaku tersebut

dilakukan secara berulang, dalam jangka waktu panjang, dan terkadang

dilakukan secara acak; serta menimbulkan luka fisik maupun psikologis pada

korbannya.

Dengan adanya beberapa pengertian tersebut maka terdapat perbedaan

antara perilaku agresif dan perilaku bullying.Perilaku agresif memiliki

tingkatan yang lebih rendah dibanding dengan perilaku bullying.Hal tersebut

disebabkan karena perilaku bullying merupakan perilaku agresif yang

dilakukan secara terus menerus sedangkan perilaku agresi tidak dilakukan

secara terus menerus.Selain itu, korban dari perilaku bullying merupakan

orang yang lebih lemah dibandingkan dengan pelaku sedangkan perilaku

agresi tidak melihat korban sebagai orang yang lebih lemah atau lebih kuat.

Apabila seseorang memukul teman sebayanya, individu tersebut melakukan

tindakan agresi namun bila ia melakukannya terus menerus kepada orang


(24)

Kekerasan atau yang biasa disebut dengan abuse juga memiliki

kemiripan dengan bullying. Menurut Stuart dan Sundeen (1995), kekerasan

merupakan perilaku fisik yang muncul untuk membahayakan diri sendiri,

orang lain, dan lingkungan sekitar.Selain itu, kekerasan merupakan respon

maladaptif seseorang dari perasaan marah (Barry, 1998).Dengan penjelasan

tersebut maka kekerasan berbeda dengan perilaku bullying.Perilaku kekerasan

merupakan respon dari kemarahan sedangkan perilaku bullying belum tentu

dari respon kemarahan.Perilaku bullying dapat disebabkan karena modelling.

Selain itu, kasus dari kekerasan biasanya terjadi pada orang yang lebih tua

kepada orang yang lebih muda seperti, kekerasan terhadap anak. Sedangkan

perilaku bullying biasanya terjadi antar siswa di sekolah.

Perilaku bullying sangat berpengaruh terhadap perkembangan

anak.Penelitian yang dilakukan oleh National Youth Violence Prevention

Resource Center Sanders pada tahun 2003 (dalam Anesty, 2009) menunjukkan bahwa bullying dapat membuat anak menjadi cemas, ketakutan,

konsentrasi belajar menurun, dan cenderung membuat mereka menghindari

sekolah. Selain itu, Coloroso (2006) menjelaskan apabila seseorang secara

terus menerus mengalami bullying maka ia akan merasa depresi dan marah.

Korban akan marah terhadap diri sendiri, pelaku, dan orang-orang di

sekitarnya yang tidak dapat atau mau menolongnya. Menurut Banks (1993),

dampak lain yang muncul adalah rendahnya tingkat kehadiran dalam sekolah,


(25)

remaja, dan tingginya kejahatan orang dewasa (dalam Northwest Regional

Educational Laboratory, 2001; dalam Anesty, 2009)

Dengan adanya akibat-akibat dari bullying tersebut, peran dari

lingkungan sangat membantu dalam mencegah terjadinya perilaku bullying.

Di Amerika sedang digalakkan kampanye anti bullying dengan fokus korban

redheads. Mereka menyampaikan kampanye anti bullying melalui media massa seperti televisi dalam bentuk kartun yang dapat dengan mudah

disampaikan kepada anak-anak. Isi dari kampanye tersebut adalah dampak

dari perilaku bullying yang diterima oleh korban serta apa yang dirasakan

oleh korban. Kampanye tersebut ditampilkan pada channel anak-anak

sehingga kampanye tersebut memberi dampak menurunya tingkat bullying

yang terjadi di sekolah.

Sebaliknya, di Indonesia perilaku bullying seperti diabaikan oleh

masyarakat. Anies Baswedan, Menteri Pendidikan dan Kebudayaan,

menyatakan bahwa perilaku bullying yang marak terjadi disebabkan oleh

masyarakat yang sering mendiamkan perilaku tersebut muncul sehingga

perilaku bullying tersebut tetap ada dan banyak terjadi. Hal serupa

diungkapkan oleh Maria Advianti, sekertaris KPAI, ia menyatakan bahwa

tidak semua sekolah menganggap serius perilaku bullying yang terjadi di

sekolah. Banyak sekolah yang menangani masalah bullying dengan

lamban.Selain itu, pihak sekolah sering menganggap bahwa perilaku bullying

sebagai kenakalan anak biasa dan tidak memiliki dampak-dampak yang


(26)

perilaku bullying adalah kesalahan dari para pengajar yang menggunakan

sistem kekerasan, paksaan, dan selalu memposisikan anak pada posisi yang

salah. Ia juga menyatakan bahwa kejadian seperti itu sering terjadi di

masyarakat namun tidak menjadi perhatian bagi orang tua dan para pengajar

(Setop Bullying, 2014).

Komesioner Bidang Pendidikan KPAI, Susanto, mengatakan bahwa

pengajar mengabaikan perilaku bullying muncul di sekolah. Hal ini terbukti

pada kasus bullying yang terjadi pada murid Sekolah Dasar (SD) yang

diunggah pada situs youtube.com.Dalam video tersebut terlihat seorang anak

sedang dipukul dan ditendang oleh temannya.Kejadian tersebut terjadi di

dalam ruang kelas dan ada seorang guru yang berada dalam ruang kelas

tersebut.Hal tersebut membuktikan bahwa pihak sekolah mengabaikan

perilaku bullying yang terjadi di sekolah (“Setop Bullying”, 2014).Selain itu,

menurut Susanto kasus bullying merupakan kasus yang penting namun dalam

kenyataannya penanganan kasus tersebut tidak ditangani dengan intervensi

yang serius. Para pengajar yang sering menganggap bahwa hal tersebut biasa

dilakukan anak, permesivitas terhadap perilaku bullying serta belum

terbangunnya sistem sekolah tanpa bullying merupakan faktor yang

menyebabkan perilaku bullying tidak diatasi dengan baik. Kasus bullying

yang marak terjadi akan menyebabkan munculnya generasi sadisme di

masyarakat.

Kata bullying sendiri merupakan istilah dari bahasa asing dan tidak


(27)

masyarakat Indonesia kurang terbiasa menggunakan kata bullying. Oleh

sebab itu, dalam penelitian ini peneliti tidak menggunakan kata bullying saat

mewawancarai responden. Peneliti menggunakan media video yang berisikan

perilaku-perilaku yang menyerupai perilaku bullying seperti yang dijelaskan

oleh para ahli. Sedangkan masyarakat yang dimaksud oleh peneliti dalam

penelitian ini adalah individu yang memiliki hubungan dengan perilaku

bullying seperti pelaku bullying, korban bullying, orangtua, dan guru Bimbingan Konseling. Orangtua dan guru Bimbingan Konseling memiliki

peranan yang penting dalam penyebab perilaku bullying.

Dengan adanya perbedaan tanggapan terhadap perilaku bullying antara

Indonesia dengan negara-negara lain mendorong peneliti untuk mengetahui

persepsi masyarakat mengenai perilaku bullying.Selain itu, masyarakat

Indonesia juga kurang memberikan perhatian terhadap perilaku bullying yang

terjadi di Indonesia. Hal tersebut kurang sejalan dengan hasil-hasil riset yang

menyebutkan bahwa perilaku bullying dapat memberikan dampak yang tidak

ringan terhadap korban, pelaku, maupun partisipan atau orang-orang yang

melihat perilaku bullying tersebut. Oleh sebab itu, peneliti berharap dengan

adanya penelitian ini mampu memberikan gambaran mengenai persepsi

masyarakat mengenai perilaku bullying sehingga dapat membuat


(28)

B. Pertanyaan Penelitian

Pada penelitian ini, permasalahan yang ingin diketahui adalah

bagaimana persepsi masyarakat mengenai perilaku bullying.

C. Tujuan Penelitian

Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui bagaimana persepsi

masyarakat mengenai perilaku bullying yang terjadi di Indonesia.

D. Manfaat Penelitian

Manfaat yang diharapkan dari penilitian ini adalah :

1. Manfaat Teoritis

Melalui penelitian ini diharapkan dapat memberikan perspektif

baru pada ilmu perngetahuan dalam bidang psikologi, khususnya

psikologi sosial mengenai fenomena perilaku bullying yang terjadi di

lingkungan sosial apabila terdapat hasil yang berbeda antara persepsi

masyarakat Indonesia dan persepsi masyarakat dunia.

