PENGARUH RESIDU KLORIN KOLAM RENANG TERHADAP TERJADINYA IRITASI KULIT PADA PERENANG DI KOTA MALANG

(1)

PENGARUH RESIDU KLORIN KOLAM RENANG

TERHADAP TERJADINYA IRITASI KULIT PADA

PERENANG DI KOTA MALANG

SKRIPSI

Untuk Memenuhi Sebagai Persyaratan Mencapai Derajat Sarjana Keperawatan (S. Kep) pada Program Studi Ilmu Keperawatan Fakultas Ilmu Kesehatan

Universitas Muhammadiyah Malang

Oleh :

FITRIA ANINDARAHMA PRILANDIA NIM. 201110420311018

PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN FAKULTAS ILMU KESEHATAN

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MALANG 2015


(2)

(3)

(4)

iv

MOTTO

INTELLIGENCE IS NOT THE MEASUREMENT

BUT. . . .

INTELLIGENCE SUPPORT ALL! “

( Kecerdasan bukanlah tolak ukur kesuksesan, tetapi. . .

Dengan menjadi cerdas kita bisa menggapai kesuksesan )


(5)

v

KATA PENGANTAR

Assalamu’allaikum Wr. Wb.

Puji syukur kehadirat Allah SWT, berkat rahmat serta hidayahNya saya dapat menyelesaikan skripsi ini dengan judul “ Pengaruh Residu Klorin Kolam Renang Terhadap Terjadinya Iritasi kulit Pada Perenang Di Kota Malang “. Skripsi inimerupakan salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Keperawatan (S.Kep) pada program Studi Ilmu Keperawatan Fakultas Ilmu Kesehatan Universitas Muhammadiyah Malang.

Bersama ini perkenankanlah saya mengucapkan terimah kasih yang sebesar-besarnya kepada :

1. Bapak Yoyok Bekti P., M.Kep., Sp. Kom. selaku Dekan Fakultas Ilmu Kesehatan Universitas Muhammadiyah Malang sekaligus pembimbing I yang telah banyak memberikan pengarahan dan bimbingan dalam penyusunan skripsi ini.

2. Ibu Nurul Aini, S. Kep., Ns M. Kes Selaku Ketua Program Studi Ilmu keperawatan Fakultas Ilmu Kesehatan. Universitas Muhammadiyah Malang. 3. Ibu Erma Wahyu M., S. Kep., Ns, M. Si. Selaku pembimbing II yang telah

banyakmeluangkan waktu untuk membimbing, mengarahkan, mendorong, serta membantu penulis sehingga skripsi ini dapat terselesaikan dengan baik. 4. Ibu Henik Tri Rahayu., S.Kep, Ns, M. S. dan Ibu Sri Sunaringsih Ika


(6)

vi

memberikan masukan dan saran yang membangun untuk melengkapi skripsi ini.

5. Bapak Aulia Dwi Zhukmana., S.Kep., Ns, sebagai Dosen Wali PSIK kelas A angkatan 2011, yang memberikan dukungan untuk mengerjakan skripsi ini. 6. Seluruh Dosen dan Staf Pengajar Program Studi Ilmu Keperawatan Fakultas

Ilmu KesehatanUniversitas Muhammadiyah Malang yang telah banyak memberikan ilmu pengetahuan.

7. Pimpinan Taman Rekreasi Sengkaling, Tlogomas, Lembah Dieng, pemandian Gajahyana club, pemandian Rampal club yang telah menyediakan tempat untuk melakukan penelitian.

8. Kedua orangtuaku tersayang,adikku, serta semua keluarga besarku yang telah banyak memberikan semangat, dukungan, arahan dan doa selama penulis mengikuti pendidikan dan menyelesaikan skripsi ini.

9. Teman-teman PSIK “A” 2011 serta teman-teman yang tidak bisa penulis sebutkan satu persatu, yang telah memberikan motivasi, dukungan hingga terselesainya skripsi ini.

Akhirnya Penulis menyadari sepenuhnya bahwa sebagai manusia biasa yang tidaklepas dari kesalahan dan kekurangan. Oleh karena itu, jika dalam penulisan skripsi ini masih terdapat kesalahan, kritik dan saran yang bersifat membangun sangat peneliti harapkan guna menyempurnakan skripsi ini.

Wassalamu’allaikum Wr. Wb

Malang, 13 Maret 2015.


(7)

vii

ABSTRAK

PENGARUH RESIDU KLORIN KOLAM RENANG TERHADAP TERJADINYA IRITASI KULIT PADA PERENANG DI KOTA MALANG

Fitria Anindarahma Prilandia1, Yoyok Bekti Prasetyo2, Erma Wahyu M.3

Klorinasi menjadi metode yang paling sering digunakan sebagai desinfektan untuk mengontrol kualitas air di kolam renang dan untuk mencegah penyebaran bakteri patogen pada perenang, namun muncul berbagai macam gangguan kesehatan akibat residu klorinyang tekandungdi dalam air pada kolam renang yang melebihi batas. Pada studi epidemiologi di Indonesia, ditemukan hasil bahwa dari 97 % kasus iritasi kulit yang terjadi, 66,3 % diantaranya adalah dermatitis kontak iritan yang salah satu penyebabnya yaitu residu korin. Seharusnya diperlukan upaya pengendalian resiko pencemaran residu klorin dengan cara melakukan pemeriksaan teratur yang mengacu pada peraturan yang sudah ada, misalnya mengukur kadar klorin pada siang hari dan melakukan penambahan klorin sehingga diharapkan kadar residu klorin antara 0,2-0,5 mg/L.Namun hal itu jarang diperhatikan oleh pengelola kolam renang, sehingga penelitian ini dilakukan dengan tujuan untuk menganalisis pengaruh residu klorin kolam renang terhadap terjadinya iritasi kulit pada perenang di kota Malang. Metode :Penelitian ini menggunakan desain penelitian cross sectional. Penelitian ini dilaksanakanpada tanggal 7 – 14 April 2015 di 5 kolam renang di Kota Malang. Subjek dalam penelitian ini adalah seluruh pengunjung di 5 kolam renang tersebut. Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh pengunjung di 5 kolam renang tersebut dengan pengambilan sampel menggunakan teknik purposive sampling.

