BAB I Bismillah

(1)

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Perkembangan adalah suatu perubahan yang terjadi secara bertahap dari tingkat yang lebih rendah sampai ke tahapan yang lebih kompleks, timbul dan berkembang pada diri individu melalui proses tumbuh, dewasa dan belajar. (Setiawati 2009, h. 7). DepKes (2005) menjelaskan perkembangan sebagai bertambahnya struktur dan fungsi tubuh yang lebih kompleks dalam kemampuan gerak kasar dan gerak halus, bicara dan bahasa, serta sosialisasi dan kemandirian. Menurut Piaget, perkembangan masing-masing tahap tersebut merupakan hasil perbaikan dari perkembangan tahap sebelumnya.

United Nations International Children's Emergency Fund (UNICEF) memaparkan bahwa pada tahun 2000 penduduk dunia usia 0-14 tahun mencapai angka 6,1 milyar, terjadi peningkatan 1 % sampai dengan tahun 2012 yaitu mencapai 7,04 milyar jiwa. Niger merupakan salah satu negara di bagian Afrika yang 50% penduduknya adalah anak. (http://data.worldbank.org/data-catalog/world-development-indicators/2013). Badan Pusat Statistik (BPS) Indonesia menerangkan, pada tahun 2000 jumlah penduduk indonesia 206,3 juta jiwa. Tahun 2010 mencapai 237,6 juta jiwa dan diperkirakan tahun 2015 akan mencapai 255,4 juta jiwa. Data tersebut menjelaskan bahwa penduduk indonesia mengalami perkembangan tiap tahunnya.


(2)

Hal serupa juga diikuti oleh perkembangan jumlah anak di Indonesia usia 0-17 tahun. Di Indonesia sendiri 33,9% di dominasi oleh populasi anak usia 0-17 tahun, bisa dikatakan satu diantara tiga penduduk indonesia adalah anak. BPS Indonesia juga menerangkan, tahun 2012 jumlah anak usia 0-17 tahun di indonesia mencapai 82,6 juta jiwa. Mengacu pada usia tersebut, di tahun yang sama proyeksi anak usia 0-4 tahun juga berperan karena mempunyai presentase sebesar 28,4% atau 23,4 juta jiwa dari jumlah usia 0-17 tahun. Jika kita melihat sedikit kebelakang, ada hal yang menarik untuk diamati tentang anak indonesia, ini diproyeksikan dengan adanya peningkatan yang cukup baik pada usia 0-4 tahun yaitu dari 4,7% di tahun 2000 lalu meningkat menjadi 5,74% di tahun 2010.(Profil anak indonesia, 2012).

Kemudian kembali lagi, bahwa salah satu komposisi anak usia 0-4 tahun diantaranya adalah usia 3-4 tahun. Usia tersebut juga mempunyai peran penting karena selama usia ini, anak ikut serta dalam partisipasi sekolah. Ini terlihat dari Angka Partisipasi Pra Sekolah (APPS) Indonesia yang menunjukkan bahwa ada sejumlah peningkatan di tahun 2009 – 2010 yaitu dari 20,1 juta menjadi 22,6 juta anak di tahun 2010 dengan kata lain pada tahun tersebut meningkat 5,75%. Tidak hanya itu, peningkatan juga terjadi di tahun 2011 - 2012, yaitu dari 19,64 juta meningkat 7,78% menjadi 21,87 juta anak. Dari peningkatan-peningkatan inilah yang perlu diperhatikan bahwa anak di indonesia usia 3-4 tahun mempunyai peran dan potensi yang baik untuk diamati.


(3)

sebesar 3,34% dari 32.382.657 jiwa atau sekitar 1,08 juta jiwa. Data dari Dinas Kependudukan dan Pencatatan sipil Kabupaten Pekalongan tahun 2013 memaparkan, bahwa pada tahun 2013 jumlah seluruh anak usia 3-4 tahun sebesar 29.684 anak dari 19 kecamatan yang ada. Masing-masing kecamatan memiliki presentase anak usia 3-4 tahun yang berbeda, namun rata-rata tiap kecamatan terdapat 1.562 atau sekitar 5% dari jumlah anak seluruhnya dan tentunya ada jumlah tertinggi dan terendah. Hal ini terlihat dari data kependudukan kabupaten pekalongan yang memproyeksikan bahwa jumlah anak usia 3-4 tahun yang paling tinggi berada di kecamatan kedungwuni dengan jumlah 3.078, angka ini paling tinggi dibandingkan dengan kecamatan-kecamatan yang lain.

