Analisis penelitian Trichogramma di Indonesia

untuk merancang suatu database khusus yang berisi kumpulan data tentang parasitoid telur Trichogramma di Indonesia. Karena kurangnya data yang spesifik itulah maka penyusun merancang database ini melalui pendekatan yang lebih umum tentang parasitoid telur dari famili Trichogrammatidae sehingga tetap dapat memberikan informasi yang jelas dan dapat menjadi sumber pembelajaran mengenai sejarah dan peran parasitoid telur Trichogramma dalam pengendalian hayati di Indonesia. Dengan menggabungkan antara penelitian dan teknologi, diharapkan database ini mampu menjadi media yang efektif dalam mempublikasikan hasil-hasil penelitian khususnya tentang famili Trichogrammatidae serta menjadi motivator bagi para peneliti lainnya untuk lebih aktif dan kreatif dalam mempublikasikan hasil-hasil penelitiannya agar dapat berguna khususnya bagi kemajuan dunia pertanian di Indonesia.

B. Analisis penelitian Trichogramma di Indonesia

Menurut Kalshoven 1981, penggunaan parasitoid dalam mengendalikan hama pada pertanaman di Indonesia sebenarnya telah dimulai sejak dekade ke- III abad yang lalu. Dan setelah perang dunia ke-II, pengendalian hayati yang tadinya hanya diaplikasikan untuk pertanaman kelapa rakyat, mulai dikembangkan untuk mengendalikan hama pada pertanaman lainnya seperti tanaman di perkebunan dan tanaman hortikultura. Sejak saat itulah mulai banyak penelitian yang dikembangkan di Indonesia untuk meneliti tentang parasitoid- parasitoid yang mempunyai potensi dalam mengendalikan serangga hama dari berbagai aspek. Namun data tentang hasil penelitian tersebut tersebar di berbagai jurnal, media-media penerbitan lainnya, serta laporan-laporan penelitian yang tidak terpublikasi. Jika ada upaya untuk mencari dan mengumpulkan data penelitian tentang parasitoid di Indonesia sejak abad lalu itu, maka hal tersebut nantinya akan memudahkan para peneliti-peneliti berikutnya untuk melanjutkan penelitian-penelitian sebelumnya ataupun memulai penelitian baru tentang aspek-aspek yang belum pernah diteliti sebelumnya. Selain berisi informasi tentang spesies-spesies yang ada di Indonesia beserta hasil penelitiannya, database ini juga memuat data tentang teknik-teknik perbanyakan parasitoid telur Trichogramma di laboratorium. Tulisan tentang teknik-teknik perbanyakan Trichogramma tersebut didapat dari makalah hasil tulisan Nurindah, peneliti dari Balai Penelitian Tembakau dan Tanaman Serat. Teknik-teknik perbanyakan Trichogramma yang telah dikembangkan dan banyak digunakan saat ini adalah teknik perbanyakan dengan inang pengganti dan teknik perbanyakan dengan pakan dan telur buatan. Pada teknik perbanyakan dengan inang pengganti, inang yang biasanya digunakan untuk memperbanyak Trichogramma di laboratorium adalah Corcyra cephalonica yang merupakan hama pada beras di tempat penyimpanan. Pemilihan C. cephalonica sebagai inang pengganti dalam perbanyakan Trichogramma karena serangga ini mudah didapat dan mudah dibiakkan dengan bahan-bahan yang telah tersedia di Indonesia. Sedangkan pembiakan Trichogramma dengan pakan dan telur buatan relatif lebih jarang dilakukan pada perbanyakan massal di laboratorium karena proses dan bahan-bahan yang digunakan lebih banyak dan relatif sulit dibandingkan perbanyakan dengan menggunakan telur C. cephalonica. Bahan- bahan yang digunakan dalam telur dan pakan buatan antara lain hemolimfa serangga-serangga Lepidoptera, larutan susu skim, larutan garam Neissenheimer, dan antibiotik Nurindah. Data lainnya yang ada di database ini adalah deskripsi umum dan ciri serangga-serangga dari ordo Hymenoptera, famili Trichogrammatidae, genus Trichogramma, dan genus Trichogrammatoidea. Ordo Hymenoptera merupakan kelompok serangga yang memiliki arti penting dalam hubungannya dengan manusia karena tingginya keanekaragaman