Erosi Permukaan Labial Gigi Anterior Permanen Rahang Atas dan Bawah pada Perenang di Beberapa Kolam Renang Medan

(1)

EROSI PERMUKAAN LABIAL GIGI ANTERIOR

PERMANEN RAHANG ATAS DAN BAWAH

PADA PERENANG DI BEBERAPA

KOLAM RENANG MEDAN

SKRIPSI

Diajukan untuk memenuhi tugas dan melengkapi syarat memperoleh gelar Sarjana Kedokteran Gigi

Oleh: FEMY RILINDA NIM: 090600056

Pembimbing:

REHULINA GINTING, drg., M.Si

FAKULTAS KEDOKTERAN GIGI

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


(2)

Fakultas Kedokteran Gigi Departemen Biologi Oral Tahun 2013

Femy Rilinda

Erosi Permukaan Labial Gigi Anterior Permanen Rahang Atas dan Bawah pada Perenang di Beberapa Kolam Renang Medan

viii + 69 halaman

Erosi gigi adalah hilangnya jaringan keras gigi secara irreversibel disebabkan proses kimiawi zat asam tanpa melibatkan bakteri dan dapat menyebabkan hilangnya permukaan gigi dimulai dari permukaan enamel yang secara progresif menyebabkan kehilangan jaringan dentin dan mencapai jaringan pulpa, sehingga dapat mengakibatkan terjadinya inflamasi pulpa, nekrosis dan patologi periapikal. Faktor penyebab erosi gigi dapat berasal dari ekstrinsik yang salah satunya adalah air kolam renang yang mengandung klorin. Faktor air kolam renang yang menyebabkan erosi gigi adalah pH air kolam renang dan klorin pada air kolam renang. Tujuan penelitian ini adalah untuk memperoleh data prevalensi erosi gigi permukaan labial gigi anterior rahang atas dan rahang bawah pada perenang umur 17-60 tahun di beberapa kolam renang Medan. Rancangan penelitian ini adalah penelitian deskriptif dengan pendekatan cross sectional terhadap 61 perenang yang diperoleh dari dua kolam renang. Penelitian ini menggunakan kuesioner dan melakukan pemeriksaan pada dua belas gigi anterior permukaan labial dengan Indeks erosi gigi klasifikasi Cate (1961). Hasil penelitian menemukan semua perenang (100%) terkena erosi gigi permukaan labial gigi anterior permanen dengan derajat Et, G1 dan G2. Pada penelitian ini tidak dijumpai faktor risiko terjadinya erosi gigi pada perenang tersebut selain dari faktor paparan air kolam renang. Kesimpulan dari penelitian ini menunjukkan seluruh perenang terkena erosi gigi pada permukaan labial gigi anterior permanen rahang atas dan rahang bawah disebabkan faktor paparan air kolam renang.

Kata kunci: erosi gigi, perenang, klorin air kolam renang. Daftar Rujukan: 49 (1968-2013).


(3)

EROSI PERMUKAAN LABIAL GIGI ANTERIOR

PERMANEN RAHANG ATAS DAN BAWAH

PADA PERENANG DI BEBERAPA

KOLAM RENANG MEDAN

SKRIPSI

Diajukan untuk memenuhi tugas dan melengkapi syarat memperoleh gelar Sarjana Kedokteran Gigi

Oleh: FEMY RILINDA NIM: 090600056

Pembimbing:

REHULINA GINTING, drg., M.Si

FAKULTAS KEDOKTERAN GIGI

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


(4)

PERNYATAAN PERSETUJUAN

Skripsi ini telah disetujui untuk dipertahankan di hadapan tim penguji skripsi

Medan, 11 Juli 2013

Pembimbing: Tanda tangan

Rehulina Ginting, drg., M.Si ……….


(5)

TIM PENGUJI SKRIPSI

Skripsi ini telah dipertahankan di hadapan tim penguji pada tanggal 11 Juli 2013

TIM PENGUJI

KETUA : Rehulina Ginting, drg., M.Si ANGGOTA : 1. Lisna Unita R, drg., M.Kes


(6)

KATA PENGANTAR

Puji syukur kepada Allah SWT yang telah memberikan rahmat dan karunia-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini sebagai salah satu syarat untuk mendapatkan gelar Sarjana Kedokteran Gigi di Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Sumatera Utara.

Penulis mengucapkan terima kasih kepada Rehulina Ginting, drg., Msi., selaku Ketua Departemen Biologi Oral Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Sumatera Utara, juga selaku dosen pembimbing skripsi yang telah banyak memberikan masukan, bimbingan, arahan, saran, waktu yang sangat berguna dalam meningkatkan semangat dan motivasi penulis untuk penyelesaian skripsi ini. Pada kesempatan ini dengan rendah hati penulis mengucapkan terimaksih kepada:

1. Prof. Nazruddin, drg., Sp. Ort, Ph.D selaku Dekan Fakultas Kedokteran Gigi USU.

2. Seluruh staf pengajar Departemen Biologi Oral Fakultas Kedokteran Gigi USU yang telah memberikan saran, masukan dan semangat dalam penyelesaian skripsi.

3. Staf Departemen Biologi Oral, khususnya Kak Ngaisah dan Kak Dani yang telah membantu dalam hal administrasi penulis sehingga skripsi ini selesai.

4. Wandania Farahanny, drg., selaku Dosen Pembimbing Akademis yang telah membimbing dan mengarahkan penulis selama menjalani pendidikan di Fakultas Kedokteran Gigi USU.

5. Seluruh Staf Pengajar Fakultas Kedokteran Gigi USU atas bimbingan yang telah diberikan selama penulis menjalani kuliah.

6. Bapak Zulfan, seluruh Staf Pengajar Fakultas Ilmu Keolahragaan (FIK) UNIMED Medan, Kak Dewi, Pak Yusrin selaku pengurus atletik renang Tirta Prima Selayang, Bang Ismal selaku pengurus atletik renang Ampibhi UNIMED dan dr. Gita selaku pengurus atletik renang PRIM Selayang yang telah bersedia membantu penulis dalam melakukan penelitian ini.


(7)

7. Bapak, ibu, abang, kakak dan adik perenang yang telah bersedia menyediakan waktu untuk menjadi sampel penelitian.

8. Bu Maya yang telah memberikan waktu dan bimbingan dalam rancangan penelitian dan pengolahan data.

9. Teristimewa kepada kedua orang tua penulis tercinta yaitu Chairil Anwar dan Hasnelly, juga saudara penulis yaitu Rilly Feranda dan Nichy Rilinda yang selalu mendoakan, memberikan dukungan moril dan semangat maupun materil selama ini.

10. Sahabat-sahabat terbaik penulis yaitu Wanco, Ruli, Sarah, Mimi, Karsa, Ridzky, Tarra, Umay, Mira, Icut, Rifaidah, Raja, Ade, Nina dan Emal yang telah bersedia meluangkan waktu dalam membantu penelitian. Serta teman-teman stambuk 2009 terutama yang membuat skripsi di Departemen Biologi Oral yaitu Anita, Shalini, Wanda, Sri, Novel, Dimas, Ika, Aulia, Jihan, Yulisha, Sherly dan Tellia yang telah memberikan semangat tiada henti kepada penulis.

Akhir kata, penulis mengharapkan saran dan kritik yang membangun untuk kesempurnaan skripsi ini. Semoga skripsi ini dapat memberikan sumbangan pikiran yang berguna bagi fakultas, pengembangan ilmu dan masyarakat. Akhirnya tiada lagi yang dapat penulis ucapkan selain ucapan syukur sedalam-dalamnya, semoga Allah SWT memberi ridho-Nya pada kita semua.

Medan, 11 Juli 2013 Penulis,

(………..)

Femy Rilinda NIM: 090600056


(8)

DAFTAR ISI

Halaman

HALAMAN JUDUL ... HALAMAN PERSETUJUAN ... HALAMAN TIM PENGUJI SKRIPSI ... KATA PENGANTAR ...

DAFTAR ISI ... i

DAFTAR TABEL ... iii

DAFTAR GAMBAR ... iv

DAFTAR GRAFIK ... vi

DAFTAR LAMPIRAN ... viii

BAB 1 PENDAHULUAN ... 1

1.1 Latar Belakang ... 1

1.2 Rumusan Masalah ... 3

1.3 Tujuan Penelitian ... 3

1.4 Hipotesa Penelitian ... 3

1.5Manfaat Penelitian ... 3

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA ... 4

2.1 Air Kolam Renang ... 4

2.2 Faktor yang Mempengaruhi pH Air Kolam Renang ... 4

2.2.1 Klorin ... 4

2.1.2 Buffer Air Kolam Renang ... 6

2.2.2 Sinar Matahari ... 6

2.3 Faktor yang Mempengaruhi Korosif Air Kolam Renang ... 7

2.4 Struktur Gigi ... 8

2.4.1 Struktur Jaringan Gigi ... 8

2.4.2 Struktur Bagian Gigi ... 9

2.5 Morfologi Normal Permukaan Labial Gigi Anterior Permanen ... 10


(9)

2.5.1 Morfologi Normal Permukaan Labial Gigi Anterior

Permanen Rahang Atas ... 10

2.5.2 Morfologi Normal Permukaan Labial Gigi Anterior Permanen Rahang Bawah ... 11

2.6 Hubungan Erupsi Gigi dengan Erosi Gigi ... 13

2.7 Hubungan Perenang, Air Kolam Renang dan Erosi Gigi ... 14

2.7.1 Perilaku Perenang ... 14

2.7.2 Patogenesa ... 15

2.7.3 Gambaran Klinis Derajat Erosi Gigi ... 17

2.7.4 Gambaran Klinis Erosi Gigi pada Perenang ... 21

2.7.5 Hubungan Erosi Gigi Perenang dengan Atrisi dan Abrasi Gigi ... 22

2.8 Kerangka Teori ... 25

2.9 Kerangka Konsep ... 26

BAB 3 METODE PENELITIAN ... 27

3.1 Jenis Penelitian ... 27

3.2 Lokasi Penelitian dan Waktu Penelitian ... 27

3.3 Populasi dan Sampel ... 27

3.4 Kriteria Inklusi dan Ekslusi ... 28

3.4.1 Kriteria Inklusi ... 28

3.4.2 Kriteria Ekslusi ... 29

3.5 Variabel Penelitian ... 29

3.5.1 Variabel Bebas ... 29

3.5.2 Variabel Tergantung ... 29

3.6 Definisi Operasional ... 31

3.7 Alat dan Bahan Penelitian ... 32

3.8 Metode Pengumpulan Data ... 32

3.9 Alur Penelitian ... 33

3.10 Pengolahan dan Analisis data ... 34

BAB 4 HASIL PENELITIAN ... 35

BAB 5 PEMBAHASAN ... 57

BAB 6 KESIMPULAN DAN SARAN ... 64

DAFTAR PUSTAKA ... 65


(10)

DAFTAR TABEL

Tabel Halaman

1 Komposisi enamel dan dentin ... 8 2 Waktu erupsi gigi dan pembentukan akar ... 14 3 Data demografi perenang di beberapa kolam renang di medan ... 35 4 Distribusi frekuensi erosi permukaan labial gigi anterior permanen

rahang atas dan rahang bawah pada perenang di beberapa kolam

renang medan berdasarkan elemen gigi ... 38 5 Distribusi frekuensi erosi permukaan labial gigi anterior permanen

rahang atas dan rahang bawah pada perenang di beberapa kolam

renang medan berdasarkan area permukaan labial ... 39 6 Distribusi frekuensi derajat erosi permukaan labial gigi anterior

permanen rahang atas pada perenang di beberapa kolam renang

medan berdasarkan elemen gigi ... 40 7 Distribusi frekuensi derajat erosi permukaan labial gigi anterior

permanen rahang bawah pada perenang di beberapa kolam renang

medan berdasarkan elemen gigi ... 40 8 Distribusi frekuensi faktor risiko lainnya terjadinya erosi gigi pada


(11)