Sampelyang memenuhi kriteria inklusi sebanyak 58 responden. Analisa data dalam penelitian ini menggunakan uji regresi linier sederhana.

Hasil :Berdasarkan hasil program SPSSdiperoleh nilai sig 0,000 (p<0,05), jadi dapat disimpulkan bahwa H0 ditolak.

Kesimpulan :Ada pengaruh yang signifikan antara residu klorin kolam renang terhadap terhadap terjadinya iritasi kulit pada perenang.

Kata Kunci :kolam renang; residu klorin; iritasi kulit;perenang

1. Mahasiswa Program Studi Ilmu Keperawatan, Fakultas Ilmu Kesehatan, Universitas Muhammadiyah Malang

2. Dekan Fakultas Ilmu Kesehatan, Universitas Muhammmadiyah Malang 3. Dosen Program Studi Ilmu Keperawatan, Fakultas Ilmu Kesehatan,


(8)

viii

ABSTRACT

EFFECTS OF CHLORINE RESIDUAL SWIMMING POOL TO THE OCCURANCE OF SKIN IRRITATION ON SWIMMWERS IN MALANG

Fitria Anindarahma Prilandia.1,Yoyok Bekti Prasetyo2, Erma Wahyu M.3

Chlorination be the most method that commonly used as a desinfectant to control the quality of water in the pool and to prevent the spread of pathogenic bacteria for swimmers, but arised many health problems due to chlorine residue that contained the water in the pool when exceed of the limit. In the epidemiological study in Indonesia, founded that the results from 97 % cases of skin irritation occurs, 66.3% is dermatitis irritant contact that one of the reasons from chlorine residue. Should have the necessary efforts to control chlorine residue contamination risk by carrying out the regular checks which refers to existing rules. Example, measure the levels of chlorine in the daytime and when addition the chlorine to expected that chlorine residual levels between 0.2-0.5 mg/L. But, it is rarely noticed by the manager of the swimming pool. So this research was conducted with the intent and purpose to analyze the effect of swimming pool chlorine residual to the occurrence of skin irritation for swimmers in Malang.

Methode :This research used a cross-sectional design study. The research was conducted on7 to 14 April 2015 in five swimming poolsin Malang. The subjects in this study wasthe visitors at the five swimming pools.The population in this study was the visitors at the five swimming pools using purposive sampling technique. Data were analyzed using a simple linear regression test.

Result :The result of SPSS program found that the significiance level was 0,000 (p<0,05), it suggest that H0 is rejected.

Conclusion : There are significant effects of residual chlorine in swimming pools water to the occurance of skin irritation on swimmers in Malang

Keyword : swimming pools; chlorine residual; skin irritation; swimmers

1. The Student Nursing of Science Departement, Faculty of Health Sciences, University of Muhammadiyah Malang

2. The Leadership in Faculty of Health Sciences, University of Muhammadiyah Malang

3. Lecturer in Nursing of Science Departement, Faculty of Health Sciences, University of Muhammadiyah Malang


(9)

ix

DAFTAR ISI

Halaman Judul ... i

Lembar Persetujuan ... ii

Lembar Pengesahan ... iii

Lembar Pernyataan Keaslian Penelitian ... iv

Motto ... v

Lembar Persembahan ... vi

Kata Pengantar ... ix

Abstrak ... xi

Daftar Isi ... xiii

Daftar Tabel ... xvi

Daftar Gambar ... xvii

Daftar Lampiran ... xviii

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang ... 1

1.2. Rumusan Masalah ... 7

1.3. Tujuan Penelitian ... 7

1.3.1. Tujuan Umum ... 7

1.3.2. Tujuan Khusus ... 7

1.4. Manfaat Penelitian ... 8

1.5. Keaslian Penelitian ... 9

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Konsep Residu Klorin dalam Kolam Renang ... 11

2.2. Konsep Iritasi Kulit Pada Perenang ... 22

2.3 Pengaruh Residu Klorin Terhadap Terjadinya Iritasi kulit ... 32

BAB III KERANGKA KONSEP DAN HIPOTESIS PENELITIAN 3.1. Kerangka Konsep ... 35

3.2. Hipotesis Penelitian ... 36

BAB IV METODOLOGI PENELITIAN 4.1 Desain Penelitian ... 37


(10)

x

4.3Populasi, Teknik Sampling, dan Sampel

4.3.1 Populasi ... 39

4.3.2 Teknik Sampling ... 39

4.3.3 Sampel ... 40

4.4Variabel Penelitian ... 40

4.4.1 Variabel Independen ... 40

4.4.2 Variabel Dependen ... 40

4.5Definisi Operasional ... 41

4.6Tempat dan Waktu Penelitian ... 42

4.7Instrument Penelitian, Uji Validitas, Uji Reliabilitas ... 42

4.8Prosedur Pengumpulan Data ... 44

4.9Analisa Data ... 46

4.9.1 Analisa Univariat ... 47

4.9.2 Analisa Bivariat ... 47

4.10Etika Penelitian ... 49

BAB V ANALISA DATA DAN HASIL PENELITIAN 5.1Karakteristik Responden Berdasarkan Usia, Jenis Kelamin, Status Pekerjaan, Frekuensi Berenang ... 51

