yang tepat dalam mempertimbangkan kebutuhan dan situasi anak, disisi lain sebagai orang  tua  juga  mempunyai  keinginan  dan  harapan  untuk  membentuk  anak  menjadi
seseorang  yang  dicita-citakan  yang  tentunya  lebih  baik  dari  orang  tuanya repository.library.uksw.edu di posting 15022014.
Setiap  upaya  yang  dilakukan  dalam  mendidik  anak,  mutlak  didahului  oleh tampilnya sikap orang tua dalam mengasuh anak meliputi:
a. Perilaku yang patut dicontoh
Artinya setiap perilaku tidak sekedar perilaku yang bersifat mekanik, tetapi harus didasarkan  pada  kesadaran  bahwa  perilakunya  akan  dijadikan  lahan  peniru  dan
identifikasi bagi anak-anaknya. b.
Kesadaran diri Ini  juga  harus  ditularkan  pada  anak-anak  dengan  mendororng  mereka  agar
perilaku  kesehariannya  taat  kepada  nilai-nilai  moral.Oleh  sebab  itu  orang  tua senantiasa  membantu  mereka  agar  mampu  melakukan  observasi  diri  melalui
komunikasi dialogis, baik secara verbal maupun non verbal tentang perilaku.
2.2.2 Dimensi Pola Asuh
Baumrind dalam Sigelman, 2002:87 menyatakan bahwa pola asuh terbentuk dari adanya dua dimensi pola asuh, yaitu;
2.1.2.1 AcceptanceResponsiveness; menggambarkan  bagaimana  orang  tua  berespons  kepada  anaknya,  berkaitan
dengan kehangatan dan dukungan orang tua. Mengacu pada beberapa aspek, yakni; 1
sejauh mana orang tua mendukung dan sensitif pada kebutuhan anak-anaknya,
2 sensitif terhadap emosi anak,
3 memperhatikan kesejahteraan anak,
4 bersedia meluangkan waktu dan melakukan kegiatan bersama,
5 serta  bersedia  untuk  memberikan  kasih  sayang  dan  pujian  saat  anak-anak
mereka berprestasi atau memenuhi harapan mereka. Dapat  menerima  kondisi  anak,  orang  tua  responsif  penuh  kasih  sayang  dan
sering tersenyum, memeberi pujian, dan mendorong anak-anak mereka. Mereka juga  membiarkan  anak-anak  mereka  tahu  ketika  mereka  nakal  atau  berbuat  salah.
Orang tua kurang menerima dan responsif sering kali cepat mengkritik, merendahkan, menghukum,  atau  mengabaikan  anak-anak  mereka  dan  jarang  mengkomunikasikan
kepada anak-anak bahwa mereka dicintai dan dihargai. 2.2.2.1DemandingnessControl;
menggambarkan  bagaimana  standar  yang  ditetapkan  oleh  orang  tua  bagi anak,  berkaitan  dengan  kontrol  perilaku  dari  orang  tua.  Mengacu  pada  beberapa
aspek yakni; 1
pembatasan;  orang  tua  membatasi  tingkah  laku  anak  menunjukkan  usaha orang  tua  menentukan  hal-hal  yang  harus  dilakukan  anak  dan  memberikan
batasan terhadap hal-hal yang ingin dilakukan anak, 2
tuntutan; agar anak memenuhi aturan, sikap, tingkah laku dan tanggung jawab sosial sesuasi dengan standart yang berlaku sesuai keinginan orang tua,
3 sikap  ketat;  berkaitan  dengan  sikap  orang  tua  yang  ketat  dan  tegas  dalam
menjaga  agar  anak  memenuhi  aturan  dan  tuntutan  mereka.  Orang  tua  tidak
menghendaki anak membantah atau mengajukan keberatan terhadap peraturan yang telah ditentukan,
4 campur tangan; tidak adanya kebebasan bertingkah laku yang diberikan orang
tua kepada anaknnya. Orang tua selalu turut campur dalam, rencana dan relasi anak,  orang  tua  tidak  melibatkan  anak  dalam  membuat  keputusan  tersebut,
orang  tua  beranggapan  apa  yang  mereka  putuskan  untuk  anak  adalah  yang terbaik dan benar untuk anak.
5 kekuasaan sewenang-wenang; menggambarkan bahwa orang tua menerapkan
kendali yang ketat, kekuasaan terletak mutlak pada orang tua. Mengendalikan  atau  menuntut  aturan  yang  ditetapkan  orang  tua,
mengharapkan anak-anak mereka untuk mengikuti mereka, dan memantau anak-anak mereka dengan ketat untuk memastikan bahwa aturan-aturan dipatuhi.Orang tua yang
kurang  dalam  pengendalikan  atau  menuntut  sering  disebut  orang  tua  permisif membuat tuntutan yang lebih sedikit dan memungkinkan anak-anak mereka memiliki
banyak  kebebasan  dalam  mengeksplorasi  lingkungan,  mengungkapkan  pendapat mereka dan emosi, dan membuat keputusan tentang kegiatan mereka sendiri.