Jika dilihat dari tahun sebelumnya, diketahui bahwa kecamatan kedungwuni memiliki presentase anak usia 3-4 tahun yang mengalami peningkatan jumlah. Pada tahun 2010 presentase anak usia 3-4 tahun di kecamatan kedungwuni mencapai 9,93% meningkat 0,08% di tahun 2011 menjadi 10.01%, sedangkan dari tahun 2011 meningkat 0,15% menjadi 10,16% di tahun 2012. Dan memasuki tahun 2013, kecamatan kedungwuni mengalami peningkatan jumlah penduduk anak usia 3-4 sebesar 0,2% yaitu mencapai 10,36% atau 3.078 anak. Data tersebut menyatakan bahwa presentase anak usia 3-4 tahun di kecamatan kedungwuni mengalami peningkatan per-tahunnya.

Melihat dari sudut perkembangan anak itu sendiri, usia 3-4 tahun telah memasuki periode perkembangan anak yang sangat menentukan, dimana pada periode ini dapat disebut periode emas (golden age). Golden age adalah


(4)

masa yang sangat penting untuk memperhatikan tumbuh kembang anak secara cermat agar sedini mungkin dapat terdeteksi apabila terjadi kelainan. Para ahli neurologi menyatakan bahwa pada saat lahir sampai usia 3 tahun memiliki 100 sampai 200 milyar neuron atau sel syaraf yang siap melakukan sambungan antar sel. Sekitar 50% kapasitas kecerdasan manusia telah terjadi ketika usia 4 tahun (Desmita 2006, h. 97). Apabila tidak mendapatkan stimulasi yang tepat, maka anak tidak dapat mengembangkan tahapan perkembangannya secara maksimal.

Setiap anak memiliki tahapan perkembangan yang berbeda-beda sesuai dengan usianya. Menginjak usia 3 tahun, indera pendengarannya sedang berkembang pesat. (Rasyid 2010, h. 54). Secara umum usia ini mempunyai karakteristik cenderung lebih berkeinginan untuk meniru / pembiasaan dalam hal apa yang mereka dengar dan lihat, mampu mengekspresikan diri, memahami percakapan dan mencoba bermain dengan teman sebayanya (Maya 2012, h. 19).

Hal serupa juga terjadi pada anak usia 4 tahun yang mempunyai karakteristik hampir sama, tetapi keterampilan mereka lebih baik. Secara umum saat usia 4 tahun, anak mampu membentuk kemandirian, bermain kreatif dengan teman-temannya (Handajani 2009, h. 112). Pada usia ini juga anak mampu merasakan apa yang orang lain pikirkan dan merespon dengan benar.(Collins 2011, h. 57 )

Kedua usia ini mempunyai kemajuan awal perkembangan yang sangat pesat pada keterampilan motorik kasar dan motorik halusnya (Rumini, 2004). Perkembangan motorik kasar pada usia ini, diwali dengan kemampuan untuk


(5)

berdiri dengan satu kaki selama 1 sampai 5 detik, melompat, berjalan dengan tumit ke jari kaki, menjelajah, membuat posisi merangkak. Sedangkan pada perkembangan motorik halus dimulai dengan memiliki kemampuan menggoyangkan jari-jari kaki, menggambar 2 atau 3 bagian tubuh, menggambar orang, melepas objek dengan jari lurus, melambaikan tangan, menggunakan tangannya untuk bermain.

Tidak hanya perkembangan motorik saja, perkembangan bahasa dan sosialnya pun mulai berkembang secara bertahap, karena pada usia ini sekitar 50% kecerdasan manusia telah terjadi. Perkembangan bahasa diawali dengan menggunakan bunyi untuk mengidentifikasi objek. Pada pencapaian aspek bahasa anak usia 3-4 tahun juga dapat mengenali orang dan aktivitas, meniru berbagai bunyi nada, berespon terhadap panggilan dan orang-orang anggota keluarga dekat. Perkembangan adaptasi sosial dapat ditunjukkan dengan adanya peningkatan kecemasan terhadap perpisahan, menangis jika dimarahi, membuat permintaan sederhana dengan gaya tubuh, mengenali anggota keluarga, bermain aktif dengan permainan sederhana (Hidayat, 2008. h. 25-26).