DAFTAR GAMBAR

Gambar Halaman

1 Hubungan pH dengan konsentrasi HClO dan ClO- ... 6 2 Pembagian mahkota pada gigi anterior ... 10 3 Gambar permukaan labial gigi Insisivus (gambar A) dan gigi

Kaninus (gambar B) pada rahang atas ... 11 4 Gambar permukaan labial gigi Insisivus (gambar A) dan gigi

Kaninus (gambar B) pada rahang bawah ... 12 5 Siklus pH pada permukaan gigi ... 15 6 Klasifikasi Cate (1961) derajat erosi gigi ... 19 7 Derajat erosi gigi : (Et) Gambaran etching pada permukaan labial

gigi Insisivus sentralis kanan rahang atas ... 19 8 Derajat erosi gigi : (G1) Derajat 1 erosi pada gigi Kaninus kiri

rahang bawah. (G2) Derajat 2 erosi pada gigi Insisivus lateralis kanan rahang atas. (G3) Derajat 3 erosi pada gigi Insisivus

sentralis kiri rahang atas ... 20 9 Derajat erosi gigi: (G4) Derajat 4 erosi pada gigi premolar dua ... 20 10 Gambar lateral derajat erosi gigi: Derajat 1 (G1) erosi gigi pada

gigi Insisivus pertama kanan atas (gambar A) dan derajat 2 (G2)

erosi gigi pada gigi Insisivus pertama kanan bawah (gambar B)... 21 11 Atrisi pada bagian labial gigi Insisivus kiri rahang bawah ... 22 12 Abrasi pada bagian labial gigi Kaninus dan Premolar rahang

bawah …… ... 23 13 Erosi permukaan labial gigi Insisivus dua kiri rahang atas perenang

di Medan dengan derajat Et ... 41 14 Gambar erosi permukaan labial gigi Insisivus satu kanan rahang


(12)

15 Gambar erosi permukaan labial gigi Insisivus dua kanan rahang


(13)

DAFTAR GRAFIK

Grafik Halaman

1 Distribusi frekuensi erosi permukaan labial gigi anterior permanen rahang atas dan rahang bawah pada perenang di beberapa kolam

renang medan ... 37 2 Distribusi frekuensi persentase derajat erosi permukaan labial gigi

anterior permanen rahang atas pada gigi perenang di beberapa

kolam renang medan berdasarkan jenis kelamin ... 43 3 Distribusi frekuensi persentase derajat erosi permukaan labial gigi

anterior permanen rahang bawah pada gigi perenang di beberapa

kolam renang medan berdasarkan jenis kelamin ... 44 4 Distribusi frekuensi persentase derajat erosi permukaan labial gigi

anterior permanen rahang atas pada gigi perenang di beberapa

kolam renang medan berdasarkan umur ... 45 5 Distribusi frekuensi persentase derajat erosi permukaan labial gigi

anterior permanen rahang bawah pada gigi perenang di beberapa

kolam renang medan berdasarkan umur ... 46 6 Distribusi frekuensi persentase derajat erosi permukaan labial gigi

anterior permanen rahang atas pada gigi perenang di beberapa

kolam renang medan berdasarkan lama menjadi perenang ... 47 7 Distribusi frekuensi persentase derajat erosi permukaan labial gigi

anterior permanen rahang bawah pada gigi perenang di beberapa

kolam renang medan berdasarkan lama menjadi perenang ... 48 8 Distribusi frekuensi persentase derajat erosi permukaan labial gigi

anterior permanen rahang atas pada gigi perenang di beberapa

kolam renang medan berdasarkan frekuensi berenang perminggu .... 49 9 Distribusi frekuensi persentase derajat erosi permukaan labial gigi

anterior permanen rahang bawah pada gigi perenang di beberapa

kolam renang medan berdasarkan frekuensi berenang perminggu .... 50 10 Distribusi frekuensi persentase derajat erosi permukaan labial gigi


(14)

11 Distribusi frekuensi persentase derajat erosi permukaan labial gigi anterior permanen rahang bawah pada gigi perenang di beberapa

kolam renang medan berdasarkan durasi berenang perminggu ... 52 12 Distribusi frekuensi perenang mengkonsumsi susu setiap hari di

beberapa kolam renang medan ... 54 13 Distribusi frekuensi jenis tindakan perenang sebelum berenang di

beberapa kolam renang medan ... 55 14 Distribusi frekuensi jenis tindakan perenang sesudah berenang di


(15)

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran

1. Skema Alur Pikir 2. Lembar Pengamatan 3. Kuesioner Penelitian

4. Dokumentasi Foto Erosi Gigi pada Perenang di Medan 5. Ethical Clearence

6. Surat Penelitian


(16)

BAB 1

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Erosi gigi adalah hilangnya jaringan keras gigi secara irreversibel disebabkan proses kimiawi zat asam tanpa melibatkan bakteri dan dapat menyebabkan hilangnya permukaan gigi dimulai dari permukaan enamel yang secara progresif menyebabkan kehilangan jaringan dentin dan mencapai jaringan pulpa, sehingga dapat mengakibatkan terjadinya inflamasi pulpa, nekrosis dan patologi periapikal.1-3 Faktor penyebab erosi gigi dapat berasal dari dalam tubuh (intrinsik) dan luar tubuh (ekstrinsik). Faktor ekstrinsik dapat disebabkan oleh diet makanan, obat-obatan, lingkungan, pekerjaan dan gaya hidup. Salah satu faktor lingkungan (ekstrinsik) adalah air kolam renang.1,2 Bahan kimia yang ditambahkan kedalam air kolam renang salah satunya adalah klorin yang bertujuan untuk mendesinfeksi bakteri dan algae.4 Klorin yang ditambahkan dapat berupa tricholoroisocyanuric acid, calcium hypochlorite, sodium hypochlorite dan chlorine gas.5 Klorin yang ditambahkan ke air kolam renang akan menghasilkan hypochlorous acid (HOCl) dan hydrochloric acid (HCl). HOCl adalah bahan germisidal pada klorinisasi sedangkan HCl adalah hasil produk yang tidak diinginkan yang dapat membuat air kolam renang menjadi asam. Pengaruhnya terhadap perenang adalah dapat terjadinya erosi gigi. 4-7

Proses terjadinya erosi gigi dimana mineral gigi akan larut pada saat air kolam renang yang asam masuk ke rongga mulut perenang ketika bernapas saat berenang dan berkontak dengan gigi sehingga terjadi demineralisasi enamel gigi dan jika paparan air kolam renang ini terus-menerus, maka dapat menyebabkan erosi gigi.7 Faktor air kolam renang yang menyebabkan erosi gigi dapat disebabkan oleh faktor pH air kolam renang dan faktor adanya klorin pada air kolam renang. Survei yang pertama mengenai hubungan erosi gigi pada perenang dilakukan oleh Savad (1982) menyatakan bahwa perenang dapat retan erosi pada enamel gigi.4,8 Penelitian Chantana Ungchusak (1999) di Thailand, melaporkan permukaan yang paling sering


(17)

terkena erosi adalah permukaan labial gigi anterior dimana atlet renang 4,68 kali lebih rentan terkena erosi gigi dibandingkan perenang biasa.5 Survei epidemologi oleh Centerwall (1986), melaporkan bahwa pada 3% bukan perenang, 12% perenang dan 39% atlet renang dijumpai erosi gigi yang berenang pada air kolam renang dengan pH 2,7 yaitu konsentrasi ion H+ menunjukkan 100.000 kali lebih banyak dari pH air kolam renang yang dianjurkan.4,8,9 Hal ini didukung dengan penelitian Kane S dan Keeton R (1983) yang menyatakan bahwa pH air kolam renang yang dapat menyebabkan terjadinya erosi gigi adalah 2,7 sampai 7.10 Rendahnya pH air kolam renang ada hubungannya dengan penelitian Gabai (1988) yang menganalisa hipotesa bahwa erosi gigi pada perenang dapat disebabkan kurangnya pemonitoran dan tidak kuatnya membufferkan air kolam renang sehingga terdapat hubungan yang signifikan antara pH rendah, air kolam renang yang bergas klorin dan erosi gigi pada perenang. Pada penelitian Radlinska (2012) menyatakan bahwa bukan hanya pH air kolam renang yang asam saja yang dapat menyebabkan erosi gigi tetapi juga dipengaruhi oleh bahan klorin yang ada pada air kolam renang. Menurut peneliti tersebut, meskipun pH air kolam renang netral (7,2-8,0), proses disolusi hidroksi apatit (HAP) pada enamel terjadi akibat dari adanya kandungan ion klorat, kalsium, pospat, magnesium, dan lainnya pada air kolam renang yang menyebabkan air kolam renang dibawah titik jenuh (undersaturation).4 Demikian juga hal ini didukung oleh penelitian Departemen Kesehatan Virgnia (1983) yang melaporkan bahwa adanya hubungan gas klorin yang menyebabkan korosi berupa etching pada semen dinding kolam yang terpapar air kolam renang.6

Selain dari faktor pH dan bahan klorin pada kolam renang terjadinya erosi gigi pada perenang bergantung pada kekuatan dari asam, kurangnya kalsium, fosfor dari hidroksi apatit (HAP) gigi, kemampuan kelasi, adhesi dan frekuensi serangan bahan erosif.11,12 Namun, faktor biologis dan perilaku seperti posisi gigi, kualitas kekuatan jaringan keras gigi dan faktor saliva seperti komposisi, kapasitas buffer, laju aliran dan pembentukan pelikel dapat mempermudah/memperhebat terjadinya erosi gigi perenang.11-13


(18)

Berdasarkan uraian di atas, maka peneliti ingin meneliti adanya erosi gigi pada perenang di kota Medan karena penelitian mengenai erosi gigi pada perenang belum banyak dilakukan di Indonesia umumnya dan di Medan khususnya.

1.2 Rumusan Masalah

Berdasarkan uraian latar belakang yang telah dijelaskan tersebut di atas, maka dapat dirumuskan masalah sebagai berikut.

Berapakah prevalensi erosi gigi permukaan labial gigi anterior permanen rahang atas dan rahang bawah pada perenang umur 17-60 tahun di beberapa kolam renang Medan?

1.3 Tujuan Penelitian

Untuk memperoleh data prevalensi erosi gigi permukaan labial gigi anterior permanen rahang atas dan rahang bawah pada perenang umur 17-60 tahun di beberapa kolam renang Medan.

1.4 Manfaat Penelitian

a. Sebagai data masukan bagi dinas kesehatan tentang data prevalensi erosi gigi pada perenang di Medan dan untuk merencanakan program kesehatan erosi gigi meliputi pencegahan dan perawatan kesehatan gigi perenang.