2. Manfaat Praktis

Melalui penelitian ini diharapkan dapat membantu individu atau

kelompok yang ingin membuat langkah preventif perilaku bullying yang

sesuai dengan masyarakat Indonesia sehingga tujuan dari langkah


(29)

9

BAB II

TINJAUAN TEORI

A. Perilaku Bullying

1. Pengertian Bullying

Olweus (2002) menyatakan bahwa perilaku bullying muncul

pertama kali pada akhir tahun 1960 di Swedia dan menyebar di wilayah

Skandinavia.Istilah “mobbing” atau “mobbning” merupakan istilah yang

digunakan oleh masyarakat Skandinavia untuk menyebutkan perilaku

yang menyerupai bullying.Dalam bahasa Inggris, kata “mob” memiliki

arti individu atau kelompok yang melakukan kekerasan (Heinemann,

dalam Olweus 2003).Perilaku bullying juga dikenal dengan kata “peer

abuse” atau “peer harassment”.Hal tersebut disebabkan karena perilaku tersebut memiliki unsur kekerasan.Namun sekarang masyarakat lebih

sering menggunakan kata “bully” (Harris & Petrie, 2003).

Bullying merupakan perilaku agresif yang dilakukan secara terus menerus, berulang pada waktu tertentu, dan memiliki perbedaan kekuatan

antara pelaku dan korban (Olweus, 1996).Bullying juga dapat diartikan

sebagai perilaku agresif yang oleh seseorang secara sengaja dan dilakukan

secara berulang kepada individu yang memiliki kekuatan yang kurang

dari dirinya serta tidak memiliki kemampuan untuk membela diri (Sejiwa,

2008).Selain itu, Elliot (2005) menyatakan bahwa bullying merupakan

perilaku yang dilakukan oleh individu secara sengaja untuk membuat


(30)

Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa bullying merupakan

perilaku agresif yang biasanya dilakukan oleh individu secara sengaja,

dilakukan berulang kepada sebayanya yang lebih lemah dan memiliki

tujuan untuk memberikan rasa takut kepada korbannya. Apabila orang tua

melakukan tindak kekerasan kepada anaknya maka disebut dengan

abuseatau kekerasan pada anak. 2. Karakteristik Bullying

Perilaku bullying memiliki beberapa karakteristik. Sullivan (2011)

memberikan beberapa karakteristik bullying, antara lain;

a. Perilaku bullying memiliki sifat kekerasan dan pengecut, pengecut

disini berarti tidak bertanggung jawab

b. Perilaku bullyingmemiliki perbedaan kekuatan antara pelaku dan

korban

c. Perilaku bullyingmerupakan perilaku yang terorganisir dan sistematis

d. Perilaku bullyingmerupakan perilaku yang dilakukan secara berulang,

terjadi dalam jangka waktu yang lama, dan terkadang terjadi secara

acak

e. Perilaku bullyingmerupakan perilaku yang dapat memberikan luka

secara fisik maupun psikologis kepada korbannya

Dengan demikian bullying memiliki beberapa karakteristik yaitu,

memiliki perbedaan kekuatan, bersifat kekerasan, merupakan perilaku


(31)

yang lama, dan memberikan luka pada korban secara psikologis maupun

fisik.

3. Bentuk-bentuk Bullying

Menurut Sullivan (2011), perilaku bullying dibedakan menjadi dua,

yaitu:

a. Physical bullying

Physical bullyingatau bullying secara fisik merupakan perilaku bullying yang bertujuan untuk melukai korban secara fisik seperti, memukul, menggigit, mencubit, atau juga bisa dengan merusak

barang miliki orang lain.

b. Psychological bullying

Psychological bullyingatau bullying secara psikologis merupakan perilaku bullying yang memiliki tujuan untuk menyerang dalam diri

orang lain. Bullying secara psikologis dibedakan menjadi dua yaitu:

1) Verbal

Psychological bullyingsecara verbal meliputi berkata-kata kotor, name-calling, mengirim surat kaleng, atau menyebarkan gosip. 2) Non-verbal

Psychological bullyingsecara non-verbal dibedakan menjadi dua yaitu, langsung dan tidak langsung.Bullying secara langsung

biasanya merupakan gabungan dari fisik dan verbal, seperti wajah

yang jahat atau perilaku yang tidak sopan.Sedangkan bullying


(32)

mengabaikan, dan merusak hubungan.Biasanya bullying secara

tidak langsung ini juga disebut dengan relational bullying.

Tabel 1

Kategori bentuk-bentuk perilaku bullying Bukan

bullying Bullying

Perilaku Kriminal

Kejahilan Fisik Menggigit Menyerang

dengan menggunakan senjata Perkelahian tidak berulang dengan tidak memberikan dampak pada korban Menjambak Memukul Menendang Melukai tubuh dengan kejam Mengunci dalam ruangan Ancaman serius dengan melukai atau membunuh Mencubit Meninju

Mencakar Mencuri

Meludah Kekerasan

seksual dan serangan fisik lainnya Merusak barang orang lain Non-fisik

Verbal Berkata-kata kotor Pemerasan uang Ancaman kekerasan name-calling Berkata-kata yang berbau seksual Fitnah Gosip

Non-verbal Langsung Wajah jahat


(33)

Perilaku tidak Sopan

Tidak langsung Merusak persahabatan Mengabaikan

Mengisolasi

Bullying dapat terdiri dari perilaku-perilaku diatas atau gabungan antara perilaku-perilaku tersebut

Bullying merupakan permikiran yang jahat, dilakukan secara sengaja dan pengecut, dan

penyalahgunaan kekuatan

Bullying merupakan perilaku yang dilakukan secara berulang-ulang

4. Komponen-komponen Bullying

Ada beberapa komponen dari bullying (Sullivan, 2011) yaitu antara lain :

a. Pelaku bullying

Setiap orang memiliki kesempatan untuk menjadi pelaku

tindak bullying, laki-laki maupun perempuan.Sullivan (2011)

menyatakan bahwa laki-laki memiliki kecenderungan untuk

melakukan tindak bullying secara fisik dan lebih bersifat

mengancam. Sedangkan perilaku bullying yang dilakukan oleh

perempuan cenderung dilakukan secara tidak langsung, seperti

mengabaikan orang lain secara sengaja atau menyebarkan gosip.

Selain itu, laki-laki dan perempuan memiliki respon yang berbeda


(34)

sedangkan perempuan cenderung bertahan dan memilih untuk

bersedih.Menurut Olweus (dalam Harris & Pertrie, 2003), pelaku

tindak bullying laki-laki cenderung lebih stabil dibandingkan dengan

pelaku tindak bullying perempuan yang cenderung berkurang seiring

dengan berjalannya waktu.

Astuti (2008) menyebutkan beberapa ciri dari pelaku bullying,

antara lain:

1) Memiliki kehidupan yang berkelompok dan cenderung

menguasai kehidupan sosial teman sebayanya

2) Memiliki kepopuleran di sekitarnya

3) Perilaku yang ditunjukkan selalu membuat lebih menonjol,

seperti berjalan di depan kelompok, sering menendang

meja atau kursi.

b. Korban atau victim

Menurut Borg (1999), ada fakta yang ada penelitian-penelitian

mengenai korban bullying, antara lain :

1) Korban bullying cenderung memiliki kecerdasan akademik

lebih tinggi dibandingkan dengan pelaku bullying,

2) Korban bullying memiliki kecemasan yang lebih tinggi

dibandingkan dengan teman sebayanya,

3) Korban bullying laki-laki lebih sering mendapatkan

perlakuan bullying secara langsung dibandingkan dengan


(35)

4) Korban bullying cenderung kurang memiliki kedekatan

dengan orang-orang di sekitarnya.

Susanto (2010) menyakatakan beberapa ciri dari korban tindak

bullying, antara lain :

1) Secara akademik memiliki tingkat kecerdasan yang lebih

tinggi maupun lebih rendah dibandingkan dengan rata-rata

teman sebayanya.

2) Secara sosial memiliki hubungan yang harmonis dengan

keluarganya.

3) Secara mental dan perasaan memiliki tingkat kepercayaan

diri yang rendah, tingkat kecemasan yang tinggi, merasa

modoh, dan tidak berharga.

4) Secara fisik lebih lemah dibandingkan dengan teman

sebayanya.

c. Partisipan atau bystander

Selain pelaku dan korban, dalam tindak bullying terdapat

individu yang tidak termasuk ke dalam korban ataupun pelaku, yaitu

partisipan atau bystanders.Individu yang menyaksikan tindak

bullying di sebut dengan partisipan atau bystanders.Harris dan Petrie (2003) menyatakan bahwa bystanders memberikan berbagai respon

yang berbeda ketika menyaksikan tindak bullying.Ada yang


(36)

saja dan ada pula yang menganggap bahwa perilaku tersebut

berbahaya.

Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa komponen dari

tindakan bullying bukan hanya terdapat pelaku dan korban, namun juga

adanya partisipan atau bystanders.

5. Faktor-faktor Penyebab Terjadinya Bullying

Ada 4 faktor penyebab terjadinya perilaku bullying(Olweus, 2003;

Loeber & Stouthamer-Loeber, dalam Olweus 2003), yaitu :

a. Modelling

Modelling merupakan perilaku meniru yang biasanya dilakukan oleh anak terhadap orang-orang disekitarnya, terlebih orang tua.

b. Sikap orang tua yang kurang tegas terhadap anaknya yang

berperilaku agresif

c. Punishment yang diberikan oleh orang tua d. Karakter anak

Dengan demikian terdapat berbagai macam penyebab dari perilaku

bullying, yaitu modelling, sikap dari orang tua yang kurang tegas menangani anak yang berperilaku agresif, hukuman yang selalu diberikan

oleh orang tua, dan karakter anak.

