Bagaimana Vietnam Menghadapi Status Quo

1. Bagaimana Vietnam Menghadapi Status Quo
Sebelum menginjak ke pembahasan, hendaknya kita mengetahui terlebih dahulu
sedikit tentang status quo itu sendiri. Sebenarnya, konsep ini adalah sebuah sikap politik
yang bisa ditunjukkan oleh sebuah negara. Hans. J Morgenthau (1948) dalam bukunya
yang berjudul Politik Antar Bangsa menyebutkan bahwa jika sebuah negara dengan politik
luar negeri dengan berusaha memperahankan atau memelihara kekuasaan yang terbentuk
di dalam negaranya berarti negara ini menjalankan politik status quo. Politik status quo ini
bersifat disengaja karena memang pihak-pihak yang memiliki kepentingan di dalamnya
berusaha untuk menjaga pemeliharaan pembagian kekuasaan di antara pihak-pihak
tersebut.
Sekilas dari pemaparan di atas, keadaan status quo ini mirip dengan ideologi
konserfatif dimana keadaan sengaja diciptakan untuk memelihara norma-norma yang ada.
Pada kenyataannya, implikasi dari sikap politik status quo ini memang cenderung erjadi
pada negara-negara dengan hierarkhi pemerintahan yang tinggi atau menganut ideologi
pemerintahan tertentu. Di bawah ini akan dijelaskan politik status quo yang ada di negara
Vietnam yang menganut ideologi komunis, dimana fokus penjelasan dan analisis akan
berpusat pada kasus pemilihan kembali Nguyen Phu Trong pada Kongres Partai di
Vietnam baru-baru ini, status quo yang dilakukan oleh Nguyen Tan Dung, dan akibat dari
status quo Nguyen Phu Trong yang melahirkan politik luar negeri status quo antara
Vietnam dan Tiongkok.
a.

Kongres Partai Vietnam dan Sosok Nuyen Phu Trong
Baru-baru ini tepatnya tanggal 27 Januari 2016, Partai Komunis Vietnam (CVP)
mengadakan kongres nasional partai lima tahunan ke-12 (Country EIU 2016). Di dalam
kongres tersebut terpilihlah Sekertaris Jenderal (Sekjen) terbaru partai ini yakni Nguyen
Phu Trong (Country EIU 2016). Keadaan ini memunculkan sebuah situasi yang bersifat
status quo di dalam tubuh Partai Komunis Vietnam. Partai Komunis Vietnam ini menjadi
wadah dari Perdana Menteri Vietnam, Nguyen Tan Dung–yang juga pembentuk partaiuntuk memanjangkan pengaruhnya setelah dia lengser nanti, akan tetapi usahanya
langsung digagalkan oleh kembali terpilihnya Nguyen Phu Trong sebagai Sekretaris
Jenderal. Secara tradisionalnya, posisi sebagai Sekretaris Jenderal ini sangat diperebutkan
bagi siapapun karena melalui posisi ini, kebijakan Vietnam secara keseluruhan dapat
dipengaruhi.
Kedua sosok ini (Dung dan Trong) sebenarnya memainkan peranan yang kuat
dalam kubu internal Partai Komunis Vietnam ini. Sosok Dung yang sekarang masih
menjadi Perdana Menteri Vietnam ini lebih pro ke bisnis, dengan berani mengkritisi

Tiongkok atas kasus Laut Tiongkok Selatan. Berbeda dengan Dung, Trong bersifat lebih
berkiblat ke Tiongkok. Dengan situasinya yang berkiblat ke Tiongkok ini, maka hubungan
diplomatik yang baik dapat tercipta. Oleh karena itu Trong yang dianggap pro Tiongkok
dianggap bisa lebih mempengaruhi kebijakan yang ada dalam pemerintahan, melalui partai
komunis Vietnam ini agar dapat menjalin persahabatan dengan Tiongkok yang sama-sama