spesies dan morfologinya. Peranan kelompok ini yang sebagian besar merupakan predator, parasitoid, bahkan sebagai hama itu sendiri menjadi faktor yang menarik untuk diteliti dan dipelajari lebih lanjut. Pada database ini disajikan deskripsi umum tentang ordo Hymenoptera, yaitu dari aspek ekologi dan morfologi, taksonomi, fakta-fakta yang ada tentang serangga-serangga anggota ordo ini, serta kunci identifikasi ordo Hymenoptera hingga tingkat famili. Kunci identifikasi merupakan panduan yang sangat penting dalam mengidentifikasi suatu serangga untuk menentukan kelompok dari serangga tersebut. Famili Trichogrammatidae merupakan kelompok serangga anggota ordo Hymenoptera yang unik karena memiliki ciri khusus yaitu tarsinya yang berjumlah 3 ruas yang berbeda dengan famili-famili lainnya anggota ordo ini yang umumnya tarsinya memiliki 5 ruas. Serangga anggota dari famili Trichogrammatidae ini umumnya merupakan parasitoid telur dari ordo Lepidoptera serta beberapa hama dari ordo lainnya. Di Indonesia, famili Trichogrammatidae dikenal sebagai parasitoid yang efektif dalam mengendalikan hama penggerek di pertanaman tebu dan padi sawah. Dua genus penting dari famili yang saat ini banyak diteliti dan dipelajari adalah genus Trichogramma dan genus Trichogrammatoidea. Taksonomi kedua genus tersebut sebagian besar didasarkan pada genitalia jantan. Selain genitalia jantan, ciri pada sayap depan dan antena jantan juga merupakan ciri yang menentukan jenis spesiesnya. Kedua genus tersebut dianggap cukup potensial peranannya dalam pengendalian hayati serangga hama di Indonesia karena memiliki ciri-ciri sebagai parasitoid yang efektif, diantaranya adalah spesifik terhadap inang tertentu sehingga dapat dengan efektif mengendalikan serangga hama sasaran, serta mempunyai siklus hidup yang pendek sehingga parasitoid-parasitoid dari kedua genus tersebut mampu memarasit dan berkoloni dengan cepat jika dilepas pada pertanaman. Berdasarkan penelusuran pustaka, hingga saat ini tercatat ada 7 spesies dari genus Trichogramma dan 6 spesies dari genus Trichogrammatoidea yang merupakan kelompok parasitoid telur dari famili Trichogrammatidae yang pernah diteliti di Indonesia. Spesies-spesies dari kedua genus tersebut ditemukan memarasit inang-inang pada tanaman yang berbeda-beda. Spesies-spesies dari genus Trichogramma yang pernah diteliti di Indonesia adalah: 1. Trichogramma flandersi Inang: Plutella xylostella 2. Trichogramma pretiosum 3. Trichogramma japonicum Inang: Scirpophaga incertulas, Tryporyza nivella, Chillo auricilius, Scirpophaga innotata. Tanaman inang: padi dan tebu. 4. Trichogramma chilonis Inang: Helicoverpa armigera Tanaman inang: kedelai dan bawang. 5. Trichogramma australicum Inang: T. nivella, C. auricilius, Chillo spp. Tanaman inang: tebu dan padi 6. Trichogramma chilotraeae Inang: H. armigera, C. suppresalis, Ostrinia furnacalis, C. infuscatellus, C. saccariphagus, Etiella zinckenella. Tanaman inang: jagung dan tebu 7. Trichogramma minutum Inang: Heliothis spp., Agrius convolvuli Tanaman inang: tembakau, ubi jalar, kedelai. Spesies-spesies dari genus Trichogrammatoidea yang pernah diteliti di Indonesia adalah: 1. Trichogrammatoidea cojuangcoi Inang: P. xylostella, Acrocercops cramella, S. incertulas, Thosea sinensis. Tanaman inang: kol, kakao, padi, dan kelapa. 2. Trichogrammatoidea bactrae-bactrae Inang: S. litura, Etiella spp., H. armigera, Chrysodeixis chalsites, P. xylostella. Tanaman inang: kedelai dan kubis. 3. Trichogrammatoidea armigera Inang: H. armigera, P. xylostella, C. binotalis, E. zinckenella, S. incertulas. Tanaman inang: kubis, kapas, tomat, dan brassicaceae. 4. Trichogrammatoidea guamensis Inang: H. armigera Tanaman inang: jagung. 