5.2Gambaran Analisa Residu Klorin Kolam Renang ... 53

5.3Gambaran Terjadinya Iritasi kulit Pada Perenang ... 54

5.4Analisis Pengaruh Residu Klorin kolam Renang Terhadap Terjadinya Iritasi Kulit Pada Perenang ... 56

BAB VI PEMBAHASAN 6.1 Gambaran Residu Klorin Kolam Renang ... 58


(11)

xi

6.3 Analisis Pengaruh Residu Klorin Kolam Renang Terhadap Terjadinya

Iritasi Kulit Pada Perenang ... 63

6.4 Keterbatasan Penelitian ... 64

6.5Implikasi Untuk Keperawatan ... 66

BAB VII PENUTUP 7.1 Kesimpulan ... 69

7.2 Saran ... 69

Daftar Pustaka ... 71

Lampiran ... 74 Daftar Riwayat Hidup


(12)

xii

DAFTAR TABEL

Tabel Halaman

Tabel 4.1Definisi Operasional 41

Tabel 5.1 Karakteristik Responden Berdasarkan Usia 52 Tabel 5.2 Karakteristik Responden Berdasarkan Jenis Kelamin, 52 Status Pekerjaan, serta Frekuensi Berenang

Tabel 5.3 Hasil Uji Laboratorium Sampel Air Kolam Renang Di Kota Malang 54 Tabel5.4 Gambaran Terjadinya Iritasi Kulit Pada Perenang Di Kota Malang 54 Tabel 5.5 Prosentase Kejadian Dermatitis di Masing-masing Kolam Renang 55 Tlogomas, Sengkaling, Lembah Dieng, Gajayana, serta Rampal

Tabel 5.6 Hasil Analisis uji Regresi Linier Sederhana Pengaruh Residu Klorin 56 Terhadap Terjadinya Iritasi kulit Pada perenang Di Kota Malang


(13)

xiii

DAFTAR GAMBAR

Gambar Halaman

Gambar 2.2.1 Anatomi Kulit 22

Gambar 3.1 Kerangka Konsep Penelitian 35


(14)

xiv

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1 : Permohonan Menjadi Responden Lampiran 2 : Lembar Persetujuan Menjadi Responden Lampiran 3 : Lembar Permohonan Izin Penelitian

Lampiran 4 : Surat Keterangan Telah Melaksanakan Penelitian Lampiran 5 : Lembar Kuesioner Penelitian

Lampiran 6 :Lembar Observasi Pengujian Sampel Air Lampiran 7 : Tabulasi Data Penelitian

Lampiran 8 : Crosstab Hasil Pengolahan Data Responden Lampiran 9 : Hasil Uji Validitas dan Reliabilitas Kuesioner Lampiran 10 : Hasil Analisis Data

Lampiran 11 : Dokumentasi Penelitian


(15)

xv

DAFTAR PUSTAKA

Alfred P. Dufour, Otis Evans, Thomas D. Behymer, and Ricardo Cantu. (2006). Water Ingestion During Swimming Activities In A Pool: A Pilot Study.Journal of Water And Health, vol 4.

Arikunto, Suharsimi. (2006).Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik. Jakarta :Rineka Cipta.

Bernard Alfred, Marc Nickmilder, Catherine Voisin and Antonia Sardella. (2014). Chlorine Can React With Organs Of Swimmers Causing Irritation Of Skin.

Official Journal Of The American Academy Of Pediatrics, (hlm 1111), 1110 -1118. Catto cyril, Simard Sabrina, Charest-Tardif Ginette, Rodriguez Manuel, and Tardif

Robert. (2012). Occurrence and Spatial and Temporal Variation of Desinfections By-Products in the Water and Air of Two Indoor Swimming Pools.International Journal of Environmental Research and Public Health, vol. 9.

Cita, Dian Wahyu. (2009). Kualitas Air dan Keluhan Kesehatan Pengguna Kolam Renang Di Sidoarjo.Skripsi. Departemen Kesehatan Lingkungan Universitas Airlangga. Chandra, Budiman. (2006). Pengantar Kesehatan Lingkungan. Jakarta: EGC.

Center For Disease Control and Prevention (CDC). (2013). Infeksi Penyakit dari Kolam Renang. Diunduh dari: http://www.cdc.gov/infeksi penyakit dari kolam renang.html [Diakses 22 Oktober 2014].

Djuanda Adhi. (2005). Ilmu Penyakit Kulit dan Kelamin edisi keempat. Jakarta: EGC. Effendi Hefni. (2004). Telaah Kualitas Air. Yogyakarta: Kanisius.

Fernandez, Burillo P, Felipe JL, Gallardo L, Tamaral FM. (2013). Chlorine Concentration In The Air Of Indoor Swimming Pool Workers. Spanish. Goldberg, D.E. (2008). Kimia untuk Pemula. Jakarta: Erlangga.

Guglielmina, et al. (2010). Prevalence of Ocular, Respiratory, and Cutaneous Symptoms in Indoor Swimming Pool Workers and Exposure to Desinfection by- product (DBPs). International journal of environmental research and public health. Hidayat, Alimul Aziz. (2007). Riset Keperawatan dan Teknik Analisa Data. Jakarta:

Salemba Medika.

. .(2010). Metode Penelitian Kesehatan Paradigma Kuantitatif. Surabaya: Health Book Publishing.

J. Lee, Jun MJ, Lee MH, Lee MH, Eom SW, Zoh KD. (2010). Production of Various Desinfection By Products in Indoor Swimming Pool Waters Treated with Different Desinfection Methods International. Journal of Hygiene and Environmental Health, 213 (2010) 465-474.


(16)

xvi

Jamali, M., et al. (2012). Effect of nano silica on the efficacy of swimming pool water treatment. Life science journal. http://www.lifesciencesite.com [Diakses pada tanggal 25 Desember 2014].