komunis.
Terpilihnya kembali Nguyen Phu trong ini menandakan status quo yang memang
sengaja diciptakan untuk pemeliharaan kekuasaan dan pembagian kekuasaan. Secara
implisit, Vietnam memang mendukung adanya status quo ini. Trong yang dianggap lebih
pro ke Tiongkok, diklaim bisa menunjang pertumbuhan ekonomi Vietnam dalam kurun
waktu lima tahun terakhir. Hal ini terjadi karena atas kedekatannya dengan Tiongkok, dan
situasi ekonomi Tiongkok yang kurang baik dengan produksinya yang menjadi mahal
maka pabrik-pabrik asing di Tiongkok akan mengalihkan produksinya ke negara kecil
seperti Vietnam (USA Today 2016). Apalagi, hubungan Tiongkok dan Vietnam sedang
baik berkat adanya Trong. Jika dilihat dari situasi ini maka tujuan dibuatnya status quo
dengan mempertahankan Trong untuk terpilih kembali adalah tepat. Bukan tidak mungkin
apabila status quo ini terus diciptakan dan terus ada, maka pertumbuhan ekonomi Vietnam
akan terus membaik.
Di awal penjelasan sudah disebutkan jika posisi sebagai Sekretaris Jenderal adalah
termasuk posisi yang penting karena bisa mempengaruhi kebijakan pemerintah Vietnam.
Dengan adanya status quo ini, Trong dapat mempengaruhi kebijakan pemerintah dengan
kiblat pro Tiongkoknya. Akan menjadi lebih baik dan menciptakan situasi yang terkendali
jika hubungan dengan Tiongkok terjaga dengan baik. Efek jangka panjangnya adalah
pertumbuhan dalam bidang ekonomi dan tentunya bidang investasi yang kelak juga akan
bermanfaat bagi Vietnam.

b.
Nguyen Tan Dung dan Usaha Status Quonya
Nguyen Tan Dung adalah sosok Perdana Menteri Vietnam yang tangguh dalam
membangun negaranya. Tercatat selama kurang lebih 10 tahun menjabat terhitung dari
tahun 2006, Dung sudah melakukan banyak reformasi ekonomi yang mengakibatkan
terbukanya investor asing utnuk membuka investasinya di Vietnam (VOA Indonesia 2016).
Dialah yang berhasil mewujudkan perdamaian hubungan Vietnam dengan bekas musuhnya
yakni Amerika Serikat. Dan seperti yang telah dijelaskan di awal, Dung ini berusaha
melanjutkan status quo nya di kubu Partai Komunis Vietnam, namun usahanya digagalkan
oleh Nguyen Phu Trong.

Dengan hubungannya yang dianggap lebih erat dengan Amerika Serikat, beberapa
pihak memandang bahwa langkah yang dilakukan Dung ini kurang begitu baik.
Sebenarnya langkah yang dilakukan Dung bukan tanpa alasan karena pada masa
pemerintahannya kasus Laut Tiongkok Selatan mencuat. Hal ini yang menyebabkan
hubungan Vietnam dengan Tiongkok memanas. Namun menurut penulis, semua ini adalah
usaha Dung untuk melanggengkan status quo yang dia rencanakan. Bagaimana tidak,
status quo antara Vietnam dan Amerika Serikat akan terjadi karena Vietnam sedang
berkonflik dengan Tiongkok tentang masalah Laut Tiongkok Selatan. Amerika sedang
membaik hubungannya dengan Vietnam, maka pembagian kekuasaan yang menjadi tujuan