6. Dampak Bullying

Dampak yang paling terlihat dalam perilaku bullying adalah

dampak yang terjadi pada korban bullying.Menurut Byrne (1999, dalam


(37)

tidak berdaya.Hal tersebut disebabkan karena korban tidak dapat bertahan

terhadap perilaku bullying yang dialaminya.Selain itu korban juga

cenderung merasa khawatir, tidak bahagia, dan merasa ketakutan. Dalam

jangka panjang, depresi yang dialam oleh korban meningkat, merasa

cemas, memunculkan simptom psikosomatis (Arseheault et al, 2006;

Campbell dan Morrison, 2007; Kaltiala-Heino et al, 2000; Tehrain, 2004;

dalam Sullivan 2011), dan memicu untuk melakukan bunuh diri

(Kaltiala-Heino et al, 1999; dalam Sullivan 2011).

Perilaku bullyingjuga dapat memberi dampak pada pelaku

(Sullivan, 2011). Pelaku yang pernah melakukan perilaku bullyingakan

melakukan perilaku tersebut secara terus menerus dan dapat melakukan

perilaku tersebut secara lebih serius. Apabila pelaku tetap melakukan

perilaku bullyingsecara terus menerus maka pelaku tidak dapat berhenti

melakukan perilaku bullying dan perilaku tersebut tidak dapat ditolerir

lagi.Dampak paling besar pada pelaku adalah pelaku menjadi pelaku

kriminal dan dapat dimasukkan ke dalam penjara.

Tindak bullying juga dapat mempengaruhi bystander.Berikut

bentuk-bentuk pengaruh yang dialami bystander (Harris & Petrie, 2003),

yaitu :

1) Kecemasan meningkat dan sering mengalami mimpi buruk.

2) Merasa marah dan kecewa karena tidak dapat menolong korban

bullying.


(38)

4) Tidak memiliki self respect.

Dengan demikian, dapat disimpulkan bahwa dampak perilaku

bullying tidak hanya dialami oleh korban saja namun juga dialami oleh pelaku dan partisipan. Dampak yang dialami oleh korban antara lain,

merasa bersalah, ketakutan, tidak berdaya, tidak bahagia, hingga muncul

keingingan untuk bunuh diri. Selain itu, dampak yang paling berat yang

dialami oleh pelaku adalah dapat menjadi pelaku kriminal dan dapat

masuk ke dalam penjara. Dampak yang dialami oleh partisipan antara

lain muncul kecemasan, merasa marah dan kecewa karena tidak dapat

membantu korban, merasa bingung ketika ada tindak bullying, dan tidak

memiliki self respect.

B. Perilaku Agresi 1. Pengertian Agresi

Agresi merupakan perilaku yang wajar dilakukan oleh manusia.

Perilaku agresif merupakan perilaku yang dilakukan oleh individu yang

memilki tujuan untuk melukai orang lain (Baron, dalam Koeswara, 1988).

Selain itu, Myer (dalam Adriani, 1985) mengatakan bahwa perilaku

agresif merupakan perilaku yang melukai orang lain secara fisik maupun

verbal. Berkowitz (1995) menjelaskan bahwa perilaku agresif adalah

perilaku yang dapat menyakiti orang lain secara fisik maupun psikologis.


(39)

agresif merupakan cara seseorang untuk melawan atau menghukum orang

lain dengan kekuatannnya sendiri.

Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa perilaku agresi

merupakan perilaku yang wajar dilakukan oleh setiap individu yang

bertujuan untuk melukai orang lain secara fisik maupun psikologis, dapat

dilakukan secara langsung maupun secara verbal dengan kekuatan sendiri.

2. Jenis-jenis Agresi

Buss (dalam Dayakisni dan Hudaniah, 2012) menggolongkan

dimensi agresi menjadi 3 yaitu: fisik-verbal, aktif-pasif dan secara

langsung-tidak langsung. Perbedaan dimensi fisik-verbal terletak pada

menyakiti fisik (tubuh) orang lain dan kata-kata. Perbedaan dimensi

aktif-pasif adalah pada tindakan nyata dan kegagalan untuk bertindak,

sedangkan agresi langsung berarti kontak face-to-face dengan orang yang

diserang dan agresi tidak langsung terjadi tanpa kontak dengan orang yang

diserang.

Kombinasi dari ketiga dimensi ini menghasilkan suatu framework

untuk mengkategorikan berbagai bentuk perilaku agresi, yaitu:

a. Perilaku agresif fisik aktif langsung, merupakan perilaku agresif yang

dilakukan dengan cara menyakiti fisik orang lain secara langsung.

Sebagai contoh memukul, meninju, dan menikam.

b. Perilaku agresif fisik aktif tak langsung, merupakan perilaku agresif


(40)

lain. Sebagai contoh membuat perangkap atau jebakan, menyuruh

orang lain untuk memukul.

c. Perilaku agresif fisik pasif langsung, merupakan perilaku agresif yang

dilakukan secara langsung namun tidak terjadi kontak fisik. Sebagai

contoh melakukan demonstrasi.

d. Perilaku agresif fisik pasif tak langsung, merupakan perilaku agresif

yang dilakukan tidak secara langsung dan tidak terjadi kontak fisik.

Sebagai contoh menolak tugas.

e. Perilaku agresif verbal aktif langsung, merupakan perilaku agresif

yang dilakukan dengan cara menyakiti orang lain melalui kata-kata

secara langsung. Sebagai contoh menghina, mengejek.

f. Perilaku agresif verbal aktif tak langsung, merupakan perilaku agresif

yang dilakukan dengan cara menyakiti orang lain melalui kata-kata

namun tidak dilakukan secara langsung. Sebagai contoh menyebarkan

gosip atau rumor.

g. Perilaku agresif verbal pasif langsung, merupakan perilaku agresif

yang dilakukan orang lain untuk menyakiti orang lain secara langsung

namun tidak ada kata-kata yang diucapkan. Sebagai contoh menolak

berbicara, tidak menjawab orang lain.

h. Perilaku agresif verbal pasif tak langsung, merupakan perilaku agresif

yang dilakukan untuk menyakiti orang lain secara tidak langsung dan

tidak ada kata-kata yang diucapkan. Sebagai contoh tidak membuat


(41)

3. Faktor Penyebab Terjadinya Agresi

Menurut Baron dan Byrne (2005) ada tiga kelompok besar faktor

penyebab perilaku agresi, yaitu:

a. Faktor sosial

1) Frustasi

Frustasi merupakan situasi dimana seseorang mengalami

keterhambatan atau kegagalan dalam mencapai tujuan yang

diinginkan oleh individu tersebut (Koeswara, 1998).

2) Provokasi langsung

Menurut Geen (dalam Koeswara, 1998), provokasi merupakan

pemicu munculnya perilaku agresi. Hal tersebut disebabkan

karena provokasi merupakan serangan terhadap rasa harga diri

seseorang.

3) Tayangan Kekerasan di Media Massa

Media massa dalam menjadi efek yang kuat bagi kognitif yang

berhubungan dengan agresi, secara perlahan-lahan dapat

membentuk hostile expectation bias yang pada akhirnya jika

ekspektasinya kuat maka seseorang dapat memunculkan perilaku

agresi.

b. Karakter Kepribadian

1) Pola Perilaku Tipe A

Seseorang dengan pola perilaku tipe A merupakan individu


(42)

tersinggung atau agresif (Glass dan Strube, dalam Baron,

Branscombe, dan Byrne 2006).

2) Bias Atribusi Hostile

Bias Atribusi hostile mrupakan salah satu faktor pembeda

yang penting dalam perilaku agresi (Baron dan Byrne, 2005).

Individu yang memiliki bias atribusi hostile yang tinggi jarang

memandang tindakan orang lain sebagai bentuk ketidaksengajaan.

3) Jenis Kelamin

Bettencourt dan Miller (dalam Baron dan Byrne, 2005)

menyatakan bahwa perbedaan jenis kelamin dalam perilaku agresi

sangat besar ketika tidak ada provokasi dibanding adanya

provokasi. Laki-laki memiliki kecenderungan agresif

dibandingkan dengan perempuan apabila tidak ada provokasi.

Namun laki-laki dan perempuan memiliki kecenderungan agresif

yang sama ketika mereka mendapatkan provokasi oleh orang lain.

c. Faktor Situasional

1) Suhu Udara

Menurut Carlsmith dan Anderson (dalam Koeswara, 1998),

pada saat musim panas perilaku agresi lebih banyak terjadi. Hal

tersebut disebabkan karena pada saat musim panas memiliki hari


(43)

2) Alkohol

Busman, Cooper, dan Gustafson (dalam Baron dan Byrne,

2005) menemukan bahwa individu yang mengkonsumsi alkohol

dalam jumlah yang banyak memiliki respon yang lebih cepat pada

perilaku agresi.