Kaydos-Daniels, Beach, M.J., Shwe, T., Magri, J., and Bixler, D. (2008). Health Effect Associated with Indoor Swimming pools: a suspected toxic chloramine Exposure. Public Health Journal (hlm 501), 500-507.

Mulyono. (2006). Membuat Reagen Kimia. Bumi Aksara.

Muttaqin Arif dan Sari Kumala. (2011). Asuhan Keperawatan Gangguan Sistem Integumen. Jakarta: Salemba Medika.

Notoatmodjo, Soekidjo. (2012). Metodologi Penelitian Kesehatan. Jakarta: Rineka Cipta. Nursalam. (2013). Metode Ilmu Keperawatan. Jakarta: Salemba Medika.

Potter, P.A., Perry. (2006). Fundamental Keperawatan. Jakarta: Salemba Medika.

Richardson. S. D., DeMarini DM, Kogevinas M, Fernandez P, Marco E, Lourencetti C, Ballesté C, Heederik D, Meliefste K, McKague AB, Marcos R, Font-Ribera L, Grimalt JO, Villanueva CM. (2010). What’s in the pool? A

comprehensive identification of disinfection by-products and assesment of mutagenicity of chlorinated and brominated swimming pool water. USA, volume 118, halaman 1523-1530.

Rohman Abdul dan Ibnu Gholib Gandjar. (2007). Kimia Farmasi Analisis. Yogyakarta: Pustaka Pelajar. Hal. 298-322.

Schoefer Yvonne, Zutavern A, Brockow I, Schäfer T, Krämer U, Schaaf B, Herbarth O, von Berg A, Wichmann HE, Heinrich J. (2008). Health risk of early swimming pool attendance. International journal of Hygiene and Environmental Health. www.elsevier.de/ijheh.com [Diakses pada tanggal 29 Desember 2014].

Setiadi. (2007). Konsep dan Penulisan Riset Keperawatan. Yogyakarta: Graha Ilmu.

Setyawati, Nining Ika. (2004). Pengaruh Jumlah Pemakai Kolam Renang Terhadap Kadar Sisa Klor Di Kolam Renang Umbang Tirta Di Kotamadya Yogyakarta. Skripsi. Sujarweni, A. Wiratna. (2014).Metodelogi Keperawatan. Yogyakarta: Gava Media.

Weisel C. P, et al. (2009). The Types Of Chlorine Generally Used Are Sodium Hypochlorite, Calcium Hypochlorite, or Chlorine Gas, dalam Ford. 2007.

Childhood Asthma and Environmental Exposures at Swimming Pools: State Of The Science And Research Recommendation (hlm 501), 500-507.

Zwiener, Richardson SD, DeMarini DM, Grummt T, Glauner T, Frimmel FH. (2007). Drowning in Disinfection By Products? Assesing Swimming Pool Water. Journal of Environmental Science and Technology, (volume 4), halaman 363-372. [Diakses pada tanggal 8 November 2014].


(17)

1 BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Residu klorin disebut juga dengan klorin bebas atau aktif, dapat diartikan jumlah klorin yang tersedia sebagai desinfektan setelah waktu kontak tertentu. Residu klorin ini terdapat dalam dua bentuk antara lain residu klorin terikat dan residu klorin bebas. Residu klorin ini diketegorikan sebagai zat kimia yang berbahaya bagi kesehatan. Selain itu sebagai salah satu syarat untuk memenuhi sanitasi dan hygiene yang baik, maka perlu dilakukan analisa tentang residu klorin ini (Schoefer et al, 2008).

Pada proses klorinasi, sebelum berperan sebagai desinfektan, klorin yang ditambahkan akan berperan sebagai oksidator, seperti yang ditunjukkan dalam persamaan reaksi :H2 S + 4Cl2 + 4H2 O H2 SO4 + 8HCl. Klorin ini dapat bekerja secara efektif sebagai desinfektan dengan pH 7. Proses penambahan klorin dikenal dengan khlorinasi air. Klorin yang digunakan sebagai desinfektan yaitu gas klor yang berupa molekul klor (Cl2) atau kalsium hipoklorit [Ca(OCl)2). Namun, penambahan klorin yang kurang tepat dapat menimbulkan bau dan rasa pada air (Elly, 2007).

Residu klorin dapat membahayakan kesehatan jika terjadi kontaminasi, dari kontaminasi ini, antara lain menyebabkan iritasi kulit, telinga, gangguan paru, kerusakan pada gigi, maupun infeksi pada saluran pernapasan atas, serta dalam


(18)

2

jangka waktu yang lamajuga dapat menyebabkan kanker. Gangguan paru dan kerusakan gigi juga sering terjadi akibatpaparan gas klorin yang cukup sering, hal ini teutama terjadi di kolam renang indoor. Residu klorin (sisa klor) yang dianjurkan secara kimia agar memenuhi syarat yaitu antara 0,2 – 0,5 mg/L (Effendi, 2004).

Data penelitian yang didapat dari peneliti sebelumnya oleh (Dian Wahyu Cita dan Adriyani, 2009) yaitu khususnya di Jawa Timur kadar residu klorin pada kolam renang rata-rata tidak memenuhi syarat yaitu <0,2 mg/L dan > 0,5 mg/L, yaitu kolam renang Tirta Krida dan GOR Sendang Delta Sidoarjo sehingga banyak menimbulkan keluhan-keluhan dari masyarakat tentang terjadinya iritasi kulit, mata, maupun hidung.

Penelitian selanjutnya yang dilakukan oleh (Teddy Permana, 2012) residu klorin yang tidak memenuhi syarat, sehingga menimbulkan keluhan-keluhan iritasi juga terjadi di pengunjung hotel bintang 3 dan 4 di wilayah Yogyakarta, dimana 58,3% mengalami iritasi kulit dan mata setelah berenang,atau sebanyak 28 orang dari total sampel, hampir setemgahnya mengalami hal tersebut. Studi yang pernah dilakukan yaitu studi fungsi pernapasan dan asma, bahwa berenang di air yang di klorinasi dapat mengakibatkan resiko peningkatan penyakit asma, dan keluhan pernafasan, khususnya pada anak-anak. Hal ini terbukti bahwa penggunaan air yang terklorinasi akan menimbulkan banyak keluhan-keluhan kesehatan.

