Tinjauan Stakeholder INTERAKSI STAKEHOLDER DALAM MENANGANI KASUS KEKERASAN ANAK DI KOTA BANDAR LAMPUNG

dan menjadi masalah sosial yang serius, dimana salah satunya adalah kekerasan terhadap anak. Berdasarkan data yang dimiliki kasus kekerasan anak semakin meningkat khususnya kasus kekerasan anak di kota Bandar Lampung. Untuk mengatasi hal tersebut, Pemerintah Indonesia telah mengeluarkan kebijakan untuk mengatasi kekerasan terhadap anak, yaitu dengan mengeluarkan Undang-Undang Nomor 35 Tahun 2014 tentang Perubahan Atas Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2002 tentang Perlindungan Anak. Undang-undang tersebut berisi segala kegiatan untuk menjamin dan melindungi anak dan hak-haknya agar tetap hidup, tumbuh, berkembang, dan berpartisipasi secara optimal sesuai dengan harkat dan martabat kemanusiaan, serta mendapat perlindungan dari kekerasan dan diskriminasi. Pada Pasal 28B Ayat 2 menyatakan bahwa “Setiap anak berhak atas kelangsungan hidup, tumbuh, dan berkembang serta berhak atas perlindungan dari kekerasan dan diskriminalisasi ”. Maraknya kasus-kasus kekerasan terhadap anak harus di atasi dengan penanganan yang serius dari berbagai organisasi-organisasi publik yang biasa disebut stakeholder. Adapun stakeholder yang berperan dalam hal ini meliputi: Badan Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak Badan PP dan PA, Pusat Pelayanan Terpadu Pemberdayaan Perempuan dan Anak P2TP2A, Badan Koordinasi Keluarga Berencana dan Pemberdayaan Perempuan BKKB PP Kota Bandar Lampung, dan Unit Perlindungan Perempuan dan Anak Polresta Bandar Lampung. Pola interaksi antar stakeholder sangat menentukan keberhasilan dalam menangani kasus kekerasan anak yang terjadi. Maka dari itu, peneliti menggunakan teori interaksi menurut Soerjono Soekanto untuk melihat bagaimana pola interaksi antar stakeholder.

BAB III METODE PENELITIAN

A. Tipe Penelitian

Tipe penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah tipe penelitian deskriptif dengan pendekatan kualitatif. Tipe penelitian ini menurut Bugdon dan Taylor dalam Moleong 2005:4 berupaya menggambarkan kejadian atau fenomena sesuai dengan apa yang terjadi di lapangan, di mana data yang dihasilkan berupa kata-kata tertulis atau lisan dari orang-orang dan perilaku yang dapat diamati. Data yang dikumpulkan tersebut berupa kata-kata hasil wawancara, gambar, catatan di lapangan, foto, dokumen pribadi, ataupun memo. Dengan kata lain, metode deskriptif bertugas untuk melakukan representasi objektif mengenai gejala-gejala yang terdapat di dalam masalah penelitian. Peneliti menggunakan tipe peneliti kualitatif ini karena sesuai dengan kebutuhan peneliti dalam melihat dan memaparkan terkait gejala-gejala yang terdapat di dalam masalah penelitian yaitu mendeskripsikan kejadian empiris mengenai Interaksi Stakeholder dalam Menangani Kasus Kekerasan Anak di Bandar Lampung.

B. Fokus Penelitian

Fokus penelitian merupakan suatu batasan masalah dalam penelitian kualitatif yang masih bersifat tentatif yang artinya penyempurnaan fokus masalah penelitian ini masih tetap dilakukan dan akan berkembang atau berubah setelah penelitian turun di lapangan. Fokus pada dasarnya adalah masalah pokok yang bersumber dari pengalaman peneliti atau melalui pengetahuan yang diperolehnya melalui kepustakaan ilmiah ataupun kepustakaan lainnya. Berdasarkan hal itu, maka yang akan menjadi fokus dalam penelitian ini adalah: 1. Gambaran dan analisis terkait interaksi antar stakeholder dalam penanganan kekerasan terhadap anak di Bandar Lampung. 2. Faktor yang mempengaruhi interaksi stakeholder dalam penanganan kekerasan terhadap anak di Bandar Lampung.

C. Lokasi Penelitian

Lokasi penelitian merupakan tempat dimana peneliti melakukan penelitian terutama dalam menangkap fenomena atau peristiwa yang sebenarnya terjadi dari objek yang diteliti dalam rangka mendapatkan data-data penelitian yang akurat. Dalam penentuan Lokasi penelitian, Moleong 2005:38 menentukan cara terbaik ditempuh dengan jalan mempertimbangkan teori substantif dan menjajaki lapangan untuk mencari kesesuaian dengan kenyataan yang ada dilapangan sementara itu keterbatasan geografi dan praktis seperti waktu, biaya, tenaga perlu juga dijadikan pertimbangan dalam penentuan lokasi penelitian. Lokasi yang diambil dalam penelitian ini ditentukan dengan sengaja purposive. Penelitian ini dilakukan pada instansi yang