C. Perilaku Kekerasan 1. Pengertian kekerasan

Menurut Stuart dan Sundeen (1995), kekerasan merupakan perilaku

fisik yang muncul untuk membahayakan diri sendiri, orang lain, dan

lingkungan sekitar.Marah merupakan perasaan jengkel yang timbul

terhadap kecemasan yang dirasakan sebagai ancaman.Perilaku kekerasan

adalah suatu keadaan emosi yang merupakan campuran perasaan frustasi

dan marah (Barry, 1998).Selain itu, menurut Townsend (1998) perilaku

kekerasan adalah keadaan dimana seseorang melakukan tindakan yang

dapat membahayakan diri sendiri, orang lain, maupun lingkungan secara

fisik.

Dengan demikian perilaku kekerasan merupakan ungkapan atau

ekspresi dari kemarahan yang merupakan tindakan yang dapat


(44)

2. Rentang Respon Ekspresi Marah

Kekerasan merupakan respon maladaptif dari ekspresi marah.

Menurut Stuart dan Sundeen (1987), terdapat rentang respon ekspresi

marah yang dapat di gambarkan menjadi seperti di bawah ini :

Respon Adaptif Respon Maladaptif

Asertif Frustrasi Pasif Agresif Kekerasan

Keterangan :

a. Asertif, merupakan respon kemarahan tanpa menyakiti orang lain.

b. Frustrasi, merupakan respon kemarahan yang terjadi karena individu

gagal mencapai tujuan dan tidak menemukan alternatif lain.

c. Pasif, merupakan respon kemarahan yang terjadi akibat kegagalan

mencapai tujuan yang disebabkan oleh hambatan dan realita.

d. Agresif, merupakan respon kemarahan yang memperlihatkan

permusuhan, mengancam, menuntut tanpa memiliki niatan untuk

melukai orang lain.

e. Kekerasan, merupakan respon kemarahan yang disertai dengan

kehilangan kontrol diri yang berakibat menyakiti diri sendiri, orang


(45)

D. Perbedaan antara Bullying, Agresi, dan Kekerasan

Masyarakat sering kali menganggap bullying, agresi, dan kekerasan

merupakan perilaku yang sama. Namun dalam kenyataannya bullying, agresi,

dan kekerasan memiliki banyak perbedaan.Agresif dan kekerasan merupakan

respon dari rasa marah (Davidoff, 1991; Stuart & Sundeen, 1987).Respon

yang diberikan oleh orang yang melakukan perilaku kekerasan memiliki

tingkatan maladaptif lebih tinggi dibandingkan dengan seseorang yang

melakukan perilaku agresif. Seseorang akan melakukan perilaku agresif dan

kekerasan ketika ia merasa marah terhadap seseorang atau sesuatu. Berbeda

dengan bullying, seseorang akan melakukan bullying ketika ia sedang marah

maupun tidak sedang marah. Hal tersebut disebabkan karena perilaku

bullying dapat disebabkan oleh modelling (Olweus, 2003).

Perilaku bullying hanya dilakukan kepada orang lain yang memiliki

kekuatan yang lebih rendah daripada pelaku tindak bullying (Sullivan, 2011).

Sedangkan perilaku agresif dan kekerasan dapat dilakukan kepada siapapun

dan apapun yang dapat menyebabkan ia marah (Davidoff, 1991; Stuart &

Sundeen, 1987). Selain itu, perilaku bullying dapat dilakukan terus menerus

dan dilakukan secara sistematis dan terorganisir (Sullivan, 2011). Sedangkan

perilaku agresif dan kekerasan hanya akan terjadi ketika individu tersebut


(46)

E. Persepsi

1. Pengertian Persepsi

Persepsi adalah pengalaman tentang objek, peristiwa, atau

hubungan-hubungan yang diperoleh dengan menyimpulkan informasi dan

menafsirkan pesan (Rakhmat, 2009).Selain itu, Robbins (2006)

menyatakan bahwa persepsi merupakan proses untuk memaknai

objek-objek yang ada di sekitarnya dengan cara mengelola stimulus yang

diterima oleh alat indera. Meski demikian apa yang dipersepsikan

seseorang terkadang dapat berbeda dari kenyataan yang obyektif

(Robbins, 2006).

Dalam penelitian ini, persepsi yang dimaksud adalah persepsi

terhadap perilaku bullying. Persepsi terhadap perilaku bullying digali

dengan menggunakan teknik wawancara.Dalam wawancara, persepsi

tersebut dipengaruhi oleh pengalaman-pengalaman masa lalu atau

pengalaman sebelumnya dan bersifat subjektif yang sering disebut dengan

apersepsi (Bellak dan Abrams, 1997).Apersepsi merupakan pemaknaan

sebuah interpretasi yang bersifat dinamis terhadap sebuah persepsi

(Bellak, 1959).Ada perbedaan antara persepsi dan apersepsi.Persepsi

hanya terbatas dengan pemaknaan sebuah objek saja.Sedangkan apersepsi

merupakan pemaknaan dari persepsi tersebut.Setiap individu memiliki

apersepsi yang berbeda-beda terhadap sebuah persepsi persepsi.Hal


(47)

Persepsi yang diinginkan pada penelitian ini adalah apersepsi.Hal

tersebut disebabkan karena masyarakat lebih mengenal apersepsi dengan

sebutan persepsi.Oleh karena itu, untuk memudahkan dalam penelitian ini

apersepsi diganti dengan sebutan persepsi.

2. Proses Terjadinya Persepsi

Menurut Sunaryo (2004) ada 3 proses dalam mempersepsi sesuatu, yaitu :

a. Proses fisik

Proses fisik meliputi proses dimana seseorang mendapat

stimulus dari suatu objek melalui reseptor atau alat indera.

b. Proses fisiologis

Proses fisiologis merupakan proses dimana stimulus yang telah

diterima disalurkan ke otak melalui saraf-saraf sensoris.

c. Proses psikologis

Proses psikologis merupakan proses didalam otak sehingga

individu menyadari stimulus yang telah diterima

Selain itu, Walgito (2002) juga menyatakan proses dari terjadinya

persepsi, yaitu:

a. Proses kealaman, merupakan proses dimana seseorang menerima

stimuli dari objek atau sasaran yang ditangkap melalui alat indera.

Proses tersebut terjadi secara alamiah.

b. Proses fisiologis, merupakan proses dimana stimuli yang diterima oleh


(48)

c. Proses psikologis, merupakan proses dimana otak memproses stimuli

yang siterima sehingga individu dapat menyadari stimuli yang diterima

tersebut.

Keseluruhan dari proses tersebut disebut sebagai proses persepsi yaitu

proses dimana individu menyadari dan mengetahui objek tertentu melalui

stimuli yang diterima oleh alat indera.

3. Faktor-faktor yang Memperngaruhi Persepsi

Ada beberapa faktor yang dapat mempengaruhi persepsi seseorang (Toha,

2003), yaitu:

a. Faktor internal

Faktor internal yang dapat mempengaruhi seseorang dalam

mempersepsi sesuatu antara lain; perasaan, sikap, kepribadian,

dorongan, perhatian, prasangka, proses belajar, minat, dan motivasi.

b. Faktor eksternal

Faktor eksternal yang dapat mempengaruhi seseorang dalam

mempersepsi sesuatu antara lain; latar belakang keluarga, informasi

yang diperoleh sebelumnya, pengetahuan-pengetahuan yang telah

diterima, dan lain-lain.

F. Dinamika Persepsi Masyarakat terhadap Perilaku Bullying

Persepsi yang dimaksudkan dalam penelitian ini adalah apersepsi.

Apersepsi merupakan pemaknaan sebuah interpretasi yang bersifat dinamis


(49)

beberapa hal seperti, perasaan, kepribadian, pengalaman-pengalaman masa

lalu, dan lingkungan. Hal tersebut membuat persepsi bersifat subjektif (Toha,

2003). Dengan demikian, setiap individu di setiap daerah memiliki perbedaan

persepsi terhadap setiap hal.

Perbedaan persepsi tersebut juga berlaku pada setiap individu dalam

memaknai perilaku bullying.Masyarakat di Amerika memaknai perilaku

bullying sebagai perilaku agresif yang intensif, berulang, dan memiliki berbagai dampak negatif terhadap korban, pelaku, maupun partisipan.

Sedangkan di Indonesia, menurut survey yang ada masyarakat cenderung

mengabaikan dan kurang memberikan perhatian lebih terhadap perilaku

bullying. Hal tersebut mungkin disebabkan karena kata bullying sendiri tidak masuk ke dalam Kamus Bahasa Indonesia dan kurang memiliki pengertian

yang jelas. Dengan demikian, memungkinkan ada perbedaan persepsi

mengenai persepsi bullying yang berkaitan dengan makna dari kata bullying

itu sendiri dan perhatian dari masyarakat.