Bagi anak-anak, bermain adalah belajar sehingga belajar itu menjadi menyenangkan. Pada dasarnya, anak-anak belajar melalui permainan karena tidak ada cara lain bagi mereka untuk mencapai segala hal yang secara normal harus mereka capai (Einon & Dorothy 2005, h. 4). Selain membantu perkembangan motorik dan sensorik, bermain juga meningkatkan sosialisasi anak, proses ini terjadi ketika anak sudah mencoba bermain dengan teman sebayanya (hidayat. 2008. h. 57). Syahrul (2007) menegaskan di sarankan


(6)

bahwa anak-anak harus diberikan sebanyak-banyaknya pengalaman bermain dan bernyanyi. Pernyataan tersebut diperkuat oleh Adams (2006, h. 69), usia 3-4 tahun, membutuhkan kegiatan bermain aktif untuk merangsang berbagai keterampilannya.

Salah satu kegiatan bermain aktif anak adalah melalui aktivitas musik. Aktivitas musik bisa digolongkan dalam bermain aktif bila anak melakukan kegiatan musik misalnya bernyanyi. Bernyanyi merupakan kegiatan yang paling banyak dilakukan karena tidak menuntut keahlian memainkan alat musik tertentu.(Tedjasaputra 2005, h. 62). Secara umun, kegiatan bernyanyi tidak bisa terlepaskan dengan anak usia dini. Anak sangat suka bernyanyi sambil bertepuk tangan dan juga menari. Kegiatan menyanyi bagi anak-anak lebih berfungsi sebagai aktivitas bermain daripada aktivitas pembelajaran atau penyampaian pesan. Selain itu juga merupakan kegiatan musik yang fundamental, karena anak dapat mendengar melalui inderanya sendiri. (Sunarti, h. 92)

Namun hal yang terpenting dari bernyanyi adalah jika kita melihat dari manfaatnya yang dapat mengontrol perkembangan karena secara langsung dapat mengamati setiap dari perkembangan mereka, seperti perkembangan verbal, pendengaran, motorik, dan peniruan-peniruannya. (Rasyid 2010, h. 159). Cocok jika dilakukan terhadap anak usia 3-4 tahun untuk menstimuasi perkembangannya karena basic mereka cenderung ingin meniru apa yang mereka dengar dan lihat, senang menyanyi berkelompok, pendengaran mereka juga masih berkembang sangat pesat. (Wulandari, h. 9) Hal ini di dukung oleh


(7)

para peneliti yang mengemukakan bahwa 88% anak menyukai aktivitas musik baik itu mendengarkan ataupun meyanyi.

Hampir separuh mereka memilih lagu-lagu pop modern daripada lagu anak-anak. Namun tidak sedikit juga yang sering menyanyikan lagu anak-anak khusunya anak yang aktif dalam pendidikan usia dini karena bernyanyi dilakukan hampir setiap pembelajaran.(Izzaty, h. 4). Pernyataan ini dibuktikan oleh penelitian Raharja (2009), bahwa 76,4% anak usia pra sekolah termasuk usia 3-4 tahun menyukai lagu anak-anak dan 75,9% mereka sering mendengarkan lagu anak-anak.

Begitu besar kecintaan anak terhadap lagu yang memang seharusnya mereka dengar dan nyanyikan sebagai stimulus yang dapat berpengaruh kuat terhadap perkembangannya. Lagu anak-anak dikenal sebagai lagu yang mempunyai irama (ketukan tidak tertur), nada, lirik dan birama (ketukan teratur) yang sederhana dalam arti mudah di hafalkan dan diekspresikan. Lewat lagu tersebut aspek motorik anak dapat tersampaikan melalui interpretasi dan ekspresi yang dilakukan anak terhadap lagu yang mereka nyanyikan dan mereka dengar. Misalnya anak menyanyi lagu “potong bebek angsa, angsa di kuali, nona minta dansa, dansa empat kali, dorong ke kiri, dorong ke kanan” anak akan berekspresi bagaimana gerakan mendorong, gerakan dansa, menggerakan jari untuk menunjukkan angka empat yang melibatkan otot-otot tubuh tergerak. (Rasyid 2012, h. 163)

Tidak hanya itu, aspek bahasa dan social juga akan tersampaikan, anak akan mendapatkan pengalaman bahasa yang berupa perbendaharaan kosakata tentang berbagai hal seperti : (1) arti hormat kepada orang tua; (2) sayang


(8)

sesamanya; (3) kebesaran Tuhan; (4) cinta tanah air. Aspek kemandirian juga akan anak tersampaikan jika misalnya anak menyanyi lagu “Bagun tidur kuterus mandi, tidak lupa menggosok gigi, habis mandi kutolong ibu, membersihkan tempat tidurku”, karena anak akan mulai menirukan hal positif dari lagu ini dan bisa menjadi pembelajaran kemandirian anak. (Syahrul, 2007). Tidak terleas dari unsur lagu, bahwa peran musik iringan lagu anak-anak sangat besar pengaruhnya untuk tugas pencapaian perkembangan anak-anak.