Menurut Hudyono dalam Jemik (2014) prevalensi dermatitis kontak di Indonesia sangat bervariasi. Pada studi epidemiologi Indonesia memperlihatkan


(19)

3

bahwa 97% dari kasus-kasus yang ada, dimana 66,3% diantaranya adalah dermatitis kontak iritan dan 37% adalah dermatitis alergi.

Menurut Zwiener et al (2007). Bukti epidemiologi terkuat untuk efek kesehatan yang merugikan dari berenang di air kolam yang terklorinasi telah datang dari studi tentang fungsi pernafasan dan asma. Berenang di air kolam yang terklorinasi telah dikaitkan dengan peningkatan epitel paru permeabilitas, risiko pengembangan asma, dan keluhan pernafasan khususnya pada anak-anak.

Lagerkvist dkk (2005) menemukan bahwa berenang juga memiliki, efek buruk pada fungsi sel Clara pada anak-anak. Nystad dkk (2006) menemukan hubungan antara bayi yang berenang dengan resiko terjadinya saluran pernapasan berulang dan iritasi kulit. Thickett dkk (2006)menemukan bahwa triklorida nitrogen (trichloramine) di 100-570mg/m3di udara kemungkinan sebagai penyebab asma pada dua penjaga kolam renang maupun guru renang.

Nitrogen triklorida paparan dari berenang juga telah dikaitkan denganberbagai perubahan biomarker yang merugikan di paru-paru selain asma(32, 60). Nitrogen triklorida juga menjadi penyebab iritasi mata, kulit dansaluran pernapasan bagian atas yang dilaporkan oleh penjaga kolam renang dan perenang. Pusaran air mandi terklorinasi telah terbukti meningkatkan reaktivitas saluran napas pada penderita asma ringan.

Pengamatan yang dilakukan oleh peneliti dari Illinois Public Health (2007) didapatkan kelompok perenang secara bermakna lebih sering mengalami infeksi mata, telinga dan infeksi kulit dibandingkan dengan yang bukan perenang, sedangkan menurut CDC (2013) berbagai penyakit seperti infeksi saluran cerna,


(20)

4

infeksi mata, infeksi pernapasan, infeksi kulit, bahkan infeksi otak dapat ditularkan melalui kolam renang.

Berbagai macam masalah kesehatan yang ditimbulkan akibat residu klorin dalam kolam renang, seharusnya para pengelola kolam renang harus memperhatikan standart kualitas dari air tersebut meliputi parameter fisik, kimia, maupun biologis, serta melakukan upaya pengendalian resiko pencemaran pada kolam renang, seperti melakukan pemeriksaan yang teratur dengan mengacu pada peraturan yang ada. Seperti halnya mengukur kadar klorin pada siang hari dan melakukan penambahan klorin, sehingga diharapkan kadar residu klorin berkisar 0,2 – 0,5 mg/L, dan memenuhi syarat (Cita dan Adriyani, 2009).

Berdasarkan studi pendahuluan yang dilaksanakan oleh peneliti pada tanggal 9 November 2014, di tiga kolam renang yaitu Sengkaling, Tlogomas, serta Lembah Dieng, diperoleh data di kolam renang Sengkaling dari 16 pengunjung, 4 diantaranya setelah berenang mengeluhkan gatal-gatal, 9 orang mengalami kemerahan, dan 3 orang sisanya tidak mengalami iritasi kulit. Sedangkan di kolam renang Tlogomas dari 8 orang, diantaranya 5 orang mengalami gatal-gatal, dan sisanya tidak mengalami iritasi sama sekali, dan di kolam renang Lembah Dieng diperoleh data dari 10 orang, diantaranya 3 orang mengatakan gatal-gatal setelah berenang, 7 orang mengatakan merah-merah bahkan sampai seluruh tubuh. Studi pendahuluan ini juga memperoleh informasi tentang sistem pengurasan pada kolam renang di berbagai tempat. Rata – rata menguras dilakukan 2 kali dalam seminggu. Kolam renang di Sengkaling misalnya kolam renang PP ( pesona primitif) dikuras setiap hari Senin, Selasa, Kamis, dan Jumat, kolam renang Tirta


(21)

5

Alam dikuras setiap Senin dan Kamis, kolam renang Tirta Sari dikuras setiap Senin dan Jumat, sedangkan untuk proses pemberian desinfektanya (kaporit) diberikan setelah kolam renang dikuras dan dikeringkan, selanjutnya diberikan kaporit sebanyak 2-3 sendok takaran tergantung pengelola masing-masing kolam renang tersebut. Akan tetapi pada musim hujan takaran kaporit akan bertambah sebagai desinfektan antara 4-5 sendok takar karena kolam akan cepat kotor, dan tumbuh alga.

Studi pendahuluan kedua yang dilakukan peneliti pada tanggal 2 Desember 2014, diperoleh data di kolam renang Tlogomas jadwal pengurasan setiap hari Rabu setiap minggunya, dan kemudian hari Kamisnya tutup, akan tetapi untuk pemberian desinfektanya dilakukan setiap hari. Sedangkan untuk kolam renang Lembah Dieng juga dilakukan satu minggu sekali pengurasan. Pemberian desinfektan dilakukan setiap hari jika musim penghujan dan pengunjungnya banyak. Berdasarkan studi pendahuluan ke kolam renang, rata-rata desinfekan yang digunakan yaitu kaporit jenis serbuk.