Penelitian ini merupakan penilitian dengan menggunakan metode

interpretative phenomenological analysis (IPA).IPA dapat digunakan untuk mencari tahu bagaimana individu mempersepsikan situasi atau kondisi

tertentu dalam hidupnya (Smith, 2008).Metode IPA sesuai untuk mengetahui

persepsi masyarakat terhadap perilaku bullying.Metode pengumpulan data

yang paling sesuai dengan penelitian ini adalah wawancara.Hal tersebut

disebabkan karena dengan metode wawancara dapat memberikan banyak


(50)

teknik wawancara merupakan teknik yang tepat untuk mengetahui persepsi

masyarakat mengenai perilaku bullying.

G. Pertanyaan Penelitian

Pada penelitian ini, permasalahan yang ingin diketahui adalah bagaimana


(51)

31

BAB III

METODE PENELITIAN

A. Jenis Penelitian

Penelitian ini memiliki tujuan untuk mengetahui persepsi masyarakat

terhadap perilaku bullying.Berdasarkan tujuan peneliti, maka jenis penelitian

yang digunakan dalam penelitian ini adalah penelitian kualitatif dengan

pendekatan interpretative phenomenological analysis (IPA). Tujuan dari IPA

adalah untuk mengeksplorasi secara detail mengenai bagaimana individu

memaknai situasi atau kondisi tertentu dalam kehidupan sosialnya (Smith,

2008).

Pendekatan IPA memiliki 2 tahapan.Pertama, responden dalam

penelitian ini diharapkan untuk memikirkan kembali dan memaknai

pengalaman-pengalaman mereka.Kedua, peneliti kemudian melakukan

pemaknaan bagaimana responden penelitian memikirkan kembali dan

memaknai pengalaman-pengalaman tersebut.Pendekatan IPA berfokus pada

pemaknaan dari sudut pandang responden dan memaknai kembali dengan

sudut pandang peneliti.

B. Fokus Penelitian

Fokus dari penelitian ini adalah persepsi dari masyarakat atau individu

yang terlibat dalam perilaku bullying seperti korban, pelaku, dan partisipan


(52)

dimaksud dalam penelitian ini adalah orangtua dan guru Bimbingan

Konseling.

C. Responden Penelitian

Responden dalam penelitian ini adalah masyarakat yangmemiliki

kontak langsung dengan perilaku bullyingseperti, pelaku, korban, dan

partisipan. Ada beberapa kriteria umum yang harus dimiliki oleh responden,

yaitu: responden penelitian berusia minimal 17 tahun. Hal tersebut menjadi

pertimbangan karena diharapkan pada usia tersebut responen berada pada

tahap perkembangan operasional formal. Dalam tahap tersebut seseorang

mampu berfikir secara abstak, idealis, dan logis sehingga responden dapat

memberikan informasi yang dibutuhkan oleh peneliti. Dalam penelitian ini,

masyarakat yang dimaksud meliputi;

1. Pelaku bullying

Pelaku yang dimaksudkan dalam penelitian ini adalah individu yang

pernah melakukan perilaku bullying seperti labbeling, memukul, dsb.Dia

melakukan perilaku tersebut berulang-ulang dan dilakukan secara

sistematis.Pelaku bullying menjadi pertimbangan dalam pemilihan

responden karena pelaku merupakan elemen penting dalam perilaku

bullying.

2. Korban bullying

Korban yang dimaksudkan dalam penelitian ini adalah individu yang


(53)

itu, pengalaman tersebut sering dialami oleh individu tersebut.Korban

bullying menjadi pertimbangan dalam pemilihan responden karena korban merupakan elemen penting dalam perilaku bullying.

3. Orangtua

Orangtua yang dimaksudkan dalam penelitian ini adalah orangtua yang

memiliki anak usia 17 tahun keatas. Orangtua menjadi pertimbangan

dalam pemilihan responden karena orangtua memiliki peran yang penting

dalam pembentukan perilaku anak.

4. Guru Bimbingan Konseling (BK)

Guru yang dimaksudkan dalam penelitian ini adalah guru yang mengajar

Bimbingan Konseling (BK). Selain itu, guru tersebut pernah menangani

permasalahan bullying. Guru BK menjadi pertimbangan dalam pemilihan

responden karena guru memiliki peran yang penting dalam pembentukan

perilaku anak.

Responden yang dipilih oleh peneliti terdiri atas laki-laki dan

perempuan dalam tiap kriteria di atas. Menurut Hensley (2009), ada beberapa

perbedaan antara laki-laki dan perempuan. Respon terhadap stres yang

dimiliki oleh laki-laki berbeda dengan yang dimiliki oleh perempuan.

Laki-laki menggunakan metode “fight or flight” sedangkan perempuan

menggunakan metode “tend and befriend”. Dengan demikian ada perbedaan

pengalaman antara laki-laki dan perempuan dalam menghadapi stress

sehingga laki-laki dan perempuan juga memiliki perbedaan dalam


(54)

memiliki kecenderungan untuk melakukan tindakan bullying secara fisik dan

bersifat mengancam sedangkan perempuan cenderung melakukan perilaku

bullying secara tidak langsung seperti menyebarkan gosip.

Empat kriteria responden tersebut dipilih dengan pertimbangan bahwa

mereka memiliki persepsi yang berbeda terhadap perilaku

bullying.Responden tersebut memiliki pengalaman-pengalaman yang dapat menentukan persepsi terhadap perilaku bullying. Selain itu, keempat kriteria

tersebut merupakan bagian dari perilaku bullying. Orangtua dan guru

Bimbingan Konselingmemiliki peranan yang penting dalam pencegahan

perilaku bullying. Peneliti memilih beberapa responden tersebut karena

menurut peneliti responden tersebut dapat mewakili masyarakat untuk

memberikan data mengenai perilaku bullying.

Subjek mencari responden korban dan pelaku bullying dengan cara

mengunjungi beberapa Sekolah Menengah Atas (SMA) dan menanyakan

kepada Guru Bimbingan Konseling mengenai kasus-kasus bullying yang

terjadi di sekolah tersebut. Setelah itu, peneliti meminta data-data mengenai

siswa yang pernah melakukan perilaku bullying maupun yang pernah

mendapatkan perilaku bullying. Sekolah yang dipilih adalah sekolah yang

pernah menangani masalah perilaku bullying.

Smith (2008) mengatakan bahwa jumlah responden pada penelitian IPA

adalah dengan minimaltiga responden.Namun peneliti memutuskan untuk

memilih satu subjek laki-laki dan satu subjek perempuan pada masing-masing


(55)

sebanyak delapan (8) responden. Hal tersebut menjadi pertimbangan karena

dengan delapan (8) responden dapat mewakili masyarakat.

D. Metode Pengumpulan Data

Kata bullying tidak termasuk ke dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia.

Hal tersebut memungkinkan masyarakat kurang memakai kata bullying dalam

hidup sehari-hari dan tidak memiliki makna yang jelas. Hal tersebut membuat

peneliti menggunakan video untuk menggantikan kata bullying. Video

tersebut digunakan untuk mengilustrasikan perilaku bullying. Dengan

demikian, metode pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini

adalah dengan menampilkan video mengenai perilaku bullying dan

dilanjutkan dengan wawancara semi terstruktur. Metode pengumpulan data

tersebut merupakan metode yang paling tepat pada penelitian dengan

pendekatan IPA (Smith, 2008).Hal tersebut disebabkan karena metode ini

dapat mengumpulkan lebih banyak data dan lebih mendalam dari responden.

Di bawah ini adalah video-video yang akan ditampilkan sebelum

peneliti melakukan wawancara semi terstruktur.

Contoh Kasus I cuplikan dari film Langit Biru (40.00 – 42.30)

Pemotongan video dari menit ke 40.00 sampai ke 42.30. Peneliti

memilih bagian dari film tersebut karena dalam film tersebut terdapat

karakteristik dari perilaku bullying dengan bentuk bullying secara fisik.

Pada video tersebut ditampilkan seorang anak yang sering mengganggu


(56)

menjadi satu sehingga membuat temannya tersebut terjatuh. Ia juga

menakut-nakuti teman lainnya dengan cicak. Selain itu, ia juga sengaja membuat

temannya terjatuh saat bermain bola basket. Ia juga sengaja mengunci

temannya di kamar mandi dan menggeser tempat duduk temannya saat

temannya ingin duduk.

Contoh Kasus II cuplikan dari sinetron Aku Anak Indonesia episode 2 Pemotongan video dari menit ke 6.30 sampai 9.20 dilanjutkan menit ke

15.15 sampai 16.15 dilanjutkan lagi menit ke 17.47 sampai 18.40. Peneliti

memilih bagian dari video tersebut karena pada video tersebut terdapat

karakteristik dari perilaku bullying dengan bentuk bullying secara psikologis.