Pernyataan ini perkuat oleh Donna Wood dari Kanada dalam (Lee, 2007. h. 64), menurutnya sangat menganjurkan untuk anak usia 3-4 tahun agar masuk dalam apresiasi musik. Dia menggambarkan bahwa musik seperti matahari dengan sinarnya yang menyentuh seluruh bidang perkembangan. Hasil penelitian lain yang di lakukan Dr. Howard Gardner (1993) membuktikan bahwa musik mampu mempengaruhi perkembangan intelektual anak dan bisa membuat anak pintar bersosialisasi. (Izzaty, h. 23). Andrea Christandy, seorang musikus, mengatakan 3 unsur penting dalam musik yaitu beat, ritme, dan harmoni. Beat sangat mempengaruhi tubuh, ritme mempengaruhi jiwa, dan harmoni mempengaruhi ruh.

Raharja (2009) meneramgkan 75,2 % musik yang berpengaruh kuat adalah musik-musik yang sering didengar dan 74,3 % musik yang paling

disenangi anak

.

Pernyataan diatas menjawab bahwa Iringan musik pada lagu yang sedang dinyanyikan akan menyediakan ruang bagi anak untuk berimprovisasi, sehingga kreativitas anak akan semakin berkembang seiring dengan segala hal yang secara normal dapat mereka capai. Hastomi (2012, h 17).


(9)

Jika kita melihat lebih rinci, Adjie Essa Poetra dalam 1001 Jurus Mudah Menyanyi menerangkan bahwa musik mempunyai salah satu unsur penting yaitu beat yang dapat mempengaruhi gerak. Selain itu tempo / ketukan menjadi unsur yang juga perlu diperhatikan. Sari (2012) menjelaskan bahwa musik dengan tempo sedang hingga cepat yaitu 120-140 ketukan permenit dapat menimbulkan efek psikologi yang lebih emosional, semangat dan menimbulkan keceriaan.

Dengan demikian, melalui beat, tempo dan nada anak usia 3 -4 tahun dapat terstimulasi dengan memperlihatkan ekspresi musik melalui gerakan-gerakan. Semakin tinggi beat, tempo, nada dari sebuah musik lagu anak-anak maka anak akan semakin mengekspresikan musik itu melalui gerakan, begitu juga sebaliknya.(Raharja, 2009). Telah dijelaskan diatas bahwa usia 3-4 tahun anak senang bernyayi berkelompok dengan teman sebayanya, karena akan menimbulkan hubungan yang erat dengan teman-temannya. Menyanyi secara bersama akan menimbulkan kesenangan bagi si anak, lebih ekspresif dalam bernyanyi. Sekali lagi, pernyataan diatas diperkuat oleh Hustomi (2012, h. 53) yang menganjurkan anak usia tersebut untuk menyanyikan lagu secara bersama dengan iringan musik yang sesuai.

Banyak sudah penelitian yang membuktikan bahwa musik memberikan banyak manfaat kepada manusia, antara lain merangsang pikiran, memperbaiki konsentrasi dan ingatan, meningkatkan aspek kognitif dan membangun kecerdasan emosional. Musik juga dapat menyeimbangkan fungsi otak kanan dan otak kiri sehingga menyeimbangkan aspek intelektual dan


(10)

emosional. Tidaklah berlebihan bila musik dikatakan sebagai pendidikan humanis. Wuni, 2012)

. Berbicara mengenai pendidikan, Departeman Pendidkan Nasional menjelaskan pendidikan anak usia dini merupakan upaya pembinaan yang ditujukan kepada anak sejak dini yang dilakukan melalui pemberian rangsangan pendidikan untuk membantu pertumbuhan dan perkembangan jasmani dan rohani agar anak memiliki kesiapan dalam memasuki sekolah dasar dan kehidupan tahap berikutnya. Menurut Soewasoso, pendidikan TK sekarang hanya untuk menyiapkan anak ke SD, sekolah formal.