status quo kan terjadi. Vietnam bisa saja meminta bantuan Amerika untuk menangani
kasus Laut Tiongkok Selatan ini dan kemudian Amerika bisa saja menginginkan
pembagian kekuasaaan yang adil dengan hubungan dagang dengan Vietnam. Keadaan ini
berusaha dipelihara di masa pemerintahan Dung, dan terjadilah status quo.
Namun nampaknya hegemoni yang berusaha dibangun oleh Dung telah gagal pada
tahun ini. Sosok Trong yang lebih konserfativ telah merubah kiblat hubungan dan status
quo Vietnam. Usahanya telah digagalkan dengan status quo baru yang terbentuk dengan
terpilihnya Trong sebagai sekretaris jernderal Partai Komunis Vietnam.
c.
Status Quo Vietnam-Tiongkok Di Bawah Trong
Hans J. Morgenthau (1948) mengungkapkan dalam buku Politik Antar Bangsa
bahwa tujuan dari status quo adalah untuk melestarikan pembagian kekuasaan yang ada.
Sikap politik status quo di Vietnam ini cukup unik. Karena berawal dari status quo yang
terjadi di dalam kubu internal pemerintahannya, terciptalah sebuah status quo antara
Vietnam dengan Tiongkok. Perlu diketahui, hubungan Vietnam dan Tiongkok ini
sebelumnya sangatlah erat, lebih erat dari sekedar pembagian kekuasaan yang ada.
Hubungan Marxisme dan Leninisme sangat kental di dalam kedua negara ini. Oleh karena
itu dengan adanya hubungan ini munculah status quo antara kedua negara.
Terjadinya status quo ini masih tergolong baru, karena memang Trong baru terpilih
untuk kedua kalinya di tahun ini. Namun nampaknya pelestarian pembagian kekuasaan

Vietnam – Tiongkok ini sudah mulai kelihatan di saat Trong masih awal menjabat sebagai
Sekretaris Jenderal partai. Terlihat dengan citra Trong yang baik di Tiongkok, maka
perusahaan yang sedang melemah produksinya di Tiongkok melebarkan sayap ke Vietnam.
Demikian pula Tiongkok berusaha meberikan pembagian kekuasaan yang adil dengan
Vietnam mengenai sengketa Laut Tiongkok Selatan. Terbukti dengan pertemuan Presiden
Tiongkok Xi Jinping dengan Trong pada tanggal 7 April 2015 lalu berdampak juga bagi

Vietnam (VOA Indonesia 2015). Dengan kunjungan ini maka diharapkan kedua negara
dapat mengelola masalah Laut Tiongkok Selatan dengan wajar agar tercipta situasi yang
aman dan damai (VOA Indonesia 2015).
d.
Kesimpulan
Dari pemaparan di atas tentunya kita sudah dapat menimpulkan bahwa Vietnam
adalah negara yang pro terhadap status quo. Hal ini sudah nyata tercermin dari persoalan
internal Vietnam itu sendiri. Sosok Nguyen Phu Trong telah menjawab itu semua. Dengan
status quo yang diciptakannya, lahirlah politik luar negeri status quo antara Vietnam dan
Tiongkok. Lalu keadaan status quo ini berusaha dipertahankan dengan jalan membentuk
status quo baru dan hegemoni baru sehinga menumbangkan hegemoni lama. Trong yang
lebih pro Tiongkok, berhasil mempertahankan hegemoninya dalam status quo ini dengan
memperbaiki hubungan yang sempat renggang dengan Tiongkok.


DAFTAR PUSTAKA
REFERENSI BUKU
Morgenthau, Hans J. 1948. Politik Antar Bangsa. Jakarta : Yayasan Pustaka Obor
Indonesia.
REFERENSI WEBSITE
Country EIU. 2016. “Vietnam’s Party Congress, a Vote for The Status Quo.” Diakses pada
tanggal

20

Maret,

2016.

(http://country.eiu.com/article.aspx?

articleid=193891603&Country=Vietnam&topic=Politics&subtopic=Forecast).
USA Today. 2016. “Re-elected Vietnam communist boss: 'A lot of work ahead.” Diakses
pada


20

Maret

2016.

(http://www.usatoday.com/story/news/world/2016/01/27/vietnam-election
communist-party/79442042/).
VOA Indonesia. 2016. “Pemimpin Partai Komunis Vietnam Terpilih Kembali.” Diakses
pada 23 Maret 2016. (http://m.voaindonesia.com/a/pemimpin-partai-komunisvietnam-terpilih-kembali/3164598.html).
VOA Indonesia . 2016. “Presiden China dan Ketua Partai Komunis Vietnam Bertemu di
Beijing.” Diakses pada 23 Maret 2016. (http://m.voaindonesia.com/a/presidenhinadan-ketua-partai-komunis-vietnam-bertemu-di-beijing/2711028.html