(19)

BAB 2

TINJAUAN PUSTAKA

2. 1Air Kolam Renang

Air kolam renang adalah air di dalam kolam renang yang digunakan untuk olah raga renang dan kualitasnya memenuhi syarat. Kualitas air harus memenuhi syarat kesehatan yang meliputi persyaratan kimia yaitu kadar aluminium, kesadahan, oksigen, pH, klorin dan tembaga.14 Kimia air kolam renang terdiri dari agen disinfektan (klorin) dan buffer.14,15

2. 2Faktor yang Mempengaruhi pH Air Kolam Renang

2.2.1 Klorin

Klorin adalah agen oksidasi yang kuat dan metode yang paling tua dalam mendesinfeksi secara terus-menerus untuk persediaan air umum.16,17 Klorin dalam bentuk gas ditemukan oleh Karl Wilhelm Scheele (1774) melalui reaksi hydrochoric acid (HCl) dengan pirolusit, suatu mineral yang mengandung MnO2.17 Klorin dalam bentuk serbuk ditemukan oleh Charles Tennant (1799) dengan mereaksikan kapur (Ca(OH)2), klorin dan asam sulfat (H2SO4) sedangkan klorin dalam bentuk unsur oleh Humphrey Davy (1810).14,17

Keuntungan klorin adalah untuk desinfektan, kontrol mikroorganisme, menghilangkan ammonia, kontrol rasa dan panas, menjernihkan air dan menghancurkan materi organik.8,16,18 Kerugian klorin adalah membuat iritasi mukosa, menurunkan pH air kolam renang dan mempunyai sifat korosif dengan yang mengkikis dinding ubin dan peralatan metal.8,15,16 Mata, hidung, kulit dapat teriritasi dan jika terpapar dalam jangka waktu yang lama akan mengganggu paru-paru dan sistem pernapasan, pandangan kabur dan ruam-ruam kulit.8,16,18 Kelelahan dapat terjadi ketika gas klorin terhirup seperti dalam kolam renang yang di dalam ruangan (indoor).8


(20)

Terdapat empat tipe mayor produk klorin yaitu gas klorin, sodium hypochorite (liquid), calcium hypochlorite (granular) dan trichloroisocyanuric acid atau sodium dichloroisocyanuric acid (stabil).5,12,16 Penggunaan gas klorin atau trichloroisocyanuric acid akan menghasilkan larutan yang asam. Trichloroisocyanuric acid diidentifikasi sebagai faktor risiko menghasilkan asam yang kuat pada kolam renang dibandingkan sodium hypochlorite dan calcium hypochlorite dikarenakan trichloroisocyanuric acid mengandung 90% klorin.12 Trichloroisocyanuric acid banyak digunakan karena ekonomis dan mencegah proliferasi algae di air pada waktu yang bersamaan.12,16

Secara kimiawi, molekul klorin beraksi dengan air dan secara cepat dihidrolisis menjadi hypochlorous acid (HOCL) dan hydrochloric acid (HCL) seperti formula dibawah ini. 7,16,17

Cl2 + H2O  HOCl + HCl Cl2 + H2O  HOCl + H+ + Cl Chlorine air hypochlorous acid hydrochoric acid

HOCl adalah agen pembunuh kuman dalam klorinasi dan HCl adalah produk yang tidak diinginkan.4,6 Kedua asam terbentuk dari reaksi hidrolisis.16,17 Molekul klorin beraksi dengan air menghasilkan hypochlorous acid (HOCL) dan hydrochloric acid (HCL).7 Hydrogen ion (H+) keluar dalam reaksi tersebut menyebabkan reduksi pH.16,17 pH ini penting dalam terjadinya reaksi hidrolisis. Jika pH dibawah empat, maka HOCL dapat memisah menghasilkan ion hypochlorite (OCl-) seperti formula dibawah ini.16

HOCl H+ + OCl

-Hypochlorous acid hydrogen ion hypochlorite ion

Kecepatan reaksi ini terjadi ditentukan oleh pH. Perbandingan antara HOCl dan OCl- berpengaruh dalam fungsi pH.16,17 Jika pH meningkat, reaksi kimia klorin


(21)

menurun (gambar 1).16 Sebagai contoh 96% dari HOCL menghasilkan pH 6, 75% menghasilkan pH 7 dan hanya 3% menghasilkan pH 9.17

Gambar 1. Hubungan konsentrasi HClO dan OCl- dengan pH18

2.2.2 Buffer Air Kolam Renang

Untuk menjaga kestabilan level pH air kolam renang dapat ditambahkan buffer berupa sodium bikarbonat (Na2CO3).4,5,18 Na2CO3 adalah suatu garam yang terbentuk dari asam lemah dan basa kuat. Bila dilarutkan kedalam air akan terhidrolisa menghasilkan larutan yang bersifat basa yang dapat menetralisir kadar asam.19 Jika tidak diberi buffer, pH air kolam renang dapat menurun dengan cepat menjadi tiga.4

2.2.3 Sinar Matahari

Hypochlorite ion (OCl-) mengalami fotolisis secara cepat jika terpapar sinar UV matahari dengan panjang gelombang 290-350 nm.15,18,20

2OCl- + vuv  2 Cl- + O2 2HOCl- + vuv  2 HCl + O2


(22)

Sekitar 90% klorin kolam renang outdoor hilang karena reaksi ini sehingga pH air dapat menurun hingga 3 karena pecahnya ikatan HOCl.18 Seperti dalam pengamatan yang dilakukan oleh White G dimana pH berubah dari 7,4 menjadi 4 dalam semalam.6

2. 3Faktor yang Mempengaruhi Korosif Air Kolam Renang

Korosi (fisika) adalah penurunan mutu bahan metal akibat reaksi elektrolit dengan lingkungannya.21 Biokorosi (biologi) adalah reaksi kimia, biokimia atau elektrokimia yang dapat menyebabkan degradasi molekukar jaringan hidup, termasuk bagian gigi yang bukan bahan metal.22 Korosi terjadi pada saat adanya reaksi pelarutan bahan menjadi ion pada permukaan bahan yang diawali dengan pelepasan elektron oleh atom-atom menjadi ion-ion positif yang larut dalam lingkungannya melalui reaksi kimia.21 Hydrochloric acid (HCl) adalah asam yang paling korosif.13 Penelitian Wetton S (2006) menunjukkan adanya kehilangan kalsium pada permukaan gigi sebesar 27% setelah perendaman HCl dengan pH 2,3 selama 5 menit.23

Korosi erosi merupakan kerusakan kumulatif yang ditimbulkan oleh reaksi korosi elektrokimia dan efek mekanis dari gerakan relatif antara elektrolit dan permukaan korosi.24 Gerakan yang dimaksud adalah gerakan air kolam renang dengan kecepatan tinggi yang diikuti dengan efek abrasif dengan pengausan mekanis pada ubin kolam dan permukaan gigi.22,24 Laju pertumbuhan dari erosi korosi dipengaruhi oleh pH. Semakin rendah pH, maka semakin tinggi laju korosi yang terjadi.24 Ketika air kolam renang mempunyai pH 2 atau dibawahnya, gas klorin dalam air mengkorosi dan mengkikis ubin kolam.6,8,10

Korosifnya air kolam renang berhubungan dengan kesadahan (calsium hardness), yaitu larutnya garam kalsium di air kolam renang. Level ideal dari kesadahan adalah sekitar 250 ppm.15 Jika lebih besar akan membuat kolam menjadi keruh.15,18 Jika lebih rendah, air kolam renang akan meluluhkan kalsium sehingga tampak etching dan kawah pada ubin kolam.15,18 Selain kalsium, kandungan ion klorat, pospat, potasium, dan magnesium juga mempengaruhi korosif air kolam


(23)

renang. Ketidakjenuhan (undersaturation) kandungan ion tersebut dalam air kolam renang membuat air kolam renang menjadi korosif. Sebaliknya, kejenuhan akan membuat air kolam renang menjadi keruh.4

2. 4 Struktur Gigi

2.4.1 Struktur Jaringan Gigi

Struktur jaringan gigi terdiri dari jaringan keras dan lunak. Jaringan keras adalah jaringan yang mengandung bahan anorganik atau mineral kalsium, terdiri dari enamel, dentin dan sementum.11,24,25 Jaringan lunak adalah jaringan pulpa yang terdapat dalam rongga pulpa sampai foramen apikal. Enamel dan sementum adalah permukaan luar yang melindungi dentin. Dentin adalah bagian utama dari gigi, pada permukaan mahkota dilapisi enamel dan pada permukaan akar dilapisi sementum. Dentin merupakan bagian terbesar dari gigi dan merupakan dinding yang melindungi rongga yang berisi jaringan pulpa.25

Enamel berasal dari jaringan ektoderm yang penuh dengan garam kalsium.25,26 Sedangkan dentin dan sementum berasal dari jaringan mesoderm yaitu mempunyai susunan dan asal yang sama dengan jaringan tulang.25 Komponen gigi terdiri dari bahan anorganik, organik dan air.11,24,25 Bahan anorganik enamel terdiri dari mineral kalsium 36,7%, fosfat 17,4% sedangkan dentin mengandung mineral kalsium 25,1% dan fosfat 13,9%.11,24 Enamel sebagian besar terdiri dari hidroksi apatit (HAP) dan sebagian kecil flour apatit (FAP).11,24,25 Kristal mineral di dentin lebih kecil dari pada enamel sehingga area permukaan dentin (gram) lebih mudah terlepas atau terserang asam (erosi gigi).27

Tabel 1. Komposisi enamel dan dentin27

Komponen Enamel (volume) Dentin (volume)

Hidroksi apatit 85 % 47 %

Air 12 % 20 %


(24)

Pada tabel 1 tampak perbedaan komposisi antara enamel dan dentin. Protein pada enamel berguna sebagai pelindung kristal mineral dari asam dan komposisinya lebih banyak dari pada lemak dalam komponen organik.27 Kandungan air pada enamel berpengaruh pada difusi asam yaitu proses perpindahan molekul atau ion yang larut dalam air (kalsium dan pospat) dari dalam enamel ke saliva karena adanya perbedaan konsentrasi selama proses erosi gigi.27,28 Dentin mempunyai protein yang berbeda yang banyak mengandung collagen tipe 1 yang akan melindungi gigi dari erosi gigi dan hanya 10% protein noncollagenous.22,27 Kandungan lemak pada dentin hanya 1% dari beratnya dan dapat dilihat dari tabel, dentin mempunyai kandungan air cukup besar sehingga dentin lebih mudah terserang erosi gigi.27

Enamel tidak mempunyai kemampuan untuk menggantikan permukaan yang rusak. Sehingga enamel yang lepas dari jaringan enamel lainnya tidak dapat dibentuk kembali.25 Berbeda dengan dentin yang dapat membentuk dentin sekunder yaitu dentin yang terbentuk pada dinding sebelah dalam dari rongga pulpa yang dapat tumbuh selama hidup yang dibentuk sesuai dengan banyaknya daerah dentin yang mengalami kerusakan.3,25

2.4.2 Struktur Bagian Gigi

Struktur bagian gigi terdiri dari mahkota dan akar gigi. Mahkota gigi adalah bagian gigi yang dilapisi jaringan enamel dan terletak di luar ginggiva.25 Akar gigi adalah bagian gigi yang dilapisi jaringan sementum dan tertanam di tulang alveolar. Mahkota dan akar gigi dipisahkan oleh garis servikal, yaitu batas antara jaringan sementum dan enamel gigi.25,29

Pada bagian mahkota gigi Insisivus terdapat tepi insisal (insisal edge), yaitu tonjolan kecil dan panjang yang merupakan sebagian dari permukaan Insisivus untuk memotong makanan. Sedangkan pada gigi Kaninus, Premolar dan Molar terdapat cusp, yaitu tonjolan pada bagian mahkota yang merupakan sebagian permukaan oklusal untuk mencabik dan menggiling makanan.25,29


(25)

Mahkota gigi dapat dibagi atas tiga bagian, yaitu sepertiga insisal, sepertiga tengah dan sepertiga servikal (gambar 2). Sepertiga tengah adalah bagian diantara servikal dan insisal gigi.25

Gambar 2. Pembagian mahkota pada gigi anterior25

2. 5Morfologi Normal Permukaan Labial Gigi Anterior Permanen

Permukaan labial gigi adalah sisi gigi yang menghadap ke bibir. Gigi anterior terdiri dari gigi Insisivus pertama, Insisivus kedua dan Kaninus.29

2.5.1 Morfologi Normal Permukaan Labial Gigi Anterior Permanen

Rahang Atas

2.5.1.1Insisivus Pertama Rahang Atas

Gigi Insisivus pertama rahang atas adalah gigi pertama rahang atas yang terletak di kiri kanan dari garis tengah (median).25 Bentuk mahkotanya seperti sekop, lebar, datar dengan tepi insisal (incisal edge) lurus pada gigi dewasa.25,29 Tepi insisal ini tidak lurus ketika baru erupsi tetapi terbagi dalam tiga puncak bundar (mamelon) yang lama-kelaman menjadi rata akibat pemakaian pengunyahan.29

Pada permukaan labial terdapat dua lekukan (grooves), yaitu di mesial dan distal.25 Permukaan labial lebih dominan lurus (transerve) dan cembung di batas daerah proksimal dan servikal. Sudut mesial insisal lebih rata dibandingkan sudut distal lebih membulat.25,29

1/3 servikal gigi

1/3 tengah gigi


(26)