Artinya TK berorientasi ke SD. Ini diikuti munculnya playgroup-playgroup yang berorientasi ke TK, sedangkan TK pun sudah banyak berorientasi ke sekolah formal, dan ini sudah bukan taman kanak kanak lagi. Dengan demikian di paud dan TK seperti itu akan terjadi pembiasan-pembiasan terhadap palajaran yang sifatnya formal, dan membentuk pola pikir anak secara formal juga. Anak bukan sekedar menuruti peraturan tetapi mempunyai alasan pemahaman sendiri melakukan sesuatu. (Kanisius, 2006)

Upaya peningkatan pendidikan bagi anak usia dini juga masih sangat diperlukan. Hal demikian ditunjukkan bahwa kelompok usia 3-4 tahun yang mengikuti pendidikan prasekolah rata-rata 12,78 persen tahun 2008/2009. Akan tetapi, jika kita melihat kembali data APK PAUD ditahun 2011 kelompok anak usia 3-4 tahun yang mengikuti pendidikan prasekolah 15,90% persen lalu meningkat 3,12% menjadi 18,02% di tahun 2012. (Badan Pusat Statistik Indonesia, 2013 dilihat pada tanggal 22-feb-2014). Tidak hanya itu, bahwa sebelumnya telah dipaparkan, peningkatan


(11)

jumlah angka partisipasi prasekolah di daerah kabupaten juga terjadi, khususnya Kabupaten Pekalongan.

Dinas Pendidikan dan Kebudayaan Kabupaten Pekalongan tahun 2013 memaparkan, jumlah anak usia 3-4 tahun yang aktif dalam pendidikan sebanyak 7348 anak. Di wilayah kedungwuni merupakan wilayah dengan jumlah anak usia 3-4 tahun terbanyak yaitu sebanyak 796 anak yang aktif dalam paud, serta di wilayah kecamatan kedungwuni memiliki 26 lembaga pendidikan anak usia dini yang masih aktif. Kemudian didapatkan data dari 26 lembaga pendidikan usia dini tersebut diketahui bahwa Paud Annisa merupakan paud dengan jumlah anak didik usia 3-4 tahun terbanyak yaitu 24 anak dbandingkan dengan paud yang lain.

Tidak hanya itu, dari studi pendahuluan peneliti melakukan observasi secara langsung, peneliti menemukan fenomena bahwa diantara 26 lembaga paud di kedungwuni yang peneliti kunjungi, tidak ada satu pun pembelajaran yang menyertakan musik dalam penyampaian lagu. Ini sangat ironi dengan pemaparan latar belakang diatas. Bahwa pentingnya penyertaan musik dalam menyampaikan lagu anak-anak sangat diperlukan untuk target perkembangan mereka. Dari latar belakang diatas, peneliti tertarik untuk meneliti apakah ada pengaruh bermain dengan bernyanyi lagu anak - anak yang diiringi musik secara bersama terhadap perkembangan kelompok anak usia 3-4 tahun.


(12)

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah di atas, dapat dirumuskan masalah dalam penelitian ini yaitu apakah ada pengaruh bermain dengan bernyanyi lagu anak-anak yang diiringi musik secara bersama terhadap perkembangan kelompok anak usia 3-4 tahun di Paud Annisa Pekajangan Kec. Kedungwuni. C. Tujuan Penelitian

1. Tujuan umum

Untuk mengidentifikasi pengaruh bermain dengan bernyanyi lagu anak -anak yang diiringi musik secara bersama terhadap perkembangan kelompok anak usia 3-4 tahun di Paud Annisa Pekajangan Kabupaten Pekalongan. 2. Tujuan khusus

a. Untuk mengetahui gambaran perkembangan kelompok anak usia 3-4 tahun sebelum bernyanyi lagu anak - anak yang diiringi musik secara bersama di Paud Annisa Pekajangan Kabupaten Pekalongan.

b. Untuk mengetahui gambaran perkembangan kelompok anak usia 3-4 tahun sesudah bernyanyi lagu anak - anak yang diiringi musik secara bersama di Paud Annisa Pekajangan Kabupaten Pekalongan.

c. Untuk mengetahui pengaruh bermain dengan bernyanyi lagu anak -anak yang diiringi musik secara bersama terhadap perkembangan kelompok anak usia 3-4 tahun di Paud Annisa Pekajangan Kabupaten Pekalongan.


(13)

Hasil penelitian ini diharapkan dapat dijadikan sebagai khasanah pustaka, sebagai bahan bacaan dan literatur bidang kesehatan khususnya mengenai keperawatan anak, menambah wawasan tentang stimulasi musik dengan perkembangan anak serta dapat dijadikan sebagai referensi bagi penelitian berikutnya.

2. Bagi profesi keperawatan

Penelitian ini diharapkan dapat dijadikan sebagai bahan pertimbangan untuk meningkatkan tindakan keperawatan mandiri Non-farmakologis dan profesionalisme perawat dalam memberikan asuhan keperawatan anak.