2.2.3 Jenis Pola Asuh Orangtua
Baumrind  dalam  Marini    Adriani,  2005  menyatakan  bahwa  terdapat  4 jenis pola asuh orangtua yaitu :
1 Authoritative;
Mengandung  demanding  dan  responsive.Dicirikan  dengan  adanya  tuntutan dari  orang  tua  yang  disertai  dengan  komunikasi  terbuka  antara  orang  tuadan  anak,
mengharapkan  kematangan  perilaku  pada  anak  disertai  dengan  adanya  kehangatan dari orang tua.
2 Authoritarian;
Mengandung  demanding  dan  unresponsive.Dicirikan  dengan  orang  tua  yang selalu  menuntut  anak  tanpa  memberi  kesempatan  pada  anak  untuk  mengemukakan
pendapatnya,  tanpa  disertai  dengan  komunikasi  terbuka  antara  orang  tua  dan  anak juga kehangatan dari orang tua.
3 Permissive;
Mengandung undemanding dan responsive. Dicirikan dengan orang tua  yang terlalu  membebaskan  anak  dalam  segala  hal  tanpa  adanya  tuntutan  ataupun  kontrol,
anak dibolehkan untuk melakukan apa saja yang diinginkannya. 4
Uninvolved; Mengandung undemanding dan unresponsive.Dicirikan dengan orangtua yang
bersikap  mengabaikan  dan  lebih  mengutamakan  kebutuhan  dan  keinginan  orang  tua daripada  kebutuhan  dan  keinginan  anak,  tidak  adanya  tuntutan,  larangan  ataupun
komunikasi terbuka antara orang tua dan anak.Untuk setiap orang tua, penerapan pola asuhnya dapat berbeda-beda.
Sedangkan pola asuh menurut Stewart dan Koch Aisyah, 2010:75-80 terdiri dari tiga kecenderungan pola asuh orang tua yaitu :
1. Pola Asuh Otoriter
Orang  tua  yang  menerapkan  pola  asuh  otoriter  mempunyai  ciri  antara  lain: kaku,  tegas,  suka  menghukum,  kurang  ada  kasih  sayang  serta  simpatik.  Orang  tua
memaksa anak-anak untuk patuh pada nilai-nilai mereka, serta mencoba membentuk lingkah  laku  sesuai  dengan  tingkah  lakunya  serta  cenderung  mengekang  keinginan
anak. Orang  tua  tidak  mendorong  serta  member  kesempatan  kepada  anak  untuk
mandiri dan jarang memberi pujian.Hak anak dibatasi tetapi dituntut tanggung jawab seperti  anak  dewasa.Orang  tua  yang  otoriter  cenderung  memberi  hukuman  terutama
hukuman  fisik.Orang  tua  yang  otoriter  amat  berkuasa  terhadap  anak,  memegang kekuasaaan  tertinggi  serta  mengharuskan  anak  patuh  pada  perintah-perintahnya.
Dengan berbagai cara, segala tingkah laku anak dikontrol dengan ketat. Orang tua yang otoriter tidak memberikan hak anaknya untuk mengemukakan
pendapat  serta  mengutarakan  perasaan-perasaannya,  sehingga  pola  asuh  otoriter berpeluang untuk memunculkan perilaku agresi.
2. Pola Asuh Demokratis
Teknik-teknik  asuhan  orang  tua  demokratis  yang  menumbuhkan  keyakinan dan  kepercayaan  diri  maupun  mendorong  tindakan-tindakan  mandiri  membuat
keputusan sendiri akan berakibat munculnya tingkah laku mandiri yang bertanggung jawab.
Orang tua yang demokratis memandang sama kewajiban dan hak antara orang tua  dan  anak.  Secara  bertahap  orang  tua  memberikan  tanggung  jawab  bagi  anak-
anaknya  terhadap  segala  sesuatu  yang  diperbuatnya  sampai  mereka  menjadi dewasa.Mereka  selalu  berdialog  dengan  anak-anaknya,  saling  memberi  dan
menerima,  selalu  mendengarkan  keluhankeluhan  dan  pendapat  anak-anaknya.Dalam
bertindak, mereka selalu memberikan alasannya kepada anak, mendorong anak saling membantu dan bertindak secara obyektif, tegas tetapi hangat dan penuh pengertian.