Dalam video tersebut terlihat ada seorang anak SMA yang secara

sengaja memfitnah temannya merebut pacar orang.Ia menghasut teman-teman

lainnya untuk membenci anak tersebut. Selain itu, ia juga menyebarkan fitnah

melalui websitesekolahnya dengan menyebarkan foto yang menampilkan

temannya yang sedang menikam teman lainnya yang sedang berpacaran

dengan menggunakan pisau. Dalam website tersebut teman-teman sekolahnya

ikut berkomentar. Di dalam sekolah, ia juga mengajak teman-teman

sekolahnya untuk menjauhi anak tersebut.

Contoh kasus-kasus tersebut memiliki beberapa karakteristik dari perilaku

bullying, antara lain;

1. Perilaku tersebut merupakan perilaku bullying secara fisik


(57)

3. Ada perbedaan kekuatan antara korban dan pelaku

4. Perilaku tersebut terorganisir dan sistematis

5. Perilaku tersebut memberikan dampak psikologis terhadap korban

Di bawah ini merupakan daftar pertanyaan wawancara yang akan

disampaikan kepada para responden.

Tabel 2

Daftar Pertanyaan Wawancara

Aspek Tujuan Pertanyaan

Definisi bullying

Ingin mengetahui definisi bullying melalui contoh kasus bullying

Apa yang terjadi dalam peristiwa tersebut? Adakah korban dalam peristiwa tersebut? Menurut anda pelaku tersebut melakukan perilaku apa? Mengapa anda menyebutkan pelaku melakukan perilaku tersebut?

Penyebab Ingin mengetahui penyebab dari perilaku bullying

Apa yang menyebabkan pelaku melakukan perilaku tersebut?

Dampak

Ingin mengetahui dampak perilaku bullying pada korban

Apa dampak yang terjadi pada korban apabila

perilaku tersebut terus ada? Ingin mengetahui dampak

perilaku bullying pada pelaku

Apa dampak yang terjadi pada pelaku bila perilaku tersebut terus ada? Ingin mengetahui dampak

perilaku bullying pada partisipan

Apa dampak yang terjadi pada orang lain yang melihat perilaku tersebut?


(58)

E. Metode Analisis Data

Penelitian ini menggunakan pendekatan interpretative

phenomenological analysis (IPA). Pendekatan tersebut memiliki tujuan untuk mengeksplorasi secara mendetail cara responden untuk memaknai situasi atau

kondisi tertentu dalam kehidupan sosialnya (Smith, 2008). Metode analisis

yang dilakukan adalah analisis isi kualitatif atau AIK. AIK merupakan

metode penelitian untuk menafsirkan secara subjektif isi data berupa teks

melalui proses klasifikasi sistematik berupa coding atau pengkodean dan

pengidentifikasian aneka tema atau pola (Hsieh & Shannon, dalam

Supratikya, 2015). Tujuan dari AIK adalah mendapatkan pengetahuan dan

pemahaman berupa konsep-konsep atau kategori-kategori tentang fenomena

yang sedang diteliti (Hsieh & Shannon; Elo & Kyngas, dalam Supratikya,

2015). Ada beberapa langkah yang perlu dilakukan dalam metode ini:

1. Menentukan satuan analisis

Membuat transkrip berupa teks dari hasil wawancara tentang fenomena

tertentu dalam proses pengambilan data.

2. Membaca keseluruhan data

Tujuan dari membaca keseluruhan data adalah agar dapat menyelami dan

memperoleh kesan tentang keseluruhan data tersebut.

3. Melakukan opencoding

Open coding dilakukan dengan cara membaca kembali secara cermat keseluruhan teks dan memberikan catatan terhadap berbagai makna.


(59)

Daftar kode-kode yang ditemukan dikelompokkan kembali di bawahjudul

baru pada tingkatan yang lebih tinggi atau lebih luas. Tujuan dari

pengelompokan ini adalah untuk mengurangi jumlah kode dengan cara

menggabungkan kode-kode yang ada sehingga diperoleh kategori kode

yang lebih bermakna (Elo & Kyngas, dalam Supratiknya, 2015).

5. Mengidentifikasi hubungan antar kode

Langkah ini merupakan upaya dari peneliti untuk melakukan abstraksi

yaitu merumuskan aneka diskripsi tentang topik yang diteliti dengan

menemukan tema-tema (Elo & Kyngas, dalam Supratiknya, 2015).

6. Merumuskan makna dari keseluruhan temuan

Peneliti merumuskan keseluruhan makna dari hasil yang telah ditemukan.

F. Verifikasi Penelitian

Cara yang dapat digunakan peneliti untuk mendapatkan validasi atau

keakuratan dari hasil penelitian kualitatif (Creswell, 2012) adalah dengan

member checking. Member checking merupakan cara untuk memberikan konfirmasi mengenai keakuratan dan analisis data kepada informan

penelitian. Saat proses ini peneliti akan membacakan ulang hasil akhir atau

deskripsi-deskripsi arau tema-tema yang sudah dibuat. Hal ini bertujuan

untuk memeriksa kembali keakuratan laporan atau deksripsi atau tema yang


(60)

BAB IV

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

A. Pelaksanaan Penelitian

Peneliti melakukan beberapa persiapan untuk melakukan pengambilan

data supaya penelitian berjalan dengan lancar. Persiapan yang dilakukan

peneliti terdiri dari pencarian video sebagai media pengantar sebelum

pertanyaan, penyusunan guideline pertanyaan wawancara, dan melakukan try

out guna menguji guideline pertanyaan yang sudah disusun. Tabel 3

Persiapan Pengambilan Data

Tanggal Kegiatan Tempat Catatan

25-Apr-15 Pembuatan guideline wawancara

Rumah Peneliti Peneliti membuat susunan guideline wawancara

28-Apr-15 Revisi guideline wawancara

Kampus Paingan Universitas Sanata Dharma

Guideline wawancara diperiksa oleh dosen pembimbing

05-Mei-15 Revisi guideline wawancara

Kampus Paingan Universitas Sanata Dharma

Guideline wawancara kembali diperiksa oleh dosen pembimbing setelah melalui beberapa revisi pertanyaan

12-Mei-15 Diskusi

mengenai video yang akan digunakan Kampus Paingan Universitas Sanata Dharma Peneliti mendiskusikan video yang akan digunakan

sebagai media pengantar wawancara


(61)

Tanggal Kegiatan Tempat Catatan 19-Mei-15 Diskusi

mengenai video yang akan digunakan Kampus Paingan Universitas Sanata Dharma Peneliti kembali mendiskusikan video yang akan digunakan sebagai pengantar wawancara setelah mengganti video yang lebih cocok

26-Mei-15 Diskusi

mengenai video yang akan digunakan Kampus Paingan Universitas Sanata Dharma Peneliti kembali mendiskusikan video yang akan digunakan sebagai pengantar wawancara setelah mengganti video yang lebih cocok

05-Jun-15 Pelaksanaan Try Out

SMA X di Kota Y

Dosen pembimbing sudah menyetujui video yang digunakan sebagai pengantar wawancara sehingga

peneliti siap melakukan try out

29-Jun-15 Diskusi Hasil Try Out Kampus Paingan Universitas Sanata Dharma Dosen pembimbing menyarankan untuk menggali lebih dalam

jawaban dari responden

02-Jul-15 Penggalian hasil Try Out

Brun’s Cafe Magelang

Peneliti menggali lebih dalam

jawaban-jawaban dari responden

07-Jul-15 Diskusi Hasil Try Out Kampus Mrican Universitas Sanata Dharma Dosen pembimbing sudah menyetujui hasil dari tryout sehingga memberikan ijin untuk mengambil data wawancara selanjutnya


(62)

Peneliti mencari beberapa video yang mencerminkan perilaku bullying

yang berada di Indonesia. Peneliti memilih video yang berlatar belakang di

Indonesia agar situasi yang ada di video relatif sama dengan kenyataan yang

ada di sekitar responden penelitian. Setelah menemukan beberapa video,

peneliti mendiskusikan kepada dosen pembimbing skipsi dengan gelar Doktor

dalam bidang psikologi klinis dan dosen lain yang dengan gelar Master dalam

bidang psikologi klinis untuk memastikan video yang dipakai untuk

penelitian tersebut tidak menyalahi kode etik dalam penelitian

psikologi.Selain itu, peneliti juga mendiskusikan video pada individu berusia

dewasa awal dengan tujuan untuk mengetahui respon yang muncul pada

orang awam dan tidak memberikan efek psikologis.

Setelah seluruh persiapan mengambilan data wawancara sudah dirasa

cukup maka tahap selanjutnya adalah pemilihan responden

wawancara.Peneliti mendapatkan responden untuk wawancara dengan dua

cara. Cara yang pertama adalah dengan meminta rekomendasi dari guru

Bimbingan Konseling di sekolah X di kota Y untuk responden korban dan

pelaku dan meminta rekomendasi dari pihak kepala sekolah X di kota Y

untuk responden guru Bimbingan Konseling. Sekolah tersebut dipilih karena

perilaku bullying juga muncul di sekolah tersebut. Sedangkan cara yang

kedua adalah dengan relasi yang dimiliki oleh peneliti untuk responden

orangtua.