2.5.1.2Insisivus Kedua Rahang Atas

Gigi Insisivus kedua rahang atas adalah gigi Insisivus kedua dari garis tengah. Dibandingkan dengan gigi Insisivus pertama, dimensi mahkotanya lebih kecil dan bentuknya lebih bulat.25 Terdapat mamelon pada tepi insisal saat erupsi tetapi kurang jelas konturnya. Pada gigi dewasa, tepi insisal tidak begitu lurus baik bagian mesial maupun distal. Permukaan labial lebih cembung dan kurang lurus dibandingkan gigi Insisivus pertama.29

2.5.1.3Kaninus Rahang Atas

Gigi Kaninus rahang atas adalah gigi ketiga dari garis tengah.25 Mahkotanya panjang dan tegak yang terbagi bagian mesial mengarah ke depan dan distal mengarah ke samping belakang.25,29 Tepi insisal lebih bersudut atau runcing daripada gigi Insisivus. Permukaan labial lebih cembung dimulai dari ujung puncak (cusp) ke servikal.29 Terdapat dua buah groove yaitu disebelah mesio-labial dan disto-labial.25

Gambar 3. Gambar permukaan labial gigi Insisivus (gambar A) dan gigi Kaninus (gambar B) pada rahang atas25

2.5.2 Morfologi Normal Permukaan Labial Gigi Anterior Permanen

Rahang Bawah

2.5.2.1Insisivus Pertama Rahang Bawah

Insisivus pertama rahang bawah adalah gigi pertama di rahang bawah kanan kiri dari garis tengah yang merupakan gigi terkecil dari lengkung gigi.25 Mahkotanya berbentuk pahat (chisel) dengan lebar setengah dari gigi Insisivus pertama rahang


(27)

atas.29 Tepi insisalnya lurus dengan sudut mesial lurus dan distal membulat.25 Permukaan labialnya rata sekali dengan sedikit cembung dimulai dari bagian insisal hingga servikal.25,29

2.5.2.2Insisivus Kedua Rahang Bawah

Insisivus kedua rahang bawah adalah gigi kedua dari garis tengah. Bentuk mahkotanya hampir sama dengan gigi Insisivus pertama rahang bawah hanya ukurannya lebih besar. Tepi insisalnya miring ke distal dan tidak tegak lurus.7 Permukaan labialnya lebih luas di bagian insisal dan semakin lancip ke bagian servikal.31

2.5.2.3Kaninus Rahang Bawah

Kaninus rahang bawah adalah gigi ketiga dari garis tengah. Mahkotanya lebih panjang serviko-insisal dan lebih sempit mesio-distal gigi Kaninus rahang atas.25 Permukaan labialnya cenderung condong miring.29 Terdapat dua buah groove yaitu disebelah mesio-labial dan disto-labial.25

Gambar 4. Gambar permukaan labial gigi Insisivus (gambar A) dan gigi Kaninus (gambar B) pada rahang bawah25


(28)

2. 6Hubungan Erupsi Gigi dengan Erosi Gigi

Erupsi gigi adalah proses keluarnya gigi dari tulang alveolar sampai ke oral cavity (menembus ginggiva) hingga ke posisi oklusi dengan gigi antagonisnya. Hal ini adalah proses dinamis yang mencakup penyelesaian perkembangan akar, pembentukan periodonsium dan pemeliharaan oklusi fungsional.29,30 Pergerakan gigi ke arah rongga mulut dimulai segera setelah mahkota terbentuk di dalam tulang rahang.25,30 Erupsi gigi sempurna adalah erupsi dengan keluarnya seluruh mahkota gigi.29

Erupsi gigi kedalam rongga mulut dan perkembangan akar terjadi pada rentang umur kronologis yang luas (tabel 2).30 Gigi permanen yang pertama kali erupsi adalah molar pertama yang letaknya distal dari molar dua desidui pada usia enam tahun dan sering disebut six years molar. Erupsi terakhir gigi permanen anterior adalah gigi Kaninus pada umur 11-12 tahun dan gigi posterior adalah gigi Molar tiga pada umur 17-21 tahun. 25

Gigi yang pertama kali erupsi merupakan gigi yang lebih lama terpapar asam sehingga mempunyai erosi gigi yang lebih parah dibandingkan gigi yang terakhir erupsi. Pada gigi anterior, gigi yang yang pertama kali erupsi adalah gigi Insisivus sentralis (6-8 tahun) sehingga lebih rentan erosi gigi daripada gigi Kaninus (9-12 tahun) dimana semakin lama terpapar semakin rentan terkena erosi gigi.4,5

Erupsi gigi permanen menurut urutannya sebagai berikut. 25 a. Molar pertama rahang atas dan rahang bawah

b. Insisivus pertama rahang bawah

c. Insisivus pertama rahang atas dan Insisivus kedua rahang bawah d. Insisivus kedua rahang atas

e. Kaninus rahang bawah f. Premolar pertama rahang atas

g. Premolar pertama rahang bawah dan Premolar kedua rahang atas h. Kaninus rahang atas dan Premolar rahang bawah

i. Molar kedua rahang bawah dan rahang atas j. Molar ketiga rahang atas dan rahang bawah.25


(29)

Tabel 2. Waktu erupsi gigi dan pembentukan akar.25

Gigi Erupsi (tahun)

Pembentukan akar selesai (tahun) I1

I2

C

P1 12 – 13

P2

M1 6 - 7 9 – 10

M2

M3 17 - 21 18 - 25

2. 7 Hubungan Perenang, Air Kolam Renang dan Erosi Gigi 2.7.1 Perilaku Perenang

Kontaknya air kolam renang dengan permukaan gigi dikarenakan air kolam renang masuk ke rongga mulut ketika perenang mengambil napas melalui mulut saat berenang.4 Frekuensi dan durasi terpapar asam mencakup bagaimana bahan erosif (air kolam renang) masuk ke mulut seperti menghisap, meneguk, mendesis sehingga kontak dengan permukaan gigi mempunyai efek pada perkembangan erosi gigi.2,4 Lamanya terpapar air kolam renang berpengaruh pada erosi gigi, dimana semakin lama terpapar semakin rentan terkena erosi gigi terutama pada permukaan labial gigi.4,5 Penelitian Radlinska (2010) memberitahukan bahwa perenang yang berenang dengan durasi 19 jam per minggu terkena erosi gigi sebesar 26% sedangkan perenang yang berenang dibawah 2 jam per minggu terkena erosi gigi 10%. Perenang


(30)

yang sudah berlatih rutin selama 7-10 tahun terkena erosi gigi sebesar 11% sedangkan yang sudah berlatih lebih dari 10 tahun terkena erosi gigi sebesar 50%.4

2.7.2 Patogenesa

Adanya paparan asam air kolam renang dalam waktu yang lama kedalam mulut akan menyebabkan perubahan pH saliva sehingga permukaan gigi menjadi asam.11 Pada model siklus pH (gambar 5), pH kritis dari HAP adalah 5,5 sedangkan FAP adalah 4,5.11,24,28 Pada stadium awal terjadi interaksi antara ion asam dan grup fosfat yang terdapat pada saliva.11,24 Bila konsentrasi ion H sangat kuat akan terjadi demineralisasi HAP dengan pelepasan ion kalsium.2,11,24 Gabungan saliva dan asam pada pH lebih kecil dari 4 menyebabkan saliva berada di titik jenuh sehingga terjadi penguraian kristal apatit baik pada HAP maupun FAP menjadi Ca2+, PO43-, F dan OH.2,11,28


(31)

Reaksi kimia pelepasan ion kalsium dari enamel gigi dalam suasana asam ditunjukkan dengan persamaan reaksi sebagai berikut.28

Ca10(PO4)6F2  Ca10(PO)6F2 + 2n H+  NCa2+ + Ca10 – n H20 – 2n(PO4)6 F2 Padat terlarut terlepas padat

Proses erosi gigi dimulai dari adanya pelepasan kalsium enamel gigi.4,23,25 Kecepatan pelepasan kalsium enamel dipengaruhi oleh pH, konsentrasi asam, waktu dan kehadiran ion sejenis kalsium dan fosfat.28 Bila hal ini berlanjut terus akan menyebabkan enamel hilang atau terkikis lapis per lapis.25,31 Pada penglihatan mikroskopik, demineralisasi yang terus menerus akan membentuk pori-pori kecil atau porositas pada permukaan enamel yang sebelumnya tidak ada.7,28,31 Pada jaringan dentin, erosi gigi dimulai dari peritubular ke intertubular dentin yang menyebabkan tubulus dentin terbuka dan melebar menyebabkan gigi hipersensitif.11,31 Secara progesif dapat mencapai jaringan pulpa sehingga menimbulkan inflamasi pulpa, nekrosis dan patologi periapikal.3

Luas dan banyaknya destruksi gigi bergantung pada kekuatan dari pH yang rendah dan frekuensi serangan bahan erosif.11 Semakin rendah pH akan meningkatkan ion H+ sehingga semakin banyak dan cepat kalsium yang lepas dari enamel gigi.26,28 Seperti pada penelitian Chuenarrom (2010), permukaan enamel yang hilang akibat air kolam renang dengan pH 3,85 adalah 1,4 m dan pH 2,91 adalah 7 m.7

Secara umum bukan hanya pH saja penyebab terjadinya erosi gigi, tetapi juga bergantung pada tipe asam, kapasitas buffer, konsentrasi kalsium, pospat dan flouride, kelasi, adhesi serta titratable acid suatu zat.11,13 Tipe asam yang terdapat dalam air kolam renang adalah hydrochloric acid yang merupakan asam yang paling korosif.4,24 Kapasitas buffer yang semakin besar pada suatu zat yang masuk ke rongga mulut, semakin lama waktu yang diperlukan saliva untuk menetralkan asam. Sehingga zat yang mempunyai kapasitas buffer yang besar akan lebih mudah erosif


(32)

karena air kolam renang korosif atau dibawah jenuh (undersaturation) dengan kalsium.33 Seperti pada penelitian Radlinska (2010) yaitu adanya erosi gigi pada perenang kompetitif sebesar 26% perenang pada air kolam renang dengan pH 7,2 karena kandungan kalsium yang undersaturation.5

Kelasi adalah adanya agen asam tertentu yang tidak suka dengan kalsium dengan menghilangkannya dari enamel sehingga memicu demineralisasi dan mengurangi kejenuhan (supersaturation) saliva.11-13 Sifat adhesi asam adalah menyatu dengan permukaan substrat dan mencegah terpisah dari permukaan tersebut.36 Titrasi asam adalah kemampuan zat asam untuk mengambil ion H+ yang ada di lingkungan rongga mulut untuk berinteraksi dengan permukaan gigi.12,32

Demineralisasi awal pada permukaan gigi dapat dianggap tahap reversibel karena dapat diperbaiki oleh saliva.11,19,32 Saliva mulai bertindak sebelum dan sesudah serangan asam dengan peningkatan laju aliran saliva, menetralkan pH dan membentuk pelikel sebagai barier menjaga kontak langsungnya asam ke permukaan gigi.13,22,33 Remineralisasi adalah suatu proses dimana mineral terutama kalsium kembali ke jaringan keras gigi setelah demineralisasi pada saat lingkungan rongga mulut jenuh (supersaturation) dengan ion kalsium dan pospat.13

Saliva yang serous (cair) lebih efektif mencegah erosi gigi karena banyak mengandung mineral dibandingkan yang mukus (kental).13 Kurangnya laju aliran saliva yang disebabkan pemakaian obat-obatan, gangguan kelenjar saliva, dehidrasi akan mengurangi perlindungan gigi dari asam.13,26 Semakin tinggi aliran saliva akan melindungi permukaan gigi karena kemampuannya dalam membersihkan asam.13,26 Laju aliran saliva yang tinggi akan meningkatkan buffer bikarbonat di komposisi saliva sehingga dapat memfasilitasi kalsium dan pospat kembali ke permukaan gigi dan mengurangi kehilangan mineral gigi.23

2.7.3 Gambaran Klinis Derajat Erosi Gigi

Kontaknya asam berasosiasi dengan demineralisasi dan disolusi pada permukaan gigi.2 Gambaran erosi gigi seperti permukaan yang halus, kilat, bercahaya seperti kaca (ground glass).2,34 Progres yang lebih lanjut akan berkembang menjadi


(33)

bentuk cekungan dalam (shallow concavities), tipis (smoother), membulat (rounding) dan beralur (grooving) pada enamel gigi.2,34 Bersamaan hilangnya enamel, terbukanya gigitan anterior (anterior open bite) juga dapat terjadi.36 Pada erosi gigi yang berat, enamel biasanya akan hilang sepenuhnya meninggalkan permukaan dentin yang sensitif, inflamasi pulpa, nekrosis dan periapikal patologi.2,13,33

Jika terdapat tambalan, tambalan seperti terangkat, tampak keluar dari gigi karena gigi lebih cepat melarut dari pada tambalan.33,35 Awalnya plak dan kalkulus di permukaan gigi akan melindungi difusi asam, tetapi akan hilang karena asam melarutkan dan mengkikis selapis demi selapis.2,25

Cate (1961) mengestimasi tentang derajat erosi gigi sebagai berikut.34

a. Etching (Et) : Permukaan enamel gigi berkilat seperti kaca (ground glass), tanpa kehilangan kontur gigi.

b. Derajat 1 (G1) : Hilang lapisan enamel seperti tampak terasah (polished), tipis (smoother) dan membulat (rounded).

c. Derajat 2 (G2) : Hilang lapisan enamel dan diikuti dentin.

d. Derajat 3 (G3) : Hilang lapisan enamel, diikuti dentin dan dentin sekunder.