Studi pendahuluan yang dilakukan oleh peneliti pada tanggal 30 Maret 2015 ke kolam renang klub yaitu Gajahyana serta Rampal. Berdasarkan wawancara dengan beberapa perenang di kolam renang Gajahyana dari 15 orang, hampir 50% mengatakan pernah merasakan iritasi kulit, akan tetapi iritasi kulitnya hanya terasa kering, kusam, dan terasa gatal-gatal. Sedangkan di kolam renang Rampal diperoleh data dari 10 orang yang berhasil diwawancara, 4 orang hanya mengalami kulit terasa kering dan kusam, 3 orang mengatakan kulitnya terasa gatal-gatal dan terasa kering, dan sisanya tidak pernah mengalami iritasi


(22)

6

kulit. Para perenang juga mengatakan, iritasi kulit yang dideritanya tidak sampai parah akan tetapi hanya ± 1 hari sudah sembuh.

Sistem pengurasan pada kolam renang dilakukan berbeda-beda, hal ini dibuktikan penulis dengan melakukan studi pendahuluan pada bulan April 2015 di 5 kolam renang, yaitu Tlogomas, Sengkaling, Lembah Dieng, Gajayana, serta Rampal. Kolam renang Tlogomas sistem pengurasannya yaitu setiap hari Rabu, Lembah Dieng hari minggu sore setelah kolam renang tutup, Gajayana setiap hari jumat tetapi sistem pengurasan pada kolam renang ini berbeda karena melalui sistem sirkulasi, sedangkan kolam renang Rampal sistem pengurasannya yaitu setiap 1 bulan sekali yaitu setiap hari jumat juga.

Proses pemberian klorin/kaporit dari setiap kolam renang juga berbeda, ada yang sesuai standart, dan ada juga yang tidak sesuai dengan standartnya yaitu hanya menggunakan perkiraan. Di kolam renang Tlogomas sistem pemberianya secara perkiraan, ± 1,5 kg/hari, akan tetapi jika pengunjung sepi pemberian kaporit akan dikurangi karena faktor financial.

Berdasarkan wawancara dengan pengunjung salah satu kolam renang diperoleh data bahwa rata-rata perenang mengalami iritasi kulit setelah pulang dari kolam renang, dan tidak seketika setelah berenang. Pengunjung kolam renang juga mengatakan hanya mengalami kulit terasa kusam dan kering seketika setelah berenang.

Setiap kolam renang menggunakan desinfektan klorin dengan takaran yang berbeda-beda, sehingga memiliki kadar residu klorin yang berbeda pula. Kadar klorin tersebut jika melampaui nilai ambang batasnya akan berdampak


(23)

7

buruk bagi kesehatan. Hal inilah yang jarang diperhatikan oleh beberapa kalangan termasuk pengelola kolam renang, sehingga masalah itulah yang membuat

peneliti tertarik untuk melakukan penelitian tentang “Pengaruh Residu Klorin

Kolam Renang Terhadap Terjadinya Iritasi Kulit Pada Perenang di Kota

Malang”.

1.2 Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang diatas maka dapat dirumuskan masalah “Apakah Ada Pengaruh Residu Klorin Kolam Renang terhadap Terjadinya Iritasi Kulit Pada Perenang di Kota Malang ?

1.3 Tujuan Penelitian 1.3.1 Tujuan Umum

Menganalisis pengaruh residu klorin kolam renang terhadap terjadinya iritasi kulit pada perenang di Kota Malang.

1.3.2 Tujuan Khusus

1.Mengidentifikasi karakteristik responden berdasarkan usia, jenis kelamin, status pekerjaan, serta frekuensi berenang

2.Mengidentifikasi angka kejadian iritasi kulit akibat residu klorin kolam renang di Kota Malang

3.Mengidentifikasi kadar residu klorin kolam renang di Kota Malang

4. Menganalisis pengaruh residu klorin kolam renang terhadap terjadinya iritasi kulit pada perenang di Kota Malang.


(24)

8 1.4 Manfaat Penelitian

1. Bagi Peneliti

Dapat menambah wawasan dan pemahaman tentang pengaruh klorin di kolam renang terhadap terjadinya iritasi kulit, dan mampu memahami lebih jelas tentang keperawatan komunitas, karena langsung terjun ke masyarakat.

2. Bagi Institusi pendidikan

Hasil penelitian ini dapat digunakan sebagai bahan kajian dan diskusi dalam bidang mata kuliah keperawatan komunitas khususnya komunitas sebagai sarana rekreasi/community as recreation, dan sebagai referensi bagi peneliti selanjutnya. 3. Bagi Masyarakat

Sebagai bahan informasi kepada masyarakat/pengguna kolam renang tentang dampak dari klorin, agar para pengguna kolam renang lebih berhati-hati lagi, dan selalu memperhatikan kebersihan diri setelah berenang agar dampak klorin tidak sampai parah, dan sebaiknya menggunakan alat pelindung diri (APD) saat berenang untuk mecegah timbulnya keluhan kesehatan setelah berenang.

4. Bagi Peneliti selanjutnya

Hasil penelitian ini dapat digunakan sebagai bahan informasi bagi peneliti selanjutnya yang akan mengembangkan topik yang berkaitan dengan pengaruh atau dampak dari klorin di kolam renang, atau kandungan zat-zat kimia selain klorin.yang digunakan sebagai desinfeksi di kolam renang.


(25)

9 5. Bagi Dinas Kesehatan Kota Malang

Sebagai masukan untuk pegawai Dinkes dalam melakukan pengawasan sanitasi terhadap kolam renang umum secara berkala agar kolam renang aman digunakan dan memenuhi syarat sanitasinya.

6. Bagi Pengelola Kolam Renang

Sebagai sumber informasi bagi para pengelola kolam renang dalam mengelola kualitas air kolam renangnya agar sesuai standart sanitasinya.