5. Trichogrammatoidea nana Inang: C. saccariphagus, C. infuscatellus, Tetramoera schistaceana Tanaman inang: tebu. 6. Trichogrammatoidea thoseae Inang: Setora nitens, Setothoseae asigna, Darna trima. Tanaman inang: kelapa sawit. Berdasarkan data hasil penelitian yang dimasukkan ke dalam Database Trichogramma ini, penyusun membuat sebuah tabel analisis tentang aspek- aspek penting dari tiap penelitian terhadap Trichogrammatidae yang pernah dilakukan di Indonesia beserta judul penelitian dan nama-nama penelitiannya. Tabel tersebut dapat dilihat di halaman lampiran tabel. Analisis aspek-aspek penelitian tersebut sangat berguna untuk mengetahui sejauh mana penelitian tentang famili Trichogrammatidae di Indonesia, serta untuk mengetahui spesies- spesies dan aspek-aspek mana saja yang telah diteliti sehingga bisa diketahui topik-topik penelitian apa saja yang perlu dilakukan selanjutnya untuk lebih mengenal potensi parasitoid telur Trichogrammatidae ini sebagai agen pengendali hayati di negara kita. Dari tabel tersebut dapat dilihat bahwa ada 10 topik penelitian tentang Trichogrammatidae yang bertujuan untuk mengeksplorasi suatu daerah atau ekosistem untuk menemukan spesies-spesies Trichogrammatidae yang muncul di daerah tersebut. Eksplorasi merupakan aspek yang sangat penting peranannya dalam memaksimalkan potensi parasitoid telur di Indonesia sebagai agen pengendali hayati. Dengan dilakukannya penelitian tentang eksplorasi parasitoid telur di Indonesia maka diharapkan akan ditemukan spesies-spesies baru yang akan menambah keragaman spesies parasitoid di Indonesia. Saat ini di Indonesia sudah tercatat ada 13 spesies famili Trichogrammatidae yang pernah diteliti, yaitu 7 spesies dari genus Trichogramma dan 6 spesies dari genus Trichogrammatidae. Sebagai perbandingan, menurut Pinto Stouthamer 1994 ada 114 spesies Trichogrammatidae di seluruh dunia yang telah dideskripsikan. Dengan luasnya wilayah negara kita serta beraneka ragam ekosistem yang ada, maka masih banyak kemungkinan akan ditemukannya spesies-spesies baru Trichogrammatidae di Indonesia jika eksplorasi terus dilakukan, tidak hanya eksplorasi berdasarkan daerah saja, eksplorasi berdasarkan habitat atau ekosistem pun perlu dilakukan untuk menemukan spesies baru ataupun habitat baru dari suatu spesies tertentu. Aspek yang paling banyak diteliti dari hasil penelitian-peneltian yang dikumpulkan di dalam Database Trichogramma ini adalah aspek biologi dari parasitoid telur yang diteliti. Lebih dari 70 penelitian yang telah dilakukan meneliti tentang aspek biologi spesies-spesies Trichogrammatidae. Penelitian tentang aspek biologi memang sangat penting dilakukan. Aspek-aspek biologi penting seperti keperidian, lama hidup, serta jumlah telur yang diletakkan oleh parasitoid telur merupakan faktor-faktor penting yang mempengaruhi kemampuan dan tingkat parasitisasi inang oleh parasitoid telur. Penelitian yang lebih mendalam tentang aspek-aspek biologi ini akan sangat membantu untuk menemukan spesies-spesies parasitoid telur yang paling efektif dalam mengendalikan hama tertentu di lahan pertanian dan juga bermanfaat bagi pengembangbiakan parasitoid telur ini secara massal di laboratorium. Salah satu penelitian yang menarik dan sangat bermanfaat dalam perbanyakan massal parasitoid di laboratorium adalah penelitian Yasmin 2002 tentang neraca kehidupan Trichogrammatoidea armigera pada beberapa suhu yang berbeda di laboratorium. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh suhu terhadap perkembangan populasi Trichogrammatoidea armigera di laboratorium. Hasil penelitian tersebut menunjukkan bahwa lama hidup semakin pendek dengan meningkatnya suhu pemeliharaan. Keperidian yang tinggi serta lama generasi yang optimum didapat pada suhu 27 o C, sedangkan biologi dan perkembangan populasi parasitoid menunjukkan hasil yang baik pada suhu 25 o C. Hasil dari penelitian ini diharapkan dapat digunakan untuk meningkatkan produksi dari parasitoid dalam pemeliharaannya di laboratorium. Selain aspek biologi, aspek ekologi seperti iklim, topografi, dan kelimpahan inang dan pakan di lapang juga merupakan aspek yang perlu untuk diketahui untuk menambah ilmu tentang parasitoid telur famili Trichogrammatidae ini. Ada beberapa penelitian tentang Trichogrammatidae di Indonesia yang memfokuskan tujuan penelitiannnya untuk mempelajari ekologi dari parasitoid telur ini. Salah satu penelitian yang cukup menarik yang meneliti aspek ekologi parasitoid telur adalah penelitian tentang peranan parasitoid telur penggerek batang padi pada lahan padi yang diberikan aplikasi insektisida kimia di daerah Indramayu. Hasil analisis data penelitian ini menunjukkan bahwa parasitoid telur Trichogramma japonicum memiliki total parasitisasi 53,39 pada perlakuan kontrol, namun parasitisasinya menurun drastis pada perlakuan dengan insektisida karbofuran yaitu 19,38 dan total parasitisasi 39,92 pada perlakuan lahan dengan insektisida dimehipo. Kesimpulan dari penelitian ini adalah peranan parasitoid telur cenderung dipengaruhi oleh perlakuan insektisida kimia, namun kehilangan hasil cenderung tidak dipengaruhi oleh perlakuan insektisida kimia. Dibandingkan dengan aspek biologi dan ekologi, aspek morfologi parasitoid telur merupakan topik penelitian yang paling sedikit dilakukan di Indonesia. Tercatat hanya ada 7 penelitian yang meneliti tentang morfologi parasitoid telur Trichogrammatidae di Indonesia. Padahal menurut penelitian Christy 2005, keberhasilan parasitisasi di lapangan erat kaitannya dengan karakter morfologi, khususnya rentang sayap parasitoid. Karena itulah penelitian yang mempelajari hubungan antara kebugaran parasitoid dengan ukuran tubuh serta implikasinya terhadap kemampuan parasitisasi di lapang sangat penting dilakukan untuk menunjang kesuksesan pengendalian hayati. Spesies-spesies parasitoid telur Trichogrammatidae yang paling banyak diteliti adalah Trichogrammatoidea cojuangcoi, Trichogrammatoidea armigera, Trichogramma japonicum, dan Trichogramma pretiosum. Sedangkan penelitian spesies-spesies lainnya seperti Trichogramma chilonis, Trichogramma flandersi, Trichogramma australicum, Trichogramma chilotraeae, Trichogramma minutum, Trichogrammatoidea bactrae-bactrae, Trichogrammatoidea guamensis, Trichogrammatoidea nana, dan Trichogrammatoidea thoseae hanya terbatas pada aspek eksplorasi dan biologi. Dari genus Trichogrammatoidea, spesies Trichogrammatoidea armigera adalah spesies yang paling banyak diteliti. Tercatat ada 6 penelitian yang membahas tentang aspek biologi dan ekologi spesies ini, 2 penelitian tentang aspek eksplorasi, dan 1 penelitian tentang aspek morfologinya. Banyaknya peneliti yang mempelajari spesies ini mungkin karena spesies ini diketahui mampu memparasit telur-telur hama penting seperti Helicoverpa armigera, Plutella xylostella, Scirpophaga incertulas, Crocidolomia binotalis, dan Etiella zinckenella. Penelitian terbaru tentang parasitoid ini adalah tentang pengaruh ketiadaan inang terhadap tanggap reproduksi Trichogrammatoidea armigera dan implikasinya terhadap penerimaan inang Rohmani 2002. Pada penelitian ini, perlakuan ketiadaan inang terhadap T. armigera selama 3 jam menyebabkan peningkatan jumlah telur dalam ovari yang semula 20,5 butir menjadi 37,0 butir, namun setelah 12 jam tanpa inang jumlah telur menurun menjadi 26,5 butir. Jumlah telur yang mampu diletakkan pada hari pertama juga meningkat selama 3 jam pertama tanpa inang dan menurun setelah 12 jam tidak menemukan inang. Pemberian inang dapat meningkatkan produksi telur T. armigera sampai perlakuan 3 jam tanpa inang, dan pada perlakuan 12 jam dan 24 jam tanpa inang, jumlah telur yang mampu diletakkan lebih sedikit dibanding dengan jumlah telur setelah perlakuan Rohmani 2002. Pada genus Trichogramma, spesies