(34)

Gambar 6. Klasifikasi Cate (1961) derajat erosi gigi34

Gambaran klinis derajat erosi gigi berdasarkan klasifikasi Cate (1961) sebagai berikut.3,35

Gambar 7. Gambar derajat erosi gigi: Gambar etching (Et) pada permukaan labial gigi Insisivus sentralis kanan rahang atas35


(35)

Gambar 8. Gambar derajat erosi gigi: Derajat 1 (G1) erosi gigi pada gigi Kaninus kiri rahang bawah. Derajat 2 (G2) erosi gigi pada gigi Insisivus lateralis kanan rahang atas. Derajat 3 (G3) erosi gigi pada gigi Insisivus sentralis kiri rahang atas 35

Gambar 9. Gambar derajat erosi gigi: (G4) Derajat 4 erosi gigi pada gigi Premolar dua3

G2

G3

G1


(36)

Gambar 10. Gambar lateral derajat erosi gigi: Derajat 1 (G1) erosi gigi pada gigi Insisivus pertama kanan atas (gambar A) dan derajat 2 (G2) erosi gigi pada gigi Insisivus pertama kanan bawah (gambar B)34

2.7.4 Gambaran Klinik Erosi Gigi pada Perenang

Erosi gigi pada perenang yang disebabkan korosif dan rendahnya pH air kolam renang menggambarkan erosi gigi pada gigi anterior dan banyak menyerang permukaan labial terutama dari gigi Insisivus rahang atas permukaan mesial.4,5,36,37 Hal ini disebabkan perlindungan saliva rendah, dan sebaliknya pada permukaan lingual gigi rahang bawah mempunyai resiko lebih rendah.13,33 Terpaparnya air kolam renang terus menerus dalam jangka waktu yang panjang merupakan faktor utama terjadinya erosi gigi pada permukaan labial.4,36

Erosi gigi pada permukaan labial lebih banyak ditemukan pada perenang laki-laki karena mereka lebih lama dan agresif berenang sehingga meningkatkan agitasi/pergerakan seperti mendesiskan air di dalam mulut. Aktivitas tersebut akan meningkatkan proses disolusi karena air kolam renang yang ada di permukaan gigi akan mempengaruhi proses remineralisasi enamel. Di samping itu, jumlah air kolam renang yang masuk ke mulut berkaitan dengan jumlah saliva yang akan memodifikasi proses disolusi permukaan gigi.4

A G1 B


(37)

2.7.5 Hubungan Erosi Gigi Perenang dengan Atrisi dan Abrasi Gigi

Erosi gigi dapat melibatkan dua jenis keausan enamel, yaitu menghilangkan langsung jaringan keras gigi melalui proses disolusi dan membuat permukaan gigi melunak diikuti keausan mekanis.39 Keausan mekanis adalah proses kehilangan permukaan gigi akibat interaksi antara dua atau lebih permukaan gigi atau sumber lainnya meliputi atrisi dan abrasi gigi.13,37 Atrisi gigi adalah suatu proses rusaknya permukaan gigi yang disebabkan kontaknya antar geligi tetangga atau lawannya secara langsung seperti mastikasi dan parafungsi gigi, bruksism (gambar 11).37,38 Abrasi adalah suatu proses rusaknya permukaan gigi yang biasanya disebabkan proses mekanis abnormal dari suatu objek yang berulang biasanya sikat gigi seperti mengasah, menggosok atau menggores (gambar 12).1,38

Gambar 11. Gambaran atrisi pada bagian labial gigi Insisivus kiri rahang bawah37


(38)

Gambar 12. Gambaran abrasi pada bagian labial gigi Kaninus dan Premolar rahang bawah40

Pada stadium awal, erosi gigi hanya terjadi pada permukaan enamel yang disebut dengan pelunakan (softening) dan selanjutnya lapisan enamel larut selapis demi selapis.19,39 Ketika pergerakan mekanis pada enamel dengan pH rendah, akan terjadi retakan karena tekanan (mechanical abrasion) sehingga partikel enamel yang hypomineralized akan tersebar dan terlepas.12,38 Retakan-retakan tersebut akan terjebak diantara dua permukaan kontak menyebabkan permukaan gigi menjadi terkikis dan aus.10 Sehingga erosi gigi memodulasi atrisi dan abrasi gigi.12,32

HCl dapat memiliki pH yang sangat rendah yaitu satu sehingga sangat destruktif.13 HCl yang memisah di dalam air menjadi H+ dan Cl- secara cepat dan langsung melarutkan dan menghilangkan mineral permukaan gigi menjadi ion kalsium yang tidak berikatan.27

Erosi gigi pada enamel gigi lebih rentan terhadap gesekan dimana oklusi ikut berperan dalam pola keausan gigi. Hal ini akan diperparah dengan kebiasaan parafungsional, bruksism, dimana permukaan gigi akan lebih banyak dan cepat aus pada saat terjadinya demineralisasi.32 Beban pengunyahan yang lebih dari 16 kg membuat gigi lebih rentan atrisi jika sebelumnya gigi terpapar asam HCl (pH 1,2)


(39)

dari pada asam asetat (pH 3) dan asam sitrat (pH 3,2). Pengunyahan atau kontak antar gigi saat demineralisasi enamel akan menghancurkan partikel permukaan gigi sehingga permukaan gigi akan terlihat rata.39 Atrisi pada dentin lebih besar daripada enamel karena kurangnya kandungan mineral pada dentin.28,37

Demineralisasi awal pada permukaan gigi merupakan kondisi yang reversibel dimana dapat diperbaiki oleh saliva.32 Penyikatan gigi segera setelah terpapar asam akan melepaskan permukaan gigi yang demineralisasi sebelum saliva memperbaikinya, sehingga kondisi ini menjadi irreversibel.32,39 Levitch (1994) mengatakan bahwa erosi gigi berhubungan dengan abrasi gigi dimana dapat bekerja secara sinergis untuk meningkatkan perkembangan lesi servikal. Penyikatan gigi dengan pasta gigi abrasif akan menghapus pelikel saliva dan membuat permukaan enamel lebih rentan terhadap asam.32 Peningkatan derajat abrasi disebabkan disolusi mineral saat pergerakan difusi meningkat sehingga mempercepat rusaknya kristal apatit.38,40


(40)

BAB 3

METODOLOGI PENELITIAN

3. 1 Jenis Penelitian

Jenis penelitian ini adalah penelitian survei deskriptif dengan pendekatan cross sectional dimana setiap sampel diperiksa satu kali dan pada satu saat.41

3. 2 Waktu dan Lokasi Penelitian

Penelitian ini dilakukan pada 8 Maret - 14 April 2013 di beberapa kolam renang di Medan, seperti kolam renang Selayang Medan, di Jalan Dr. Mansyur, dan Unimed, di Jalan William Iskandar, dimana pada kolam renang tersebut memiliki jumlah perenang yang cukup banyak.

3. 3 Populasi dan Sampel

Populasi penelitian ini adalah semua perenang umur 17-60 tahun pada beberapa kolam renang di Medan. Perenang yang sesuai dengan kriteria inklusi dan ekslusi akan menjadi sampel penelitian yang sesuai dengan hitungan besar sampel penelitian. Cara pengambilan sampel dengan metode purposive sampling, yaitu pengambilan sampel dilakukan berdasarkan pertimbangan dengan sampel tersebut telah berpengalaman dalam hal berenang seperti lama menjadi perenang, frekuensi dan durasi berenang.41

Penentuan jumlah sampel menggunakan rumus data proporsi pada satu populasi. Jumlah sampel yang dibutuhkan berdasarkan hasil perhitungan dengan melihat proporsi yang digunakan pada kasus ini sebesar 50% dengan tingkat kemaknaan ( 0,05.42


(41)

Keterangan42:

n = besar sampel minimum

= nilai distribusi normal baku (tabel Z) pada tertentu (96% → Z score = 1,96)

P = proporsi dari penelitian yang telah ada ( bila tidak ada dianggap 50% atau 0,5 ) d = kesalahan yang dapat ditolerir (12,5%)

Hasil perhitungan:

Jadi jumlah sampel minimal adalah 61 orang sampel perenang.

3. 4 Kriteria Inklusi dan Eklusi 3.4.1 Kriteria Inklusi

Adapun kriteria inklusi pada penelitian ini, yaitu:

1. Perenang di kolam renang Medan yang hanya didata satu kali.

2. Perenang yang mempunyai 12 gigi permanen anterior rahang atas dan rahang bawah (Insisivus pertama, Insisivus kedua dan Kaninus) yang sudah erupsi sempurna.

3. Frekuensi berenang minimal 2 kali seminggu. 4. Durasi berenang minimal 4 jam per minggu. 5. Lama menjadi perenang minimal 5 tahun. 6. Umur perenang 17-60 tahun.


(42)

3.4.2 Kriteria Ekslusi

Adapun kriteria eklusi pada penelitian ini, yaitu: 1. Mempunyai crowded berat pada gigi anterior. 2. Adanya fraktur dan karies gigi.

3. Pernah dan sedang memakai piranti ortodontik. 4. Pernah dan sedang perawatan bleaching gigi. 5. Atrisi gigi yang lebih dari 1/3 insisal mahkota gigi.

6. Mempunyai riwayat GERD, bulimia, kebiasaan muntah dan alcoholic. 7. Mempunyai pekerjaaan yang berhubungan dengan asam seperti alkohol, wine dan asam sulfat.

8. Mempunyai kebiasaan mengkonsumsi obat asam seperti vitamin C. 9. Mempunyai kebiasaan mengkonsumsi makanan dan minuman asam. 10. Mempunyai kebiasaan bruksism.

3. 5 Variabel Penelitian 3.5.1 Variabel Bebas

Yang termasuk variabel bebas pada penelitian ini adalah gigi anterior (Insisivus pertama, Insisivus kedua, Kaninus) permanen rahang atas dan rahang bawah pada perenang umur 17-60 tahun di Medan.

3.5.2 Variabel Tergantung

Yang termasuk variabel tergantung pada penelitian ini adalah erosi permukaan labial pada enam gigi anterior (Insisivus pertama, Insisivus kedua, Kaninus) permanen rahang atas dan rahang bawah.


(43)

Variabel Terkendali

1. Perenang di kolam renang Medan yang hanya didata satu kali.

2. Umur 17-60 tahun

3. Frekuensi berenang minimal 2x/minggu

4. Durasi berenang minimal 4jam/minggu

5. Lama menjadi perenang minimal 5 tahun

Variabel Tidak Terkendali

pH air kolam renang.