Pola  asuh  demokratis  ditandai  dengan  ciri-ciri  bahwa  anak-anak  diberi kesempatan  untuk  mandiri  dan  mengembangkan  kontrol  internalnya,  anak  diakui
keberadaannya oleh orang tua, anak dilibatkan dalam pengambilan keputusan. Orang  tua  yang  demokratis  selalu  memperhatikan  perkembangan  anak,  dan
tidak  hanya  sekedar  mampu  memberi  nasehat  dan  saran  tetapi  juga  bersedia mendengarkan  keluhankeluhan  anak  berkaitan  dengan  persoalanpersoalannya.Pola
asuhan demokratik memungkinkan semua keputusan merupakan keputusan anak dan orang  tua.Di  samping  itu,  remaja  yang  orang  tuanya  menggunakan  pola  asuh
demokratis  memiliki  hubungan  yang  lebih  harmonis  antara  anak  dengan  anak  dan dengan orang tua.
3. Pola Asuh Permisif
Tipe  orang  tua  yang  mempunyai  pola  asuh  permisif  cenderung  selalu memberikan  kebebasan  pada  anak  tanpa  memberikan  kontrol  sama  sekali.  Anak
sedikit  sekali dituntut untuk  suatu tangung jawab, tetapi  mempunyai  hak  yang sama seperti  orang  dewasa.  Anak  diberi  kebebasan  untuk  mengatur  dirinya  sendiri  dan
orang tua tidak banyak mengatur anaknya. Menurut  Aisyah  2010  orang  tua  permisif  memberikan  kepada  anak  untuk
berbuat  sekehendaknya  dan  lemah  sekali  dalam  melaksanakan  disiplin  pada anak.Pola  asuh  permisif  bercirikan  adanya  kontrol  yang  kurang,  orang  tua  bersikap
longgar atau bebas, bimbingan terhadap anak kurang.
Ciri  pola  asuh  ini  adalah  semua  keputusan  lebih  banyak  dibuat  oleh  anak daripada  orang  tuanya.Orang  tua  yang  permisif,  kurang  tegas  dalam  menerapkan
peraturanperaturan yang ada, dan anak diberikan kesempatan sebebas-bebasnya untuk berbuat dan memenuhi keinginannya.
2.2.4 Faktor- faktor yang mempengaruhi pola asuh
Menurut  Edwards  2006  adapun  faktor  yang  mempengaruhi  pola  asuh  anak adalah:
a. Pendidikan orang tua
Pendidikan  dan  pengalaman  orang  tua  dalam  perawatan  anak  akan mempengaruhi persiapan mereka menjalankan pengasuhan. Ada beberapa cara  yang
dapat  dilakukan  untuk  menjadi  lebih  siap  dalam  menjalankan  peran  pengasuhan antara  lain:  terlibat  aktif  dalam  setiap  pendidikan  anak,  mengamati  segala  sesuatu
dengan  berorientasi  pada  masalah  anak,  selalu  berupaya  menyediakan  waktu  untuk anak-anak  dan  menilai  perkembangan  fungsi  keluarga  dan  kepercayaan  anak.  Hasil
riset  dari  Sir  Godfrey  Thomson  menunjukkan  bahwa  pendidikan  diartikan  sebagai pengaruh  lingkungan  atas  individu  untuk  menghasilkan  perubahan-perubahan  yang
tetap  atau  permanen  di  dalam  kebiasaan  tingkah  laku,  pikiran  dan  sikap.  Orang  tua yang  sudah  mempunyai  pengalaman  sebelumnya  dalam  mengasuh  anak  akan  lebih
siap  menjalankan  peran  asuh,  selain  itu  orang  tua  akan  lebih  mampu  mengamati tanda-tanda pertumbuhan dan perkembangan yang normal Supartini, 2004.
b. Lingkungan
Lingkungan banyak mempengaruhi perkembangan anak, maka tidak mustahil jika lingkungan juga ikut serta mewarnai pola-pola pengasuhan yang diberikan orang
tua terhadap anaknya. c.
Budaya Sering  kali  orang  tua  mengikuti  cara-cara  yang  dilakukan  oleh  masyarakat
dalam  mengasuh  anak,  kebiasaan-kebiasaan  masyarakat  disekitarnya  dalam mengasuh  anak.Karena  pola-pola  tersebut  dianggap  berhasil  dalam  mendidik  anak
kearah  kematangan.  Orang  tua  mengharapkan  kelak  anaknya  dapat  diterima dimasyarakat  dengan  baik,  oleh  karena  itu  kebudayaan  atau  kebiasaan  masyarakat
dalam mengasuh anak juga mempengaruhi setiap orang tua dalam memberikan pola asuh terhadap anaknya Anwar,2000:98.
2.3 Peran