3. Bagi peneliti

Peneliti dapat menerapkan materi metodologi penelitian dalam penelitian keperawatan yang diperoleh saat perkuliahan. Selain itu, peneliti juga dapat mengetahui gambaran pengaruh bermain dengan bernyanyi lagu anak - anak yang diiringi musik secara bersama terhadap perkembangan kelompok anak usia 3-4 tahun.

4. Bagi Peneliti lain

Sebagai bahan referensi guna peneligtian lebih lanjut tentang keperawatan anak khususnya mengenai stimulasi musik terhadap perkembangan anak.

E. Keaslian Penelitian

Penelitian tentang pengaruh bermain dengan bernyanyi lagu anak -anak yang diiringi musik secara bersama terhadap perkembangan kelompok anak usia 3-4 tahun belum pernah dilakukan. Tetapi ada penelitian tentang musik yang pernah dilakukan, antara lain :


(14)

1. Penelitian yang dilakukan oleh Isnaini dan Khotimah (2013), penelitian tersebut berjudul “Pengaruh Musik Terhadap Kecerdasan Emosional Anak Kelompok A di TK Kartika 9 Surabaya”. Penelitian ini menggunakan one group pretest-postest design., yaitu 1 kelompok subjek diobservasi sebelum dilakuakn intervensi (pretest), kemudian di observasi lagi setelah intervensi (postest) tek nik sampling yang digunakan adalah teknik sampling jenuh. Teknik analisis yang digunakan adalah teknik analisis statistik nonparametrik dengan Wilcoxon Match Pairs Test (Uji jenjang Bertanda Wilcoxon). Hasil dari penelitian tersebut rata-rata tingkat kecerdasan emosioanal anak sebelum treatment 34,41 dan sesudah treatment 41,88. Hasil uji jenjang bertanda wilcoxon juga menunjukkan Thitung adalah 0 dan Ttabel adalah 23. Dimana Thitung < Ttabel yaitu 0<23 ( α=0,01), sehingga H0 ditolak dan Ha diterima dan dapat dinyatakan bahwa ada pengaruh signifikan musik terhadap kecerdasan emosional anak kelompok A di TK Kartika IV-9 Surabaya. Persamaan Isnaini dan Khotimah (2013) dengan peneliti adalah variable yang diteliti adalah musik, responden anak usia 3-4 tahun dan metode yang diganakan adalah metode eksperimen. Perbedaan Isnaini dan Khotimah (2013) dengan peneliti adalah variable terikat kecerdasan emosi anak, sedangkan variable yang akan peneliti teliti adalah perkembangan anak, dan tempat penelitian yang akan dilakukan oleh peneliti di PAUD Annisa Pekajangan Kec. Kedungwuni, sedangkan Isnaini dan Khotimah (2013) di di TK Kartika 9 Surabaya.


(15)

2. Penelitian yang dilakukan oleh Wuni (2012), penelitian tersebut berjudul “Pengaruh Musik Terhadap Perkembangan Emosi Anak Usia 5-6 Tahun Di R.A AL-Muchtariyah Tanjung Morawa”. Penelitian ini menggunakan metode eksperimen dengan memberikan perlakuan pada kelompok sampel penelitian kemudian diberikan observasi awal dan akhir, sebagai alat pengumpul data digunakan lembar observasi, yaitu untuk soal observasi awal dan akhir masing-masing sebanyak 4 indikator dengan deskriptor sebanyak 16. Sebelum pengujian hipotesis terlebih dahulu diuji normalitas dan homogenitas tes. Normalitas diuji dengan menggunakan teknik Lilliefors dan homogenitas dengan menggunakan uji F. Dari pengujian yang dilakukan diperoleh bahwa kedua sampel berdistribusi normal dan homogen. Dari analisa data observasi akhir perkembangan emosi anak dengan menggunakan uji-t pada taraf a = 0,05 berturut-turut diperoleh thitung> ttabel yaitu 7,76 > 1,701 sehingga untuk uji hipotesis H0 ditolak dan H1 diterima. Maka dapat disimpulkan bahwa rata-rata perkembangan emosi anak yang diajarkan dengan menggunakan media musik lebih tinggi dari rata-rata perkembangan emosi anak yang diajarkan dengan pembelajaran konvensional. Dengan demikian berarti ada pengaruh yang positif dan berarti antara pembelajaran dengan menggunakan musik terhadap pembelajaran konvensional. Persamaan Wuni (2012) dengan peneliti adalah variable yang diteliti ada music dan menggunakan metode eksperimen. Perbedaan wuni (2012) dengan peneliti adalah variable terikat perkembangan emosi anak, sedangkan variable yang akan diteliti oleh peneliti adalah perekembangan anak. Responden pada penelitian Wuni


(16)

(2012) adalah anak usia 5-6 tahun, sedangkan responden peneliti adalah anak usia 3-4 tahun. Tempat penelitian Wuni (2012) di R.A AL-Muchtariyah Tanjung Morawa, sedangkan peneliti di PAUD Annisa Pekajangan sebagai tempat penelitian.