Variabel Bebas

Gigi anterior (Insisivus pertama, Insisivus kedua, Kaninus) permanen rahang atas dan rahang

bawah pada perenang umur 17-60 tahun di Medan.

Variabel Tergantung

Erosi permukaan labial pada enam gigi anterior

(Insisivus pertama, Insisivus kedua, Kaninus) permanen rahang atas dan


(44)

3. 6 Defenisi Operasional

1. Perenang adalah orang yang dapat berenang dengan frekuensi minimal 2 kali seminggu, durasi minimal 4 jam perminggu dan lamanya menjadi perenang minimal 5 tahun.

2. Kolam renang adalah kolam indoor atau outdoor yang digunakan untuk olah raga renang yang airnya mengandung klorin dan agen buffer.

3. Erosi gigi adalah hilangnya jaringan keras gigi akibat proses kimia dengan klasifikasi Cate (1961).

4. Jaringan gigi adalah jaringan keras (enamel, dentin) dan jaringan lunak (pulpa).

Jaringan keras:

a. Enamel adalah lapisan terluar yang melapisi mahkota gigi.

b. Dentin adalah komponen terbesar jaringan keras gigi bewarna kuning berupa dinding yang melindungi rongga pulpa. Dentin sekunder adalah dentin yang terbentuk pada dinding sebelah dalam dari rongga pulpa yang dibentuk sesuai dengan banyaknya daerah dentin yang mengalami kerusakan.

Jaringan lunak:

a. Pulpa adalah jaringan lunak yang terletak di tengah gigi dikelilingi dentin. 5. Gigi anterior adalah gigi yang berada di depan yaitu gigi Insisivus sentralis, Insisivus lateralis dan Kaninus.

6. Permukaan enamel gigi adalah sisi enamel gigi paling luar. Permukaan labial gigi adalah sisi gigi yang menghadap ke bibir.

7. Kebiasaan adalah sesuatu yang biasanya dikerjakan berulang yang merupakan bagian dari kehidupannya, seperti kebiasaan mengkonsumsi obat, makanan dan minuman asam.

a. GERD (gastro-esophageal reflux disease) adalah suatu penyakit dimana keluarnya isi lambung (gas/sendawa) ke esophagus secara tidak sadar karena gagalnya penutupan sphincter esophagus bawah pembatas antara esophagus dan lambung.


(45)

b. Bulimia adalah suatu gangguan pola makan dengan memuntahkan makanannya kembali.

c. Bruksism adalah gerakan pengunyahan secara parafungsi yang dapat merusak struktur gigi ditandai adanya atrisi pada gigi anterior dan posterior terutama pada permukaan oklusal.

3. 7 Alat dan Bahan Penelitian

Alat yang digunakan oleh peneliti adalah sarung tangan, masker, alat tulis, kertas untuk kuesioner, komputer dan printer. Alat yang digunakan untuk penelitian adalah cheek retractor, push-push, kaca mulut, sonde, pinset, dan kamera untuk dokumentasi penelitian. Bahan penelitian yang digunakan adalah air mineral (gelas) dan cotton roll.

3. 8 Metode Pengumpulan Data

Data dikumpulkan dengan pemberian kuesioner dan pemeriksaan permukaan labial enam gigi permanen anterior (Insisivus pertama, Insisivus kedua dan Kaninus) rahang atas serta rahang bawah pada perenang secara pengamatan langsung dan hasil dokumentasi dengan kamera yang akan dicatat pada lembar pengamatan. Jika perenang tersebut berenang di beberapa kolam renang, perenang tersebut hanya diambil datanya sebanyak satu kali saja.


(46)

3. 9 Alur Penelitian

Perenang

Gigi perenang dibersihkan dengan berkumur air mineral 100cc

Pemeriksaan 6 gigi permanen anterior (dimulai dari gigi Kaninus, Insisivus kedua, Insisivus pertama kanan rahang atas ke rahang bawah) permukaan

labial menggunakan kaca mulut dan sonde

Hasil dicatat di lembar pengamatan Pengolahan data

Derajat erosi dan area erosi permukaan labial gigi Erosi

3 2 1 1 2 3 3 2 1 1 2 3

Pemeriksaan kelengkapan gigi anterior (Kaninus, Insisivus kedua, Insisivus pertama) rahang atas dan rahang bawah, piranti ortodontik, crowded berat,

fraktur gigi, karies gigi dan atrisi >1/3 insisal gigi

Pengambilan data kuesioner Analisa data kuesioner

Permukaan gigi dikeringkan dengan push-push

Pemasangan cheek retractor dan isolasi saliva dengan cotton roll

Dokumentasi gigi anterior dengan kamera dan foto diprint Pengamatan visual secara


(47)

3. 10 Pengolahan dan Analisis Data

Semua data kuesioner akan diolah menggunakan komputerisasi, yaitu sistem SPSS versi 15 dan microsoft excel. Analisis data dilakukan dengan cara menghitung persentase dari hasil pengamatan yang terdapat pada kuesioner dan lembar pengamatan untuk melihat erosi permukaan labial gigi anterior permanen rahang atas dan rahang bawah yaitu berdasarkan gigi yang terkena erosi, jenis kelamin, umur, lama menjadi perenang, frekuensi dan durasi berenang perminggu serta area permukaan labial gigi yang erosi pada perenang umur 17-60 tahun di Medan.


(48)

BAB 4

HASIL PENELITIAN

Penelitian ini telah dilakukan pada perenang di dua kolam renang, yaitu kolam renang Selayang dan UNIMED Medan dengan jumlah sampel 61 orang umur 17-52 tahun yang mempunyai 12 gigi anterior (732 gigi). Penelitian ini dilaksanakan pada tanggal 8 Maret sampai 14 April 2013.

4.1Karakteristik Sampel Penelitian

Tabel 3. Data Demografi Perenang di Beberapa Kolam Renang di Medan

No. Data Demografi n (%)

1 Jenis Kelamin

Laki-laki 51 83,61

Perempuan 10 16,39

Total 61 100

2 Umur Perenang

17-25 tahun 47 77,05

26-34 tahun 7 11,48

35-43 tahun 3 4,92

44-52 tahun 4 6,56

Total 61 100

3 Lama menjadi perenang /tahun

5-12 tahun 52 85,25

13-20 tahun 7 11,48

21-28 tahun 2 3,28

Total 61 100

4 Frekuensi berenang /minggu

2-3 kali 35 57,38

4-5 kali 11 18,03

6-7 kali 15 24,59

Total 61 100

5 Durasi berenang/minggu

4-14 jam 54 88,52

15-25 jam 5 8,20

26-36 jam 2 3,28


(49)

Tabel 3 menunjukkan data demografi perenang di beberapa kolam renang Medan. Dari 61 sampel yang diteliti, diperoleh perenang laki-laki sebesar 51 orang (83,61%) dan perenang perempuan sebesar 10 orang (16,39%). Umur perenang terbanyak adalah pada umur 17-25 tahun sebesar 47 orang (77,05%) sedangkan umur 26-52 tahun sebesar 14 orang (22,96%) yang terdiri dari umur 26-34 tahun sebesar 7 orang (11,48%), umur 35-43 tahun sebesar 3 orang (4,92%) dan umur 44-52 tahun sebesar 4 orang (6,56%).

Kelompok perenang dengan lama menjadi perenang 5-12 tahun sebesar 52 orang (85,25%) adalah kelompok tertinggi sedangkan kelompok 13-20 tahun sebesar 7 orang (11,48%) dan kelompok 21-28 tahun sebesar 2 orang (3,28%). Perenang dengan frekuensi berenang perminggu tertinggi adalah 2-3 kali dalam perminggu sebesar 35 orang (57,38%) sedangkan perenang dengan frekuensi 4-5 kali perminggu sebesar 11 orang (18,03%) dan 6-7 kali perminggu sebesar 15 orang (24,59%). Perenang dengan durasi berenang perminggu tertinggi adalah 4-14 jam perminggu sebesar 54 orang (88,52%) sedangkan perenang dengan durasi berenang perminggu 15-25 jam perminggu sebesar 5 orang (8,2%) dan 26-36 jam perminggu sebesar 2 orang (3,28%).


(50)

4.2Distribusi Frekuensi Erosi Gigi

Grafik 1. Distribusi Frekuensi Erosi Permukaan Labial Gigi Anterior Permanen Rahang Atas dan Rahang Bawah pada Perenang di Beberapa Kolam Renang Medan

Pada grafik 1 menunjukkan seluruh perenang yang diteliti menderita erosi gigi pada permukaan labial gigi (100%). Dan tidak seorangpun perenang yang diteliti menunjukkan tidak menderita erosi gigi (0%).


(51)

4.3Distribusi Erosi Gigi Berdasarkan Elemen Gigi

Tabel 4. Distribusi Frekuensi Erosi Permukaan Labial Gigi Anterior Permanen Rahang Atas dan Rahang Bawah pada Perenang di Beberapa Kolam Renang Medan Berdasarkan Elemen Gigi

n (%) N (%) n (%) N (%)

Kaninus kanan 61 100 61 100 61 100 61 100

Insisivus kedua kanan 61 100 61 100 61 100 61 100

Insisivus pertama kanan 61 100 61 100 61 100 61 100

Insisivus pertama kiri 61 100 61 100 61 100 61 100

Insisivus kedua kiri 61 100 61 100 61 100 61 100

Kaninus kiri 61 100 61 100 61 100 61 100

Total Gigi Rahang Bawah Erosi Gigi

Rahang Atas Total Gigi

Elemen Gigi Erosi Gigi

Pada tabel 4 menunjukkan seluruh gigi anterior (100%), yaitu gigi Insisivus pertama, Insisivus kedua dan Kaninus baik kiri maupun kanan rahang atas dan rahang bawah mengalami erosi gigi.


(52)

4.4Distribusi Erosi Gigi Berdasarkan Area Permukaan Labial Gigi

Tabel 5. Distribusi Frekuensi Erosi Permukaan Labial Gigi Anterior Permanen Rahang Atas dan Rahang Bawah pada Perenang di Beberapa Kolam Renang Medan Berdasarkan Area Permukaan Labial

n (%) n (%)

1 area permukaan

(1/3 servikal atau 1/3 tengah atau 1/3 insisal saja)

2 area permukaan

(1/3 servikal-tengah atau 1/3 servikal-insisal atau 1/3 tengah- insisal)

3 area permukaan

(1/3 servikal-tengah-insisal)

Total permukaan gigi 366 100 366 100 366 100 Rahang Bawah Erosi gigi

0 0

0 0

0 0

0 0

Area Permukaan Labial Gigi Rahang Atas

366 100

Pada tabel 5 menunjukkan tidak dijumpai erosi gigi hanya pada satu area permukaan (0%) dan dua area permukaan (0%). Seluruh perenang menderita erosi gigi anterior dengan tiga area permukaan yaitu dari area permukaan servikal hingga area permukaan insisal gigi anterior baik rahang atas maupun rahang bawah (100%).


(53)

4.5Distribusi Derajat Frekuensi Erosi Gigi Berdasarkan Elemen Gigi

Tabel 6. Distribusi Frekuensi Derajat Erosi Permukaan Labial Gigi Anterior Permanen Rahang Atas pada Perenang di Beberapa Kolam Renang Medan Berdasarkan Elemen Gigi

n (%) n (%) n (%) n (%) n (%) N (%)

Kaninus kanan 16 26,23 43 70,49 2 3,28 0 0 0 0 61 100

Insisivus kedua kanan 5 8,20 51 83,61 5 8,20 0 0 0 0 61 100

Insisivus pertama kanan 0 0 53 86,89 8 13,11 0 0 0 0 61 100

Insisivus pertama kiri 1 1,64 51 83,61 9 14,75 0 0 0 0 61 100

Insisivus kedua kiri 4 6,56 54 88,52 3 4,92 0 0 0 0 61 100

Kaninus kiri 16 26,23 44 72,13 1 1,64 0 0 0 0 61 100

Total Gigi 42 11,5 296 80,9 28 7,65 0 0 0 0 366 100

Total Gigi

Elemen Gigi Et G1 G2

Rahang Atas

G3 G4

Dari kasus erosi gigi anterior rahang atas perenang ini dijumpai derajat erosi gigi yaitu etching (Et), derajat 1 (G1) dan derajat 2 (G2) tetapi tidak dijumpai derajat 3 (G3) dan derajat 4 (G4). Pada tabel 6 menunjukkan bahwa elemen gigi rahang atas yang mempunyai persentase tertinggi terkena erosi gigi dengan derajat tertinggi (G2) adalah gigi Insisivus pertama kiri (14,75%). Sedangkan gigi yang paling rendah terkena erosi gigi dengan derajat tertinggi (G2) adalah gigi Kaninus kiri (1,64%).