1.5 Keaslian Penelitian

Penelitian tentang pengaruh residu klorin terhadap terjadinya iritasi kulit di Kolam Renang, belum pernah di teliti sebelumnya, adapun penelitian yang telah dilakukan terkait dengan penelitian ini antara lain :

1. Ika Nining Setyawati (2004), yaitu ” Pengaruh Jumlah Kolam Renang Terhadap

kadar sisa Klor di Kolam Renang Umbang Tirta di Kota Madya Yogyakarta”

dengan metode survei dan cross sectional. Hasil penelitian dianalisis dengan menggunakan uji korelasi product moment dan analisa regresi. Hasil perhitungan korelasidiperoleh nilai r sebesar 0,864 pada taraf signifikasi 0,05 dan dari hasil perhitungan regresi didapat Y=0,072 2,991.10-4X. Hasil pengujian hipotesa dengan uji korelasi diperoleh harga r hitung lebih besar dari r tabel sehingga Ho ditolak dan Ha diterima. Hal ini berarti terdapat hubungan yang signifikan antara jumlah pemakai kolam renang dengan kadar sisa klor air kolam renang. Dari harga r diperoleh koefisiensi determinasi sebesar 0,75 yang berarti bahwa variabel kadar sisa khlor 75 % dipengaruhi jumlah pemakai kolam renang dan 25 %


(26)

10

dipengaruhi faktor lain, yaitu antara lain : sinar matahari, waktu kontak, suhu air, pH, mikroorganisme dan jumlah klor aktif yang ada.

Perbedaan penelitian ini dengan penelitian saya yaitu variabel yang digunakan. Variabel independepen dan dependenya pada penelitian diatas yaitu jumlah pemkai kolam renang dan sisa klor, sedangkan variabel dalam penelitian saya residu klorin dan iritasi kulit.Akan tetapi, kedua penelitian ini sama-sama meneliti tentang kadar residu klorin pada kolam renang.

2. Dian Wahyu Cita dan Adriyani (2009), yaitu “ Kualitas Air dan Keluhan

Kesehatan Pengguna Kolam Renang Di Sidoarjo”. Penelitian ini merupakan

penelitian observasional deskriptif, dan menggunakan metode cross sectional. Penelitian ini dilakukan bulan Maret – Juni 2009. Populasi dari penelitian ini adalah air kolam renang Tirta Krida dan GOR Sendang Delta, serta masyarakat pengguna kolam renang tersebut. Sampel diambil secara sistematik random sampling. Hasil penelitian ini, parameter air kolam renang keduanya tidak memenuhi persyaratan yang ditetapkan. Kolam renang Tirta Krida residu klorinnya setelah klorinasi sebesar 4,6 mg/L, sedangkan kadar residu klorin sesudah digunakan pengunjung sebesar 0,175 mg/L, sedangkan di kolam renang GOR Sendang residu klorinnya sebesar 2,175 mg/L setelah klorinasi, dan 0,1375 mg/L sesudah digunakan pengunjung.

Perbedaan penelitian diatas dengan penelitian ini yaitu variabel yang digunakan. Pada penelitian ini variabel independennya yaitu jumlah residu klorin, sedangkan variabel dependennya yaitu iritasi kulit, tetapi penelitian keduanya sama-sama meneliti tentang jumlah residu klorin pada kolam renang.


(27)

(1)

kulit. Para perenang juga mengatakan, iritasi kulit yang dideritanya tidak sampai parah akan tetapi hanya ± 1 hari sudah sembuh.

Sistem pengurasan pada kolam renang dilakukan berbeda-beda, hal ini dibuktikan penulis dengan melakukan studi pendahuluan pada bulan April 2015 di 5 kolam renang, yaitu Tlogomas, Sengkaling, Lembah Dieng, Gajayana, serta Rampal. Kolam renang Tlogomas sistem pengurasannya yaitu setiap hari Rabu, Lembah Dieng hari minggu sore setelah kolam renang tutup, Gajayana setiap hari jumat tetapi sistem pengurasan pada kolam renang ini berbeda karena melalui sistem sirkulasi, sedangkan kolam renang Rampal sistem pengurasannya yaitu setiap 1 bulan sekali yaitu setiap hari jumat juga.

Proses pemberian klorin/kaporit dari setiap kolam renang juga berbeda, ada yang sesuai standart, dan ada juga yang tidak sesuai dengan standartnya yaitu hanya menggunakan perkiraan. Di kolam renang Tlogomas sistem pemberianya secara perkiraan, ± 1,5 kg/hari, akan tetapi jika pengunjung sepi pemberian kaporit akan dikurangi karena faktor financial.

Berdasarkan wawancara dengan pengunjung salah satu kolam renang diperoleh data bahwa rata-rata perenang mengalami iritasi kulit setelah pulang dari kolam renang, dan tidak seketika setelah berenang. Pengunjung kolam renang juga mengatakan hanya mengalami kulit terasa kusam dan kering seketika setelah berenang.

Setiap kolam renang menggunakan desinfektan klorin dengan takaran yang berbeda-beda, sehingga memiliki kadar residu klorin yang berbeda pula.


(2)

buruk bagi kesehatan. Hal inilah yang jarang diperhatikan oleh beberapa kalangan termasuk pengelola kolam renang, sehingga masalah itulah yang membuat peneliti tertarik untuk melakukan penelitian tentang “Pengaruh Residu Klorin Kolam Renang Terhadap Terjadinya Iritasi Kulit Pada Perenang di Kota Malang”.

1.2 Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang diatas maka dapat dirumuskan masalah “Apakah Ada Pengaruh Residu Klorin Kolam Renang terhadap Terjadinya Iritasi Kulit Pada Perenang di Kota Malang ?