(1)

jumlah angka partisipasi prasekolah di daerah kabupaten juga terjadi, khususnya Kabupaten Pekalongan.

Dinas Pendidikan dan Kebudayaan Kabupaten Pekalongan tahun 2013 memaparkan, jumlah anak usia 3-4 tahun yang aktif dalam pendidikan sebanyak 7348 anak. Di wilayah kedungwuni merupakan wilayah dengan jumlah anak usia 3-4 tahun terbanyak yaitu sebanyak 796 anak yang aktif dalam paud, serta di wilayah kecamatan kedungwuni memiliki 26 lembaga pendidikan anak usia dini yang masih aktif. Kemudian didapatkan data dari 26 lembaga pendidikan usia dini tersebut diketahui bahwa Paud Annisa merupakan paud dengan jumlah anak didik usia 3-4 tahun terbanyak yaitu 24 anak dbandingkan dengan paud yang lain.

Tidak hanya itu, dari studi pendahuluan peneliti melakukan observasi secara langsung, peneliti menemukan fenomena bahwa diantara 26 lembaga paud di kedungwuni yang peneliti kunjungi, tidak ada satu pun pembelajaran yang menyertakan musik dalam penyampaian lagu. Ini sangat ironi dengan pemaparan latar belakang diatas. Bahwa pentingnya penyertaan musik dalam menyampaikan lagu anak-anak sangat diperlukan untuk target perkembangan mereka. Dari latar belakang diatas, peneliti tertarik untuk meneliti apakah ada pengaruh bermain dengan bernyanyi lagu anak - anak yang diiringi musik secara bersama terhadap perkembangan kelompok anak usia 3-4 tahun.


(2)

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah di atas, dapat dirumuskan masalah dalam penelitian ini yaitu apakah ada pengaruh bermain dengan bernyanyi lagu anak-anak yang diiringi musik secara bersama terhadap perkembangan kelompok anak usia 3-4 tahun di Paud Annisa Pekajangan Kec. Kedungwuni. C. Tujuan Penelitian

1. Tujuan umum

Untuk mengidentifikasi pengaruh bermain dengan bernyanyi lagu anak -anak yang diiringi musik secara bersama terhadap perkembangan kelompok anak usia 3-4 tahun di Paud Annisa Pekajangan Kabupaten Pekalongan. 2. Tujuan khusus

a. Untuk mengetahui gambaran perkembangan kelompok anak usia 3-4 tahun sebelum bernyanyi lagu anak - anak yang diiringi musik secara bersama di Paud Annisa Pekajangan Kabupaten Pekalongan.

b. Untuk mengetahui gambaran perkembangan kelompok anak usia 3-4 tahun sesudah bernyanyi lagu anak - anak yang diiringi musik secara bersama di Paud Annisa Pekajangan Kabupaten Pekalongan.

c. Untuk mengetahui pengaruh bermain dengan bernyanyi lagu anak -anak yang diiringi musik secara bersama terhadap perkembangan kelompok anak usia 3-4 tahun di Paud Annisa Pekajangan Kabupaten Pekalongan.


(3)

Hasil penelitian ini diharapkan dapat dijadikan sebagai khasanah pustaka, sebagai bahan bacaan dan literatur bidang kesehatan khususnya mengenai keperawatan anak, menambah wawasan tentang stimulasi musik dengan perkembangan anak serta dapat dijadikan sebagai referensi bagi penelitian berikutnya.

2. Bagi profesi keperawatan

Penelitian ini diharapkan dapat dijadikan sebagai bahan pertimbangan untuk meningkatkan tindakan keperawatan mandiri Non-farmakologis dan profesionalisme perawat dalam memberikan asuhan keperawatan anak.

3. Bagi peneliti

Peneliti dapat menerapkan materi metodologi penelitian dalam penelitian keperawatan yang diperoleh saat perkuliahan. Selain itu, peneliti juga dapat mengetahui gambaran pengaruh bermain dengan bernyanyi lagu anak - anak yang diiringi musik secara bersama terhadap perkembangan kelompok anak usia 3-4 tahun.

4. Bagi Peneliti lain

Sebagai bahan referensi guna peneligtian lebih lanjut tentang keperawatan anak khususnya mengenai stimulasi musik terhadap perkembangan anak.