Tabel 7. Distribusi Frekuensi Derajat Erosi Permukaan Labial Gigi Anterior Permanen Rahang Bawah pada Perenang di Beberapa Kolam Renang Medan Berdasarkan Elemen Gigi

n (%) n (%) n (%) n (%) n (%) N (%)

Kaninus kanan 17 27,87 44 72,13 0 0 0 0 0 0 61 100

Insisivus kedua kanan 8 13,11 53 86,89 0 0 0 0 0 0 61 100

Insisivus pertama kanan 7 11,48 53 86,89 1 1,64 0 0 0 0 61 100

Insisivus pertama kiri 9 14,75 50 81,97 2 3,28 0 0 0 0 61 100

Insisivus kedua kiri 8 13,11 51 83,61 2 3,28 0 0 0 0 61 100

Kaninus kiri 7 11,48 53 86,89 1 1,64 0 0 0 0 61 100

Total Gigi 56 15,3 304 83,1 6 1,64 0 0 0 0 366 100

Elemen Gigi

Rahang Bawah

Total Gigi


(54)

Pada tabel 7 menunjukkan bahwa elemen gigi rahang bawah yang mempunyai persentase tertinggi terkena erosi gigi dengan derajat tertinggi (G2) adalah gigi Insisivus pertama kiri (3,28%) dan Insisivus kedua kiri (3,28%). Sedangkan gigi yang paling rendah terkena erosi gigi dengan derajat tertinggi (G2) adalah gigi Kaninus kanan (0%) dan Insisivus dua kanan (0%).

Gambar 13. Erosi permukaan labial gigi Insisivus dua kiri rahang atas gigi perenang di Medan dengan derajat Et43


(55)

Gambar 14. Erosi permukaan labial gigi Insisivus satu kanan rahang atas gigi perenang di Medan dengan derajat G143

Gambar 15. Gambaran erosi permukaan labial gigi Insisivus satu kanan rahang atas gigi perenang di Medan dengan derajat G243 G1


(56)

4.6Distribusi Derajat Frekuensi Erosi Gigi Berdasarkan Jenis Kelamin

Grafik 2. Distribusi Frekuensi Persentase Derajat Erosi Permukaan Labial Gigi Anterior Permanen Rahang Atas pada Gigi Perenang di Beberapa Kolam Renang Medan Berdasarkan Jenis Kelamin

Pada grafik 2 menunjukkan derajat erosi gigi rahang atas berdasarkan jenis kelamin. Derajat Et dijumpai pada laki-laki dan perempuan dengan perbandingan 11,11% dan 10%. Derajat G1 merupakan derajat erosi gigi yang paling tinggi persentasenya mengenai pada laki-laki (79,74%) dan perempuan (90%). Pada kasus ini derajat erosi gigi terparah adalah G2 yang hanya dijumpai pada laki-laki (9,15%) dan tidak dijumpai pada perempuan (0%). Derajat G3 dan G4 tidak dijumpai pada kasus ini.


(57)

Grafik 3. Distribusi Frekuensi Persentase Derajat Erosi Permukaan Labial Gigi Anterior Permanen Rahang Bawah pada Gigi Perenang di Beberapa Kolam Renang Medan Berdasarkan Jenis Kelamin

Pada grafik 3 menunjukkan derajat erosi gigi rahang bawah pada jenis kelamin. Derajat Et dijumpai pada laki-laki dan perempuan dengan perbandingan 14,71% dan 18,33%. Derajat G1 merupakan derajat erosi gigi yang paling tinggi persentasenya mengenai pada laki-laki (83,01%) dan perempuan (81,67%). Pada kasus ini derajat erosi gigi tertinggi adalah G2 yang hanya dijumpai pada laki-laki (2,29%) dan tidak dijumpai pada perempuan (0%). Derajat G3 dan G4 tidak dijumpai pada kasus ini.


(58)

4.7Distribusi Derajat Frekuensi Erosi Gigi Berdasarkan Umur

Grafik 4. Distribusi Frekuensi Persentase Derajat Erosi Permukaan Labial Gigi Anterior Permanen Rahang Atas pada Gigi Perenang di Beberapa Kolam Renang Medan Berdasarkan Umur

Pada grafik 4 menunjukkan derajat erosi gigi rahang atas pada kelompok umur. Derajat Et tidak dijumpai pada umur 35-43 tahun tetapi dijumpai pada umur 17-34 tahun dan 44-52 tahun berkisar 4,8-12,8%. Derajat G1 merupakan derajat yang paling tinggi persentasenya mengenai perenang yang diteliti pada umur 17-52 tahun yaitu berkisar dari 54,2-90,5%. Derajat G2 merupakan derajat erosi gigi tertinggi pada kasus ini yang dijumpai pada umur 17-52 tahun berkisar 3,9-37,5%. Derajat G3 dan G4 tidak dijumpai pada kasus ini.


(59)

Grafik 5. Distribusi Frekuensi Persentase Derajat Erosi Permukaan Labial Gigi Anterior Permanen Rahang Bawah pada Gigi Perenang di Beberapa Kolam Renang Medan Berdasarkan Umur

Pada grafik 5 menunjukkan derajat erosi gigi rahang bawah pada kelompok umur. Derajat Et dijumpai pada umur 17-52 tahun berkisar dari 9,52-16,67%. Derajat G1 merupakan derajat paling tinggi persentasenya mengenai perenang yang diteliti pada umur 17-52 tahun yaitu berkisar dari 75-90,48%. Derajat G2 merupakan derajat erosi gigi tertinggi pada kasus ini yang tidak dijumpai umur 26-43 tahun tetapi dijumpai pada umur 17-25 tahun dan 44-52 tahun berkisar dari 2,13-4,17%. Derajat G3 dan G4 tidak dijumpai pada kasus ini.


(60)

4.8 Distribusi Derajat Frekuensi Erosi Gigi Berdasarkan Lama Menjadi Perenang

Grafik 6. Distribusi Frekuensi Persentase Derajat Erosi Permukaan Labial Gigi Anterior Permanen Rahang Atas pada Gigi Perenang di Beberapa Kolam Renang Medan Berdasarkan Lama Menjadi Perenang

Pada grafik 6 menunjukkan derajat erosi gigi rahang atas berdasarkan lama menjadi perenang yaitu 5-28 tahun. Derajat Et tidak dijumpai pada perenang dengan lama menjadi perenang 21-28 tahun tetapi dijumpai pada perenang dengan lama menjadi perenang dari 5-20 tahun berkisar 2,38-12,5%. Derajat G1 merupakan derajat yang paling tinggi persentasenya mengenai perenang yang diteliti dengan lama menjadi perenang 5-28 tahun yaitu berkisar dari 58,33-95,24%. Derajat G2 merupakan derajat erosi gigi tertinggi pada kasus ini yang dijumpai pada perenang dengan lama berenang 5-28 tahun berkisar 2-41,67%. Derajat G3 dan G4 tidak dijumpai pada kasus ini.


(61)

Grafik 7. Distribusi Frekuensi Persentase Derajat Erosi Permukaan Labial Gigi Anterior Permanen Rahang Bawah pada Gigi Perenang di Beberapa Kolam Renang Medan Berdasarkan Lama Menjadi Perenang

Pada grafik 7 menunjukkan derajat erosi gigi rahang bawah berdasarkan lama menjadi perenang yaitu 5-28 tahun. Derajat Et tidak dijumpai pada perenang dengan lama menjadi perenang 21-28 tahun tetapi dijumpai pada perenang dengan lama menjadi perenang dari 5-20 tahun berkisar 15,38-19,05%. Derajat G1 merupakan derajat yang paling tinggi persentasenya mengenai perenang yang diteliti dengan lama menjadi perenang 5-28 tahun yaitu berkisar dari 78,57-100%. Derajat G2 merupakan derajat erosi gigi tertinggi pada kasus ini yang tidak dijumpai pada perenang dengan lama menjadi perenang 21-28 tahun tetapi dijumpai pada perenang dengan lama berenang 5-28 tahun berkisar 2,13-2,38%. Derajat G3 dan G4 tidak dijumpai pada kasus ini.


(62)

4.9 Distribusi Derajat Frekuensi Erosi Gigi Berdasarkan Frekuensi Berenang Perminggu

Grafik 8. Distribusi Frekuensi Persentase Derajat Erosi Permukaan Labial Gigi Anterior Permanen Rahang Atas pada Gigi Perenang di Beberapa Kolam Renang Medan Berdasarkan Frekuensi Berenang Perminggu

Pada grafik 8 menunjukkan derajat erosi gigi rahang atas berdasarkan frekuensi berenang perminggu yaitu 2-7 kali. Derajat Et dijumpai pada frekuensi 2-7 kali perminggu yaitu berkisar 9,09-11,9%. Derajat G1 merupakan derajat yang paling tinggi persentasenya mengenai perenang yang diteliti pada frekuensi 2-7 kali perminggu yaitu berkisar dari 77,78-87,88%. Derajat G2 merupakan derajat erosi gigi tertinggi pada kasus ini yang dijumpai pada frekuensi 2-7 kali perminggu yaitu berkisar 3,03-12,22%. Derajat G3 dan G4 tidak dijumpai pada kasus ini.


(63)

Grafik 9. Distribusi Frekuensi Persentase Derajat Erosi Permukaan Labial Gigi Anterior Permanen Rahang Bawah pada Gigi Perenang di Beberapa Kolam Renang Medan Berdasarkan Frekuensi Berenang Perminggu

Pada grafik 9 menunjukkan derajat erosi gigi rahang bawah berdasarkan frekuensi berenang perminggu yaitu 2-7 kali. Derajat Et dijumpai pada frekuensi 2-7 kali perminggu yaitu berkisar 10,48-22,73%. Derajat G1 merupakan derajat yang paling tinggi persentasenya mengenai perenang yang diteliti pada frekuensi 2-7 kali perminggu yaitu berkisar dari 73,33-89,52%. Derajat G2 merupakan derajat erosi gigi tertinggi pada kasus ini yang dijumpai pada frekuensi 2-7 kali perminggu yaitu berkisar 1,51-5,56%. Derajat G3 dan G4 tidak dijumpai pada kasus ini.


(64)

4.10 Distribusi Derajat Frekuensi Erosi Gigi Berdasarkan Durasi Berenang Perminggu

Grafik 10. Distribusi Frekuensi Persentase Derajat Erosi Permukaan Labial Gigi Anterior Permanen Rahang Atas pada Gigi Perenang di Beberapa Kolam Renang Medan Berdasarkan Durasi Berenang Perminggu

Pada grafik 10 menunjukkan derajat erosi gigi rahang atas berdasarkan durasi berenang perminggu. Derajat Et tidak dijumpai pada perenang yang diteliti dengan durasi renang perminggu 26-36 jam tetapi dijumpai pada perenang dengan durasi renang perminggu 4-25 jam yaitu berkisar 6,67-11,42%. Derajat G1 merupakan derajat yang paling tinggi persentasenya mengenai perenang yang diteliti dengan durasi berenang perminggu 4-36 jam yaitu berkisar dari 50-93,33%. Derajat G2 merupakan derajat erosi gigi tertinggi pada kasus ini yang tidak dijumpai pada durasi 15-25 jam, tetapi dijumpai dengan durasi berenang perminggu durasi 4-14 jam dan 26-36 jam yaitu berkisar 7,1-50%. Derajat G3 dan G4 tidak dijumpai pada kasus ini.