1.3 Tujuan Penelitian 1.3.1 Tujuan Umum

Menganalisis pengaruh residu klorin kolam renang terhadap terjadinya iritasi kulit pada perenang di Kota Malang.

1.3.2 Tujuan Khusus

1.Mengidentifikasi karakteristik responden berdasarkan usia, jenis kelamin, status pekerjaan, serta frekuensi berenang

2.Mengidentifikasi angka kejadian iritasi kulit akibat residu klorin kolam renang di Kota Malang

3.Mengidentifikasi kadar residu klorin kolam renang di Kota Malang

4. Menganalisis pengaruh residu klorin kolam renang terhadap terjadinya iritasi kulit pada perenang di Kota Malang.


(3)

1.4 Manfaat Penelitian 1. Bagi Peneliti

Dapat menambah wawasan dan pemahaman tentang pengaruh klorin di kolam renang terhadap terjadinya iritasi kulit, dan mampu memahami lebih jelas tentang keperawatan komunitas, karena langsung terjun ke masyarakat.

2. Bagi Institusi pendidikan

Hasil penelitian ini dapat digunakan sebagai bahan kajian dan diskusi dalam bidang mata kuliah keperawatan komunitas khususnya komunitas sebagai sarana rekreasi/community as recreation, dan sebagai referensi bagi peneliti selanjutnya. 3. Bagi Masyarakat

Sebagai bahan informasi kepada masyarakat/pengguna kolam renang tentang dampak dari klorin, agar para pengguna kolam renang lebih berhati-hati lagi, dan selalu memperhatikan kebersihan diri setelah berenang agar dampak klorin tidak sampai parah, dan sebaiknya menggunakan alat pelindung diri (APD) saat berenang untuk mecegah timbulnya keluhan kesehatan setelah berenang.

4. Bagi Peneliti selanjutnya

Hasil penelitian ini dapat digunakan sebagai bahan informasi bagi peneliti selanjutnya yang akan mengembangkan topik yang berkaitan dengan pengaruh atau dampak dari klorin di kolam renang, atau kandungan zat-zat kimia selain klorin.yang digunakan sebagai desinfeksi di kolam renang.


(4)

5. Bagi Dinas Kesehatan Kota Malang

Sebagai masukan untuk pegawai Dinkes dalam melakukan pengawasan sanitasi terhadap kolam renang umum secara berkala agar kolam renang aman digunakan dan memenuhi syarat sanitasinya.

6. Bagi Pengelola Kolam Renang

Sebagai sumber informasi bagi para pengelola kolam renang dalam mengelola kualitas air kolam renangnya agar sesuai standart sanitasinya.

1.5 Keaslian Penelitian

Penelitian tentang pengaruh residu klorin terhadap terjadinya iritasi kulit di Kolam Renang, belum pernah di teliti sebelumnya, adapun penelitian yang telah dilakukan terkait dengan penelitian ini antara lain :

1. Ika Nining Setyawati (2004), yaitu ” Pengaruh Jumlah Kolam Renang Terhadap kadar sisa Klor di Kolam Renang Umbang Tirta di Kota Madya Yogyakarta” dengan metode survei dan cross sectional. Hasil penelitian dianalisis dengan menggunakan uji korelasi product moment dan analisa regresi. Hasil perhitungan korelasidiperoleh nilai r sebesar 0,864 pada taraf signifikasi 0,05 dan dari hasil perhitungan regresi didapat Y=0,072 2,991.10-4X. Hasil pengujian hipotesa dengan uji korelasi diperoleh harga r hitung lebih besar dari r tabel sehingga Ho ditolak dan Ha diterima. Hal ini berarti terdapat hubungan yang signifikan antara jumlah pemakai kolam renang dengan kadar sisa klor air kolam renang. Dari harga r diperoleh koefisiensi determinasi sebesar 0,75 yang berarti bahwa variabel kadar sisa khlor 75 % dipengaruhi jumlah pemakai kolam renang dan 25 %


(5)

dipengaruhi faktor lain, yaitu antara lain : sinar matahari, waktu kontak, suhu air, pH, mikroorganisme dan jumlah klor aktif yang ada.

Perbedaan penelitian ini dengan penelitian saya yaitu variabel yang digunakan. Variabel independepen dan dependenya pada penelitian diatas yaitu jumlah pemkai kolam renang dan sisa klor, sedangkan variabel dalam penelitian saya residu klorin dan iritasi kulit.Akan tetapi, kedua penelitian ini sama-sama meneliti tentang kadar residu klorin pada kolam renang.

2. Dian Wahyu Cita dan Adriyani (2009), yaitu “ Kualitas Air dan Keluhan Kesehatan Pengguna Kolam Renang Di Sidoarjo”. Penelitian ini merupakan penelitian observasional deskriptif, dan menggunakan metode cross sectional. Penelitian ini dilakukan bulan Maret – Juni 2009. Populasi dari penelitian ini adalah air kolam renang Tirta Krida dan GOR Sendang Delta, serta masyarakat pengguna kolam renang tersebut. Sampel diambil secara sistematik random sampling. Hasil penelitian ini, parameter air kolam renang keduanya tidak memenuhi persyaratan yang ditetapkan. Kolam renang Tirta Krida residu klorinnya setelah klorinasi sebesar 4,6 mg/L, sedangkan kadar residu klorin sesudah digunakan pengunjung sebesar 0,175 mg/L, sedangkan di kolam renang GOR Sendang residu klorinnya sebesar 2,175 mg/L setelah klorinasi, dan 0,1375 mg/L sesudah digunakan pengunjung.

Perbedaan penelitian diatas dengan penelitian ini yaitu variabel yang digunakan. Pada penelitian ini variabel independennya yaitu jumlah residu klorin, sedangkan variabel dependennya yaitu iritasi kulit, tetapi penelitian keduanya


(6)