E. Keaslian Penelitian

Penelitian tentang pengaruh bermain dengan bernyanyi lagu anak -anak yang diiringi musik secara bersama terhadap perkembangan kelompok anak usia 3-4 tahun belum pernah dilakukan. Tetapi ada penelitian tentang musik yang pernah dilakukan, antara lain :


(4)

1. Penelitian yang dilakukan oleh Isnaini dan Khotimah (2013), penelitian tersebut berjudul “Pengaruh Musik Terhadap Kecerdasan Emosional Anak Kelompok A di TK Kartika 9 Surabaya”. Penelitian ini menggunakan one group pretest-postest design., yaitu 1 kelompok subjek diobservasi sebelum dilakuakn intervensi (pretest), kemudian di observasi lagi setelah intervensi (postest) tek nik sampling yang digunakan adalah teknik sampling jenuh. Teknik analisis yang digunakan adalah teknik analisis statistik nonparametrik dengan Wilcoxon Match Pairs Test (Uji jenjang Bertanda Wilcoxon). Hasil dari penelitian tersebut rata-rata tingkat kecerdasan emosioanal anak sebelum treatment 34,41 dan sesudah treatment 41,88. Hasil uji jenjang bertanda wilcoxon juga menunjukkan Thitung adalah 0 dan Ttabel adalah 23. Dimana Thitung < Ttabel yaitu 0<23 ( α=0,01), sehingga H0 ditolak dan Ha diterima dan dapat dinyatakan bahwa ada pengaruh signifikan musik terhadap kecerdasan emosional anak kelompok A di TK Kartika IV-9 Surabaya. Persamaan Isnaini dan Khotimah (2013) dengan peneliti adalah variable yang diteliti adalah musik, responden anak usia 3-4 tahun dan metode yang diganakan adalah metode eksperimen. Perbedaan Isnaini dan Khotimah (2013) dengan peneliti adalah variable terikat kecerdasan emosi anak, sedangkan variable yang akan peneliti teliti adalah perkembangan anak, dan tempat penelitian yang akan dilakukan oleh peneliti di PAUD Annisa Pekajangan Kec. Kedungwuni, sedangkan Isnaini dan Khotimah (2013) di di TK Kartika 9 Surabaya.


(5)

2. Penelitian yang dilakukan oleh Wuni (2012), penelitian tersebut berjudul “Pengaruh Musik Terhadap Perkembangan Emosi Anak Usia 5-6 Tahun Di R.A AL-Muchtariyah Tanjung Morawa”. Penelitian ini menggunakan metode eksperimen dengan memberikan perlakuan pada kelompok sampel penelitian kemudian diberikan observasi awal dan akhir, sebagai alat pengumpul data digunakan lembar observasi, yaitu untuk soal observasi awal dan akhir masing-masing sebanyak 4 indikator dengan deskriptor sebanyak 16. Sebelum pengujian hipotesis terlebih dahulu diuji normalitas dan homogenitas tes. Normalitas diuji dengan menggunakan teknik Lilliefors dan homogenitas dengan menggunakan uji F. Dari pengujian yang dilakukan diperoleh bahwa kedua sampel berdistribusi normal dan homogen. Dari analisa data observasi akhir perkembangan emosi anak dengan menggunakan uji-t pada taraf a = 0,05 berturut-turut diperoleh thitung> ttabel yaitu 7,76 > 1,701 sehingga untuk uji hipotesis H0 ditolak dan H1 diterima. Maka dapat disimpulkan bahwa rata-rata perkembangan emosi anak yang diajarkan dengan menggunakan media musik lebih tinggi dari rata-rata perkembangan emosi anak yang diajarkan dengan pembelajaran konvensional. Dengan demikian berarti ada pengaruh yang positif dan berarti antara pembelajaran dengan menggunakan musik terhadap pembelajaran konvensional. Persamaan Wuni (2012) dengan peneliti adalah variable yang diteliti ada music dan menggunakan metode eksperimen. Perbedaan wuni (2012) dengan peneliti adalah variable terikat perkembangan emosi anak, sedangkan variable yang akan diteliti oleh peneliti adalah perekembangan anak. Responden pada penelitian Wuni


(6)

(2012) adalah anak usia 5-6 tahun, sedangkan responden peneliti adalah anak usia 3-4 tahun. Tempat penelitian Wuni (2012) di R.A AL-Muchtariyah Tanjung Morawa, sedangkan peneliti di PAUD Annisa Pekajangan sebagai tempat penelitian.