yang paling banyak diteliti adalah Trichogramma japonicum. Aspek biologi merupakan aspek yang paling banyak diteliti dari spesies ini. Ada 5 penelitian yang membahas tentang aspek biologi T. japonicum. Aspek-aspek lain yang pernah diteliti adalah ekologi 3 penelitian dan aspek morfologi serta eksplorasi 1 penelitian. Salah satu penelitian yang menarik tentang potensi spesies ini dalam pengendalian hayati adalah penelitian yang dilakukan oleh Handayani et al. yaitu tentang prospek pengendalian hama penggerek batang padi Scirpophaga sp. dengan menggunakan parasitoid telur spesies T. Japonicum ini. Metode yang digunakan dalam kajian pemanfaatan parasitoid telur ini adalah dengan pelepasan parasitoid secara besar-besaran inundasi di lokasi pengujian, sedangkan di lokasi pembanding tidak dilakukan pelepasan parasitoid telur. Jumlah parasitoid telur yang dilepas sekitar 250.000 ekor untuk setiap hektar dan pelepasan dilakukan secara bertahap dimulai sejak tahap persemaian. Kajian dilaksanakan dengan uji T-test dengan beberapa ulangan. Hasil kajian menunjukkan bahwa pelepasan parasitoid tersebut dapat menekan intensitas serangan penggerek batang padi karena pertanaman padi di lokasi pembanding mengalami puso pada saat tanaman berumur 5 minggu setelah tanam akibat serangan penggerek batang padi. Sedangkan di lokasi pengkajian, serangan penggerek pada umur yang sama sebesar 4,03. Hasil pengamatan pada kelompok telur penggerek batang padi dari tanaman padi umut 5 minggu setelah tanam ditemukan tiga jenis parasitoid yaitu Telenomus spp, Tetrastichus spp, dan Trichogramma japonicum. Dari ketiga jenis tersebut T. japonicum yang mempunyai peranan dalam menurunkan intensitas serangan penggerek batang. Rata-rata populasi Trichogramma japonicum di lokasi pengkajian lebih tinggi apabila dibandingkan di lokasi pembanding yaitu 7,8 ekorkelompok telur di lokasi pengkajian dan 0,6 ekorkelompok di lokasi pembanding. Data aspek-aspek penelitian tiap spesies parasitoid telur Trichogrammatidae yang ada di Indonesia dapat dilihat pada tabel 2. Dari tabel tersebut dapat dilihat bahwa data beberapa spesies parasitoid telur yang ada di Indonesia hanya didapat dari penelitian tentang eksplorasi, namun belum ada penelitian lanjutan yang mengkaji lebih jauh aspek-aspek penting lainnya untuk mengetahui potensi dari spesies-spesies tersebut dalam pengendalian hayati. Tabel 2 Aspek-aspek penelitian dari tiap-tiap spesies Trichogrammatidae yang pernah diteliti di Indonesia Spesies Aspek yang telah diteliti Jumlah penelitian Trichogrammatoidea cojuangcoi Biologi Morfologi Eksplorasi Ekologi 4 2 4 1 Trichogrammatoidea bactrae- bactrae Biologi Ekologi Eksplorasi 2 1 1 Trichogrammatoidea armigera Biologi Ekologi Eksplorasi Morfologi 6 6 2 1 Trichogrammatoidea guamensis Eksplorasi 1 Trichogrammatoidea nana Biologi 1 Trichogrammatoidea thoseae Eksplorasi 1 T. chilonis Biologi Ekologi Ekplorasi 1 1 1 T. japonicum Biologi Ekologi Morfologi Eksplorasi 5 3 1 1 T. pretiosum Biologi Ekologi Morfologi 3 3 1 T. flandersi Eksplorasi Biologi 1 1 T. australicum Eksplorasi 1 T. chilotraeae Eksplorasi 1 T. minutum Eksplorasi 1 Dari analisis hasil penelitian-penelitian tadi, masih diperlukan penelitian- penelitian lebih lanjut pada aspek-aspek yang masih kurang dibicarakan dalam penelitian-penelitian tentang Trichogrammatidae di Indonesia, seperti kegiatan eksplorasi dan penelitian tentang karakter morfologi dan biologi parasitoid telur Trichogrammatidae, terutama untuk spesies-spesies yang masih belum banyak dibicarakan. Selain itu, diperlukan juga publikasi hasil penelitian yang lebih baik sehingga kemajuan penelitian tentang parasitoid telur Trichogrammatidae di Indonesia bisa lebih ditingkatkan untuk mengoptimalkan pengendalian hayati serangga hama di Indonesia.

C. Daftar isi Database Trichogramma