1.7 Sistematika Pembahasan
Untuk mengetahui dan memperjelas dalam mengetahui garis besar penyusunan skripsi
ini, maka penulis akan menyajikan sistematika skripsi sebagai berikut:
BAB I: PENDAHULUAN
Dalam bab ini akan memuat ketentuan-ketentuan pokok dalam penyusunan skripsi yaitu latar belakang; perumusan masalah; tujuan penelitian; manfaat
penelitian; metodologi penelitian; kerangka pemikiran; dan sistematika pembahasan.
BAB II: TINJAUAN PUSTAKA
Dalam bab ini akan berisi tentang landasan teori pengembangan wilayah pesisir; regional planning; pengembangan kawasan pariwisata; definisi
pariwisata; konsep pengembangan pariwisata; konsep pengelolaan objek wisata; kebijakan pemerintah; kebijakan dan strategi bidang transportasi; dan
strategi bidang prasarana transportasi BAB III :
GAMBARAN UMUM Dalam bab ini penulis menguraikan tentang deskripsi daerah penelitian;
gambaran umum obyek penelitian; Kondisi Fisik Pantai Tablanusu; karakteristik Masyarakat; dan data lain yang ada kaitannya dengan penelitian
ini. BAB IV:
HASIL ANALISIS Dalam bab ini akan dibahas analisis potensi dan permasalahan kawasan pesisir
pantai tablanusu; analisis kebijakan terkait pantai tablanusu; analisis persepsi tentang sarana prasarana di pantai tablanusu; dan analisis arahan
pengembangan obyek wisata pantai tablanusu
BAB V: KESIMPULAN DAN REKOMENDASI
Pada bab kesimpulan ini berisi mengenai kesimpulan secara keseluruhan hasil penelitian yaitu Identifikasi Potensi dan Permasalahan Pengembangan
Kawasan Pesisir Pantai Tablanusu kecamatan depapre; selain itu membahas rekomendasi dan kelemahan studi.
13
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
2.1. Landasan Teori Pengembangan Wilayah Pesisir dan Kebijakan
Pemerintah
2.1.1 Regional Planning 2.1.1.1 Analisis Sektor Basis
Richardson, dalam Ghalib 2005 menyatakan bahwa teori ekonomi basis dapat digunakan untuk mengetahui perbedaan potensi suatu wilayah dengan wilayah lain dan mengetahui
hubungan antar sektor-sektor dalam suatu perekonomian. Teori basis ekonomi mendasarkan pandangannya bahwa laju pertumbuhan suatu daerah ditentukan oleh besarnya nilai ekspor dari
wilayah tersebut.
Konsep ekonomi basis berguna untuk menganalisa dan memprediksi perubahan dalam perekonomian regional. Selain itu konsep ekonomi basis juga dapat digunakan untuk mengetahui
suatu sektor pembangunan ekonomi dan kegiatan basis yang dapat melayani pasar
ekspor. Analisis basis menggunakan rumus yang sangat sederhana padahal analisis ini cukup ampuh
untuk mengkaji dan memproyeksi pertumbuhan ekonomi wilayah. Permasalahan yang berat dalam menggunakan analisis ini adalah ketepatan dalam pemilahan antara kegiatan basis dan non
basis dan berapa sebenarnya porsi masing-masing dalam perekonomian wilayah Tarigan,
2007.
Ada beberapa metode pemilahan sektor basis dan non basis. Berhubung rumitnya melakukan survei langsung maka penulis memilih Metode Location Quotient. Location Quotient
merupakan suatu teknik analisis yang digunakan untuk menentukan sektor basispemusatan dan non basis, dengan tujuan untuk melihat keunggulan komparatif suatu daerah dalam menentukan
sektor andalannya.
Location Quotient adalah suatu metode untuk menghitung perbandingan relatif sumbangan nilai tambah sebuah sektor di suatu daerah terhadap sumbangan konsentrasi relatif kegiatan
ekonomi untuk mendapatkan gambaran penetapan nilai tambah sektor yang bersangkutan dalam skala provinsi atau nasional. Location Quotients merupakan suatu teknik yang dapat digunakan
untuk menentukan kapasitas ekspor perekonomian daerah dan derajat self-sufficiency suatu
sektor. Dalam teknik ini kegiatan ekonomi suatu daerah dibagi menjadi dua golongan, yaitu:
1 Kegiatan ekonomi atau industri yang melayani pasar di daerah itu sendiri maupun di luar
daerah yang bersangkutan. Industri seperti ini dinamakan industri basis. 2
Kegiatan ekonomi atau industri yang mengalami pasar di daerah tersebut saja, jenis ini dinamakan industri non basis atau industri lokal. Dasar pemikiran teknik ini adalah teori
basis ekonomi yang intinya adalah karena industri basis menghasilkan barang-barang dan jasa untuk pasar di daerah maupun di luar daerah yang bersangkutan, maka penjualan ke luar
daerah akan menghasilkan pendapatan bagi daerah tersebut. Terjadinya arus pendapatan dari luar daerah ini menyebabkan terjadinya kenaikan konsumsi dan investasi di daerah tersebut,
dan pada gilirannya akan menaikkan pendapatan dan menciptakan kesempatan kerja baru.
Peningkatan pendapatan tersebut tidak hanya menaikkan permintaan terhadap industri basis, tetapi juga menaikkan permintaan akan industri non basis atau lokal. Kenaikan permintaan
ini akan mendorong kenaikan investasi pada industri yang bersangkutan sehingga investasi modal dalam sektor industri lokal merupakan investasi yang didorong sebagai akibat dari industri
basis. Oleh karena itu, industri basic-lah yang patut dikembangkan di suatu daerah. Untuk keperluan ini dipakai LQ, yaitu usaha mengukur konsentrasi dari suatu kegiatan ekonomi dalam
suatu daerah dengan cara membandingkan peranannya dalam perekonomian daerah itu dengan peranan kegiatan atau industry sejenis dalam perekonomian nasional. Metode LQ banyak
digunakan untuk membahas kondisi perekonomian suatu wilayah yang mengarah pada identifikasi spesialisasi kegiatan perekonomian, atau dengan kata lain untuk mengukur sektor
unggulan sebagai leading sector perekonomian suatu wilayah Adisasmita,2006.