(65)

Grafik 11. Distribusi Frekuensi Persentase Derajat Erosi Permukaan Labial Gigi Anterior Permanen Rahang Bawah pada Gigi Perenang di Beberapa Kolam Renang Medan Berdasarkan Durasi Berenang Perminggu

Pada grafik 11 menunjukkan derajat erosi gigi rahang bawah berdasarkan durasi berenang perminggu. Derajat Et dijumpai pada perenang diteliti dengan durasi renang perminggu 4-36 jam yaitu berkisar 12,65-43,33%. Derajat G1 yang merupakan derajat yang paling tinggi persentasenya mengenai perenang yang diteliti dengan durasi berenang perminggu 4-36 jam yaitu berkisar dari 53,33-83,8%. Derajat G2 merupakan derajat erosi gigi tertinggi pada kasus ini yang tidak dijumpai pada durasi 26-36 jam, tetapi dijumpai dengan durasi berenang perminggu durasi 4-25 jam yaitu berkisar 1,53-3,33% . Derajat G3 dan G4 tidak dijumpai pada kasus ini.


(66)

4.11 Distribusi Frekuensi Faktor Risiko Erosi Gigi

Tabel 8. Distribusi Frekuensi Faktor Risiko Lainnya Terjadinya Erosi Gigi pada Perenang di Beberapa Kolam Renang Medan

n % n % N %

Kebiasaan muntah 61 100 0 0 61 100 Kebiasaan GERD 61 100 0 0 61 100 Kebiasaan bruksism 61 100 0 0 61 100

Alcoholic 61 100 0 0 61 100

Kebiasaan konsumsi vit C 61 100 0 0 61 100 Kebiasaan konsumsi obat asam 61 100 0 0 61 100 Kebiasaan konsumsi minuman asam 61 100 0 0 61 100 Kebiasaan konsumsi makanan asam 61 100 0 0 61 100 Variabel Tidak Ada Ada Total (orang)

Faktor Risiko

Pada tabel 8 menunjukkan dari 61 perenang yang diteliti, seluruh perenang (100%) tidak menunjukkan mempunyai faktor risiko erosi gigi seperti kebiasaan muntah, GERD, bruksism, alcoholic serta kebiasaan konsumsi vitamin C, obat asam, makanan dan minuman asam. Dan tidak ada seorangpun perenang (0%) yang mempunyai faktor risiko tersebut kecuali pengaruh dari kebiasaan berenang.


(67)

4.12 Distribusi Frekuensi Perenang Mengkonsumsi Susu Setiap Hari

Grafik 12. Distribusi Frekuensi Perenang Mengkonsumsi Susu Setiap Hari di Beberapa Kolam Renang Medan

Pada grafik 12 menunjukkan dari 61 perenang yang diteliti, perenang lebih banyak tidak mengkonsumsi susu setiap hari sebesar 36 perenang (59,02%) daripada mengkonsumsi susu setiap hari sebesar 25 perenang (40,98%).


(68)

4.13 Distribusi Frekuensi Jenis Tindakan Perenang Sebelum Berenang

Grafik 13. Distribusi Frekuensi Jenis Tindakan Perenang Sebelum Berenang di Beberapa Kolam Renang Medan

Pada grafik 13 menunjukkan jenis tindakan yang paling banyak dilakukan perenang yang diteliti sebelum berenang adalah tidak melakukan apa-apa sebesar 38 orang (62,3%) sedangkan meminum air putih sebesar 16 orang (26,2%), lainnya seperti meminum teh, makan dan merokok sebesar 7 orang (11,5%) dan tidak seorangpun perenang memakai mouth guard.


(69)

4.14 Distribusi Frekuensi Jenis Tindakan Perenang Sesudah Berenang

Grafik 14. Distribusi Frekuensi Jenis Tindakan Perenang Sesudah Berenang di Beberapa Kolam Renang Medan

Pada grafik 14 menunjukkan jenis tindakan yang paling banyak dilakukan perenang yang diteliti sesudah berenang adalah meminum air putih sebesar 32 orang (52,5%) sedangkan perenang yang tidak melakukan apa-apa sebesar 12 orang (19,7%), menyikat gigi sebesar 5 orang (8,2%) dan lainnya seperti meminum teh, makan dan merokok sebesar 12 orang (19,6%).


(70)

BAB 5

PEMBAHASAN

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui prevalensi erosi gigi pada perenang umur 17-60 tahun di Medan dengan jenis penelitian survei deskriptif pendekatan cross sectional dan sampel diambil secara purposive sampling.

Penelitian ini dilakukan terhadap 61 perenang yang mempunyai gigi anterior permanen lengkap di rahang atas dan rahang bawah (732 gigi). Lokasi penelitian adalah kolam renang UNIMED dan Selayang Medan, terhadap perenang aktif dan atlit renang dengan kriteria yaitu lama menjadi perenang minimal lima tahun, frekuensi berenang minimal 2 kali perminggu, durasi berenang minimal 4 jam perminggu serta tidak mempunyai crowed gigi berat, tidak ada karies gigi, tidak ada fraktur gigi, tidak ada atrisi pada 1/3 insisal mahkota gigi, tidak pernah dan tidak memakai piranti ortodontik serta perawatan bleaching.

Penelitian ini dilakukan pada perenang yang sesuai dengan kriteria inklusi dengan data demografi (tabel 3) sebagai berikut. Jenis kelamin perenang yang diteliti adalah perenang laki-laki (16,39%) dan perempuan (16,39%). Umur perenang yang diteliti adalah umur 17-52 tahun dengan kelompok tertinggi adalah 17-25 tahun (77,05%). Lama menjadi perenang yang diteliti adalah 5-28 tahun dengan kelompok tertinggi adalah 5-12 tahun (85,25%). Frekuensi berenang perminggu yang diteliti adalah 2-7 kali perminggu dengan kelompok tertinggi adalah 2-3 kali perminggu (57,38%). Durasi berenang perminggu yang diteliti adalah 4-36 jam perminggu dengan kelompok tertinggi adalah 4-14 jam perminggu (88,52%).

Distribusi frekuensi erosi gigi yang diteliti pada perenang di beberapa kolam renang Medan ini ditemukan seluruh perenang (100%) menderita erosi gigi (grafik 1). Dibandingkan dengan penelitian sebelumnya oleh Centerwall (1986) dijumpai erosi gigi sebesar 12% pada perenang biasa dan 39% pada perenang yang aktif.4 Hasil penelitian Ungchusak, dkk (1999) di Thailand ditemukan erosi gigi pada atlit renang sebesar 72,8%.5 Pada penelitian erosi gigi pada perenang kolam renang Medan ini


(1)

(2)

(3)

Hasil Pengolahan Data (SPSS)

Frequencies

1.

Jenis kelamin

jenis kelamin

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative Percent

Valid laki-laki 51 83.6 83.6 83.6

perempuan 10 16.4 16.4 100.0

Total 61 100.0 100.0

2.

Umur perenang

umur

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative Percent

Valid 17-25 tahun 47 77.0 77.0 77.0

26-34 tahun 7 11.5 11.5 88.5

35-43 tahun 3 4.9 4.9 93.4

44-52 tahun 4 6.6 6.6 100.0

Total 61 100.0 100.0

3.

Lama menjadi perenang/tahun

lama menjadi perenang

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative Percent

Valid 5-12 tahun 52 85.2 85.2 85.2

13-20 tahun 7 11.5 11.5 96.7

21-28 tahun 2 3.3 3.3 100.0


(4)

4.

Frekuensi berenang/minggu

frekuensi berenang

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative Percent

Valid 2-3 kali 35 57.4 57.4 57.4

4-5 kali 11 18.0 18.0 75.4

6-7 kali 15 24.6 24.6 100.0

Total 61 100.0 100.0

5.

Durasi berenang/minggu

durasi berenang /mimggu

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative Percent

Valid 4-14 jam 54 88.5 88.5 88.5

15-25 jam 5 8.2 8.2 96.7

26-36 jam 2 3.3 3.3 100.0

Total 61 100.0 100.0

6.

Frekuensi derajat erosi gigi rahang atas berdasarkan jenis kelamin dan umur

perenang

n % n % n % n % n % N %

Jenis Kelamin

Laki-laki 34 11.11 244 79.74 28 9.15 0 0 0 0 306 100

Perempuan 6 10.00 54 90.00 0 0 0 0 0 0 60 100

Umur Perenang

17-25 36 12.77 235 83.33 11 3.90 0 0 0 0 282 100

26-34 2 4.76 38 90.48 2 4.76 0 0 0 0 42 100

35-43 0 0.00 12 66.67 6 33.33 0 0 0 0 18 100

44-52 2 8.33 13 54.17 9 37.50 0 0 0 0 24 100

53-60 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0

Variabel

Derajat Erosi Gigi Rahang Atas

Total Gigi


(5)

7.

Frekuensi derajat erosi gigi rahang bawah berdasarkan jenis kelamin dan umur

perenang

n % n % n % n % n % N %

Jenis Kelamin

Laki-laki 45 14.71 254 83.01 7 2.29 0 0 0 0 306 100

Perempuan 11 18.33 49 81.67 0 0 0 0 0 0 60 100

Umur Perenang

17-25 44 15.60 232 82.27 6 2.13 0 0 0 0 282 100

26-34 4 9.52 38 90.48 0 0.00 0 0 0 0 42 100

35-43 3 16.67 15 83.33 0 0.00 0 0 0 0 18 100

44-52 5 20.83 18 75.00 1 4.17 0 0 0 0 24 100

53-60 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0

Variabel

Derajat Erosi Gigi Rahang Bawah

Total Gigi

Et G1 G2 G3 G4

8.

Frekuensi derajat erosi gigi rahang atas berdasarkan lama menjadi perenang,

frekuensi dan durasi berenang perminggu

n

%

n

%

n

%

n

%

n

%

N

%

Lama

menjadi

perenang

5-12 tahun

39

12.50 251

80.45

22

7.05

0

0

0

0

312

100

13-20 tahun

1

2.38

40

95.24

1

2

0

0

0

0

42

100

21-28 tahun

0

0

7

58.33

5

41.67

0

0

0

0

12

100

Frekuensi

berenang

2-3 kali

25

11.90 170

80.95

15

7.14

0

0

0

0

210

100

4-5 kali

6

9.09

58

87.88

2

3.03

0

0

0

0

66

100

6-7 kali

9

10.00

70

77.78

11

12.222

0

0

0

0

90

100

Durasi

berenang/

minggu

4-14 jam

37

11.42 264

81.48

23

7.10

0

0

0

0

324

100

Variabel

G3

G4

Derajat Erosi Gigi Rahang Atas


(6)

9.

Frekuensi derajat erosi gigi rahang bawah berdasarkan lama menjadi perenang,

frekuensi dan durasi berenang perminggu

n

%

n

%

n

%

n

%

n

%

N

%

Lama

menjadi

perenang

5-12 tahun

48

15.38 259

83.01

5

1.60

0

0

0

0

312

100

13-20 tahun

8

19.05

33

78.57

1

2.38

0

0

0

0

42

100

21-28 tahun

0

0.00

12

100.00

0

0

0

0

0

0

12

100

Frekuensi

berenang

2-3 kali

22

10.48 188

89.52

0

0

0

0

0

0

210

100

4-5 kali

15

22.73

50

75.76

1

1.5152

0

0

0

0

66

100

6-7 kali

19

21.11

66

73.33

5

5.56

0

0

0

0

90

100

Durasi

berenang/

minggu

4-14 jam

41

12.65 278

85.80

5

1.5432

0

0

0

0

324

100

15-25 jam

13

43.33

16

53.33

1

3.33

0

0

0

0

30

100

26-36 jam

2

16.67

10

83.33

0

0.00

0

0

0

0

12

100

Variabel

Derajat Erosi Gigi Rahang Bawah

Total Gigi