Setelah mendapatkan rekomendasi salah satu pelaku perilaku bullying,


(63)

melakukan uji coba pertanyaan kepada pelaku, peneliti menjelaskan kepada

responden mengenai wawancara yang akan dilakukan. Peneliti menjelaskan

bahwa selama proses wawancara tersebut akan direkam menggunakan alat

rekam. Selain itu, peneliti juga menjelaskan bahwa wawancara tersebut

dilakukan secara sukarela, dilakukan sejujur-jujurnya, dapat dilakukan lebih

dari satu kali, dan mendapatkan ijin dari dosen pembimbing skripsi.Setelah

responden menyetujui kesepakatan tersebut maka dapat melaksanakan

pengambilan data.Pengambilan data tersebut dimulai dengan menampilkan

video yang telah disiapkan sebelumnya.Setelah menampilkan video tersebut

peneliti mengajukan beberapa pertanyaan kepada responden.

Hasil dari uji coba pertanyaan tersebut kemudian didiskusikan dengan

dosen pembimbing skripsi dan harus dilakukan pendalaman lebih lanjut

mengenai hasil uji coba pertanyaan tersebut.Setelah melakukanwawancara

lanjutan dengan pelaku tersebut untuk mendalami jawaban-jawabannya

ternyata hasil wawancara tersebut dapat dipakai sebagai hasil wawancara

responden pertama. Setelah itu peneliti melanjutkan wawancara terhadap

responden-responden lainnya dengan proses yang sama dengan responden

pertama.

Tabel 4

Pelaksanaan Wawancara


(64)

Tanggal Kegiatan Tempat Catatan 30-Jul-15 Wawancara

dengan responden 5

SMA X di Kota Y

Wawancara dilakukan saat responden 5 tidak memiliki jam mengajar sehingga responden

dapat menjalanin wawancara dengan lancar

31-Jul-15 Wawancara dengan responden 2 dan 4

SMA X di Kota Y

Wawancara dengan

responden 2 dan

responden 4 dilakukan seusai jam sekolah dan lingkungan sekolah sepi sehingga wawancara berjalan dengan lancar.

05-Agust-15 Wawancara dengan responden 3 dan 6

SMA X di Kota Y

Responden 3 diberikan waktu untuk melakukan wawancara sehingga wawancara dapat berjalan dengan lancar.

Responden 6 melakukan wawancara ketika sudah tidak memiliki jam mengajar pada hari itu sehingga wawancara dapat berjalan dengan lancar.

20-Sep-15 Wawancara dengan responden 7 dan 8

Rumah responden

Wawancara dilakukan di

rumah responden

sehingga responden merasa lebih nyaman dan dapat melaksanakan wawancara dengan lancar.

B. Identitas Responden Penelitian


(65)

1. Pelaku Bullying

Pelaku bullying yang menjadi responden penelitian adalah dua

responden yang terdiri dari satu laki-laki dan satu perempuan. Kedua

responden tersebut merupakan siswa siswi dari SMA X di Kota Y. Kedua

responden tersebut merupakan rekomendasi dari guru Bimbingan

Konseling yang memiliki beberapa perilaku yang serupa dengan kriteria

pelaku bullying.

a. Responden 1

Inisial responden 1 adalah RA.RA berjenis kelamin laki-laki dan

berusia 17 tahun.RA direkomendasikan oleh guru Bimbingan

Konseling karena perilaku RA memenuhi kriteria pelaku bullying.

b. Responden 2

Inisial responden 2 adalah RS.RS berjenis kelamin perempuan dan

berusia 17 tahun.RS juga merupakan rekomendasi dari guru

Bimbingan Konseling karena perilaku RS memenuhi kriteria pelaku

bullying. 2. Korban Bullying

Korban bullying yang menjadi responden penelitian adalah dua

responden yang terdiri dari satu laki-laki dan satu perempuan. Kedua

responden tersebut merupakan siswa siswi dari SMA X di Kota Y. Kedua

responden tersebut merupakan rekomendasi dari guru Bimbingan

Konseling yang memiliki beberapa perilaku yang serupa dengan kriteria


(66)

a. Responden 3

Inisial responden 3 adalah ER. ER berjenis kelamin laki-laki dan

berusia 17 tahun. ER merupakan rekomendasi daru guru Bimbingan

Konseling karena perilaku memenuhi kriteria korban bullying.

b. Responden 4

Inisial responden 4 adalah AD.AD berjenis kelamin perempuan dan

berusia 17 tahun. AD merupakan rekomendasi daru guru Bimbingan

Konseling karena perilaku memenuhi kriteria korban bullying.

3. Orangtua

Orang tua yang menjadi responden penelitian merupakan orang tua yang

memiliki anak berusia remaja.Kedua responden tersebut terdiri atas satu

laki-laki dan satu perempuan.

a. Responden 7

Inisial responden 7 adalah AB. AB berjenis kelamin laki-laki dan

berusia 45 tahun. Merupakan seorang ayah yang memiliki anak usia

17 tahun ke atas.

b. Responden 8

Inisial responden 8 adalah SH. SH berjenis kelamin perempuan dan

berusia 40 tahun. Merupakan seorang ibu yang memiliki anak usia 17

tahun ke atas.

4. Guru Bimbingan Konseling

Guru Bimbingan Konseling yang menjadi responden penelitian adalah


(67)

respondentersebut terdiri atas satu laki-laki dan satu perempuan. Kedua

responden tersebut memiliki relasi yang dekat dengan siswa siswi di

SMA X di Kota Y.

a. Responden 5

Inisial responden 5 adalah W. W berjenis kelamin laki-laki dan

berusia 45 tahun.W merupakan guru Bimbingan Konseling di SMA

X di Kota Y. W memiliki hubungan yang dekat dengan para siswa di

sekolah tersebut.

b. Responden 6

Inisial responden 6 adalah E. E berjenis kelamin perempuan dan

berusia 34 tahun.E merupakan guru Bimbingan Konseling di SMA X

di Kota Y. E memiliki hubungan yang dekat dengan para siswa di

sekolah tersebut.

Tabel 5

Keterangan identitas responden

Keterangan Inisial Usia Jenis Kelamin

1. Pelaku RA 17 tahun Laki-laki

2. Pelaku RS 17 tahun Perempuan

3. Korban ER 17 tahun Laki-laki

4. Korban AD 17 tahun Perempuan

5. Guru BK W 45 tahun Laki-laki

6. Guru BK E 34 tahun Perempuan

7. Orangtua AB 45 tahun Laki-laki

8. Orangtua SH 40 tahun Perempuan


(68)

Penelitian ini menghasilkan gambaran mengenai definisi perilaku

bullying; bentuk-bentuk perilaku bullying; penyebab internal maupun eksternal dari perilaku bullying; dan dampak positif maupun negatif terhadap

pelaku, korban, dan responden dalam perilaku bullying.

1. Definisi Perilaku Bullying

Setelah seluruh responden yang berjumlah delapan tersebut telah

selesai melalui proses koding maka didapatkan beberapa definisi dari

perilaku bullying. Secara garis besar, para responden mendefinisikan

perilaku bullying sebagai perilaku yang merendahkan, tidak menghargai,

merugikan, sewenang-wenang, tidak bertanggung jawab, dan membuat

tidak nyaman orang lain. Selain itu, menurut para responden perilaku

bullying dilakukan secara sengaja maupun tidak sengaja serta memiliki perbedaan kekuatan antara pelaku dan korban.Perilaku bullying juga

terjadi secara terus menerus pada satu atau lebih korban dan

menimbulkan rasa sakit secara fisik maupun mental.

a. Pelaku yang memiliki perbedaan kekuatan antara pelaku dan korban

Ada beberapa responden yang menyatakan bahwa perbedaan

kekuatan antara pelaku dan korban yang dimaksud adalah perbedaan

secara fisik, mental, dan kemampuan.

Hal tersebut dapat dilihat dari salah satu pengakuan responden pada

saat wawancara :

“Terus kan yg main basket. Yg cewek pake kacamata yg cowok kan lebih besar, kelasnya lbih tinggi. Trus main yg pake kacamatanya jatuh malah di tinggal pergi malah”


(1)

ini bisa di misalnya tadi kan rekayasa gambar sehingga orang lain apa percaya oh ini pasti si anak ini yang melakukan padahal kan belum tentu kebenarannya. Lalu ga Cuma lingkungan sekolah tapi bisa berbagai kalangan.

3 Karena internet itu? ya karena

disebar oleh orang yang ga bertanggung jawab ya.

Fitnah tersebut disebarkan oleh orang yang tidak bertanggung jawab

Tidak bertanggung jawab 4 Kalo penyebabnya kira-kira apa.

Kenapa sih kok anak itu menyebarkan fitnah itu?

penyebabnya saya rasa itu terjadi apa di lingkungan anak SMA ya, kayanya anak SMA itu gek puber-puber e rasa cemburu bisa,

Penyebab pelaku

menyebarkan fitnah tersebut adalah karena cemburu

Cemburu

5 e iri hati bisa, terus bikin fitnah. Penyebab lain pelaku menyebarkan fitnah adalah iri hati

Iri hati

6 Mungkin korbannya lebih mudah bergaul sama teman, teman-temannya banyak dan yang

menyebarkan fitnah itu merasa iri, mungkin dia temennya sedikit, ga punya ga punya kelebihan apa-apa, kalo sekolah ya sekolah,

Penyebab lain pelaku meyebarkan fitnah karena iri dengan korban yang memiliki banyak teman

Iri hati

7 dia ga bisa misalnya olah raga ga bisa, seni ga bisa, pelajaran pas-pasan, sehingga dia membuat fitnah yang membuat anak yang

mempuanyai banyak kelebihan ini dijauhi.

Penyebab lain pelaku menyebarkan fitnah karena iri dengan korban yang memiliki banyak kelebihan


(2)

8 Itu kan ada cemburu dan iri. Apakah perbedaan cemburu dan iri? Kalo saya sih cemburu itu

cenderung ke soal hati, percintaan anak2, asmara.

Cemburu adalah perilaku yang berhubungan dengan hati dan percintaan

Cemburu

9 Kali iri hati itu bisa lebih ke banyak hal. Jadi lebih luas dibanding

cemburu ya? Ho o cemburu.

Iri hati memiliki pengertian yang lebih luas dibanding dengan cemburu

Iri hati

10 Buat pelakunya. Apakah dia mendapatkan dampak setelah dia melakukan fitnah itu? buat pelaku

fitnah? Iya. buat pelaku fitnah, untuk awal dia merasa senang. Sebelum dia ketahuan tentu dia merasa senang.

Dampak untuk pelaku adalah senang karena telah memfitnah korban

Senang

11 Tapi setelah orang-orang tau kebenarannya, saya rasa malah dia lalu yang dibenci,

Dampak lain pada pelaku adalah dibenci oleh teman-temannya

Dibenci

12 dijauhi. Dampak lain pada pelaku

adalah dijauhi oleh teman-temannya

Dijauhi

13 Ya pokoknya apa yang terjadi pada si korban itu akhirnya akan kebalik ke si pelaku itu ya terutama untuk anak sekolah itu pasti di itu ya dibenci dijauhi karena dia dijauhi jadi dia merasa sendiri. Ga punya temen untuk berbagi cerita, ya mungkin cuman satu dua orang yang mau mendengarkan.

Dampak lain pada pelaku adalah tidak memiliki teman

Tidak memiliki teman

14 Apa dampaknya buat korbannya?

Saya rasa kalo untuk korban tau hal itu dia akan berusaha untuk

Dampak pada korban adalah berusaha untuk

membuktikan bahwa dia

Membuktikan tidak salah


(3)

membuktikan bahwa saya tidak melakukan hal itu berusaha untuk membuktikan diri bahwa saya tidak melakukan hal itu. selain itu ada

lagi? Ketoke dia berusaha untuk

membuktikan ke orang-orang bahwa saya itu ga salah.

tidak bersalah

15 Lalu disitu kan ada temen-temennya itu kan. Apa dampak buat temen-temennya liat fitnah itu? kalo pas kaya temen-temennya

paling dia juga temen-temenya ga tau apa yang terjadi kan ada percaya aja. Kalo pas saat itu ya pasti ikut membenci korban itu . ikut membenci, mencemooh.

Dampak pada orang yang melihat adalah ikut membenci korban

Membenci korban

16 Tapi setelah tau e tau kebenarannya temen-temen itu mungkin akan bersimpati kepada korban terus, tapi juga ga semua langsung seperti itu bersimpati,

Dampak lain pada orang lain adalah bersimpati pada korban

Bersimpati

17 ada yang merasa kecewa juga oh saya ga tau duduk persoalannya kok ikut-ikutan menyalahkan.

Dampak lain pada orang lain adalah kecewa karena ikut menyalahkan korban

Kecewa pada diri sendiri

18 Jadi ada rasa sesal rasa penyesalan.

Berarti sesalnya itu karena ikut-ikutan padahal dia ga ngerti. Iya.

Dampak lain pada orang lain adalah menyesal ikut membenci korban

Menyesal

INFORMASI MENGENAI PERILAKU BULLYING

No Satuan makna Satuan makna dipadatkan Kode 1 Saya mau bertanya, ibu tau

tentang bullying? bullying itu

pelecehan kepada anak itu kan

Bullying adalah pelecehan pada anak


(4)

biasanya, sedikit tau.

2 Pelecehan yang seperti apa sih kepada anak-anak itu? usil-usil itu

misalnya cuman ada anak jalan terus kakinya di ini terus jadinya yang jalan jadi jatuh,

Pelecehan merupakan perilaku usil pada anak

Keusilan

3 termasuk kata-kata kotor, kata-kata kasar itu termasuk bullying secara verbal. Sedikit tau soalnya kalo di GKI anak-anak PPA sering diberi pengarahan ttg bullying tentang apa pelecehan seks. Jadi kalo menurut

ibu bullying itu seperti pelecehan, usil,jahil, kata-kata kotor? Iya. terus kalo kata kotor, kata-kata kasar termasuk bullying verbal,

Berkata-kata kotor dan kasar merupakan bentuk perilaku bullying

Berkata-kata kotor, kasar

4 tapi kalo pelecehan, anak yang usil itu termasuk apa? Termasuk

apa ya, termasuk bullying secara fisik ya. Tadi yang di video 1 itu

kan mencakup kejahilan kan, saya bertanya kok tadi ga menyebutkan bullying, padahal ibu tau kalo itu bullying? ga

kepikiran-ga kepikiran kata-kata bullying, pernah denger sih pernah cuman ga kepikiran, lah itu juga termasuk bullying kaya anak yang usil bilang bacot itu kan termasuk kata-kata kasar. Berarti kejahilan

keusilan itu termasuk bullying?

iya.

Kejahilan merupakan bentuk dari perilaku bullying


(5)

5 lalu kalo di video ke 2 itu kan ibu mengatakan kalo itu fitnah. Apakah fitnah itu termasuk bullying? iya. termasuk bullying.

Fitnah merupakan bentuk dari perilaku bullying

Fitnah

6 kenapa fitnah termasuk dalam bullying? ya itu termasuk pelecehan

terhadap mental seseorang ya, caranya untuk menjatuhkan orang ya, mental dan harga diri seseorang.

Itu kan termasuk ke dalam bentuk-bentuk perilaku bullying, ada fitnah, usil, kata-kata kotor.

Fitnah merupakan pelecehan terhadap mental dan harga diri seseorang

Pelecehan mental dan harga diri

7 Nah sebenarnya bullying itu apa sih? Ya apa ya? E yang tindakan

yang merugikan ya. Selain itu? menurut saya itu ya, merugikan,

Bullying merupakan perilaku yang merugikan orang lain

Merugikan orang lain

8 tidak menyenangkan, Bullying merupakan perilaku yang tidak menyenangkan terhadap orang lain

Tidak

menyenangkan

9 mengganggu Bullying merupakan

perilaku yang mengganggu orang lain

Mengganggu

10 selain itu ada lagi? Uda kayanya. Perilaku yang tidak

menyenangkan itu kaya apa bu?

ya kalo yang kena usil itu kan rasanya bagi yang mengalami itu tetep ga senenglah, ga

menyenangkan di hati.

Perilaku yang tidak menyenangkan adalah perilaku yang membuat hati orang lain tidak nyaman

Tidak nyaman

11 Merugikan itu kaya apa? Ya bagi

yang mengalami kan misalnya kan mengalami itu cedera atau terluka

Perilaku merugikan merupakan perilaku yang membuat orang lain


(6)

itu kan merugikan yang mengalami, misalnya cedera kalo ga parah sih ga papa kalo parah sampe misal patah tangan itu kan kadang merugikan bagi yang mengalami. Berarti yang

merugikan itu kaya luka kaya

lebih ke fisik gitu ya,

mengalami kerugian pada fisik, seperti cidera

12 kalo yang ke mental itu ya kaya yang uda dibilang tadi timbul rasa taku rasa minder, trauma yang berkepanjangan.

Membuat orang lain menjadi minder, takut, dan trauma adalah perilaku yang merugikan orang lain secara mental

Minder Takut Trauma

13 Terus yang mengganggu itu yang seperti apa sih?

Contoh-contohnya apa? E tentu saja

mengganggu ya seharusnya e misalnya di lingkungan sekolah ada anak yang suka usil seperti itu ga Cuma bagi korban yang merasakan tapi juga teman-teman di sekitar seperti yang di video tadi e anak yang diganggu yang abis

mengerjakan tugas dari guru mau duduk terus jatuh sehingga timbul gaduh di kelas tentu saja

mengganggu proses belajar ya. Seperti itulah.

Perilaku bullying membuat orang lain di sekitarnya menjadi tidak nyaman